Mengembangkan Gagasan Berkelanjutan

8
Mengembangkan Gagasan Berkelanjutan Sejak tahun 1970an telah banyak diskusi dalam beberapa forum tentang implikasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk lingkungan dan berhubungan dengan kebaikan umat manusia. Keberlanjutan lingkungan bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan mudah. Laporan berjudul Our Common Future dipersembahkan oleh World Commission of Environment and Development pada tahun 1987, dokumen penting ini lebih dikenal sebagai The Bundtland Report. Laporan ini secara singkat menghasilkan sebuah agenda untuk perubahan dalam rangka memerangi dan meringankan tekanan yang sedang berlangsung di lingkungan global. Secara umum perusahaan harus merubah cara mereka berbisnis dan perusahaan juga harus mempertanyakan tujuan dan prinsip yang ada dalam bisnis tradisional. Peritiwa yang cukup signifikan selanjutnya adalah Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Masalah yang diangkat pada pertemuan ini adalah pengembangan berkelanjutan pada politik dan bisnis internasional di garis depan. Hasil penting pertemuan ini adalah agenda 21 yang dianggap sebagai action plan abad 21 dan menempatkan keberlanjutan (sustainability) sebagai pertimbangan utama pembangunan nasional dan global yang sedang berlansung. Menindaklanjuti Earth Summit di Rio Janeiro, pada tahun 2002 pertemuan berikutnya digelar di Johanesburg. Salah satu hasil pertemuan ini adalah peluncuran ketentuan yang direvisi dari pedoman untuk proses pelaporan dampak sosial dan lingkungan dari operasi sebuah perusahaan. Pedoman ini dikenal sebagai Sustainability Reporting Guidelines dan dikembangkan oleh berbagai organisasi dibawah bantuan Global Reporting Initiative (GRI).

description

teori akuntansi

Transcript of Mengembangkan Gagasan Berkelanjutan

Mengembangkan Gagasan BerkelanjutanSejak tahun 1970an telah banyak diskusi dalam beberapa forum tentang implikasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan untuk lingkungan dan berhubungan dengan kebaikan umat manusia. Keberlanjutan lingkungan bukanlah sesuatu yang dapat dicapai dengan mudah. Laporan berjudul Our Common Future dipersembahkan oleh World Commission of Environment and Development pada tahun 1987, dokumen penting ini lebih dikenal sebagai The Bundtland Report. Laporan ini secara singkat menghasilkan sebuah agenda untuk perubahan dalam rangka memerangi dan meringankan tekanan yang sedang berlangsung di lingkungan global. Secara umum perusahaan harus merubah cara mereka berbisnis dan perusahaan juga harus mempertanyakan tujuan dan prinsip yang ada dalam bisnis tradisional.Peritiwa yang cukup signifikan selanjutnya adalah Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Masalah yang diangkat pada pertemuan ini adalah pengembangan berkelanjutan pada politik dan bisnis internasional di garis depan. Hasil penting pertemuan ini adalah agenda 21 yang dianggap sebagai action plan abad 21 dan menempatkan keberlanjutan (sustainability) sebagai pertimbangan utama pembangunan nasional dan global yang sedang berlansung.Menindaklanjuti Earth Summit di Rio Janeiro, pada tahun 2002 pertemuan berikutnya digelar di Johanesburg. Salah satu hasil pertemuan ini adalah peluncuran ketentuan yang direvisi dari pedoman untuk proses pelaporan dampak sosial dan lingkungan dari operasi sebuah perusahaan. Pedoman ini dikenal sebagai Sustainability Reporting Guidelines dan dikembangkan oleh berbagai organisasi dibawah bantuan Global Reporting Initiative (GRI).

Bisnis Berkelanjutan dan Prinsip Triple Bottom LineBanyak perusahaaan yang membayangkan berkelanjutan terdiri atas tiga rangkaian : ekonomi, sosial dan lingkungan. Model ini sering disebut sebagai pendekatan triple bottom line an.berkelanjutan, sebuah istilah yang dikembangkan oleh John Elkington (1997). Kinerja keuangan atau keuntungan dalam bahasa sehari-hari sering disebut sebagai inti utama dari berbisnis, sehingga fokus semata-mata dalam kinerja ekonomi dapat dianggap sebagai fokus pada mencari keuntungan finansial (single bottom line).Dalam akuntansi hubungan pendekatan triple bottom line berkelanjutan ini adalah bahwa dalam akuntansi keuangan tradisional selama hanya memperhatikan pelaporan kinerja ekonomi, dan menurut pendapat Elkington (1997) perlu dikembangkan peran lebih luas dengan adanya pelaporan kinerja sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.Motivasi perusahaan untuk melakukan pelaporan kinerja sosial dan lingkungan yang berkelanjutan bermacam-macam, mulai dari keinginan untuk memaksimalkan penerimaan financial untuk para pemegang saham dan/ atau manajer dengan menggunakan pelaporan tersebut sebagai alat untuk menjaga dan mempertahankan dukungan dari stakeholders yang memiliki kekuatan ekonomi sampai pada keinginan untuk melaksanakan tugas akuntabilitas atas dampak sosial dan lingkungan dari operasi perusahaan pada berbagai stakeholders.

Mengidentifikasi Stakeholder Tahap Siapa Mengidentifikasi stakeholder yang relevan sesuai dengan cabang manajerial teori stakeholder Untuk jenis perusahaan dimana konsumen cenderung untuk memegang kekuasaan ekonomi yang cukup besar, mereka dapat dengan mudah beralih membeli produk pesaing jika perusahaan melakukan sesuatu yang tidak mereka setujui. Dengan demikian, sudut pandang stakeholder manajerial akan memprediksi bahwa dalam kasus pemasok monopoli, pengungkapan pertanggungjawaban akan ditujukan untuk membantu meyakinkan regulator bahwa monopoli telah dioperasikan sesuai dengan standar ekonomi, sosial dan lingkungan yang dibutuhkan oleh regulator dan dibutuhkan oleh para politisi yang menunjuk regulator tersebut. Sebagai contoh bagaimana stakeholder yang kuat secara ekonomi dapat bervariasi dari waktu ke waktu dalam sebuah organisasi tunggal adalah dengan mempertimbangkan perubahan dalam lingkungan ekonomi makro dimana perusahaan beroperasi. Bagi perusahaan yang membutuhkan karyawan semi terampil dalan jumlah besar dan layak menjual produknya dalam pasar kompetitif, konsumen memiliki kekuatan ekonomi yang besar saat resesi ekonomi tetapi mungkin kehilangan sebagian kekuatannya saat booming ekonomi (ketika permintaan konsumen tumbuh lebih cepat dari pasokan) sebaliknya tenaga kerja semi terampil dapat menjadi kuat secara ekonomi selama ledakan ekonomi jika pengangguran jatuh dan umumnya kekurangan pekerja semi terampil muncul. Dalam hal ini stakeholder yang kuat secara ekonomi dimana pandangan perusahaan akan ditujukan sesuai dengan cabang manajerial dari teori stakeholder bisa berubah dari konsumen perusahaan ke karyawannya.

Sebuah identifikasi yang lebih luas dari para stakeholder sesuai dengan cabang etika teori stakeholder Adanya tanggungjawab perusahaan dan pelaporan berkelanjutan dalam organisasi dimotivasi oleh pertimbangan etika yang lebih luas untuk mengurangi dampak negatif (memaksimalkan dampak positif), dimana setiap orang atau entitas yang kemungkinan terkena dampak dari operasi organisasi merupakan stakeholder. Organisasi bertanggungjawab kepada siapa operasi mereka bisa berdampak, baik kepada generasi manusia saat ini dan generasi mendatang (dengan tidak mempedulikan seberapa jauh asal orang-orang tersebut dari organisasi), juga pada hewan dan unsur alam yang berpotensi terkena dampak operasi organisasi tersebut.Berdasarkan teori ini, organisasi memiliki motivasi secara etis untuk memperhitungkan pandangan dan kebutuhan semua stakeholder (sekarang dan masa depan) kepada siapa operasi mereka berpotensi berdampak namun dalam prakteknya, pada kebanyakan organisasi yang operasinya cenderung memiliki beberapa bentuk dampak pada orang, hewan dan unsur alam lainnya mencoba untuk memperhitungkan semua potensi dampak dan berusaha untuk berkomunikasi dengan semua orang yang berpotensi terkena dampak adalah hal yang mustahil.

Mengidentifikasi bagian stakeholder prioritas dalam cabang etika teori stakeholder Implikasi praktis dari pendekatan teoritis ini kepada stakeholder prioritas ( sesuai dengan cabang etika teori stakeholder ) adalah bahwa organisasi dimana tanggungjawab sosial perusahaan dan pelaporan sosial dan lingkungan dimotivasi oleh keinginan untuk meminimalkan dampak negatif sosial dan lingkungan dari operasinya akan memprioritaskan kebutuhan stakeholder sesuai dengan sejauh mana operasi organisasi berdampak dalam kehidupan stakeholder tersebut. Dalam menentukan kebijakan dan praktik organisasi berusaha untuk meminimalkan dampak negatif pada banyak stakeholder ini seminimal mungkin. Hal ini menunjukkan kebutuhan dan harapan dari para stakeholder kepada siapa operasinya memiliki dampak yang berpotensi besar dalam prioritas kebutuhan dan harapan stakeholder kepada siapa itu cenderung memiliki dampak yang lebih rendah. Namun ODwyer (2005) menunjukkan bagaimana masalah dari proses stakeholder prioritas ini dalam praktek, sebagai stakeholder dimana beberapa mungkin memiliki ketergantungan yang tinggi pada organisasi untuk alasan kemanfaatan dapat dihilangkan dari bagian prioritas stakeholder yang ditetapkan dan ditentukan oleh para manajer organisasi.

Mengidentifikasi Kebutuhan Informasi dan Harapan Stakeholder - Tahap untuk apamengidentifikasi apakah ada permintaan antara stakeholder terhadap informasi sosial dan lingkungan. Jika terdapat permintaan dari stakeholder atas informasi sosial dan lingkungan, hal ini menunjukkan bahwa para stakeholder memegang tanggungjawab dan akuntabilitas organisasi.

Tuntutan stakeholder untuk, dan reaksi terhadap informasi sosial dan lingkungan Segala bentuk pelaporan publik agar menjadi berguna perlu ada sebuah permintaan eksternal untuk, atau reaksi terhadap informasi tertentu yang diungkapkan.Deegan dan Rankin (1997) menemukan, pada tingkat yang signifikan secara statistik , bahwa pemegang saham dan individu dalam organisasi dengan review atau pengawasan fungsi (termasuk asosiasi konsumen, kelompok karyawan, asosiasi industri dan kelompok lingkungan) menganggap bahwa informasi lingkungan adalah material untuk melakukan keputusan tertentu mereka. Selain itu, pemegang saham, akademisi akuntansi dan individu dari organisasi dengan review atau pengawasan fungsi juga mencari informasi lingkungan dari laporan tahunan untuk membantu dalam membuat berbagai keputusan mereka. Laporan tahunan ini dirasakan oleh keseluruhan kelompok responden secara signifikan lebih penting (pada pertengahan 1990-an) dibandingkan sumber informasi lain mengenai interaksi organisasi dengan lingkungan.Teori yang mendasari studi ini adalah hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa isi informasi dari pengumuman berita jika relevan dengan pasar maka akan segera dan secara tidak bias tercakup dalam harga saham. Artinya jika item informasi tentang suatu organisasi dapat dikaitkan dengan perubahan harga saham organisasi tersebut, maka diasumsikan bahwa informasi penting bagi investor.Berikut ini studi-studi yang meneliti reaksi pasar terhadap pengungkapan yang dibuat oleh organisasi itu sendiri : Ingram (1978) dan Anderson dan Frankie (1980) menemukan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap pengungkapan sosial, dengan Ingram menyimpulkan reaksi menjadi fungsi, antara lain industri yang diikuti organisasi milik dan jenis pengungkapan sosial yang dibuat. Belkaoui (1976) dan Jaggi dan Freedman (1982) mempelajari reaksi investor untuk pengungkapan polusi. Belkaoui mengamati reaksi pangsa pasar yang positif untuk perusahaan yang memberikan bukti prosedur pengendalian polusi yang bertanggung jawab, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bisa menunjukkan tanggung jawab. Jaggi dan Freedman (1982) mempelajari dampak pasar pengungkapan polusi dibuat oleh perusahaan yang beroperasi dalam industri yang sangat berpolusi. Konsisten dengan hasil Belkaoui itu, Jaggi dan Freedman mengamati reaksi pangsa pasar positif perusahaan-perusahaan yang bisa menunjukkan kontrol polusi lebih besar. Shane dan Spicer (1983) melakukan penelitian yang menyelidiki respon pasar terhadap informasi kinerja lingkungan yang berasal dari sumber di luar perusahaan, khususnya yang diproduksi oleh organisasi berbasis New York, Dewan Prioritas Ekonomi. Mereka menemukan bahwa organisasi yang diidentifikasi memiliki peringkat kinerja pengendalian polusi rendah lebih mungkin untuk memiliki security return negatif yang signifikan pada hari yang peringkat yang dirilis ke publik dibandingkan dengan organisasi dengan peringkat kinerja pengendalian polusi lebih tinggi. Shane dan Spicer menganggap bahwa hasilnya konsisten dengan asumsi bahwa informasi yang dirilis oleh Dewan Prioritas Ekonomi mengizinkan investor untuk membedakan antara organisasi dengan catatan kinerja pengendalian polusi yang berbeda. Lorraine, Collison dan Power (2004) meneliti reaksi harga saham di Inggris untuk publikasi tentang denda bagi pencemaran lingkungan serta penghargaan tentang prestasi lingkungan yang baik, selama 5,5 tahun mereka menemukan bahwa ada sedikit reaksi pasar pada hari denda atau penghargaan diumumkan, namun ada dampak yang signifikan terhadap harga saham dalam waktu seminggu dari pengumuman itu. Freedman dan Patten (2004) memukan dimana perusahaan-perusahaan (di AS) menerbitkan informasi dalam laporan tahunan mereka tentang tingginya tingkat polusi emisi dari pabrik mereka, reaksi harga saham mereka lebih rendah dari pada perusahaan yang dikenal mengeluarkan polusi yang tinggi tidak melaporkan hal itu dalam laporan tahunan mereka. Blacconiere dan Patten (1994) meneliti reaksi pasar atas kebocoran kimia Union Carbide di India pada tahun 1984. Menggunakan 47 sampel perusahaan US, mereka mengamati reaksi pasar dalam industri signifikan atas kejadian tersebut. Namun perusahaan dengan pengungkapan lingkungan yang lebih luas dalam laporan tahunan mereka sebelum bencana mengalami reaksi negatif yang lebih kecil dibandingkan dengan pengungkapan yang kurang luas.Dari penelitian diatas, akan terlihat bahwa investor bereaksi terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial organisasi, karena itu jawaban yang luas atas pertanyaan akuntabel untuk apa adalah akuntabel untuk beberapa tingkat dari praktek dan/atau dampak dari tanggung jawab sosial.Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, perbankan dan lembaga asuransi telah menjadi pengguna utama informasi sosial dan lingkungan, khususnya tentang kinerja lingkungan organisasi.