Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

16
Membangun dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai Oleh Musni Umar Sosiolog, Ketua DPP Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI)

description

 

Transcript of Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Page 1: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Membangun dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Oleh Musni Umar Sosiolog, Ketua DPP Gerakan Nelayan

Tani Indonesia (GANTI)

Page 2: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai
Page 3: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Setidaknya terdapat 5 (lima) alasan yang mendasari saya ke kabupaten Banggai hari ini.

Pertama, ingin melihat Banggai yang sudah melekat dalam memori (ingatan) saya sejak kecil.

Kedua, ingin bersilaturrahim dengan Bupati Kabupaten Banggai Bapak Sofyan Mile, teman baik saya di Golkar.

Ketiga, untuk berpartisasi dalam perbincangan nelayan dan tani.

Keempat, GANTI ingin berperan dalam membangun nelayan dan tani.

Kelima, untuk urun rembuk membangun kabupaten Banggai yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah

Page 4: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Permasalahan

Pertama, kedaulatan ekonomi. Kedua, kemiskinan. Batas miskin Rp

259.520 perkapita perbulan hanya sebesar Rp 8.650/hari.

Ketiga, kualitas SDM dan pengangguran. Keempat, ketidakadilan. Kelima, korupsi.

Page 5: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Membangun dari Desa Visi dan misi Kabupaten Banggai “Membangun

Kabupaten Banggai dari Desa” merupakan solusi untuk mengatasi 5 (lima) permasalahan besar yang dihadapi bangsa Indonesia. Hal itu “sangat sejalan dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Juga sejalan dengan visi dan misi calon Presiden dan Wakil Presiden RI untuk membangun Indonesia”.

Dalam UU No. 6 Tahun 2014 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat:

(8) Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Page 6: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Trilogi Pembangunan Desa

Pertama, membangun SDM (Sumber Daya Manusia) nelayan dan petani. Hal tersebut dapat ditempuh melalui dua cara.

1) Anak-anak nelayan dan petani dibangun SDM mereka dengan memberi beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri. Mereka yang tidak melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri, tetap bisa melanjutkan sekolah dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP), sehingga semua warga negara Indonesia (WNI) tanpa kecuali bisa memperoleh pendidikan yang layak.

2) Nelayan dan petani diberi pelatihan kepakaran (keahlian) dalam menangkap ikan, budidaya mutiara, rumput laut, budidaya ikan krapu, sunu dan sebagainya serta kepakaran dalam memasarkan hasil nelayan. Begitu pula petani, diberi pelatihan kepakaran (keahlian) dalam bertani secara modern dan kepakaran dalam memasarkan hasil pertanian.

Page 7: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Kedua, membangun sarana dan prasana. Semua yang diperlukan nelayan dan petani harus dibangun seperti jalan, kapal dan alat penangkap ikan, pengairan, pupuk dan sebagainya.

Ketiga, membangun ekonomi desa. Untuk membangun ekonomi desa tidak mungkin berhasil, jika tidak ada sinergi dengan kebijakan pembangunan pusat. Misalnya hasil perikanan dan pertanian harus ada jaminan dari pemerintah bisa dipasarkan di tingkat nasional dan internasional, sehingga harga jualnya memadai dan memberi nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran nelayan dan petani.

Page 8: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Dalam kaitan itu, program tol laut yang dikemukakan debat Capres merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan pemasaran hasil perikanan dan pertanian di Kabupaten Banggai dan berbagai kabupaten, kota dan provinsi di kawasan Indonesia timur dan kawasan Indonesia barat.

Selain itu, penyediaan pesawat tanpa awak (DRONE) untuk melindungi kekayaan alam kita dari illegal fishing (penangkapan ikan secara tidak sah), illegal logging (pembalakan kayu secara tidak sah), keamanan ekonomi dan pertahanan keamanan sangat diperlukan adanya Drone (pesawat tanpa awak) yang akan dioperasikan di tiga titik di Indonesia diantaranta di kawasan Timur Indonesia.

Page 9: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

SDA untuk Membangun Desa

Kabupaten Banggai memiliki potensi kekayaan yang melimpah. Kabupaten Banggai yang diapit oleh 2 teluk yaitu Teluk Tomini dan Teluk Tolo menyimpan sumber daya kelautan dan perikanan yang potensial dikembangkan untuk mendukung implementasi UU Desa.

Demikian juga potensi pertanian yang luar biasa di Kabupaten Banggai, yang bisa dikembangkan menjadi lumbung pangan nasional seperti beras, jagung, singkong, dan lain sebagainya.

Di Kabupaten Banggai terdapat pula LNG yang telah dikelola oleh konsorsium Mitsubishi, Korean Gas, Pertamina dan Medco, harus dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemajuan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Banggai pada khususnya, rakyat Sulawesi Tengah dan seluruh rakyat Indonesia.

Kekayaan alam Kabupaten Banggai yang melimpah harus dikelola dan dipergunakan untuk membangun trilogi pembangunan desa di Kabupaten Banggai, yang meliputi pembangunan SDM, sarana dan prasarana serta ekonomi desa.

Page 10: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Prof Dr Rokhmin Dahuri dalam bukunya “Masa Depan Indonesia Kelaut Saja”, ketika membahas pembangunan berbasis SDA dan SDM (hlm 45) mengemukakan bahwa “Seluruh rakyat Indonesia sangat mendambakan agar kehidupan yang aman, damai, sejahtera, dan bermartabat segera terwujud. Persoalannya, kita masih menghadapi begitu banyak permasalahan. Diantaranya kemiskinan, pengangguran, utang luar negeri, KKN semakin menggila, bencana alam, dan daya saing ekonomi yang semakin menurun”.

Page 11: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Dalam tulisan saya di Kompasiana, 05 Februari 2014, bertajuk “Utang Pemerintahan SBY selama 9 Tahun Rp 1.496,12 trilun. Mengapa Rakyat Jelata Makin Susah Hidupnya?, saya mengemukakan 3 (tiga) penyebabnya. Pertama, APBN yang ditopang dengan utang, tidak disasarkan untuk membangun ekonomi yang berkeadilan berdasarkan pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, dimana pemerintah wajib memberi affirmative action (aksi pemihakan) dan special treatment (perlakuan khusus) untuk memberdayakan dan memajukan mayoritas rakyat Indonesia yang masih miskin, kurang pendidikan dan tertinggal.

Page 12: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Kedua, di era Orde Reformasi terlalu banyak kementerian dan lembaga negara yang didirikan, serta pembentukan daerah baru seperti kabupaten, kota dan provinsi, sehingga banyak menghabiskan anggaran belanja negara. Selain itu, pemerintah tidak hidup sederhana, hemat dan efektif dalam menggunakan anggaran belanja negara, dan terus menambah jumlah pegawai, sehingga anggaran belanja negara banyak terkuras untuk membayar belanja pegawai.

Ketiga, beban negara untuk membayar cicilan utang

Page 13: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Ketiga, beban negara untuk membayar cicilan utang pokok dan bunga sangat besar dan terus meningkat jumlahnya. Sebagai gambaran:

Tahun 2010, total cicilan utang pokok dan bunga Rp 230,33 triliun

Tahun 2011, total cicilan utang pokok dan bunga Rp 247 trilun

Tahun 2012, total cicilan utang pokok dan bunga Rp 261,13 trilun

Tahun 2013, total cicilan utang pokok dan bunga Rp 272,219 trilun.

Sebagai informasi tambahan, total utang di akhir Orde Baru (1997) sebesar Rp 552,2 triliun atau 57 persen dari PDB. Pada akhir 1999 utang pemerintah Indonesia meningkat drastis menjadi Rp 939,5 triliun atau 85 persen terhadap PDB.

Page 14: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Kesimpulan

Indonesia masih menghadapi banyak permasalahan. Membangun Kabupaten Banggai dari desa, merupakan konsep pembangunan yang sangat tepat. Pertama, bisa memecahkan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Kedua, sesuai dengan UU Desa. Ketiga, sesuai dengan visi dan misi Jokowi-JK untuk membangun Indonesia yang maju, adil dan sejahtera dengan prioritas utama pembangunan pendidikan.

Pendidikan masyarakat desa yang tidak lain adalah nelayan dan petani harus menjadi prioritas utama dan tulang tulang punggung dalam membangun Kabupaten Banggai dari desa.

Page 15: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Jika setiap tahun anak-anak nelayan dan petani diberi beasiswa penuh untuk belajar di luar Kabupaten Banggai dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, maka kita akan menyaksikan lahirnya para calon pemimpin yang hebat dari anak-anak nelayan dan petani di Kabupaten Banggai, yang siap memimpin di masa depan dalam berbagai bidang kehidupan seperti bidang ekonomi, perbankan, perusahaan, pemerintahan, politik, militer, polisi, sosial keagamaan, dan ilmuan yang hebat, yang jumlahnya tidak lagi deret ukur tetapi deret hitung yang jumlahnya ratusan dan bahkan ribuan.

Dengan membangun desa, yang berarti membangun trilogi pembangunan desa, maka saya yakin dengan seyakin-yakinnya, berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai anak desa, anak nelayan dan petani, Kabupaten Banggai akan menjadi hebat di masa depan, menjadi pemimpin dari berbagai Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah, Indonesia Timur, dan Indonesia pada umumnya.

Page 16: Membangu Dari Desa Studi Kasus Kabupaten Banggai

Dengan membangun desa, yang berarti membangun trilogi

pembangunan desa, maka saya yakin dengan seyakin-yakinnya, berdasarkan pengalaman pribadi saya sebagai anak desa, anak nelayan dan petani, Kabupaten Banggai akan menjadi hebat di masa depan, menjadi pemimpin dari berbagai Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah, Indonesia Timur, dan Indonesia pada umumnya.

Syarat untuk maju harus berhijrah dari malas menjadi rajin belajar, rajin bekerja, rajin berdoa, terus bersemangat dalam berpartisipasi membangun desa masing-masing sebagai pilar dalam membangun kemajuan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, dan Indonesia.

Demikianlah pokok-pokok pikiran ini sebagai pembuka dialog dalam upaya mewujudkan Indonesia hebat di masa depan.

Terima kasih.