Memotong Mata Rantai Narkoba Di Sekolah

2
Memotong Mata Rantai Narkoba di Sekolah Oleh Mukhlisin Purnomo MPdl (staf pengajar Madrasah Aliyah Ali Maksum Ponpes Krapyak & Penyuluh Agama Islam Kemenag Bantul) DATA yang dirangkum Badan Narkotika Nasional (BNN)dan Pulitkes Universitas Indonesia (UI) menyebutkan, jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia meningkat dari 3,1 n3,6 juta orang pada tahun 2008 menjadi 3,7-4,7 juta orang di tahun 2011 atau prevalensinya meningkat dari 1,9 persen menjadi 2,2 persen. Sasaran populasi, kebanyakan penyalahguna dari kelompok pekerja 70 persen, pelajar/mahasiswa 22 persen dan kelompok mrnah tangga 6 persen (KR, 22/5). Angka ini mungkin masih kelihatan kecil, tetapi sesuai hukum sosial, angka statistik umumnya hanyalah puncak gunung es (tip of iceberg). Artinya, angka statistik itu hanya menjelaskan fakta empiris yang diketahui. Tetapi bagaimana dengan yang tidak diketahui? Tak ada data. Dari data tersebut fenomena yang harus diwaspadai adalah adanya trend, kampus maupun sekolah menjadi lahan subur bagi peredaran narkoba dan biasanya semakin favorit sekolah tersebut di masyarakat, maka penyalahgunaan narkoba semakin mengancam. Hal itu diakibatkan rasa keinginan pelajar untuk mencoba sangat tinggi. Dari data tersebut anak-anak usia 12-20 tahun dan sekolah menjadi sasaran em-puk peredaran narkoba. Solusi yang paling relevan, melakukan tindakan preventif dengan mengadakan tes urine sebagai salah satu syarat penerimaan peserta didik baru. Tes urine ini sangat penting karena mam-pu memotong jalur peredaran narkoba bagi generasi muda. Gagasan ini diang-gap sangat strategis karena bisa mendeteksi dini peredaran narkoba di kalangan pelajar. Selain itu, juga menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dari narkoba. Langkah ini juga bisa dijadikan salah satu indikator apakah calon peserta didik termasuk anak yang berakhlak baik atau sebaliknya. Fenomena di atas tentu sangat meresahkan orangtua, ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan. Sebab, generasi muda mass depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya. Mereka dituntut segera merumuskan strategi dan

Transcript of Memotong Mata Rantai Narkoba Di Sekolah

Page 1: Memotong Mata Rantai Narkoba Di Sekolah

Memotong Mata Rantai Narkoba di SekolahOleh Mukhlisin Purnomo MPdl(staf pengajar Madrasah Aliyah Ali Maksum Ponpes Krapyak & Penyuluh Agama Islam Kemenag Bantul)

DATA yang dirangkum Badan Narkotika Nasional (BNN)dan Pulitkes Universitas Indonesia (UI) menyebutkan, jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia meningkat dari 3,1 n3,6 juta orang pada tahun 2008 menjadi 3,7-4,7 juta orang di tahun 2011 atau prevalensinya meningkat dari 1,9 persen menjadi 2,2 persen. Sasaran populasi, kebanyakan penyalahguna dari kelompok pekerja 70 persen, pelajar/mahasiswa 22 persen dan kelompok mrnah tangga 6 persen (KR, 22/5).

Angka ini mungkin masih kelihatan kecil, tetapi sesuai hukum sosial, angka statistik umumnya hanyalah puncak gunung es (tip of iceberg). Artinya, angka statistik itu hanya menjelaskan fakta empiris yang diketahui. Tetapi bagaimana dengan yang tidak diketahui? Tak ada data.

Dari data tersebut fenomena yang harus diwaspadai adalah adanya trend, kampus maupun sekolah menjadi lahan subur bagi peredaran narkoba dan biasanya semakin favorit sekolah tersebut di masyarakat, maka penyalahgunaan narkoba semakin mengancam. Hal itu diakibatkan rasa keinginan pelajar untuk mencoba sangat tinggi.

Dari data tersebut anak-anak usia 12-20 tahun dan sekolah menjadi sasaran em-puk peredaran narkoba. Solusi yang paling relevan, melakukan tindakan preventif dengan mengadakan tes urine sebagai salah satu syarat penerimaan peserta didik baru. Tes urine ini sangat penting karena mam-pu memotong jalur peredaran narkoba bagi generasi muda. Gagasan ini diang-gap sangat strategis karena bisa mendeteksi dini peredaran narkoba di kalangan pelajar. Selain itu, juga menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dari narkoba. Langkah ini juga bisa dijadikan salah satu indikator apakah calon peserta didik termasuk anak yang berakhlak baik atau sebaliknya.

Fenomena di atas tentu sangat meresahkan orangtua, ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan. Sebab, generasi muda mass depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya. Mereka dituntut segera merumuskan strategi dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran narkoba di bangku sekolah, sehingga usulan BNN medio Mei lalu agar memasukkan tes urine sebagai syarat pelajar patut didukung dan ditindaklanjuti. Meski, biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan program ini tergolong tinggi.

Namun biaya itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan kerugian biaya eko-nomi yang harus ditanggung negara akibat penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang yang mencapai triliunan rupiah. Dengan langkah ini, paling tidak sudahada upaya untuk melindungi masa depan para pelajar dari jurang kehancuran, mata rantai peredaran narkoba dapat terputus. Mengingat, para pelajar adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan keluarga, masyarakat dan Negara, sehingga langkah itu mutlak diambil, agar keterbelakangan dan keteipuruk-an bangsa ini tidak semakin dalam.

Masalah peredaran narkoba harus menjadi tanggungjawab semua pihak, karena sangat berpengaruh terhadap ketahanan masyarakat dan kehidupan bangsa dan negara khususnya pelajar. Oleh karena itu, semua potensi bangsa harus serius mencurahkan perhatian untuk

Page 2: Memotong Mata Rantai Narkoba Di Sekolah

berpartisipasi aktif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba demi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.