Meeting Point Sunni-Syiah

6
TITIK TEMU SUNNI-SYIAH Oleh: A Khudori Soleh Syiah adalah salah satu dari sekian banyak madzhab teologi dalam Islam, sebagaimana Muktazilah, Qadariyah, Ahli Sunnah (Sunni) dan lainnya. Meski demikian, Syiah biasanya diperlakukan “lain” oleh kebanyakan kaum Sunni. Begitu banyak perbedaan ditonjolkan untuk menunjukkan seolah-olah Syiah bukan bagian dari Islam atau yang lain. Karena itu, sungguh sangat tepat pernyataan Joko Susilo beberapa tahun lalu, bahwa perbedaan Sunnah-Syia h sebenarnya tidak perlu diperbesar. Tidak ada untungnya. 1 Sebaliknya, justru harus giat dicari titik temunya. Harus disadari bahwa bagaimanapun Syiah bukanlah “orang lain”. Mereka adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat muslim lainnya. Mereka pernah lama hadir dalam sejarah Islam dan mengantarkannya kepada masa kejayaan, misalnya pada masa pemerintahan Buyid, Fatimiyah dan Savafiyah. Bahkan, pada dekade terakhir ini, mereka telah berhasil menaikkan gengsi umat Islam di mata dunia internasional dengan tampilnya Imam Khumaini di Iran. Meributkan adanya perbedaan berarti tidak menyadari bahwa munculnya ketidaksamaan adalah sesuatu yang wajar. Bahkan keniscayaan. Sebab, manusia tidaklah sama. Dalam lapangan fiqh, juga dikenal adanya madzhab-madzhab yang saling berbeda. Begitu pula dalam agama lain. Bahkan lebih parah. Dalam agama Kresten, perbedaan antara Katholik dan Protestan tidak hanya pada soal-soal furuiyah (cabang) tetapi telah masuk pada tataran aqidah, kitab suci dan lain-lain. Dalam Islam, perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak separah itu. Perbedaan keduanya hanya meliputi masalah-masalah furuiyah sebagaimana yang terjadi dalam lapangan fiqh. Keduanya masih sama-sama menyembah Allah Yang Esa, sama-sama menyakini kebenaran Rasul Muhammad saw, sama-sama memegangi kitab suci al-Qur'an, meyakini adanya hari akhir dan lain-lain. Karena itu, dalam Islam, sebenarnya tidak ada istilah "sekte" sebagaimana yang dikenal dan digunakan dalam agama Kresten dan Yahudi. 2 Apa yang dinamakan "perpecahan" dalam Islam, sebenarnya, hanya perbedaan dalam segi pandangan historis tentang derajat kekuatan hukum yang harus dipertahankan, masalah yang kadang-kadang merupakan huruf atau jiwanya, masalah kata-kata hukumnya atau jiwanya. Karena itu, pada tahun 1958 dibentuk usaha bersama dalam masalah fiqh dengan mendirikan lembaga yang diberi nama "Dar al-Taqrib Bain al-Madzahib al- Islamiyah". Tujuanny a, menciptak an saling pengertian di antara para pe ngikut madzhab dari kedua go longan (S unnah dan Syiah); Jak fariyah, Zaidiy ah, Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hambaliyah, melalui pendekatan historis, akademis, analisis dan kepentingan umat Islam pada umumnya. Sebagai ketua umumnya saat itu adalah Syekh Mahmud Saltut, Rektor Universitas al-Azhar, 1 Jawa Pos, 23 Agustus 1993 2 Marmaduke Pickthall, Perang dan Agama, 58

Transcript of Meeting Point Sunni-Syiah

Page 1: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 1/6

TITIK TEMU SUNNI-SYIAHOleh: A Khudori Soleh

Syiah adalah salah satu dari sekian banyak madzhab teologi dalam Islam,sebagaimana Muktazilah, Qadariyah, Ahli Sunnah (Sunni) dan lainnya. Meskidemikian, Syiah biasanya diperlakukan “lain” oleh kebanyakan kaum Sunni.Begitu banyak perbedaan ditonjolkan untuk menunjukkan seolah-olah Syiahbukan bagian dari Islam atau yang lain.

Karena itu, sungguh sangat tepat pernyataan Joko Susilo beberapa tahunlalu, bahwa perbedaan Sunnah-Syiah sebenarnya tidak perlu diperbesar. Tidak adauntungnya. 1 Sebaliknya, justru harus giat dicari titik temunya. Harus disadari

bahwa bagaimanapun Syiah bukanlah “orang lain”. Mereka adalah bagian yangtidak terpisahkan dari masyarakat muslim lainnya. Mereka pernah lama hadirdalam sejarah Islam dan mengantarkannya kepada masa kejayaan, misalnya padamasa pemerintahan Buyid, Fatimiyah dan Savafiyah. Bahkan, pada dekadeterakhir ini, mereka telah berhasil menaikkan gengsi umat Islam di mata duniainternasional dengan tampilnya Imam Khumaini di Iran. Meributkan adanyaperbedaan berarti tidak menyadari bahwa munculnya ketidaksamaan adalahsesuatu yang wajar. Bahkan keniscayaan. Sebab, manusia tidaklah sama. Dalamlapangan fiqh, juga dikenal adanya madzhab-madzhab yang saling berbeda. Begitupula dalam agama lain. Bahkan lebih parah. Dalam agama Kresten, perbedaanantara Katholik dan Protestan tidak hanya pada soal-soal furuiyah (cabang) tetapitelah masuk pada tataran aqidah, kitab suci dan lain-lain.

Dalam Islam, perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak separah itu.Perbedaan keduanya hanya meliputi masalah-masalah furuiyah sebagaimana yangterjadi dalam lapangan fiqh. Keduanya masih sama-sama menyembah Allah YangEsa, sama-sama menyakini kebenaran Rasul Muhammad saw, sama-samamemegangi kitab suci al-Qur'an, meyakini adanya hari akhir dan lain-lain. Karenaitu, dalam Islam, sebenarnya tidak ada istilah "sekte" sebagaimana yang dikenaldan digunakan dalam agama Kresten dan Yahudi. 2 Apa yang dinamakan"perpecahan" dalam Islam, sebenarnya, hanya perbedaan dalam segi pandanganhistoris tentang derajat kekuatan hukum yang harus dipertahankan, masalah yangkadang-kadang merupakan huruf atau jiwanya, masalah kata-kata hukumnya ataujiwanya. Karena itu, pada tahun 1958 dibentuk usaha bersama dalam masalah fiqhdengan mendirikan lembaga yang diberi nama "Dar al-Taqrib Bain al-Madzahib al-Islamiyah". Tujuannya, menciptakan saling pengertian di antara para pengikutmadzhab dari kedua golongan (Sunnah dan Syiah); Jakfariyah, Zaidiyah,Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan Hambaliyah, melalui pendekatan historis,akademis, analisis dan kepentingan umat Islam pada umumnya. Sebagai ketuaumumnya saat itu adalah Syekh Mahmud Saltut, Rektor Universitas al-Azhar,

1

Jawa Pos, 23 Agustus 19932 Marmaduke Pickthall, Perang dan Agama , 58

Page 2: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 2/6

2

Kairo (orang Sunni), sedang sebagai Sekjen organisasi adalah Syekh al-Qumi,Guru Besar di Hauzeh, Qom, Iran. 3

Soal Ushuluddin.Menurut Syiah, pokok keimanan dalam Islam (ushuluddin) meliputi lima

hal: (1) Tauhid, kepercayaan kepada ke-Esaan Ilahy, (2) Nubuwat, kenabian, (3)Ma'ad, kehidupan di akherat, (4) Imamah atau keimaman, percaya adanya Imam-

Imam sebagai pengganti dan penerus nabi, (5) Adil atau keadilan Ilahy. 4 Sedangmenurut kaum Sunni, dengan berdasarkan pada beberapa hadits, pokok-pokokagama meliputi enam macam; Tauhid, Nubuwat, Ma'ad, Malaikat, Kitab suci danTaqdir, percaya adanya ketentuan bahwa baik dan buruk berasal dari Tuhan.

Kedua konsep tersebut, walau kelihatan tidak sama, sebenarnya tidakberbeda. Menurut al-Ghazali, prinsip yang paling pokok dalam Islam sebenaryahanya tiga macam; Tauhid, Nubuwah dan Ma'ad. 5 Selain ketiga masalah tersebut,hanya menempati posisi furuiyah (cabang), yang berarti sah ada perdebatan danperbedaan. Dan kenyataannya, konsep aqidah kaum Syiah tidak sedikitpunmeninggalkan salah satu, apalagi keseluruhan dari tiga prinsip utama tersebut.Bahkan, uraian-uraiannya tentang ketiga prinsip tersebut sama sebagaimana yangdipahami kaum Sunni. Itu berarti aqidah Syiah, bagaimanapun, tidak bisadianggap sesat, dalam arti telah menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang baku.Memang, dalam masalah sifat-sifat Ilahy, antara Sunni dan Syiah ada sedikitperbedaan. Tetapi itu tidak penting. Menurut al-Ghazali, masalah-masalah seperti

sifat-sifat Tuhan, hanya soal penafsiran. Seseorang atau suatu madzhab, bisa(boleh) menafsirkan masalah-masalah seperti itu menurut kadar kemampuanakalnya, sejauh tidak sampai menyekutukan-Nya. Rasul sendiri, tidak pernahmenjelaskan apakah sifat Tuhan berjumlah 20 atau 13. Apakah sifat-sifat-Nyatermasuk Dzat-Nya atau tidak, dan lain sebagainya. Yang diajarkan hanyakeyakinan bahwa Allah adalah Esa. Dialah penguasa tunggal alam semesta yangwajib disembah dan dimintai pertolongan. 6

Adapun dalam dua masalah yang lain: soal keadilan Ilahy dan Imamah,antara Sunni dan Syiah hanya berbeda dalam hal penekanan. 7 Dalam konsepSyiah, sifat adil dianggap sebagai bawaan sifat Ilahy. Artinya, tidak mungkinTuhan berbuat sesuatu secara tidak adil, sebab adalah sifat-Nya untuk berbuatadil. Bagi-Nya berlaku tidak adil berarti memperkosa sifat-Nya sendiri, dan hal ituadalah mustahil. Akal dapat menilai suatu tindakan sebagai adil dan tidak, danpenilaian itu tidak sepenuhnya batal oleh keyakinan akan keunggulan kehendakAllah. Sebab, akal adalah ciptaan Tuhan yang diberikan kepada manusia, sesuaidengan fitrah-Nya. Sedang dalam pemahaman Sunni, titik tekannya terletak padairadah atau kehendak-Nya. Apapun yang dikehendaki Tuhan adalah adil, dan

3 Majalah Yaum al-Quds , No. 33, Syakban 1412 H.4 Thabathabi, Islam Syiah , 9.5 Al-Ghazali, al-Munqid Min al-Dlalal , dalam Majmû`ah Rasail, 543.6

Al-Ghazali, Fashl al-Tafriqah , dalam Majmû`ah Rasail, 238 dan seterusnya.7 Thabathabi, Islam Syiah , 10.

Page 3: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 3/6

3

akal --dalam pengertian tertentu-- ditundukkan oleh kehendak ini. Biladiteruskan, konsep ini --sebenarnya-- bisa menjurus pada paham Jabariyah. Danbenar, dalam masalah perbuatan dan kebebasan manusia, konsep Sunnisesungguhnya tidak ada bedanya dengan paham Jabariyah, yaitu paham yangmenyatakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan Tuhan dan manusia tidakmempunyai kuasa atasnya; suatu paham yang sering dikecam oleh para ulamaSunni sendiri. Karena itu, menurut Muthahari, 8 paham Sunni --dalam masalahkeadilan-- sebenarnya telah gagal menempatkan dirinya sebagai penengah antara

Jabariyah dan Qodariyah.Dalam masalah Imamah, titik tekan Sunni adalah pada fungsi

lahiriyahnya. Sunni mengakui Imamah sebagai kepala negara, tidak pada yanglain. Sementara itu, dalam perspektif Syiah, seorang Imam, selain sebagai kepalanegara juga berposisi sebagai penafsir rahasia-rahasia batin al-Qur'an dan Syariat.Para Imam adalah pelanjut wewenang kerohanian Rasul --walau bukan berfungsisebagai pembawa hukumnya. Kata-kata dan tindakan mereka memberikankelengkapan pada hadits dan sunnah Nabawi. Dengan kata lain, para Imammerupakan perluasan dari pribadi Rasul pada abad-abad berikutnya. Karena itu,mengapa Syiah kemudian juga menyatakan bahwa seorang Imam harus"maksum", bebas dari kesalahan dan dosa, dan mereka harus dipilih dari langitdengan nash, dengan ketetapan Tuhan melalui Nabi-Nya. Munurut Khumaini,sifat maksum (ismah) yang ada pada para Imam Ahli Al-Bait ini, tidak bermaknabahwa mereka dijaga (dikawal) oleh Jibril dari melakukan perbuatan-perbuatan

dosa dan maksiat. Kemaksuman mereka terjadi karena tingginya tingkat keimanandan kedekatannya dengan Tuhan. Begitu pula sifat ismah yang ada pada paraRasul.9

Titik Temu.Walau secara syariat kaum Sunni mengakui Imamah hanya sebagai kepala

negara, tetapi dalam prakteknya di dunia tasawuf, mereka --secara tidak langsung-- sebenarnya juga mengakui keberadaan seorang Imam lengkap dengan segalafungsinya sebagaimana yang dipahami kaum Syiah. Mereka menyakini adanya"Quthub" dan suasana kewalian. Kewalian, sebagai hasil dari tuntunan ke jalankerohanian yang oleh para sufi dianggap sebagai kesempurnaan manusia, tidaklain adalah suatu keadaan yang menurut kepercayaan Syiah dipunyai sepenuhnyaoleh Imam-Imam, dan melalui pancaran wujudnya bisa dicapai oleh parapengikutnya yang setia. Begitu pula dengan Quthub (puncak kerohanian) yangkehadirannya dianggap perlu oleh kaum sufi disepanjang zaman, ada pertalianerat dengan konsep Syiah tentang keberadaan seorang Imam. 10

Sesuai dengan konsep Syiah, Imam --menurut istilah kaum Sunni adalah"Insan Kamil"; manusia sempurna atau manusia universal-- adalah manifestasiNama-Nama Ilahy dan pembimbing kerohanian terhadap kehidupan dan

8 Muthahhari, Keadilan Ilahy , 17-27.9

Ali Khumaini, Mata Air Kecemerlangan , 86.10 Thabathabi, Islam Syiah , 127.

Page 4: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 4/6

4

perbuatan manusia. Dialah yang paling dekat dengan Allah, pelindung agama,dan menerima perintah dari Allah secara langsung. Imam Ali ibn Abi Thalib rapernah berkata kepada muridnya, Kumayd ibn Ziyad:

“Bumi ini tidak pernah kosong dari seorang yang --demi Allah-- membawahujjah. Boleh jadi ia menampakkan diri dan dikenal, atau khawatir dan bersembunyi;agar hujjah Allah dan tanda-tanda-Nya yang jelas tidak pudar. Berapa jumlah merekadan di mana? Demi Allah, mereka sangat sedikit tetapi sangat agung kedudukannyadisisi Allah. Melalui mereka Allah memelihara hujjah dan tanda-tanda-Nya, sampai

Allah menyimpan hujjah dan tanda-tanda itu dalam diri orang-orang seperti mereka.Pengetahuan telah membimbing mereka pada hakekat pemahaman dan mereka telah

mencapai ruh keyakinan...."Selain menyakini konsep imamah sebagaimana yang dipahami kaum Syiah,

dalam tasawuf, orang Sunni --tanpa sadar-- juga telah mengikuti ajaran-ajaranImam Syiah. Para mursyid (guru ruhani) dari tarikat sufi --kecuali Naqsabandi--kenyataanya menarik mata rantai silsilah keruhanian --yang dalam kehidupanruhani seperti silsilah keturunan seseorang-- melalui mursyid-mursyid mereka yangterdahulu kepada para Imam Syiah, umumnya dari Imam Jakfar al-Shadiq sampaikepada Imam Ali ibn Abi Thalib. Atau langsung kepada Imam Ali. Imam Alidisebut sebagai "Sayyid al-Auliya" (pemuka para wali dan sufi). Juga, hasil kasyaf (vision) dan ilham mereka, kenyataanya banyak memuat kebenaran mengenai ke-Esaan Ilahy dan martabat kehidupan ruhani yang terdapat dalam ajaran danperkatan para imam Syiah.

Karena itu, dengan melihat "cara kerja" dan ajaran kaum sufi, secaraekstrem bisa dikatakan bahwa mereka yang memasuki dunia tasawuf sebenarnyatelah masuk dan mengikuti (ajaran) Syiah, walau dari syariat mengikuti madzhabfiqh Sunni. Atau menurut Gus Dur, mereka adalah penganut Syiah kultural.

PenutupDari kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya ada hubungan

yang erat antara Syiah dan Sunni, terutama dalam dunia tasawuf. Ada titik temu yang menghubungkan dan menyatukan di antara kedunya, sehingga merekasebenarnya tidak perlu mempertentangkan atau bermusuhan dengan salingmencari perbedaan melainkan harus saling mendekat dengan saling mencarikesamaan. Karena itu pula, madzhab Syiah tidak bisa dianggap sebagai madzhab(gerakan) yang menghancurkan kesatuan Islam, akan tetapi --sebagaimanamadzhab Sunni sendiri-- ia menambah kekayaan bentangan sejarah danpenyebaran pesan al-Qur'an.

Apalagi kenyataanya, budaya dan kebiasaan (kultur) masyarakat Sunnibanyak yang mengikuti budaya dan kultur Syiah. Dalam dibaiyah misalnya, kitab

yang selalu dibaca dan menjadi ciri khas masyarakat Sunni atau pesantren. Didalamnya penuh sanjungan-sanjungan dan "ketergantungan" kita kepada paraImam Syiah.

Page 5: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 5/6

5

ب ا م ا ا # و وّ ا ا د # و

ا م إ ا# آ ا ت ا د ا و ا ا ا#و و ه اّ

ا ز و# ا ا وا ق د ا م ا# ا ا ى ذ وّ

ا و ه ا م ا ا# و ا و ا او و ن# ن أ ا و

ا ه اا آ# دّ ض ر ا ن ا ه ه ا ا ا# ّ ء

او ذ إ ا#ة ذ ا آ ن ا آ ن ا# و ا وآ بّ ه#ر ا ا و

أ ا# و ة و

...........Kami mempunyai bapak sebaik-baik makhlukAli yang diridlai adalah keturunanyaKepada kedua cucunya kami senasabKeturunan yang tidak rusak

Banyak imam-imam yang menggantikannyaDi antaranya dikenal dengan gelar "Sayyid"Seperti Zainal Abidin, yaitu AliDan putranya, al-Baqir, seorang wali yang terkenal baikImam Jakfar Shadiq yang sangat bijakDan Ali yang kuat keyakinannyaMerekalah orang-orang yang mendapat pentunjukDengan karunia Allah mereka berbahagiaKepada selain Allah mereka tidak menginginkanHanya pada al-Qur'an mereka berpegang

Ahli bait yang terpilih lagi suciIngat! Merekalah pengaman bumiMereka bagai bintang gemintangSebagaimana yang dikatakan hadits-haditsMereka adalah kapal keselamatanBila kamu takut akan topan yang menyusahkanSelamatkan dirimu di dalamnya

Jangan khawatirBerpegang teguh pada AllahDan minta pertolongan pada-Nya

Ya Allah! Jadikan kami bermanfaat sebab berkah mereka

Page 6: Meeting Point Sunni-Syiah

8/14/2019 Meeting Point Sunni-Syiah

http://slidepdf.com/reader/full/meeting-point-sunni-syiah 6/6

6

Tunjukkan kami kebaikan sebab penghormatan merekaMatikan kami pada jalan merekaDan selamatkan kami dari segala fitnah