Memahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi

24
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI SRI HANDAYANI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Syedza Saintika Padang

Transcript of Memahami sistem kewaspadaan pangan dan gizi

  • 1. SRI HANDAYANI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Syedza Saintika Padang

2. Kerawanan Pangan suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Rawan Pangan Kronis ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan. 3. Rawan Pangan Transien suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor,gunungmeletus, banjir bandang, tsunami). a.Transien Berat: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi lebih dari 30 persen penduduk suatu wilayah. b. Transien Ringan: apabila dampak bencana berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi kurang dari 10-30 persen penduduk suatu wilayah. 4. Investigasi kegiatan peninjauan ke tempat kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan cross check terhadap kejadian rawanpangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan data dan informasi gunamengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima manfaat, serta jenisbantuan yang diperlukan. Intervensi tindakan yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun kronis, untuk mengatasi masyarakat yang mengalami rawan pangan sesuai dengan kebutuhannya secara tepat dan cepat. 5. Intervensi Jangka Pendek/Tanggap Darurat adalah suatu kegiatanpenanganan daerah rawan pangan bersifat segera. Intervensi Jangka Menengah adalah suatu kegiatan penanganan daerahrawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu 3 (tiga) hingga 6 (enam)bulan. Intervensi Jangka Panjang adalah suatu kegiatan penanganan daerahrawan pangan yang dilakukan dalam kurun waktu di atas 6 (enam) bulan. Sasaran penerima manfaat adalah masyarakat yang terindikasi rawan pangan transien atau kronis yang ditetapkan berdasarkan hasil rekomendasi dari Tim Investigasi. 6. Monitoring (Pemantauan) adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin atau suatu proses mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses/mempelajari, mengawasi, dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pengambilan keputusan, yang dilakukan secara terus menerus dan berkala di setiap tingkatan agar program/kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana atau pengamatan secara kontinyu mengenai penggunaan input untuk melaksanakan kegiatan, pencapaian hasil, dan dampak proyek. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar atau proses penilaian secara sistematik, reguler, dan obyektif mengenai relevansi, kinerja dan keberhasilan program/proyek yang sedang berjalan dan sudah diselesaikan. 7. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistempendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi yangberjalan terus menerus. Informasi yang dihasilkan menjadi dasarperencanaan, penentuan kebijakan, koordinasi program, dan kegiatanpenanggulangan rawan pangan dan gizi. SKPG (Peraturan Menteri Pertanian/Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Nomor 43 Tahun 2010 )adalah serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian rawan pangan dan gizi melalui pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi. Dalam melaksanakan SKPG, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pangan dan Gizi yang berada di bawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. 8. 1. Mengetahui lokasi (kecamatan dan desa) yang mempunyai risiko rawan pangan dan gizi 2. Memantau keadaan pangan dan gizi secara berkesinambungan. 3. Merumuskan usulan tindakan jangka pendek dan jangka panjang. 9. Bagi Kepala Daerah: Sebagai dasar menetapkan kebijakan penanggulangan masalah pangan dan gizi dalam: 1. Menentukan daerah prioritas. 2. Merumuskan tindakan pencegahan terhadap ancaman krisis pangan dan gizi. 3. Mengalokasikan sumberdaya secara lebih efektif dan efisien. 4. Mengkoordinasikan program lintas sektor. Bagi pengelola program: 1. Penetapan lokasi dan sasaran. 2. Menyusun kegiatan terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sektor. 3. Proses pemantauan pelaksanaan. 4. Pelaksanakan kerjasama lintas sektor. 5. Mengevaluasi pelaksanaan program. 10. Bagi masyarakat a. Kemungkinan kejadian krisis pangan di masyarakat dapat dicegah. b. Ketahanan pangan ditingkat rumah tangga meningkat. c. Melindungi golongan rawan dari keadaan yang dapat memperburuk status gizi. 11. analisis situasi pangan bulanan analisis situasi pangan tahunan diseminasi dan penyebarluasan informasi 12. Analisis bulanan dan tahunan menginformasikan tentang aspekketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untukmenganalisis situasi pangan dan gizi di suatu daerah Data bulanan dan tahunanyang digunakan dalam analisis SKPG tersebut dikumpulkan dari lembaga yangberwenang menyediakan data, seperti BPS, Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan,Dinas Pertanian, atau Dinas/Kantor/Badan/Unit Kerja lainnya yang terkait 13. Data bulanan dan tahunan tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis untukmengetahui tingkat kerawanan pangan suatu daerah. Hasil analisis SKPG yangmencerminkan tingkat kerawanan pangan tersebut, selanjutnya dilihat apakah disuatu daerah terindikasi rawan (berwarna merah), waspada (berwarna kuning),dan aman pangan (berwarna hijau). 14. Apa keluaran SKPG ? Keluaran SKPG disuatu Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya Peta kecamatan daerah rawan pangan dan gizi. 2. Adanya ramalan produksi dan ketersediaan makanan pokok. 3. Diketahuinya perkembangan pola konsumsi dan status gizi. 4. Adanya rumusan kebijakan bidang pangan dan gizi. Apa indikator SKPG ? 1.Produksi Pangan. a.Luas Tanam (LT). b.Luas Kerusakan (LK). c.Luas Panen (LP) 2.Non Pangan, dikembangkan oleh daerah 3.Harga Pangan. a.Harga Produsen. b.Harga Konsumen. 4.Indikator Konsumsi Pangan. Perubahan jenis, frekuensi, jumlah makanan pokok. 5.Indikator Status Gizi. a.Prevalensi Gizi Kurang balita bPertumbuhan Balita (SKDN). c.Kasus Gizi Buruk dari pemantauan KLB gizi oleh TPG. 6.Indikator Keluarga Miskin -Proporsi keluarga miskin 7. Indikator lokal dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah 15. 1.Mengumpulkan dan menyajikan data pangan dan gizi dari sektor terkait. 2.Menyiapkan analisis hasil kajian data untuk pemetaan, peramalan dan pemantauan pangan dan gizi. 3.Menyampaikan hasil analisis (informasi pangan dan gizi) pada setiap kesempatan pertemuan koordinasi. 16. Di setiap Kabupaten/Kota perlu dibentuk Kelompok Kerja (POKJA) Kewaspadaan Pangan dan Gizi (KPG), melalui Surat Keputusan Bupati/Walikotamadya, ber-dasarkan Inmendagri Nomor 23 tahun 1998 tentang pembentukan Tim Pangan dan Gizi di Daerah Pokja KPG terdiri dari unsur-unsur kesehatan, pertanian, Bappeda, BKKBN, Sosial, D olog, statistik dll yang dianggap perlu pengorganisasian (struktur organisasi, tugas dan mekanisme kerja) Pokja KPG disesuaikan dengan situasi setempat, mengacu pada Petunjuk Teknis SKPG di Kabupaten/ Kota. 17. Apa kewenangan daerah dalam pelak-sanaan SKPG ? 1. SKPG adalah salah satu system surveilens yang menjadi kewenangan pemerintah dan daerah dalam bidang kesehatan dan pertanian (UU No 22 tahun 1999 dan PP No 25 tahun 2000). 2. SKPG merupakan kegiatan yang wajib tetap dilaksanakan oleh Propinsi dan Kabupaten/Kota sebagai wilayah administrasi kesehatan (SE Menteri Kesehatan 27 Juli 2000 No.1107/Menkes/E/VII/2000). 3. Daerah berwenang menyesuaikan SKPG sesuai keadaan setempat. 18. makasih