Membuktikan Keberadaan Allah

15
 MEMBUKTIKAN KEBERADAAN ALLAH WHY ATHEISM DOESN’T MAKE SENSE MAKALAH Ditulis oleh: Joice Limpo (12120080039 ) Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya 2009

Transcript of Membuktikan Keberadaan Allah

Page 1: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 1/15

 

MEMBUKTIKAN KEBERADAAN ALLAH

WHY ATHEISM DOESN’T MAKE SENSE 

MAKALAH

Ditulis oleh:

Joice Limpo (12120080039)

Fakultas Psikologi

Universitas Pelita Harapan Surabaya

2009

Page 2: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 2/15

 

MEMBUKTIKAN KEBERADAAN ALLAH

1. Pendahuluan

Sejak zaman dahulu, sudah terdapat orang-orang yang berusaha untuk 

mengingkari keberadaan Allah, atau paling tidak mengingkari kuasa yang dimiliki-

 Nya atas hidup seseorang. Akan tetapi, pemikiran ini berkembang bagaikan virus

yang dengan cepat menginfeksi manusia, terutama orang muda. Berpikir bebas dan

keterbukaan dalam mengemukakan pendapat sudah menjadi trend  di kalangan

masyarakat, bahkan sudah secara perlahan memasuki Indonesia. Hal ini bukanlah halyang buruk, namun demikian, begitu banyak orang muda yang berpikir yang

kemudian terjebak oleh berbagai teori sekuler.

Mungkin kebanyakan teori tersebut terlihat seperti sains, namun bila ditilik lebih

 jauh, akan diketahui bahwa teori itu terlalu muluk, bahkan untuk menopang dirinya

sendiri. Akan tetapi, didorong oleh keinginan dasar manusia untuk menolak Tuhan

dan dengan bujukan teori yang tampaknya seperti kebenaran biologi ataupun

astronomi, mereka mengubah status menjadi seorang ateis. Mereka berusahamenyingkirkan Allah dari dalam hidup mereka. Seorang ateis yang paling rendah hati

akan pada saatnya mengakui bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Allah

tidak ada, yang benar adalah dia tidak mau Allah ada, adapun Allah dia tidak akan

mau mengakuinya.

Untuk tujuan tersebut, penulis berusaha memaparkan bukti-bukti yang men-

ceritakan kebesaran Allah yang tersebar di seluruh bumi, agar yang membaca dapat

melihat, ada suatu titik kandas dalam berbagai teori yang tidak mengikutkan Tuhan di

dalamnya, seperti teori  Big Bang dan evolusi. Selain itu, penulis akan memaparkan

argumen-argumen mengenai kritik kaum ateis yang ingin membuktikan Allah tidak 

ada dengan mempertentangkan fakta-fakta yang terjadi di dunia dan sifat-sifat Allah.

Jatuh dalam kategori ini adalah keberatan mereka tentang penderitaan. Karena itu,

mari menilik lebih jauh tentang apa yang sesungguhnya terjadi, apakah kebenaran itu.

Semoga pembaca menikmati membaca tulisan ini sebanyak penulis menikmati

menyusunnya.

2

Page 3: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 3/15

 

2. Asal Muasal

Salah satu bukti kuat akan keberadaan Allah adalah keberadaan itu sendiri.

Mengapa ada banyak hal? Mengapa ada semesta, matahari, bumi, atau bahkan

kehidupan? Mengapa ada waktu dan ruang? Dari manakah semuanya datang? Dalam

menjelaskan mengenai asal-muasal segala sesuatu, manusia telah sampai ke titik 

stagnasi. Tidak ada penjelasan logis apapun tentang asal muasal segala sesuatu bila

tidak bermuara pada pengakuan akan adanya Allah, yang secara teliti dan brilian

mendesain segala sesuatunya dalam semesta ini. Banyak peneliti dan orang pintar 

dunia yang telah mengajukan berbagai macam teori, yang berusaha untuk menjauhkan

Allah ataupun mengingkari keberadaan-Nya, namun tidak ada satupun yang bertahan.

2.1 Asal Muasal Alam Semesta

Salah satu pertanyaan yang mutlak akan membawa kita pada pengakuan akan

keberadaan Allah adalah pertanyaan mengenai asal muasal semesta. Bagi orang-orang

yang tidak mengakui adanya Allah, atau dengan kata lain, ateis, akan berusaha

menyingkirkan segala pemikiran mengenai entitas supernatural yang mungkin ada.

Dalam hal ini, mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengingkari adanya Pencipta

yang menciptakan alam dan isinya sedemikian rupa, seperti yang tercatat dalam

Kejadian pasal pertama. Untuk menjelaskan akan keberadaan Allah, mari kita

mencoba memandang hal dari sudut seorang ateis, dan dengan sendirinya kita akan

menemukan berbagai kontradiksi dalam kerangka pikir mereka. Seorang ateis tidak 

akan dapat mempertahankan pendapatnya, sebab Allah memang benar-benar ada.

Sebelum memperdebatkan mengenai bagaimana alam semesta terbentuk,

 baiklah kita memperjelas bahwa alam semesta memiliki permulaan. Karena bila hal

ini belum dikonfirmasi, maka akan ada pendapat-pendapat yang berusaha

mengutarakan bahwa alam semesta tidak memiliki awal mula, karena itu, untuk apa

membicarakan mengenai penciptaan? Sebelum penemuan radiasi latar gelombang

mikro kosmik pada tahun 1965, para ilmuwan memegang keyakinan bahwa alam

semesta selalu konstan, tidak memiliki awal atau bahkan akhir.1  Penemuan radiasi

latar tersebut telah mengubah pendirian para ilmuwan dan telah diakui sebagai bukti

1 Lee Strobel, The Case for Faith (e-book), hlm. 63

3

Page 4: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 4/15

 

 bahwa alam semesta memiliki permulaan. Berdasarkan penemuan ini, dibangunlah

hipotesis mengenai teori Big Bang , sebagai penjelasan atas sebab terjadinya semesta.

Pada masa itu diyakini bahwa proses Big Bang adalah proses siklis, yang dapat terjadi

 berulang-ulang, di mana ketika semesta yang kini ditempati berakhir dan runtuh, akan

terulang kembali proses ’penciptaan’ dunia. Ide awal  Big Bang adalah semesta yang

terus meluas hingga terjadinya suatu ledakan besar, yang kemudian menyebabkan

terbentuknya sistem semesta. Dengan adanya sistem semesta dan gravitasi, perluasan

semesta akan melambat, hingga saatnya perluasan tersebut berhenti, dan bintang-

 bintang akan saling bertabrakan, dan kembali mengalami big bang .

Akan tetapi satu penemuan kembali mengguncang dunia kosmologi pada tahun

1998. Dua tim astronom yang telah mengobservasi supernova (ledakan bintang)

secara teliti selama 10 tahun menemukan bahwa perluasan semesta semakin cepat

  berlangsung seiring waktu.2  Apa implikasi penemuan ini? Ini membuktikan bahwa

 bilapun ada proses yang disebut   Big Bang, hal itu tidak mungkin terjadi secara

  berulang. Bintang-bintang tidak akan bertabrakan, dan tidak memungkinkan

terjadinya big bang  lagi. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa semesta ada

hanya satu kali, semesta memiliki satu permulaan, dan suatu saat semesta akan

 berakhir.3

Karena kita sudah dapat sampai pada kesimpulan bahwa alam semesta memiliki

 permulaan dan sedang menuju akhir, dan tidak akan terbentuk alam semesta baru,

marilah kita melihat masalah utamanya, bagaimana semesta diciptakan. Kaum ateis

yang dipaksa menerima kenyataan bahwa semesta memiliki permulaan kini

menghadapi tantangan baru. Sebab segala sesuatu yang memiliki permulaan pasti

memiliki sebab yang membuatnya bermula.4 Seorang ateis yang tidak percaya Tuhan

tentu tidak akan mengakui terjadinya penciptaan. Alternatif terbaik bagi mereka

adalah menggunakan teori   Big Bang , yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun

demikian, teori ini pun akan terbentur pada satu pertanyaan dasar yang tidak mungkin

terjawab, bila memang dunia berawal dari suatu ledakan besar, apa yang

menyebabkan terjadinya ledakan tersebut?5 

Serentetan peristiwa pasti memiliki serentetan penyebab pula. Dengan demikian,

 peristiwa pertama yang terjadi dalam waktu, atau dengan kata lain, permulaan semesta

2 Karen Fox, The Big Bang Theory: What it is, where it came from, and why it works, hlm. 1

3 “The Universe Will Expand Forever”, http://www.harvardhouse.com/Accelerating_Universe.htm4 Craig, W.L. Armstrong, W.S. God?: A Debate between a Christian and an Atheist, hlm. 55 Antony Flew, There is A God, hlm. 138

4

Page 5: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 5/15

 

 pasti juga memiliki sebab pertama.6 Sebab pertama yang mungkin hanyalah suatu

Oknum supernatural, yang tidak bermula karenanya tidak disebabkan oleh apapun,

tidak terikat oleh waktu dan kekal, karena Dialah yang menciptakan waktu. Karena

Dia juga menciptakan ruang, maka Dia pasti melebihi ruang, dan karena itu Dia bukan

materi seperti manusia. Lebih jauhnya lagi, juga dapat disimpulkan bahwa Dia adalah

 pribadi.7 Mengapa demikian? Mari coba kita pikirkan, di dunia yang kita tinggali, ada

suatu hukum yang berlaku tetap (tidak terpengaruh waktu), seperti suhu pembekuan

air, namun banyak pula yang bersifat tidak tetap dan terpengaruh oleh waktu. Yang

mungkin menciptakan hukum alam yang tidak berubah, sekaligus makhluk hidup

yang tidak kekal, hanyalah Pencipta yang berpribadi, yang dapat memilih sesuai

dengan kehendak-Nya untuk menempatkan ciptaan-Nya dalam pengaruh waktu atau

tidak.

Dibandingkan dengan penjelasan dan alur pikir ateis yang berujung pada dead-

end , adalah lebih logis dan rasional ketika kita melihat awal mula semesta dari sudut

  pandang biblikal. Kejadian 1:1, diawali dengan kata ”Pada mulanya...”,

mengimplikasikan bahwa semesta memiliki permulaan (terbukti pada tahun 1998),

dilanjutkan dengan ”Allah menciptakan langit dan bumi,” mengimplikasikan bahwa

ada Pencipta, satu-satunya penjelasan masuk akal terhadap sebab terjadinya semesta.

Apa yang diributkan dan menjadi bahan perbincangan hangat di antara para ilmuwan

telah sejak semula dijawab oleh Tuhan. Kesimpulan yang telah dicapai para ilmuwan

telah menunjuk kepada Tuhan Allah. Bilakah seorang masih mengatakan bahwa bukti

ini tidak cukup untuk mengetahui keberadaan Tuhan, baiklah kita beranjak kepada

 bukti berikutnya.

2.2 Asal Muasal Kehidupan

Setelah semesta telah ada dan bumi memungkinkan untuk ditinggali, ada

kehidupan di dalamnya. Inilah fakta, bahwa ada kehidupan di dunia, namun kembali

muncul pertanyaan mendasar, apa yang menyebabkan terjadinya kehidupan?

Mengenai asal muasal kehidupan, klaim kekristenan sudah teguh menyatakan bahwa

segala makhluk merupakan ciptaan Allah. Allah yang menciptakan adalah Allah yang

melebihi pikiran manusia, yang dengan luar biasa telah mengatur segala sesuatunya

6 Theodore Schick, Jr, The Big Bang Argument for The Existence of God, hlm. 27 Craig, W.L. Armstrong, W.S. God?: A Debate between a Christian and an Atheist, hlm. 5

5

Page 6: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 6/15

 

dengan tepat dan indah. Namun demikian, penjelasan apakah yang mungkin

ditawarkan oleh kaum ateis? Teori yang masih sering digunakan untuk meniadakan

Allah dalam hal permulaan kehidupan adalah teori evolusi dari Charles Darwin yang

terkenal.

Evolusi yang dibahas oleh Darwin adalah evolusi biologis, yaitu proses yang

menjelaskan tentang perubahan organisme dari waktu ke waktu. Secara lebih spesifik,

terdapat dua tipe evolusi biologis, yaitu mikroevolusi dan makroevolusi.8 Mikro-

evolusi merupakan evolusi yang terjadi dalam jangka waktu pendek yang meliputi

 perubahan-perubahan kecil. Mikroevolusi adalah prinsip yang memang terjadi dalam

dunia nyata, prinsip inilah yang dapat menjelaskan mengapa terdapat banyak variasi

 bunga dan hewan yang berasal dari perkawinan silang. Di sisi lain, makroevolusi

adalah evolusi yang terjadi dalam waktu yang sangat panjang yang melibatkan

  perubahan-perubahan besar. Dalam konsepnya ini, Darwin berhipotesis bahwa

kehidupan berawal dari sebuah organisme yang sangat sederhana, yang seiring waktu

 berevolusi menjadi organisme yang sangat kompleks.

Salah satu tantangan terbesar yang sulit dijawab oleh pemegang teori evolusi

adalah bagaimana sebuah semesta yang tidak memiliki pemikiran dapat menghasilkan

suatu organisme yang memiliki pemikiran kompleks, bagaimana mungkin dunia yang

ada (yang bukan diciptakan dengan tujuan tertentu) dapat menghasilkan manusia yang

terobsesi pada apa yang disebut dengan tujuan? Terlalu banyak bagaimana-bagaimana

lainnya yang dapat memojokkan seorang ateis hingga yang tersisa darinya adalah

dalih.

Kini, saatnya mengekspos pertanyaan terbesar bagi teori evolusi, bila organisme

kompleks merupakan hasil evolusi organisme sederhana, dari manakah asalnya

organisme sederhana tersebut? Dari manakah asal mula kehidupan? Di manakah

akarnya? Pertanyaan ini benar telah dijawab oleh sang teoris sendiri, dengan

menyebutkan bahwa kehidupan bisa berasal dari yang tidak hidup, misal bahan-bahan

kimia tertentu yang berada pada kondisi lingkungan yang tepat.9 Namun demikian,

apa yang disebutkan oleh Darwin tersebut bukanlah berasal dari penelitian, melainkan

dari sebuah spekulasi yang lahir dari pemikiran sederhana pada zamannya, di mana

orang menganggap bahwa belatung akan lahir apabila daging dibiarkan busuk. Baru

setelahnya ditemukan bahwa apa yang dikira lahir dari benda mati sesungguhnya

8 Greg Krukonis, Evolution for Dummies, hlm. 129 Lee Strobel, The Case for Faith (e-book), hlm. 59

6

Page 7: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 7/15

 

 berasal dari makhluk hidup, contohnya, belatung di daging yang membusuk bukan

 berasal dari daging itu, tapi dari lalat yang datang menghinggapi daging tersebut.

Karena itulah, jawaban Darwin ini sama sekali tidak valid, namun demikian

kenyataan ini tidak mencegah ilmuwan untuk membuktikan bisanya terjadi kehidupan

dari pencampuran bahan-bahan kimia.

Berbagai eksperimen telah dilakukan, dan yang paling berhasil di antaranya

adalah eksperimen Stanley Miller .10 Dari ide bahwa gas dan bahan kimia yang ada

 pada masa bumi primitif mungkin saja bereaksi dengan gas dari atmosfer bumi dan

menciptakan kehidupan, Miller mencobakannya pada laboratorium. Percobaannya

terbilang berhasil, memang terjadi reaksi antara gas-gas yang dihipotesiskan sebagai

komponen yang mengisi bumi pada zaman dahulu. Dunia ilmuwan terguncang, seolah

membuka pintu kemungkinan untuk menyingkirkan ’mitos’ tentang penciptaan.

 Namun tidak lama kemudian para ilmuwan kembali pada akal sehat mereka dan

menyadari bahwa gas yang digunakan dalam percobaan Miller tidak mungkin

ditemukan pada bumi zaman dulu. Gas-gas itu benar bereaksi, namun tidak ada

kemungkinan bagi reaksi itu untuk terjadi, karena gas tersebut tidak pernah bertemu

secara natural di bumi. Semuanya hanya dapat terjadi dalam eksperimen.

Konsep bahan kimia yang berinteraksi dan menghasilkan kehidupan adalah

suatu konsep yang mungkin terjadi, karena DNA manusia terdiri dari asam amino.

 Namun sayangnya, probabilitas terbentuknya protein yang membangun DNA dari

asam-asam amino tersebut hampir tidak ada. Karena itu, dapat dipastikan bahwa

kehidupan tidak mungkin terjadi karena kebetulan saja. Untuk membentuk satu

 protein saja dibutuhkan usaha yang melebihi jumlah atom yang ada di seluruh bintang

dari seluruh galaksi di dalam seluruh jagad raya yang kita kenal (1040.000 ),11 terlebih

lagi untuk membentuk satu sel yang terdiri dari rangkaian DNA, yang berisikan

 berbagai informasi yang kompleks yang dapat membuat sel tersebut bertahan hidup

dan bisa bereproduksi. Seorang awam pun mengerti bahwa adalah satu hal yang

mustahil untuk membentuk suatu makhluk hidup dengan kemampuan manusia yang

inteligen, apalagi hanya dengan kebetulan yang terjadi dalam alam yang sama sekali

tidak memiliki pikiran. Adalah suatu keanehan bagi seorang ilmuwan apabila setelah

mendalami keajaiban-keajaiban yang ada dalam tiap makhluk dan masih belum

menyadari bahwa semuanya dalah suatu rancangan. Rancangan itu terorganisir,

10 Stanley L. Miller (1953), “A Production of Amino Acids Under Possible Primitive Earth Condition”,Science vol. 117 hlm. 528

11 Ravi Zacharias, Jesus Among Other Gods, hlm. 48

7

Page 8: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 8/15

 

sistematis, dan memiliki tujuan. Rancangan itu dijadikan oleh sang Pencipta, yang

keberadaan dan inteligensi-Nya jauh di atas manusia. Sekali lagi, kita akan sampai

 pada kesimpulan bahwa investigasi yang jujur dan menyeluruh terhadap alam dan

kehidupan dalam dunia akan membawa kita pada pengakuan dan kekaguman akan

kebesaran sang Pencipta.

3. Penderitaan dan Kejahatan

Salah satu keberatan ateis yang paling sulit dijelaskan adalah mengenai

 penderitaan dan kejahatan. Penderitaan memang terjadi di dunia ini, bukan hanya di

satu tempat saja, tetapi secara universal, begitu pula kejahatan. Banyak orang yang

mengalami hal pahit dalam hidupnya, seperti kematian orang yang dicintai, menderita

  penyakit, hidup dalam kemiskinan, serta luka-luka hati lainnya. Banyak bentuk 

kejahatan yang terjadi, bahkan hingga yang rasanya tidak mungkin ada yang tega

melakukannya. Pembunuhan, perampokan, mutilasi, pemerkosaan, bahkan makan

daging manusia (kanibal), sudah terealisasi. Nampaknya, masyarakat dunia sudah

sangat bobrok secara moral dan hal ini membuat kita sulit percaya bahwa ada

Pencipta yang Maha Pengasih di balik semuanya itu. Kenyataan ini pun tidak semakin

mudah diterima dengan adanya bencana alam di mana-mana. Apa yang sebenarnya

terjadi? Apakah sesungguhnya dunia ini tidak diciptakan dengan kasih sebagai

tujuannya? Apakah Allah sesungguhnya bukan Maha Pengasih sehingga Dia tega

membiarkan manusia menderita, atau sebaliknya, Dia tidak Maha Kuasa sehingga

tidak mampu menolong? Tetapi sebelumnya kita harus mengajukan pertanyaan,

apakah eksistensi penderitaan dan kejahatan meniadakan eksistensi Allah?

Dalam menjelaskan mengenai penderitaan, seolah kita akan terbentur pada suatu

kesimpulan yang tidak logis, bagaimana mungkin dunia yang penuh penderitaan dan

kejahatan mengimplikasikan adanya Tuhan yang Maha Pengasih yang memiliki

segala kuasa dalam tangan-Nya. Dalam bukunya   Jesus Among Other Gods, Ravi

Zacharias mengidentifikasi dua pemikiran populer dalam menjelaskan eksistensi

 penderitaan yang kemudian bermuara pada pertanyaan mengenai eksistensi Allah.12

 Pemikiran 1: Allah Tidak Ada

12 Ibid., hlm. 76

8

Page 9: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 9/15

 

Karena penderitaan nyata terjadi, maka Allah yang pengasih tidak mungkin ada.

Penjelasan ini merupakan pilihan yang bahkan sulit untuk menjadi pilihan. Mengapa

demikian? Karena pada akhirnya, pernyataan bahwa adanya kejahatan dan

 penderitaan menghilangkan kemungkinan keberadaan Allah akan mengkontradiksi

dirinya sendiri. Mari kita berpikir. Disebutkan bahwa di dunia ini ada kejahatan, tapi

apakah yang dimaksud dengan kejahatan? Dengan standar apa orang menunjukkan

apa yang benar dan apa yang salah? Bila ada yang dikategorikan sebagai kejahatan,

tentu ada yang disebut dengan kebaikan. Bila ada kejahatan dan kebaikan yang terjadi

secara universal, maka ada standar moral yang juga berlaku universal. Bila ada

standar moral yang berlaku universal, mengimplikasikan adanya Kebaikan Tertinggi,

atau dengan kata lain, ada Tuhan yang menanamkan nilai moral itu pada setiap

manusia yang diciptakan-Nya. Sudahkah terlihat kontradiksi dari pernyataan ini?

Menjadikan penderitaan sebagai titik mula membuktikan ketiadaan Allah akan

 bermuara pada pembuktian adanya Allah.

  Namun demikian, masih terdapat pertanyaan yang tertinggal untuk dijawab.

Apakah adanya nilai moral harus mengimplikasikan adanya Tuhan? Sesungguhnya,

moral adalah suatu eksistensi yang tidak bisa dipelajari secara sains. Mengapa

demikian? Karena suatu sains bisa terjadi tanpa moral, contohnya, eksperimen tanpa

etika. Karena itu, ilmuwan tak dapat menjelaskan moral dan asal muasalnya. Namun

demikian, dapat dikonfirmasi bahwa standar yang sama berlaku pada seluruh

manusia. Seperti yang tertulis dalam Alkitab, hukum Allah tertulis dalam hati tiap-tiap

orang. Inilah standar yang dibicarakan di sini. Contohnya, seluruh orang di dunia akan

mengerti bahwa memutilasi anak kecil demi kesenangan pribadi adalah hal yang salah

untuk dilakukan. Mengapa salah? Mengapa jawaban banyak orang dari berbagai

kebudayaan bisa sama? Apakah semuanya hanya kebetulan? Sesungguhnya, bukti

mengenai eksistensi standar moral terlalu jelas untuk disangkal oleh kaum ateis

sekalipun.

Sekali lagi ditekankan, standar moral tidak mungkin ada bila tidak ada Pencipta

yang menuliskannya. Argumen ini dapat dirangkum dalam analogi yang digunakan

oleh Ravi Zacharias13:

•  Nilai moral objektif hanya ada bila Tuhan ada

•  Nilai moral objektif ada

13 Ravi Zacharias, The End of Reason, hlm. 56

9

Page 10: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 10/15

 

• Karena itu, Tuhan ada

Secara simpel, argumen ini akan sampai pada konklusi akan keberadaan Allah. Bila

ditinjau satu-persatu premis yang diberikan, tidak ada celah bagi seseorang bahkan

untuk menyatakan ketiadaan Allah, setidaknya tidak dari topik mengenai penderitaan.Setelah melihat akan adanya penderitaan mengacu kepada adanya nilai moral

objektif, dan pada akhirnya menyatakan adanya Tuhan, maka seorang penganut ateis

tentu tidak akan mengangkat topik ini sebagai titik mula perdebatan. Seorang ateis

sejati, yang bertindak sesuai dengan yang filosofi hidupnya, menurut analogi di atas

tidak akan melihat segala sesuatu sebagai baik ataupun jahat, karena mereka tidak 

akan mengakui adanya nilai moral yang objektif. Ketika orang tidak mengakui bahwa

ada perbuatan yang baik dan ada yang jahat, maka mereka bisa saja membenarkan

segala perbuatan mereka, bahkan yang terburuk sekalipun. Mereka akan merasa

memiliki kebebasan untuk memperlakukan manusia secara semena-mena, tidak ada

yang berhak menilai mereka. Karena implikasi inilah, seringkali orang memilih untuk 

meniadakan Tuhan, agar mereka tidak dihakimi oleh standar moral yang ada.

 Pemikiran 2: Menuntut Kontradiksi Allah

Pemikiran populer yang lain adalah menuntut kontradiksi dari Allah dengan

menanyakan ”Bila Allah MahaKuasa, mengapa tidak mengatur agar semua orang

melakukan hal yang baik, agar tidak ada kejahatan di dunia?”. Sebelum membahas

  pemikiran ini, mari kita menyamakan cara pandang. Allah adalah Maha Kuasa,

namun tidak dapat mengkontradiksi diri-Nya sendiri.14 Kedua pernyataan ini pun tidak 

 berkontradiksi. Sebaliknya, secara logika, karena keMaha Kuasaan-Nya lah, Allah

tidak mungkin melakukan  self-contradict , karena hanya makhluk yang tidak sempur-

nalah yang mungkin melakukan kesalahan seperti itu. Contohnya, Allah tidak dapat

Maha Ada, tapi dengan kuasa-Nya Dia membuat Diri-Nya menghilang.

Setelah sepakat dalam hal di atas, mari kita lanjut kepada pertanyaan

sebelumnya, mengapa Allah tidak mengatur agar semua orang melakukan hal yang

 baik sehingga tidak ada kejahatan? Dapatkah terlihat usaha untuk mengkontradiksi

Allah di sini? Ya, dengan pertanyaan ini seseorang jelas menginginkan agar Allah

yang memberikan kehendak bebas (  free will )    pada manusia untuk membatasi

kehendak tersebut dengan kuasa-Nya. Allah tidak bisa menciptakan manusia yang

14 Lee Strobel, The Case for Faith (e-book), hlm. 22

10

Page 11: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 11/15

 

 berkehendak bebas namun diatur dan dipaksa (dan tidak bebas lagi). Karenanya,

 pemikiran ini pun sampai ke titik kandas karena Allah tidak mungkin mengkotradiksi

diri-Nya sendiri.

 Namun demikian, ada baiknya bila kita mencoba melakukan simulasi dengan

menggunakan cara yang disebutkan dalam pemikiran ini. Bayangkan bahwa manusia

tidak memiliki free will , bayangkan bahwa setiap orang selalu memilih hal yang baik 

untuk dilakukan dan tidak sekalipun salah. Apa yang akan terjadi? Manusia akan

menjadi mesin, tidak ada kata pilihan dalam kamusnya, semuanya terjadi secara

otomatis. Dalam dunia seperti ini, mungkin saja tidak ada yang berbuat jahat. Juga

tidak ada penderitaan yang disebabkan kejahatan orang lain. Akan tetapi, kita pun

tidak akan menemukan cinta, yang merupakan nilai tertinggi dalam dunia ini, atau

setidaknya, cinta kehilangan maknanya. Mengapa? Karena cinta adalah sebuah

 pilihan, pilihan untuk mencintai dan bukan membenci. Apa yang akan kita rasakan

ketika orang yang kita cintai ternyata mencintai kita karena tidak memiliki pilihan

lain? Kita tentu akan bertanya, apakah itu benar-benar cinta.

Setelah bermain-main sebentar dengan imajinasi kita, tentu kita dapat melihat

 bahwa bahkan dunia hipotesis yang kita buat akan jatuh secara kualitas dibandingkan

dunia yang diciptakan Allah, meskipun sekarang dunia ini telah jatuh dalam dosa.

Inilah keterbatasan manusia. Skenario terbaik dari kita tidak akan sebaik yang

dirancang oleh Allah. Karena itu, mari kita beralih pada sudut pandang orang percaya,

 bagaimana seharusnya seorang Kristen memandang dan menjelaskan penderitaan?

 Pemikiran Kristen: Jawaban terhadap Penderitaan

Dalam wawancaranya dengan Peter Kreeft, Lee Strobel memaparkan jawaban

sang profesor mengenai bagaimana memandang Allah sebagai Maha Kuasa, Maha

Tahu, Maha Pengasih dan menyelaraskannya dengan kenyataan akan adanya

kejahatan dan penderitaan.15

• Allah Maha Kuasa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Allah adalah Maha Kuasa, namun tidak 

dapat mengkontradiksi diri-Nya. Allah Maha Kuasa, apakah Dia yang mencip-

takan penderitaan dan kejahatan? Bagi pertanyaan ini, Peter Kreeft menjelaskan

15 Ibid., hlm 21-25

11

Page 12: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 12/15

 

 bahwa Allah menciptakan potensi terjadinya kejahatan yang satu paket dengan

  penciptaan kehendak bebas manusia, namun manusialah yang merealisasikan

kejahatan itu sendiri. Karenanya, kesalahan terletak pada manusia, karena Allah

sudah melakukan bagian-Nya, dan adalah pilihan manusia untuk tetap setia pada

Allah atau justru menjauh dan mengkhianati-Nya. Melihat keadaan dunia

sekarang, sudah jelas terlihat keputusan yang dipilih manusia. Kejahatan yang

terjadi kini merupakan hasil dari pilihan manusia, untuk membunuh, memerkosa,

ataupun merampok.

• Allah Maha Tahu

Inilah sifat Allah yang sangat penting untuk dipahami agar kita mengetahui

misteri di balik penderitaan. Allah adalah Maha Tahu, mengimplikasikan bahwa

 bukan hanya masa kini yang diketahui-Nya, tetapi Dia dapat melihat jauh ke

depan. Dia tahu apa yang telah terjadi dan akan terjadi. Dia dapat mentoleransi

hal-hal buruk yang terjadi, seperti kelaparan, karena Dia dapat melihat adanya

kebahagiaan dan kebaikan yang lebih besar bila hal tersebut dibiarkan daripada

 bila Tuhan mengintervensi dengan mukjizat. Untuk menjelaskan poinnya, Peter 

Kreeft mengambil contoh tragedi terbesar dalam sejarah manusia yang berakhir 

  pada kebaikan terbesar, yaitu kematian dan kebangkitan Yesus. Yesus Kristus

mati di kayu salib, meninggalkan murid-murid-Nya yang tidak dapat melihat

adanya hal baik yang mungkin didatangkan dari penyaliban gurunya. Namun

demikian, pada akhirnya Yesus dibangkitkan dan membawa keselamatan bagi

seluruh bangsa. Karenanya, dapat disimpulkan bahwa penderitaan diizinkan oleh

Allah terjadi karena satu tujuan tertentu.

• Allah Maha Pengasih

Allah adalah Maha Pengasih, mengimplikasikan bahwa apa yang direncanakan

dan dilakukan-Nya akan bermuara pada kebaikan. Kebaikan menurut standar 

manusia tentu jauh berbeda dari yang dipandang Tuhan. Karena itu, apa yang

menurut pandangan manusia adalah hal yang buruk belum tentu buruk dalam

 pandangan Tuhan. Contohnya, ketika seorang ayah memperhatikan anaknya yang

masih kecil sedang berusaha menusukkan jarum ke brownies. Anaknya terus-

menerus gagal, dan bahkan beberapa kali menusuk jarinya sendiri. Sang ayah

semula ingin membantu ketika melihat anaknya berdarah, namun dia menahan

diri. Beberapa menit kemudian, usaha anaknya membuahkan hasil, dan dengan

12

Page 13: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 13/15

 

gembira ia menunjukkan hasil pekerjaannya kepada ayahnya. Di dalam kegem-

 biraan ini, sang anak sudah tidak memikirkan lagi jarinya yang ditusuk jarum

 beberapa kali. Ia berhasil melewati kesusahan itu dan kini telah berhasil. Apakah

tindakan sang ayah dengan tidak membantu anaknya yang tertusuk jarum adalah

tindakan yang buruk? Bila dipandang tanpa memperhatikan masa depan,

 jawabannya adalah ya. Namun ketika sang ayah menahan diri dan memberikan

kepercayaan pada anaknya untuk melewati kesusahan tersebut, kegembiraan dan

kebaikan yang didatangkan jauh lebih besar daripada bila sang ayah langsung

turun tangan membantunya. Cerita ini pun dapat dianalogikan pada hubungan

Tuhan dan manusia. Tuhan adalah ayah dan guru bagi kita, Dia berusaha

mengajarkan sesuatu pada kita melalui kesusahan yang kita alami.

Setelah membaca penjelasan Peter Kreeft, tentu pikiran kita sudah terbuka. Kita

 paham bahwa Tuhan dapat melihat lebih jauh daripada yang kita lihat. Karenanya,

kita pun paham bahwa penderitaan terjadi dalam hidup karena suatu tujuan baik, yaitu

 pertobatan. Pertobatan adalah suatu hal yang seringkali tidak dapat dilakukan oleh

manusia ketika dia berada dalam keadaan segalanya baik, kadang penderitaanlah yang

dibutuhkan seseorang untuk mau tunduk dan mengakui bahwa dia harus bergantung

  pada yang Maha Kuasa. Seperti yang dikatakan C.S Lewis, ’rasa sakit sebagai

megafon Tuhan adalah instrumen yang sangat buruk, yang mungkin membawa

manusia pada pemberontakan yang final dan tidak disesali. Tetapi rasa sakit adalah

satu-satunya kesempatan yang dimiliki orang yang berdosa untuk bertobat. Rasa sakit

menghilangkan selubung; rasa sakit menanamkan bendera kebenaran dalam benteng

 jiwa seorang pemberontak’.16 Rasa sakit, atau penderitaan merupakan megafon Allah,

untuk menyadarkan manusia dan membawanya pada pertobatan, karena hanya dalam

 penderitaanlah orang dapat serempak mencari Allah, setelah menyadari tak ada yang

mampu menolongnya selain Dia.

Akan tetapi, penjelasan di atas akan menimbulkan pertanyaan lain. Bukankah

Allah mencintai manusia, bukankah penderitaan manusia pun akan membuat-Nya

  bersedih? Bagaimana mungkin Allah bisa bertoleransi dengan semua penderitaan

yang terjadi di dunia, dari seluruh zaman? Bukankah akan terlalu berat bagi-Nya?

  Namun ternyata, yang berat bagi kita tidaklah tidak mungkin bagi-Nya. Allah

mungkin bertoleransi dengan semua penderitaan yang terjadi dalam sejarah manusia,

16 C.S. Lewis, The Problem of Pain, hlm. 93-94

13

Page 14: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 14/15

 

  bahkan pada kenyataannya, Dia telah menanggungnya. Penyaliban dan kematian

Kristus adalah peristiwa paling tragis dalam sejarah dunia, karena pada saat itulah

Tuhan menanggung segala penderitaan dan rasa sakit seluruh dunia dari segala

zaman. Penderitaan dan sakit yang terjadi karena kejatuhan manusia ke dalam dosa.

Bila kita kembali melihat peristiwa termulia dalam sejarah manusia itu, maka

kita akan tahu, Tuhan bukanlah Tuhan yang hanya akan melihat dari atas apa yang

terjadi pada manusia, dan bersedih akan penderitaan mereka. Dia adalah Tuhan yang

turun ke dalam dunia, bersedia merendahkan diri-Nya hingga mati di kayu salib,

kematian yang paling hina bagi seseorang. Penderitaan manusia yang mana yang

 belum pernah dirasakan-Nya? Dia pernah dikhianati, disiksa, dicaci maki, bahkan

saking menderitanya, Dia bahkan berseru pada Bapa, ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa

Engkau meninggalkan Aku?”. Tuhan adalah pribadi di mana kita dapat kembali pada-

 Nya ketika kita merasakan penderitaan. Dia tahu apa itu penderitaan, Dia pernah

mengalaminya, dan Dia tahu apa yang kita butuhkan.

Jadi, apakah jawaban Tuhan terhadap penderitaan? Jawabannya bukanlah

 penjelasan. Jawabannya adalah pribadi Tuhan sendiri. Setelah melewati segala aral

rintangan, segalanya tidak akan berarti ketika pada akhirnya kita bertemu dengan

Tuhan. Sama seperti Ayub, yang merupakan orang benar di mata Tuhan, namun tetap

mengalami begitu banyak penderitaan, pada akhirnya dia bertemu Tuhan dan

 bersukacita. Dia tidak lagi mengingat penderitaan itu, karena dia telah bertemu Tuhan,

sumber sukacita. Karena itu, ketika kita mengalami penderitaan, mungkin kita akan

merasakan bahwa hal itu sangat berat dan sulit, dan hampir tidak mungkin untuk kita

tanggung. Akan tetapi, ketika kita tetap teguh dan mengikuti petunjuk yang diberikan

Tuhan, maka kita akan menemukan-Nya, dan sukacita yang akan kita rasakan akan

membuat seluruh penderitaan tadi nampak sangat kecil. Dialah jawaban dari

 penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi. Dia tahu, Dia dapat mendatangkan kebaikan

 bahkan dari kejahatan.

4. Penutup

Setelah berpikir mengenai hal-hal yang dipaparkan penulis, bukanlah hal yang

aneh bila pembaca sampai pada kesimpulan, ateisme tidak masuk akal, bahkan ketika

mereka mengklaim akal sebagai sumber kebenaran. Premis-premis yang mereka

ajukan dengan usaha jelas untuk menyingkirkan Tuhan, seringkali akan berakhir pada

14

Page 15: Membuktikan Keberadaan Allah

5/9/2018 Membuktikan Keberadaan Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/membuktikan-keberadaan-allah 15/15

 

kontradiksi. Sekali lagi, hanya orang bodoh yang melakukan kesalahan seperti  self-

contradiction. Karena itu, menjadi seorang ateis bukanlah pilihan inteligen, namun

terkadang merupakan pilihan orang-orang yang belum berpikir secara menyeluruh.

Penulis berharap, agar dengan tulisan ini para pembaca dapat kembali berpikir,

manakah yang benar, pernyataan Tuhan itu ada, atau pernyataan Tuhan tidak ada,

dengan mempertimbangkan segala konsekuensi dan implikasi yang mungkin

dikandung dalam pernyataan tersebut. Setelah memandang secara menyeluruh, kita

akan sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Tuhan itu masuk akal, namun

seringkali melebihi akal manusia. Akan tetapi, bukti akan keberadaan Tuhan lebih

dari cukup bertebaran di seluruh jagad raya. Ilmuwan yang mempelajari alam ini pasti

lebih tahu dari siapapun, bahwa langit dan bumi menyatkan kebesaran Allah.

Referensi:

Craig, W.L. Armstrong, W.S. 2004. God?: A Debate between A Christian and An Atheist . New York:

Oxford University Press.

Flew, Antony. 2007. There is A God. USA: HarperCollins e-books.

Krukonis, Greg. 2008. Evolution for Dummies. Canada: Wiley Publishing, Inc.

Lewis, C.S. 1996. The Problem of Pain. USA: HarperCollins e-books.

Miller, S.L. 1953. A Production of Amino Acids Under Possible Primitive Earth Condition. Science,

vol. 117, p. 528.

Schick, Theodore. 1998. The ‘Big Bang’ Argument for the Existence of God . Indianapolis: Hackett

Publishing.

Strobel, Lee. 2002. The Case for Faith. USA: Zondervan e-book.

“The Universe Will Expand Forever”. http://www.harvardhouse.com/Accelerating_Universe.htm.

Diunduh tanggal 28 November 2009.

Zacharias, Ravi. 2000. Jesus Among Other Gods. USA: Zondervan Publishing House.

Zacharias, Ravi. 2008. The End of Reason. USA: Zondervan e-book.

15