Mencuci tangan_lomba artikel.doc

7
"Budaya Cuci Tangan di RSUP Dr. Kariadi sebagai Keharusan bukan Alasan Kesibukan sebagai Rumah Sakit Berkelas Dunia" Latar Belakang Keselamatan pasien sudah lama menjadi isu dan mendapatkan perhatian pemerintah seperti yang telah tercantum dlam Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 serta Undang-undang Rumah Sakit nomor 44 Tahun 2009. Terkait dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminatif dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Karena pasien memiliki hak untuk memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Hippocrates yang mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan memegang prinsip untuk menyelamatkan pasien yang dikenal dengan istilah "primum non nocere" (melayani tanpa harus membahayakan). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Adapun salah satu sasaran

Transcript of Mencuci tangan_lomba artikel.doc

"Budaya Cuci Tangan di RSUP Dr. Kariadi sebagai Keharusan bukan Alasan Kesibukan sebagai Rumah Sakit Berkelas Dunia"Latar Belakang

Keselamatan pasien sudah lama menjadi isu dan mendapatkan perhatian pemerintah seperti yang telah tercantum dlam Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 serta Undang-undang Rumah Sakit nomor 44 Tahun 2009. Terkait dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminatif dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Karena pasien memiliki hak untuk memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Hippocrates yang mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan memegang prinsip untuk menyelamatkan pasien yang dikenal dengan istilah "primum non nocere" (melayani tanpa harus membahayakan). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Adapun salah satu sasaran dalam International Patient Safety Goals (IPSG) yaitu menurunkan resiko infeksi nosokomial. Infeksi yang terjadi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit dinamakan infeksi nosokomial. Pihak yang rentan terkena infeksi nosokomial adalah petugas medis (dokter, perawat, petugas laboratorium dan administrasi), pasien, dan pengunjung rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu lingkungan rentan yang berpotensi menularkan infeksi, sehingga harus dijaga kebersihanny. Penularan kuman terjadi melalui beberapa cara seperti kontak, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang terjadi di rumah sakit, dikutip dari situs kesehatan. Misalnya, antara petugas medis kepada pasien, pasien satu kepada pasien lainnya, atau antara pasien kepada orang yang berkunjung.Mencuci tanganadalah salah satu tindakansanitasidengan membersihkan tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan tujuan membuat bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun tujuan-tujuan lainnya. Perilaku ini dikenal pada akhir abad ke 19 bertujuan membuat sehat dan pelayanan jasa sanitasi untuk menurunkan angka kematian dari penyakit menular pada negara-negara kaya (maju). Perilaku ini diperkenalkan bersamaan dengan adanya isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran yang aman dan penyediaanair bersihdalam jumlah mencukupi.Pentingnya mencuci tangan yakni untuk menjaga kesehatan dan terhindar dari penyakit. Apabilakita tidak mencuci tangan cukup sering, maka dapat tertular berbagai penyakit lewat sentuhan misalnya tanpa sadar ketika menyentuh mata, hdung, mulut dengan telapak tangan. Hal tersebut mengakibatkan kuman-kuman dan bakteri-bakteri yang melekat pada telapak tangan akan berpindah ke mata, mulut atau hidung dan menimbulkan berbagai macam penyakit.Di rumah sakit adanya program edukasi dan sosialisasi mengenai menjaga kebersihan tangan dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) harus ditingkatkan untuk mencegah penyebaran kuman dan infeksi nosokomial. Menurut Ketua Kompartemen Umum dan Humas PERSI menuturkan pentingnya edukasi, sosialisasi, dan menggerakkan masyarakat untuk berbudaya cuci tangan secara benar. Beliau mengatakan, Menjaga kebersihan tangan adalah pertahanan awal untuk menjaga kesehatan,. Saat datang ke rumah sakit cuci tangan. Pulang dari rumah sakit cuci tangan. Sedangkan, menurut Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia Costy Pandjaitan menuturkan, rumah sakit merupakan breeding ground atau tempat berkembang biaknya kuman.Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) diwajibkan kepada setiap rumah sakit oleh Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan Rumah Sakit. Salah satunya dilakukan dengan menjaga kebersihan tangan yang disebut dapat mencegah penularan infeksi sebesar 85 persen. Menurut Dr. dr. Sutoto, M.Kes, ketua umum pengurus pusat Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam acara Hospital Symposium Peranan Akreditasi Rumah Sakit Dalam Menurunkan Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan di Hotel Mulia, Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan bahwa kebersihan tangan bisa dilakukan melalui perilaku cuci tangan yang dilakukan dengan tepat dan benar. Tingkat kepatuhan cuci tangan anat profesi di rumah sakit penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan dokter dalam mencuci tangan sebesar 41%, mahasiswa kedokteran yang bertugas di rumah sakit sebesar 42%, dan perawat sebesar 57%, dan 62% untuk staf pekerja lainnya. Dr. dr. Sutoto menjelaskan "Kepatuhan seseorang itu kan up and down, kadang patuh, kadang tidak. Ini lebih kepada individu mereka masing-masing," Hasil riset Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) januari-Februari 2010 di RSCM tingkat kepatuhan dokter di bawah 40 %, perawat rata-rata 60 %.Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan individu dalam mencuci tangan menurut Dr. Anis Kurniawati, PhD, Sp.MK, Kepala Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. "Persepsi yang menyatakan bahwa cuci tangan itu menyebabkan kulit kering dan iritasi factor kesibukan sehingga tidak sempat cuci tangan, misalnya dalam keadaan pasien yang emergensi, Kurangnya motivasi dan role model dalam kepatuhan. Sehingga perlu digalakkan cuci tangan sebagai budayaIde

Penulis artikel menilai peningkatan budaya cuci tangan di RSUP Dr. Kariadi sudah bagus karena tersedia sarana prasarana hand rub di setiap ruangan atau di depan kamar serta handwash di ruang tindakan. Kesadaran cuci tangan yang belum optimal, kesadaran melakukan 5 moment belum maksimal. StrategiUsulan penulis artikel terkait pemantauan kepatuhan cuci tangan dilakukan SETIAP, bukan sebulan sekali dan menyeluruh yang berarti sasaran utama bukan hanya petugas rumah sakit, melainkan pengunjung rumah sakit. Adapun strategi gun mengimplementasikan ide penulis, diantaranya:1. Petugas IPCLN bisa menugaskan perwakilan perawat ruangan untuk audit setiap hari menilai kepatuhan cuci tangan. 2. Penyediaan alat clean detector (alat pemindai kuman) di setiap ruang perawatan digunakan oleh petugas medis dan non medis yang bekerja diruang perawatan tersebut. Setiap hari ketika perawat melakukan operan keliling mengingatkan cuci tangan dengan hand rub kepada keluarga dan pasien di kamar perawatan sebanyak 3 shift3. Pengunjung rumah sakit yang akan berkunjung menjenguk pasien dianjurkan cuci tangan dengan hand rub terlebih dahulu oleh petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk bangsal dan diperiksa dengan alat clean detector. Bagi Pengunjung yang telah selesai menjenguk kerabat yang sakit juga dianjurkan mencuci tangan dengan hand rub. Penyediaan alat clean detector di setiap ruang perawatan digunakan oleh petugas medis dan non medis yang bekerja diruang perawatan tersebut. Setiap hari ketika perawat melakukan operan keliling mengingatkan cuci tangan dengan hand rub kepada keluarga dan pasien di kamar perawatan sebanyak 3 shiftKesimpulan