(Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

17
17 Jurnal Sosiologi USK, Volume 9, Nomor 1, Juni 2016 “MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH, MENJADI ACEH MENJADI ISLAM” (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik Agama Di Wilayah Perbatasan-Aceh Singkel) 1 Oleh : Muhajir Al Fairusy (Mahasiswa S3 Antropologi UGM, dan Peneliti PKPM Aceh) Identitas, dan jati diri merupakan salah satu konsep dalam kajian sosial budaya untuk melihat masyarakat majemuk. Diskusi ini terfokus pada keadaan masyarakat majemuk di Singkel, yang merupakan komunitas hitoregen di perbatasan Aceh. Perbincangan identitas di Singkel, bahkan ketika konflik meletus, jarang dimunculkan. Padahal, identitas merupakan konsep benang merah untuk melihat dinamika masyarakat di sana. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan etnografi, dengan menggunakan konsep identitas, dan pendekatan paradigma fenomenologi, untuk melihat kesadara manusia dan kelompok masyarakat di Singkel. Pada akhirnya, identitas menunjukkan satu pola dan benang merah, yang harus dibaca secara mendalam untuk mewujudkan integrasi sosial di tengah masyarakat majemuk Singkel. Kata Kunci : Singkel, Masyarakat Majemuk, dan Identitas. 1 Alasan saya tidak menulis Kabupaten Singkil (menggunaka huruf “i”), karena berdasar dokumen historiografi yang saya lakukan, dan dibenturkan dengan realitas sejarah, ejaan “Singkel” (menggunakan huruf “e” bukan “i”/Singkil) tampak lebih mengakar secara identitias, baik dari perjalanan sejarah, maupun bunyi pengucapan yang berkembang dalam masyarakat Aceh dan Singkel sendiri. Ejaan ini, juga dapat dibaca pada beberapa teks lama, termasuk dalam “Brochure, Kabupaten Aceh Selatan” yang diterbitkan oleh Kantor Kabupaten Aceh Selatan (1954). Ejaan, atau lebih tepatnya pengucapan Singkel menjadi Singkil, sebenarnya untuk mempertegas sebuah serpihan sejarah penting yang dicopot begitu saja dari bingkainya. Sebagai perbandingan, kata “Aceh,” jika disimilekan tentu tak akan menarik ditulis dan disebut dengan kata “Acih,” karena di sana terletak daya diplomasi budaya sebuah komunitas, pertarungan identitas, dalam rangka menguatkan konstruksi kesadaran sebuah bangsa seperti Singkel yang memiliki akar sejarah.

Transcript of (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Page 1: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

17 Jurnal Sosiologi USK, Volume 9, Nomor 1, Juni 2016

“MENJADI SINGKEL MENJADIACEH, MENJADI ACEH MENJADI

ISLAM”(Membaca Identitas Masyarakat

Majemuk Dan Refleksi Konflik AgamaDi Wilayah Perbatasan-Aceh Singkel)1

Oleh : Muhajir Al

Fairusy

(Mahasiswa S3 Antropologi UGM, dan Peneliti PKPM Aceh)

Identitas, dan jati diri merupakan salah satu konsep dalam kajian sosialbudaya untuk melihat masyarakat majemuk. Diskusi ini terfokus padakeadaan masyarakat majemuk di Singkel, yang merupakan komunitashitoregen di perbatasan Aceh. Perbincangan identitas di Singkel, bahkanketika konflik meletus, jarang dimunculkan. Padahal, identitas merupakankonsep benang merah untuk melihat dinamika masyarakat di sana. Kajianini menggunakan metode penelitian kualitatif dan etnografi, denganmenggunakan konsep identitas, dan pendekatan paradigma fenomenologi,untuk melihat kesadara manusia dan kelompok masyarakat di Singkel. Padaakhirnya, identitas menunjukkan satu pola dan benang merah, yang harusdibaca secara mendalam untuk mewujudkan integrasi sosial di tengahmasyarakat majemuk Singkel.

Kata Kunci : Singkel, Masyarakat Majemuk, dan Identitas.

1 Alasan saya tidak menulis Kabupaten Singkil (menggunaka huruf “i”), karenaberdasar dokumen historiografi yang saya lakukan, dan dibenturkan dengan realitas sejarah,ejaan “Singkel” (menggunakan huruf “e” bukan “i”/Singkil) tampak lebih mengakar secaraidentitias, baik dari perjalanan sejarah, maupun bunyi pengucapan yang berkembang dalammasyarakat Aceh dan Singkel sendiri. Ejaan ini, juga dapat dibaca pada beberapa teks lama,termasuk dalam “Brochure, Kabupaten Aceh Selatan” yang diterbitkan oleh Kantor KabupatenAceh Selatan (1954). Ejaan, atau lebih tepatnya pengucapan Singkel menjadi Singkil,sebenarnya untuk mempertegas sebuah serpihan sejarah penting yang dicopot begitu sajadari bingkainya. Sebagai perbandingan, kata “Aceh,” jika disimilekan tentu tak akanmenarik ditulis dan disebut dengan kata “Acih,” karena di sana terletak daya diplomasibudaya sebuah komunitas, pertarungan identitas, dalam rangka menguatkan konstruksikesadaran sebuah bangsa seperti Singkel yang memiliki akar sejarah.

Page 2: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

18 Jurnal Sosiologi USK, Volume 9, Nomor 1, Juni 2016

A. Pengantar

Diskusi dalam ruangartikel ini, mencobamemperbincangkan kembalifenomena, gejala sosial budaya, ataukasus konflik di Aceh Singkel.Meskipun sudah berlalu selama satutahun, tampaknya beberapalembaga di level nasional masihmenaruh perhatian, dan menyukaimendiksusikan (kasus) Singkel. Sayasendiri, beberapa kali mendapatinformasi dari kolega di Jakartalintas-kementerian, bagaimanasustainable-nya mereka bergelut danmencoba memecahkan persoalanSingkel, yang barangkali oleh orangAceh dan Singkel kasus tersebutsudah mulai memudar.

Dari berbagai konsep(conceptual framework) kajian sosialbudaya, konsep identitas (jati diri)sebagai frame of thinking, sering luputdan tidak terlalu kencang-munculdalam rangka melihat refleksi darikasus letusan konflik agama diteritorial perbatasan (frontir) AcehSingkel. Selama ini, kajian-kajiansosial budaya terhadap Singkel,sering diarahkan dan dihadap-hadapkan (dugaan) sebagai gejalaintoleransi, kesenjangan ekonomi,paradigma kerja FKUB, dan kajian-kajian sosial menyangkut potensikonflik, hingga kajian historis,dengan klaim sebagai sejarah yangberulang. Namun, belummenemukan satu formulasi (hukum

sosial) yang jelas, bagaimanaseharusnya konflik yang seringmengejutkan publik itu dibaca dandihadang kemudian hari. Karenaitu, kasus konflik di sana tampakseperti pembiaran, hanyamenunggu waktu letupannya. Jikamemang harus diselesaikan atauminimal dikurangi frekuensinya,pertanyaannya kemudian harusdimulai dari mana ?

Selama beberapakesempatan bergelut mempelajaridan melihat masyarakat Singkel,saya sampai pada satu titik untukmembuka simpul yang barangkalimenarik untuk diperbincangkan-konsep identitas. Konsep ini,kemudian interkoneksi dengansetiap gejala sosial, dan dinamikabudaya yang kerap muncul ditengah masyarakat majemuk disana. Harus diakui, Singkelmerupakan kabupaten dengankomposisi penduduku bercorakhiterogenitas. Secara umumn,kelompok masyarakat Singkel dapatdibagi ke dalam tiga tipologi.Pertama, masyarakat pesisir(karakter Minang) bermayoritasIslam. Kedua, masyarakatpedalaman/pinggiran sungai “orangkampung” (karakter Boang)bermayoritas Islam. Ketiga,masyarakat di titik pusat kecamatan(perpaduan antara Boang danPakpak) seperti Kota Rimo dankecamatan perbatasan denganTapanuli Tengah, pun dalam

Page 3: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

19 Jurnal Sosiologi USK, Volume 9, Nomor 1, Juni 2016

konteks kepercayaan, tipe ketiga inijuga terbagi ke dalam tigakelompok, Islam, Kristen/ Katolik,dan Pambi (animisme).

Namun, sebagaimasyarakat majemuk, Singkelmemiliki potensi menjadimasyarakat yang toleransi. Antaraorang pesisir, penduduk pinggiransungai, dan daratan memilikikecintaan yang sama pada Singkel.Selain itu, keberadaan klan, danmarga meskipun berbeda agama,sebenarnya telah menjadipenyambung identitas orang-orangSingkel, terutama kelompokmasyarakat yang menetap di tepiketiga tadi, mengingat antarkerabatmereka, sebagian besar masih satumarga. Selain itu, aktifitas sosialyang kerap mempertemukanidentitas berbeda tadi, dapatditemukan dalam interaksi sosialseperti di pasar tradisional daninstitusi adat lokal.

Karena itu, dari catatansejarah “Singke baru” di sana,masyarakat telah biasa hidupberdampingan dengan nilai-nilaitoleransi yang kuat, karena merekamemiliki relasi klen dankekerabatan yang luas-merujukpada satu wilayah teritorial. Namundi sisi lain, keberadaan etnik Pakpakdi Singkel (khususnya yangberagama selain Islam), yang telahmenetap di sana sejak era kolonial,dalam perkembangannya mulaidipersoalkan, ternyata identitasmereka tak sepenuhnya diakui oleh

penduduk lokal, maupun etnikPakpak yang sudah beragamaIslam. Pengaruh geopolotik Acehsebagai wilayah yang dilebeliidentitas Islam, berimbas padakesadaran identitas (politik)penduduk di sana. Modal sosialklan tidak lagi berfungsi, ritualsebagai integrasi sosial dianggapsudah kurang layak, akibatrongrongan benih dan corakkonflik yang bermuatan konspirasi,terorganisir dan didukung olehkerja struktural. Akibatnya, banyakkerugian yang harus ditanggungkelompok masyarakat Singkel,pengaruh dari jaringan konflik yangmulai meletus sejak pertengahantahun 60-an.

Padahal, Singkel sangatmembutuhkan integrasi sosial kuatuntuk melanjutkan pembangunanwilayahnya yang masih tertinggal,jika dibanding kabupaten lainnya diAceh. Karena itu, penelitian initerfokus pada kerja-kerjamembongkar jati diri, dankesadaran orang Singkel menjadi“Singkel” dalam konsep polabudaya dan identitas, sebagaibenang merah membaca dinamikamasyarakat majemuk Singkel.

B. Paradigma/KonseptualSebagaimana diketahui,

setiap kajian ilmu sosial budayaselalu bergerak dan berangkat darisebuah paradigma dan konsep.Ahimsa Putra dalam Paradigma IlmuSosial-Budaya : Sebuah Pandangan(2009), mengatakan, bahwa

Page 4: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2020

“...Ilmu sosial budaya, selalubergerak dan berangkat darisebuah paradigma.Paradigma merupakankonsep yang berhubungansatu sama lain secara logis,membentuk sebuahkerangka pemikiran yangberfungsi untuk memahami,menafsirkan, danmenjelaskan kenyataan danatau masalah yangdihadapi” (Ahimsa Putra,2009).

Dari defenisi ini memberipengertian, bahwa paradigmaberdiri dengan sejumlah unsur-unsur atau konsep. Secara spesifik,paradigma adalah kumpulan maknadan pengertian-pengertian.Paradigma sendiri dalam rangkamencapai sebuah representasi (hasilpenelitian) dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagaimana dikatakanAhimsa Putra, dengan mengikutijalan pikiran yang telah dibuka olehKuhn, Cuff dan Payne. Namun,dalam ruang artikel ini, unsur-unsuritu dan dijelaskan lagi. Namun,akan digunakan dalam mencapairepresentasi dari kajian ini.

Dalam ruang artikel ini,saya mencoba menggunakanpendekatan (paradigma)fenomenologi, untuk menjelaskankonsep kesadaran identitas dalamkonteks masyarakat majemukSingkel. Sebagaimana diketahui,fenomenologi merupakan salahsatu epistemologi atau arus

pemikiran dalam filsafat yangdiperkenalkan oleh EdmundHusserl dan kian diperjelas setelahdirumuskan oleh Hegel (LihatAhimsa Putra, 2012). Dalamfenomenologi, maka kesadaransebagai pengetahuan merupakanhal penting bagi pelaku (subjek,tineliti) dalam menyampaikansesuatu, berdasar klasifikasi yangdisampaikan lewat bahasa. Karenaitu, Fenonomenologi satu-satunyaepestimologi yang menolakpenyamaan manusia dengan alam,secara tidak langsung menolakpositivisme. Dalam fenomenologi,manusia sebagai subjek memilikikesadaran personal, yang kemudianmenjadi pengetahuan kolektif saatbertemu intersubjek (lewakomunikasi). Di sini, tineliti(manusia) memiliki emik yang akanmenjadi sumber data dalampenelitian. Filsafat ini pula yangkemudian menegaskan danmenunjukkan eksistensi manusiaberbeda dengan alam, bahwa setiapgejala sosial yang muncul itu selaluberasal dari kesadaran manusia, dandimaknai, ini tentu berbeda dengangejala alam.

Identitas, sebagai konsepjati diri, merupakan sekumpulansimbol atau tanda, baik fisik,materiel maupun perilaku-yangmembuat seorang individu atausekumpulan individu terlihatberbeda dengan individu ataukumpulan individu yang lain (bdk.Goodenough, 1976 dalam AhimsaPutra, 2013). Karena itu, jati diri

Page 5: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2121

atau identitas terdapat pada tingkatindividu maupun kumpulanindividu. Kumpulan individu dalamhal menegasi identitas memilikisimbol atau tanda-tada, baik fisik,materiel, perilaku yang kemudiandisebut identitas, dan ini pula yangmembedakan mereka dengankumpulan individu yang lain.

Dalam konteks Singkel,identitas kelompok manusia, secarakhusus dapat dibagi ke dalam duaruang, sesuai simbol dan penandayang dimiliki sebagai jati diri. Ruangpertama, identitas kelompokmasyarakat berdasar bahasa danteritoria (orang pesisir-baapo yangtinggal di pesisir Singkel, orang kade-kade yang tinggal sepanjang aliranSungai Singkel, dan orangpakpak/kade-kade yang tinggal dibeberapa pusat kecamatan).Selanjutnya ruang kedua, kelompokmasyarakat yang berbeda karenasimbol agama (Islam,Kristen/Katolik, dan Pambi).Karena itu, di Singkel identitaskelompok manusia begitu pekat,dan membutuhkan kerja kerasuntuk mengupas simpul ini-danmelihat bagaimana seyogjanyakelompok-kelompok tersebut dapatbekerja membangun integrasi sosialnantinya.

C. Metode PenelitianKeberagaman Singkel ini,

nantinya merupakan perbincanganyang akan ditawarkan secaraetnografik kontekstual, sehinggaperistiwa-peristiwa yang selama ini

terjadi di Singkel, yang dianggapasing akan meluas dan memantulpada diri (noetic) intelekutualita-kosmopolitan (meminjam bahasaP.M. Laksono, guru besarantropologi UGM). Di sini, ceritaakan ditampilkan dengan tafsirbudaya, sebagaimana dikatakanGeertz (1972) bahwa prosedurdeskripsi yang pekat (thic description)selalu diawali dari deksripsi yangdangkal (minus tafsir) dari suatuperistiwa yang diobservasi,kemudian dengan penuh argumenakan dikaitkan dengan fakta-faktalain.

Karena itu, penelitian iniuntuk mengumpulkan data tentangkesadaran identitas kelompokmasyarakat lintas teritorial danagama di Singkel. Kajian ini,menggunakan metode penelitiankualitatif dan etnografi. Teknikpengambilan data dengan teknikobservation (observasi) dan depthinterview (wawancara mendalam).Peneliti juga melakukan perekamandata visual dengan pemotretanmemanfaatkan kamera foto,nantinya data visual akanditampilkan dalam laporan tulisanini. Sebelum penelitian lapangan(field research) dilaksanakan, terlebihdahulu peneliti mengkaji berbagailiteratur yang berhubungan dengankonsep kearifan identitas, sertapendalaman beberapa bacaanterhadap etnografi masyarakat yangakan diteliti.

Page 6: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2222

Strauss & Corbin (2003;10-11) mengatakan bahwa, Teoriyang grounded adalah teori yangdiperoleh secara induktif daripenelitian tentang fenomena yangdijelaskannya. Karenanya teori iniditemukan, disusun, dan dibuktikanuntuk sementara melaluipengumpulan data yang sistematisdan analisis data yang berkenaandengan fenomena itu. Dengandemikian, pengumpulan data,analisis, dan teori saling terkaitdalam hubungan timbal-balik.Peneliti tidak memulai penyelidikandengan satu teori tertentu lalumembuktikannya, tetapi dengansuatu bidang kajian dan hal-halyang terkait dengan bidangtersebut”.2

Karena penelitian iniadalah penelitian kualitatif, sehinggayang lebih dipentingkan adalahkualitas dan kedalaman data, bukankuantitas data seperti pada metodepenelitian kuantitatif. Peneliti tidakmemanfaatkan kuisioner sebagaiinstrumen penelitian, tidak adahipotesa, tidak mencari korelasiantar variabel, tidak ada sebab danakibat (causality), tidak ada analisisdata statistik, tidak ada prosentaseresponden terhadap populasi, dantidak ada istilah responden sebagainarasumber pengumpulan data,mengingat semua adalah poin-poin

ciri khas pada metode penelitiankuantitatif.3

Sebaliknya, penelitimemanfaatkan interview guidance(panduan atau pedomanwawancara) sebagai instrumenpenelitian, yang bersifat fleksibeldan menyesuaikan dengan kondisidi lapangan saat melakukanwawancara mendalam. Narasumberpenggalian data adalah key personsdan informan, bukan responden.Penggalian data difokuskan padamakna (meaning) yang ada di dalampikiran informan terhadap sistemkearifan lokal yang dipraktikkandalam membangun kohesi sosial,serta jaringan sosial dan jaringankekerabatan yang telah berlangsungsekian lama, dipahami, dialami, ataudisaksikan.

Untuk mencapai lokasipenelitian, yang tergolong jauh daripusat ibukota provinsi Aceh, makadari Banda Aceh, peneliti akanmelakukan perjalanan darat selama13 jam menuju Ibukota KabupatenAceh Singkel. Nantinya, penelitiakan menetap dan tinggal bersamamasyarakat di beberapa kecamatanKabupaten Aceh Singkel, selamawaktu yang dibutuhkan dalampengumpulan data berbasispendekatan etnografi ini.

2 Strauss, Anselm & JulietCorbin. 2003. Dasar-dasar PenelitianKualitatif Tata Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

3 Spradley, James P. 1997.Metode Etnografi. Yogyakarta: TiaraWacana.

Page 7: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2323

D. Pembahasan1. Sejarah dan Titik Identitas

“Singkel Baru”

Dalam kontekshistoriografi, berdasarcatatan/dokumen yang saya telaah,maka saya membagi Singkel dalamdua dunia, “dunia lama” dan “duniabaru.” Dunia lama berkonotasiSingkel abad ke-16-18 M, yangmerupakan bandar pelabuhanpenting, tempat singgah pendatangdari Timur Tengah, China danEropa, sekaligus penghasil kampedan kapur barus. Selain itu, Singkeldunia lama merupakan Singkel yangmemproduksi intelektual sekaliberHamzah Fansuri dan Abdurrauf AsSingkily, dengan identitastunggalnya Islam. Adapun Singkeldunia baru, merupakanpembabakan Singkel yang dimulaipada era kolonial Belanda.

Untuk memudahkanmelihat tipologi Singkel yang sayaklasifikasi, saya sengaja membagipembabakan sejarah Singkel kedalam empat ruang berdasardokumen dan catatan lama. Pertama,Singkel dalam konteks dunia lama(pengaruh Islam dan sebagaibandar pelabuhan penting). Kedua,Singkel pada saat kedatanganBelanda sebagai pintu gerbangdunia baru, dan mulai membangunKota Singkel. Ketiga Kota KeduaSingkel di era kolonial, dan ketigaapah yang dimaksud dengan NiewSingkel (Singke Baru) sebagai kotaketiga yang menjadi landasansustainble perkembangan kotaSingkel sekarang. Lebih spesifikdapat dilihat dari bagan berikut,

Page 8: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2424

Dari kotak-kotak bagan diatas, kita dapat melihat bagaimanaperjalanan sejarah Singkel. Karenaitu, mengingat kajian ini bukasebuah historiografi, maka sayaharus mengambil salah satu konsepSingkel berdasar tipologi yang sayabuat, yaitu Singkel “dunia baru”sebagai basis melihat identitasdalam kajian ini. Singkel “duniabaru” yang saya maksud, memilikiciri sebagai masyarakat majemuk,multi jati diri, sekaligus titikidentitas sebagai kawasan geopolitikAceh. Karena itu, simbol inimenjadi gerbang utama yangmenjadi acuan melihat identitasyang telah dimulai diprakarsai olehBelanda terhadap masyarakatmajemuk Singkel, melalui kerja-kerja membangun kelompokmasyarakat dengan identitas baru,yang berlangsung hingga sekarang.

Selanjutnya, dalamkonteks artikel ini, pembahasandimulai dari deskripsi histrorissingkat terkait sejarahperkembangan pembentukanSingkel Baru, untuk membongkaridentitas masyarakat Singkel.Identitas Singkel dalam dunia baru,dalam perkembangannya kemudiansebagai kabupaten Singkelmerupakan identitas sosial yangascribed (diperoleh begitu saja) sejakBelanda membangun teritorialSingkel pada tahun 1840 M.

dengan achieved (harus mencapai),4karena kencangnya negosiasiidentitas saat seseorang harusmenjadi Singkel, terutama dalamkonteks gagasan dan perilakuperbedaan (agama)antarmasyarakat.

Harus diakui, mengenaihistoriografi Singkel (khususnyaterfokus pada masa kolonial),selama ini jarang disentuh dandibumikan lewat lembaran bukudalam jumlah berbilang,sebagaimana sejarah Aceh erakolonial yang seakan dapat dilihatutuh dan bernuansa epos. Di sinimenunjukkan posisi historiografiSingkel (masih) lemah. Apalagiselama ini, kecenderungan narasisejarah hanya dihegemoni olehwilayah-wilayah tertentu diNusantara, termasuk dalam skalaAceh sendiri. Padahal, catatansejarah era kolonial, adalah kuncimelihat dinamika Singkel.

Setidaknya, untuk melihatSingkel di era kolonial, ada duaartikel (dokumen), yang menurutsaya cukup membantumendeskripsikan wilayahperbatasan Aceh ini pada masatersebut. Pertama, tulisan dan kajianyang dilakukan oleh Sri Wahyuni,dkk (2003) dalam bundel “LaporanBudaya Masyarakat Suku BangsaSingkil,” yang diterbitkan oleh Balai

Namun, dalam perkembangannya,beberapa masyarakat pendatang keSingkel, maka identitas diperoleh

4 Lihat Ahimsa Putra, BudayaBangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional ;Sebuah Teori, Jejak Nusantara, EdisiPerdana, Tahun I, 2013, h. 7-19

Page 9: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2525

(kerajaan) menuju kesatuanRepublikpolitik yan

Indonesia.g terjadi saat

Negosiasimasuknya

Kajian Sejarah dan NilaiTradisional Banda Aceh. Kedua,tulisan Sudirman di laman web“Sejarah Maritim Singkil.5Dua artikelini, menjadi referensi sejarah yangpaling memungkinkan untukdiakses, dalam rangka memahamiSingkel di masa kolonial. Keduatulisan ini juga memiliki banyakkesamaan, sehingga Singkel masakolonial bisa dilihat dari satu arahparadigma (pandangan) saja. Selainitu, ada beberapa video(dokumentasi Kompas) yang dapatmenjadi dokumen pendukung.Meskipun, dokumentasi yangdibuat kompas terkait denganSingkel era kolonial, juga tak dapatdilepas dari narasi dua tulisansebelumnya yang terlebih dahulumembahas Singkel pada masatersebut.

Sebagaimana diketahui,kedatangan Belanda ke Nusantara,menjadi pembabakan baru dalamsejarah Nusantara berikutnya. Eraini, menjadi barometer setiapwilayah di Nusantara melakukantransformasi dan konversi polahidup, dengan framing globalisasiala barat. Pun, sekaligus memasukipembabakan sejarah baru-setelahlepas dari gaya hidup monarki

orang-orang Barat (Belanda)tersebut, ikut merombak strukturbudaya kerajaan-kerajaan kecilmenjadi wilayah kewedanan dibawah kontrol dagang VOC.Singkel, juga demikian, mengalamimasa transisi hebat era danpascakolonial.

Keberadaan “Singkelbaru” yang pertama sekali munculdan diperkenalkan oleh Belandauntuk menunjukkan perkembangansebuah kota yang mereka bangunsejak Tahun 1840/1841 s/d 1890M, memang cenderung banyakmenguntungkan pendatang dariSumatera Utara, terutama etnikBatak (Pakpak)-situsi yang samaterjadi dalam masyarakat di Sibolgadan Barus, di mana kebijakanpolitik Belanda cenderungmenguntungkan etnik Batakdibanding Etnik Melayu, Minangdan Aceh (Lihat Tanjung, 2016).Khusus di Singkel, etnik Pakpakmereka didatangkan sebagai buruhdi perkebunan Belanda.

Dari kunjungan(observasi) saya ke KabupatenPakpak Bharat dan TapanuliTengah, masyarakat di sanasebagian besar beragama Kristendan Katolik. Selain itu, di sanamasih berkembang kepercayaananimisme Parmalim.6 Kontak

5 Tulisan ini dapai diakses padalaman webdirmanmanggeng.blogspot.co.id.Dipublikasi pada tanggal 17 Februari2009.

6 Dalam perkembangannya,penduduk yang beraliran kepercayaanPambimendapat pengaruh Kristen padatahun 1965 M, yang dibawa olehpendatang baru dari Manduamas dan

Page 10: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2626

konversi sebuah peradabansekaligus identitas kelompok

budaya lewat migrasi penduduk keSingkel, menjadi jawaban palingmemungkinkan terjadinya difusibudaya, yang menelurkanakulturasi, antara penduduk Singkeldaratan dengan pendatangkelompok Pakpak ini. Perpindahanpenduduk dari dua kabupatentersebut ke Singkel terjadi secarabesar-besaran pada era kolonial.Karena kebutuhan buruh sawit dandorongan ekonomi dalam rangkamemburu minyak kayu (Singkel :ombil) yang hanya ada, dan tersebardi hutan Singkel ketika itu.

Karena itu, istilah SingkelBaru (Belanda ; Niew Singkel) yangdiperkenalkan Kolonial, secaratidak langsung menunjukkan makna

manusia baru-dengan atribut politikkolonial. Meskipun, dari catatansebelumnya Singkel Baru hanyaditulis sebatas perpindahan darilokasi lama ke lokasi baru. Namun,tentunya Singkel baru tampildengan ciri khas identitasnya, yangberbeda dengan jati diri, dan simbolSingkel dalam konteks “dunialama”-di atas panggung sejarahIslam Nusantara. Di sini, Singkelbaru yang dikonstruksi oleh

Barus. Tak pelak, banyak warga kemudianberamai-ramai mengonversi kepercayaanmenjadi pemeluk agama (Katolik danKristen di sana). Selain itu, sebagian darimereka juga memilih menjadi Muslim-setelah mendapat pengaruh dari Trumon,Aceh Selatan dan penduduk pinggiransungai.

Belanda menjadi simbol sustainable,meneruskan perjalanan sebuahmakna kota, dan kebudayaanhingga sekarang.7 Istilah SingkelBaru yang ditabal oleh Belanda,selanjutnya kembali dipopulerkandalam sebuah video dokumentasiEkspedisi Cincin Api Kompas.Karena itu, catatan sejarah inimenjadi penting melihatpembentukan identitas baru, yangkemudian berdinamika.

2. Kesadaran MenjadiManusia Singkel bagiPendatang (Pakpak)

Dalam banyak fasekebudayaan masyarakat (pada awalkajian antropologi berkembang),hampir seluruh anggota masyarakatyang memiliki psikologi masif,selalu menekankan pentingnyahomogenitas identitas (agama,kesukuan, ras) dalam interaksisehari-hari. Sikap ini, telahmemunculkan semangat anti-pluralis, diskriminatif, dankesadaran primordialisme sempittelah menjadi ideologi utama, yangsering diakhiri dengan tindakancounter-productive-wajah dari konflikatas dasar suku, ras, agama, dankebudayaan lokal (Lihat Setiadidalam Ahimsa Putra (ed), 2006 :174-176).

7 Singkel Baru sebagai bagiansosio kultura identitas, merupakan cikaldari wajah Singkel sekarang dengan ragamsuku, dan berciri industri perkebunansawit.

Page 11: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2727

Etnomigrasi merupakanfenomena yang telah berlangsunglama di Singkel. Secara geopolitik,keberadaan mayarakat majemukSingkel telah mewarnai Aceh dalambingkai diplomasi budaya, danmultikultur (Lihat, Al Fairusy, 2015dalam Warta Ar Raniry, Edisi II).Namun, Dalam perkembangannya,penduduk pendatang Pakpak yangmasih mempertahankan agamawarisannya (Kristen), dianggaptelah melawan kultur dan aturanlokal. Para imigran kemudian harusbergulat dengan nilai-nilai budayalokal (Singkel) dan menghadapilapisan kompleksitas tambahan,yaitu etno-religius yang telahmengakar dan dihegemoni olehpenduduk manyoritas (Muslim).Kompleksitas elemen persoalan ini,telah memunculkan gesekan-gesekan, dan dapat dimanfaatkanoleh siapa saja, terutama denganmemanipulasi simbol (agama,bahasa, dan ideologi) untukdijadikan pembenar melakukantindakan-tindakan kekerasan,seperti yang meletus pada tanggal13 Oktober 2015.

Fenomena migrasi, satu-satunya alasan paling kuat yangmembentuk pluralitas agama diSingkel, terutama mobilitasperpindahan masyarakat beretnikBatak dan Pakpak, yang selanjutnyamenetap di Singkil. Ada banyakcerita migrasi dan kedatanganpenduduk beragama Kristen keSingkel. Seorang Kepala JemaatKatolik bermarga Simanjuntak

bercerita pada saya, kakeknyamerupakan pendatang dari PakpakBharat pada tahun 1918 M.Pertama sekali datang ke Singkildengan jumlah 10 Kepala Keluargalain. Pada saat itu, kakeknya masihpenganut aliran kepercayaan Pambi.Mereka datang atau “lari” keSingkel, karena mendapat tekananpolitik dari Belanda pada saatperang kolonial. Sejak berada diSingkel, mereka menjadi pengepul,dan pengumpul minyak kayu untukobat sakit perut. Orang-orangtempatan tempo dulu lebihmengenal dengan sebutan “minyakkayu kapur,” yang terdapat palingbanyak di hutan Singkil. sejak saatitu, mereka memilih menetap diperbatasan Singkel hingga sekarang.

Etnik Pakpak di Singkel,sebagian besar datang dariKabupaten Manduamas, Dairi danPhakpak Barat-Sumatera Utara.Proses amalgamasi yangberlangsung lama sejak abad ke-19,menjadikan etnik Pakpak meleburdengan etnik Boang (kade-kade),sehingga banyak pendudukmemiliki marga yang sama walauberbeda agama. Karena itu,penduduk lokal dengan kaummigran di Singkel (khususnya didaratan dan pedalaman), sebagianbesar masih dalam garis kesatuanetnik. Dalam perkembangannya,nilai-nilai pola kebudayaanmenampakkan ke-nyarisan tidakada perbedaan lagi antara penduduklokal (Boang) dan pendatang(Pakpak), yang mulai menunjukkan

Page 12: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2828

Sejak itu, perbedaanagama dan etnik menjadi

identitas tunggal, perilaku danbahasa-kecuali agama. Merekamenampilkan unsur kultur, bahasa,dan adat istiadat yang berkembangsesuai karakteristik masyarakattempatan.

Persentuhan budaya danintegrasi etnik Pakpak dan Boang,dapat dilihat dari klen marga yangdigunakan oleh manusia Singkelsecara kolektif (meski berbedaagama) di belakang nama mereka(Bancin, Cibro, Manik, Angkat,Berampu, dan lainnya). Kesatuanetnik serumpun ini (proto Melayu-meminjam istilah Muhammad Said)merupakan modal sosial kuat dalamsistem jaringan sosial masyarakatSingkel. Meskipun, dalamperkembangannya, agama menjadiidentitas baru dalam lingkaran klenmasyarakat Singkel daratan.

Adakala, pendudukSingkel harus memilih antara agamadan adat (menjaga klan, dan marga).Namun, biasanya keduanyadijalankan beriringan, klan danmarga tetap dijaga, meskipunagama sudah berbeda. Agama dankepercayaan telah lama menguasaiwilayah-wilayah di Singkel, dapatdipastikan tidak ada pendudukSingkel yang tidak menganut sistemreligi. Keberadaan Islam, Kristendan Parmalim sebagai sebuahideologi keimanan, bergerakperlahan mewarnai pemukiman-pemukiman penduduk Singkel.Identitas lintas-keimanan ini dapatdilihat dalam masyarakat Singkel,terutama di teritorial perbatasan

yang semakin dekat denganSumatera Utara.

Pendatang dari Sidikalangumumnya beragama Katolik.Menurut beberapa orang informansaya dari Katolik, mereka yangmasih memiliki garis keturunan dariSidikalang, Sumatera Utara. Kakekdan orang tua mereka mulai datangke Singkil pada tahun 1930 M.Dalam perkembangannya, secarabertahap, pendatang dari Pakpakkemudin membuat pemukimanbaru di wilayah daratan danpedalaman Singkel, dan sebagianikut membaur dengan pendudukBoang yang telah lama menetap diSingkel (pinggiran sungai). Gerejatertua di Singkel adalah milikJemaat Katolik, di Kuta Kerangan,Kecamatan Simpang Kanan. Dariinformasi jemaat Katolik di sana,Gereja ini telah dibangun sejak eraBelanda dengan denominasi GerejaJKI (Jemaat Kristen Indonesia).Namun, sebagian pendudukpendatang mengganti agama lamamereka, dan mengikuti agama(Islam) yang telah dianut olehpenduduk Boang.

keniscayaan di Singkel antara orangPakpak sendiri. Proses konversiagama ini yang menarik, sebagianbesar karena dipengaruhi olehtekanan geopolitik Aceh-dandianggap dapat menjadi manusiaSingkel seutuhnya. Dari kesadara,dan ngomong-ngomong yang saya

Page 13: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

2929

lakukan dengan sebagian besarmuaallaf di sana, sebagian besarmereka menjadi Islam, beranjandari pandangan untuk mencapaiotoritas dan kedamaian, lewatungkapan “Menjadi Singkel MenjadiAceh, Menjadi Aceh Menjadi Islam.”

Dalam tataran ideal, padadasarnya penduduk Singkel sangatmenjunjung ikatan kekerabatan danmarga. Dari beberapa informanlintas-agama di Singkel, sayamendapat informasi, termasukprosesi menyambut hari rayamasing-masing meski telah berbedaagama, hingga beberapa upacaralainnya, mereka masih tetap salingmengunjungi. Selama itu, hinggapertengahan abad ke-20, tidak adagesekan atas nama “agama.”Kondisi Singkel di sini hampir samadengan masyarakat kepulauan Kei.Lewat jaringan kekerabatan dankesatuan etnik, mayarakat Keimenemukan kembali “perekattradisi,” marga telah menjadiperekat paling kuat dalammembangun kesadaran manusaiKei untuk meninggalkan konflik,dan sama-sama membangun Kei(Lihat, Laksono dan Topatimasang(peny), 2004).

Namun, Aceh sebagaiwilayah yang dianggap melekat ke-islamannya, dengan masuknyakomunitas migran dari provinsitetangga secara berkelanjutan, yangikut serta memboncengi nilai-nilaiidentitas asal, dan kemudiandihadapkan dengan masyarakat

Singkel, di mana tradisi lokal telahdikooptasi dan diinisiasi oleh aturankeacehan (berwajah Islam) menjadikontestasi politik tersendirikemudian hari. Apalagi,pelaksanaan Syariat Islam danPeraturan Gubernur Aceh terkaitpembangunan rumah ibadah,terkesan ketat memantauperkembangan masyarakat(minoritas) selain Islam. Dalamperkembangannya, benturanidentitas agama tak dapat dielakkan.Tekanan-tekanan aturan, danparadigma gaya hidup keacehanmenjadi warna baru bagimasyarakat Pakpak, yang telah lamamenetap di Singkel-sehinggaberpengaruh pada sikap memaknaisaudara serumpun (se-etnik)dengan menarik garis bataskepercayaan yang tebal.Transformasi pemaknaan akibatintervensi makna, berujung padatindakan, sikap, dan caramemandang pendatang (meskisemarga) menjadi alasan kuat-gesekan pemicu konflik meletuskemudian hari.

3. Agama Sebagai IdentitasGeopolitik dan Persoalannya.

Sejak Singkel masuk dalamgeopolitik Aceh, pengaruh Islamdan adat keacehan sebagai doktrintunggal yang menghegomoni,secara tidak langsung terusdipompa mengisi ruang-ruangtertentu dalam struktur masyarakatSingkel. Bahkan, pengaruh ini,

Page 14: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

3030

terasa dalam istilah yangberkembang di tengah masyarakatlewat ngomong-ngomong yang sayaungkapkan di atas, “Menjadi Singkiladalah menjadi Aceh, menjadi Acehadalah menjadi Islam.” Tidak sedikitmanusia Singkil yang dulunyaberagama selain Islam, setelahmenjadi Muslim merasa mendapatotoritas dukungan, dan seakanmelebur menjadi utuh sebagai“orang Singkel dan Aceh.”

Ekspansi/gempuran adatAceh dan Islam, tidak hanya sampaidi situ, Islam sebagai sebuahideologi, perlahan kemudiandigerakkan oleh kelompok-kelompok keagamaan dalam rangkamenaklukkan sisi heterogenitasSingkil yang telah ada sejak erakolonial Belanda. Gerakan ini,dipicu oleh konsep identitas, dimana kemudian merekamemandang identitas (baca ;agama) menjadi persoalan yang takdapat dinegosiasi-karena faktor-faktor tertentu.

Dari 11 (sebelas)kecamatan dalam KabupatenSingkil, 6 (enam) kecamatanrepresentasi Muslim, dan 5 (lima)kecamatan lagi, hidupberdampingan umat lintas-agamadan kepercayaan. Sebagaimanatelah diperbincangka, bahwaheterogenitas keimanan di Singkil,dipengaruhi oleh migrasi yangsudah berlangsung lama. Kawasanini memiliki 4 jalur lintas, dan pintugerbang penghubung dengankabupaten lain yang memengaruhi

corak kehidupan masyarakat dalamperkembangannya, yaitu pintugerbang menuju Aceh Selatan,pintu gerbang menuju PakpakBharat, dan Dairi, pintu gerbangmenuju Tapanuli Tengah, dan pintugerbang bandar-pelabuhan yangmenghubungkan Singkel denganSibolga dan Nias.

Dalam banyak diskusi,agama memang memiliki dayatakluk tersendiri, menempatkanindividu dalam wajah identitasberbeda. Kehadiran agamaseyogjanya menjadi pendorong bagipemeluknya untuk menegakkanperdamaian, dan peningkatankualitas kemanusiaan. Namun, takjarang simbol agama digiringsebagai alat pendorongdehumanisasi seperti di Singkel,yang berujung pada pelemahanbanyak sendi di tengah masyarakat,dan mencabut akar tradisi jaringankekerabatan klen manusia Singkil.

Mengenai agama dalamkajian sosial, sudah sangat banyakdiskusi dan perbincangan.Representasinya dapat ditemukandan dilihat pada beberapa karya,dan tulisan yang telah dihasilkanoleh para ahli antropologi dansosiologi, yang tersebar di rak-rakpustaka, dan toko buku. Selain itu,dalam banyak kajian sosial danbudaya, menunjukkanbahwa agama memiliki daya takluktersendiri, dan menempatkanindividu dalam wajah identitas yangberbeda-beda sesuai simbol agamayang melekat.

Page 15: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

3131

Para ahli antropologi,pada dasarnya membedakan antaraagama dan religi. Religi sendirimerupakan serapan bahasa asing(Barat) dari kata “Religion” yangbermakna ikatan atau pengikat diri.Sedangkan agama bermaknaperaturan dan ajaran. Di sini, katareligi lebih bersifat personalistis,dan menunjukkan pribadi manusiasekaligus menonjolkan eksistensimanusia. Karena itu, sangat terbukakemungkinan-kemungkinan untukdikaji dan dikupas lebih lanjut.Selain itu, dalam rangkamempelajari masalah yangberkaitan dengan agama atau religilewat antropologi, tidakmempelajari agama atau religisebagai sistem teologi, melainkanstudi mengenai berbagai gejalatanggapan manusia, kepercayaannya(system of belief) dan gejala-gejalapengalaman batinnya (Adimihardja,1976 : 84-85)

Peristiwa 13 Oktober2015 di Singkel, sebenanrya bukankonflik agama, melainkan negosiasiidentitas yang gagaldikompromikan. Konflikhorizontal ini telah menjadi isunasional. Media tampak berlombamenyajikan kasus yang terjadi diwilayah perbatasan Aceh tersebut.Kasus ini menjadi magnet, karenamenyangkut koyaknya toleransimanusia Indonesia, seiring gaungpluralitas yang sedang dibangun dinegara berbasis Bhineka TunggalIka. Nyawa dan api yang membakar

rumah ibadah, menjadi tontonanapik yang dibungkus narasi media,varian tafsir dan amatan muncul,mencoba mendefinisikan apa yangsedang berlangsung di Singkel.Sedotan perhatian publik nasionalterus meluas, di mana mana topikhangat pembicaraan adalah“Singkel” (Al Fairusy, dalamSerambi Indonesia Damailah Singkil,17 Oktober 2015).

Letusan konflik ini, tampakseperti api dalam sekam, identitasyang majemuk akibat transformasidan integrasi geopolitik gagal dibacaoleh negara dan pengambilkebijakan di Singkel. Elit benar-benar lengah dan lamban dalammelakukan rekayasa sosial danmembuat ritual besar, untukmengintegrasikan identitas-identitasmasyarakat Singkel “dunia baru”yang telah ber-sporadis. Situasi ini,diiringi pelemahan sistematis modalsosial di Singkel. Saya ingat betul,menjelang siang hari Sabtu, 10Oktober 2015, setelah menyebrangsungai Lae Alas dari KecamatanKuala Baru, Aceh Singkil. Seorangwarga Singkel yang saya jumpai diKilangan, memberi infomengejutkan, seruan dari sms yangia terima, untuk berkumpul di TuguLipat Kajang pada tanggal 13Oktober 2015. Pesan ini, tampakdikirim secara masif oleh pengirim,sebagai sinyal awal-3 hari lagi akansegera meletus konflik gesekanantarumat beragama di Singkel.Namun, dibiarkan !!

Page 16: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

3232

menemukan pola melihatmasyarakat Singkel secara

Seyogjanya, konflik yangberujung pada intoleransi, danpenghilangan nyawa manusia ini takperlu terjadi, jika negara cepatbergerak dan mencegah. Apalagi,konflik antar-umat berbedaidentitas agama di Singkel, bukanyang pertama, tapi rentetatan daripengulangan konflik yang takpernah dituntaskan secarapermanen (1968, perjanjian 1979hingga sekarang). Identitas Singkelbaru yang dikonstruksi olehkolonial, ternyata menghadapipersoalan kegagalan negosiasikemudian hari-dalam konteksgeopolitik Aceh.

E. Kesimpulan

Tulisan dan perbincanganteks ini telah menunjukkan perankebudayaan dalam konteks identitasmemahami masyarakat majemuk.Untuk dapat memahami Singkel,dengan persoalan identitas, makasebuah komunitas masyarakatmajemuk seperti Singkel perludimaknai dan dicari benang merahlewat kerja-kerja antropologi yangmembutuhkan waktu lama untuk

mendalam, seperti konsep identitas.

Masa depan Singkel,menyangkut masa depan banyakpartikel, terutama citra Islam danAceh, lalu masa depan citraIndonesia sebagai negara pluralyang akan diperhatikan oleh global.Karena itu, pemutusan jaringan

konflik, dan kesepakatan damaiharus segera direalisasikan lewatpemahaman kesadaran identitasyang majemuk dari manusia dankelompok masyarakat Singkel.

Identitas Singkel baru, danetnomigrasi harus dikaji secaramendalam lewat pendekatanfenomenologi, serta penyebabmuncul ketimpangan struktur sosialmasyarakat perbatasan tersebut. Disini, komunikasi sosial dan budayakeniscayaan. Rekayasa sosial danritual budaya harus dihadirkan.Apalagi, benturan identitas dengannegosiasi kedakuan Singkel,seyogjanya harus dicari maknadibalik gejala sosial tersebut denganpenelitian yang lebih mendalam.Dalam konteks hubunganantarumat beragama, jika kesadaranidentitas sebagai konsep dapatdibaca, sangat memungkinkanterbentuknya hubungan harmonis.Tentunya, hubungan timbal balik(principle of reciprocity) dan pertukaransosial (social exchange) harusdijadikan sistem ideal yangmempengaruhi sistem pemikiranmasyarakat setempat menujuintegrasi sosial.

Pada akhirnya, kesadaranmemaknai identitas saudara se-etniksangat penting di Singkel. Kerja-kerja ini yang kemudian absen disana. Di sisi lain, provokasi luaryang dapat memperkeruh danmembelah masyarakat Singkelharus dideteksi. Pun, perhatian elitedan negara yang serius memahamigesekan persoalan warganya, bukan

Page 17: (Membaca Identitas Masyarakat Majemuk Dan Refleksi Konflik ...

Muhajir Al Faisury, MENJADI SINGKEL MENJADI ACEH,MENJADI ACEH MENJADI ISLAM

3333

membiarkan akumulasi kekecewaandan ketidakadilan yang selama inikerap muncul di sana. Konsepidentitas dan kesadaran satu klan,harus benar-benar diritualkan diSingkel, sehingga masyarakatmajemuk tersebut, dapat hidupberdampingan dan memungkinkanterciptanya integrasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka, KerangkaStudi ; Antrhopologi Sosialdalam Pembangunan.Bandung : Tarsito. 1976.

Ahimsa Putra, Shri, Heddy, BudayaBangsa, Jati Diri danIntegrasi Nasional ; SebuahTeori, Jejak Nusantara,Edisi Perdana, Tahun I,2013, h. 6-19.

------------------, Fenomenologi Agama :Pendekatan Fenomenologiuntuk Memahami Agama,Walisongo, Volume 20,Nomor 2, November2012, h. 271-304.

------------------. Paradigma IlmuSosial-Budaya : SebuahPandangan. 2009.

Spradley, James P. 1997. MetodeEtnografi. Yogyakarta:Tiara Wacana.

Strauss, Anselm & Juliet Corbin.Dasar-dasar PenelitianKualitatif Tata Langkahdan Teknik-teknikTeoritisasi Data.Yogyakarta: PustakaPelajar. 2003.

Tanjung, Liana, Ida, Antara OrangPasisir dan Orang Batak diTapanuli : KesadaranIdentitas Etnik di Barus danSibolga, 1842-1980-An,Ringkasan Disertasi,Fakultas Ilmu Budaya-UGM, 2016.

Koran/Majalah

Al Fairusy, Muhajir, DamailahSingkil, Serambi Indonesia, Opini,17 Oktober 2015.

Al Fairusy, Muhajir, Kultur Konflik,dan Ekspresi Etnomigrasi, Warta ArRaniry, Edisi II Tahun 2015, hal.37-40