Mendidik Dengan Hati Dan Teknologi

15
KARYA TULIS GURU SMK BERPRESTASI MENDIDIK DENGAN HATI DAN TEKNOLOGI Disusun Oleh : M U S L I H, S.KOM SMK WIKRAMA BOGOR KOTA BOGOR JAWA BARAT 2014

description

Jadilah guru yang mampu mendidik siswanya dengan hati dan kelolalah dengan teknologi

Transcript of Mendidik Dengan Hati Dan Teknologi

  • KARYA TULIS GURU SMK BERPRESTASI

    MENDIDIK DENGAN HATI DAN TEKNOLOGI

    Disusun

    Oleh :

    M U S L I H, S.KOM

    SMK WIKRAMA BOGOR

    KOTA BOGOR

    JAWA BARAT

    2014

  • BAB IPENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Lulus SMEA Negeri Kutoarjo, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah tahun

    1996, saya berangkat menuju Sumatera Selatan untuk mencari pekerjaan karena

    baru menyelesaikan sekolah kejuruan, tentunya dengan harapan akan

    mendapatkan pekerjaan dengan mudah, hal ini yang ada dalam benak saya.

    Perjalanan dengan perjuangan dan pengorbanan segala-galanya sampai

    meninggalkan ibu tercinta sendirian akhirnya sampai di Sumatera Selatan

    tepatnya di kota Palembang. Kebetulan ada kakak di sana dan saya numpang

    tinggal di rumah kakak sambil mencari lowongan kerja yang cocok buat saya.

    Dalam kurun waktu yang tidak lama akhirnya saya mendapatkan tawaran

    kerja, namun pekerjaan ini tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya,

    pekerjaan kantoran, namun pekerjaan di lapangan bahkan harus kotor-kotoran,

    yaitu menjadi kuli bangunan di tempat kakak sepupu saya bekerja.

    Perjuangan yang berat selama kurang lebih 2 bulan bekerja jadi kuli

    bangunan dan akhirnya saya kembali ke kampung halaman di Jawa Tengah, yaitu

    di kota Purworejo. Kegiatan utama di kampung halaman adalah bertani membantu

    ibu, dengan harapan ada informasi dari kota ada lowongan pekerjaan yang cocok

    untuk saya, kegiatan sehari-hari terus saya jalani dengan baik. Dan akhirnya pada

    bulan Februari 1997 ada kabar dari kakak saya yang ada di Bogor bahwa ada

    pembukaan pendaftaran kuliah untuk program Diploma di IPB. Hasil rayuan kakak

    saya ke saya dan ke ibu saya akhirnya saya disetujui untuk mencoba mendaftar di

    program Diploma IPB, yang saat itu saya mencoba dua jurusan yaitu Manajemen

    Informatika, dan Pengelolaan Ilmu Pperpustakaan. Pada jadwal yang telah

    ditentukan saya harus tes tertulis untuk kedua jurusan yang saya ambil, dan

    alhamdulillah kedua jurusan itu menerima saya. Karena hanya satu yang harus

    saya ambil akhirnya saya mengambil jurusan Manajemen Informatika dengan

    jenjang D2.

  • Perjalanan kuliah di IPB yang hanya Diploma 2 bukan waktu yang lama,

    karena saya harus membantu kakak saya setelah pulang kuliah pergi ke kandang

    ayam yang letaknya berpencar dibeberapa tempat, mulai dari Sindangbarang,

    Ciampea, Darmaga bahkan sampai ke Leuwiliang. Hal ini membuat diri saya

    merasakan betapa besar pengorbanan seseorang dalam meniti kehidupan, selalu

    berusaha dan tidak ada kata menyerah, bahkan tidak perlu malu untuk

    melakukanya kalau memang itu baik dan halal.

    Diakhir semester 4 saya diajak main oleh teman saya ke tempat bekerjanya

    di Multiyasa Informatika yaitu sebuah lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang

    perkantoran dan komputer. Ir. Itasia Dina Sulvianti, M.Si adalah pemilik dari

    lembaga ini yang saat itu menjadi dosen saya untuk mata kuliah Metode Numerik,

    dan ternyata di lembaga ini juga ada sekolahannya yaitu SMK Wikrama. SMK

    Wikrama pada saat itu di tahun 1998 masih mengontrak di bekas KUD dan anak

    didiknya hanya ada 2 kelas dengan jumlah anak didik yang sangat sedikit.

    Sebenarnya bukan SMK Wikrama tujuan saya waktu itu, namun karena

    teman saya diberikan kepercayaan untuk mengerjakan sebuah proyek aplikasi

    untuk Departemen Transmigrasi saat itu dan saya ikut nimbrung di dalamnya,

    lama kelamaan saya mengenal lebih jauh ibu Ita, dan SMK Wikrama tentunya.

    Seiring perjalanan saya mengenal SMK Wikrama beserta guru dan stafnya,

    di tahun 1999 kuliah juga sudah diselesaikan maka saya ditawari untuk ikut

    gabung dengan Multiyasa Informatika. Posisi saat itu saya adalah menjadi

    Marketing untuk program-program kursus yang diselenggarakan oleh Multiyasa

    Informatika.

    Saya jalani pekerjaan ini mengalir apa adanya, dengan sekemampuan yang

    saya miliki saya terus ikuti semua kegiatan di Multiyasa Informatika sekaligus di

    SMK Wikrama karena satu gedung sehingga kita semua yang ada di dalam

    Multiyasa Informatika terlibat di dalam kegiatan SMK Wikrama tentunya.

    Pada bulan April 2000 kebetulan salah satu guru SMK Wikrama cuti

    melahirkan, dan saya diminta oleh Kepala SMK Wikrama yang pada saat itu

    adalah ibu Ita untuk mengisi kekosongan guru tersebut, yaitu guru Ekonomi dan

    Akuntansi. Belum ada pengalaman sedikitpun menjadi seorang guru, akhirnya

    saya mencoba untuk mengajar di ruang kelas utnuk dua mata pelajaran itu. Ini

    merupakan hal yang sangat luar biasa mengajar anak-anak tanpa sedikitpun

  • pengalaman membuat diri saya harus sekuat tenaga menggunakan metode

    seketemunya sehingga dua jam pelajaran harus dapat saya jalani dengan baik.

    Walaupun hanya beberapa minggu saya mencoba menjadi guru, sudah

    banyak yang bisa saya dapatkan, mulai dari bagaimana seharusnya guru

    mengajar, bagaimana guru menjawab pertanyaan, bagaimana guru harus mampu

    mengetahui kondisi anak didiknya, bagaimana seharusnya di kelas agar

    menyenangkan dan banyak lagi hal yang harus dikuasai oleh seorang guru.

    Sepantasnya kalau guru adalah digugu dan ditiru, bisa untuk memberikan

    semangat kepada anak didik, memberikan contoh kepada anak didik, bahkan bisa

    menjadi tempat curahan hati bagi anak didiknya. Hal ini menjadi sebuah pelajaran

    bagi saya bahwa kondisi anak didik kita sangat bermacam-macam kondisinya,

    sehingga kita juga harus mampu mengkondisikan diri kita ke dalam dunia yang

    sedang mereka alami.

    Dan yang perlu diketahui bahwa pada saat itu tahun 2000 anak didik SMK

    Wikrama berasal dari daerah kabupaten Bogor mulai dari Ciawi, Cibedug,

    Cisarua, Cigombong dan sekitarnya, mereka juga dari kalangan menengah ke

    bawah, ada yang anak tukang ojeg, anak penjaga villa, bahkan yang orang tuanya

    tidak punya pekerjaan tetap. Untuk berangkat ke sekolah saja sudah perjuangan

    yang luar biasa, apalagi harus makan siang, jajan atau menfoto kopi materi dari

    gurunya, untuk ongkos saja sudah pas-pasan.

    Inilah perjuangan hidup, inilah pelajaran hidup buat saya bahwa menjadi

    guru dengan kondisi anak didik yang kurang baik dari sisi ekonomi orang tuanya

    bahkan kondisi akademik anak didik itu sendiri membutuhkan perhatian yang

    sangat besar dan total agar anak didik kita itu berubah dari segala hal yang saat

    ini mereka alami. Tidak ada lagi kecuali kita harus ikhlas, total, sungguh-sungguh

    menjadi guru mereka adalah kunci utama agar anak didik kita mendapatkan ilmu

    yang mereka idamkan.

    1.2. PermasalahanSecara umum permasalahan dalam proses pembelajaran merupakan hal

    yang kompleks, namun setiap masalah itu tentu ada jalan keluarnya apabila kita

    mampu untuk memahami sekaligus mencari solusi yang tepat. Ilmu mendidik anak

  • didik yang dikuasai oleh seorang guru merupakan gambaran seberapa baik guru

    itu dalam mengajar, dan mendidik anak didiknya.

    Adanya pengetahuan yang dimiliki, strategi pembelajaran yang dikuasai,

    keahlian professional, kemampuan memberikan semangat, kemampuan menjadi

    seorang fasilitator, mampu mengevaluasi anak didiknya dengan baik dan dengan

    cara yang tepat ini semua adalah bekal seorang guru yang professional. Satu hal

    lagi bahwa hal ini dapat dilaksanakan jika ada keikhlasan dalam hati dan dengan

    cara total dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru insya Allah tidak hanya

    keberhasilan di dunia namun keberhasilan di akhirat juga dapat dicapai.

    Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bukan hanya untuk meningkatkan

    kemampuan anak didik di bidang akademik namun juga di bidang non akademik,

    karena hal ini yang akan menjadi pendukung utama saat mereka lulus dan

    memasuki dunia kerja maupun dunia pendidikan yang lebih tinggi sehingga akan

    tetap menjadi yang terbaik.

    Dari latar belakang masalah yang disampaikan di atas masalah yang akan

    dibahas pada makalah ini adalah bagaimana mendidik dengan hati dan teknologi.

    Bagaimana menjadi seorang guru yang mampu mendidik dengan pendekatan

    hati, dan menggabungkan dengan sebuah sistem yang terintegrasi sehingga

    mampu menangani semua kondisi anak didik dengan cepat, tepat dan baik.

    1.3. Strategi Pemecahan MasalahDari pemaparan identifikasi masalah yang disampaikan di atas masalah

    yang akan dibahas pada makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. Bagaimana mengukur keberhasilan seorang guru.

    2. Upaya apa yang harus dilakukan seorang guru untuk menjadi seorang guru

    yang berhasil.

    3. Kenapa harus mendidik dengan hati dan teknologi.

  • BAB IIPEMBAHASAN

    2.1. Hasil yand Dicapai dari Strategi yang dipilihTidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan Guru adalah pekerjaan yang

    professional, sebab itu diperlukan kemampuan. Kemampuan itu dapat dilihat pada

    kesanggupannya menjalankan peran sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,

    pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi pada kegiatan pembelajaran bahkan

    setelah anak didik lulus guru masih bisa menjadi mitra untuk konsultasi,

    memberikan pengarahan dan mengajak para alumni untuk tetap peduli kepada

    almamaternya.

    Sebagai wujud dari reformasi Pendidikan, berbagai kebijakan dan inovasi

    pendidikan saat ini diarahkan kepada peningkatan kualitas guru. Dalam rangka

    penigkatan kualitas guru, pemerintah dihadapkan pada persoalan-persoalan yang

    sangat kompleks, berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah maupun

    swasta dalam usaha meningkatkan kualitas guru, misalnya dengan melaksanakan

    pelatihan-pelatihan, workshop, MGMP, seminar dan lain-lain. Namun usaha-

    usaha tersebut belum sepenuhnyan berhasil bahkan masih jauh dari harapan.

    Salah satu penyebabnya adalah setiap kegiatan seperti tersebut di atas pada

    umumnya hanya bersifat teoritis yang belum tentu dapat diimplementasikan oleh

    seorang guru di dalam kelasnya, disebabkan yang memberikan materi adalah

    hanya sebatas hasil membaca atau mungkin sedikit pengalaman sesaat yang

    pernah didapatkan.

    Masih terlalu banyak masalah yang berkaitan dengan proses pembelejaran

    di dalam kelas yang sampai saat ini belum terpecahkan. Implementasi antara

    teori dan praktik yang dipelajari disetiap kegiatan pelatihan belum tentu dapat

    terlaksana dengan mata pelajaran yang berbeda, di dalam kelas yang berbeda,

    dengan guru yang berbeda bahkan dengan sekolah yang berbeda.

    Salah satu usaha yang paling fenomenal saat ini adalah implementasi

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

    Yang bertujuan sebagai usaha menigkatkan kualitas guru dan dosen dengan

    dasar bahwa fungsi, peran dan kedudukan guru dan dosen sangat strategis dalam

  • pembangunan nasional terutama dalam bidang pendidikan. Usaha Peningkatan

    kualitas ini diikuti dengan usaha peningkatan kesejahteraan bagi guru dan dosen

    yang telah memperoleh sertifikat pendidik sebagai bukti formal yang menyatakan

    pengakuan sebagai guru profesional, dengan kata lain bahwa guru yang sudah

    memperoleh sertifikat Profesi berhak mendapatkan Tunjangan Profesi. Pemberian

    tunjangan profesi ini dijelaskan pada Pasal 16 ayat (1) (4) yang diatur melalui

    Perturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2009, dimana besarnya tunjangan adalah

    sebesar 1 ( satu ) kali gaji pokok bagi pegawai negeri sipil, dan bagi guru dan

    dosen bukan pegawai negeri sipil diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat,

    masa kerja, dan kualifikasi akademik yang berlaku bagi guru dan dosen pegawai

    negeri sipil. Dalam hal ini penghasilan guru yang sudah memperoleh sertifikat

    pendidik terutama yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sudah dapat dikatakan

    cukup memadai, dimana guru yang sudah memperoleh Sertifikat rata-rata guru

    yang sudah memiliki pengalaman kerja diatas 8 tahun, gaji pokok yang diterima

    rata-rata Rp. 2,5 juta perbulan, maka tunjangan yang diterima oleh guru yang

    sudah memperoleh sertifikat rata-rata sebesar Rp. 2,5 juta artinya penghasilan

    guru ditambah dengan tunjangan lainnya rata-rata Rp. 4 juta Rp. 5 juta per

    bulan atau Rp. 150 Ribu per hari. Mari kita renungkan Apakah yang sudah kita

    kerjakan setiap hari sebagai seorang guru sudah pantas untuk mendapatkan

    tunjangan tersebut?.

    Sertifikasi guru seyogyanya akan meningkatkan kualitas guru dan

    peningkatan mutu pendidikan secara umum. tapi pada kenyataannya mutu

    pendidikan kita masih rendah, perubahan pada guru yang sudah memperoleh

    tunjangan profesi belum terlihat, Standar yang seharusnya sesuai dengan yang

    diatur pada penentuan kelulusan sertifikasi baik melalui portofolio maupun melalui

    Pendidikan dan Latihan belum tercapai secara maksimal. Standar yang dimaksud

    terangkum kedalam empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

    sosial, dan professional yang terinteraksi dalam kinerja guru.

    Sebatas pemahaman dan kondisi nyata yang ada saat ini merupakan

    wacana nyata yang sepatutnya kita jadikan pelajaran agar kita mampu untuk

    menjadi guru yang professional, paling tidak menyesuaikan dengan kondisi di

    sekolah tempat kita mendidik kita harus menjadi guru yang sepantasnya, sesuai

    dengan kriteria yang sudah penulis sampaikan di atas.

  • Mari mulai dari diri kita sendiri, melihat dan mawas diri dengan kemampuan

    yang kita miliki, bagaimana tanggapan dan keinginan anak didik kita selama ini

    kita jadikan sebagai pedoman untuk memperbaiki diri kita dalam menjalankan

    tugas sebagai pendidik karena ini sangatlah nyata dalam kehidupan anak didik

    kita yang setiap hari kita hadapi.

    Penulis meyakini ini salah satu cara agar kita mampu untuk memenuhi

    kriteria minimal kita sebagai seorang pendidik, dimana apa yang diinginkan oleh

    anak didik kita mereka dapatkan, mereka merasa nyaman berada di sekolah,

    merasa memiliki orang tua di sekolah, merasakan kehangatan saat kita masuk ke

    ruang kelas, bahkan mereka menjadi seperti anak kandung kita saat mereka

    istirahat, mereka mau menyampaikan hal-hal yang mereka hadapi baik di rumah

    atau di lingkungan mereka bermain.

    Pada dasarnya dengan kedekatan dengan anak didik, kemampuan

    mengambil hati mereka dan memberikan pengarahan yang jelas maka mereka

    sudah menjadi orang yang sebenarnya pada saat ini. Hal ini menjadi salah satu

    hal dalam penilaian sebagai seorang guru yang professional, mampu menjadi

    motivator, menjadi fasilitator, menjadi pengarah yang tepat bagi anak-anak kita,

    yang akhirnya mereka tidak putus asa, tidak patah arang walaupun harus

    menghadapi segala permasalahan yang ada baik tentang keluarga maupun

    tentang pelajaran. Minimal mereka sudah menemukan jati diri mereka saat ini,

    sehingga mereka mampu mengambil tindakan tepat untuk menjadi anak didik

    yang kuat, anak didik yang mampu bertahan dengan segala kondisi, anak didik

    yang selalu berjuang untuk meraih keberhasilan yang mereka idamkan.

    Artinya bahwa guru yang berprestasi adalah guru yang mampu menjadikan

    dirinya sendiri orang yang patut dicontoh, patut ditiru, mampu memberikan

    semangat pada dirinya, dan selalu memahami bahwa dirinya bukanlah segala-

    galanya, anak didik yang didiknya boleh lebih pintar di bidang ilmu yang

    disampaikannya. Kemampuan kita untuk memposisikan seperti ini adalah salah

    satu bentuk bahwa guru bukan yang paling pintar, bukan yang paling benar,

    namun anak didik kita adalah media kita untuk mengukur seberapa pantaskah kita

    menjadi yang patut dicontoh dan ditiru.

    Prestasi Guru harus berorientasi kepada diri pribadi, mari terus berbenah

    diri, laksanakan tugas dengan baik, layani anak didik seperti melayani anak

  • sendiri, Jangan menyerah untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan dan

    kemammpuan, kesadaran dan kemauan adalah kuncinya, materi ( uang ) tidak

    bisa merubah apapun, tapi jadikanlah materi ( uang ) tersebut sebagai alat untuk

    menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat bermanfaat dan mendapat berkah

    dari Allah SWT, artinya seperti dijelaskan di atas bahwa tujuan utama pemberian

    sertifikat guru adalah pengakuan bahwa pekerjaan guru merupakan sebuah

    profesi, dimana segala kegiatan dalam menjalankan tugas profesi tersebut

    membutuhkan tanggung jawab besar karena apabila salah maka akan

    menyebabkan resiko yang fatal. Karena apa yang kita sampaikan kepada anak

    didik, apa yang kita contohkan kepada anak didik akan mereka kenang, akan

    mereka lakukan sampai batas yang kita tidak pernah tahu, sehingga amal

    perbuatan itu sangatlah berdampak pada kehidupan kita selanjutnya, yaitu dalam

    dosa karena kita mencontohkan sesuatu yang salah kepada anak didik kita.

    2.2. Upaya Menjadi Guru yang BerprestasiMenjadi guru yang berprestasi membutuhkan perjuangan dan pengorbanan,

    dari beberapa guru berprestasi tingkat nasional yang penulis kenal, semuanya

    merupakan sosok guru yang baik rajin, menguasai mata pelajaran yang diampu,

    mampu menguasai metodologi pembelajaran, mampu menyampaikan materi

    pelajaran secara lengkap, mempunyai sifat positif dalam membimbing anak didik

    dan mampu memberikan motivasi dan harapan riil terhadap anak didik.

    Keperdulian terhadap sekolah dan anak didik menjadi kunci utama menjadi

    seorang guru yang berprestasi, selain itu harus menguasi kompetensi yang telah

    ditetapkan berupa sepuluh kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai

    instructional leader, yaitu: (1) memiliki kepribadian ideal sebagai guru; (2)

    penguasaan landasan pendidikan; (3) menguasai bahan pengajaran; (4)

    kemampuan menyusun program pengajaran; (6) kemampuan menilai hasil dan

    proses belajar mengajar; (7)kemampuan menyelenggarakan program bimbingan;

    (8) kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah; (9) kemampuan bekerja

    sama dengan teman sejawat dan masyarakat; dan (10) kemampuan

    menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

    Pada dasarnya peningkatan kompetensi diri seorang guru harus menjadi

    tanggung jawab diri pribadi, artinya usaha untuk memperbaiki kompetensi diri

  • sendiri terletak pada diri guru sendiri, untuk itu diperlukan kesadaran untuk terus

    menerus menggali potensi dan menambah pengetahuan dan kemampuan yang

    diperlukan. Tidak dapat dipungkiri Era Globalisasi saat ini memungkinkan kita

    sebagai guru akan mengalami suatu proses bahwa informasi yang ingin kita

    sampaikan sudah terlebih dahulu diketahui oleh anak didik, atau mungkin yang

    lebih memalukan guru mengetahui informasi dari anak didik. Berbeda dengan era-

    era sebelumnya dimana guru adalah sumber informasi, sehingga kedudukan guru

    dimata anak didik sangat tinggi dan mulia, guru adalah seorang yang sangat

    pintar dan mengetahui segala hal. Proses Globalisasi merupakan suatu

    keharusan yang tidak mungkin kita hindari karena Pendidikan berkaitan erat

    dengan proses globalisasi itu sendiri. Untuk itu kita sebagai guru harus mampu

    mengembangkan potensi sehingga kita dapat mengikuti terciptanya pendidikan

    yang berwawasan global.

    Sebelum menentukan kelayakan seorang guru disebut berprestasi mungkin

    kita perlu memahami bagaimana seseorang dapat mencapai prestasi. Menurut

    sebagian besar orang mungkin prestasi itu adalah sebuah tujuan yang harus

    dicapai, tapi bagi saya pribadi prestasi itu adalah sebuah proses yang dilalui

    berhasil atau tidak, sukses ataupun tidak.

    Jika dikaitkan dengan profesi guru, prestasi berarti proses seorang guru

    dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, hasilnya mungkin tidak secara

    langsung, sebagai contoh ketika seorang guru membimbing anak didik untuk

    mengikuti sebuah lomba dan berhasil maka dengan sendirinya guru tersebut

    sudah berprestasi, atau mungkin disuatu waktu ketika seseorang yang sudah

    berhasil mendatangi gurunya lalu mengaku bahwa sesorang tersebut adalah

    muridnya, maka itulah prestasi yang seutuhnya. Dengan kata lain bahwa guru

    berprestasi adalah guru yang berhasil membawa muridnya berprestasi.

    2.3. Mendidik dengan Hati dan TeknologiSebagai metode untuk mencapai titik yang paling tinggi sebagai guru yang

    berprestasi adalah dengan konsep mendidik dengan hati dan teknologi.

    Mendidik dengan hati dan teknologi memiliki beberapa kriteria :

  • 1. NiatBermula saat kita melakukan kegiatan harus diawali dengan niat,

    niat kita dengan sepenuh hati menjadikan anak didik kita adalah anak-anak

    yang luar biasa dalam kemampuan akademik maupun non akademik.

    Bayangkan dalam niat kita bahwa semua anak didik kita adalah mutiara-

    mutiara yang saat ini terpendam dalam tanah. Dengan niat yang tulus,

    ikhlas dan pasrah yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT mutiaa-

    mutiara itu akan muncul ke permukaan, sehingga niat ini memiliki kekuatan

    yang sangat besar untuk menjadi daya dorong disetiap langkah kita menuju

    sekolahan.

    2. Rela BerkorbanMendidik, mengajar, mendampingi anak didik kita membutuhkan

    pengorbanan yang tidak sedikit. Jika kita sebagai guru tidak memiliki

    kemauan untuk berkorban, penulis meyakini bahwa kita tidak akan menjadi

    guru yang mampu mengajar, apalagi mendidik. Di setiap waktu yang kita

    berikan kepada anak didik kita, mendampingi mereka, mengarahkan

    mereka, memberikan semangat kepada mereka harus dibarengi dengan

    pengorbanan yang tulus, baik waktu, tenaga, pikiran, bahkan hati kita ikut

    berkorban. Pengorbanan yang kita barengi dengan hati kita akan

    menjadikan diri kita yakin 100 persen bahwa mendidik dengan benar,

    dengan baik akan menghasilkan yang baik juga sesuai dengan nilai

    pengorbanan kita.

    3. Selalu BelajarGuru bukanlah segala-galanya, bukan yang paling pandai, bukan

    yang paling pintar, namun guru adalah pembelajar. Tiada hari tanpa

    digunakan untuk selalu menambah ilmunya, sehingga ilmu yang dipelajari

    akan semakin tinggi tingkatannya. Bertanyalah kepada siapa saja yang kita

    temui, tidak terkecuali anak didik kita. Mereka merupakan ladang ilmu yang

    dapat kita jadikan sebagai sumber ilmu. Apalagi saat ini kemajuan teknologi

    memiliki peranan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan, manfaatkan

    fasilitas ini untuk kemajuan keilmuan kita.

  • Banyak sekali fasilitas yang sengaja dibuat, sengaja disediakan

    untuk guru diseluruh dunia, artinya bahwa sarana untuk meningkatkan

    kemampuan kita sudah sangat terbuka lebar, manfaatkanlah kesempatan

    ini dengan sebaik mungkin. Tidak ada kesempatan yang akan datang dua

    kali.

    Dengan selalu belajar kita akan semakin mudah untuk menghasilkan

    inovasi, menghasilkan media pembelajaran yang menarik, membuat

    teknologi tepat guna pendukung pembelajaran. Pada akhirnya kegiatan

    pembelajaran kita semakin menyenangkan, hemat, dan memberikan

    kemudahan kepada kita, bahkan bagi semua pengelola pendidikan.

    4. IkhlasRela berkorban harus dibarengi dengan ikhlas, yaitu mampu dengan

    sepenuh hati karena Allah, melaksanakan semua kegiatan sebagai

    seorang guru bukan lagi tataran hanya untuk di dunia, namun kemampuan

    kita untuk meyakinkan hati kita bahwa kita sebagai guru adalah sebuah

    profesi yang paling mulia, yang dampaknya bukan hanya saat ini saja,

    namun sampai ke akhirat. Oleh karena itu apabila guru melaksanakan

    kegiatan mendidik anak didiknya dengan ikhlas, penulis meyakini 100 %

    bahwa dampaknya juga akan 100%, baik kepada diri kita, maupun kepada

    anak didik kita, bahkan kepada keluarga kita, keluarga anak didik kita

    sampai ke lingkungan tempat kita tinggal. Berikan yang kita bisa kepada

    anak didik kita, orang kita memberikan ilmu kepada orang lain akan

    membuat diri kita semakin pintar, semakin kaya dan semakin banyak

    untungnya.

    5. TotalitasJalankan tugas dengan total, tidak boleh 90% apalagi hanya 25%.

    Apa yang kita jalankan dengan 100% akan menghasilkan 100% minimal,

    bahkan akan menjadi 1000%. Apa buktinya, contoh jika Kita belajar untuk

    membuat media pembelajaran menggunakan Microsoft Powerpoint, dan

    kita belajar dengan sepenuh hati, benar-benar memperhatikan, minimal

    hasil yang kita dapat adalah semua yang kita pelajari saat ini, yaitu kita bisa

  • membuat media pembelajaran menggunakan Microsoft Powerpoint, berarti

    100% kita mendapatkan ilmunya.

    Nah apa yang sisanya 900% itu? Teman kita, rekan guru, bahkan

    tetangga di kampung kita mengetahui kalau kita bisa dengan baik membuat

    media pembelajaran dengan Microsoft Powerpoint, mereka minta diajari.

    Seandainya ada 25 orang yang minta diajari sama kita, minimal kita dapat

    kebaikan dari memberikan ilmu kepada orang lain. Dan hebatnya lagi

    ternyata mereka mengumpulkan dana untuk mengganti uang lelah kita,

    menggantikan ongkos kita. Wah indah sekali ya, dan apakah hal ini kita

    sadari?

    Jika anda penasaran silahkan anda coba.

    6. Mengajak dan MengingatkanNak sholat yuk.!. Cukup sederhana untuk kita ucapkan, namun

    memiliki makna yang ganda. Mengajak anak didik kita untuk sholat, bahkan

    sholat berjamaah, mereka akan merasa sangat diperhatikan oleh gurunya.

    Makna ganda dalam hal ini yang pertama adalah guru ini memperhatikan

    anak didiknya, kedua kita menanamkan pengaruh positif melalui ucapan

    yang kita lakukan secara berulang. Hal ini akan mengakibatkan anak didik

    kita akan selalu teringat dengan kalimat di atas. Tentunya lakukan hal ini

    setiap saat kita menemui anak didik kita dan mereka belum menjalankan

    sholat.

    Seandainya waktu sholat yang ditemui adalah dzuhur dan ashar,

    maka dalam satu hari minimal dua kali mereka mendengarkan kata-kata

    pengingat dan mengajak nak sholat yuk!. Mari kita hitung dalam satu

    minggu 2 x 5 hari maka ada 10 kali anak didik kita mendengarkannya,

    berarti dalam satu bulan mereka akan mendengarkan 40 kali, sehingga

    dalam satu tahun 40 x 12 bulan, 480 kali mendengarkan kata-kata nak

    sholat yuk.

    Kami melakukan kegiatan seperti ini tidak hanya sebatas di

    sekolahan, namun termasuk mengajak dan mengingatkan mereka dengan

    sistem pesan berantai setiap malam. Anda penasaran? Silahkan anda

    coba hal ini kepada anak didik anda, dan tunggu akibatnya.

  • 7. BerjamaahJangan pernah berpikir bahwa berbuat hal yang baik, dalam hal ini

    mengajar anak didik sendirian akan menghasilkan anak didik yang berhasil

    dengan cepat. Artinya kalau anak didik kita diajari oleh satu guru saja

    walaupun secara kasat mata guru-guru sangat banyak di kelas, di

    sekolahan namun karena kita berjalan sendiri-sendiri, maka hasilnya juga

    sendiri-sendiri dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Coba kalau kita

    lakukan secara bersama-sama, dari 10 orang anak didik kita tidak bisa

    menjawab soal no 2 Matematika, kemudian kita ajari dengan baik setiap

    hari. Bisa kita bayangkan jika seperti itu kita lakukan secara

    berjamaah/bersama-sama maka yang harusnya mengajari anak didik kita

    yang belum bisa di no 2 Matematika tadi membutuhkan waktu 8 jam normal

    dengan yang mengajar hanya ada satu, jika yang mengajarinya ada 5,

    apakah hal ini akan memberikan dampak yang baik? Akselerasi

    penguasaan llmu pada anak didik kita juga akan diakselerasi dari semua

    sisi di setiap kegiatan.

    8. MendoakanSemua usaha yang sudah kita lakukan tidak akan pernah sempurna,

    bahkan kadang sia-sia tanpa adanya doa. Oleh karena itu berdoalah untuk

    kesuksesan diri kita, kegiatan kita, kegiatan anak didik kita bahkan untuk

    semua keluarga besar sekolah kita. Berdoa bukan aktifitas yang kecil,

    namun berdoa adalah kegiatan yang sangat besar, sangat tinggi

    derajatnya, berdoa sebagai pembuka pembatas antara kita dengan Allah

    secara langsung. Berdoalah, berdoalah, dan berdoalah terus untuk kita

    semua. Allah akan mendengarkan doa kita, apalagi kalau doa kita lakukan

    secara berjamaah maka doa ini akan menambahkan kekuatan kepada kita

    sampai 1000%.

    Sebagai perwujudan konsep yang penulis sampaikan maka dengan ini

    penulis menyertakan bukti-bukti ketercapaiannya dalam bentuk portofolio

    terlampir.

  • BAB IIIKESIMPULAN

    Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah

    tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi

    aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi

    profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya

    berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli

    dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan

    ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti.

    Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi

    profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang

    dipadupadankan dengan skill atau keahliannya. Menjadi profesional adalah

    Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara

    kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat

    disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

    Hal yang paling menarik adalah guru harus mampu mendidik dengan hati

    dan teknologi, karena semua kelakuan kita dikendalikan oleh hati kita, tentunya

    mendidik dengan hati adalah bagaimana kita mampu mengendalikan hati kita

    untuk selalu ikhlas, rendah hati, rela berkorban demi anak didik kita. Sedangkan

    pengelolaan manajemen pendidikan diperlukan teknologi yang memadai, karena

    dengan teknologi kita akan terbantu untuk mengetahui kondisi anak didik kita,

    kecepatan mendapatkan informasi serta valid dan tidaknya data mengenai anak

    kita.

    Jadilah guru yang selalu mendidik anak didiknya dengan penuh kasih

    sayang, rasakanlah dengan hati yang tulus, jalankan tugas dengan totalitas

    menggunakan alat bantu berupa teknologi. Sukses rekan-rekan guru semua untuk

    selalu rela berkorban untuk kemajuan dan keberhasilan anak didik kita,

    percayalah Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa, semua akan dibalas

    oleh-NYA berlipat ganda.