Membran Basalis
-
Upload
noveva-ceno -
Category
Documents
-
view
15 -
download
4
description
Transcript of Membran Basalis
BAB 23 MEMBRAN BASALIS
Robert E. Burgeson
Perkembangan mengenai organisme multiseluler tergantung pada
ekspresi selektif dari gen spesifik atau suatu kelompok gen. Kejadian induktif
terjadi sebagai respon dugaan lokasi sel yang berhubungan dengan sel – sel
lainnya dalam organisme. Informasi posisi ini didapatkan dari permukaan sel
yang memperantarai komunikasi antar sel dan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan dapat mencakup sel – sel lain atau material ekstrasel, termasuk
makromolekul jaringan ikat. Program pengembangan yang paling awal
adalah sintesis dan polarisasi sekresi makromolekul ekstrasel spesifik yang
membentuk tingkatan pada perlekatan sel dan migrasi dan terbentuk sebagai
kumpulan diantara sel – sel pada tempat yang berbeda. Hal tersebut
menghasilkan penetapan penggolongan secepat perkembangan tahapan
gastrula dan dipertahankan hingga akhir hidup organisme tersebut. Karena
kematangan sistem organ yang berbeda – beda, matriks ekstraseluler khusus
berlanjut untuk mendukung tipe sel yang berdiferensiasi, menjaga arsitektur
jaringan selama remodeling dan perbaikan, dan dalam beberapa kasus,
dibutuhkan fungsi yang khusus, termasuk kemampuan sebagai barir
permeabilitas selektif. Struktur tersebut ditemukan selama perkembangan
dan pada organisme matur, yang diketahui secara kolektif sebagai membran
basalis.
Istilah membran basalis mengarah pada struktur ekstraseluler khusus
di bawah sel epitelial dan endotelial dan memisahkan satu sama lain atau
dari stroma jaringan ikat yang berdekatan. Bentuk lainnya dari membran
basalis mengelilingi sel otot polos. Dengan menggunakan mikroskop cahaya,
seluruh membran basalis memiliki komponen histokimia umum tertentu
yang didalamnya terwarnai kuat untuk karbohidrat dan area anionik.
Kompleksitas dan heterogenitas membran basalis dapat dilihat hanya
melalui mikroskop elektron. Secara ultrastruktural, membran basalis sering
terlihat sebagai struktur trilaminar, yang terdiri dari daerah elektron-densa
pusat, dikenal dengan lamina densa, berdekatan dengan sisi lainnya yang
tampak kurang densa, dikenal dengan lamina lucida, atau lamina rara.
Lamina lucida secara langsung berbatasan dengan membran plasma sel
adheren. Ketika membran basalis memisahkan sel – sel dari matriks jaringan,
area elektron translusen segera mendekati membran plasma yang disebut
lamina lucida interna, dimana sisi yang berlawanan dari lamina basalis
disebut lamina subbasal. Ukuran relatif dari tiap area ini bervariasi diantara
membran basalis jaringan yang berbeda, diantara membran basalis jaringan
yang sama dengan usia berbeda, dan sebagai akibat dari beberapa kondisi
penyakit. Sebagai contoh, membran basalis glomerulus trilaminar pada
manusia bervariasi panjangnya mulai dari 240 hingga 340 nm, dimana
membran basalis bilaminar pada sambungan dermal – epidermal sekitar 50
hingga 90 nm.
Variasi ultrastruktural diantara membran basalis dari jaringan yang
berbeda menyatakan bahwa perbedaan komposisi atau pembentukan
struktur tersebut menggolongkan secara spesifik fungsi fisiologis yang
berbeda. Meskipun seluruh membran basalis dipercaya berperan sebagai
substrat untuk sel yang berdiferensiasi, yang pasti satu, seperti membran
basalis glomerulus dan membran basalis barir darah-otak, berfungsi sebagai
alat filtrasi yang selektif. Permeabilitas yang selektif tidak diharapkan
menjadi fungsi yang utama dari membran basalis yang berada disekitar sel
otot polos atau di sambungan dermal – epidermal. Membran basalis ini
bervariasi panjangnya, dan beberapa erat hubungannya dengan struktur
ansiliar khusus.
Penelitian imunokimia dan biokimia terbaru menunjukkan bahwa
membran basalis yang berbeda mengandung baik itu komponen umum
maupun spesifik. Studi ini melaporkan suatu konsep bahwa membran basalis
memberikan struktur fibrilar dasar yang umum pada komponen
makromolekular spesifik. Komponen – komponen unik ini dipercaya
bertanggung jawab dalam struktur dan fungsi yang khusus dari membran
basalis yang berbeda.
Ultrastruktur Sambungan Dermal – Epidermal
Sambungan dermal – epidermal merupakan contoh bentuk membran
basalis yang sangat kompleks (lihat ref. 1 – 3). Bagian yang akan didiskusikan
terbatas pada bagian material ekstraseluler yang melandasi sel – sel basalis
dan meluas hingga lapisan dermis atas (Gb. 23-1a). Membran basalis yang
ditemukan pada lapisan ini berlanjut sepanjang dasar sel epidermis dan
anggota kulit, termasuk kelenjar keringat, batang rambut, dan kelenjar
sebasea. Pada bagian atas dermis, membran basalis tambahan mengelilingi
pembuluh darah kapiler dan saraf, tetapi struktur ini tidak akan dibahas
dalam diskusi saat ini. Sambungan dermal – epidermal dapat dibagi ke dalam
tiga zona yang berbeda. Zona pertama mengandung kompleks tonofilamen-
hemidesmosom sel basalis dan meluas hingga lamina lucida dan lamina
densa. Zona ke-dua berisi lamina densa itu sendiri. Zona ke-tiga meluas dari
lamina densa hingga bagian teratas dermis papilari. Tiap – tiap zona ini
mengandung struktur yang dibedakan dengan kriteria ultrastruktural,
biokimia, dan imunologik. Bagian dalam lamina lucida dan lamina subbasalis
mengandung struktur mikrofilamen yang berfungsi untuk mengikat sel
basalis dan matriks jaringan ikat dermal pada lamina basalis. Struktur
tambahan ini sering ditemukan pada membran basalis ektodermal dan dapat
meningkatkan tahanan melawan tekanan gesek permukaan.
Zona pertama sambungan dermal – epidermal merupakan tempat
melekatnya epitelium pada lamina basalis. Membran plasma sel basalis pada
area ini mengandung sejumlah plate tebal elektron yang dikenal sebagai
hemidesmosom. Gambaran dan pembentukan intraseluler sel basalis diatur
oleh struktur berfilamen halus yang disebut tonofilamen yang berada
sepanjang sel basalis dan masuk ke dalam desmosom dan hemidesmosom. Di
luar membran plasma terdapat lamina lucida berukuran 25 – 50 nm yang
berisi filamen – filamen anchoring, berdiameter 2 sampai 8 nm, tersebar
dalam membran plasma dan masuk ke dalam lamina densa. Filamen
anchoring dapat terlihat melalui lamina lucida tetapi terpusat dalam region
hemidesmosom. Secara ultrastruktural, filamen anchoring berperan
mengikat sel epitelial ke lamina basalis. Studi histokimia menunjukkan
bahwa filamen – filamen anchoring tidak dapat divisualisasikan dengan
mikroskop elektron setelah pencernaan jaringan dengan tripsin, kolagenase
bakterial, kolagenase kulit, atau ditiokritritol (yang merusak ikatan
disulfida). Data tersebut menunjukkan bahwa mikrofilamen ini mengandung
protein dan distabilkan oleh ikatan disulfida. Sensitifitas struktur ini
terhadap kolagenase mungkin menunjukkan bahwa filamen tersebut
mengandung kolagen atau, lebih seperti bahwa destruksi kolagen di lamina
basal mengacaukan strukturnya dan membuatnya tidak dapat diidentifikasi
oleh mikroskop elektron.
GAMBAR 23-1 (a) Ultrastruktur sambungan dermal – epidermal manusia
yang diperlihatkan melalui transmisi mikroskop elektron dengan fiksasi
standar dan protokol penempelan. MB, membran basalis; Ll, Lamina lucida;
Ld, lamina densa; Hd, Hemidesmosom; fa, filamen anchoring; FA, fibril
anchoring; PA, plak anchoring. Bar = 200 nm. (b) Ultrastruktur sambungan
dermal – epidermal manusia dengan transmisi mikroskop elektron dengan
protokol menggunakan fiksasi tekanan tinggi dan teknik penempelan.
Catatan untuk karakter densa kedua membran basalis dan dermis papilari di
dekatnya. Filamen anchoring, fibril anchoring, dan plak anchoring tidak
dapat dibedakan. (Kedua gambar diambil oleh Douglas R. Keene, RS. Shriners,
Portland, Oregon.)
Keberadaan lamina lucida in vivo dipertanyakan. Ketika ultrastruktur
membran basalis dievaluasi dengan teknik penjagaan tekanan tinggi, lamina
densa segera muncul untuk berikatan dengan permukaan sel epitelial. Ketika
sambungan dermal – epidermal dipersiapkan, lamina lucida tidak terlihat
(Gb. 23-1b). Bukti baru ini menunjukkan bahwa lamina lucida dapat
dihasilkan dari penyusutan permukaan sel jauh dari penyusutan lamina
densa akibat dehidrasi. Adanya filamen anchoring memutar lamina lucida
yang dapat dihasilkan dari perlekatan komposisi fibrosa lamina densa pada
hemidesmosom yang tertarik dari lamina basalis oleh adanya penyusutan.
Komponen lainnya yang juga erat tertanam pada keratinosit membran
plasma baik pada hemidesmosom atau pada tempat lainnya sepanjang
membran diantara hemidesmosom mungkin dapat berubah ke dalam ruang
penyusutan. Hal ini mungkin dapat terjadi untuk menempatkan laminin
secara lokal baik itu pada lamina lucida maupun lamina densa, karena
laminin dapat terikat pada membran oleh integrin yang spesifik. Tanpa
memandang keberadaan in vivo yang sebenarnya, evaluasi lamina lucida
dengan menggunakan teknik standar mikroskop elektron, persiapan
spesimen telah dapat mengidentifikasi struktur spesifik yang sebelumnya
sulit dideteksi.
Ultrastruktur pada zona ke-dua, lamina densa, telah dipelajari secara
luas dan ditinjau belakangan ini. Lamina densa terlihat sebagai suatu
struktur elektron-densa yang amorf dengan panjang 20 hingga 50 nm.
Lamina basalis dermal – epidermal terlihat mirip dengan analog struktur
pada organ lainnya. Dengan pembesaran tinggi, terlihat gambaran granular-
fibrosa. Komponen protein utama lamina basalis diketahui menjadi kolagen
tipe IV, tetapi struktur fiber kolagen membran basalis ini secara morfologi
berbeda dari ikatan fiber kolagen pada umumnya dalam dermis di
sekitarnya. Pada lamina densa, terlihat sebagai filamen dengan ketebalan
yang bervariasi. Proteoglikan heparin sulfat membran basalis terlihat sebagai
suatu set dua garis sejajar pada permukaan tali kolagen. Laminin juga
berhubungan dengan tali tersebut, yang terlihat sebagai garis bergelombang
halus.
Lamina subbasalis mengandung beberapa struktur mikrofibrilar. Tiga
dari struktur tersebut dapat dengan mudah dibedakan. Yang pertama,
dikenal sebagai fibril – fibril anchoring, terlihat sebagai agregat fibrosa padat
dengan diameter 20 sampai 75 nm. Pada resolusi yang tinggi, struktur ini
telihat memiliki pola ikatan striae-silang non-periodik yang mengingatkan
pada kolagen kristalit segmen-ruang-panjang (SLS) pewarnaan positif
(Gb.23-1a). Panjangnya fibril anchoring ini sulit diukur karena orientasinya
acak dalam bidang latarnya. Pada timbunan kulit, struktur ini memiliki
panjang sekitar 800 nm. Fibril – fibril anchoring dalam kulit manusia terlihat
lebih pendek. Fibril tersebut tidak ditemukan dalam membran basalis
pembuluh darah dan otot polos. Ekstremitas fibril anchoring ini terlihat
kurang padat, memberikan gambaran berjumbai. Bagian ujung proksimalnya
masuk ke dalam lamina basalis, dan ujung distalnya terhubung dengan
jaringan fibrosa dermis. Baru – baru ini, telah dipahami bahwa banyak fibril
anchoring pada lamina densa yang memasukkan ujungnya yang berlawanan
ke dalam struktur amorf, meniru fragmen membran basalis. Beberapa studi
serial telah memperlihatkan bahwa struktur ini merupakan “pulau” yang
berdiri sendiri dari material elektron-densa, lamina densa yang sangat
independen, yang kemudian disebut plak anchoring. Studi pencernaan enzim
memperlihatkan bahwa fibril anchoring sensitif terhadap pencernaan
kolagenase klostridial dan dipisahkan dari lamina basalis setelah diberi
perlakuan dengan kolagenase vertebrata. Fibril tidak efektif oleh perlakuan
dengan tripsin, klastase, atau ditioeritritol. Studi berikut menyatakan bahwa
fibril anchoring berkolagenase secara alami, meskipun tidak menunjukkan
ikatan periodik sebagai karakteristik fiber kolagen dermis. Fibril anchoring
secara primer mengumpulkan kolagen tipe IV.
Dua tipe mikrofibril tubular, dengan diameter 10 sampai 12 nm, telah
diidentifikasi dalam region lamina subbasal. Berdasarkan prosedur
pewarnaan histokimia klasik, telah diidentifikasi sebagai fiber elastis.
Komponen elastis dermis dibentuk dari mikrofibrilar dan komponen amorf.
Komponen mikrofibrilar dengan tidak adanya komponen amorf disebut
sebagai asitalein; komponen mikrofibrilar dengan adanya sedikit komponen
amorf didesain menjadi fiber klaunin; komponen mikrofibrilar dengan
adanya komponen amorf berlebih disebut dengan fiber elastik. Pada dermis
papilari, fiber oksitalan masuk ke dalam lamina basalis perpendikular
kemudian ke membran basalis dan meluas ke dalam dermis, dimana terjadi
penggabungan dengan fiber klaunin untuk membentuk suatu pleksus yang
sejajar dengan sambungan dermal – epidermal. Dua komponen elastik ini
terlihat kontinu dengan adanya fiber elastik dalam dermis retikular. Gradien
peningkatan komponen elastik yang amorf dari lamina basalis ke dalam
dermis retikular merepresentasikan suatu sistem peningkatan fiber elastik
yang matur. Identifikasi berkas filamen tubular sebagai komponen elastik
didukung oleh ketidakstabilannya terhadap pencernaan dengan elastase dan
sensitifitasnya terhadap tripsin dan pencernaan kolagenase. Penelitian
terkini telah menunjukkan bahwa semua struktur ini secara ultrastruktural
mirip dengan struktur mikrofibrilar yang berisi glikoprotein, fibrilin.
Dapat disimpulkan bahwa dalam ultrastruktur jembatan dermal –
epidermal, fungsi lamina densa sebagai suatu struktur tempat melekatnya ke
sel basal epidermal pada satu permukaan, diperkuat oleh filamen anchoring
yang meluas dari lamina basalis ke hemidesmosom membran plasma.
Hemidesmosom sebagai titik masuk untuk tonofilamen intraseluler yang
memperantarai sitoskeleton internal untuk sel basal. Pada permukaan yang
berlawanan, matriks elastin dan kolagen dari dermis juga terikat secara kuat
ke lamina densa. Interaksi fiber kolagen intersisial dengan lamina basal
diperantarai oleh suatu komponen kolagenosa, fibril anchoring, dan plak
anchoring. Sistem elastik dermis masuk secara langsung masuk ke dalam
lamina basal melalui fiber oksitalan. Kemudian, jembatan dermal – epidermal
memperantarai seri perlekatan yang kontinu komponen jaringan ikat utama
dari dermis retikuler dengan sitoskeleton internal sel basal. Observasi ini
menyatakan tiga fungsi utama lamina basalis epidermal: (1) memperantarai
fondasi struktural untuk memperkuat perlekatan dan polaritas sel basal
epidermal; (2) memperantarai suatu fungsi penghalang, memisahkan
komponen epidermis dengan dermis; (3) memperantarai perlekatan dermis
ke epidermis melalui suatu sistem elemen struktural yang kontinu.