Mendengarkan Dan Memahami Puisi Terjemahan
description
Transcript of Mendengarkan Dan Memahami Puisi Terjemahan
![Page 1: Mendengarkan Dan Memahami Puisi Terjemahan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9402550346f57b9f12c5/html5/thumbnails/1.jpg)
Mendengarkan dan Memahami Puisi Terjemahan
Mendengarkan puisi adalah hal yang menarik dan membangkitkan rasa seni kita. Tapi bagaimanakah caranya memahami puisi non-lokal atau terjemahan. Barangkali jika puisi asing tidak terjemahkan, kita akan sulit mengartikan sementara kemampuan bahasa asing kita terbatas. Namun akan jadi lain jika puisi itu sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga kita dengan mudah memahami dan mengerti isi dari puisi tersebut.
Puisi asing yang sudah diterjemahkan yang akan kita kaji ini adalah karya John Cornford yang berjudul Huesca. Puisi ini diterjemahkan oleh Chairil Anwar dengan nilai rasa yang sama- sama indah ke dalam bahasa Indonesia.
Perlu kepekaan bagi penerjemah untuk menerjemahkan teks demi teks puisi ke dalam bahasa ibu. Karena menerjemahkan puisi tergolong penerjemahan tersulit karena dalam prosesnya, sedapat mungkin dipertahankan suasana batin dari karya itu (mood, tone). Pada saat yang sama, penerjemah harus mencari padanan atas bentuk formal puisi itu sendiri secara tepat, misalnya jumlah baris (terutama untuk jenis sonnet), rhyme (persajakan) dan syllable (jumlah suku kata, misalnya untuk haiku). Selain itu, perpindahan isi dan pesan (content, message) puisi juga harus dijaga supaya wajar. Semua kualifikasi ini sangat ditentukan oleh kepekaan seorang penerjemah-sastrawan.
Sebelum mengenal karya puisinya, marilah kita mengenal sang penulis. John Cornford adalah seorang sastrawan dan aktivis sosialis Inggris yang terlibat dalam Perang Saudara Spanyol pada 1936-1939. Perang itu terjadi
antara kubu nasionalis berhaluan fasis dan fraksi republik yang berhaluan sosialis.
Konflik politik internal itu bukan hanya menyeret sesama warga Spanyol dalam peperangan melainkan telah mengundang intervensi internasional, karena masing-masing kubu didukung oleh kelompok ideologi yang saling bertentangan dan melampaui batas-batas negara. John Cornford, penulis puisi ini, tergabung dalam front sosialis International Brigade yang di dalamnya juga bergabung banyak penulis dan sastrawan sosialis Eropa.
Berikut adalah puisi karya John Cornford, dalam bahasa Inggris dan hasil terjemahan karyanya ke dalam bahasa Indonesia.
Huesca
[To Margot Heinemann]
Heart of the heartless world,
Dear heart, the thought of you
Is the pain at my side,
The shadow that chills my view.
The wind rises in the evening,
Reminds that autumn is near.
![Page 2: Mendengarkan Dan Memahami Puisi Terjemahan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9402550346f57b9f12c5/html5/thumbnails/2.jpg)
I am afraid to lose you,
I am afraid of my fear.
On the last mile to Huesca,
The last fence for our pride,
Think so kindly, dear, that I
Sense you at my side.
And if bad luck should lay my strength
Into the shallow grave,
Remember all the good you can;
Don’t forget my love.
Puisi itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi :
Huesca
Jiwa di dunia yang hilang jiwa
Jiwa sayang, kenangan padamu
Adalah derita di sisiku
Bayangan yang bikin tinjauan beku
Angin bangkit ketika senja
Mengingatkan musim gugur akan tiba
Aku cemas bisa kehilangan kau
Aku cemas pada kecemasanku sendiri
Di batu penghabisan ke Huesca
Batas terakhir dari kebanggaan kita
Kenanglah sayang, dengan mesra
Kau kubayangkan di sisiku ada
Dan jika untung malang menghamparkan
Aku dalam kuburan dangkal
Ingatlah sebisamu segala yang indah
![Page 3: Mendengarkan Dan Memahami Puisi Terjemahan](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082315/55cf9402550346f57b9f12c5/html5/thumbnails/3.jpg)
Dan cintaku yang kekal.
Memahami Puisi Terjemahan
Terjemahan puisi oleh Chairil Anwar itu begitu bagus dan tidak mengubah nilai rasa lewat hasil terjemahan. Puisi itu membicarakan masalah keberadaan diri sebagai manusia yang bisa fana, memiliki cinta, dan suara keputusasaan.
Dari buku pengetahuan umum atau ensiklopedia yang baik, kita dapat mengetahui bahwa musim gugur di negara empat musim itu terjadi setelah musim panas yang mengeringkan daun-daun di pepohonan. Angin pada musim gugur bertiup lebih kencang, yang menyebabkan bergugurannya daun berwarna keemasan dari ranting-rantingnya. Suasana ini lazim digunakan untuk menyimbolkan keindahan.
Tetapi, keindahan yang disimbolkan justru bisa berupa keindahan sesaat. Mengapa sesaat? Karena keindahan itu tidak berlangsung lama; sesudah musim gugur yang indah itu, datanglah musim dingin.
Dalam situasi natural, musim dingin identik dengan tidak tampaknya kehidupan (dan kalau mau dilanjutkan, tidak adanya kehidupan itu dapat berarti kematian). Simbolisme ini banyak dipergunakan dalam karya seni, baik puisi, novel, lukisan, maupun musik untuk menyatakan keberpisahan, kematian, suasana yang dingin dan mencekam. Coba perhatikan karya Antonio Vivaldi, The Four Seasons, terutama "Concerto No. 4 in F minor", yang lazim disebut "Winter".
Demikianlah Huesca, salah satu contoh terjemahan puisi yang sangat berhasil. Puisi terjemahan itu "bernyawa" karena Chairil Anwar menguasai kedua bahasa, memahami persoalan dengan sangat baik, dan (terutama) memiliki kepekaan seorang sastrawan. Baik Chairil Anwar maupun John Cornford adalah penyair muda yang tumbuh, berkarya dan mati pada masa peperangan (dalam usia 20-an) serta meninggalkan karya-karya yang terus dibicarakan.