Memahami Perubahan Perilaku peserta PTRM

13
Memahami Perubahan Perilaku Berhadapan dengan pengguna Napza disertai berbagai masalah yang diusungnya membuat terapis mengajak mereka berpikiran logis bersamaan pula memperhitungkan risiko dan konsekuensi. Meskipun demikian seringkali keputus- asaan dari terapis muncul ketika perubahan perilaku kearah perilaku lebih sehat tidak terjadi. Terapis menganggap upaya yang dilakukan sia-sia. Memahami perubahan perilaku dan tahapannya akan dapat menerangkan upaya yang dilakukan dan sikap perilaku yang ditampilkan pengguna. Prochaska dan Diclementi (1998) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang membuat seseorang berada dalam tahapan perilaku prakontemplasi, kontemplasi, preparasi, aksi dan rumatan. Banyak pengguna yang tak menyadari akan bahaya yang menyertai penggunaan zat mereka, tidak menganggap penggunaan mereka menimbulkan masalah atau

description

perubahan perilaku peserta program terapi rumatan metadon

Transcript of Memahami Perubahan Perilaku peserta PTRM

Memahami Perubahan Perilaku

Berhadapan dengan pengguna Napza disertai berbagai masalah yang

diusungnya membuat terapis mengajak mereka berpikiran logis bersamaan pula

memperhitungkan risiko dan konsekuensi. Meskipun demikian seringkali keputus-

asaan dari terapis muncul ketika perubahan perilaku kearah perilaku lebih sehat tidak

terjadi. Terapis menganggap upaya yang dilakukan sia-sia. Memahami perubahan

perilaku dan tahapannya akan dapat menerangkan upaya yang dilakukan dan sikap

perilaku yang ditampilkan pengguna.

Prochaska dan Diclementi (1998) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor

yang membuat seseorang berada dalam tahapan perilaku prakontemplasi,

kontemplasi, preparasi, aksi dan rumatan. Banyak pengguna yang tak menyadari akan

bahaya yang menyertai penggunaan zat mereka, tidak menganggap penggunaan

mereka menimbulkan masalah atau mereka tidak menghubungkan masalah yang

dihadapinya terkait dengan penggunaan zat.

Tahap Pra-Kontemplasi

Dalam tahap ini, individu pengguna datang ke layanan terapi untuk

menyenangkan keluarga atau orang terdekatnya, bukan untuk mengubah perilaku

penggunaannya. Karekteristik individu dalam masa prakontemplasi :

Tidak dapat menerima bahwa masalah yang ditimbukannya terkait

dengan penggunaan zatnya.

Tidak komit atau pasif dalam menjalani terapi.

Secara sadar maupun tidak menghindari langkah-langkah perubahan

perilaku.

Tidak atau kurang menyadari bahwa perilakunya membawa masalah.

Melakukan terapi hanya bila didorong kuat oleh orang di

lingkungannya.

Mereka datang ke layanan tapi tanpa menyadari atau tanpa mengenal masalah

penggunaan zat mereka. Kalaupun mereka menyadari adanya masalah, mereka tidak

berpikir untuk merubah perilaku mereka. Kelompok ini adalah mereka yang sudah

memulai mengenal masalah dalam penggunaan Napzanya tetapi enggan berpikir lebih

jauh untuk mengubah perilakunya, mereka adalah kelompok ambivalen.

Tahap Kontemplasi

Dalam fase ini individu telah mulai memikirkan perubahan perilaku namun

belum bergerak kearah perubahan perilaku. Mereka berpikir serius untuk berhenti

menggunakan zat atau mengurangi penggunaan, baik karena desakan kebutuhan dari

dalam diri ataupun peristiwa dari luar dirinya, dan seringkali berpikir untuk

berperilaku sehat. Menurut Prochaska dan DiCleente (1982) mereka telah mengenali

masalah terkait penggunaan zatnya, memahami hal tersebut, merasa tidak senang dan

stres akan hal tersebut dan tidak nyaman dengan masalah yang ditimbulkan dari

penggunaan zatnya. Mereka seringkali meminta bantuan orang lain untuk turut

mengendalikan dirinya dari penggunaan zat.

Tanda karakteristiknya adalah :

Mencari pemahaman dan mengevaluasi perilaku mereka sendiri

Merasa tertekan atau stres

Menginginkan pengendalian diri atau mencari pengendalian diri atau mencari

pengendali diri.

Berpikir untuk berubah

Belum mengambil langkah perubahan dan belum melakukan persiapan untuk

itu

Berulangkali berupaya untuk berubah dimasa lalu

Mengevaluasi untung dan rugi perilaku mereka dan jika perilaku diubah.

Studi Disclemente dkk menggambarkan sejak 6 bulan lalu pra-kontemplator

berpikir menimbang berhenti merokok, mereka berhenti merokok tidak lebih dari

sehari dan dalam 30 hari ini masih belum berubah. Para pra-kontemplator belum

berupaya berhenti, sedangkan kebalikannya para kontemplator telah berupaya

mengurangi jumlah rokok yang dihisapnya, atau telah menjauhi godaan merokok,

telah menimbang untung dan rugi berhenti merokok. Pada bulan pertama dan keenam

para kontemplator dibanding para pra-kontemplator lebih yakin diri untuk berubah

dan berhenti merokok.

Para kontemplator secara serius berpikir untuk berubah tetapi belum mengambil

tindakan perubahan, belum juga bersiap-siap. Mereka sering memerlukan waktu

untuk menimbang dalam pikirannya.

Tahap Persiapan

Individu dalam masa ini berencana memulai perubahan dalam waktu dekat

dan dalam banyak kasus telah mempelajari betapa berharganya berubah dan belajar

dari kesalahan orang lain. Mereka dalam tahap ini menyelesaikan pengambilan

keputusan. Mereka membutuhkan informasi yang benar tentang berbagai hal untuk

sampai pada ketepatan pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan dan

situasi dirinya.

Karakteristik dalam tahap ini adalah :

Berketetapan untuk merubah perilaku

Siap untuk mengubah sikap dan perilaku

Bersiap mengambil langkah perubahan

Masuk kedalam proses perubahan

Bersiap tegar dalam tekad untuk berubah sesuai opsi yang diambilnya

Membuat rencana dan memutuskan berubah

Dalam tahap ini segera disusun perencanaan yang dapat dikerjakan oleh klien

dan evaluasi setiap pro-kons yang terungkap.

Tahap Bertindak

Dalam tahap ini klien berupaya dan menunjukkan perubahan perilaku dan

lingkungan yang mempengaruhinya dalam rangka mengatasi masalah yang

dihadapinya. Ada dua karakteristik individu dalam tahap ini. Karakteristik pertama

adalah orang yang tegas, dan jelas pilihannya serta keteguhan untuk berubah, yang

kedua adalah orang yang tampilannya menunjukkan bahwa ia aktif mengubah

perilaku dalam keteguhan mengubah perilaku.

Klien memutuskan untuk mengubah perilaku

Klien mengatakan untuk menunjukkan ketegasan untuk melakukan perubahan

Melakukan upaya perubahan perilaku dan atau lingkungan geraknya

Klien memperlihatkan motivasi dan usaha untuk mencapai perubahan perilaku

Klien teguh melakukan perubahan perubahan perilaku dan ikut serta dalam

proses perubahan perilaku

Klien bertekad mengikuti strategi dan aktivitas sesuai anjuran

Klien dalam kategori ini dengan semangat mengikuti proses perubahan

perilaku, melawan perilaku terdahulu, mengendalikan stimulus, mendorong dirinya

kearah kemajuan dan memelihara pergaulan.

Tahap Rumatan (maintenance)

Dua tanda karakteristik dalam tahap ini adalah mempertahankan perilaku yang

telah berubah dalam tahap tindakan dan yang kedua menghindarkan diri dari

kambuhan. Tanda perubahan dalam tahap ini bertumpang tindih dengan tahap

sebelumnya mengingat masa ini usaha mempertahankan perilaku berupa mengulang

perilaku dalam tahap tindakan.

Klien terus-menerus beraktivitas mempertahankan perilaku yang telah

dicapainya.

Senantiasa mempertahankan dan menghindarkan diri dari slip atau kambuh.

Klien mungkin menunjukkan kecemasan atau ketakutan kambuh dan

kekuatiran menghadapi situasi beresiko tinggi.

Lebih jarang tergoda penggunaan zat atau kembali menggunakan jika

menghadapi penggunaan.

Orang-orang ini seringkali tindakannya sukar dibedakan dari tahap

sebelumnya. Untuk keperluan riset, maka dikatakan jika dalam masa enam bulan

perilaku perubahan dapat bertahan maka disebut fase rumatan, karena kebanyakan

klien kambuh dalam jangka waktu enam bulan.

Waktu adiksi sangat kompleks, masalahnya bermacam-macam, karena itu

klien dan terapis hendaklah senantiasa bekerja sama dalam memecahkan masalah

yang dialami, tahap demi tahap. Pada pengguna polydrugs maka satu per satu

masalah ketergantungan diselesaikan, klien memilih masalah mana yang

didahulukan.

ISU KLINIS DALAM TAHAP PRAKONTEMPLASI, KONTEMPLASI DAN

PERSIAPAN

Pada masa prakontemplasi dan kontemplasi, klien belum melakukan persiapan

guna berubah. Pada tahap persiapan klien telah mengambil keputusan dan berencana

mengubah perilaku meski masih terdapat resistensi. Kekurangmampuan mengambil

keputusan seringkali diterjemahkan sebagai denial atau resistensi, dan seringkali

diskusi menyatakan bahwa tugas para terapis adalah melakukan konfrontasi atas

denial dan resistensi.

Denial atau Penyangkalan

Denial merupakan mekanisme defensif yang digunakan para alkoholik

(Chavez 1970). Mekanisme defensif ini yang seringkali menghambat pemulihan.

Menurut Valliant, denial berada dalam alam bawah sadar agar individu membebaskan

diri dari konflik emosional dan anxietas, dan merupakan mekanisme defensif yang

imatur. Bentuk-bentuk denial adalah sebagai berikut :

Simple denial – klien menyatakan penggunaan zat tidak menimbulkan

masalah, sementara bukti menunjukkan sebaliknya.

Minimizing – menyatakan ada masalah sampai tahap tertentu tetapi

mengatakan tidak serius.

Blaming – memproyeksikan pertanggungjawaban perilakunya pada obyek

diluar dirinya, baik itu orang lain maupun situasi. Mereka mengelak tanggung

jawab ada pada dirinya.

Rasionalisasi – menggunakan alibi, alasan memaafkan diri dan alasan lainnya

sebagai penyebab.

Diversi – menolak membicarakan isu penggunaan zat dengan mengalihkan ke

topik bicara lainnya.

Hostilitas – respon pembicaraan terkait penggunaan zat dengan kemarahan,

tersinggung dan atau omelan dengan harapan topik dialihkan.

Resistensi

Menurut istilah psikoanalisis Fenichel (1945), resistensi adalah setiap keadaan

yang mencegah pasien memuunculkan masalah dalam nir sadar. Konsep resistensi

adalah proses dalam tindakan, emosi atau pikiran yang mencegah keluarnya materi

dari nir sadar pasien. Menurut terapis, resistensi adalah dimana pasien melakukan

antiterapetik. Tujuan dari resistensi adalah menghindarkan diri dari perasaan tak

nyaman seperti kecemasan dan perasaan bersalah, resistensi juga merujuk pada

keadaan klien yang tidak termotivasi.

Resistensi dan denial menghambat keberhasilan terapi, terlihat sebagai pasien

tak termotivasi, karena itu dilakukanlah motivational interviewing. Strategi

memotivasi untuk mengubah perilaku adalah sebagai berikut :

Memberikan advis

Menghilangkan hambatan

Menyiapkan berbagai pilihan

Menurunkan nafsu

Tunjukkan empati

Lakukan umpan balik

Pertegas goal

Aktif membantu

Dalam membantu klien pada tahap bertindak dilakukan :

Pertahankan klien terus dalam terapi

Dukung pandangan realistik untuk berubah sekecil apapun perubahan

Kenali kesulitan dan cara mengatasinya pada tahap awal perubahan

Bantu klien mengenali situasi resiko tinggi melalui analisis fungsional dan

mengembangkan strategi penyesuaian diri menghadapinya

Bantu klien untuk menemukan pendorong baru penguatan untuk perubahan

positif

Bantu klien menilai apakah ia mempunyai dukungan kuat keluarga atau

lingkungan

Strategi dalam tahap rumatan

Bantu klien mengidentifikasi dan sumber-sumber lingkungan [ergaulan bebas

zat

Dukung gaya hidup sehat

Keuatkan kemampuan klien mengatasi masalah dan efektivitas dirinya

Bantu klien mempraktekkan dan menerapkan strategi baru menghadapi

penggunaan zat

Lakukan dukungan secara teratur