Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok

4
Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok By. Dara Fitri Shafira Kriiiinggg.... bel tanda masuk di SD Muhammadiyah 01 Medan berdering dengan kerasnya pertanda pelajaran akan di mulai. Semua siswa dan siswi berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Proses belajar-mengajar pun dimulai. Kini siswa-siswi kelas II-B sedang sibuk dengan buku Matematikanya masing-masing, ulangan Matematika yang akan dilaksanakan pada hari ini sudah berhasil membuat murid- murid di kelas II-B mendadak rajin untuk sesaat. Seorang siswi bernama Najla yang sudah belajar sejak tadi malam tidak ada sedikitpun raut wajah panik atau tegang yang tergambar pada wajahnya, begitu pula dengan Widi teman sebangkunya yang mungkin sama halnya dengan Najla yang sudah belajar sejak malam tadi, tidak ada sedikitpun raut wajah panik di wajah cantiknya, berbeda dengan teman-temannya yang lain yang terlihat jelas bahwa saat ini mereka sedang tegang memikirkan ulangan yang akan segera di mulai beberapa menit lagi. “Assalamu’alaikum warahmatullah hi wabarakatuh” ucap Buk Budiani sebagai wali kelas II-B yang baru saja masuk ke dalam kelas dan bergegas menyimpan tas yang dia bawa, ke meja. “Wa’alaikumsalam warahmatullah hi wabarakatuh ” Jawab kami, serempak. “Seperti yang sudah Buk Budi katakan, bahwa hari ini kita akan mengadakan ulangan harian, nah sekarang tolong kalian siapkan alat- alat tulis dan simpan tas kalian di depan” Jelas Buk Budi dengan suara yang cukup keras. “Ya Ibuuukkkkk” Ucap sebagian murid-murid di kelasku, lalu kami semua menyiapkan alat-alat tulis dan menyimpan tas kami masing- masing kedepan, dan setelah itu kami segera bergegas kembali ke bangku kami masing-masing. “Harap diingat, Jangan ada yang menyontek, jangan ada yang berbicara, mengobrol melihat kesana kemari dan jangan ada yang berisik. Are you understand?” Jelas Buk Budi lagi, dan lagi-lagi dengan suara yang cukup keras, sambil membagikan kertas ulangan pada kami. “Iya buuk” Seperti biasa, jawab kami, serempak. “Mari kita mulai” ucap Buk Budi setelah selesai membagikan kertas ulangan pada kami semua. --------- “Ahh… memang benar-benar memusingkan” ucap Najla, sambil mengaduk-ngaduk mie rebus yang dia pesan beberapa menit lalu. Najla adalah anak yang pendiam dan sangat sabar. “Apanya yang memusingkan” tanya Widi. “Ulangan Matematika ya Naj?”

Transcript of Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok

Page 1: Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok

Menganyam Kesabaran Sampai Hari EsokBy. Dara Fitri Shafira

Kriiiinggg.... bel tanda masuk di SD Muhammadiyah 01 Medan berdering dengan kerasnya pertanda pelajaran akan di mulai. Semua siswa dan siswi berhamburan menuju kelasnya masing-masing. Proses belajar-mengajar pun dimulai. Kini siswa-siswi kelas II-B sedang sibuk dengan buku Matematikanya masing-masing, ulangan Matematika yang akan dilaksanakan pada hari ini sudah berhasil membuat murid-murid di kelas II-B mendadak rajin untuk sesaat. Seorang siswi bernama Najla yang sudah belajar sejak tadi malam tidak ada sedikitpun raut wajah panik atau tegang yang tergambar pada wajahnya, begitu pula dengan Widi teman sebangkunya yang mungkin sama halnya dengan Najla yang sudah belajar sejak malam tadi, tidak ada sedikitpun raut wajah panik di wajah cantiknya, berbeda dengan teman-temannya yang lain yang terlihat jelas bahwa saat ini mereka sedang tegang memikirkan ulangan yang akan segera di mulai beberapa menit lagi.

“Assalamu’alaikum warahmatullah hi wabarakatuh” ucap Buk Budiani sebagai wali kelas II-B yang baru saja masuk ke dalam kelas dan bergegas menyimpan tas yang dia bawa, ke meja.

“Wa’alaikumsalam warahmatullah hi wabarakatuh ” Jawab kami, serempak.

“Seperti yang sudah Buk Budi katakan, bahwa hari ini kita akan mengadakan ulangan harian, nah sekarang tolong kalian siapkan alat-alat tulis dan simpan tas kalian di depan” Jelas Buk Budi dengan suara yang cukup keras.

“Ya Ibuuukkkkk” Ucap sebagian murid-murid di kelasku, lalu kami semua menyiapkan alat-alat tulis dan menyimpan tas kami masing-masing kedepan, dan setelah itu kami segera bergegas kembali ke bangku kami masing-masing.

“Harap diingat, Jangan ada yang menyontek, jangan ada yang berbicara, mengobrol melihat kesana kemari dan jangan ada yang berisik. Are you understand?” Jelas Buk Budi lagi, dan lagi-lagi dengan suara yang cukup keras, sambil membagikan kertas ulangan pada kami.“Iya buuk” Seperti biasa, jawab kami, serempak.

“Mari kita mulai” ucap Buk Budi setelah selesai membagikan kertas ulangan pada kami semua.

---------

“Ahh… memang benar-benar memusingkan” ucap Najla, sambil mengaduk-ngaduk mie rebus yang dia pesan beberapa menit lalu. Najla adalah anak yang pendiam dan sangat sabar.

“Apanya yang memusingkan” tanya Widi.“Ulangan Matematika ya Naj?”“Ya” jawab Najla lemas. “Kalian tau, dari 10 soal, hanya 8 soal yang

menurutku gampang dan bisa aku jawab”“Ah, kamu sih masih mending 8 soal yang bisa kamu jawab, daripada aku

hanya bisa menjawab 6 soal saja, jadi kamu tidak perlu bersedih nyonya Najla, lagi pula masih banyak anak-anak di kelas kita yang lebih tidak bisa dari pada kita berdua” Ujar Dinda, memberi penjelasan sekaligus memberi semangat pada Najla yang tampak lemas memikirkan hasil ulangan Matematika yang akan di bagikan dua hari lagi, tepatnya hari jumat nanti.

“Makanya belajarnya jangan setengah-setengah, kalau kalian belajar sungguh-sungguh, tentu akan baik hasilnya” Ucap Dinda, memberi nasihat pada Najla dan Widi.“Ya Buk Guru Dinda” Jawab mereka berdua, serempak.

Page 2: Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok

“Ya sudah, lanjutkan makannya anak-anakku” Lanjut Dinda kemudian dengan nada kesalnya diledikin oleh kedua temannya.

Saat mereka menghabiskan mienya masing-masing, tiba-tiba ada Mely bersama kawan-kawannya duduk tepat di samping mereka.

“Eh Bela gimana kalau kita buat gank aja kita biar gaul gitu?” ucap Mely seraya membuka percakapan.

“Boleh juga tuh, ide bagus. Hmm gimana kalau kita resmiin aja terus gank kita ntar pas sebelum masuk jam pelajaran, kita umumin ke anak-anak kelas kita” jawab Bela dengan semangatnya.

“Oke semua bisa diatur” jawab Mely.“Hahahaha.. kamu ketua ganknya ya Mel” sambut mereka bertiga Diva

Nanda dan Ica.Saat mendengar percakapan ganknya Mely para tiga sahabat itu hanya

berbisik-bisik sambil main mata pertanda tiga sahabat ini tidak menyukai akan ada gank dikelasnya.

---------

Bel masuk pun berdering pertanda akan dimulainya lagi pelajaran.“Hei kawan-kawan sekalian attention please, eh kami bentuk gank baru ni.

Harap kalian hormati gank kami jika gak mau berurusan sama kami, okeey?” Ucap Mely dengan mengeluarkan suara kerasnya.

Najla dan para sahabatnya asik mencari buku gambar didalam tas untuk diletakkan di atas meja karena sekarang pelajaran Seni Budaya. Dan Mely melihat Najla dan kawan-kawannya mencuekan mereka.

Saat Buk Budi masuk ke dalam kelas, siswa-siswi ditugaskan untuk menggambar pemandangan di pantai, mereka pun memulai menggambarnya.

Ketika Najla sedang asik menggambar di mejanya, Mely datang ke meja Najla.

“Sini nih spidolnya” ucap Mely dengan kasarnya mengambil semua spidol milik Najla. Najla hanya terdiam dan cukup bersabar.

“Oh ya, ko ada uang seribu? Pinjem bentar besok aku bayar e utangku” Sambung Mely.

“Nih beh Mely” jawab cuek Najla memberi uang seribu dan melanjutkan menggambarnya.

-------

Keesokan harinya saat istirahat sekolah Najla duduk bersama teman-temannya dikelas.

“Eh ntar aku mau nagih utang sama si Mely nih” ucap Mutiara.“Kebetulan sekali, kalian minta uang kami lah sama Mely, kami gak berani

minta sama Mely dia kayak ga suka gitu sama aku” jawab Najla pelan.“yauda boleh deh Naj” ucap Mutiara enteng.

Lalu Mutiara bergegas pergi menemui Mely untuk menagih utangnya. Beberapa saat kemudian Mely datang ke Najla bersama ganknya dengan angkuh.

”Oh ko mau nagih utang ya? Mau uang ko ya? Mau? Mau? Nah makan tuuu!!!” tutur Mely sambil merobek uang seribuan di depan Najla.

Mely terus memaki Najla, dan Najla pun hanya mampu nangis sambil beristighfar terus demi terus.

“Eh eh sok alim ni anak, pake istighfar pulak lagi ee” bentak Bela.“Yok cus pergi ngapain lihat anak cengeng ini” Mely mengajak ganknya.Dan gank Mely meninggalkan Najla menangis tersedu-sedu. Widi dan

Dinda menenangkan Najla yang menangis tersedu-sedu.

Page 3: Menganyam Kesabaran Sampai Hari Esok

------Tidak cukup dengan itu cobaan yang Najla terima. Gank Mely mulai

menghasut kawan sekelas agar tidak berteman dengan Najla. Dinda pun salah satu sahabat terbaik Najla ikut terhasut rayuan gank Mely. Hampir semua anak kelas II-B terhasut oleh ucapan gank Mely kecuali Widi dan Mumtaz. Najla cukup sabar menghadapi kawan sekelasnya yang mengolok-olok dan memakinya. Najla pun seperti biasa jajan bersama Widi dan Mumtaz yang berbaik hati tetap berteman dengan Najla.

-----

Hari demi hari pun berlanjut, gank Mely tak habisnya terus mengolok-olok Najla. Namun Najla tetap beristiqomah untuk bersabar menghadapi Mely.

Dua bulan kemudian, Najla akan memberitahu ke teman-teman sekelasnya bahwa ia akan kembali pindah ke Banda Aceh mengikuti ibunya, semua teman-temannya sedih karena Najla akan pindah sekolah. Anehnya Mely pun keluar kelas menuju kamar mandi. Najla pun melihat keadaan itu dan berjalan mengikuti Mely.

“Hmm Mel ko kenapa kok nangis? Sakit ya?” tanya Najla dengan penasarannya.

“Enggak kok” jawab Mely sambil menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh Najla.

“jadi kamu kenapa Mel?” tanya Najla kembali dengan lembutnya.Seketika Mely memeluk Najla dan berkata “Maafkan aku ya Naj,

sebenarnya aku sangat iri dan ingin menjadi sahabatmu. Namun aku gak berani mengekspresikan diriku dan berkata ingin menjadi sahabatmu” Ucap Mely dengan bercucuran air mata.

Najla pun membalas dekupan pelukan Mely, “ ga apa kok Mel, aku tau kamu orangnya baik, makanya aku terus bersabar dan berharap suatu saat kamu ga jaatin aku lagi” jawab Najla dengan tulusnya.

“Makasih ya Najla, kamu emang baik banget” Balas Mely sambil mengelap air matanya.

“Yuk Mel balik ke kelas, kasihan kawan kita pada nyariin kita” ucap Najla sambil membantu Mely untuk berdiri.

Saat tiba dikelasnya, semua teman-temannya shock melihat mereka berjalan bersama dengan akrabnya.

“Eciiieee ciiee.. uda baikan ni, sejak kapan langit dan tanah bisa bersatu, cuiit cuuitt” riuh teman sekelasnya.

“ya jadi bagaimana perkembangannya? Bagaimana konfliknya bisa berakhir? Apakah diselesaikan di Konferensi Meja Bundar? Ya pak buk gimana?” Ucap Widi dengan berlagak sebagai wartawan.

“Hooaammmmm ada apasih ribut kali? Masih malam ni tau, ganggu orang sedang ngorok aja ni” teriak Dono yang dari pagi tertidur dikelas, Dono adalah orang yang hobi tidur dikelasnya.

Seisi kelas pun tertawa “hahahahahahhahaahaha”

The End

“Kesabaran itu tidak pernah ada batasnya, teruslah bersabar agar buah kesabaran yang kita petik berbuah manis”