BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program...

25
1 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah program features yang bertujuan untuk mengedukasi khalayak tetapi tidak menghilangkan unsur hiburannya. Feature tidak jauh berbeda dengan soft news. Dalam cara pembuatan sebuah program features tidak jauh berbeda dengan membuat berita televisi, hanya saja karena feature bukan informasi yang harus dengan cepat disajikan agar informasinya tidak basi, maka membuat feature dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Feature yang penulis pilih adalah feature perjalanan (traveling) dan reality show. Pada hakikatnya feature berbeda dengan program berita, feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang unik, fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap tidak meninggalkan unsur informatifnya). Fungsi program features televisi mencakup lima hal berikut : - Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Tanpa feature, program berita terkesan monoton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa untuk tetap menonton berita secara utuh. - Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah terjadi dari prespektif jurnalis dengan pendekatan human interest yang dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk pada hal-hal yang sifatnya penting sekali. Namun, feature sebaliknya, mengandung informasi ringan, unik, menyentuh perasaan, dan terperinci yang belum terangkat pada program berita menjadi materi berharga dalam kisah feature yang berbobot, karena pemirsa membutuhkan informasi tersebut. - Memberikan hiburan atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan. Fungsi menghibur senantiasa melekat pada setiap bentuk media. Pemirsa membutuhkan program televisi karena terdesak akan hiburan untuk mengembangkan imajinasi bagi keseimbangan kejiwaannya dalam segala tingkatan usia. - Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas. Program

Transcript of BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program...

1

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Program Sebelumnya

Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah

program features yang bertujuan untuk mengedukasi khalayak tetapi tidak

menghilangkan unsur hiburannya. Feature tidak jauh berbeda dengan soft news.

Dalam cara pembuatan sebuah program features tidak jauh berbeda dengan membuat

berita televisi, hanya saja karena feature bukan informasi yang harus dengan cepat

disajikan agar informasinya tidak basi, maka membuat feature dapat disesuaikan

dengan kebutuhan. Feature yang penulis pilih adalah feature perjalanan (traveling)

dan reality show. Pada hakikatnya feature berbeda dengan program berita, feature

memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang unik, fakta yang

mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, disamping tetap

tidak meninggalkan unsur informatifnya). Fungsi program features televisi

mencakup lima hal berikut :

- Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Tanpa feature, program

berita terkesan monoton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa

untuk tetap menonton berita secara utuh.

- Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah

terjadi dari prespektif jurnalis dengan pendekatan human interest yang

dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk

pada hal-hal yang sifatnya penting sekali. Namun, feature sebaliknya,

mengandung informasi ringan, unik, menyentuh perasaan, dan terperinci yang

belum terangkat pada program berita menjadi materi berharga dalam kisah

feature yang berbobot, karena pemirsa membutuhkan informasi tersebut.

- Memberikan hiburan atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang

menyenangkan. Fungsi menghibur senantiasa melekat pada setiap bentuk

media. Pemirsa membutuhkan program televisi karena terdesak akan hiburan

untuk mengembangkan imajinasi bagi keseimbangan kejiwaannya dalam

segala tingkatan usia.

- Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau

peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas. Program

2

features selain melihat dari dimensi kuantitatif tetapi sekaligus member makna

terhadap dimensi kualitatif.

- Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi pemirsa

televisi. Dengan program berita, pemirsa akan mendapatkan aspek kognitif

yaitu mendapatkan informasi pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran.

Dengan program features pemirsa televisi akan dipengaruhi dari aspek afektif

yaitu empati, perasaan, hati nurani, dan ketenangan. (Fachruddin, 2012)

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Dengan Program Sebelumnya

NO

JUDUL

PROGRAM

ISI PROGRAM

PERBEDAAN PROGRAM

1.

Celebrity on

Vacation

Terlalu banyak pengambilan

gambar established shot

Pengambilan gambar established

dan detail seimbang sehingga akan

seimbang dengan inforasi yang

akan disajikan

2.

Koper Dan

Ransel

Sekuen dari sebuah gambar

tercipta dari beberapa gambar

yang diambil tidak monoton

Banyak melakukan pengambilan

gambar yang mendeskripsikan

kebudayaan setempat

3.

Jalan-Jalan

Men

Beberapa pengambilan gambar

sangat berfariasi, namun beberapa

episode juga sering terjadi

perbedaan pengaturan warna yang

sangat menonjol

Mengurangi terjadinya perbedaan

warna yang sangat mencolok,

dengan pemilihan camera dan lensa

yang tepat.

3

4.

Amazing

Race

Tidak ada beauty shot dan sekuen

dari gambar–gambar yang

ditampilkan terkesan sangat

monoton

Beberapa adegan menampilkan

beauty shot dan beberapa gambar

yang diambil dengan cara variatif,

2.2 Teori atau Konsep yang Berkaitan dengan Proses Pembuatan Tugas Karya

Akhir

2.2.1 Konsep Tahapan Produksi

Gerrald Millerson dalam buku Fachruddin menjabarkan konsep

standart operasional prosedur produksi televisi dalam arti luas sebagai

berikut: (Fachruddin, 2012)

a) Pra Poduksi

Pra-produksi adalah tahapan perencanaan dan persiapan. Tahapan ini

sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik,

sebagian pekerjaan dari produksi direncanakan sudah beres. Tahapan pra-

produksi meliputi tiga bagian, yaitu:

- Penemuan ide: Merupakan tahapan awal, dimulai ketika seorang

produser menemukan idea atau gagasan, membuat riset dan menuliskan

atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah

sesudah riset.

- Perencanaan: Tahapan ini meliputi penetapan jangka waktu kerja,

penyempurnaan naskah, lokasi dan area. Selain estimasi biaya, penyediaan

biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu

dibuat dengan hati-hati dan teliti.

- Persiapan: Tahapan ini meliputi pemberesan semua kontrak dan

perijinan dan surat menyurat, meneliti dan melengkapi peralatan yang

diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka

waktu kerja yang sudah ditetapkan.

4

b) Produksi

Produksi adalah tahapan sesudah semua proses perencanaan dan

persiapan seselai. Ketika pelaksanaan produksi dimulai, produser bekerja

sama dengan bintang tamu dan para crew mencoba mewujudkan apa yang

direncanakan dalam sebuah kertas dan tulisan (syuting script) menjadi

gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan

produksi produser menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam

adegan (scene) yang dirangkum dalam shoot list.

c) Pasca Produksi

Proses pasca produksi menjadi tahapan terakhir di dalam

memproduksi sebuah tayangan. Kegiatan pada proses pasca produksi

terdiri dari video dan audio editing. Dan juga terdiri dari pembenaran

warna di video clip, pemilihan background musik, dan pembuatan dari

efek audio khusus. Saat menggunakan single kamera maka adegan

direkam dengan satu adegan. Tahapan pasca produksi akan membutuhkan

waktu lebih lama dari produksi lainnya. (Zettle, 2009)

Berbicara tentang suatu profesi melakukan pekerjaan, berarti

membahas tentang tugas dan tanggung jawab. Seperti profesi lainnya,

camera person sebagai bagian dari kru produksi mempunyai tugas dan

tanggung jawab yang spesifik. Seorang camera person memiliki peranan

di dalam tiga tahapan produksi, yakni pra-produksi, produksi, serta pasca

produksi. (Umbara, 2009)

Pada tahapan pra-produksi seorang camera person akan diberikan

pengarahan dari sutradara ataupun program director tentang rencana

visual yang akan dibuat. Secara sistematis rencana ini dibuat ke dalam

breakdown script, kemudian sutradara akan mendiskusikan shot–shot

seperti apakah yang harus diambil oleh seorang camera person.

Tahapan selanjutnya adalah produksi, di tahap inilah seorang camera

person memiliki peran yang sangat penting. Seorang camera person harus

menentukan komposisi gambar serta angle yang baik, memperhatikan

pencahayaan dan tata letak kamera, serta mengatur settingan kamera sesuai

dengan lokasi syuting yang dijadikan tempat produksi. Setelah proses

5

produksi selesai dilakukan seorang camera person memiliki peranan pada

tahap pasca produksi, pada tahapan ini seorang camera person akan

membuat camera report yang berisi tentang semua keterangan shot

lengkap dengan keterangan waktu atau time code untuk memudahkan

editor dalam bekerja dan menjelaskan berbagai hal tertentu yang bisa jadi

tidak dimengerti oleh editor. (Umbara, 2009)

2.2.2 Pengertian features

Features dapat diartikan sebagai softnews karena, cara pembuatan

features sama seperti berita televisi dan features informasinya tidak harus

dengan cepat disajikan atau disampaikan kepada masyarakat hanya karena

takut informasinya akan basi. Maka dalam pembuatan features sangat

fleksibel sesuai dengan kebutuhannya. (Fachruddin, 2012)

2.2.2.1 Jenis-jenis features

Menurut Jim Atkins dan Leo Willette dalam (Fachruddin, 2012)

features adalah sesuatu yang bisa membuat penonton berlompatan

dan berpindah untuk menyaksikannya, lalu mereka

membicarakannya, meresponnya dan mengingatnya. Dapat

diartikan disini features adalah liputan mengenai kejadian yang

dapat menyentuh perasaan serta menambah pengetahuan melalui

penjelasan yang terperinci. Features menyuguhkan kegiatan pada

umumnya yang membutuhkan interaksi, rekreasi, pengetahuan,

pemecahan masalah atau informasi kuliner.

Beberapa jenis features menurut Fachruddin (Fachruddin, 2012)

adalah:

• Features Kepribadian (profil)

Membahas tentang profil perjalanan hidup seorang tokoh yang

menarik.

• Features Sejarah

Features sejarah memperingati tanggal-tanggal atau peristiwa

penting yang terjadi secara nasional maupun internasional.

6

• Features Musiman

Program musiman selalu menghadirkan informasi yang seluas

luasnya hingga mendetail karena kebutuhan informasi yang tinggi.

Dalam hal ini disebut musiman karena tidak dilaksanakan setiap

harinya, hanya pada fase-fase tertentu.

• Feature Petualangan

Merupakan features yang menuliskan pengalaman-pengalaman

istimewa dan mencengankan

• Features Interpretatif.

Pada jenis ini, features interpretative menyajikan sebuah organisasi,

aktivis, tren atau gagasan tertentu yang sedang menjadi buah bibir

dimasyarakat.

• Features Kiat (Petunjuk Praktis)

Features ini berkisah kepada pemirsa bagaimana menuntun,

mengajarkan dan melakukan hal atau tindakan.

• Feature ilmiah (Science)

Features ilmiah merupakan features yang mengungkapkan sesuatu

yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan.

• Features Perjalanan (Traveloque)

Tayangan features yang mengajak pemirsa televisi untuk

mengenali lebih jelas tentang suatu kegiatan perjalanan wisata yang

dinilai memiliki daya tarik karena objeknya yang popular,

masyarakatnya yang ramah, maupun terdapat berbagai fenomena

lainnya.

• Features Kuliner

Features tentang apapun yang berkaitan dengan makanan yang

mempunyai daya tarik dan perlu diketahui pemirsa.

• Features Minat Insani

Features yang menyentuh kebiasaan dan kebutuhan hiduo manusia

sehari-hari beserta mahluk hidup yang berada disekitarnya.

7

2.2.2.2 Program yang dibuat oleh penulis adalah features

perjalanan (Traveloque)

Features perjalanan merupakan kisah perjalanan jurnalis atau

seseorang beserta kelompoknya ke objek wisata, yang detail

merinci seluruh persiapan yang dibutuhkan dengan konsekuensi

yang diperoleh dalam sejumlah biaya. Tayangan ini mengajak

pemirsa berekreasi mengunjungi beberapa tempat wisata yang

popular atau belum dikenal tetapi sangat indah (beautiful place),

sehingga pemirsa tanpa harus keluar keluar rumah serasa

bertamasya, menambah cakrawala pengetahuannya, kepedulian

terhadap lingkungan semakin tajam, dan kecintaan terhadap alam

semakin kuat. (Fachruddin, 2012)

2.2.2.3 Proses Pembuatan Features

Memproduksi sebuah features harus kreatif karena, features

dimaksud untuk membuat pemirsa atau penonton merasa nyaman,

terhibur, dan memberikan informasi kepada penonton. Sebaiknya

sebuah features harus menyajikan fakta-fakta yang kuat, dan penuh

dengan warna seperti percakapan, cerita dan penuturan yang

mengalir. Berikut proses pembuatan features:

1. Mencari ide

Setelah mengetahui jenis-jenis features televisi yang dapat

diproduksi, selanjutnya bagaimana seorang produser mendapatkan

bahan untuk membuat features. Dan ide untuk pembuatan program

features bisa didapatkan dari:

- Pengalaman pribadi

- Jaringan atau informan

- Menelalah media lain

- Ide di pinggir jalan

Setelah mendapatkan ide, mulailah menentukan tema. Pada

dasarnya semua masalah dapat diangkat menjadi features televisi.

Mulai dari masalah sosial, personal, politik, ekonomi, budaya, dll.

(Fachruddin, 2012)

8

2. Membuat Perencanaan

Rujukan riset dilakukan untuk membuat kerangka rancangan cerita

atau proposal, treatment atau skrip, structure (sequence atau

scene), daftar pertanyaan, jadwal rencana peliputan shooting,

wawancara, editing, mixing, dll.

Perencanaan features dapat dimulai dari rapat redaksi sebelum

berita on air, untuk membahas informasi yang masuk sebagai

bahan liputan berita. Dan setelah mendapatkan ide dan melakukan

riset, jurnalis menjabarkan treatmen untuk dituangkan dalam

proposal. (Fachruddin, 2012)

3. Structure (Sekuen Dan Scene)

Structure membentuk kerangka features agar alur cerita menjadi

jelas dan tersusun dengan baik. Membuat tahapan structure akan

lebih nyaman dilakukan terlebih dahulu. Dimana sequence dan

scene sejatinya akan mendasari setiap langkah produksi yang

dilakukan structure relatif fleksibel melihat perkembangan

dilapangan. (Fachruddin, 2012)

4. Menyusun Daftar pertanyaan

Features membutuhkan narasumber sebagai informasi untuk

mengembangkan cerita pada program. Tanpa narasumber sangat

sulit mengandalkan data-data saja. Keakuratan informasi yang

dibuat dalam features mengesankan program yang objektif serta

memuluskan alur cerita yang mengalir alami. Daftar pertanyaan

harus disiapkan sebelum bertemu dengan narasumber karena,

ketika berhadapan dengan narasumber, suasananya mungkin akan

berbeda dan akan mempengaruhi konsentrasi jurnalis yang bisa

saja gugup atau bahkan blank tanpa sadar begitu saja. (Fachruddin,

2012)

5. Menyiapkan Host ( Presenter Program)

Penunjukan host pada setiap program features sangat bebas dan

kompetitif, mengingat persaingan program di stasiun televisi saat

9

ini. sebagian besar features di stasiun televisi dipandu oleh host

yang khusus dikontrak untuk membawa features tersebut.

Kalaupun seorang host adalah karyawan stasiun televisi yang

bersangkutan sifatnya sangat mendesak serta performance-nya

sangat netral dan trendi. Seperti: berparas menarik, energik, dan

menguasai gaya bahasa. Penampilannyapun menggunakan baju

yang netral ditambah dengan pergerakan kamera crazy short.

Namun, dalam menyusun pertanyaan harus dilakukan oleh jurnalis

karena, host belum tentu memiliki penguasaan amteri seluas apa

yang dibenak seorang creator features yang handal. (Fachruddin,

2012)

6. Membuat shooting list

Shooting list berisikan perkiraan gambar yang dibutuhkan, seperti

catatan tentang urutan gambar yang akan kita rekam dengan

kamera, seperti lokasi peristiwa, wawancara narasumber yang

berkaitan dengan materi program. (Fachruddin, 2012)

7. Menyiapkan Jadwal Shooting

Setelah membuat shooting list, begitu banyak lokasi, angle,

komposisi, janjian wawancara, suasana ramai, tenang, cuaca, dll

yang harus dijadwalkan berdasarkan skala prioritas. Patokannya

adalah berdasarkan gambar yang paling penting dengan

pertimbangan waktu shooting, suasana yang mendukung dan

pernajian wawancara dengan narasumber features yang akan

diproduksi. (Fachruddin, 2012)

8. Menyiapkan Perlengkapan

Perlengkapan shooting yang paling penting adalah dimulai dari

kamera. Jenis kamera apa yang akan digunakan, lalau dicek apakah

seluruhnya berfungsi dengan baik untuk merekam gambar.

Sebaiknya, cameramen mengecek peralatan kamera, system

perekamannya termasuk kaset, baterai, mikrofon, tripod, kabel, dan

lampu darurat untuk wawancara. Karena untuk memastikan apakah

10

cameramen yang mengoperasikanya sudah terbiasa dengan kamera

tersebut. (Fachruddin, 2012)

2.2.3 Konsep Camera Person

Program yang disajikan stasiun televisi misalnya sinetron terkadang

membuat penonton enggan untuk beranjak dari depan televisi, karena setiap

seri yang diputar pasti akan memancing keingintahuan dari penonton. Teknik

pengambilan gambar seakan sudah tidak asing lagi, dimana mereka sudah

sangat memahami close up, zoom in, dan cut to cut, tanpa disadari penonton

menjadi kritis dalam menganalisa program-program televisi. Apabila

program acara yang disajikan tidak menarik, maka dengan mudah penonton

akan berpindah ke channel lainnya. Dibalik pembuatan program salah satu

orang yang mempunyai peranan besar terhadap karya jurnalistik televisi

adalah seorang camera person. Camera person adalah mata dari televisi,

cameraman berfungsi sebagai ujung tombak suatu televisi. Tidak ada gambar

berarti tidak ada berita atau tidak ada suatu program acara, karena televisi

merupakan media audio visual yang mengandung unsur tersebut. (Morrison,

1990)

Secara sederhana shooting merupakan bagian dari sebuah produksi

audio visual yang menggunakan kamera sebagai alat perekam. Hal ini tidak

dapat dipisahkan dari seorang camera person yang memang erat kaitannya

dengan pengambilan gambar atau yang biasa disebut dengan shot. Secara

teknis shot adalah suatu proses dimana cameraman menekan tombol record

hingga menekan tombol record lagi. Shot merupakan satu bagian dari

rangkaian gambar yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu

take saja. Pengambilan shot yang baik adalah ketika kombinasi berbagai

komposisi gambar ke dalam sambungan yang utuh dan indah dalam satu kali

pengambilan gambar. Untuk itu penting bagi seorang camera person harus

mengetahui makna dari sebuah shot dan memahami berbagai hal teknik yang

berhubungan dengan pengambilan gambar. (Umbara, 2009)

11

2.2.3.1 Teknik pengambilan gambar

Dalam melakukan sebuah perekaman adegan hal yang patut

diperhatikan camera person adalah teknik pengambilan gambar.

Perlu dipahami oleh seorang camera person bagaimana

mengungkapkan setiap makna-makna yang ingin ditampilkan

ketika pengambilan shot-shot. Teknik pengambilan gambar (shot)

merupakan teknik mengumpulkan materi (gambar) guna

membangun suatu cerita. Pengambilan gambar dapat terlaksana

dengan baik dan benar jika dipahami untuk apa gambar diambil,

bagaimana spesifikasinya, seberapa besar ukurannya, moment

mana yang bersesuaian, arah dan tujuan pergerakan, penentuan

pesan dan kesan yang ada di dalam sebuah gambar. Perpaduan

antara keselarasan dengan keseimbangan inilah yang harus

ditemukan oleh seorang cameraman untuk menjadi acuan

menentukan pilihan gambar. (Umbara, 2009)

Teknik dasar atau basic shot pengambilan serta perekaman

gambar yang biasa sering dilakukan oleh seorang cameraman

dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu:

1. Extreme Close Up (ECU)

Pengambilan gambar yang mencakup salah satu bagian tubuh

yaitu mata dan hidung saja, yang berfungsi mengetahui detail

suatu objek.

2. Big Close Up (BCU)

Pengambilan gambar dari batas kepala hingga dagu, dan

kadang sangat diperlukan untuk menunjukan detail ekspresi

wajah aktor.

3. Close Up (CU)

Pengambilan gambar dari ujung kepala leher bagian bawah,

boleh memotong sedikit bagian atas kepala. Close up dapat

juga digunakan untuk mendeskripsikan suatu shot yang

memperlihatkan secara jelas ekspresi karakter.

12

4. Medium Close Up (MCU)

Memperlihatkan objek gambar mulai dari ujung kepala hingga

dada atas. Shot ini baik untuk seseorang yang berbicara

langsung didepan kamera.

5. Medium Shot (MS)

Pengambilan gambar batas kepala hingga pinggang atau perut

bagian bawah, berfungsi memperlihatkan sosok objek secara

jelas.

6. Knee Shot (KS)

Pengambilan gambar dari batas kepala hingga lutut. Batas

framing Knee shot adalah tiga per empat ukuran tubuh

manusia.

7. Long Shot (LS)

Pengambilan gambar memperlihatkan seluruh tubuh dari

bagian atas kepala hingga kaki. Pengambilan gambar dari jarak

yang cukup jauh sehingga memperlihatkan objek dan latar

belakang.

8. Very Long Shot (VLS)

Pengambilan gambar dengan background mendominasi objek

agak kecil. Jaraknya lebih jauh dari long shot.

9. Extrem Long Shot (ELS)

Pegambilan gambar yang bertujuan menunjukan background

yang sangat dominan. Biasanya menyajikan pemandangan

alam yang sangat luas.

Penggunaan tipe shot dapat membangun penekanan yang

berbeda pada tiap gambar. Pada medium shot makna yang akan

dibangun akan terkesan netral. Dapat dikatakan netral karena jenis

shot ini merupakan jenis shot yang paling aman dan tidak ada

penekanan khusus dalam penggunaannya. Berbeda pada medium

shot, penggunaan long shot pada sebuah gambar memiliki arti dan

tujuan spesifik yang ingin dicapai. Pada umumnya long shot

digunakan pada saat subjek melakukan aktifitas baru, untuk

mengikuti lokasi yang luas atau ketika adegan berjalan cepat,

13

menunjukan dimana adegan berada/menunjukkan tempat, untuk

menunjukkan progress subjek, dan untuk menunjukkan

bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain.

Sama halnya dengan long shot, penggunaan close shot juga

memiliki maksud dan tujuan tertentu bahkan dapat dikatakan

memiliki tujuan yang lebih spesifik di dalam penyampaian

pesannya. Efek dari close shot dapat menciptakan kesan gambar

lebih cepat, mendominasi, menekan, ada makna estetis, dan juga

memiliki makna psikologis terhadap gambar yang dihasilkan.

(Umbara, 2009)

Beberapa pengambilan gambar pada stockshot

mengedepankan unsur artistik. Salah satu shot yang menonjolkan

unsur seni adalah pengambilan gambar dengan changing focus.

Maupun pengambilan gambar bokeh (background blur). Changing

focus berarti merubah titik fokus dari titik satu ke titik fokus

lainnya. Dengan change focus maka akan merubah titik perhatian.

Selain merubah titik perhatian dengan change focus akan

mengakibatkan efek dramatis tertentu. Pengambilan gambar

dengan tipe shot tertentu memiliki tujuan tertentu pula di dalam

menciptakan pesan dan menghasilkan gambar yang ingin

disampaikan. Penggunaan tipe shot dapat membangun penekanan

yang berbeda pada tiap gambar. (Umbara, 2009)

Seorang camera person juga harus memahami angle pada

kamera. Terdapat tiga jenis sudut pengambilan gambar pada

kamera yaitu low angle, high angle, dan eye level. Secara mekanis

angle pada kamera menjadi hal yang penting karena dapat

membangun konstruksi makna tertentu yang ingin dihasilkan pada

suatu gambar. Angle atau sudut pengambilan gambar itu

berhubungan erat dengan lensa, baik jenis lensa yang digunakan

maupun penempatan kamera itu sendiri. Seorang camera person

yang mengerti, memahami dan mampu mengoperasionalkan lensa

berarti seseorang yang mampu memaksimalkan kreatifitasnya

dalam bentuk gambar. Ruang internal shot sering kali menonjolkan

14

kualitas emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk

membangun shot sering digunakan secara gamblang dan langsung.

Tinggi rendahnya penempatan lensa ataupun kamera akan

mempengaruhi bagaimana penonton mengidentifikasi subjek.

Pengambilan gambar dengan high angle atau posisi kamera

lebih tinggi dari objek akan mengakibatkan objek terlihat lebih

imperior, atau tertekan. Kebalikan dari high angle yaitu low angle

posisi kamera lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek

terlihat lebih superior, dominan, dan menekan. Adapun eye level

pengambilan gambar, subjek sejajar dengan lensa kamera, eye level

merupakan sudut pengambilan yang normal sehingga subjek

terlihat netral dan tidak ada intervensi khusus pada subjek. Dengan

mengetahui dampak pesan yang akan disampaikan dari sudut

pengambilan gambar diharapkan mengkonstruksi shot-shot yang

akan dibuat dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada

penonton. (Umbara, 2009)

Seorang camera person akan selalu dihadapkan pada hal-hal

penting dalam proses syuting atau produksi. Camera person juga

harus mengetahui komposisi gambar yang baik. Komposisi gambar

akan mempengaruhi estetika dari gambar yang dihasilkan.

Komposisi gambar yang baik harus terdiri dari unsur-unsur yang

menarik dan saling bersinergi, dimana dalam satu gambar berpadu

menjadi kesatuan yang jelas, selaras dan harmonis. Prinsip utama

dari segala macam komposisi adalah komposisi (balance). Sering

sekali penonton merasa bosan dengan komposisi gambar terutama

ketika melihat subjek statis dalam frame yang tidak ada pergerakan

di kamera. Hal tersebut terjadi karena kedalaman tampilan (dept)

komposisi yang kurang sesuai, Ada beberapa cara membuat

kedalaman gambar, salah satunya dengan membuat shot

menggunakan foreground, yaitu penambahan subjek lain di depan

subjek pertama. Foreground bisa membantu dalam membuat

kedalaman, jarak, skala terutama untuk subjek yang jauh. (Umbara,

2009)

15

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan

gambar dalam framing seperti nose room, head room dan walking

room. Nose room disebut juga looking space room, yaitu ruang

kosong yang memeberikan jarak di depan hidung dan mata dengan

tepi frame Ruang kosong ini dinamakan nose room. Nose room

tidak hanya berlaku pada profile seseorang saja, namun pada subjek

apapun, karena dengan nose room berarti ada ruang gerak di

hadapan subjek. Headroom merupakan daerah kritis pada

pengambilan gambar. Headroom adalah jarak antara kepala dengan

bingkai (frame) yang sesuai untuk mengatur agar objek tidak

terlihat tenggelam atau over lap dengan tepi bingkai atas. Walking

room yaitu apabila kamera panning mengikuti objek yang sedang

berjalan, di hadapan objek harus ada ruang kosong, dan ruang

kosong inilah yang disebut sebagai walking room. (Purba, 2013)

Dalam melakukan proses pengambilan gambar, seorang

camera person dapat mengacu pada metode seperti triangular

rules, rules of third, dan crossing essential area. Triangular rules

merupakan konsep menempatkan objek ke dalam bentuk segitiga,

maupun berada tepat di tengah frame. Konsep ini menyatakan

bahwa gambar yang baik adalah ketika subjek dapat berada tepat di

dalam garis segitiga pada frame dan akan memberikan kesan kuat

dan seimbang. Rules of third adalah suatu kondisi dimana frame

dibagi menjadi tiga bagian, baik horizontal ataupun vertikal.

Menurut teori ini, gambar yang baik adalah ketika salah satu subjek

yang kita inginkan berada pada titik pertemuan garis vertikal dan

horizontal tersebut. Konsep Crossing essential area menyatakan

bahwasannya gambar yang baik adalah gambar yang dapat

menampilkan bagian subjek seutuhnya pada gambar meskipun

terdapat gerakan dari subjek (subjek tidak melewati

essential/critical area pada frame). (Umbara, 2009)

16

2.2.3.1.1 The Simple Shot

Simple Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan berbagai

objek yang di shot. Adapun objek yang di shot boleh bergerak

(move) maupun diam (statis). Ciri-ciri dari simple shot adalah:

• Tidak ada pergerakan lensa (no lens movement)

• Tidak ada pergerakan dari kepala kamera ( no camera

movement)

• Ada pergerakan sederhana dengan materi atau subjek ( a

simple subjek movement)

2.2.3.1.2 The Developing Shot

Developing Shot adalah teknik pengambilan gambar dengan

berbagai objek yang bergerak baik individu maupun kelompok.

Ciri-ciri dari developing shot adalah:

• Ada pergerakan lensa (lens movement)

• Ada pergerakan dari kepala kamera (camera movement)

• Ada pergerakan dari badan kamera (mounting movement)

• Ada pergerakan objek yang sulit (complicated subjek

movement)

The Developing Shot biasanya dilakukan untuk mengambil

gambar dengan menggunakan seluruh kemampuan pergerakan

kamera. Biasanya the developing shot dilakukan dengan

menggunakan alat bantu pergerakan badan kamera seperti,

Porta Jib, Crane, Dolly, Slider, Steady Cam, Camera hand held,

dan Mounting Car.

2.2.3.1.3 Over The Shoulder

Sebuah shot dimana seseorang atau sesuatu yang diambil dari

punggung belakang Teknik ini merupakan teknik pengambilan

subjek dari sisi belakang orang lain. Pengambilan gambar

dilakukan dengan memotong frame dari belakang telinga sekitar

1/3 dari lebar frame dan orang yang diambil harus menduduki

17

kira-kira 2/3 dari lebar frame. Subjek yang diambil harus terlihat

dengan jelas dan usahakan juga bahunya terambil. Over The

Shoulder dibuat untuk menunjukan interaksi dua subjek dalam

adegan dialog.

2.2.3.2 Pergerakan Kamera

Setelah mengetahui teknik pengambilan gambar, beberapa hal

yang perlu diperhatikan seperti mengenai pergerakan kamera.

Berbicara mengenai pengambilan gambar tidak lengkap rasanya bila

tidak membahas pola pergerakan dari kamera. Pergerakan kamera

atau camera movement harus di perhatikan dengan teliti, ketika

cameraman melakukan pergerakan kamera harus memiliki motivasi

dan tujuan yang jelas. Ada enam jenis pergerakan kamera dalam

posisi kamera diam, yaitu tilt up, tilt down, pan right, pan left, zoom

in, dan zoom out. Kemudian ada empat jenis pergerakan kamera

dengan posisi kamera berpindah tempat. Pergerakan kamera tersebut

meliputi track in, track out, track left, dan track right. Seorang

cameraman ingin melakukan pergerakan kamera karena ingin

memperlihatkan ekspresi tertentu, memberikan point penting pada

subjek baru, menambah visual interest, untuk membuat perubahan

angle atau sudut pandang. Dan yang paling umum pergerakan

kamera dimaksud untuk membangun visual dengan informasi yang

baru serta untuk menciptakan atmosfer. (Umbara, 2009)

Ada hal penting yang harus diperhatikan oleh camera person

yaitu mengatur intensitas pencahayaan agar dapat memperjelas

bentuk dan dimensi sebuah objek tertentu. Tata cahaya adalah seni

pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan

agar kamera mampu melihat objek dengan jelas. Hal ini penting

karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur

yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera.

Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna

yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan dalam

mengenali karakter masing-masing sumber cahaya. Intensitas

18

menandakan seberapa terang cahaya yang ada, kaitannya dengan

berapa nilai eksposur yang dipakai.

Sinar matahari di siang hari memiliki intensitas tinggi,

menghasilkan pencahayaan yang keras dan membuat bayangan

yang jelas. Jenis cahaya semacam ini biasa disebut sebagai hard

light (pencahayaan keras). Sedangkan sinar yang dari bersumber

dari lampu lebih fleksibel karena bisa diatur intensitasnya. Sinar

dari lampu juga bisa diatur supaya lebih lembut sehingga

menghasilkan bayangan yang samar. Biasanya untuk itu digunakan

diffuser, reflector, omni bounce atau soft-box. Sinar yang sudah

diatur untuk lebih lembut seperti itu biasa dinamakan soft light

(pencahayaan lembut).

2.2.3.3 Membangun Sekuens

Sekuen merupakan elemen utama untuk memberikan tempo

dan ritme pada sebuah video, dan juga dapat membantu

menciptakan suatu moment cerita yang sedang dibuat. Sebuah

sekuem adalah sebuah sekuen adalah serangkaian scene yang

merupakan satu kesatuan scene. Bisa dikatakan sequence adalah

rangkain shot yang telah tersusun sebagai cerita. Sebelum

melakukan syuting, seorang camera person sudah mengetahui

terlebih dahulu struktur shot seperti apa yang ia perlukan di dalam

membangun sebuah alur cerita. (Purba, 2013)

Setelah menjelaskan mengenai beberapa pengambilan

gambar, seorang camera person juga harus dapat membangun suatu

cerita melalui sebuah gambar yang ingin disampaikan kepada

penoton. Camera person akan memaparkan tentang kesinambungan

gambar atau sequence. Ada beberapa metode yang dapat digunakan

untuk membuat struktur shot yang baik. Konsep yang pertama

adalah metode umum ke khusus. Metode umum ke khusus akan

memberikan penjelasan kepada penonton dimulai dari hal yang

umum ke hal yang lebih khusus atau spesifik. Caranya adalah

dengan memulai gambar dari pandangan yang luas atau general

19

view, dengan demikian penonton bisa melihat semua aspek yang

ingin diinformasikan oleh seorang camera person. Setelah itu

berikan poin-poin yang lebih spesifik dan mendetail dari poin-poin

umum tadi, sehingga penonton akan menemukan relasi dari sebuah

struktur gambar dan akan memahami informasi apa yang ingin

disampaikan. Konsep yang kedua adalah metode rekaman peristiwa.

Pada metode rekaman persitiwa shot-shot yang diambil sudah harus

spesifik dari awal. Kekuatan pada rekaman peristiwa terdapat pada

momen atau peristiwa itu sendiri, sehingga seorang juru kamera

harus jeli di dalam merekam gambar spesifik yang dapat dibuat

menjadi narasi awal sebuah cerita. Konsep yang ketiga adalah

interpretative shot. Interpretative shot atau yang bisa disebut juga

sebagai dekoratif shot adalah suatu kondisi dimana beberapa

pengambilan gambar diambil untuk melengkapi rekaman peristiwa

atau wawancara subyek. Interpretative shot dapat dibuat sebelum

ataupun sesudah kejadian utama. (Umbara, 2009)

Garis imajiner merupakan rumusan yang dapat dipergunakan

oleh seorang camera person ketika akan membuat kesinambungan

shot dalam suatu adegan. Garis imaginer digunakan untuk memberi

batas posisi kamera dalam mengambil gambar agar tidak jumping

dan menjaga kontinuitas gambar. Garis lurus 180 derajat yang

memisahkan kiri dan kanan. Apabila meletakan kamera posisi di

sebelah kanan, maka untuk pengambilan berikutnya juga harus

mengambil dari posisi sebelah kanan. begitu juga sebaliknya. Bila

garis imaginer ini dilanggar atau crossing the line maka dapat

mengakibatkan terpecahnya perhatian penonton dan merusak

kesinambungan yang telah terbentuk. (Umbara, 2009)

Seorang camera person juga harus memiliki rasa sensitifitas

yang baik di dalam membangun sebuah cerita. Visual story telling

menjadi suatu konsep yang dapat dipergunakan oleh camera person

pada saat melakukan pengambilan gambar. Point of view menjadi

kata kunci di dalam visual story telling. Camera person

mendeskripsikan sebuah cerita lewat sebuah gambar. Dengan kata

20

lain setiap gambar dapat bercerita walaupun tanpa adanya narasi

pendukung. (Brown, 2011)

2.2.3.4 Kontinyuiti

Kontinyuiti atau biasa disebut dengan kesinambungan perlu

diperhatikan oleh seorang cameraman untuk memudahkan editor

dalam melakukan penyutingan gambar. Kesinambungan disini

artinya bagaimana agar ketika satu shot digabungkan dengan shot

berikutnya tidak kelihatan ada interupsi. Agar terjadi

kesinambungan antar shot seorang camera person dapat

menggunakan teori yang dinamakan Three Match Cut yakni

pertama Matching The Look, adalah menggabungkan shot yang satu

disambungkan ke shot berikutnya dengan memperhatikan ruang dan

bentuk, ketika bentuk dan ruang tidak memiliki kesamaan maka

hampir dipastikan sambungan shot akan terlihat dan ini yang

dinamakan jumping. Kedua adalah Matching The Position,

kesinambungan secara posisi antara shot sebelum dan shot

sesudahnya. Dan ketiga adalah Matching The Movement apabila

objek bergerak dari kanan ke kiri pada shot pertama, maka arah

pergerakan yang sama harus terjadi pada shot kedua, kecuali ada

pergerakan yang menyebrang garis axis di perlihatkan kepada

penonton. (Umbara, 2009)

2.2.3.5 Alat Pendukung Kamera

1. Tripod, penyangga kamera yang terdiri dari tiga kaki.

2. Monopod, penyangga kamera yang hanya mempunyai satu

kaki.

3. Dolly, penopang kamera diatas roda yang bisa digerakkan

keberbagai arah, biasanya berjalan diatas rel dan mempunyai

4 roda.

4. Cam Crane, alat penopang kamera berbentuk pipa panjang

yang disalah satu ujungnya diletakkan kamera dan ujung

lainnya diberi pemberat.

21

5. Jimmy Jib, semacam Cam Crane yang diberi remote head

yang dikontrol oleh operator kamera.

6. Filter, plastic atau kaca yang diletakkan diatas lensa kamera

untuk memberikan suasana tertentu.

Dalam proses produksi seorang cameraman harus berusaha

menghidari pemakaian alat secara otomatis. Penentu persepsi cahaya

menurut selera dari seorang camera person, yang menurut camera

person penting untuk sebuah frame, tidak sama dengan penentu

cahaya secara otomatis. Kerena itu sebisa mungkin tidak

menggunakan alat secara otomatis, khususnya untuk adjust

diagfrahma, white balance serta level sound agar tidak terjadi

kesalahan-kesalan fatal.

2.2.4 Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communication)

Banyak komunikasi verbal yang tidak efektif hanya karena tidak

menggunakan komunikasi non verbal dengan baik waktu bersamaan.

Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu simpulan

mengenai berbagai macam perasaan orang, baik senang, benci, cinta,

kangen, gelisah dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan

komunikasi non verbal bisa membantu untuk lebih memperkuat pesan yang

ingin disampaikan sekaligus memahami reaksi dari komunikan atau

audience saat menerima pesan. (Mulyana, 2000)

Bentuk komunikasi non verbal sendiri diantaranya adalah, bahasa

tubuh, ekspresi wajah, sandi, symbol, dan intonasi suara.

a) Setiap anggota tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai

isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita

senantiasa bergerak. Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah

bergerak; istirahat sempurna aladah kematian.

b) Isyarat tangan atau “berbica dengan tangan” termasuk apa yang

disebuut emblem. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama,

maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat fisiknya berbeda, namun

memiliki maksud yang sama.

22

c) Ekspresi wajah dan tatapan mata. Banyak orang menganggap perilaku

nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah,

khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata.

Kontak mata punya dua fungsi dalma komunikasi antarpribadi.

Pertama, fungsi pengatur, untuk member tahu orang lain apakah anda

akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya.

Kedua, fungsi ekspresif, member tahu orang lain bagaimana perasaan

anda terhadapnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa makna

ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan

sangat dipengaruhi oleh budaya.

2.2.5 Teori Informasi Organisasi (Komunikasi Organisasi)

Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk dapat

melaksanakan fungsi menejemen secara efektif. Komunikasi pun dapat

dibagi ke dalam beberapa hal, salah satunya komunikasi organisasi.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai petunjuk dan penafsiran

pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi

tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalan hubungan-

hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam

suatu lingkungan. Unit komunikasi organisasi adalah seseorang dalam suatu

jabatan (Pace & Feules, 2010)

Aliran informasi di dalam suatu struktur organisasi dapat di bagi

menjadi dua jenis, yaitu komunikasi kebawah dan komuikasi ke atas.

Komunikasi kebawah dalam sebuah berarti bahwa informasi mengalir dari

jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas yang lebih

rendah. Berbeda dengan komunikasi kebawah, komunikasi ke atas lebih

menekankan pada aliran komunikasi dari tingkat yang lebih rendah kepada

tingkat yang lebih tinggi.aliran komunikasi ke atas akan memberikan

informasi penting didalam pembuatan keputusan oleh seseorang yang

memiliki kedudukan yang tinggi dalam suatu organisasi (Pace & Feules,

2010)

Aliran komunikasi-komunikasi ke atas dan juga komunikasi, kedua

nya membentuk suatu komunikasi vertical. Selain itu ada juga komunikasi

horizontal, informasi yang disebarkan di antara anggota-anggota organisasi

23

yang menduduki posisi-posisi yang sama tingkat otoritasnya. Komunikasi

horizontal atau lateral terjadi antar rekan kerja sejawat dalam unit kerja yang

sama. Karena jalur otoritas tidak bersebrangan, maka komunikasi horisontal

lebih cepat daripada komunikasi ke atas atau ke bawah. Komunikasi

horisontal terjadi pada individu dengan tingkatan yang sama. Komunikasi

horisontal muncul karena adanya sebuah alasan, alasan tersebut adalah:

1. Untuk mengkoordinasikan penugasan kerja

2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan

3. Untuk memecahkan masalah

4. Untuk memperoleh pemahaman bersama

5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan

6. Untuk menumbuhkan dukungan antarpesona

Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua

jenis kontak antarpesona, bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis.

Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi

pribadi selama waktu istirahat, obrolan di telpon, memo, catatan kegiatan

sosial, dan kelompok mutu dan lain sebagainya.

Bila di tinjau dari fungi maka terdapat empat fungsi komunikasi didalam

sebuah organisasi, yaitu fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan

intergratif. Fungsi informatif adalah suatu keadaan dimana organisasi

dipandang dalam suatu sistem informasi. Informasi yang didapat

memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan lebih pasti. Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan

yang berlaku dalam suatu organisasi. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya

berorientasi pada kerja. Artinya, pesan setiap anggota membutuhkan

kepastian peraturan tentang pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Fungsi

persuasif erat kaitannya dengan bagaimana aliran informasi dari atasan

kepada bawahan.dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan

kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Namun lewat persuasi, memungkinkan anggota organisasi

bekerja secara sukarela dan memiliki kepedulian yang lebih besar tehadap

pekerjaan yang dikerjakan. Fungsi integratif berkaitan dengan bagaimana

jalinan komunikasi yang baik antar tiap anggotanya, baik komunikasi yang

24

bersifat formal maupun informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan

membutuhkan keinginan untuk berpartisipasi lebih besar dalam diri anggota

terhadap organisas (Bungin, 2006)

2.3 Teori Atau Konsep Yang berkaitan Antara Tugas Karya Akhir Dengan

Penonton

2.3.1 Komunikasi Satu Langkah (Model Peluru)

Model peluru ini banyak ditemuka pada riset mengenai pengaruh atau

efek media terhadap khalayak. Media dianggap mempunyai pengaruh yang

tidak terbatas (Unlimited Effect) atau pengaruh yang kuat (Powerfull Effect).

Model ini berasumsi bahwa komponen komponen komunikasi

(komunikator, pesan, media) mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam

mengubah sikap dan perilaku khalayak. Disebut peluru karena seakan akan

komunikasi ditembakan khalayak dan khalayak tidak dapat menghindar.

Proses ini juga sama dengan jarum suntik yang disuntikan ke tubuh pasien

(Hypodermic Nedle Theory). Khalayak dianggap sebagai entitas yang pasif

yang terbentuk karna terpaan pesan media. Karena itu sifat khalayak adalah

homogeny dan khalayak akan beraksi yang sama terhadap pesan media.

2.3.2 Uses And Gratification

Uses and gratification ini berlawanan dengan model peluru. Uses and

gratification berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya

media massa) tidak mempunyai kekuatan memengaruhi khalayak. Inti teori

uses and gratification adsalah khalayak pada dasarnya menggunakan media

berdasarkan motif motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif

khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak terpenuhi.

Konsep dasar teori ini menurut para pendirinya, Elihu Katz,

Jay.G.Blumer, dan Michael Gurevitch adalah meneliti asal mula kebutuhan

secara psikologis dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media

massa atau sumber sumber lain yang membawa pada pola terpaan media

yang berlainan. Dan juga menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat

25

akibat lain, barang termasuk juga yang tidak kita inginkan. (Kriyantono,

2012)

Pada penelitian ini penerapan teori uses and gratifications dapat dilihat dari

apakah program Mission on Vacation dapat dipilih oleh penonton untuk

memenuhi kebutuhannya. Lalu apa yang dicari penonton dari program ini

untuk memenuhi kebutuhannya. Lalu karakteristik penonton seperti apa

yang kebutuhannya terpenuhi setelah menonton program ini. Dan apa

hubungan antara konten program, gaya host membawakan program serta

durasi program terhadap kepuasan pendengar.