MENGANALISIS PENGARUH PRETREATMENT DENGAN ALKALI …eprints.ums.ac.id/70371/11/NASKAH...
Transcript of MENGANALISIS PENGARUH PRETREATMENT DENGAN ALKALI …eprints.ums.ac.id/70371/11/NASKAH...
MENGANALISIS PENGARUH PRETREATMENT DENGAN
ALKALI TERHADAP SERAT RAMBUT MANUSIA
TERHADAP KEKUATAN DAN KELENTURAN KOMPOSIT
SERAT RAMBUT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Oleh :
AHMAD ALDI WIJANARKO
D500140074
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
MENGANALISIS PENGARUH PRETREATMENT DENGAN ALKALI
TERHADAP SERAT RAMBUT MANUSIA TERHADAP KEKUATAN
DAN KELENTURAN KOMPOSIT SERAT RAMBUT
Abstrak
Pemanfaatan limbah rambut manusia dalam pembuatan komposit masih merupakan
hal baru di indonesia. Serat rambut memiliki kelebihan dibanding serat alam lain
karena memiliki sifat mekanik yang baik karena struktur penyusun rambut terdiri
dari keratin yang membentuk rantai panjang dan teratur, menyebabkan rambut
bersifat kuat dan fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
proses pre-treatment terhadap serat rambut terhadap kuat impact dan kuat tarik
rambut. Bahan kimia yang digunakan dalam pre-treatment adalah NaOH dengan
variasi konsentrasi 1,3 dan 5% serta variasi waktu 15, 30 dan 60 menit. Respon
yang dicari adalah kuat impact dan kuat tarik dari serat komposit yang dihasilkan.
Uji impact dilakukan dengan standar ASTM E-23 sedangkan uji tarik dengan
menggunakan standar ASTM D 638M. Hasil uji impact menunjukkan hasil uji
impact maksimum didapat pada konsentrasi NaOH pre-treatment 1% dengan waktu
60 menit dengan nilai 1,7 Joule. Hasil uji tarik maksimum didapat pada konsentrasi
NaOH pre-treatment 1% dengan waktu 60 menit dengan nilai kuat tarik 23 MPa
dan modulus elastisitas 1066.6667 MPa.
Kata kunci: serat rambut, uji tarik, uji impact
Abstract
Utilization of human hair waste in the manufacture of composites is still new in
Indonesia. Hair fibers has advantages over other natural fibers because they have
good mechanical properties due to the constituent structure of hair consisting of
keratin which forms a long and regular chain, causing hair to be strong and flexible.
This study aims to determine the effect of the pre-treatment process on hair fibers
on impact strength and tensile strength of hair. The chemical used in the pre-
treatment was NaOH with variations in concentrations of 1,3 and 5% and variations
in time of 15, 30 and 60 minutes. The response sought is the impact strength and
tensile strength of the composite fibers produced. Impact test is carried out with
ASTM E-23 standard while tensile test using ASTM D 638M standard. The impact
test results showed the maximum impact test results obtained at the pre-treatment
NaOH concentration of 1% with a time of 60 minutes with a value of 1.7 Joules.
The maximum tensile test results obtained at the pre-treatment NaOH concentration
of 1% with a time of 60 minutes with a tensile strength of 23 MPa and a modulus
of elasticity of 1066.6667 MPa.
Keywords: hair fiber, impact strength, tensile strength
1
1. PENDAHULUAN
Komposit adalah kombinasi dari dua atau lebih dari dua materi, yang mana salah
satu dari materi adalah fase matriks (polimer, metal atau keramik) yang merupakan
fase kontinyu dan fase yang lain adalah fase penguat (serat rambut, kaca, graphit,
alumina dan lain-lain) yang bisa merupakan fase kontinyu atau tidak kontinyu.
Bahan komposit terbentuk pada fase antarmuka, zona dimana fase matriks dan fase
penguat dikombinasikan satu sama lain (Ahmad, 2014).
Komposit adalah material multifase dibuat secara artifisial sebagai
kebalikan pada hal yang terjadi atau terbentuk secara alami. Selain itu, konstituen
fase harus kimia yang berbeda dan dipisahkan oleh antarmuka yang berbeda.
Demikian, kebanyakan bahan metal alloy dan banyak keramik tidak memenuhi
definisi ini karena fase multifase mereka sebagai konsekuensi dari fenomena alam
(Callister dan Rethwisch, 2007).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan komposit
diantaranya adalah factor serat yang digunakan, letak serat, Panjang serat, bentuk
serat (Schwartz, 1984).
Komposit yang dibuat dari serat alam disebut sebagai komposit alam. Ada
peningkatan permintaan untuk maetri yang ramah lingkungan seperti komposit
serat alam untuk menggantikan serat tradisional (misalnya karbon, kaca, dan serat
aramid). Alasannya adalah biogeradibiltasi, lebih sedikit emisi ke atmosfer,
berlimpah, dapat diperbaharui, ketersediaan dan dapat diproduksi dengan biaya
yang rendah diseluruh bagian dunia (Jayaseelan dkk, 2015).
Pemanfaatan Limbah rambut manusia dalam pembuatan komposit masih
merupakan hal baru di indonesia. Rambut kurang diminati pemanfaatannya dalam
pembuatan komposit dibanding serat alam lainnya seperti sabut kelapa, jerami,
serbuk gergaji dan eceng gondok. Serat Rambut sebenarnya memiliki kelebihan
dibanding serat alam lain karena memiliki sifat mekanik yang baik dikarenakan
struktur penyusun rambut terdiri dari keratin yang membentuk rantai panjang dan
teratur, menyebabkan rambut memiliki sifat yang kuat dan fleksibel (Jayachandran
dkk, 2016).
2
Rambut manusia memiliki sekitar 65-95% keratin yang merupakan tipe dari
protein dan yang 80% bertanggung jawab untuk pembentukan rambut. Hal ini juga
terdiri 32% air dan sisanya adalah pigmen lipid dan senyawa lainnya (Rajbhar and
Srivastava, 2016).
Untuk memperkuat ikatan permukaan, modifikasi permukaan serat harus
dilakukan baik secara fisika maupun kimia (Leman et al., 2010). Perlakuan kimia
serat yang sering dilakukan adalah perlakuan NaOH, karna lebih ekonomis.
Penggunaan serat rambut sebagai penguat dalam komposit ada kecenderungan
untuk terjadinya fiber pull out karena adanya lapisan bagian luar rambuat yang
menghalangi ikatan. Maka dari itu perlu adanya perlakuan kimia serat dan
penambahan coupling agent. Dalam Penelitian kali ini alkali pencuci yang
digunakan adalah NaOH (Amin dan Raharjo, 2012).
Metode kimia diterapkan untuk memodifikasi serat dan juga matrik,.
Modifikasi serat meliputi alkalization, silane, acetylation and benzoylation dan
sebagainya. Modifikasi kimia yang dibuat dengan pretreatment kimia
memperkenalkan bagian baru yang secara efektif menyatu dengan matriks (Scholar
et al., 2016).
Pencucian limbah rambut dengan bahan kimia alkali sebelum digunakan
sebagai bahan serat dalam komposit dimaksudkan agar dapat meningkatkan gaya
ikatan antar serat dalam hal ini rambut dan bonding dalam hal ini epoxy (Amin and
Raharjo, 2012).
2. METODE
Penelitian ini menggunakan serat yang berasal dari rambut manusia yang diperoleh
dari tukang cukur disekitar kampus. Matriks yang digunakan adalah matriks epoxy
beserta hardenernya yang diperoleh dari took kimia di daerah semarang, sedangkan
untuk material pengisi (filler) menggunakan abu sekam padi yang didapat dari toko
bahan tani di daerah solo. Bahan kimia yang digunakan dalam pre-treatment adalah
NaOH teknis dengan variasi konsentrasi 1,3 dan 5% dan variasi waktu 15,30 dan
60 menit.
3
Adapun proses pembuatan sampel komposit dibagi menjadi proses pre-
treatment dan proses pembuatan komposit yang dijelaskan dibawah ini :
1) Pretreatment Serat rambut
a) Menyiapkan Rambut yang akan dilakukan pretreatment.
b) Membuat Larutan NaOH dalam gelas beker dengan konsentrasi masing
masing 1, 3 dan 5% dalam 100 mL Aquadest.
c) Menimbang Serat rambut yang akan di pretreatment sebanyak 9 bagian
dengan berat masing-masing 5 gram.
d) Mencelupkan serat rambut dalam larutan NaOH dalam gelas beker dengan.
variasi waktu 15, 30 dan 60 menit.
e) Mengangkat serat rambut yang telah di pretreatment, bilas dengan air
bersih, lalu dikeringkan.
2) Pembuatan Komposit
a) Mencampur serat rambut yang telah di pretreatment dengan abu sekam padi
dengan perbandingan berat serat rambut : abu sekam padi 10:30.
b) Mencampur resin epoxy dengan resin hardener dengan perbandingan 1:1
dengan perbandingan berat serat rambut : abu sekam padi : resin yaitu
10:30:60.
c) Mencampur serat rambut yang telah dicampur filler sebelumnya dengan
campuran resin epoxy dan hardener lalu diaduk hingga merata.
d) Mencetak komposit dalam cetakan lalu dikeringkan.
e) Melakukan uji pada masing-masing sampel komposit yang ada.
Setiap variasi sampel dibuat masing masing dua buah untuk kemudian diuji
dengan uji impact dan uji tarik. Uji impact dilakukan di Laboratorium Material
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan menggunakan
Metode Charpy dengan standar ASTM E-23. Uji tarik dilakukan di Balai Latihan
Kerja Surakarta dengan menggunakan standar ASTM D 638M. Rumus yang
digunakan dalam menghitung modulus young adalah :
� = �
� (��)……………………………………………………………………(1)
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kuat Impact dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Lama
Perendaman Saat Pretreatment
Uji impact atau uji dampak dilakukan untuk mengetahui seberapa besar beban
dampak terhadap sifat mekanik suatu material. Uji impact adalah pengujian
dengan menggunakan beban yang cepat (rapid loading). Hasil yang didapat
dalam pengujian adalah sebagai berikut :
Gambar 1 Grafik Hubungan Kuat Impact dengan Variasi Konsentrasi NaOH
dan waktu perendaman.
Dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH perendam maka kuat
tarik yang dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini berbeda dengan variasi
waktu bahwa semakin lama waktu perendaman, kuat tarik yang dihasilkan
akan semakin besar.
Kekuatan impact maksimum untuk variasi NaOH didapat pada variasi
perendaman NaOH 1% dan terendah pada NaOH 5%, hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka kuat impact
yang dihasilkan oleh komposit akan semakin rendah. Kuat impact yang
semakin rendah ini membuktikan bahwa konsetrasi NaOH yang tinggi malah
dapat merusak serat rambut yang digunakan. Kuat tarik pada variasi waktu,
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
1% NaOH 3% NaOH 5% NaOH
Ku
at
Imp
act
(J)
Konsentrasi NaOH (%)
15 menit 30 menit 1 jam
5
nilai maksimum didapat pada waktu 1 jam, dengan kuat tarik terendah pada
waktu 15 menit. Menurut Scholar Perawatan NaOH dapat menghilangkan lilin
dan asam lemak dari dinding sel yang dapat meningkatkan sifat komposit
(Scholar et all.,2016). Kuat impact yang semakin tinggi ini menunjukkan
bahwa semakin lama waktu perendaman, maka serat rambut yang dihasilkan
semakin baik, hal ini dikarenakan semakin bersihnya serat rambut.
3.2 Kuat tarik dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Lama
Perendaman Saat Pretreatment
Uji tarik adalah salah satu uji yang bertujuan untuk mengetahui sifat suatu
bahan dengan menariknya dan mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi
terhadap tarikan dan sejauh mana material tersebut bertambah Panjang. Hasil
yang didapatkan ditunjukkan grafik dibawah :
Gambar 2 Grafik hubungan kekuatan tarik dengan variasi konsentrasi NaOH dan
waktu perendaman
Berdasarkan data Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomer 03-2105-2006
disyaratkan nilai kuat tarik pada suatu papan partikel diatas 1,5 kg/cm2 atau
0,1471 MPa. Dapat dilihat kuat tarik yang dihasilkan sudah memenuhi Standar
Nasional Indonesia, dengan nilai maksimum 23 MPa dan minimum 4,8 MPa.
0
5
10
15
20
25
1% NaOH 3% NaOH 5% NaOH
Ke
ku
ata
n t
ari
k (
MP
a)
Lama Perendaman (menit)
15 menit 30 Menit 1 jam
6
Kuat tarik maksimum yang untuk variasi NaOH didapat pada konsentrasi
1% dan terendah pada 5% , hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi NaOH perendam maka kuat tarik yang dihasilkan akan semakin
rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh semakin hancurnya serat rambut
yang digunakan sehingga komposit menjadi lebih padat yang menyebabkan
kuat tarik komposit menurun. Kuat tarik pada variasi waktu didapat nilai
maksimum pada waktu 15 menit dan terendah pada 60 menit, hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka kuat tarik yang
dihasilkan semakin rendah.
3.3 Modulus Elastisitas dengan Variasi Konsentrasi NaOH dan Lama
Perendaman Saat Pretreatment
Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan dari
suatu benda. Modulus elastisitas dilambangkan dengan E dan satuannya
Nm-2. Modulus elastisitas disebut juga Modulus Young. Nilai modulus
elastisitas hanya bergantung pada jenis bahan suatu benda, tidak bergantung
pada ukuran ataupun bentuk benda. Nilai Modulus Elastisitas yang didapat
ditunjukkan grafik dibawah :
Gambar 3 Grafik hubungan modulus elastisitas dengan variasi konsentrasi NaOH
dan waktu perendaman
0
200
400
600
800
1000
1200
1% NaOH 3% NaOH 5% NaOH
Mo
du
lus
Ela
stis
ita
s (M
Pa
)
Lama Perendaman (menit)
15 menit 30 Menit 1 jam
7
Berdasarkan data Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomer 03-2105-2006
disyaratkan nilai kuat tarik pada suatu papan partikel diatas 20.400 kg/cm2 atau
2000,556 MPa. Dapat dilihat kuat tarik yang dihasilkan belum memenuhi
Standar Nasional Indonesia, dengan nilai maksimum pada konsentrasi
perendaman NaOH 1% dan waktu perendaman 15 menit 1066.6667 MPa dan
minimum pada konsentrasi perendaman 5% dan waktu perendaman 60 menit
202.1052632 MPa.
4. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kuat impact maksimum komposit dihasilkan oleh variasi NaOH 1% dan
waktu perendaman 1 jam dengan nilai 1,7 Joule.
2. Kekuatan tarik maksimum dihasilkan komposit pada variasi konsentrasi
NaOH 1% dan waktu perendaman 15 menit yaitu sebesar 23 MPa.
3. Nilai modulus elastisitas maksimum komposit dihasilkan pada variasi
konsentrasi NaOH 1% dan waktu perendaman 15 menit yaitu sebesar
1066.6667 MPa.
4. Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai kuat impact, nilai kuat tarik, dan
modulus elastisitas yaitu halus atau kasarnya serat rambut yang dihasilkan
yang menyebabkan sampel yang dihasilkan menjadi lebih padat atau
berongga.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., 2014 .‘Preparation of Eco-Friendly Natural Hair Fiber Reinforced
Polymeric Composite (FRPC) Materials by Using of Polypropylene and Fly
Ash’, 5(11), pp. 969–972.
Amin, M. and Raharjo, S., 2012. ‘Pengaruh Perlakuan Alkali Terhadap
Kekuatan Tarik Bahan Komposit Serat Rambut Manusia’, Prosiding Seminar
Nasional. doi: 10.1002/jnr.
Callister, W. and Rethwisch, D., 2007. Materials science and engineering: an
8
introduction, Materials Science and Engineering. doi: 10.1016/0025-
5416(87)90343-0.
Jayachandran, Arjun, H. and Lilly Mercy, J., 2016 ‘A study on hair and coir
reinforced polymer composite’, International Journal of ChemTech Research,
9(4), pp. 357–363.
Jayaseelan, J., Palanisamy, P. and Vijayakumar, K. r ,2015 ‘Study On
Mechanical Properties Of Hair Based Natural Fiber Nano Composite’, 2015,
pp. 0–8.
Leman, Z. et al., 2010. ‘Pre-treatment by water retting to improve the interfacial
bonding strength of sugar palm fibre reinforced epoxy composite’, Polymers
from Renewable Resources, 1(1), pp. 35–45.
Rajbhar, S. and Srivastava, R., 2016 ‘FABRICATION &
CHARACTERIZATION OF ANIMAL HAIR AND HUMAN HAIR’, 2(2), pp.
18–22.
Scholar, P. D. et al., 2016 ‘Effect of Pretreatment Methods on Properties of
Natural Fiber Composites : A Review’, 24(7), pp. 555–567.
Schwartz,1984. Composite Material Handbook. Singapore: Mc Graw Hill.