Membangun Kualitas Pendidikan Islam

15
PendidikanAgama di Sekolah Membangun Kualitas Pendidikan Islam Melalui Profesionalisme Gum Oleh Sri Hanlngsih Pembantu Dekan II FIAI Ull Yogyakarta Pendahuluan Para ahli dimanapun juga, bersepakat bahwa pendidikan merupakan suatu modal yang sangat panting bagi suatu bangsa dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) bagi kebutuhan pembangunan di segala bidang. Arah dan tujuan pembangunan itu sendiri adalah untuk mencapal suatu tingkat kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya dengan mengejar ketertinggalan di berbagai bidang sesual tahapan- tahapan tertentu. Setelah hampir 19 tahun penerapan wajib beiajar 6 tahun atau lebih 8 tahun pelaksanaan wajib beiajar pendidikan dasar 9 tahun, kondisi sumber daya manusia Indonesia belum banyak berubah jika dillhat dari aspek beban dan sasaran pembangunan. Pengangguran yang mencapal sekltar 40% dari angkatan kerja, di samping karena krisis ekonomi dan sedikit menyentuh dunia polltik, juga sebagai bagian dari kegagalan pendidikan yang belum mampu melahlrkan generasi terampil dan kreatif. Kebanyakan para ahli juga menilai bahwa pendidikan di Indonesia maslh jauh dari harapan. Menurut Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, {Pikiran Rakyat, 17/01/2003), dengan melihat berbagai data tentang tingkat kemajuan pendidikan Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa konsep dan kebljakan melalui wajib beiajar belumlah terlalu mencapai hasil yang memuaskan. Angka dalam Susenas 1997, ditemukan bahwa ARM (Angka Partislpasi MurnI) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLIP) baru sekitar 60%. Angka buta huruf masih sekitar 10% dari penduduk umur 10 tahun ke atas. Kemampuan membaca murid Sekolah Dasar (SD) di Indonesia terendah di kawasan ASEAN. Dengan mengutip data dari The International Association for the Evaluation of Educational Achievement (lEA), Nanat Fatah Natsir menunjukkan bahwa hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat Sekolah Dasar di Indonesia, masih berada pada urutan ke 26 dari 27 negara peserta yang ditellti. Dalam tinjauan secara akademis siswa untuk tingkat SLIP, kemampuan llmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa SLIP Indonesia berada pada urutan ke-32 dari 38 negara peserta. Sedangkan dalam bidang matematika, siswa Indonesia menempati urutan ke-34 dari 38 negara, atau lebih rendah dari peringkat IPA. Ataudata yang lebih fantastis adalah hasil report dari Human Development Index (HDl), menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia hanya JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003 69

Transcript of Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Page 1: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

PendidikanAgama di Sekolah

Membangun Kualitas Pendidikan IslamMelalui Profesionalisme Gum

Oleh Sri HanlngsihPembantu Dekan II FIAI Ull Yogyakarta

Pendahuluan

Para ahli dimanapun juga,bersepakat bahwa pendidikanmerupakan suatu modal yang sangatpanting bagi suatu bangsa dalammenciptakan Sumber Daya Manusia(SDM) bagi kebutuhan pembangunandi segala bidang. Arah dan tujuanpembangunan itu sendiri adalah untukmencapal suatu tingkat kehidupanyang lebih baik dari yang sebelumnyadengan mengejar ketertinggalan diberbagai bidang sesual tahapan-tahapan tertentu.

Setelah hampir 19 tahunpenerapan wajib beiajar 6 tahun ataulebih 8 tahun pelaksanaan wajibbeiajar pendidikan dasar 9 tahun,kondisi sumber daya manusiaIndonesia belum banyak berubah jikadillhat dari aspek beban dan sasaranpembangunan. Pengangguran yangmencapal sekltar 40% dari angkatankerja, di samping karena krisisekonomi dan sedikit menyentuh duniapolltik, juga sebagai bagian darikegagalan pendidikan yang belummampu melahlrkan generasi terampildan kreatif.

Kebanyakan para ahli juga menilaibahwa pendidikan di Indonesia maslhjauh dari harapan. Menurut Prof. Dr. H.Nanat Fatah Natsir, {Pikiran Rakyat,17/01/2003), dengan melihat berbagaidata tentang tingkat kemajuan

pendidikan Indonesia, maka dapatdisimpulkan bahwa konsep dankebljakan melalui wajib beiajarbelumlah terlalu mencapai hasil yangmemuaskan.

Angka dalam Susenas 1997,ditemukan bahwa ARM (AngkaPartislpasi MurnI) Sekolah LanjutanTingkat Pertama (SLIP) baru sekitar60%. Angka buta huruf masih sekitar10% dari penduduk umur 10 tahun keatas. Kemampuan membaca muridSekolah Dasar (SD) di Indonesiaterendah di kawasan ASEAN. Denganmengutip data dari The InternationalAssociation for the Evaluation of

Educational Achievement (lEA), NanatFatah Natsir menunjukkan bahwa hasilstudi kemampuan membaca untuktingkat Sekolah Dasar di Indonesia,masih berada pada urutan ke 26 dari27 negara peserta yang ditellti.

Dalam tinjauan secara akademissiswa untuk tingkat SLIP, kemampuanllmu Pengetahuan Alam (IPA) siswaSLIP Indonesia berada pada urutanke-32 dari 38 negara peserta.Sedangkan dalam bidang matematika,siswa Indonesia menempati urutanke-34 dari 38 negara, atau lebih rendahdari peringkat IPA. Ataudata yang lebihfantastis adalah hasil report dariHuman Development Index (HDl),menunjukkan bahwa kualitaspendidikan di Indonesia hanya

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003 69

Page 2: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih, Membangun Kualitas Pendidikan islam Melalui Profesionalisme Guru

mendudukl perlngkat 102 .dari 106negara, bahkan berada di bawahVietnam. Atau hasil penelitian PoliticalEconomic Risk Consultation (PERC)menunjukkan bahwa Indonesiaberada di perlngkat 12 darl 12 negarayangditelltl.

Dalam hal Ini, bagalmana dengandunia pendidikan Islam?. Lebih kuranghampir sama, bahkan sebagian besardiantaranya dengan prestasi rata-ratadi bawah lembaga pendidikan umum.Asumsi ini dapat dibuktikan melaluitingkat kepercayaan dan minatmasyarakat terhadap lembagapendidikan Islam. Kecuail MIN danMTsN Malang, Madrasah IbtidaiyahCiputat atau juga MTsN SusukanKabupaten Semarang yang mampumengalahkan sekolah umum setingkatdi daerahnya, rata-rata minat dankepercayaan masyarakat .terhadapserpuajenjang pendidikan Islam, muialMadrasah Ibtidaiyah, MadrasahTsanawiyah sampai Madrasah Aliyah,dinilai rendah.

Sekolah-sekolah tersebut yangseluruhnya di bawah pembinaanDepartemen Agama Rl., umumnyamasih menjadi piiihan keduamasyarakat. Sebagian yangmenjadikannya sebagai piiihan utamalebih karena alasan finansial bahwalembaga pendidikan Islam lebih murahdi banding sekolah umum, apalagiyang masuk dalam jajaran sekolahfavorit. Atau sebagian kecll lainnyakarena alasan ketergantunganemosional, Ke-lslaman. Tapipertlmbangan keduanya tidak dalamwllayah kualitas.

Guru dan Keharusan Kualitas

Dimana letak persoalan pokokakan rendahnya kualitas pendidikan

Islam? Di antara sejumlah masalahyang ada seperti keluhan klasikkurangnya sarana-prasarana,hambatan dana pengembangan danlain-lainnya, satu persoalan yangsangat penting sebagaimana banyakdisinggung para pakar adalahrendahnya rata-rata kualitas guru.Sebagaimana ditegaskan Nanat FatahNatsir (PR, 17/01/2003), kaiau inginmemperbaiki kualitas pendidikanIslam, maka kualitas guru sebagaisektor utama pendukung pendidikan,harus mendapat prioritas untukdiperbaiki.

Oleh karena itu, Prof. Dr. S.Nasution, MA. (1 983:1 08)menempatkan posisi guru dalamkedudukannya yang istlmewa, danmasyarakat mempunyai harapan-harapan yang tinggi tentang perananguru. Harapan-harapan itu, tentu tidakdapat diabaikan oleh guru, bahkandapat menjadi norma yang turutmenentukan perilaku guru dan kualitaspendidikan.

Guru adalah lampu dalamkegelapan dan menjadi embun yangmenghilangkan kehausan. Artinya,guru berada pada posisi prinsipildalam penyelesaian masalah-masalahkualitas pendidikan. Dari sini makadapat dipahami, bahwa gurumerupakan salah satu kunci pentingyang menentukan maju-mundurnyasuatu bangsa, karena guru merupakanbagian dari sosok yang berjuangdalam proses pencerdasan danpembentukan kepribadlan bangsasecara berkualitas.

Persoalan kecerdasan, karenaguru berada dl sekolah dan sekolah(lembaga pendidikan • dimana guruberada) selama ini dianggap sebagaisatu-satunya institusi yang

70 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003

Page 3: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

membangkitkan intelektual anak.Dalam kaitan dengan kepribadian,karena di llngkungan sekolah adapengajaran, pembimbingan danketeladanan. Namun guru bukanlahsosokyang pandai, karena orangyangberintelegensi tinggi biasanya tidakmenjadi guru, tapi lebih memilihprofesi lainnya. Guru juga bukanseorang ulama yang segala tingkahlakunya dapat diukur dengan ajaranagama, tapi guru harus tampil sebagaiteladan, minimal menurut standar nilaiyang dianut masyarakat.

Ditinjau dari segi bidang tugasbeserta segenap tuntutan karenanya,guru merupakan profesi yang amatmulia sekaligus paling berat secaramoral. Menurut "kemuliaan", makawajarlah jika banyak kalanganmasyarakat yang bercita-cita menjadiguru. Namun tanggungjawab gurutampak begitu berat, berikut aturan-aturan moral guru yang harusdipenuhi, sehingga banyak orang tidakberangan-angan untuk menjadi guru.

Sesungguhnya, jabatan gurusebagai pekerjaan,- tidak bisadilepaskan sebagai alat mencarinafkah. Sebagaimana dikatakan S.Nasution (1983:108) sekalipunpekerjaan guru selalu dipandangdalam hubungannya dengan idea!pembangunan bangsa dan gurudiharapkan sebagai manusia idealistis,namun guru sendiri tidak dapat tidakharus menggunakan pekerjaannyasebagai alat untuk mencari nafkahbagi keluarganya.

Namun di dalam pekerjaansebagai guru, ada tuntutan dansekaligus tanggungjawab, karena didalamnya menyangkut nasib anak-anak bangsa. Masyarakat tidak dapatmenerima pekerjaan guru semata-

PENDIDIKANAGAMA DISEKOLAH

mata sebagai mata pencaharianbelaka sejajar dengan pekerjaantukang kayu atau saudagar. Pekerjaanguru menyangkut pekerjaan anak,pembangunan negara dan masadepan bangsa (S. Nasution,1983:108).

Dari sinilah dinilai, bahwakeberadaan guru sangat pentingdalam dunia pendidikan, karenapendidikan merupakan satu-satunyajalan yang dipakai untukmeninggalkan keterbelakangan. Guruyang profesional adaiah guru yangmampu melakukan semua itu, sesuaipengharapan dan tanggungjawabnya.Dalam kaitannya dengan keberadaanguru sebagai tenaga profesional,maka sudah selayaknya jika gurumelaksanakan tugasnya secaraprofesional pula. Sebagai komponenmanusiawi, maka wajar jika gurumenggunakan jabatannya untukmencari nafkah. Namun tidak berarti di

dalamnya hanya ada ikatan materialsemata, tanpa dibarengi dengantanggungjawab profesi.

Menurut Sardiman AM

(1986:123), pada setiap diri guruterletak tanggungjawab untukmembawa para siswanya pada suatukedewasaan dan kematangantertentu. Dalam taraf inl, maka guru disamping menjadi pendidik jugasekaligus menjadi pembimbing.Sebagai pendidik dan pembimbing,maka guru seharusnya dapatmengantarkan peserta didik untukmencari tahu tentang bagaimanabelajar hidup. Langkahnya bukanhanya sekedar menunjukkan sejumlahpengetahuan dan daiil-dalil ilmu,kecerdasan dan keterampilan.

Demikian juga pendidikanmoralnya, yang bukan sekedar soal

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003 71

Page 4: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih, Membangun Kualitas Pendidikan Islam Melalui Profesionalisme Guru

pengetahuan baik-buruk dengansegala reslkonya, tetapl memperolehpengalaman tentang balk buruk.Sebagalmana dikatakan Abdul MunirMulkhan, (2002:45). guru bukansekedar pemblmbing anak-anak agarbisa membaca,* tetapl bagaimanamembaca sebagai cara belajar In!artlnya seorang guru harus selalu slapmelakukan perubahan danpenlngkatan dalam penguasaan llmu,strategi pembeiajaran dan berbagalprosedur lainnya sesuai kemajuanzaman. Namun selama inl

pembeiajaran tidak lebih sebagaiindoktrlnasi semata.

Dalam rangka meningkatkankualitas pendidikan kita, maka mautIdak mau guru juga harus mampuuntuk senantlasa meningkatkankualltasnya. Langkah tersebutseharusnya tIdak hanya menungguadanya program-program singkatyang diadakan lembaga tertentuseperti dlklat atau penataran, tetapdapat dliakukan dengan autodidaksebagai langkah peningkatprofesionallsmenya.

Penlngkatan kualitas personalguru, merupakan tuntutan profeslonalkarena guru dalam melaksanakantugasnya senantlasa menggunakanteknik dan prosedur yang landasanutamanya adalah Intelektual(Sardiman AM., 1986:131). Untukmembangun landasan tersebut, makaharus ada suatu proses yangdisengaja, terencana, dan denganketulusan dlpergunakan untukmembangkitkan sisi Intelektualitasdan moral anak didiknya.

Sebagai tenaga profeslonal, guruperlu menyikapi llngkungan dengankesediaan melakukan perubahan,penyesualan dan penlngkatan

Intelektual dan sistem pembeiajaransecara terus menerus. Guru yang balkdan bermotlvasi tulus seharusnya tidakmengalami kejenuhan atau stagnasidalam meningkatkan kemajuan diridengan sesuatu yang baru dalam ilmupengetahuan.

Bila tenaga profeslonal sepertiguru mengalami kejenuhan ataustagnasi, maka sesungguhnya latelahberhenti menjadi guru, karena gurujuga berperan sebagai agenperubahan. Sebagalmana dikatakanSardiman AM., (1986:133-134), bahwatenaga profeslonal seperti gurudituntut untuk selalu berkembangwawasan dan intelektualnya.

Konsep ProfeslonalMenurut Ahmad Tafsir (1992:108),

kata profosionallsme diartikan sebagaipaham yang mengajarkan bahwasetiap pekerjaan harus dliakukan olehorang yang profeslonal dibldangnya.Orang yang professional iaiah orangyang memllikr profesi atau keahliantertentu, yang dikuasalnya secaramendalam. Oleh karena itu, AhmadTafsir, (1992:108-112), menjelaskanbahwa seorang prefesional adalah:1. Profesi harus mengandung

keahlian. Artinya suatu profesi Itupast! ditandai oleh suatu keahlianyang khusus untuk profesi itu dandiperoleh dengan caraniempelajari secara khusus,karena profesi bukan "diwarisi".

2. Profesi dipillh karena panggiianhidup dan dijalani sepenenuhwaktu. Profesi dipilih karenadirasakan sebagai kewajiban dansepenuh waktu atau full time danbukan partf/me.

3. Profesi memiliki teori-teori yangbaku dan universal. Artlnya profesi

72 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IX Tahun VI Desember2003

Page 5: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

itu dijalani berdasarkan aturanyang jelas. dikenal umum danteori terbuka dan secara universal

sebagai rujukan yang diakul.4. Profesi adalah untuk masyarakat,

bukan untuk diri sendiri.

5. Profesi harus dilengkapi dengankecepatan diagnostic dankompetensi apiikatif. Kecakapandan kompetensi diperlukan untuk 4.meyakinkan peran profesiterhadap kiiennya.

6. Pemegang profesi memiiikiotonomi daiam melakukan tugasprofesinya.Otonomi ini hanyadapat diuji atau diniiai oieh teman-teman seprofesi.

7. Profesi mempunyai kode etikyang 5.iazim disebut kode etik profesi.

8. Profesi mempunyai kiien yangjeias yaitu orang yangmembutuhkan iayananDaiam konteks ini, maka profesi

dapat dipahami sebagai suatu bidangkerjayang berdasarkan panggilan jiwasebagai wujud rasa menyukainya(bukan terpaksa) dan mempunyaisistem kerjayang jeias, sistematis, danterencana. Mengacu pada batasanoperasional arti profesi sebagaimanayang disebutkan di atas, maka periupuia dijeiaskan kriteria profesisehingga dapat disebut sebagai suatubidang profesi tertentu. Kriteria-kriteria dimaksud antara lain:

1. Memiiiki suatu keahiian yangkhusus, yang tidak dimiiiki oiehprofesi lain dan harus diperolehdengan cara mempeiajarinyasecara khusus.

2. Harus diambil sebagaipemenuhan panggilan hidup. 6.Oieh karenanya dikerjakan fulltime(penuhwaktu).

3. Profesi memiiiki teori-teori yang

PendidikanAgama di Sekolah

baku secara universal. Artinyaprofesi itu dijalani menurut teori-teori yang baku dan bukan bersifatuntuk sementara, sehingga kitadapat mengatakan bahwa profesiseseorang dapat dikatakan beiummemenuhi syarat untuk disebutsuatu profesi kaiau tidakmempunyai teori baku.Profesi adalah untuk masyarakat,bukan untuk diri sendiri. Artinyaprofesi itu merupakan aiat daiammengabdikan diri kepadamasyarakat, bukan untukkepentingan diri sendiri sepertiuntuk mengumpuikan uang ataumengejar kedudukan.Profesi harus dilengkapi dengankecakapan diagnostic dankompetensi apiikatif. Kecakapandiagnostik dapat diiihat padadisipiin limu tertentu sepertikedokteran. Meskipun demikian,ada juga sebagian ada profesiyang kurang jeias kecakapannya.Hal ini kemungkinan disebabkanoieh beium berkembangnya teoridaiam profesi itu. Sedangkompetensi apiikatif di sinidimaksudkan kewenanganmenggunakan teori-teori yangada di daiam keahliannya.Penggunaan sesuatu Itu didahuluidengan diagnosis sehinggakecakapan diagnostic memangtidak dapat dipisahkan darikewenangan apiikatif. Seseorangyang tidak mampu mendlagnosistentu tidak berwenang melakukanpekerjaan apapaun terhadapkiiennya.Pemegang profesi memiiikiotonomi daiam melakukan

profesinya. Otonomi daiam hai Inidipahami bahwa profesinya hanya

JPIFIAI Jurusan Tarb'iyah Volume IX Tahun VI Desember2003 73

Page 6: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih, Membangun Kualitas pendidikan Islam Melalui profesionalisme Guru

dapat dan boleh diuji oleh teman-teman seprofesi, tidak oleh semuaorang, termasuk llntas profesl.Hal in! tidak dipahami secarakaku, namun karena teorl-teorlkeilmuan maka suatu profesitidak dapat dibicarakan semuaorang .

7. Profesi hendaknya mempunyaikode etik, sebagai pedomanmelakukan tugas profesi. Kodeetik ini tidak akan bermanfaat bilatidak diakui oleh pemegangprofesi dan juga oleh masyarakat.Kode disini diartikan sebagaiaturan, sedangkan etik artinyakesopanan, tetapi dalamimplementasinya kode etik tidakhanya berfungsi sebagai aturankesopanan. Pelanggaran kodeetik dapat dituntut Pengadilan.

8. Profesi harus mempunyai kiienyang jelas. Kiien di sinimaksudnya adalah pemakai jasaprofesi. Pemakai jasa kedokteranadalah pasien orang sakit atauorang yang tidak Ingin sakit.Sedangkan kiien guru adalahsiswa atau murld. Di sisi lain ada

profesi yang kliennyakurang jelasatau sangat umum seperti profesidakwah. Ini berbeda denganprofesi guru yang di tuntut adaparameter keberhasilannya yangjelas dapat dievaluasi.

9. Profesi memerlukan organisasiprofesi. Hal ini diperlukan untukmeningkatkan mutu profesitersebut melalui jalinankerjasama. Misalnya dalam forumpertemuan profesi secara periodikmenerbitkan media komunikasiseperti jurnal, majalah bulletindanlain sebagainya. Melalui mediaseperti ini, teori-teori baru dapat

dikomunikasikan kepada teman-teman seprofesi. Banyak hal yangdapat dan sebaiknya dilakukanoleh organisasi tersebut untukkepentlngan profesi terkait.

10. Mengenali hubungan profesinyadengan bidang-bidang lain.Sebenarnya tidak ada aspekkehidupan yang hanya ditanganioleh satu profesi. Profesipengpbatan bersangkutan eratdengan masalah-masalahkemasyarakatan, ekonomi,agama bahkan politik. Olehkarenanya dokter selayaknyamengetahui komponenprofesinya, sehlngga dapatmenjalin hubungan denganprofesi lainnya untuk mendukungkeberhasilan profesinya.

Dari pandangan yang demikianmaka terlihat dengan cukup jelas,bahwa suatu profesi bukanlahpekerjaan sampingan, tetapimempunyai kecenderungan kearahspesialisasl. Oleh karena itu, untukmempertegas ruang lingkup profesi,dapat dipersempit untuk hanyaberpedoman pada teori yangberkaltan dengan masalahnya saja.Namun hendaknya dilakukanpendalaman materi untukmeningkatkan teori-teori dalam suatuprofesi tersebut, dan tentupendalaman non teori untukmenemukan aspek yang mendukungkeberhasilan profesi tersebut. Hal inidiperlukan karena diharapkan mampumelayani kliennya dengan balk danbenar.

Senada dengan apa yangdisebutkan di atas, suatu pandanganyang iebih praktis menyatakan, bahwaseseorang yang professional dalam

74 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IX Tahun VI Desember2003

Page 7: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

suatu profesi tertentu akanmenghasllkan pemikiran-pemikirantertentu dan karyayang kuat. Kekuatanitu terbentuk karena pemikiran-pemikirannya di dasarkan pada sUatusistem pengetahuan yang telahdibakukan oleh dunia ilmu

pengetahuan, atau masyarakat ilmlahdaiam bidang stud! tertentu (GemaPendidikan, 1993:1).

Dari sinllah suatu profesi dapatdipertegas sebagai suatu bidang kerjayang jeias dan dengan tanggungjawabyang tidak bercampur aduk denganyang iainnya, sehingga profesi adaiahsebuah tanggungjawab dankemampuan mengerjakannya denganbenar mengantarkannya untuk dapatdisebut profesionai.

Profesionalisme Guru

Profesi dipahami sebagai suatukeahiian daiam melaksanakan suatu

pekerjaan. Di daiam Isiam, persoalantersebut juga merupakan sesuatuyang sangat ditekankan, sehinggadilaksanakan dengan satukecenderungan semata-mata karenaperintah Aiiah. Hal ini berarti bahwapekerjaan sebagai suatu profesi,menurut isiam dilakukan untuk atau

sebagai pengabdian kepada duaobyek; pertama pengabdian kepadaAliah, dan kedua pengabdian kepadamanusia atau kepada yang lainsebagai obyek pekerjaan tersebut.

Di sisi lain, krrteria pengabdiandaiam islam lebih kuat dan

komprehensif dibanding paparanyang tersebut di atas, karenapengabdian daiam Islam terkandungdua aspek yaitu untuk kemanusiaandan dikerjakan untuk Allah (ada unsurtransenden). Pernyataan tersebutdapat menjadikan pengamaian profesi

PendidikanAgama di Sekolah

daiam Islam lebih tinggi nilaipengabdiannya dibandingkan denganpengamaian profesi yang tidakdidasari keyaklnan Iman kepada TuhanAllah. Sebagaimanadisebutkan daiamIslam bahwa setiap pekerjaanhendaknya dilakukan secaraprofesionai yakni dilakukan secarabenar oleh orang yang benar-benarahii di bidangnya seperti disebutkandaiam sebuah hadits yaitu:

AJUiiJl ...

oljj ^ jjlu li

Rasuluiiah bersabda : "... apabilasuatu urusan (pekerjaan) dikerjakanoleh seseorang yang bukan ahilnya,maka tunggulah saat kehancurannya(hadis riwayatBukhori).

Hadits di atas menggambarkanbahwa suatu pekerjaan harusdikerjakan oleh orang yang menguasaibidang tersebut dan ini tentu berkaitanpuia dengan dunia pendidikan yang didalamnya ada unsur guru sebagaitenaga profesionai. Artinya, bliaseorang guru yang melaksanakantugas profesi atau mengajar tanpamemiiiki aspek profesionalitas daiambidang keguruan, maka yangmenerima akibatnya adaiah siswa.Oleh karenanya, kita dapat memahamidengan jelas bahwa guru sebagaitenaga profesionai harus mendalamisecara benar aspek profesionalitasdengan impiementasi yang dapatditerima masyarakat daiam koridorrahmatan liPalamin.

Daiam kaitan dengan Itu, AhmadTafsir (1992:114) menjeiaskanindikator syarat-syaraf terhadap suatu

JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003 75

Page 8: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih, Membangun Kualitas Pendidikan Islam Melalui profesionalisme Guru

pekerjaan yang dilaksanakan secaraprofessional dan memenuhl kriteriaIslami tentang hal tersebut. Aspeknyameliputi : (1) Muslim, (2) Mempunyaikemampuan dan kecakapan yangdlperlukan, (3) Loyal terhadaplembaga atau Instansi yang terkait didalamnya, dan (4) Dapat memenuhlpersyaratan khusus yang disepakatibersama, sepertl yang khususnyaberkaitan dengan pendidikan danpengajaran.

Untuk hal tersebut, deskripsikemampuannya meliputi : (1)Menguasai bahan bidang stud! dalamkurikulum sekolah dan apllkasi bidangstudi terkait dan memllih serta

menggunakan (2) Menguasaiprogram belajar mengajar, sepertlmerumuskan tujuan pembelajarankhusus, mengenal dan dapatmenggunakan metode mengajar yangbalk dan benar, memllih danmenyusun prosedur Instrukslonalyang tepat, melaksanakan programpembelajaran yang telah disusun,mengenal kemampuan anak didlkserta merenoanakan dan

melaksanakan pengajaran remedial(remedial teaching). (3) Mengelolakelas, mulai mengaturtata ruang kelasuntuk proses pembelajaran sampaidengan menclptakan iklim belajarmengajar yang serasi dan konduslf. (4)Menggunakan media meliputiimengenal dan menggunakan sumberatau referensi, membuat alat-alatbantu pelajaran sederhana,menggunakan dan mengelolalaboratorium dalam rangka prosesbelajar mengajar, mengembangkanlaboratorium, menggunakanperpustakaan dalam proses belajarmengajar. (5) Menguasai landasan-landasan kependidikan. (6) Mengelola

interaksi belajar mengajar. (7) Menllaiprestasi siswa untuk kependidikan danpengajaran. (8) Menguasai fungsi danprogram pelayanan dan bimblngan disekolah, menyelenggarakan programlayanan dan bimblngan di sekolah. (9)Mengenal dan menyelenggarakanadministrasi sekolah dan, (10)Memahami prinslp-prinsip dalammenafsirkan hasil-hasil penelitlanpendidikan dan keperluan pengajaran.

Untuk dapat mewujudkankeseluruhan kemampuan untukmemenuhl aspek profesionalitasseorang guru, maka dlperlukan suatukemauan yang dibangun berdasarkankemampuan profesional dalampayung ilmu profesi yang telahdiperolehnya. Dalam lingkup yanglebih sempit, secara garis besar adatiga tingkatan kualifikasi profesionalguru sebagal tenaga profesionalkependidikan. Tiga tingkatandimaksud adalah:

Pertama, tingkatan capablepersonal. Dalam hal ini, gurudiharapkan memiliki pengetahuan,kecakapan, 'keterampllan dan sikapyang mantap serta memadal,sehingga mampu mengelola prosesbelajar-mengajar secara efektif.Kedua,tingkatan sebagal inovator. Sebagaltenaga profesional kependidikan, guruharus memiliki komitmen terhadap.perubahan dan reformasi. Di sampingpenguasaan terhadap pengetahuan,kecakapan dan keterampllan, jugasebagai personal yang responsifterhadap pembaruan sekaligusmenyebarkarinya melalui Ide ataugagasan-gagasan yang efektif. Ketiga,menempatkan diri sebagai developer.Guru, selain menghayati kualifikasiyang pertama dan kedua, maka dalamkedudukannya sebagai developer, la

76 JPIFIAIJurusan Tarbiyah Volume IXTahun VIDesember2003

Page 9: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

juga harus memiliki visi keguruan yangmantap dan dalam perspektif yangluas. Selanjutnyamampu dan bersediasecara perspektif dan prospektifmenjawab tantangan-tantangan yangdihadapi oleh lingkungan pendidikansebagai suatu sistem {Sardiman AM.,1986:133-134).

Pemahaman atas sikap di atasdan keterbukaan diri terhadap aspekyang dikandungnya, maka guru dapatmelaksanakan fungsl didlknya denganbalk, sesuai jatidiri yang integratif(ilmuan dan pembaru). Selain itu,eksistensinya sebagai tenagaprofesional dalam jabatan guru, telahresponsif dan adaptif terhadapkemajuan, dalam upaya mengangkatkualitas pendidikan kita yang masihterpuruk di tingkat paling bawah.Kesemuanya ini ada di tangan guru,sesuai keberadaannya sebagai salahsatu komponen penting dalammengangkat kualitas duniapendidikan yang ditekunlnya.

Dengan demikian, guru sebagaisatu komponen dari mikrosistempendidikan, sangat startegis danmenentukan keberhasiian dalam

proses pendidikan secara luas,khususnya dalam pendidikanpersekolahan. Oleh karena Itu, sangattegas harapan-harapan yangdiietakkan di pundak guru di dalamupaya untuk meningkatkan kualitaspendidikan dan karenanya dapatdipahami bahwa keberadaan gurudengan kuaiitasnya, mempunyaihubungan yang cukup signifikandengan perwujudan kualitaspendidikan yang dibinanya, sekalipunsesungguhnya dipahami puia bahwateramat banyak komponenmikrosistem pendidikan yang Ikutmenentukan kualitas pendidikan

PENDIDIKANAGAMA DI SEKOLAH

tersebut.

Untuk mengantlsipasi asumsitersebut di atas, Prof. Dr. Suyanto(2000:27) saiah seorang praktisi danpakar pendidikan, mengemukakankonsep guru yang efektif sebagaisoiusi dalam mereaiisasikan

pendidikan yang berkuaiitas yangmenjadi tanggungjawab guru. Acuanyang diajukan Suyanto antara lain:

Pertama, guru memilikikemampuan yang terkait dengan iklimkelas seperti: (a) memiliki kemampuaninterpersonal, khususnya kemampuanuntuk menunjukkan empati,penghargaan kepada siswa danketuiusan; (b) memiliki hubungan baikdengan siswa; (c) secara tulusmenerima dan memperhatikan siswa;(d) menunjukkan minat dan antusiasyang tinggi dalam mengajar; (e)mampu menciptakan atmosfer untukbekerja sama dan kohesivitas dalamkeiompok; (f) melibatkan siswa dalammengorganlsasikan dan merencana-kan kegiatan pembelajaran; (g)mampu mendengarkan siswa danmenghargai hak siswa untuk berbicaradalam setiap diskusi; dan (h)meminimalkan friksl-frlksi di kelas jlkaada.

Kedua, memiliki kemampuanyang terkait dengan startegimenejemen seperti: (a) memilikikemampuan secara rutin untukmenghadapi siswa yang tidak memilikiperhatlan, suka menyela, mengalihkanpemblcaraan dan mampu memberi-kan transisi dalam mengajar siswa; (b)mampu bertanya atau memberikantugas yang memerlukan tingkatanberpikiryang berbeda

Ketiga, memiliki kemampuanyang terkait dengan pemberian umpanbalik dan penguatan (reinforcement),

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IX Tahun VI Desember2003 77

Page 10: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

SRI haningsih, Membangun kualitas pendidikan IslamMeului profesionalisme Guru

yaitu : (a) mampu memberikan umpanbalik yang positif terhadap responsiswa; (b) mampu memberikan responyang membantu kepada siswa yanglamban beiajar; (c) mampumemberikan tindak ianjut terhadapjawaban yang kurang memuaskan;dan (d) mampu memberikan bantuankepada siswayang diperiukan

Keempat, memiiiki kemampuanyang terkait dengan penlngkatan diri,antara iain : (a) mampu menerapkankurikuium dan metode mengajarseoara Inovatif; (b) mampumemperiuas dan menambahpengetahuan metode-metodepengajaran; dan (c) mampumemanfaatkan perncanaan keiompokguru untuk menciptakan metodepengajaran.

Berkenaan dengan kuaiitas guruini, ada tiga dimensi umum yangmenjadi kompetensi tenagakependidkan yaitu:1. Kompetensi personal atau pribadi,

artinya seorang guru harusmemiiiki kepribadian yangmantap yang patut diteladani.Dengan demikian seorang guruakan mampu menjadi seorangpemimpin yang menjaiankanperan: ing ngarso sung tulodo.ingmadya mangun karso, tut wurihandayani.

2. Kompetensi profesionai, artinyaseorang guru harus memiiikipengetahuan yang iuas,mendaiam dari bidang studi yangdiajarkannya, memilih danmenggunakan berbagai metodemengajar di daiam proses beiajarmengajar yang diseienggarakan-nya.

3. Kompetensi kemasyarakatan,artinya seorang guru harus

mampu berkomunlkasi seoarabaik dengan siswa, sesama guru,maupun dengan masyarakat iuas(flaka don/:1980)

Untuk membahas tentang guruseoara iebih detail terutama aspekprofesionaiitas, ada satu model yangdapat diiakukan sebagai upayapenlngkatan kemampuan profesionaiitas guru yaitu dengan konsep CAR.{Collaborative Action Research).Sebagaimana yang dikemukakanSuyanto (2000:29) yaitu denganmenggunakan model GAR yaitu gurumasa depan diharapkan pahampenelitian; termasuk guru agamayang diharapkan mampu merieiitipermasalahannya dan menoari soiusidaiam persepktif metodoiogispengajaran yang menjaditanggungjawabnya.

Periu diketahui bahwa model iain

seperti penataran guru di berbagaijenjang pendidikan telah menjadikebijakan pemerintah untukmeningkatkan profesionalisme guru,dipandang kurang efektif. Pandanganini didasarkan pada kenyataan bahwamodel tersebut mengharuskan gurumeninggalkan jam mengajar danpelaksanaan penataran biasanyakurang memotivasi peserta penatarandaiam inovasi potensi keguruannya.Penlngkatan profesionalisme guruseoara terus menerus memang

merupakan prasyarat penting bagiproses pemerataan dan penegakankualitas pendidikan nasionai yangseiaiu bersifat dinamik. Seiama inipengambiian kebijakan berasumsibahwa pola penlngkatan profesionalisme guru melaiui berbagai bentukpenataran memiiiki nurturant effectyang positif bagi praksis pendidikan.

78 JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IX Tahun VI Desember2003

Page 11: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

baik secara mikro maupun makro.Oleh karena Itu, peningkatan

profesionalisme guru masa depanperlu memanfaatkan pendekatan yangbersifat kolaboratif. Maksudinya, gurudiarahkan kepada penelitian dengankonteks kultural sekolah dimana gurumengajar, sehingga guru dapatmerumuskan masalah yang dihadapisecara bersama, kemudian guru diajakmencoba merumuskan dan

melakukan langkah-langkahsolusinya. Selanjutnya guru diajakmelakukan refleksl terhadap solusiyang disepakati dan akhirnya diajakmelakukan pengembangan prosespembeiajaran sesuai dengan temuanCAR yang mereka lakukan bersamapihak kedua.

Model CAR Ini sebagai alternatifpenataran guru yang memilikilegltimasi yang kuat, baik dilihat danaspek akademik maupun settingcultural sekolah. Model CAR jugadapat digunakan untuk menlngkatkanprofesionalisme guru secara lebihbermakna bahkan dapat dikatakanmenjadi jembatan yang efektifterhadap kesenjangan antara tuntutanteori dan tuntutan praktis profesi guru.Dalam model CAR guru diajakberkolaborasi untuk melihat berbagaiproblem pembeiajaran yang dijumpaidl kelasnya. Apabila problem tersebutdapat diseiesaikan melalui penelitiankolaboratif, berarti guru yangbe/sangkutan secara sadar dapatmelihat permasalahan yangsebenarnya dan juga dapatmemecahkan permasalahan Itubersama kolaboratornya

Menurut Suyanto (2000:32),model CAR sebagai alternatif yangmenyempumakan model penataran,memiliki beberapa keunggulan.

PENDIDIKANAGAMA D!Sekolah

Pertama, perencanaan dapatdilakukan secara bottom up sehinggaakan membuat guru lebih memilikikomitmen terhadap persoalan yangdihadapi. Kedua, CAR tetap relevandengan konteks sekolah karena ladilaksanakan dari dan oleh guru disekolah yang bersangkutan melaluikerja sama dengan kolaborator.Ketiga, guru tidak harus meninggalkankelas sehingga para siswa tidak akandlrugikan.

Mengingat keunggulan tersebut,maka sudah saatnya lembaga-lembaga yang bertugas membina danmembangun komitmen guru dalammenlngkatkan kualitasnya sebagaikesinambungan menlngkatkankualitas pendidikan, untukmengajukan CAR sebagai salah satualternatif pengganti penataran guruyang di seienggarakan secarakonvensional Konsep CAR dapatdiberlakukan sebagai prosespemberdayaan tenaga kependldlkandi semua sektor, dan bahkan perlu puladiperkenalkan sejak calon gurumenjalani pendidikan keguruan, agarmemiliki kesepahaman dankesinambungan dengan profesi yangakan di jalaninya kelak.

Guru di Lembaga Pendidikan IslamBagi lingkungan lembaga

pendidikan Islam, masalah yangdihadapi tampak lebih berat,mengingat kualifikasi gurunya.Sebagaimana dikatakan Ghulam FaridMalik (2000:60) bahwa datamenunjukkan lebih dari separuh gurudi lembaga pendidikan sepertiMadrasah, kebanyakan tidakmempunyai syarat minimal yang telahditentukan. Lebih dari separoh gurunegeri di Madrasah Tsanawiyah

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IX Tahun VI Desember2003 79

Page 12: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih. Membangun Kualitas Pendidikan Islam Melalui profesionalisme Guru

mlsalnya, hanya lulus darl sekolahlanjutan menengah atas. Sekitar 5%mempunyal ijazah D1, sementarah'anya sepertiga' mempunyalpersyaratan 03 atau lebih tinggl.Ditambahkan, terdapat ketidak-sesuaian antara kualifikasi gurudengan mata pelajaran yang diajarkan.StudI ini menunjukkan bahwa 60%guru yang mengajar Bahasa Inggris,IPAdan Matematika di Madrasah, tidakmempunyal kualifikasi untuk matapelajaran tersebut.

Guru yang tidak mempunyalsyarat kualifikasi akan menjadimasaiah yang serius dalampencapaian tujuan penggunaankurikulum baru. Hal ini karena gurumelaksanakan:

1. Penilaian dan evaluasi kemajuansiswa: Guru dengan jelas

•mengartikan kriteria evaluasiuntuk siswa, menilai kemajuansiswa secara berkala maupunsewaktu-waktu. Penilaian yangmengenal perbedaan individual,merancang dan mengevaluasiujian dengan tepat, evaluasiperkembangan dan prestasi siswasejaian dengan tujuan program,pertahankan sistem pertang-gunganjawab kemajuan siswadan penyelesaian tugas, memberimasukan balik tentahg kemajuansecara berkala pada siswa,memelihara catatan tertulls

dengan balk, menjagakomunikasi terbuka denganorangtua tentang kemajuansiswa, laporan berkala kepadaorang tua tentang kemajuansiswa.

2. Pengelolaan ruang kelas,kedislplinan dan ikilm motivasibelajar: Guru rnembuat peraturan .

ruang kelas dengan jelas,konsisten dengan prakteksekolah, utamakan tujuanakademis atau prestasi, tentukanharapan yang tinggl untuk siswa,mempermudah keikutsertaan danpartisipasi siswa, mudah pula darisatu ke lain kegiatan, tentukanperilaku yang balk dan akibatnyauntuk perilaku buruk, pantauperilaku siswa, tanggap secaraefektif untuk antisipasi gangguan,secara aktif tingkatkan interakslpositif guru-siswa, bangunkekompakan kelompok, terima,jelaskan dan didukung ide siswa,pantau kebiasaan kerja siswa dandibimbing bllaperlu dan Iain-Iain

3. Lingkungan ruang kelas : Gurumenyesuaikan lingkungan fisikdan peralatan untuk menlngkat-kan suasana belajar mengajar,memberikan kemudahan untuk

memberikan gambaran dan kerjasiswa, memperhatikan keadaanyang menunjang kesehatan dankeselamatan siswa, menyusundan mengatur ruang kelassehingga mempermudah belajardan memperkecil gangguan.

4. Pengembangan profesi : Gurumempertahankan prestasi profesiyang positif dengan tem.ansejawatnya, selalu meningkatkankualitas di bidang studispesialisasinya dan menglkutiperkembangan pendidikan masakini memanfaatkan kesempatanmenglkuti pendidikan tugasbelajar, ikut serta dalampengembangan profesi padaKKM, berbagi pemikiran, bahandan metode dengan temanseprofesi, berbagi peningkatan

• efektivitas program

80 JPIFIAIJurusan Tarbiyah VolumeIXTahun VI Desember2003

Page 13: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

pengembangan sekolah,konsultasi ke guru, kepala sekolahdan tenaga ahli untukmemperbaiki proses belajarmengajar, tentukan standarprofesi integritas danpertumbuhan perorangan dansikap terhadap kritik membangundalam petemuan {Ghulam FaridMalik. 2000:60-62).

Beberapa komponen lain yangperlu diperhatlkan untuk meningkat-kan profesionalitas guru padalembaga pendidikan agama sepertiMadrasah, selain dituntut memilik!kemampuan akademikyang memadaluntuk mengembangkan dan memilikiilmu yang tepat, juga dituntutprofesional sehingga mampumengaplikasikan ilmu danpengetahuan yang dimilikinya dalamproses belajar mengajar demikepentingan pesertadidiknya.

Sebagaimana yang dikemukakandalam Warta Guru (1999), bahwaseorang guru yang professionalmemiliki ciri-ciri : (1) berfungsi sosial(mengabdi masyarakat), (2)menguasai benar suatu ilmu, (3)memiliki keahlian dan keterampilandalam tingkatantertentu, (4) mendapatpendidikan yang relatif lama dipeguruan tinggi, (5) memilikikebebasan untuk menentukan

keputusan sendin dalam memecahkansesuatu di iingkup kerjanya, (6)berpegang teguh pada kode etik yangdikontrol oleh organisasi profesidengan sanksi tertehtu, (7) mampumemberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat yangmembutuhkan, (9) memiliki prestiseyang tinggi dan berhak mndapatkanimbalanyang iayakatas keahliannya.

PendidikanAgama di Sekolah

Dalam kaitannya dengankeberadaan guru di lingkunganpendidikan Islam, tingkat konslstensiterhadap profesi menjadi lebih luaskarena ia berada di lingkungan yangmenggunakan standar nilai sangattinggi. Untuk itu, di samping dia harusprofesional; memenuhi persyaratanbaku, juga harus menunjukkanketeladanan yang dibangu'nberdasarkan nilal ajaran agama.

Di bagian lain, guru menurutpandangan Islam adalah sosok yangsecara solid harus menjadi contoh danselalu dapat mengembangkan diridengan perubahan zaman, sehinggadapat menjelaskan perubahan itusendiri menurut tuntunan agama.Artlnya, di samping memenuhikualifikasi, juga berkembang dengansenantlasa menlngkatkan kualltasuntuk kepentingan prpfesi dankeilmuan yang harus diterjemahkansebagai pertanggungjawaban yangharus dipikulnya. Tingkatprofesionalltasnya itu diharapkandapat berdampak posltif dalammenlngkatkan mutu pendidikan dlMadrasah, karena adanya kreatlvitas,tanggungjawab, dan Inovasi gurudalam tugasnya.

Reword sebagai MotlvasiDengan mengacu pada konsep

pengembangan profesi gurusebagaimana yang diuraikan di atas,maka perlu juga diperhatlkan problem-problem yang menjadi gejala akhir-akhlr ini, karena dirasa adakesenjangan yang signlfikan bagi paraguru dalam kaitannya dengan rewordyang diterima, yaitu apa. yang disebutdengan transisl demokrasi. Beberapaaspek yang bisa dianalisis denganberbagai pendekatan untuk

JPIFIAI Jurusan Tarbiyah Volume IXTahun VI Desember2003 81

Page 14: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Sri Haningsih,Membangun Kualitas pendidikan Islam Melalui Profesionalisme Guru

memahami persoalan transisidemokrasi, sekaligus sebagai prosesInstabilltas dan disintegrasl yangmelekat di daiamnya termasuk dldalamnya problematika yang dialamiguru pascareformasi inl.

Berbagai peristiwa seperti "aksidemo" para guru yang sempatmengemuka, leblh mungkin terjadlkarena adanya "anggapan" kettdak-seimbangan, ketldakadilan pengambilkebljakan dl negara in! berkaitandengan reword yang diterima guru.Analisis in! penting dikedepankansebagai upaya untuk berpartislpasidalam proses transisi sekaligusmencari solusi dan mengantisipasiberbagai kemungkinan yang bisamenyebabkan proses transisi menjadikontra produktif terhadap sistem idealyang diobsesikan oleh pemerhatipendidikan saatini

Persoalan yang mengemuka ditengah-tengah kita memang tidaksemata-mata kesalahan sepihak parapemegang kebijakan, tetapi adajugaaspek lain yang bahkan hal tersebuttermasuk masalah pokok yangmendasar yang harus diperhatikanoleh para guru Itu sendiri. Salahsatunya adalah bahwa faktorprofesionalitas guru memang murnimenjadi tanggungjawabnya sendiri,tanpa bisa mengaitkannya dengan adatidaknya penghargaan.

Namun demikian, pemberianreword tetap memiliki makna yangsangat penting dalam memajukan ataumempercepat tumbuhnya motivasidari dalam diri para guru untukmeningkatkan aspek profesional yangharus dimilikinya. Ini merupakanproses aktualisasi dari yang telah adaseperti kenaikan pangkat yang lebihcepat dari PNS iainnya, tetapi ini

dipandang telah mengalamikejenuhan, baik karena dinilaimemang layak diterima juga karenapersyararatan administratifnyamemberatkan.

Sisi lain yang harus menjadiperhatian pula, bahwa jajaran guru diIndonesia masih di Isi oleh sejumlahbesar guru tidak tetap (bukan pegawainegeri) yang memperoleh penghasilansangat rendah bahkan di bawah UMRdi daerahnya. Ini sebuah problem bagitumbuhnya motivasi, sehinggarendahnya aspek profesionalitas tidakmenjadi perhatiannya dan dibiarkandengan keadaan apa adanya,sehingga menjadi penghambatlahirnya pendidikan yangberkualitas.***

Kepustakaan

Abdul Munir Mulkhan, 2002, NalarSpiritual Pendidikan: SolusiProblem Filosofis Pendidikan

Islam, Yogyakarta : PT TiaraWacana.

Ahmad Tafsir,1992, iimu Pendidikandalam Perspektif Islam,PT.Remaja Bandung,.

Gema cliping Pendidikan 1993

Ghulam Farid Malik 2000, MenejemenMadrasah ,Tim PelatihanPengembangan guru-guruMadrasah, Jakarta.

Nanat Natsir fatah, Pikiran Rakyat,Bandung :17/01/2003.

Raka Joni,1980, PengembanganKurikulum iKiP/FIP/PKG:Suatu

82 JPIFIAIJurusan Taitiyah VolumeIXTahun VIDesember2003

Page 15: Membangun Kualitas Pendidikan Islam

Kasus Pendidian GuruBerdasarkan

Kbmpe(ens/,Jakarta:P3G

Sardiman AM., 1986, interaksi danMotivasi Belajar Mengajar,Jakarta: CVRajawali.

S. Nasution, 1983., SosiologiP^ndidikan, Bandung :Jemmars.

PendidikanAgama di Sekolah

Suyanto,2000, Pendidikan DiIndonesia Memasuki Milenium///,Yogyakarta, Adi Cita KaryaNusa

Warta Guru ,1999.

JPiFIAiJurusan Taibiyah Volume IXTahun ViDesember2003 83