Meiosis Dan Mitosis

13
SIKLUS SEL (MITOSIS DAN MEIOSIS) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Genetika Yang dibimbing oleh Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Metri Dian Insani, S.Si, M.Pd. Disusun Oleh : Ardiansyah Fitrul Firdaus (120351402866) Diana Cahya Ningrum (120351410901) Eni Setyowati (120351410900) Offering A

description

metpem

Transcript of Meiosis Dan Mitosis

Page 1: Meiosis Dan Mitosis

SIKLUS SEL (MITOSIS DAN MEIOSIS)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Genetika

Yang dibimbing oleh Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Metri Dian Insani, S.Si, M.Pd.

Disusun Oleh :

Ardiansyah Fitrul Firdaus (120351402866)

Diana Cahya Ningrum (120351410901)

Eni Setyowati (120351410900)

Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Januari 2015

Page 2: Meiosis Dan Mitosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masa pertumbuhan, tubuh makhluk hidup baik manusia, hewan maupun

tumbuhan akan bertambah besar dan tinggi. Hal ini dikarenakan sel-sel penyusun

makhluk hidup mengalami pembelahan sehingga bertambah banyak. Pertambahan

jumlah sel inilah yang menyebabkan tubuh bertambah besar dan tinggi. Pembelahan sel

juga tidak hanya terjadi pada saat pertumbuhan. Ketika sel-sel dalam jaringan tubuh kita

rusak, misalnya ketika kulit terluka, sel-sel pada jaringan tersebut juga akan melakukan

pembelahan untuk memperbaiki jaringan yang rusak.

Sel yang membelah disebut sebagai sel induk dan turunanya disebut sel anakan. Sel

induk memiliki sejumlah kromosom yang berisi informasi genetik. Pada pembelahan

sel, sel induk memindahkan salinan informasi genetik yang terdapat di dalam

kromosom kepada sel anakan yang menjadi sel generasi berikutnya. Dari pembelahan

sel inilah kita memperoleh penurunan sifat-sifat dari kedua orang tua kita. Begitu juga

dengan hewan dan tumbuhan. Sifat-sifat yang tampak merupakan penurunan dari

sifat induknya. Proses pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya tidak terlepas dari

dua macam peristiwa pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses pembelahan sel secara mitosis?

b. Bagaimana proses pembelahan sel secara meiosis?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui proses pembelahan sel secara mitosis.

b. Untuk mengetahui proses pembelahan sel secara meiosis.

Page 3: Meiosis Dan Mitosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembelahan Sel secara Mitosis

2.2 Pembelahan Sel secara Meiosis

Pembelahan meiosis terjadi pada sel- sel kelamin (gamet), yaitu sperma dan ovum.

Pembelahan meiosis bertujuan untuk menjaga agar keturunan hasil reproduksi seksual tetap

memiliki jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Untuk tujuan itu, pada pembelahan

meiosis terjadi pengurangan jumlah kromosom induk sehingga pembelahan ini disebut juga

pembelahan reduksi. Pada pembelahan meiosis dihasilkan empat sel anak yang masing-

masing mengandung setengah jumlah kromosom sel induk. Misalnya, hasil pembelahan

meiosis pada manusia yang jumlah kromosomnya 46 buah adalah sel- sel dengan jumlah

kromosom 23 buah.

Pembelahan meiosis terjadi melalui dua kali periode pembelahan, yaitu meiosis I dan

meiosis II. Pada meiosis I terjadi reduksi atau pengurangan jumlah kromosom sel induk,

sedangkan pada meiosis II terjadi pemisahan kromosom. Antara meiosis I dan meiosis II ada

periode pendek yang memisahkannya yang disebut tahap interkinesis.

A. Meiosis I

Sebelum memasuki meiosis I, terlebih dahulu terjadi interfase. Interfase I pada meiosis I

sama dengan interfase pada mitosis, yaitu terjadi sintesis dan replikasi DNA serta terjadi

pembentukkan protein – protein yang bermanfaat untuk tahap – tahap setelahnya. Tahap –

tahap pada meiosis I adalah:

Profase I

Sebagian besar perbedaan antara mitosis dan meiosis terdapat pada fase ini. Profase I pada

meiosis menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan profase pada mitosis.

Profase I ini dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Profase I terdiri dari

beberapa tahap, yaitu:

a. Leptoten

Pada tahap ini, kromosom terlihat seperti benang – benang halus yang panjang, sehingga

masing – masing kromosom belum dapat dikenali secara jelas. Benang – benang kromosom

yang halus tersebut disebut kromonema. Pada fase ini, struktur kromosom yang dapat terlihat

lebih jelas adalah kromomer. Kromomer adalah penebalan yang terjadi pada beberapa bagian

kromososm yang tampak seperti manik – manik. Pada fase ini pasangan – pasangan kromatid

belum dapat dibedakan.

b. Zigoten

Page 4: Meiosis Dan Mitosis

Pada fase ini, mulai terjadi perpasangan antara kromosom yang homolog, sehingga alel –

alel akan berhadapan letaknya dan tidak berjauhan seperti pada leptoten. Proses saling

berpasangan antara kromosom homolog disebut sinapsis. Namun, sinapsis ini akan lebih jelas

terlihat pada fase selanjutnya (pakiten).

c. Pakiten

Fase ini merupakan fase yang paling lama pada profase I ini. Benang – benang kromosom

tampak semakin jelas dan perpasangan serta sinapsis antara kromosom homolog semakin

dekat dan sempurna. Benang – benang kromosm terlihat double. Hal ini karena setiap pasang

kromosom yang homolog terdiri dari dua buah kromatid. Sehingga pada fase ini, terlihat

sejumlah perpasangan bivalen yang jumlahnya sama dengan jumlah kromosom haploid dari

individu tersebut. Jumlah kromatid pada fase meiosis ini sama banyaknya dengan jumlah

kromatid pada profase mitosis. Yang membedakan adalah distribusi kromosom –

kromosomnya.

Pada profase mitosis, kromosom – kromosom saling terpisah dan tidak berhubungan,

sedangkan pada profase I meiosis kromosom – kromosomnys saling berpasangan secara

bivalen Adanya sinapsis yang sempurna pada fse ini memungkinkan terjadinya pertukaran

genetik antar kromosom homolog atau antar kromosom yang bukan homolognya (pindah

silang / crossing over).

d. Diploten

Fase ini ditandai dengan mulai memisahnya kromatid – kromatid yang tadinya

berpasangan secara bivalen. Pemisahan yang paling kuat, terjadi pada bagian sentromer.

Akan tetapi, pada bagian – bagian tertentu dari kromosom homolog masih tetap saling

berdekatan. Bagian – bagian yang saling berdekatan dan tampak bersilang ini disebut kiasma

(banyak : kiasmata). Pada kiasma tersebut, kromatid – kromatid yang tidak homolog

(“nonsister chromatid”) akan putus. Kemudian, ujung – ujung dari kromatid yang putus tadi

akan bersambungan secara resiprok (berbalasan). Hal ini menyebabkan gen – gen yang

terangkai pada segmen kromatid tersebut akan bertukar secara resiprok juga. Proses

tertukarnya segmen – segmen nonsister kromatid dari pasangan kromosom homolognya yang

disertai tertukarnya gen – gen yang terangkai pada segmen – segmen tersebut secara resiprok

dinamakan pindah silang (crossing over).

Proses pindah silang ini sangat penting karena akan menghasilkan kombinasi – kombinasi

yang baru (tipe rekombinasi) yang bermanfaat bagi pemuliaan tanaman. Kromatid – kromatid

yang tidak mengalami pindah silang masih memiliki gen – gen yang berasal dari tetuanya.

Page 5: Meiosis Dan Mitosis

Gamet – gamet yang menerima kromatid yang tidak mengalami pindah silang tersebut

disebut gamet tipe parental.

e. Diakinesis

Fase ini merupakan fase terakhir pada profase I meiosis. Kromosom – kromosom

mengalami kondensasi maksimum dan kiasma semakin jelas terlihat. Pada fase ini, nukleolus

dan membran nukleus menghilang, dan benang – benang gelendong mulai terbentuk.

Metafase I

Pada fase ini, hampir sama dengan metafase mitosis. Kromosom – kromosom

menempatkan dirinya di tengah – tengah sel, yaitu di bidang equator dari sel. Namun,

terdapat perbedaan antar metafase I meiosis dengan metafase mitosis. Pada metafase mitosis,

yang terdapat pada bidang equator adalah kromosom – kromosom tunggal. Sedangkan pada

metafase I meiosis, yang terdapat pada bidang equator adalah pasangan – pasangan

kromosom homolog sehingga pada metafase I meiosis tidak terjadi pembelahan sentromer.

Anafase I

Sama halnya dengan yang terjadi pada anafase mitosis, anafase I meiosis dimulai ketika

kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan. Tiap kromosom dari pasangan kromosom

homolog bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Masing – masing kutub menerima

setengah jumlah kromosom yang ada, sehingga pada fase inilah dimulai terjadinya reduksi

kromosom.

Cara pergerakkan kromosom homolog ke arah kutub yang berlawanan oleh benang

gelendong terjadi secara bebas dan kebetulan, tidak ada yang memerintahkan untuk suatu

kromosom bergerak ke atas atau ke bawah. Hal ini sesuai dengan hukum mendel yang

terkenal, yaitu “The law of segregation of allelic genes” dan “The law of independent

assortment of genes”. Sebagai contoh, jika terdapat alel dominan (A) dan alel resesif (a).

Page 6: Meiosis Dan Mitosis

Maka, mereka akan memisah secara bebas ke kutub yang berlawanan menjadi (A) atau (a).

Hal yang sama juga terjadi pada alel dominan (B) dan alel resesif (b) yang akan memisah

secara bebas menjadi (B) atau (b). Maka, kombinasi antar keduanya akan terbentuk AB, Ab,

aB, atau ab.

Telofase I

Pada fase ini, dinding nukleus dan nukleolus terbentuk kembali seperti pada telofase

mitosis. Akan tetapi, pada telofase meiosis, jumlah kromosom haploid lah yang terdapat pada

nukleus yang baru ini. Pada masing – masing nukleus yang baru ini terdapat dua kromosom

yang haploid yang terdiri dari empat kromatid. Sehingga menandakan bahwa reduksi jumlah

kromosom masih belum berlangsung sempurna. Agar dapat tercapai reduksi yang sempurna,

maka diperlukanlah pembelahan meiosis II

Sitokinesis I

Pada sitokinesis I tiap kromosom homolog dipisahkan oleh sekat sehingga sitokinesis

menghasilkan dua sel, masing-masing berisi kromosom dengan kromatid kembarnya.

Interkinesis

Interkinesis adalah tahap diantara dua pembelahan meiosis. Pada tahap interkinesis tidak

terjadi perbanyakan (replikasi) DNA. Hasil pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel

anakan yang haploid (karena kini sel anakan mengandung setengah pasang kromosom

homolog). Meskipun demikian, perlu diingat bahwa kromosom tersebut masih berisi

sepasang kromatid, yang berarti kandungan DNA-nya masih rangkap (2c). Tujuan meiosis II

adalah membagi kedua salinan tersebut pada sel anakan yang baru. Pada meiosis II terjadi

tahap-tahap yang serupa pada meiosis II.

Page 7: Meiosis Dan Mitosis

B. Meiosis II

Profase II

Sentrosom membentuk dua sentriol yang terletak pada kutub yang berlawanan dan

dihubungkan oleh benang gelendong. Membran inti dan nukleolus lenyap, kromatin berubah

menajdi kromosom yang terjerat oleh benang gelendong.

Metafase II

Pada metafase II tiap kromosom (yang berisi dua kromatid) merentang pada bidang ekuator.

Terbentuk benang-benang spindel, satu ujung melekat pada sentromer, dan ujung lain

membentang menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan arah.

Anafase II

Pada anafase II benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan yang

berlawanan tersebut. Akibatnya, kromosom memisahkan kedua kromatidnya dan bergerak

menuju kutub yang berbeda. Kromatid yang terpisah kini dinamakan kromosom.

Telofase II

Pada telofase II, kromatid (atau kini disebut kromosom) telah mencapai kutub pembelahan.

Hasil total dari tahap ini adalah terbentuk empat inti. Tiap inti mengandung setengah pasang

kromosom (haploid) dan satu salinan DNA (1n,1c).

Sitokinesis II

Pada sitokinesis II tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel dan akhirnya menghasilkan empat

sel kembar haploid.

Page 8: Meiosis Dan Mitosis
Page 9: Meiosis Dan Mitosis