Wirausaha Mc Copy

31
KETERAMPILAN WICARA SEBAGAI BASIS WIRAUSAHA Kasus Pranatacara Upacara Pengantin Jawa oleh KRT. Suwarna Dwijanagara Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Upacara pengantin mulai berkembang ke arah industri. Berbagai wirausaha terdapat dalam upacara pengantin, salah satunya adalah pranatacara atau master of ceremony. Pranatacara merupakan wirausaha berbasis keterampilan wicara yaitu speaking skill. Untuk menjadi wirausaha handal sehingga kompetitif dalam industri upacara pengantin, pranatacara memerlukan dasawignya dan hasthamarga. Dasawignya adalah 10 kompetensi dan hasthamarga adalah 8 strategi pengembangan wirausaha pranatacara. Dasawignya terdiri dari penguasaan (1) olah suara, (2) olah bahasa susastra, (3) olah busana, (4) unggah-ungguh bahasa Jawa, (5) upacara adat pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta, (6) panyandra, (7) tembang, (8) gending, (9) tembang gending, dan (10) lagu-lagu. Hasthamarga terdiri dari (i) penguasaan 10 kompetensi pranatacara, (ii) menjalin mitrakerja, (iii) membina komunikasi dengan klien, (iv) profesional, (v) disiplin, (vi) berkolaborasi dengan panitia, (vii) keterbukaan, dan (viii) kerjasama. Kata kunci: pranatacara, wirausaha, keterampilan wicara ABSTRACT Wedding ceremony began to develop into the industrial sector. Various entrepreneurs are in the wedding ceremony, one of which is pranatacara or master of ceremonies. Pranatacara is based on entrepreneurial speech 1

description

belajar mc

Transcript of Wirausaha Mc Copy

Page 1: Wirausaha Mc Copy

KETERAMPILAN WICARA SEBAGAI BASIS WIRAUSAHAKasus Pranatacara Upacara Pengantin Jawa

olehKRT. Suwarna Dwijanagara

Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Upacara pengantin mulai berkembang ke arah industri. Berbagai wirausaha terdapat dalam upacara pengantin, salah satunya adalah pranatacara atau master of ceremony. Pranatacara merupakan wirausaha berbasis keterampilan wicara yaitu speaking skill. Untuk menjadi wirausaha handal sehingga kompetitif dalam industri upacara pengantin, pranatacara memerlukan dasawignya dan hasthamarga. Dasawignya adalah 10 kompetensi dan hasthamarga adalah 8 strategi pengembangan wirausaha pranatacara. Dasawignya terdiri dari penguasaan (1) olah suara, (2) olah bahasa susastra, (3) olah busana, (4) unggah-ungguh bahasa Jawa, (5) upacara adat pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta, (6) panyandra, (7) tembang, (8) gending, (9) tembang gending, dan (10) lagu-lagu. Hasthamarga terdiri dari (i) penguasaan 10 kompetensi pranatacara, (ii) menjalin mitrakerja, (iii) membina komunikasi dengan klien, (iv) profesional, (v) disiplin, (vi) berkolaborasi dengan panitia, (vii) keterbukaan, dan (viii) kerjasama.

Kata kunci: pranatacara, wirausaha, keterampilan wicara

ABSTRACT

Wedding ceremony began to develop into the industrial sector. Various entrepreneurs are in the wedding ceremony, one of which is pranatacara or master of ceremonies. Pranatacara is based on entrepreneurial speech skill. To become an expert entrepreneur and become competitive in the industry of wedding ceremony, pranatacara require dasawignya and hasthamarga. Dasawignya are 10 competencies and hastamarga are 8 entrepreneurial development strategy of pranatacara. Dasawignya consists of mastery (1) vocals, (2) language literature, (3) clothing, (4) stratification of the Java language, (5) wedding style ceremony of Yogyakarta and Surakarta, (6) figurative language, (7) traditional song, (8) traditional music, (9) songs which accompanied traditional music, and (10) songs. Hasthamarga consists of (i) mastery of 10 competencies, (ii) establish a partnership, (iii) to establish communication, (iv) professional, (v) discipline, (vi) collaborate with the committee, (vii) openness, and (viii) cooperation.

Key words: master of ceremony, entrepreneurs, speech skill1

Page 2: Wirausaha Mc Copy

A. Pendahuluan

Pada zaman Yunani Kuno, keterampilan wicara telah menjadi

“industri”. Orator-orator ulung, kaum sofis, filsof-filsof adalah bukti

nyata “wirasuaha wicara” saat itu. Tokoh-tokoh pidato sangat

mencuri perhatian para raja dan rakyat (bangsa) Yunani Kuno

seperti Marcus Tullius Cicero (dianggap sebagai orator ulung dan terhebat

sepanjang masa), Aristoteles (orator yang mengusai berbagai bidang

ilmu), Demosthenes (orator terbesar sepanjang Yunani Kuno) (Rakhmat, 1998).

Kaum sofis yang bijaksana sebagai tempat bertanya. Para filsof

sebagai sumber penyebar ilmu pengetahuan. Tentu saja mereka

semua dapat menikmati “keuntungan”, baik moril maupun materiil

dari keterampilan wicaranya. Mereka menjadi sangat terkenal di

penjuru Yunani, bahkan di luar Yunani seperti di Romawi. Itulah

sebabnya pada masa lampau Yunani sumber dan kiblat

pengetahuan. Pada abad ke 19 terdapat orator politik yang hebat

seperti Napoleon Bonaparte, Mohandas Gandhi, John F. Kennedy, Martin Luther

Adolf Hitler, Bung Tomo, Bung Karno, Zainuddin MZ, AA Gym, dan sebagainya.

Panggung politik pun sesungguhnya berbasis keterampilan wicara. Yang pandai

beretorika atau berpidato pada umumnya mendapat kedudukan di panggung politik.

Wirausaha pranatacara (pewara berbahasa Jawa) pada

upacara pengantin Jawa merupakan fenomena baru. Menurut

penelitian Suwarna (2001), bisnis pranatacara mulai berkembang

tahun 1990-an. Sebelumnya, pranatacara memang telah ada.

Namun pranatacara pada saat sebelum tahun 90-an berfungsi

sosial. Pranatacara belum menjadi profesi secara profesional.

Pranatacara berfungsi sosial, cenderung belum mendapatkan

imbalan, atau kerja gotong royong.

Mulai tahun 1990-an seiring dengan perkembangan banyak

perumahan sehingga upacara pengantin banyak dilakukan di

gedung-gedung pertemuan, maka pranatacara menggeliat

mengarah menjadi profesi. Pranatacara mulai mendapatkan

2

Page 3: Wirausaha Mc Copy

perhatian dengan imbalan walaupun belum profesional.

Maksudnya, profesi pranatacara belum dihargai secara profesional.

Wirausaha berbasis keterampilan wicara (pranatacara) terus

berkembang seiring dengan perkembangan bisnis upacara

pengantin. Jika sebelumnya upacara pengantin di kota-kota

dilakukan di rumah-rumah, sekarang upacara pengantin

dilaksanakan di gedung-gedung pertemuan, hotel, audiotium,

restoran, dan sebagainya. Ketika penyelenggaraan upacara

pengantin di tempat-tempat tersebut, prestise pranatacara ikut

naik, banyak pula wirausaha lain menyertai seperti dekorasi,

catering, rias, busana, entertainment.

Pada kondisi tersebut profesi pranatacara mendapatkan

imbalan profesi secara profesional. Permasalahannya (1) argumen

apa sajakah yang mendukung wirausaha pranatacara berbasis

keterampilan wicara?, (2) apa saja kompetensi pranatacara agar

wirausahanya bertahan dan berkembang?, dan (3) bagaimana

mengembangkan wirausaha pranatacara?

A. Argumen Wirausaha Berbasis Keterampilan Wicara

Ada dua belas argumen bahwa wirausaha pranatacara akan tetap

bertahan dan berkembang.

(1) Selama dunia masih fana, pasti ada manusia. Jika ada

manusia, pasti akan menjadi pengantin. Upacara pengantin

akan tetap bertahan dan berkembang selama manusia

tumbuh hilang berganti. Ini berarti membutuhkan pranatacara

profesional untuk memandu upacara pengantin.

(2) Zaman modern orang semakin sibuk. Semakin sibuk

seseorang, semakin tidak memiliki waktu untuk mengurus hal-

hal di luar profesinya. Oleh karena itu, jika mereka memiliki

hajat mantu, untuk mengatur upacara penganten, mereka

akan menyerahkan pada ahlinya yakni pranatacara.

3

Page 4: Wirausaha Mc Copy

(3) Sifat manusia yang cenderung individualis pada zaman

modern juga memacu fungsionalitas pranatacara. Pemangku

hajat tidak ingin merepotkan orang lain. Mereka cenderung

menyerahkan pada ahlinya.

(4) Dunia kerja modern juga memacu paham profesional dan

mengurangi sifat sosial. Pranatacara mulai dihargai secara

profesional daripada sosial.

(5) Wong Jawa ilang Jawane ‘orang Jawa kehilangan kejawaannya’

karena semakin banyak orang tidak mengetahui budaya Jawa

sebagai budayanya sendiri. Hal ini juga memicu pemangku

hajat untuk menyerahkan upacara pengantin kepada ahlinya,

yakni pranatacara.

(6) Sekarang ini semakin banyak orang Jawa yang kurang dapat

memahami bahasa Jawa pada upacara pengantin. Register

upacara pengantin berbeda dengan bahasa Jawa sehari-hari.

Dalam kondisi demikian, pranatacara semakin dibutuhkan oleh

pemangku hajat.

(7) Pemangku hajat pasti menginginkan upacara pengantinnya

sukses. Upacara pengantin yang hanya sekali seumur hidup

(harapannya), jangan sampai mengecewakan. Untuk itu, tugas

ini perlu diserahkan pada ahlinya, yaitu pranatacara.

(8) Pranatacara semakin dibutuhkan ketika banyak gedung, hotel,

restoran, wedding oragnizer, audiorium menyelenggakan

upacara pengantin.

(9) Jika upacara pengantin ingin lebih prestige, gunakan

pranatacara profesional.

(10) Sekarang sulit ditemukan orang memiliki rumah yang sangat

luas. Apabila mereka mantu harus dilaksanakan di gedung

pertemuan, auditorium, hotel, taman/kebuh outdoor. Ini berarti

membutuhkan pranatacara.

4

Page 5: Wirausaha Mc Copy

(11) Sekarang zaman serba cepat dan praktis. Jika demikian,

serahkan saja urusan pranatacara kepada praktisinya, yakni

pranatacara profesional.

(12) Pada umumnya ketika mantu, orang kembali ke jati diri.

Walaupun di Jakarta (ibu kota yang besar), orang Jawa kalau

menjadi pengantin menggunakan adat Jawa, orang Sunda

menggunakan acara adat Sunda, orang Minang menggunakan

adat pengantin Minang. Itulah yang dilakukan para pembesar-

pembesar, selebritis, artis, atau yang lain. Mereka sukses

berkarier. Saat menjadi pengantin mereka kembali ke asal

etnis.

(13) Tekad untuk dapat melestarikan budaya Jawa, upacara

pengantin Jawa terus dikembangkan oleh masyarakat

pendukungnya, para praktisi, dan para pebisnis seni hiburan

(showbiz entertainmet).

C. Kompetensi Pranatacara

Hanya orang-orang yang memiliki kompetensi yang dapat

berkompetisi. Agar dapat berkompetisi dalam wirausaha berbasis

wicara, pranatacara harus memiliki sepuluh kompetensi yang

disebut dasawignya (dasa berarti sepuluh, wignya berarti

kepandaian/kompetensi) sebagai berikut.

(1)Olah suara

(2)Olah bahasa susastra

(3)Olah busana

(4)Menguasai unggah-ungguh bahasa Jawa (stratifikasi bahasa

Jawa)

(5)Menguasai upacara adat pengantin gaya Yogyakarta dan

Surakarta

(6)Menguasai panyandra

(7)Dapat melantunkan tembang

5

Page 6: Wirausaha Mc Copy

(8)Dapat melantunkan tembang

(9)Menguasai

(10) Melantunkan lagu-lagu

Pranatacara yang menguasai kompetensi di atas akan dapat

bertahan dan berkembang sebagai wirausaha (marketable).

Penjelasan masing-masing kompetensi di atas sebagai berikut.

1. Olah Suara

Berdasarkan pengalaman sebagai praktisi, peran olah suara pada

wirausaha pranatacara kurang lebih 60%. Olah suara sebagai

syarat utama bagi pranatacara upacara pengantin Jawa. Apresiasi

para pendengar (tamu) terhadap pranatacara sangat ditentukan

oleh kualitas olah suara. Dengan olah suara, pranatacara mampu

membuat situasi menyenangkan (auphony) atau mengharukan

(cacophony) (Kennedy & Gioia, 2002), namun secara fonetik, vokal

harus jelas dan berdaya estetis (Roach, 2002). Dalam hal ini estetika

auditoris (yang diperoleh dari pendengaran) sangat dominan.

Berhasil atau tidaknya pranatacara sangat ditentukan oleh kualitas

olah suara. Olah suara sangat penting atau pokok. Olah suara

sebagai modal utama pencapaian kualitas wirausaha pranatacara.

Walaupun olah bahasa dan sastranya kurang mendukung,

pranatacara akan tetap sukses apabila memiliki kualitas olah vokal

yang prima. Sebaliknya pranatacara yang memiliki olah bahasa

dan sastranya tinggi, tetapi olah suaranya jelek, menghasilkan

kualitas jelek, sulit diapresasi, tidak enak di telinga, sangat

membosankan. Yang terbaik adalah kualitas olah suara prima

dengan olah bahasa dan sastra yang tinggi. Vokal diolah sehingga

wicara menjadi jelas, lancar, intonasi, irama, tempo, dinamik yang

dalam bahasa Jawa disebut antal.

6

Page 7: Wirausaha Mc Copy

Olah suara terdiri dari lagu lamba dan lagu terikat. Lagu

lamba adalah tuturan bebas layaknya orang melaporkan sesuatu,

berdialog, reportase. Lagu lamba dapat diiringi gamelan maupun

tidak. Lagu terikat tuturan yang iramanya dipengaruhi oleh adanya

instrumen lain, seperti gaya tuturan panyandra dan janturan. Lagu

panyandra dan janturan melahiran lagu candra dan lagu jantur.

Lagu candra dan lagu jantur harus diiringi gamelan. Jika lagu

candra dan jantur tidak diiringi gamelan, tuturan menjadi tidak

indah karena tidak harmonis antara lagu tutur dan lagu instrumen

gamelan.

(1) Gaya tutur lamba serah terima mempelai

2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3Kawula nuwun wonten dalem sewu kaparenga matur dhumateng para pepundhen

2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 miwah pinisepuh ingkang winantu ing pakurmatan. Kawuryan sampun rawuh ing

2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 sasana upacara sri temanten, kairing tindakipun kulawarga suwargi Bapak Dhokter

3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3M Atman Syakban tumuju ing sasana pawiwahan. Awit saking asmanipun kulawarga

2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2penganten putri, pasrah kasalira Bapak Sugiyanto, wondene panampi Bapak

2 2 1Darminto. (24/06/06/Yk/WW)

Tuturan tersebut dituturkan oleh pranatacara tampa iringan

gamelan pada upacara seratterima pengantin. Karena tanpa

gamelan, pranatacara menggunakan lagu lamba. Berikut ini lagu

candra, yakni pranatacara mendeskripsikan dengan indah tempat berlangsung

upacara pengantin Jawa. Lagu candra ini harus diiringi. Biasanya nya yang berirama

pelan, seperti pada jenis ketawang. Jika tidak diiringi lagu candra tidak bagus dan

tidak mungkin dilakukan karena lagu candra menuntut harmoni antara lagu vokal

dan insrumen gamelan. Harmoni inilah yang menimbulkan keindahan tuturan

pranatacara.

7

Page 8: Wirausaha Mc Copy

1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2Graha Sabha Pramana Bulak Sumur Ngayogyakarta Hadiningrat, sasana jembar

2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2bawera, winangun sarwa santosa, cinagak saka guru cacah catur, hanyangga langit,

1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1langit lelungidan, cinawi sarwa hangrawit, pandam sumuluh hamajari madyaning

1 1 2 1 1 12 sasana wiwaha.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1Gebyog petanen winangun tinatah tinatu rengga ukerane ukir lung-lungan,

1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2cineplokan sekar-sekar, dahat asri kumaricik sabawaning toya, dadya asrep sabeleting

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2wardaya kulawarga hangembani palakramaning sri narpati. (24/06/06/Yk/WW)

Lagu jantur juga menuntut kehadiran musik gamelan agar

terjadi kolaborasi/ harmoni suara vokal dan instumen. Lagu jantur

mirip dengan panyandra. Perbedaannya terletak pada objek. Jika

lagu candra objeknya tampak/konkrit (observable), lagu jantur

mengarah pada objek abstrak (inobservable).

2. Olah Bahasa Susastra

Upacara penagantin adalah upacara yang indah. Semua serba

dihias dengan keindahan. Tempat, pakaian, makanan, hiburan,

penampilan semua berhiaskan keindahan, maka bahasanya pun

dibuat indah yang disebut dengan bahasa susastra. Bahkan saking

indahnya terkadang sulit dipahami orang-orang pada umumnya.

Menurut Wahad (1991) retorika demikian bergaya Franco-Italian.

Itulah regsiter upacara pengantin Jawa. Sebaliknya, jika

pranatacara menggunakan bahasa yang biasa( umum), malah

tidak indah. Namun demikian, bukan berarti semua bahasa

susastra pranatacara sulit dipahami. Pranatacara yang baik pasti

memahami kapan menggunakan bahasa susastra dan kapan 8

Page 9: Wirausaha Mc Copy

menggunakan bahasa biasa. Itulah yang disebut kontekstual atau

empan papan ‘menyesuaikan situasi dan kondisi’.

Olah bahasa susastra dengan mengolaborasikan unggah-

ungguh dengan gaya bahasa, tembang, suluk, pathetan, tembang ,

diksi, pantun, diksi, sengkalan, kosakata kawi, wangsalan. Olah

suara pada upacara pengantin merupakan ragam wicara atau

ragam tutur estetis (Suwarna, 2009a). Poedjosoedarmo (1986)

menyebutnya dengan ragam panggung. Ragam panggung

upacara pengantin banyak berhiaskan diksi kawi. Diksi kawi dapat

meningkatkan kualitas estetika (Kadarisman, 1999). Zoetmulder

(1983) juga mengatakan bahwa bahasa kawi memiliki kewibawaan

estetis yang tinggi. Olah bahasa susastra merupakan retorika

dalam upaya mencapai bahasa yang indah (Beebe & Beebe, 1994,

Lucas, 1989). Perpaduan keindahan suara dan bahasa susastra di panggung oleh

Tedlock disebut etnopuetics (2002).

3. Olah Busana

Busana pranatacara menyesuaikan jenis upacara pengantin,

busana adat Jawa gaya Yogyakarta atau Surakarta. Kesesuaian

antara busana adat pengantin dengan pranatacara merupakan

pakem yang “tidak bisa” untuk ditinggalkan. Perhatikan perbedaan

keduanya. Busana di bawah ini salah satu dari jenis busana adat

Jawa, masih ada busana yang lain seperti beskap Yogyakarta,

sikepan Sala.

4. Unggah-Ungguh atau Stratifikasi Bahasa Jawa

Walaupun unggah-ungguh atau stratififikasi bahasa Jawa

bertingkat-tingkat, namun unggah-ungguh yang digunakan paling

dominan adalah krama alus (bahasa Jawa tingkat tinggi untuk

menghormati orang lain). Hal ini wajar karena dalam upacara

pengantin pranatacara memang menempatkan dirinya lebih

rendah daripada pengantin, pemangku hajat, dan para tamu.

9

Page 10: Wirausaha Mc Copy

Pranatacara harus menghormati orang lain. Dalam budaya Jawa

nuansa menghormati orang lain sangat kental. Dengan bahasa

Jawa krama, pranatacara meninggikan orang dengan tidak

merendahkanya karena pranatacara perannya sangat penting

dalam upacara pengantin. Orang lain pun menghormati

pranatacara. Maka terjadilah saling menghormati hingga terjadi

harmoni dalam komunikasi.

5. Menguasai Upacara Adat Pengantin Gaya Yogyakarta dan

Surakarta

Kraton adalah pusat kebudayaan (Pringgawidagda, 2006). Oleh

karena itu

upacara pengantin Jawa berkiblat pada dua kraton di Jawa, yakni

Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta sehingga dikenal dengan

pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta (Sala). Secara garis

besar upacara pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta tidak

berbeda. Namun subacaranya berbeda. Secara umum upacara

pengantin Jawa terdiri dari (1) upacara siraman, (2) midodareni, (3)

upacara panggih, (4) upacara pawiwahan, dan (5) upacara boyong

penganten/ngundhuh mantu. Masing-masing upacara tersebut

memiliki acara yang berbeda antara pengantin gaya Yogyakarta

dan Surakarta. Pranatacara harus menguasai kedua upacara adat

tersebut agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.

Kesalahan penempatan dapat mengakibatkan keluar dari

pakemnya (pakem kraton).

6. Menguasai Panyandra

Panyandra adalah mendeskripsikan suatu barang, orang, atau

peristiwa dengan bahasa yang indah. Berdasarkan pendapat

Wahab (1991) rerorika panyandra merupakan perpaduan model

Anglo-Saxon (wicara berputar-putar/bulet-bulet), model Kaplan

10

Page 11: Wirausaha Mc Copy

(tidak langsung), dan model Franco-Italian (berbunga-bunga).

Panyandra merupakan kompetensi tingkat tinggi bagi pranatacara

karena semua unsur keterampilan wicara berkolaborasi di dalam

panyandra. Panyandra sangat berirama, susastra atau indah, dan

kompleks (Suwarna, 2009b). Penelitian Suwarna (2001)

keterampilan panyandar merupakan keterampilan paling sulit

dikuasi oleh mahasiswa dalam perkuliahan Ekspres Lisan.

Perkuliahan Ekspresi Lisan memang difokuskan pada upacara

pengantin Jawa. Apabila pembelajar pranatacara mengusai

panyandra hampir dapat dipastikan dia dapat melaksanakan tugas

lain secara komprehensif dan bagus. Panatacara profesional wajib

mengusai panyandra. Sekali lagi hukumnya wajib.

Berbagai kompetensi yang mendukung panyandra (1) berbagai

olah suara, (2) olah bahasa susastra, (3) menguasi tata upacara

pengantin, (4) suluk, pathetan, ada-ada, dsb., (5) tembang, (6)

gending, (7) tembang gending, (8) makna upacara pengantin, (9)

makna upacara pengantin, (10) makna peralatan upacara

pengantin, (11) mengusai kosakata kawi. Semua keterampilan itu

dipadukan dalam satu tuturan yang disebut panyandra. Di bawah

ini contoh panyandra.

Juru ampil sekar kembar mayang kalpataru jayadaru jumangkah tumuju papanira pengantin kakung. Sekar kembar mayang kalpataru jayadaru dulur papat lima pancer, kakang kawah adhi ari-ari, rah, sungsum, tal puser kinarya pancer. Warara sakembaran sigra marepegi jumenengira risang pengantin kakung. Kinepyok pamidhangane pengantin kakung mawi sekar kembar mayang, kentar ing sukreta, kalis ing sambekala.

‘Pembawa kembar mayang yang disebut kalpataru jayadaru melangkah menuju tempat mempelai pria berdiri. Kembar mayang sebagai lambang kesaudara empat, yang kelima sebagai pusatnya. Kawah, ari-ari, darah, sungsum, dan tali pusat sebagai induknya. Gadis kembar mendekati mempelai pria. Bunga kembar mayang disentuhkan di bahu kanan dengan bunga kembar mayang, hilang semua halangan, terhapus semua rintangan.’

11

Page 12: Wirausaha Mc Copy

7. Melantunkan Tembang

Pranatacara yang baik dalam upacara pengantin Jawa dapat

nembang. Nembang adalah melantunkan tembang-tembang

tradisional Jawa. Sejak zaman kraton hingga sekarang masyarakat

Jawa sangat kental dengan tradisi tembang. Walaupun sekarang

tradisi tembang tradisional mulai menurun, namun tetap eksis,

khususnya pada upacara-upacara tradisional seperti upacara

pengantin Jawa. Tembang yang biasa dilantunkan adalah tembang

macapat seperti dhandhanggula, mijil, asmaradana, sinom, kinanti,

pucung, dan sebagainya. Tembang macapat merupakan icon bagi

masyarakat Jawa. Keterampilan nembang sangat diperlukan untuk

(1) mengganti suasana estetis, (2) mengisi kekosongan apabila

terjadi kefakuman, (3) melakukan pencadraan (panyandra).

Inilah salah satu contoh tembang Dhandhanggula.

2 5 6 6 . 6 1 2 2 2 2 . 0Yekti i-ki nugrahaning Widdhi (1)

2 2 1 6 . 5 6 6 6 6 6 . 0Wus widagda nambut silakrama (2)

6 1 1 1 . 6 6 5 5 . 0Andra miwah Ni- ta ki- ye, (3)

5 6 6 6 . 6 6 1 6Ha-mor-e wes- tri ja- lu, (4)

5 5 2 2 . 5 6 1 6 2 1 6Dadya tedhak turun- ing wi- ji, (5)

2 2 2 2 2 2 2Kalis ing sambe- ka- la, (6)

1 6 1 2 1 6 5Putra tekeng pu- tu, (7)

Terjemahannya:

Sungguh ini anugerah Tuhan,

Telah menikah,

Andra dan Nita,

Penyatuan pria dan wanita,

Mendapatkan keturunan,

Terhindar dari halangan,

Dari anak hingga cucu,

Rukun dapat mendidik,

menerima keadaan, pandai,

dan bermanfaat

bahagia hidupnya.

12

Page 13: Wirausaha Mc Copy

1 2 2 2 2 2 2 2A- tut runtut momong bisa, (8)

5 3 2 1 6 6 6 6 6 6 1 2 2Momot mo- mor mursid miwah murakabi, (9)

5 6 1 . 6 2 . 6 1Ayem ten- trem u- ripnya. (10)(05/06/05/Yk/SP)

8. Menguasai Gending

Pranatacara harus mengusai nama-nama gending-gending Jawa,

terutama gending-gending upacara pengantin. Pranatacara tidak

diharuskan menguasai gending-gending Jawa, namun harus

menguasai nama-nama upacara pengantin Jawa. Nama-nama

gending upacara selalu digunakan dalam upacara pengantin. Jika

pranatacara mengusai gending menjadi paripurna (lebih

profesional). Gending adalah irama atau lagu yang muncul dari

instumen gamelan yang ditabuh (dipukul). Gamelan yang ditabuh

disebut karawitan. Gamelan adalah instrumen musik tradisional

masyarakat Jawa.

Gending pokok dalam upacara pengantin Jawa Yogyakarta

yakni bindri, ladrang pengantin, boyong pengantin atau ketawang

puspawarna. Gending pokok upacara panggih pengantin gaya

Surakarta yaitu lancaran kebogiro, kodhok ngorek, ketawang

Larasmaya, mugi rahayu, dan ibu pertiwi. Masih ada gending-

gending lain yang menyertai tata upacara siraman, midodareni,

dan pawiwahan namun tidak sebaku gending panggih. Gending

panggih tidak bisa atau sulit digantikan oleh gending lain,

sedangkan pada upacara lainnya gending dapat diganti asal

memiliki semakna dan sefungsi.

13

Page 14: Wirausaha Mc Copy

9. Melantunkan Tembang Gending

Tembang adalah lagu yang dilantunkan oleh pranatacara dan

diiringi gamelan. Dapat melantunkan tembang , bukan syarat

menjadi pranatacara. Namun, apabila pranatacara menguasai

tembang , kompetensi pranatacara semakin sempurna.

Pranatacara yang mengusai temang hampir dapat dipastikan

dapat melaksanakan tugasnya dalam berbagai variasi dan jenis

upacara secara profesional. Pranatacara demikian pasti lebih laris

dan layak jual (marketable). Berikut ini contoh tembang .

Sinom Parijatha Pelog Patet Nyamat

2 3 2 2121 6 65 5 61 Me- ma- nis mu- a- ngu ji- wat,

(ayo sutresna bangsa nggotong rasa budaya, ya ngono-ngono)

1 2 2 2 21 6123 121 6a- ga- we re- sep- ing a- ti,

(janji sabar aja dha kesusu, sawahe jembar-jembar parine lemu-lemu)

2 32 12 6 3 1 321 Re- re- pa kang si - ne- dya,

(ngentan bali ngulon, apa sedyane kelakon, sedyane kelakon)

5 6 2 3 2 1 23 216u- pa- ma mun- dhut- a ruk- mi,

( orang-aring bokya eling)

5 5 5 6 12 5 3563.2 Tar- tam- tu tak tu- rut- i,

(e a e o, e a e o)

1 2 321 2163 36 5 5653 2 i- ba- rat wong num- pak pra- u,

(padha mampir, pir mompar-mampir, apa sida apa ora, pir-mampir)

1 2 321 6 35 1653 21 Lu- mam- pah tan- pa- we- lah,

(keprak dilela-lela, bagus cakrak sing duwe sapa, sing duwe sapa)

5 6 3 5 2 1 13 216ning ma- dya- ning ja- la- ni - dhi

14

Page 15: Wirausaha Mc Copy

(degane kambil kuning, begjane sing lagi nyandhing, nanging kudu eling)

6 6123121 612 2123 126 3 132 1 3 5 565321 2Te- mah gon- jing ang- kin jro- ning pa- gu- ling- an.(24/06/06/Yk/WW)

Artinya: ‘senyumu sangat menawan, membuat hatiku

terpesona, apapun yang engkau pinta, pasti aku kabulkan,

andaikan meminta emas berlian, (orang berkeluarga) ibarat naik

perahu tanpa dayung di tengah samodra, akan berakhir dengan

kebahagian dengan memadu kasih.’

Dalam tembang tersebut malah terjadi poliharmoni, yakni

harmonisasi (keselarasan lagu) antara pranatacara,

swarati/pesindhen1, dan instrumen gamelan. Antara pranatacara

dan swarawati saring beriring dalam lagu, saling memberikan kode

nada. Demikian pula gamelannya sehingga terjadi harmoni antara

suara pranatacara, swarawati, dan gamelan.

10. Melantunkan Lagu Modern

Karena tuntutan modernisasi dan situasi (fasilitas, kehendak

pemangku hajat, panitia), pranatacara diharapkan memiliki

kompetensi melantunkan lagu-lagu modern seperti lagu pop,

campursari, barat, bahkan irama melayu. Walaupun melantunkan

lagu modern bukan menjadi syarat pranatacara pengantin Jawa,

namun dapat mendongkrak daya jual pranatacara. Hal ini sebagai

konsekuensi tuntutan kolaborasi upacara. Dalam upacara

pengantin Jawa juga sering disuguhkan entertaintement berupa

musik-musik modern (akustik, band, organ tunggal). Musik upacara

pengantin Jawa mamang gamelan, namun musik hiburan dapat

berupa gamelan atau musik modern.

1 Swarawati terdiri dari kata swara berarti suara, wati imbuhan penanda wanita. Swarawati berarti wanita pelantun lagu/tembang dalam karawitan/tabuhan gamelan. Nama lain dari swarawati adalah pesindhen.

15

Page 16: Wirausaha Mc Copy

B. Strategi Pengembangan Wirausaha Pranatacara

Kesuksesan pranatacara perlu didukung dengan delapan jalan

kesuksesan yang disebut hasthamarga. Hastha berati delapan,

marga berarti strategi. Hasthamarga berarti delapan strategi

menuju sukses pranatacara. Hasthamarga itu adalah:

(1)Menguasai 10 kompetensi MC

(2)Menjalin mitrakerja (WO, perias, catering, penyelenggara paket

penganten)

(3)Membina komunikasi dengan klien

(4)Profesional

(5) Disiplin

(6)Berkolaborasi dengan panitia

(7)Keterbukaan

(8)Kerjasama dalam kinerja (rias, foto, karawitan)

Uraian hasthamarga sebagai berikut.

1. Menguasai 10 kompetensi MC

Untuk sukses menjadi pembawa acara, pewara harus menguasai

kompetensi seorang pewara (Nindiani, 2010). Penguasaan

kompetesi ini juga menghantarkan seorang pewara menjadi

profesional (Aryati, 2005). Menguasai 10 kompetensi pranatacara

merupakan modal utama untuk menjadi pranatacara yang sukses.

Dengan mengusai 10 kompetensi pranatacara, seseorang dapat

menjadi pranatacara yang profesional melaksanakan tugas dengan

paripurna, order terus mengalir karena klien memiliki dialah

pranatacara paling handal, dapat dipercaya atas kesuksesannya.

Kinerja pranatacara demikian dapat memuaskan para pelanggan.

Jangan sampai pelanggan menjadi kecewa karena dia menjadi

pengantin hanya sekali dalam hidupnya. Jika kecewa, kekecewaan

itu akan dibawa selama hidupnya. Oleh karena itu, pemangku

16

Page 17: Wirausaha Mc Copy

hajat dipastikan akan memilih pranatacara yang memiliki

kompetensi paripurna.

2. Menjalin mitrakerja (WO, perias, catering, penyelenggara

paket penganten)

Jika ingin berkembang dalam wirausaha, kepintaran saja tidak

cukup. Seorang pranatacara perlu memiliki mitrausaha.

Pranatacara harus menjalin mitrausaha yang sekluster. Mitrausaha

itu antara lain WO (wedding organizer, perias, pengusaha catering,

penyelenggara paket pengantin seperti hotel, gedung pertemuan,

auditorium, restoran, dan sebagainya (Suhariyo, 2000). Sekarang

ini wirausaha jasa EO (event organizer) dan WO terus berkembang

(Suseno, 2009). Mereka adalah mitra-mitra yang memili misi yang

sama dengan pranatacara yaitu menyukseskan upacara pengantin

bagi kliennya. Menurut Bahri (2005) bisnis yang menuju satu titik

(misi) yang sama memberikan kekuatan untuk menuju sukses.

Mereka saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling

bergantung dalam upaya menuju satu titik tujuan yakni kepuasan

pelanggan. Pranatacara menjadi kurang sukses apabila hanya

berjuang sendiri (single fighter). Dengan kerjasama order

pranatacara datang dari sesama mitra, selain secara personal.

Dengan demikian wirausaha semakin berkembang.

3. Membina komunikasi dengan klien

Klien merupakan sarana promosi yang paling efektif. Klien yang

puas dengan layanan pranatacara akan mencari pelanggan tetap,

menjadi corong promosi dari mulut ke mulut yang paling efektif.

Oleh karena itu, seorang pranatacara harus selalu menjalin

hubungan dengan klien selama pra, proses, dan pascaacara

upacara pengantin. Oleh Chandra (2004) hal demikian disebut

kepedulian sosial. Kepedulian sosial itu perlu. Kepedulian sosial

17

Page 18: Wirausaha Mc Copy

menjadikan klien tidak akan lepas dari order jika mereka mantu

lagi dan promosi yang jitu. Keefektifan komunikasi menjadikan

antara pranatacara dan klien seperti saudara. Sambutan

keramahan terutama pada masa-masa pascaacara merupakan

indikator kepuasan mereka. Sambutan mereka layaknya saudara.

Sudah bertahun-tahun lamanya sang pranatacara tidak bertemu

dengan mereka. Ketika bertemu, sambutan sangat hangat. Bahkan

juga para panitianya merasa bangga dan bahagia dapat

bekerjasama dengan pranatacara profesional. Sambutan hangat

layaknya saudara (bahkan sang pranatacara sudah lupa)

merupakan penghargaan yang tidak terbeli dan sangat

membahagiakan. Oleh karena itu, sangat penting jalinan

komunikasi antara pranatacara dengan klien.

4. Profesional

Profesional berarti dapat menjalankan tugas sesuai dengan

kontraknya. Kontrak itu terdapat dalam serangkaian acara upacara

pengantin Jawa. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara

profesional, seorang pranatacara harus memiliki komitmen tinggi

terhadap profesinya. Keterampilan wicara yang telah menjadi

profesi harus dilaksanakan secara profesional. Cir-ciri profesional

mengusai hasthacara (8 cara), yakni (1) mengusai syarat menjadi

pranatacara yang baik (olah suara, olah bahasa dan sastra, dan

olah busana), (2) memiliki komitmen tinggi atas tugasnya, (3)

tanggung jawab (satunya kata dan perbuatan), (4) melaksanakan

tugas hingga tuntas, (5) dapat bekerjasama sesama pendukung

acara, (6) disiplin, (7) menyesuaikan diri (dalam hal busana,

bahasa, dan acara), dan (8) memiliki daya etika dan estetika.

Dengan layanan secara profesional, pelanggan akan puas dan

bahagia. Pranatacara pun akan tetap berjaya.

18

Page 19: Wirausaha Mc Copy

5. Disiplin

Kedisiplinan merupakan faktor kesuksesan menjadi pranatacara

dan faktor pendukung wirausaha dapat berkembang. Kesuksesan

dimulai dari kedisiplinan. Kedisiplinan membuat kesan klien

menjadi bahwa pranatacara ini dapat dihandalkan. Dengan

kedisiplinan, pranatacara akan dapat meniti acara demi acara

dengan baik. Pranatacara jangan datang dengan waktu yang

mepet. Ini akan membuat pranatacara gugup, tidak ada jeda untuk

istirahat sejenak, aliran darah masinh panas, bekerja menjadi

tergesa-gesa. Apalagi kehadiran prenatacara terlambat, sangat

mengecewakan klien. Sudah dapat dipastikan pranatacara

demikian dihindari (dibenci) klien. Pranatacara demikian menjadi

cacat. Akibatnya usaha tidak akan berkembang.

6. Berkolaborasi dengan panitia

Bekerja dalam suatu organisasi bersifat sinergis kolaboratif.

Pranatacara harus bekerjasama dengan panitia. Pranatacara tidak

mungkin dapat bekerja sendiri karena pernik-pernik upacara

pengantin sangat banyak. Pranatacara akan kehabisan energi

apabila bekerja sendiri. Oleh karena itu, memberdayakan panitia

untuk bekerjasama merupakan langkah tepat untuk menuju sukses

acara. Agar dapat bersinergi dan berkolaborasi, perlu adanya

rembug bersama, misalnya rapat, koordinasi, dan kontak pribadi

dalam situasi emergency.

7. Keterbukaan

Walaupun pranatacara sudah berpengalaman dan profesional,

namun sikap low profile, rendah hati, terbuka dengan tata krama

tetap diperlukan bagi pranatacara, terlebih dalam upacara

pengantin Jawa. Bekerja dalam suatu tim siap untuk dikritik karena

setiap orang memiliki pemikiran tang berbeda-beda. Walaupun tim

19

Page 20: Wirausaha Mc Copy

itu telah rapat dan berkoordinasi, namun dalam perjalanan acara,

ada saja yang memiliki pemikiran mendadak yang berbeda dengan

konsep pada umumnya. Pranatacara juga menjadi figur sentral

ketika acara berlangsung. Semua mata tertuju pada pranatacara.

Mereka pun memiliki apresiasi yang beragam maka timbullah rasa

bangga dapat bekerjasama, memuji, mengritik, bahkan ada pula

yang mencela. Pranatacara harus siap menerima semua itu dengan

terbuka karena mereka adalah apresiator yang “baik”. Sebuah

pepatah mengatakan, “jika engkau ingin maju jangan takut

dikritik!”. Namun keterbukaan ini bersifat kooperatif, bukan

pranatacara yang tidak memiliki prinsip/pendirian yang mudah

diombang-ambingkan usul, kritik, dan kehendak orang lain.

Pranatacara juga harus tegas dalam memegang prinsip atas acara

demi kesuksesan bersama.

8. Kerjasama dalam kinerja (rias, foto, karawitan)

Dalam proses upacara pranatacara harus dapat bekerjsama

dengan pekerja profesional lainnya karena semua iru demi

kesuksesan bersama. Sebagai suatu tim, semua anggota harus

dapat menjalankan tugasnya secara mandiri maupun bekerjasama.

Kekompakan menjadikan keindahan dalam kinerja, runtut tidak

semrawut, etis, estetis, dan sempurna. Banyak acara yang terjadi

secara simultan, tidak selalu berseri. Kerjasama yang tinggi sangat

diperlukan pada acara yang terjadi secara simultan, misalnya pada

pengambilan gambar foto tamu VIP (very important person). Pada

saat itu pranatacara, koordinator antrian tamu, foto, video,

penghantar ke meja perjamuan VIP harus bekerjasama secara

indah. Kerjasama yang kompak (telah terbiasa) sangat tanggap

antara pekerja profesional satu dengan lainnya. Mereka telah

saling memahami kehendak, penanda-penanda (clues), dan tidak

perlu disampaikan secara konkrit/verbal. Kerjasama yang padu dan

20

Page 21: Wirausaha Mc Copy

kompak menjadikan acara runtut, sistematis, indah, dan sukses.

Pranatacara yang dapat bekerjasama demikian menjadi mitra puas

sehingga selalu ingin menggunakan jasanya, saling mengisi, saling

mendukung, saling memahami demi kesuksesan bersama.

D. Penutup

1. Simpulan

Pranatacara merupakan wirausaha profesional berbasis wicara.

Wirausaha pranatacara merupakan bidang jasa. Sebagai pekerjaan

bidang jasa, pranatacara (MC) harus dapat memuaskan pengguna

jasa (pemangku hajat mantu dan pengantin). Untuk itu,

pranatacara harus dapat melaksanakan kinerja secara profesional.

Profesionalitas merupakan salah satu modal wirausaha dapat

berkembang. Untuk dapat menjadikan lebih sukses, pranatacara

perlu menempuh dasawignya dan hasthamarga.

2. Rekomendasi

Wirausaha pranatacara (berbasis keterampilan wicara) merupakan

wirausaha yang murah (tidak memerlukan modal banya) hanya

memerlukan tekad untuk sukses. Untuk menjadi wirausaha

pranatacara yang sukses direkomendasikan hanya dua langkah

untuk menjadi besar, yakni mengusai syarat pranatacara

professional dan hasthamarga kesukesan pranatacara. Sebagai

implikasi dalam pembelajaran adalah pembelajaran keterampilan

berbicara harus sungguh-sungguh digarap sehingga keterampilan

wicara yang dimiliki pembelajar dapat sebagai modal

berwirausaha.

DAFTAR PUSTAKA

Aryati, Lies. 2005. Panduan untuk Menjadi MC Profesional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bahri, Syaiful. 2005. Mutiara Bisnis. Yogyakarta: CV Grafika Indah.

21

Page 22: Wirausaha Mc Copy

Beebe, Steven A & Beebe, Susan J. 1994. Public Speaking. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Chandra, Purdi E. 2004. Trik Bisnis Menuju Sukses. Yogyakarta: CV Grafika Indah.

Kadarisman, A Effendy. 1999. Wedding Narrative as Verbal Art Performance: Explorations in Javanese Poetics. Dissertation.

Kennedy, X.J & Gioia, Dana. 2002. An Introduction to Poetry. New York: Longman.

Lucas, Stephen E. 1989. The Art of Public Speaking. Third Edition. New York: McGraw Hill Publishing Company.

Nindiani, Ninda. 2010. Sukses Jadi MC. Yogyakarta: Kanisius.

Poedjosoedarmo, Soepomo. dkk. 1986. Ragam Panggung dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Pringgawidagda, Suwarna. 2006. Tata Upacara dan Wicara Pengantin Gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius.

Rakhmat. Jajaludin. 1998. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Roach, Peter. 2002. Phonetics. New York: Oxford University Press.

Suhariyo, Suryati. 2000. Pengalaman Mengelola Paket Pengantin. Makalah. Yogyakarta: UNY.

Suseno, Indro Kimpling. 2009. Untung Besar Bisnis Event Organizer. Ilmu Sukses di Balik Proses.Yogyakarta: Galangpress.

Suwarna. 2009a. Bahasa Pewara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwarna. 2009b. Pengembangan Olah Vokal Pewara dalam Resepsi Pengantin Jawa. Jurna Bahasa dan Seni. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suwarna. 2001. Pengembangan Model Pelatihan Nyandra Pengantin. Litera. Yogyakarta: FBS, UNY.

Tedlock, Dennis. 2002. Etnopoetics. in http://www.ubu.com/ethno.

Wahab, Abdul. 1991. Isu Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press.

Zoetmulder, PJ. 1983. Kalangwan. Djakarta: Penerbit Djambatan.

22

Page 23: Wirausaha Mc Copy

BIOGRAFI

Suwarna dilahirkan di Klaten, 1 Pebruari 1964 staf pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa, UNY. Tahun 2011 mendapat Serat Kekancingan dari Karton Sukarta Hadiningrat dengan nama KRT Suwarna Dwijanagara. Karya buku yang diterbitkan (1) Strategi Penguasaan Berbahasa (Penerbit Adicita Yogyakarta, 2002), (2) Gita Wicara Jawi, Pranatacara saha Pamedhar Sabda (Penerbit Kanisius, cetakan ke-4) 2003),

(3) Mutyara Rinonce Budi Pekerti ing Pewayangan (Penerbit Grafika Indah, cetakan ke-4, 2003), (4) Puspa Sumekar Budi Pekerti ing Lagu Dolanan Anak (Grafika Indah, cetakan ke-3, 2002), (5) Mengenal Busana Pengantin Gaya Yogyakarta (Penerbit Adicita, 2001), (6) Siraman (Penerbit Adicita, 2003), (7) Paningset dan Midodareni (Penerbit Adicita, 2003), (8) Pawiwahan dan Pahargyan (Penerbit Adicita, 2003), (9) Panduan Acara Pengantin Berbagai Gaya (Penerbit Adicita, 2003), (10) Tingkeban (Penerbit Adicita, 2003), (11) Kunci Sukses Menjadi MC (Penerbit Adicita, 2003), (12) ) Pengajaran Mikro Pendekatan Praktik (Tiara Wacana, 2005) dan (13) Pengantin Gaya Yogyakarta Tata Upacara dan Wicara (Kanisius, 2006). (14) Bahasa dan Gaya Wicara Pa (Pelangi, 2007), (16) Analisis Wacana (2007), (17) Pragmatik (2008), (18) Teori Relevansi (2008), (19) Upacara Pengantin Gaya Mangkunegaran (2008), (20) Bahasa Pewara (2009), (21)Metode Analisis Teks dan Wacana (2009), (22) Ekspresi Lisan Lanjut (2009). Akan terbit Pengantin Gaya Surakarta Tata Upacara dan Wicara. Sekarang sedang menyelesaikan buku Etnopitika.

Sebagai penulis dan penelaah buku pelajaran (1) Citra Widyatama (Yogyakarta, 1998), (2) Kaloka Basa (Yogyakarta, 2002, 2004), (3) Piwulang Basa Jawa (Klaten, 2005), (4) Laksita Basa (Madiun, 2004), (5) Upacara Tedhak Siten (2002), (6) Pinter Basa (2005), (7) Wasis Basa (2005), (8) Seneng Basa (2006), (9) Citra Basa (2007)dan (10) LKS kangge SLTA “Adiluhung” (2005), Wasitatama (2012).

Karya ilmiah juga dimuat di beberapa jurnal terakreditasi, meneliti dengan biaya dari Bank Dunia UNESCO, TOYOTA FOUNDATION Jepang, Ditjen Dikti, Balai Bahasa, Dinas Pendidikan DIY, dan UNY. Kompetensi profesional yang lain, sebagai MC (master or ceremony) pengantin adat tradisional, nasional, dan internasional. Kota yang pernah disinggahi untuk menjadi pembawa acara Jakarta, Bandung, Tegal, Pekalongan, Purwokerto, Kebumen, Semarang, DIY, Klaten, Sragen, Purwodadi, Blora, Kediri, Surabaya,

23

Page 24: Wirausaha Mc Copy

Sragen, dan Malang. Pengisi suara video upacara pengantin. CP: o81 567 66 44 66 email [email protected], [email protected]

24