MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

34
i MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 KUPANG TERHADAP PERBEDAAN AGAMA MENURUT EMMANUEL LEVINAS Oleh, Agriyan Reksy Manafe 712015035 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Ilmu Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Ilmu Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2020

Transcript of MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

Page 1: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

i

MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN

DI SMA NEGERI 5 KUPANG TERHADAP PERBEDAAN AGAMA

MENURUT EMMANUEL LEVINAS

Oleh,

Agriyan Reksy Manafe

712015035

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Ilmu Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Ilmu Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2020

Page 2: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

ii

Page 3: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

iii

Page 4: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

iv

Page 5: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

v

Page 6: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas kasih karunia dan anugerah-Nya yang tak-terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan keseluruhan Tugas Akhir dengan judul “Menganalisa Pandangan

Murid Kristen di SMA Negeri 5 Kupang Terhadap Perbedaan Agama Menurut

Emmanuel Levinas”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi (S.Si-Teol) di Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangsih

dalam menentukan sikap dan perilaku masyarakat dalam menghargai dan

menghormati orang lain yang berbeda agama. Teori filsafat Emmanuel Levinas

yang dipakai oleh Penulis, kiranya menjadi suatu cara baru dalam memahami dan

bersikap toleransi terhadap Sang Liyan.

Penulis juga menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dukungan dan

sumbangsih pemikiran berupa saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak. Terimakasih. Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati.

Penulis,

Agriyan Reksy Manafe

Page 7: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa ada begitu banyak orang-orang yang selalu

mendukung penuh kasih sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat

kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan

sukacita (Filipi 1:3-4).” Oleh karena itu, dengan doa dan ucapan syukur, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang adalah Sahabat dan Guru Agung dengan

rencana-Nya telah menempatkan penulis di Salatiga dan mengikuti segala

kegiatan perkuliahan di Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya

Wacana sampai selesai. Penulis yakin bahwa jika Tuhan sudah

berkehendak, siapa pun tidak bisa melawannya.

2. Yang terkasih, Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu dan Pdt. Handri Yonathan,

M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah mendidik, mengarahkan, dan

memotivasi dengan penuh sabar dan tulus, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

3. Seluruh mahasiswa, dosen, pegawai dan staff tata usaha serta cleanning

service di Fakultas Teologi, yang telah memberikan doa, ilmu, dan

pelayanannya kepada penulis selama berkuliah.

4. Jemaat di GKJ Salatiga Selatan dan BKGS, trimakasih atas doa dan

dukungan serta pengalaman pelayanan kepada penulis ketika menjalani

masa PPL yang sangat berguna bagi pelayanan sebagai seorang Pendeta.

5. Yang Tak-Terhingga, Papa Defris Manafe, Mama Horiana Manafe-Ndoen,

dan Opa Jacob Manafe, yang selalu membisikkan nama penulis setiap hari

dalam doa dan selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam

perkuliahan dan kehidupan di perantauan. Kak Morens, Kak Fenty, Adik

Lenda, Kak Leni, Kak Marlon, Kak Deris, Kak Lin dan seluruh keluarga

yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, terimakasih yang tak-terhingga

atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

6. Pak Philip, Mama Fice, Kak Putry dan Dessy, atas doa dan dukungan serta

telah menjadi keluarga selama penulis berada di Salatiga.

Page 8: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

viii

7. Kedua sahabat sekaligus sodara kontrakan Cemara, Krisharyanto Umbu

Deta dan Roki Ade Boby Panduwal serta tuan kontrakan Ynry Becitha

Timo yang telah mendukung dan memotivasi penulis selama perkuliahan

dan sampai akhir penulisan Tugas Akhir. Sampai jumpa dalam pelayanan

di gereja.

8. Pdt. Emma Margaritha Fay selaku supervisor lapangan PPL X yang sudah

menjadi orang tua bagi penulis selama masa PPL X dan seluruh jemaat di

GMIT Haumenibaki, terimakasih yang tak-terhingga atas doa dan

dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga kita bisa bertemu

lagi dan berpelayanan bersama-sama.

9. Seluruh guru dan pegawai serta murid-murid di SMA Negeri 5 Kupang

yang telah bersedia menerima penulis untuk dapat mengumpulkan data

guna penulisan Tugas Akhir. Terkhususnya Pak Eman, Pak Charles dan 15

murid Kristen yang telah menyediakan waktu untuk melakukan

wawancara dengan penulis.

10. Teologi angkatan 2015 yang sudah seperti keluarga di kampus. Trimakasih

atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Kapan kita jalan-

jalan angkatan dan bermain permainan tradisional lagi?

11. Sahabat dan basodara dekat di Salatiga yang selalu kumpul bareng, jalan-

jalan, nonton, makan, terlebih lagi yang main UNO sampai coret-coret

muka lalu selfie dan posting di media sosial. Akhirnya, drama ini telah

selesai gaess!!!!

12. Sahabat tergokil “Salah Fakultas”, grup “Kaki”, “Friendzone”, “Jogja rasa

Kefa”, dan Persekutuan Permata GMIT Salatiga, terimakasih atas

dukungan dan doa yang telah diberikan sampai saat ini. Penulis berdoa

yang terbaik untuk kalian.

13. Kedua sahabat dan sudah menjadi saudari di Kupang, Ega dan Epi.

Trimakasih yang tak-terhingga karena telah mendukung dan memotivasi

penulis sampai detik ini.

14. Seluruh keluarga, saudara, sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu

per satu, terimakasih atas doa dan dukungan kepada penulis sampai saat

ini. Tuhan Yesus senantiasa memberkati.

Page 9: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

ix

MOTTO

“Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke

mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri

ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap

melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”

Kejadian 28:15

“Wajah Tuhan tak dapat ku lukiskan.

Namun, dapat ku gambarkan dengan melihat wajah sesama ku.

Trimakasih karena telah menempa aku menjadi emas.

Eben Haezer: Sampai disini Tuhan menolong.”

Agriyan Reksy Manafe

Page 10: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………... i

Lembar Pengesahan ……………………………………………………... ii

Pernyataan Tidak Plagiat ………………………………………………... iii

Pernyataan Persetujuan Akses …………………………………………... iv

Pernyataan Persetujuan Publikasi ……………………………………….. v

Kata Pengantar ………………………………………………………….. vi

Ucapan Terimakasih …………………………………………………….. vii

Motto ……………………………………………………………………. ix

Daftar Isi ………………………………………………………………… x

Abstrak ………………………………………………………………….. xi

1. Pendahuluan …………………………………………………………. 1

2. Sang Liyan Dalam Filsafat Emmanuel Levinas ……………………... 6

3. Hasil Penelitian ………………………………………………………. 10

3.1.Kondisi SMA Negeri 5 Kupang ………………………………… 10

3.2.Arti Kehadiran Orang Lain ……………………………………... 11

3.3.Faktor-Faktor yang Mendasari Murid Kristen dalam Menjalin

Relasi dengan Orang Lain ………………………………………. 12

3.4.Respon Murid Kristen Ketika Berjumpa Dengan Orang Lain

Yang Berbeda Agama …………………………………………... 13

3.5.Pendapat Murid Kristen Mengenai Orang Lain yang Berbeda

Agama yang Bersekolah di SMA Negeri 5 Kupang ……………. 13

3.6.Refleksi Kehadiran Tuhan dalam Perjumpaan dengan Orang

Lain yang Berbeda Agama ……………………………………… 14

4. Analisa ……………………………………………………………….. 15

5. Penutup ………………………………………………………………. 19

Daftar Pustaka …………………………………………………………... 21

Page 11: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

1

1. PENDAHULUAN

SMA Negeri 5 Kupang merupakan salah satu sekolah negeri di Kota

Kupang yang memiliki tingkat toleransi keagamaan sangat baik. Peserta didik

yang ada di sekolah ini sangat beragam terkhususnya agama yang dianut. Melalui

data yang didapatkan pada bulan Oktober 2019/2020, jumlah peserta didik

sebanyak 1324 dengan rincian: Kristen 707 orang, Katholik 516 orang, Islam 99

orang, dan Hindu 2 orang.1

Sekolah ini memiliki kegiatan keagamaan yang mewajibkan seluruh

peserta didik untuk beribadah sesuai dengan agamanya setiap hari Jumat setelah

proses belajar-mengajar berakhir. Suasana di SMA Negeri 5 Kupang, dalam

menjalin relasi umatberagama antar peserta didik maupun guru sangat baik.

Dengan kata lain, tidak adanya kasus intoleransi dalam relasi kehidupan antar

murid maupun guru. Hal tersebut didasarkan pada visi dan misi dari sekolah yakni

terwujudnya tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter,

cerdas dan terampil.2

Kebebasan beragama seperti ini seharusnya menjadi cerminan bagi

masyarakat Indonesia untuk saling menghargai antar sesama yang berbeda agama.

Akan tetapi, di era globalisasi saat ini, agama justru menjadi sebuah propaganda

yang dipakai oleh suatu kalangan tertentu kepada kelompok lain. Beberapa kasus

yang pernah terjadi di Indonesia – seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia –

kerusuhan di Tanjungbalai - Sumatera Utara yang berujung dengan dibakarnya

sembilan rumah ibadah (tiga Vihara dan enam Klenteng) pada 30 Juni 2016 dan

konflik yang terjadi di Papua mengenai pembangunan masjid Al-Aqsa yang

dikabarkan mendapatkan penolakan pada bulan Maret 2018. Selain itu, ada juga

beberapa kasus intoleran yang terjadi di sekolah-sekolah. Salah satunya adalah

adanya paham radikal oleh beberapa guru di SMAN 13 Jakarta. Menurut Retno

Lisyarti mengakui adanya guru-guru yang bersikap intoleran bahkan menolak

1 Arsip jumlah siswa SMA Negeri 5 Kupang. Kelas X, XI, XII. Tahun Ajaran

2019/2020. 2 http://sman5kupang.sch.id/tentang-kami/visi-dan-misi.html, Diakses pada 14

November 2019, Pukul 22.04 WIB.

Page 12: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

2

menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam sebuah acara.3 Kasus-kasus ini

merupakan beberapa contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi di Indonesia.

Penyebab dari kasus-kasus seperti itu salah satunya adalah pengakuan dari

suatu agama yang paling benar sementara agama lain sudah pasti salah (egoisme).

Akibatnya adalah eksistensi dari agama lain dianggap sebagai musuh4 serta

dengan mudahnya seseorang dapat menyebut orang lain sebagai kafir. Maka tidak

mengherankan toleransi antar sesama yang berbeda agama mulai luntur.

Diskriminasi dan penindasan pun terjadi serta meniadakan subjektifitas orang lain.

Dampak yang lainnya adalah sikap individualisme menjadi sebuah

kebiasaan masyarakat di masa kini karena manusia sering meniadakan

keberagaman individu yang lain. Hal inilah yang akan menimbulkan konflik antar

sesama dalam suku, agama, dan lain-lain. Konflik-konflik yang sudah terjadi di

dalam kehidupan manusia seharusnya mau menyadarkan setiap individu untuk

merefleksikan dirinya di hadapan Tuhan dan sesama.

Manusia harus bisa memahami dirinya sebagai makhluk sosial yang saling

membutuhkan. Peran sesama sangat penting bagi kehidupan manusia agar bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukanlah sebagai musuh atau neraka seperti yang

digambarkan seorang filsuf Jean Paul-Sartre. Sebagai contoh, seorang tukang

bangunan tidak dapat membangun sebuah rumah. Pastinya dia membutuhkan

orang lain untuk bersama membangun rumah.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara baru dalam menghargai dan

memandang kehadiran orang lain dengan berbagai latar belakang terkhususnya

agama. Hal tersebut dikarenakan sudah banyak pembahasan mengenai perbedaan

agama dengan menggunakan perspektif sosial. Oleh karenaa itu, penulis merujuk

pada salah seorang filsuf yang membahas mengenai makna kehadiran orang lain

(l’autrui atau the other).

3https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/05/160524_indonesia_su

rvei__toleran, Diakses pada 13 September 2019, Pukul 23:21 WIB. 4 Machasin, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 8.

Page 13: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

3

Emmanuel Levinas (1906-1995) adalah salah satu tokoh terbesar dalam

filsafat yang muncul pada abad ke-20. Ia adalah salah satu dari sekian banyak

filsuf yang menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan mengartikan makna

kehadiran Sang Liyan (the other) dalam kehidupan sehari-hari. Pemikirannya

sangat filosofis-religius karena ia lahir dari keluarga Yahudi, membaca Kitab Suci

Hibrani dan menyukai sastra Pushkin dan Tolstoi.5

Menurut Levinas, orang lain adalah sebuah kenyataan paling mendasar

yang tidak bisa diabaikan atau ditutupi.6Konsep mengenai orang lain menurut

Levinas, tampaknya sangat sulit untuk dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Terlebih lagi pada etika tanggung jawab sebagai etika yang paling dasar

cenderung sebagai sebuah makna teoritis dan bukanlah praksis. Hal tersebut

dikarenakan adanya sebuah tekanan mengenaiperbedaan dianggap sebagai sebuah

masalah dalam konflik-konflik yang sering terjadi. Selain itu, makna kehadiran

orang lain dalam konteks keberagaman agama juga dianggap sebagai musuh

sehingga perlu dilawan. Dengan demikian, penulis berusaha untuk meneliti di

SMA Negeri 5 Kupang terkhususnya kepada murid Kristen sebagai generasi

bangsa dalam memandang orang lain yang berbeda agama.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, penulis merumuskan

satu pokok permasalahan, yaitu bagaimana pandangan murid Kristen di SMA

Negeri 5 Kupang terhadap orang lain yang berbeda agama dalam pandangan

Emmanuel Levinas?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengenali secara lebih mendalam

bagaimana pemahaman Murid Kristen di SMA Negeri 5 Kupang mengenai orang

lain yang berbeda agama dan relevansinya dalam kehidupan bermasyarakat saat

ini.

5 Frans Magnis-Suseno, 12 Tokoh Etika Abad ke-20, (Yogyakarta: PT Kanisius,

2000), 88.

6 Emmanuel Levinas, Totality and Infinity, trans. Alphonso Lingis, (Pittsburgh:

Duquesne University Press, 1969), 212.

Page 14: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

4

Manfaat dari penelitian ini, penulis merumuskan menjadi dua, pertama

manfaat teoritik diharapkan dapat memberi sumbangan gagasan tentang makna

kehadiran orang lain sebagai suatu cara baru dalam konteks keberagaman agama

di Indonesia terkhususnya di sekolah SMA Negeri 5 Kupang. Sedangkan manfaat

praktik dapat digunakan untuk seluruh peserta didik di SMA Negeri 5 Kupang,

dalam menentukan sikap dengan orang lain yang berbeda agama yang bisa

diterapkan di dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Di dalam penulisan ini, metode penelitian yang akan digunakan adalah

pendekatan kualitatif-deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5)

mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.7 Pendekatan ini tidak mengisolasikan individu

ke dalam suatu variabel atau hipotesis, melainkan diarahkan pada latar belakang

subjek penelitian untuk memahami suatu fenomena yang dialami oleh individu

secara holistik (menyeluruh). Sedangkan pendekatan deskriptif yaitu pendekatan

yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, gejala, ataupun

kelompok tertentu untuk menentukan penyebab suatu frekuensi adanya hubungan

tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat.8

Teknik pengambilan data menggunakan wawancara terbuka. Menurut

Denzin dan Lincoln (1987) mengatakan bahwa pengambilan data dalam

wawancara terbuka dimaksud untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan,

perasaan dan perilaku individu atau sekelompok orang.9 Panduan wawancara

(guideline interview) dibuat semi-terstruktur yang berfungsi sebagai parameter,

pedoman, patokan dalam membuat pertanyaan wawancara.10

Dengan demikian

penulis bebas dalam mengajukan pertanyaan berdasarkan tema atau topik yang

dibahas. Wawancara semi-terstruktur juga tidak membatasi jawaban yang

7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Rosadakarya, 2007), 4. 8 D. Engel, Metodologi Penelitian Sosial dan Teologi Kristen, (Salatiga: Widya

Sari, 2005), 21. 9 Moleong, Metodologi, 5.

10 Haris Herdansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Groups sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), 68.

Page 15: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

5

diberikan oleh subjek penelitian – yang dalam hal ini murid Kristen di SMA

Negeri 5 Kupang –selama jawaban yang diberikan tidak melebar kearah yang

tidak diperlukan.11

Dengan kata lain, penulis harus dengan teliti mengontrol arah

pembicaraan dengan subjek penelitian sehingga mendapatkan hasil yang

diinginkan untuk dianalisa. Oleh karena itu, penulisan ini akan memberikan hasil

wawancara terhadap murid Kristen secara lebih mendalam dan lengkap yang

dibutuhkan dalam penulisan ini mengenai pemahaman orang lain yang berbeda

agama.

Lokasi penelitian dalam penulisan ini berlokasi di SMA Negeri 5 Kota

Kupang, yang berada di jalan Thamrin No. 7, Oebobo, Kota Kupang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakanteknik accidental

sampling yaitu teknik yang dalam pengambilan sampelnya tidak ditetapkan

terlebih dahulu namun langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang

ditemuinya, setelah jumlahnya mencukupi pengumpulan datanya dihentikan.12

Penulis mengambil lokasi ini karena SMA Negeri 5 Kupang merupakan salah satu

sekolah yang memiliki keberagaman agama dan kegiatan keagamaan yang bersifat

wajib dilakukan oleh seluruh peserta didik. Oleh sebab itu, penulis mau meneliti

lebih dalam pemahaman daripeserta didik terkhususnya murid Kristen terhadap

orang lain yang berbeda agama yang mendapatkan pendidikan yang sama.

Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut: bagian pertama

berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritik dan

praktik dalam penelitianserta metode penelitian yang menggambarkan secara

umum mengenai penelitian yang akan dilakukan berdasarkan teknik pengambilan

sampel yang sudah ditentukan. Bagian kedua membahas mengenai pemikiran

filsafat Emmanuel Levinas mengenai Sang Liyan. Bagian ketiga membahas

tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan di SMA Negeri 5 Kupang terhadap

orang lain yang berbeda agama. Bagian keempat penulis akan melakukan analisa

berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan teori filsafat Emmanuel

Levinas mengenai Sang Liyan. Bagian kelima, berisi kesimpulan.

11

Herdansyah, Wawancara, 66. 12

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2015), 166-167.

Page 16: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

6

2. SANG LIYAN DALAM FILSAFAT EMMANUEL LEVINAS

Emmanuel Levinas lahir pada tanggal 12 Januari 1906 di Kaunas,

Lithuania yang merupakan sebuah negara yang terletak di benua Eropa bagian

utara di tepian laut Baltik berseberangan dengan Denmark dan Swedia. Ia

merupakan seorang keturunan Yahudi. Dalam kehidupannya, orang tuanya

mendidiknya dengan menggunakan bahasa Rusia dan Ibrani serta belajar tentang

teologi Yahudi. Ia menetap di Lithuania sampai pada tahun 1923 sebelum

berkuliah di Prancis.

Tahun 1923, ia mendaftar di University of Strasbourg di Prancis. Ia mulai

belajar Filsafat di bawah bimbingan Blondel dan Maurice Pradines. Tahun 1928-

1929 ia mengikuti kuliah Husserl di Freiburg dan membaca buku Heidegger

tentang “Being and Time” yang sangat mempengaruhinya dalam memulai filsafat.

Selain Husserl dan Heidegger, pandangan Levinas mengenai etika juga

dipengaruhi oleh seorang pengarang Rusia bernama Dostoyveski. Sementara itu,

filsafat Levinas juga dipengaruhi oleh Immanuel Kant dan Bergson yang

merupakan filsuf terkenal pada saat itu. Tahun 1930, ia pindah dan memperoleh

kewarganegaraan Prancis.

Tahun 1939, Levinas masuk ke dinas militer Prancis untuk menghadapi

Perang Dunia II. Namun, ia menjadi tawanan perang NAZI Jerman pada tahun

1940 yang dipimpin oleh Adolf Hitler sampai akhir perang tahun 1945. Selama ia

menjadi tawanan perang, Levinas melihat seluruh kaum Yahudi – termasuk

keluarganya – dibantai dan dibunuh oleh tentara-tentara Jerman yang pada saat itu

tengah menduduki negara Lithuania. Pengalaman traumatik inilah yang akan

mempengaruhi filsafat Levinas dikemudian hari. Walaupun Levinas merupakan

keturunan Yahudi, ia tidak dapat dibunuh sebab keyahudiannya tidak dapat

diketahui oleh tentara NAZI Jerman.

Setelah melalui masa tahanan pada Perang Dunia II, pada tahun 1947 ia

memulai pengajarannya pada beberapa universitas di Prancis sebagai dosen

filsafat serta menulis berbagai macam buku. Salah satu bukunya yang membuat

dia terkenal adalah Totality and Infinity. Sampai pada tahun 1974, ia masih

Page 17: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

7

menerbitkan sebuah buku yang berjudul Autretment qu’etre ou au-dela de

l’essence (Lain Daripada Ada Atau Di Seberang Esensi). Namun, dua tahun

kemudian, ia pensiun dan masih menulis berbagai buku. Ia meninggal dunia pada

tanggal 25 Desember 1995.

Sebelum sampai pada pembahasan paling penting mengenai Sang Liyan

sebagai alat untuk menganalisa pandangan murid Kristen di SMA Negeri 5

Kupang, perlu dipahami beberapa gagasan pokok dalam filsafat Levinas: pertama,

mengenai totalitas. Pada buku Totality and Infinity, Levinas mengarahkan

pandangannya terhadap tradisi filsafat barat yang cenderung menyamaratakan

segala bentuk realitas dalam sebuah kesamaan. Salah satu tokoh filsafat barat

yakni Sokrates berpendapat bahwa orang lain sebagai Alter Ego (Aku Lain).13

Pemahaman seperti itulah membuat Levinas menentang tradisi filsafat barat yang

dianggap sebagai pemikiran totaliter yang menghilangkan keberlainan orang lain.

Menurutnya, jika keberlainan Sang Liyan dihilangkan, maka kehadiran Sang

Liyan akan terancam. Levinas bertolak pada pengalaman traumatik ketika ia

menjadi tawanan perang oleh tentara NAZI di Jerman. Saat itu, ia melihat seluruh

ras Yahudi dibunuh termasuk keluarganya di Lithuania. Kekejaman yang

dilakukan oleh tentara NAZI di Jerman menjadi salah satu contoh bahwa esensi

dan martabat manusia telah dihancurkan.

Berdasarkan pengalaman keji dan pemikiran totaliter filsafat barat,

Levinas berpendapat bahwa Totalitas itu harus didobrak dengan infinity (Yang

Tak Terhingga). Pandangan terhadap Sang Liyan harus dilihat sebagai subjek

yang berbeda dengan aku. Inilah yang menjadi ciri khas dalam pandangan Levinas

yang sangat filosofis-religius. Memandang setiap manusia bukanlah objek karena

tidak dapat ditangkap dalam suatu totalitas. Alam dan keseluruhan realitas lainnya

– kecuali manusia – dapat ditangkap sebagai suatu totalitas. Namun, subjektifitas

Sang Liyan membuatnya menjadi infinity.

13

Emmanuel Levinas, Totality and Infinity – An Essay on Exteriority, trans.

Alphonso Lingis (Pittsburgh: Duquesne University Press, 1969), 44.

Page 18: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

8

Kedua, Sang Liyan (the other). Istilah yang biasanya digunakan oleh

Levinas dalam karangan-karangan aslinya menggunakan kata Autre/ui dalam

bahasa Prancis mengandung beberapa makna. Arti dari Autre/ui adalah sesuatu

yang lain dalam cakupan arti yang luas. Berarti Autre/ui bisa menunjuk pada

barang atau orang lain. Namun dalam setiap bukunya, seringkali dia

menggunakan istilah “Exteriority/etranger” (yang asing) bersifat absolut dan

mutlak. Artinya bahwa sesuatu yang lain haruslah berasal dari luar dan tidak

pernah menjadi bagian dari aku sekaligus bahwa keberlainan dari Sang Liyan

harus dipertahankan secara mutlak. Tampaknya, Levinas sangat konsisten

terhadap pemaknaan Sang Liyan sebagai subjek yang berbeda dari aku dan yang

bereksistensi. Sehingga istilah autre/ui yang dipakai Levinas menunjuk pada

manusia yang merupakan subyek yang dapat bereksistensi.

Berdasarkan pemahaman seperti itulah, Levinas memberikan suatu

gambaran yang sangat khas untuk menunjuk pada Sang Liyan, yaitu “wajah”

(face). Wajah yang dimaksudkan adalah bukan sesuatu yang dilihat secara fisik

seperti warna mata, hidung, bibir, dan lain-lain.14

Jika hal tersebut yang

dimaksudkan Levinas, berarti gambaran wajah Sang Liyan tentunya akan sama

seperti wajah yang terdapat pada patung atau mumi. Wajah yang dimaksudkan

adalah situasi ketika aku berhadapan wajah dengan Sang Liyan, maka ia hadir

melalui keberlainannya yang tak bisa aku hindari.15

Dalam wajah itu ia hadir sebagai “telanjang” dan “luhur.” Telanjang,

karena tidak ada sesuatu yang menutupnya.16

Ia tampil apa adanya, tidak ada

sesuatu yang menutupi atau topeng, sehingga menjadi suatu subjek yang sama

sekali berbeda dengan aku. Luhur, karena ia tidak dapat diabaikan atau

dikesampingkan maupun diobjekkan. Pada saat itu ia adalah yang mutlak, yang

tak terhingga (infinity).

14 Emmanuel Levinas, Ethics and Infinity – Conversations with Philippe Nemo,

trans. Richard A. Cohen, (Pittsburgh: Duquesne University Press, 1985), 85-86. 15

Emmanuel Levinas, Time and the Other – and Additional Essay, trans. Richard

A. Cohen, (Pittsburgh: Duquesne University Press, 1987), 78-79. 16

Levinas, Ethics, 86.

Page 19: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

9

Ketiga, eksterioritas. Sang Liyan haruslah berada di luar aku, maka untuk

menjumpainya, aku harus keluar dari diriku. Dengan begitu, Sang Liyan akan

membuka suatu transendensi kepada aku. Jadi, Sang Liyan bukanlah sebagai alter

ego yang dikatakan sama seperti tradisi filsafat barat dalam pemahaman Sokrates.

Sang Liyan adalah orang asing (exteriority) yang tak bisa direduksikan atau

menjadi bagian dari aku.

Melalui kehadiran Sang Liyan sebagai orang asing, ia adalah mutlak.

Kemutlakannya membuat aku sama sekali pasif dan tak berdaya terhadapnya.

Artinya, ia tidak dapat dikesampingkan atau dihindari dan tidak ada batasnya.

Karena itu, ketika menghadap Sang Liyan, aku berhadapan dengan Yang Tak

Terhingga (infinity). Dimensi Ilahi muncul ketika aku berhadapan wajah dengan

Sang Liyan. Dengan kata lain bahwa pertemuan wajah mengisyaratkan

keberadaan Tuhan dalam diri Sang Liyan.17

Dengan demikian, dalam kemutlakan

Sang Liyan muncul sesuatu yang melampauinya karena ia adalah makna absolut.

Berdasarkan gagasan pokok filsafat Levinas yang telah dijelaskan,

bahwakehadiran Sang Liyan merupakan subjek yang bereksistensi dalam

keberlainannya. Keberlainannya tidak membuat aku mempermasalahkan

keberagamannya, melainkan membuat aku menghargai dan menghormati

keberlainannya. Disinilah aku diperhadapkan dengan suatu tindakan etis.

Tindakan etis yang dimaksudkan oleh Levinas sangat menekankan pada etika

tanggungjawab terhadap Sang Liyan. Etika tanggungjawab adalah dasar dari

setiap etika yang ada dalam perjumpaan dengan Sang Liyan. Tanggungjawab

yang dimaksud adalah suatu kesadaran yang penuh dan sudah ada sebelum atau

mendahului tindakan. Dengan kata lain, perjumpaan dengan Sang Liyan membuat

aku tidak bisa menguasai, mempengaruhinya dengan caraku ataupun

mengabaikannya sebagai subjek yang bereksistensi.Inilah dasar pemikiran

Levinas mengenai etika tanggungjawab adalah munculnya Sang Liyan melalui

wajahnya. Disinilah aku terikat dengan tanggungjawab untuk melakukan kebaikan

17

Emmanuel Levinas, Of God Who Comes To Mind, trans. Bettina Bergo

(California: Stanford University Press, 1998), 56.

Page 20: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

10

dan keadilan (munculnya pihak ketiga dalam sebuah perjumpaan) tanpa ada suatu

alasan.18

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa Sang Liyan menurut

Emmanuel Levinas, yaitu: pertama, Levinas ingin mendobrak pemahaman filsafat

barat mengenai alter ego (aku yang lain) dalam pemahaman Sokrates. Kedua,

Sang Liyan hadir melalui wajahnya menurut keberlainannya. Kehadirannya yang

polos tanpa ada sesuatu yang menutupi (telanjang) sehingga membuat dia tidak

dapatdiabaikan maupun dikesampingkan (luhur). Ketiga, Sang Liyan hadir

sebagai orang asing (exteriority/etranger) yang tidak bisa direduksikan atau

menjadi bagian dari aku. Keempat,karena kehadirannya sebagai yang asing maka

dalam kemutlakan Sang Liyan muncullah dimensi ilahi Yang-Tak-Terhingga

(infinity) yang melampaui subjektivitasnya. Inilah yang akan menjadi suatu

refleksi atas kehadiran Tuhan dalam perjumpaan dengan orang lain yang berbeda

agama.

3. HASIL PENELITIAN

3.1.Kondisi SMA Negeri 5 Kupang

SMA Negeri 5 Kupang berdiri pada 10 Juni 1991 dan menjadi salah satu

sekolah negeri yang berada di Kota Kupang dengan tidak memiliki

masalah mengenai keberagaman. Suasana di sekolah ini berlangsung

dengan baik. Relasi antara guru dan murid atau sesama guru maupun

sesama murid juga sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas dari budaya

yang diterapkan di SMA Negeri 5 Kupang yaitu senyum, salam, sapa,

sopan, dan santun.19

Budaya senyum, salam, sapa, sopan, dan santun dilakukan agar lulusan

dari SMA Negeri 5 Kupang memiliki rasa toleransi dan menghargai siapa

saja yang ditemui dan diharapkan tidak acuh terhadap sesama manusia.

Budaya ini juga mendorong agar murid SMA Negeri 5 Kupang dapat

menghargai perbedaan atau keberagaman yang ada.

18

Suseno, 12 Tokoh, 103. 19

Hasil wawancara dengan Yeheskiel Riwu. Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 5

Kupang, Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:27 WITA.

Page 21: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

11

Selain itu, SMA Negeri 5 Kupang juga membuat program kegiatan

pembinaan kerohanian bagi seluruh peserta didik di sekolah. Program

tersebut wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada hari Jumat (setelah

jam KBM berakhir) sesuai agama, kepercayaan dan keyakinan masing-

masing peserta didik.20

Hal ini dilakukan agar setiap peserta didik dapat

dengan bebas menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya masing-masing

sesuai dengan visi sekolah yakni terwujudnya tamatan yang bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter, cerdas dan terampil.21

Berdasarkan temuan awal yang seperti itu, maka penulis akan mendalami

bagaimana pandangan mereka terhadap orang lain – terkhususnya yang

berbeda agama – sehingga rasa toleransi itu tercipta di lingkungan sekolah.

Penelitian pun dilakukan dengan mewawancarai 15 orang yang dipilih

secara acak dengan fokus kepada murid Kristen yang mayoritas bersekolah

di SMA Negeri 5 Kupang. Wawancara yang dilakukan terdapat beberapa

temuan menarik mengenai pandangan murid Kristen terhadap orang lain

yang berbeda agama.

3.2.Arti Kehadiran Orang Lain

Manusia seharusnya bisa memaknai dirinya sebagai makhluk sosial yang

tidak bisa hidup seorang diri dan saling membantu. Kehadiran mereka bisa

saling membantu, melengkapi, dan membimbing.22

Pemahaman tentang orang lain atau sesama sangat beragam. Ada yang

mengatakan bahwa orang lain adalah semua kita tanpa terkecuali. Baik

orang yang dikenal maupun orang yang tidak dikenal, sekalipun ia adalah

musuh.23

Sedangkan bagi sebagian orang, pemahaman mengenai orang

lain hanyalah orang yang dikenal baik. Arti kehadiran mereka juga

20

Berdasarkan Peraturan Akademik dan Tata Tertib SMA Negeri 5 Kupang

tentang Kegiatan Keagamaan (Kerohanian/Keimanan) 21

Berdasarkan Visi dan Misi SMA Negeri 5 Kupang. 22

Hasil wawancara dengan Juan Baun (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:45 WITA dan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 10:53 WITA. 23

Hasil wawancara dengan Demiati Plaituka (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:22 WITA dan Paula Higa Huki (Kelas XII IPA 7), Kupang,

22 November 2019, Pukul, 10:04 WITA.

Page 22: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

12

dipahami sebagai pengawas sehingga membuat aku tidak bebas dan selalu

diawasi (terkecuali teman/kawan).24

Musuh dan orang yang tidak dikenal

tidak dianggap sebagai orang lain atau sesama manusia.25

Kehadiran

mereka diartikan sebagai orang yang bisa saling menjatuhkan.26

3.3.Faktor-Faktor yang Mendasari Murid Kristen dalam Menjalin Relasi

denganOrang Lain

Wawancara yang dilakukan terhadap murid Kristen mengenai faktor-

faktor dalam menjalin relasi dengan orang lain tampaknya tidak adanya

kriteria-kriteria yang mendasari mereka untuk berelasi. Murid Kristen

menerima orang lain apa adanya. Tanpa membeda-bedakan suku, ras,

agama, dan sebagainya.27

Perbedaan bukanlah menjadi sebuah alasan

utama dalam pergaulan, tetapi perbedaan menjadi sebuah tempat untuk

berbagi hal-hal yang positif agar bisa saling mengenal keberagaman yang

ada.28

Namun, ada salah satu dasar yang sangat memengaruhi mereka

dalam menjalin relasi dengan orang lain yaitu, perilaku atau sikap yang

dimiliki oleh seseorang/individu. Jika ia memiliki sikap yang baik, tentu

orang lain bisa menjalin relasi dengan baik. Seperti menjadikannya seperti

saudara.

Sedangkan jika ia memiliki sikap yang buruk, mereka tetap

menjadikannya sebagai seorang teman tetapi tidak terlalu akrab. Ada juga

yang menjadikannya sebagai seorang teman dan berusaha untuk

24

Hasil wawancara dengan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul 10:53 WITA. 25

Hasil wawancara dengan Christiani Mamo (Kelas XII IPA 1), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:15 WITA, Bunhart Killa (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:45 WITA, dan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:53 WITA. 26

Hasil wawancara dengan Juan Baun (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul 09:45 WITA. 27

Hasil wawancara dengan Papy Imanuel (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:58 WITA dan Aldi Keza (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:27 WITA. 28

Hasil wawancara dengan Roland Rohi Lado (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul 10:35 WITA dan Demiati Plaituka (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22

November 2019, Pukul 09:22 WITA.

Page 23: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

13

mengajarkan dan membimbing agar mereka dapat menjauhi sifat-sifat

buruk yang dimiliki.29

3.4.Respon Murid Kristen Ketika Berjumpa dengan Orang Lain yang

Berbeda Agama

Ada beberapa sikap yang ditujukan ketika berjumpa dengan orang lain

yang berbeda agama, baik yang dikenal dan yang tidak dikenal. Pertama,

Cara merespon orang lain yang berbeda agama yang dikenal adalah

dengan tegur sapa dan saling berbicara satu sama lain. Ada juga yang

saling berbagi pengalaman hidup. Hal tersebut dilakukan agar mereka bisa

dekat satu sama lain dan saling memahami ajaran dari masing-masing

agama.30

Sedangkan cara merespon orang lain yang berbeda agama yang

tidak dikenal hanya sebatas senyum, salam dan terkadang diajak berbicara

supaya bisa saling mengenal dan lebih akrab satu sama lain.31

3.5.Pendapat Murid Kristen mengenai Orang Lain yang Berbeda Agama

yang Bersekolah di SMA Negeri 5 Kupang

SMA Negeri 5 Kupang merupakan salah satu sekolah negeri yang

menerima semua perbedaan untuk bersekolah. Setiap orang harus

mendapatkan pendidikan yang sama walaupun agamanya berbeda.32

Beranekaragam itu baik jika rasa toleransi dan menghargai satu sama lain

29

Hasil wawancara dengan Yeheskiel Riwu (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:27 WITA, Elsa (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:40 WITA dan Margareta Kebo (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 10:10 WITA. 30

Hasil wawancara dengan Delila Teuf (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:34 WITA, Roberto Natun (Kelas X IPA 4), Kupang, 22 November 2019,

Pukul, 10:21 WITA, dan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22 November 2019,

Pukul, 10:53 WITA. 31

Hasil wawancara dengan Roland Lodo (Kelas X IPA 4), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 10:35 WITA, Febi Manao (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22 November 2019,

Pukul, 09:52 WITA dan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22 November 2019,

Pukul, 10:53 WITA. 32

Hasil wawancara dengan Yeheskiel Riwu (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:27 WITA dan Aldi Keza (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:27 WITA.

Page 24: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

14

tercipta dalam lingkungan sekolah.33

SMA Negeri 5 Kupang mengajarkan

kepada seluruh murid untuk mudah beradaptasi, bersikap toleransi

terhadap sesama dan tidak saling mengejek satu sama lain. Semua agama

haruslah mendapatkan pendidikan agama masing-masing dan menjalankan

ibadah sesuai ajaran agamanya setiap hari Jumat setelah proses belajar-

mengajar.34

3.6.Refleksi Kehadiran Tuhan dalam Perjumpaan dengan Orang Lain

yang Berbeda Agama

Kehadiran Tuhan dalam perjumpaan dengan orang lain yang berbeda

agama memiliki beragam pendapat. Ada yang merasakan kehadiran Tuhan

ketika berbagi pengalaman lintas iman kepada orang yang berbeda agama.

Ada yang melalui perbuatan baik. Percaya bahwa Tuhan hadir di setiap

manusia tanpa memandang latar belakang suku, ras maupun agama serta

menuntut untuk saling mengasihi sesama.35

Dan ada juga yang merasakan

kehadiran Tuhan dalam diri orang lain yang berbeda agama karena

membantunya untuk saling mengasihi dan menahan untuk melakukan

perbuatan yang tidak baik.36

Sedangkan disisi lain, ada juga yang tidak merasakan kehadiran Tuhan

karena dogma atau ajaran dan cara penyembahan mereka yang berbeda.

Bahkan mereka tidak mengakui kehadiran Tuhan dalam diri orang lain

yang berbeda agama.37

33

Hasil wawancara dengan Juan Baun (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:45 WITA dan Papy Imanuel (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:58 WITA. 34

Hasil wawancara dengan Delila Teuf (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:34 WITA dan Demiati Plaituka (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09:22 WITA. 35

Hasil wawancara dengan Bunhart Killa (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:45 WITA, Papy Imanuel (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:58 WITA dan Elsa (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22 November

2019, Pukul, 09.40 WITA. 36

Hasil wawancara dengan Roland Rohi Lado (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:35 WITA dan Paula Higa Huki (Kelas XII IPA 7), Kupang,

22 November 2019, Pukul 10:04 WITA. 37

Hasil wawancara dengan Stenly Landena (Kelas X IPA 4), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 10:53 WITA, Juan Baun (Kelas XI IPA 1), Kupang, 22

Page 25: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

15

4. ANALISIS

Perbedaan agama dalam konteks keberagaman seharusnya setiap individu

harus memiliki rasa toleransi terhadap sesama. Toleransi terhadap sesama

bukanlah dipahami sebagai sebuah tuntutan yang harus dilakukan, melainkan

dijadikan sebagai sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari-haridengan tujuan

memanusiakan manusia. Sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmonis antara

satu dengan yang lain.

Secara sederhana, manusia selalu berelasi dengan orang lain. Setiap

manusia selalu membutuhkan orang lain dalam setiap kehidupan. Namun,

keberlainan dari orang lain tidak bisa dihilangkan karena mereka adalah yang

berbeda dari setiap pribadi. Bukanlah sebagai alter ego – seperti dikatakan dalam

filsafat barat sebagai aku yang lain – yang menyamakan semua realitas, melainkan

Sang Liyan dalam segala “keberlainannya” pada dirinya. Meskipun filsafat

Levinas sangat rumit untuk dilakukan, namunpandangan Levinas tentang Sang

Liyan akan sangat cocok untuk diterapkan dalam kehidupan sekarang yang sudah

individualisme. Sikap ini tentu sangat merugikan dalam menjalin relasi dengan

orang lain karena setiap individu atau kelompok – dengan egonya – akan

meniadakan keberagaman individu lain. Misalnya saja seperti kasus-kasus teror

yang sudah dijelaskan pada bagian satu. Oleh karena itu, diharapkan pemikiran

Levinas tidak saja berhenti pada sebuah teori, melainkan menjadi sebuah

kesadaran penuh dalam hal praktis pada kehidupan saat ini.

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 5

Kupang terhadap murid Kristen sebagai subjek penelitian, mendapati bahwa

pemahaman mengenai Sang Liyan adalah seluruh manusia yang bereksistensi,

baik yang dikenal maupun tidak bahkan musuh. Namun, ada beberapa dari antara

mereka juga yang mengatakan bahwa orang yang tidak dikenal dan musuh

bukanlah Sang Liyan. Mereka tidak mengakui keberlainan dari orang yang tidak

dikenal dan musuh. Dari pemahaman seperti inilah yang memengaruhi arti dari

kehadiran Sang Liyan dalam kehidupan.

November 2019, Pukul, 09:45 WITA dan Febi Manao (Kelas XII IPA 7), Kupang, 22

November 2019, Pukul, 09:52 WITA.

Page 26: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

16

Arti kehadiran Sang Liyan dipahami oleh murid Kristen sebagai makhluk

sosial yang tidak bisa hidup seorang diri dan saling membantu, melengkapi serta

membimbing. Hal yang paling menarik dalam wawancara adalah ketika kehadiran

orang lain bisa juga saling menjatuhkan dan selalu diawasi (tidak bebas).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemahaman mengenai

Sang Liyan menurut sebagian murid Kristen sudah sangat paham, yaknisebagai

subjek yang bereksistensi tanpa memandang latar belakang suku, budaya, ras,

agama, dan lain-lain. Kesadaran mereka bahwa manusia adalah makhluk sosial

tergambar dengan sangat jelas ketika mereka menceritakan pengalaman dalam

perjumpaan dengan orang lain dan saling berbagi pengalaman antara satu dengan

yang lain.

Namun, masih ada juga sebagian orang yang memahami Sang Liyan

hanyalah kepada orang yang dikenal. Orang yang dikenal pun dipahami sebagai

subjek yang selalu mengawasi dan membuat diri mereka tidak bebas. Musuh dan

orang yang tidak dikenal dianggap sebagai orang yang akan menjatuhkan. Hal

inilah yang membuat kehadiran Sang Liyan sebagai musuh dan orang yang tidak

dikenal terancam. Akan tetapi, hal seperti itu tidak membuat mereka menjauhi

atau mengabaikan keberlainan itu. Mereka menganggap musuh dan orang yang

tidak dikenal sebagai perkumpulan yang memberikan warna dalam kehidupan.

Ketika menjalin relasi dengan Sang Liyan, murid Kristen di SMA Negeri 5

Kupang menerima mereka tanpa memandang latar belakang suku, ras, budaya,

agama dan sebagainya. Mereka menerima Sang Liyan apa adanya tanpa

membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Sikap/perilaku yang ditunjukkan

oleh Sang Liyan, baik ataupun buruk, mereka tetap menerimanya sebagai teman

ataupun saudara. Perbedaan menurut murid Kristen bukanlah sesuatu yang

mengancam atau menganggap mereka sebagai musuh. Melainkan perbedaan itu

membuat mereka dapat belajar dan berbagi pengalaman tentang agama antara satu

dengan yang lain.

Page 27: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

17

Hal tersebut memengaruhi juga pada respon mereka ketika berjumpa

dengan orang lain yang berbeda agama di sekolah. Baik yang dikenal maupun

tidak dikenal, memiliki respon yang hampir sama. Tegur sapa, senyum, salam,

bahkan ada yang diajak bicara supaya lebih akrab satu sama lain.Tidak adanya

rasa ego yang berlebihan ketika berjumpa dengan mereka yang berbeda agama.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tampaknya budaya SMA Negeri 5

Kupang tentang senyum, salam, sapa, sopan, dan santun memiliki dampak besar

terhadap kehidupan bersekolah. Hal ini juga bersamaan dengan penggambaran

khas Levinas mengenai kehadiran Sang Liyan melalui enigma wajah.

Kehadirannya yang polos tanpa ada sesuatu yang menutupi (telanjang) sehingga

membuatnya tidak dapat diabaikan maupun dikesampingkan (luhur). Artinya,

relasi yang terjadi antar peserta didik di lingkungan sekolah sudah sangat baik.

Keberlainan dari Sang Liyan tidak membuat murid Kristen mempermasalahkan

keberagamannya, melainkan membuat mereka untuk saling menghargai dan

menghormati keberlainannya. Budaya tentang senyum, salam, sapa, sopan, dan

santun sudah menjadi sebuah kebiasaan yang telah dilakukan dalam lingkungan

sekolah.

Perbedaan agama yang dimiliki oleh Sang Liyan membuat murid Kristen

sebagai kaum mayoritas di SMA Negeri 5 Kupang menerima mereka yang

berbeda agama karena murid Kristen menyadari semua orang harus mendapatkan

pendidikan yang sama tanpa terkecuali. Mereka sangat menghargai dan mencintai

keberagaman yang ada. Keberagaman mengajarkan mereka untuk memiliki rasa

toleransi dan menghargai dengan tidak ada yang saling mengejek satu sama lain.

Keberagaman itu juga tercipta ketika sekolah memberikan ruang kepada seluruh

murid untuk menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing setiap hari

Jumat setelah proses belajar-mengajar. Artinya, sekolah ingin mewujudkan

tamatan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter, cerdas dan

terampil sesuai visi dan misi yang dimiliki.

Page 28: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

18

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kesadaran akan rasa toleransi

dan menghargai setiap perbedaan yang ada, sudah dimiliki dan diterapkan kepada

seluruh peserta didik yang ada di SMA Negeri 5 Kupang. Kehadiran Sang Liyan

sebagai orang asing (exteriority/etranger) tidak bisa direduksikan atau menjadi

bagian dari aku.Artinya, sekolah tidak membatasi kebebasan untuk menjalankan

ibadah sesuai ajaran yang dianut. Melainkan sekolah memberikan ruang kepada

seluruh murid untuk melaksanakan ibadah di tempat yang sudah ditentukan.

Ada dua jenis refleksi atas kehadiran Tuhan dalam perjumpaan dengan

orang lain yang berbeda agama. Pertama, mereka menyadari kehadiran Tuhan

dalam diri orang lain yang berbeda agama ketika mereka sedang berbagi

pengalaman, melalui perbuatan baik yang dilakukan, dan mereka percaya bahwa

Tuhan hadir di setiap manusia tanpa terkecuali sehingga membuat mereka untuk

saling mengasihi dan menghormati satu sama lain. Refleksi kedua yakni, mereka

tidak menyadari kehadiran Tuhan karena dogma atau ajaran dan cara

penyembahan mereka yang berbeda. Perbedaan seakan seperti tembok besar yang

menghalangi mereka untuk merefleksikan kehadiran Tuhan dalam diri orang lain

yang berbeda agama.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perjumpaan dan relasi

dengan Sang Liyan telah melampaui subjektivitasnya dengan munculnya dimensi

Ilahi Yang-Tak-Terhingga (infinity).Dalam hal ini murid Kristen telah berhasil

merefleksikan kehidupan bersama dengan orang lain yang berbeda agama sebagai

karya anugerah dari Tuhan. Sehingga membuat mereka menyadari kehadiran

Tuhan dan menyadarkan mereka untuk saling mengasihi dan menghormati satu

sama lain. Kesadaran inilah yang seharusnya menjadi contoh bagi kehidupan

berbangsa dan bernegara terkhususnya dalam konteks keberagaman agama di

Indonesia.

Sedangkan bagi sebagian orang yang belum menyadari kehadiran Tuhan

hanyalah sebatas dogma dan cara penyembahan agama lain yang tidak sesuai

dengan agamanya. Hal inilah yang harus dipahami lebih dalam lagi oleh murid

Kristen mengenai Sang Liyan dalam relasi dengan orang lain yang berbeda agama

sebagai infinity(Yang-Tak-Terhingga) yang melampaui subjektivitasnya. Murid

Page 29: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

19

Kristen haruslah memahami bahwa dalam diri orang lain (enigma wajah) adanya

dimensi Ilahi yaitu Tuhan. Tidak peduli apa latar belakang suku, ras, budaya,

agama, dan sebagainya dari Sang Liyan. Dengan begitu, perjumpaan dengan

orang lain yang berbeda agama bukanlah sebagai perjumpaan antar individu atau

kelompok. Melainkan sebagai perjumpaan dengan Tuhan yang membuat murid

Kristen menyadari untuk dapat saling menghargai dan menghormati serta

bertanggungjawab sebagai suatu tindakan etis. Etika tanggungjawab menurut

Levinas sebagai etika yang paling dasar dalam perjumpaan wajah dengan orang

lain.

Etika tanggungjawab bukanlah dipahami sebagai sesuatu hal yang wajib

dikerjakan atau diselesaikan dengan baik. Namun, dalam konteks keberagaman

agama saat ini dan perjumpaan dengan Sang Liyan, etika

tanggungjawabseharusnya dapat dipahami dan direfleksikan sebagai melayani

Tuhan yang hadir dalam diri orang lain. Oleh karena itu, setiap individu haruslah

melihat Sang Liyan sebagai sebuah momen etis yang tidak menimbulkan konsep

mayoritas dan minoritas. Pemahaman Levinas tentunya sejalan dengan apa yang

terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5. PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa dalam

menjalin relasi atau perjumpaan dengan Sang Liyan merupakan hal yang tidak

bisa ditolak atau dikesampingkan maupun dihindari dengan cara apapun. Manusia

pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tentunya saling membutuhkan satu

sama lain dalam kehidupannya. Eksistensi dan refleksi kehadiran Sang Liyan

sudah bisa diterima dengan baik dalam kehidupan di sekolah SMA Negeri 5

Kupang. Pemahaman mengenai Sang Liyan dalam kehidupan sekolah diharapkan

bisa diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat luas. Sehingga

toleransi dan rasa saling menghargai antar sesama yang berbeda agama tidak saja

menjadi sebuah retorika belaka, melainkan dapat digunakan dalam kehidupan

sosial bermasyarakat terkhususnya dalam keberagaman di Indonesia.

Page 30: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

20

Sang Liyan tidak bisa direduksikan atau menjadi bagian dari aku. Ia adalah

Sang Liyan dalam keberlainannya. Arti kehadirannya dalam konteks keberagaman

agama janganlah dipahami sebagai musuh atau sebuah ancaman. Melainkan

sebagai subjek yang berbeda yang menuntun kita untuk saling menghargai dan

menghormati mereka. Hal inilah yang harus diajarkan terlebih dahulu dari dalam

keluarga, sekolah, maupun di masyarakat supaya rasa toleransi antar umat

beragama dapat berlangsung dengan harmonis. Dengan kata lain, keberagaman

bukanlah sebagai suatu hal yang wajib dan sampai menuntut kita harus memiliki

rasa toleransi. Melainkan sebuah keberagaman harusnya direfleksikan sebagai

suatu anugerah dari Tuhan, yang menyadarkan kita untuk saling menghargai dan

menghormati sesama sebagai bagian dari karya ciptaan Tuhan.Dengan demikian,

pemahaman mengenai Sang Liyan sebagai suatu cara baru dalam menghargai dan

memandang kehadiran orang lain menurut Emmanuel Levinas dapat memperkaya

wawasan dalam menentukan sikap dengan orang lain yang berbeda agama serta

dapat dilakukan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Page 31: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

21

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Gallagher, Shaun and Dan Zahavi. The Phenomenological Mind: An Introduction

To Philosophy of Mind and Cognitive Science. London and New York:

Routledge, 2007.

Herdansyah, Haris. Wawancara, Observasi dan Focus Groups sebagai Instrumen

Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015.

Lechte, John. 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme Sampai

Postmodernitas.Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Levinas, Emmanuel. Critical Assessments of Leading PhilosophersVolume I

Levinas, Phenomenology and His Critics. Edited by Claire Katz and Lara

Trout. London and New York: Routledge Taylor and Francis Group, 2005.

__________. Ethics and Infinity – Conversations with Philippe Nemo. Translated

by Richard A. Cohen. Pittsburgh: Duquesne University Press, 1985.

__________. Of God Who Comes To Mind. Translated by Bettina Bergo.

California: Stanford University Press, 1998.

__________. On Thinking of The Other – Entre Nous. Translated by Michael B.

Smith and Barbara Harshav. New York: Columbia University Press, 1991.

__________. Time and The Other – and Additional Essays. Translated by Richard

A Cohen. Pittsburgh: Duquesne University Press, 1987.

__________. Totality and Infinity. Translated by Alphonso Lingis. Pittsburgh:

Duquesne University Press, 1969.

Machasin. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2015.

Page 32: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

22

Masyhuri dan Zainuddin. Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dan

Aplikatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama, 2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Moran, Dermot. Introduction To Phenomenology. London and New York:

Routledge, 2002.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2015

Purcell, Michael. Levinas and Theology. Amerika: Cambridge University Press,

2006.

Saracino, Michele. On Being Human: A Conversation with Lonergen and Levinas.

Editor by Andrew Tallon. American: Marquette University Press, 2003.

Sihotang, Kasdin. Filsafat Manusia Upaya Membangkitkan Humanisme.

Yogyakarta: PT Kanisius, 2009.

Snijders, Adelbert. Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan.

Yogyakarta: PT Kanisius, 2014.

Suseno, Frans Magnis. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Daerah Istimewa Yogyakarta:

PT Kanisius, 2000.

Thomas, Elisabeth Louise. Emmanuel Levinas: Ethics, Justice, and The Human

Beyond Being. New York and London: Routledge, 2004.

Titaley, John A. Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan

Transformasi Agama-Agama di Indonesia. Salatiga: Satya Wacana

University Press, 2013.

Page 33: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

23

Tjaya, Thomas Hidya. Enigma Wajah Orang Lain: Menggali Pemikiran

Emmanuel Levinas. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012.

Turner, Bryan S. Teori Sosial – Dari Klasik sampai Postmodern. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2012.

Wawancara

Hasil wawancara dengan Aldi Keza. Murid kelas X IPA 4 SMA Negeri 5 Kupang.

Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:27 WITA.

Hasil wawancara dengan Bunhart Killa. Murid kelas X IPA 4 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:45 WITA.

Hasil wawancara dengan Christiani Mamo. Murid kelas XII IPA 1 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:15 WITA.

Hasil wawancara dengan Delila Teuf. Murid kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:34 WITA.

Hasil wawancara dengan Demiati Plaituka. Murid kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:22 WITA.

Hasil wawancara dengan Elsa. Murid kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5 Kupang.

Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:40 WITA.

Hasil wawancara dengan Febi Manao. Murid kelas XII IPA 7 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:52 WITA.

Hasil wawancara dengan Juan Baun. Murid kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:45 WITA.

Hasil wawancara dengan Margareta Kebo. Murid kelas XII IPA 7 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:10 WITA.

Page 34: MENGANALISA PANDANGAN MURID KRISTEN DI SMA NEGERI 5 …

24

Hasil wawancara dengan Papy Imanuel. Murid kelas XII IPA 7 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:58 WITA.

Hasil wawancara dengan Paula Higa Huki. Murid kelas XII IPA 7 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:04 WITA.

Hasil wawancara dengan Roberto Natun. Murid kelas X IPA 4 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:21 WITA.

Hasil wawancara dengan Roland Rohi Lodo. Murid kelas X IPA 4 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:35 WITA.

Hasil wawancara dengan Stenly Landena. Murid kelas X IPA 4 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 10:53 WITA.

Hasil wawancara dengan Yeheskiel Riwu. Murid kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5

Kupang. Kupang, 22 November 2019. Pukul 09:27 WITA.