MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

13
MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

Transcript of MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

Page 1: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

MEMFASILITASI KECERDASAN

PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

Page 2: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena atas

berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “MEMFASILITASI KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI

PEMBELAJARAN” ini tepat pada waktunya.

Ada berbagai macam perkembangan kecerdasan peserta didik yang di kenalkan dan

di jadikan acuan oleh para pendidik dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.Dan alasan

kecerdasan peserta didik melalui pembelajaran ini di paparkan tidak lain adalah untuk

memudahkan mengenali dan memahami karakteristik peserta didik selama KBM

berlangsung.Melalui makalah ini diharapkan rekan-rekan sekalian tidak hanya memahami

secara teori, namun juga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan nyata kelak.

Akhirnya tak ada gading yang tak retak,begitu pula dengan makalah yang kami buat

ini masih jauh dari kata sempurna.Maka dari itu kami mengharapkan partisipasi dari rekan-

rekan sekalian untuk memberikan kritik dan saaran demi tercapainya kesempurnaan pada

makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Atas segala bantuan dan perhatian dari semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Bandung, 1 November 2014

Penyusun

Page 3: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini teknologi semakin maju, inovasi-inovasi baru selalu bermunculan.

Banyak tercipta alat-alat yang mempermudah segala aktivitas manusia. Alat-alat

transportasipun semakin canggih, tidak hanya dapat menjelajahi permukaan bumi tapi

sudah ditemukan alat-alat transportasi untuk menjelajah luar angkasa seperti ke bulan

dan ke Planet Mars. Hal ini menjadikan dunia semakin sempit. Penemuan-penemuan ini

merupakan hasil dari kerja otak yaitu pada kecerdasan Intelektual atau Intelegence

Quotient (IQ).

Kecerdasan intelektual (IQ) dapat di ukur dan dikategorikan menurut tingkat IQ

itu sendiri. Banyak instansi yang menyaring calon pegawainya melalui tes IQ. Tapi

seiring dengan perkembangan zaman, ternyata muncul pandagan bahwa IQ saja tidaklah

cukup untuk menentukan kecerdasan dan menjamin kesukseksan seseorang. IQ harus

dibarengi dengan kecerdasan lainnya yang disebut EQ (Emotional Quotient) atau

kecerdasan emosional. Hal ini dapat diterima oleh masyarakat dalam kurun waktu yang

lama sebelum muncul lagi pandangan bahwa IQ dan EQ saya masih belum menjamin

kesuksesan seseorang dan masih dibutuhkan kecerdasan lainnya yang disebut SQ

(Spritual Quotient) atau kecerdasan spiritual.

Berdasarkan pemikiran kecerdasan yang selalu berkembang inilah, penulis

mencoba mengulas lebih dalam tentang IQ, EQ dan SQ serta hubungan dan peranan

ketiga macam kecerdasan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan

kecerdasan spiritual (SQ).

2. Bagaimanakah karakteristik IQ, EQ dan SQ

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi IQ, EQ dan SQ seseorang.

4. Apakah peran IQ, EQ dan SQ bagi kehidupan.

5. Bagaimanakah hubungan antara IQ, EQ dan SQ

6. Bagaimanakah penarapan IQ, EQ dan SQ dalam kehidupan.

7. Apa konsep dan bagaimana contoh strategi pembelajaran yang memfasilitasi

perkembangan kecerdasan peserta didik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan

kecerdasan spiritual (SQ).

2. Untuk mengetahuikarakteristik IQ, EQ dan SQ

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi IQ, EQ dan SQ

seseorang

4. Untuk mengetahuiperan IQ, EQ dan SQ bagi kehidupan

5. Untuk mengetahuihubungan antara IQ, EQ dan SQ

6. Untuk mengetahuipenarapan IQ, EQ dan SQ dalam kehidupan

7. Untuk mengetahuistrategi pembelajaran yang memfasilitasi perkembangan

kecerdasan peserta didik

Page 4: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

BAB II. Memfasilitasi Kecerdasan Peserta Didik Melalui Pembelajaran

2.1 Kecerdasan Intelektual (IQ)

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan intelektual atau IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet,

ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke – 20.

Pengertian kecerdasan intelektual (IQ) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Surya Brata (1982)

Kecerdasan intelektual (IQ) didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari

individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau masalah yang

dihadapi.

Sorenson (1977)

Kecerdasan interlektual (IQ) adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar

merespon, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Stern (1953)

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan

menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.

Thorndike

“Intelegence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the

stand point of truch of fact“. Orang dianggap memiliki kecerdasan intelektual apabila

responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.

Freeman (1959)

Kecerdasan intelektual dipandang sebagai capacity to integrate experiences, capacity to

learn, capacity to perform tasks regarded by psychologist as intellectual and capacity to

carry on abstract thinking. Orang yang memiliki kecerdasana intelektual adalah orang

yang memiliki kemampuan untuk menyatukan pengalaman-pengalaman, kemampuan

untuk belajar dengan lebih baik, kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit

dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual dan kemampuan untuk berpikir

abstrak.

2.1.2 Karakteristik Kecerdasan Intelektual (IQ)

Umumnya orang tua beranggapan hasil tes IQ berkaitan dengan kecerdasan.

Anak ber-IQ 130 dianggap berkemampuan luar biasa dalam segala bidang. Jika anak

juga olah raga namun ber IQ taraf rata-rata atau anak yang nilai matematika yang

jeblok dan IQ nya taraf rata-rata di anggap bodoh. Pemahaman seperti itu tak tepat, IQ

hanya mengukur kemampuan lingguistik dan logika matematika sedangkan

Page 5: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

kecerdasan mengacu pada kemampuan problem solving. Kenyataannya IQ tinggi tak

menjamin yang bersangkutan berhasil dalam kehidupan kelak, perannya hanya

sebesar 20 %. Banyak contoh yang membuktikan hal tersebut antara lain orang yang

ber IQ tinggi, namun tentu mampu berempati atau melakukan tindak pidana.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual (IQ)

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat IQ yang

berbeda-beda. Ada pandangan yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif)

dan ada yang menekankan pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga

dengan adanya perbedaannya pandangan tersebut dapat diketahui bahwa IQ

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

2.1.3.1 Pengaruh faktor bawaan

Banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu

yang berasal dari satu keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ

mereka berkorelasi tinggi (+ 0,50), orang yang lembar (+ 0,90), yang tidak

bersanak saudara (+ 0,20), anak yang di adopsi korelasi dengan orang tua

angkatnya (+ 0,10 – + 0,20).

2.1.3.2 Pengaruh faktor lingkungan

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang di konsumsi

oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi IQ seseorang.

Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh

lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang

bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang

amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain

(khususnya pada masa-masa peka).

2.1.3.3 Stabilitasi kecerdasan Intelektual (IQ)

Stabilitasi IQ tergantung perkembangan organik otak.

2.1.3.4Pengaruh faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang

jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.

2.1.3.5Pengaruh faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan IQ.

Page 6: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

2.1.3.6 Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan

(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

2.1.3.7 Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode

tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai

kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan

kebutuhannya.

2.1.4 Peran Kecerdasan Intelektual (IQ) bagi Kehidupan

IQ adalah kecerdasan manusia yang dimiliki oleh otak manusia yang bisa

melakukan beberapa kemampuan, seperti kemampuan yang bisa melakukan

kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan masalah, berpikir, abstrak,

memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

Berkat kecerdasan intelektualnya memang manusia telah mampu menjelajah

ke bulan dan luar angkasa lainnya, menciptakan teknologi informasi dan transportasi

yang menjadikan dunia terasa lebih dekat dan semakin transparan, menciptakan bom

nuklir, serta menciptakan alat-alat teknologi lainnya yang super canggih. Namun

bersamaan itu pula kerusakan yang menuju kehancuran total sudah mulai, menipis

telah menyebabkan terjadinya pemasaran global, bajir dan kekeringan pun terjadi di

mana-mana. Gunung-gunung menggeliat dan memuntahkan akan dan lahar panasnya.

Penyakit-penyakit ragawi yang sebelumnya tidak dikenal, mulai bermunculan, seperti

Flu Burung (Avian lnfluenza). Aids serta jenis-jenis penyakit mematikan lainnya.

Bahkan, tatanan sosial-ekonomi menjadi kacau balau karena sikap perilaku manusia

yang mengabaikan kejujuran dan amarah (perilaku koruptif dan perilaku manipulatif).

2.2 Kecerdasan Emosional (EQ)

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Daniel Goleman (1999) adalah salah seorag yang mempopulerkan jenis

kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat

mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yaki kecerdasan emosional, yang

kemudian kita mengenalnya dengan sebulan emosional Quotient (EQ). Goleman

mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali

perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan

dnegan orang lain.

Para pakar memberikan definisi beragam pada EQ, diantaranya adalah

kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk

menerima, memahami, dan mengelolanya. Menurut definisi ini, EQ mempunyai

empat dimensi berikut :

Page 7: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

1. Mengenal, menerima dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional)

caranya mampu membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan baik

melalui suara, ekspresi wajah dan tingkah laku.

2. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Caranya perubahan emosi

bisa mengubah sikap optimis menjadi pesimis. Terkadang emosi mendorong

manusia untuk menerima pandangan dan pendapat yang beragam.

3. Memahami dan menganalisa emosi. Mampu mengetahui perubahan dari satu

emosi ke emosi lain seperti berubahnya dari emosi marah menjadi rela atau

lega.

4. Mengelola emosi. Mampu mengelola emosi sendiri atau orang lain dengan

cara meringankan emosi negatif dan memperkuat emosi positif. Hal ini

dilakukan denga tapa menyembuhkan informasi yang disampaikan oleh

emosi-emosi ini dan tidak berlebihan.

2.2.2 Karakteristik Kecerdasan Emosional (EQ)

Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence

menuliskan bahwa berbeda dengan tes-tes untuk IQ yang sudah dikenal, sampai

sekarang belum ada tes tertulis tunggal yang menghasilkan nilai kecerdasan

emosional. Meskipun ada banyak penelitian mengenai masing-masing komponennya,

beberapa komponen seperti empah, paling banter diuji dengan mengambil contoh

kemampuan aktual seseorang sewaktu mengerjakan tugas tersebut. Namun, dengan

patokan bagi apa yang disebut resikonya ego yang agak mirip dengan kecerdasan

emosional.

Menurut Goleman, EQ yang baik bisa dan dapat dipelajari serta diraih seiring

dengan pertumbuhan seorang anak. Oleh karena itu, untuk mengetahui tinggi atau

rendahnya tingkat EQ pada anak dapat dilakukan sebanyak dua kali yaitu ketika anak

berusia sebelum 12 tahun dan ketika si anak pada usia 12 tahun.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional bawaan bisa berkembag atau rusak, hal ini tergantung

pada pengaruh yang diperoleh anak dimana kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa

datang dari orang tua, keluarga atau sekolah. Anak melalui hidupnya dengan potensi

yang baik untuk perkembangan emosinya, hanya saja pengalaman emosi yang

dialaminya di lingkungan anarkis atau tidak bersahabat menyebabkan grafik

perkembangan EQnya menurun. Sebaliknya, bisa saja seorang anak mempunyai EQ

bawaan yang rendah, namun Eqnya ini bisa berkembang dengan baik, jika ia dididik

dengan baik melalui pengalaman-pengalaman emosional yang ramah dan bersahabat.

Perilaku emosi cerdas yang diperlihatkan lingkungannya menyebabkan grafik Eqya

menjadi tinggi.

Para orang tua yang gagal mengajukan kecerdasan emosional kepada anak-

anak sebagai berikut :

1. Orang tua yang mengabaikan, yang tidak menghiraukan mengganggap sepi

ataupun meremehkan emosi-emosi negatif anak.

Page 8: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

2. Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis terhadap ungkapan

perasaan-perasaan negatif anak dan barangkali memarahi atau menghukum

mereka karena mengungkapkan emosinya.

3. Orang tua Laisez – Faire, yang menerima emosi anak dan berempati dengan

mereka tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-batas

pada tingkah laku anak tersebut.

2.2.4 Peran Kecerdasan Emosional (EQ) bagi Kehidupan

Emosi adalah kepalsuan, kemampuan dan keterampilan untuk menangkap

kecerdasan dan menilai serta megendalikan emosi diri sendiri, orang lain dan

kelompok. Aka tetapi definisi kecerdasan emosi masih merupakan rahasia yang

belum terungkap dan masih berubah-ubah. Kecerdasan emosi merupakan suatu

bangunan yang tersusun atas lima dimensi. Kelima dimensi adalah pengetahuan,

pengelolaan hubungan, motivasi diri, empati dan pengendalian perasaan atau emosi.

Kecerdasan emosi sendiri masih merupakan subjek penelitian yang mengungkapkan

kenyataan bahwa ia berbeda dari kemampuan kognitif atau teknis serta menggunakan

bagian otak yag berbeda pula. Kecerdasan emosi penting untuk menanganni situasi

yang bermuatan emosi, suatu kondisi yang sering terjadi. Ini barangkali adalah bagia

yang paling sulit dalam mengembangkan kecerdasan seseorang. Muatan dari emosi

negatif serta dampak dari kepercayaan diri, keberanian dan kejujuran dapat diperoleh

dengan baik melalui kecerdasan emosi.

Keterampilan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan emosi akan

membetuk seperangkat kemampuan pokok yang mempengaruhi banyak isu bisnis

yang vital bagi sensasi individu serta keberhasilan organisasi. Kecerdasan emosi

merupakan faktor yang paling jelas mengatur pola kehidupan. Kecerdasan ini penting

dalam pengelolaan emosi yang diperlukan untuk dapat membangun pola yang

berhasil. Pengembangan kecerdasan emosi sangat penting bagi keberhasilan tingkah

laku dan organisasi. Kecerdasan emosi merupakan penentu dalam pembentukan serta

keberhasilan hubungan dimasyarakat. Kecerdasan ini juga dapat menghilangkan

perasaan takut, cemas, dan marah yang menghambat dalam pengendalian emosi.

Kompotensi utama kecerdasan emosi yang membuat seseorang memiliki

kepribadian yang utuh adalah sebagai berikut:

1) Kesadaran-diri emosional. Seberapa jauh Anda mampu mengenai perasaan

sendiri

2) Ekpresi emosional : Kemampuan mengekspresikan perasan dan naluri

3) Kesadaran akan emosi orang lain : kemampuan mendengarkan, merasakan

atau mengintusikan perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh, maupun

petunjuk lain

4) Kreativitas : berhubungan dnegan berbagai sumberdaya non kognitif yang

gagal membantu menentuka ide baru, menemukan solusi alternatif dan cara

efektif melakukan sesuatu

5) Kegigihan / fleksibilitas : ulet dan tetap berhasrat serta berharap walaupun ada

halangan

6) Hubungan antarpribadi : menciptakan dan mempertahankan jejaring dengan

orang-orang yang bersamanya. Anda menjadi realitas yang utuh

Page 9: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

7) Ketidakpuasaan konstruktif kemampuan tetap tenang dan fokus dengan emosi

yang tidak meningkat sekalipun dalam perselisihan

8) Wawasan/Optimisme : positif dan optimistik

9) Belas kasihan/empat kemampuan.Berempat dan menghargai perasaan orang

lain

10) Intuisi : kemampuan mengenali, mempercayai, dan menggunakan perasaan

kuat yang muncul dari dalam, serta respons kognitif lain yang dihasilkan oleh

indera, emosi, pikiran dan tubuh

11) Kesengajaan : mengatakan apa maksud Anda dan tekad untuk melaksanakan

apa yang Anda katakan : bersedia tahan terhadap gangguan dan godaan agar

dapat bertanggung jawab atas tindakan dan sikap.

12) Radius kepercayaan : mempercayai bahwa seseorang itu “baik” sampai

terbukti sebaliknya : namun, tidak juga berlaku mempercayai seseorang

13) Kekuatan Pribadi yakin yang dapat menghadapi segala tantangan dan hidup

sesuai dengan pilihan.

2.3 Kecerdasan Spiriitual (SQ)

2.3.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Berangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan

intelektual maupun kecerdasan emosionalnyan, pada saat-saat tertentu, melalui

pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya manusia akan menyakini dan

menerima tanpa keraguan bahwa diluar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha

Agung yang melebihi apapun, termasuk dirinya penghayatan seperti itu menurut

Zakiah Darajat (1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan (Religious Experience)

Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai

kepada pengakuan atas keberadaan-Nya, namun juga mengaku-Nya sebagai sumber

nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh

karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh

kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara

individual maupun kolektif, secara simbodik maupun dalam bentuk nyata kehidupan

sehari-hari.

Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dan riset

yang dilakukan oleh Mishael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yang

dikembangkan oleh V.S Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God

Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual yang

terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat

fitrah manusia yang terdalam. Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya

melahirkan konsep kecerdasan spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang

berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih

bermakna. Dengan istilah yang disebut Spiritual Quotient (SQ).

Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk mengdahapi persoalan

makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Page 10: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

2.3.2 Karakteristik Kecerdasan Spiritual (SQ)

Jika anak balita memiliki SQ paling tinggi, dia jujur mengungkapkan sesuatu

berdasarkan apa yang ada di tolak hatinya. Bila tak suka, anak balita akan bilang tak

suka, tak memanipulasi jawabannya. Sejalan bertambahya usia, SQ akan menurun,

karenanya orang tua harus terus mengajarkan anak untuk mengembangkan SQ-nya,

misal mengajarjan anak bahwa kakak menolong adik bukan karena kewajibannya

sebagai kakak semata, namun dilandasi kasih sayang pada adik.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) secara umum dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

keyakinan dalam diri, potensi diri, dan kemauan dari diri tersebut. Selain faktor-

faktor tersebut peran keluarga dalam membentuk dan meningkatkan serta membina

kecerdasan spiritual ini sangat dibutuhkan. Apa yang keluarga tunjukan setiap harinya

akan membentuk pribadi anak tersebut. Kondisi yang mendukung seorang anak dalam

keluarga akan membuat kecerdasan spiritualnya terbentuk dan terbina dengan baik.

2.3.4 Peranan Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam Kehidupan

Menurut Zohar dan Marshal, Kecerdasan Spiritual (SQ) penting dalam

kehidupan. Ia menjelaskan bahwa seseorang yang SQ nya tinggi cenderung menjadi

pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk

membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain. Ia dapat

memberikan inspirasi terhadap orang lain.penjelasan ini juga berlaku terhadap

keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun karakter manusia

yaitu anggota keluarga yang mengilhami orang disekitarnya, dan meciptakan pribadi

utuh yang mampu bertindak bijaksana sehingga dalam keluarga tadi tercipta suatu

kesinambungan. Mengenai karakter manusia yang mengilhami dan memberikan

pengaruh positif berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini covey

menerangkan bahwa kemenangan publik di mulai dengan kemenangan pribadi.

Tempat untuk membangun hubungan apapun adalah di dalam diri sendiri, dalam

lingkungan pengaruh dan karakter. Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif,

berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mampu mengaplikasikan

integritas, maka ia pun dapat membangun hubungan saling tergantung, kaya,

langgeng dan sangat produktif dengan orang lain.

Kecerdasan spiritual mampu mengungkapkan yang abadi, yang asasi, yang

spiritual, yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga

mampu membimbing kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat

kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam keluar sehingga membuat manusia dapat

lebih benar, lebih sempurna, lebih efektif. Lebih bahagia dan menyikapi sesuatu

dengan lebih jerih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan

hidupnya.

Dengan kecerdasan spiritual pribadi akan memiliki pribadi utuh dan berpusat

pada prinsip yang benar. Apabila tindakan didasari dibimbing oleh yang benar maka

tindakan ucapan, dan sikapnya menjadi bijaksana dan penuh kebaikan.Individu yang

mampu mengembangkan kecerdasan spiritual akan memiliki prinsip dan cara

Page 11: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

pandang yang realistis, mampu menyatukan keragaman, mampu memaknai, dan

menstranformasikan kesulitan menjadi medan penyempurnaan dan pendidikan

spiritual yang lebih tajam dan matang.

2.4 Hubungan Antara IQ, EQ dan SQ

Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intellience menjelaskan

bahwa kunci sukses seseorag ternyata tidak hanya disebabkan tingginya IQ (Inteligence

Quotion) saja, ada faktor lain yang dapat membawa seseorang menuju kesuksesan, yaitu EQ (

Emotional Quotionale) atau kecerdasan emosional. Di dalam buku itu diceritakan yang pada

intinya bahwa ada percobaan yang dilakukan terhadap anak kecil, dimana untuk mendapatkan

sebuah kue yang enak, seorang anak harus berusaha dan menunggu terlebih dahulu. Dari

sekitar banyak anak, terdapat sedikit sekali yang akhirnya yang mendapat kue itu setelah

berusaha dan menunggu. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata anak-anak yang sabar

ini meraih kesuksesan lebih dibanding teman-temannya yang lain, setelah beberapa

pengkajian dan penelitian lebih dalam, para penelitipun berkesimpulan bahwa kecerdasan

emosionalnya yang dimiliki oleh seseorang menjadi kunci dalam keberhasilan seseorang.

Dewasa ini, ada perkembangan terbaru dalam menentukan faktor kunci keberhasilan

seseorang, yaitu Spiritual Quation (SQ). Teori ini berkembang setelah didapat banyak orang-

orang yang sukses ternyata mempunyai rohani yang kering. Mereka kehausan spiritual,

setelah mendapatkan apa yang mereka impikan bahkan apa yang semua di dunia ini impikan,

yaitu kekayaan berlimpah, ketenaran, kekuasaan, kedudukan yang tinggi. Mobil-mobil lux

mereka berjejer rapi di dalam rumah bak istana yang megah dan luas. Tetapi justru disitulah

mereka menemuka neraka di dalamnya, suami dan istri yang bertikasi sepanjang hari, anak-

anak yang berbius oleh dunia kelamnya. Tidak ada kedamaian di saat yang ada hayalah detik-

detik penantian menuju kehancuran penghuninya. Oleh karena itu selai IQ dan EQ yang

tinggi, dibutuhkan lain apa yang dinamakan kecerdasan spiritual (QS).

Selain itu, Ary Ginanjar Agustian seorang dosen, pengusaha, dan penulis buku

Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) dan ESQ power yang terkenal dengan pemikirannya

yang diberi nama ESQ, sebuah pemikiran yang menguak adanya kolerasi yang sangat kuat

antara dunia usaha, profesionalisme dan manajemen modern, dalam hubungannya dengan

intisari al-Islam : rukun Islam dan rukun Iman.

Menurut, IQ terletak pada fungsi otak neocortex , EQ terletak pada fungsi otak lymbic

system, sedangkan SQ pada fungsi otak godsport atau terletak pada temporallobe.

Penemuan IQ, EQ dan SQ menjadi syarat ilmiah bahwa kecerdasan spiritual sudah

ada dalam fungsi neroscience otak manusia. Namun kecerdasan intelektual saja tak cukup,

masih dibutuhkan apa yang disebut EQ, EQ menunjukkan bukti bahwa sangat berperan

penting didalam keberhasilan kita.

Sebuah lembaga pernah membuat penelihan. Mereka melihat data bank raksasa

bernama EQ inventory. Di sini dikumpulkan data-data seluruh orang sukses di mula bumi.

Hasilnya, ditemukan bukti bahwa kecerdasan intelektual hanya 6% membawa keberhasilan,

bahkan maksimum hanya 20 %.

Page 12: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

2.5 Penerapan IQ, EQ da SQ Dalam Kehidupan

IQ, EQ dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang hidup kita.

Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat, berasal dari proses :

1. Merumuskan keputusan atau eksekusi

2. Menjalankan keputusan atau eksekusi

3. Menyikapi keputusan atau eksekusi

Rumusan keputusan itu seharusnya didasarkan pada fakta yang kita termuka di

lapangan (apa yang terjadi) bukan berdasarkan pada kebiasaan atau preferensi pribadi suka

atau tidak suka. Kita bisa menggunakan IQ yang menonjolkan kemampuan logika berpikir

untuk menemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi resiko, melihat konsekuensi

dari setiap pilihan keputusan yang ada. Rencana keputusan yang hendak diambil merupakan

hasil dari penyaringan logika, juga tidak bisa begitu saja diterapkan, semata-mata demi

kepentingan dan keuntungan diri kita sendiri.

Bagaimanapun, kita hidup bersama dan dalam proses interaksi yang konstan dengan

oran lain. Oleh sebab itu, salah satu kemampuan EQ yaitu kemampuan memahami (empati)

kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi faktor penting dalam membimbing dan

memutuskan. Banyak fakta dan dinamika dalam hidup ini, yang harus dipertimbangkan,

sehingga kita tidak bisa menggunakan rumus logika matematis untung rugi. Kita pun sering

menjumpai kenyataan bahwa faktor human tosch turut mempengaruhi penerimaan atau

pendakan seseorang terhadap kita-salah satu contoh kongkrit di Indonesia budaya

“kekurangan” sangat ketal mendominasi dan mempengaruhi perjanjian bisnis atau bahkan

penyelesaian konflik.

Page 13: MEMFASILITASI KECERDASAN  PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

IQ merupakan kecerdasan untuk melakukan kemampuan menalar, merencanakan masalah,

berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. EQ merupakan

kemampuan untuk menyikapi pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami

dan mengelolanya. Sedangkan SQ merupakan kemampuan manusia yang berkenaan dengan

usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup lebih bermakna.

IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait

didalam diri kita. Ketiganya sangat diperlukan dalam menentukan kesuksesan seseorang. IQ

saja tidak akan cukup tanpa dibarengi dengan EQ dan SQ.

3.2 Saran-Saran

– Hendaknya kita memahami lebih dalam tentang pengertian, karakteristik, faktor dan

peran IQ, EQ dan SQ.

– Hendaknya kita memahami hubungan IQ, EQ dan SQ.

– Hendaknya kita menerapkan IQ, EQ dan SQ dalam kehidupan.