medula spinalis

23
Kasus Tuan R 28 tahun datang ke RS dengan keluhan kakinya terasa nyeri, sulit digerakkan dan mulai tidak bisa tidak terasa geraknya, sering buang air besar dan buang air kecil tanpa sadar. Tuan R adalah buruh serabutan. Lima HSMRS tuan R terjatuh dari pohon akasia dengan posisi duduk. Klien didiagnosis : Fraktur kompresi vertebra Th 12-L4, paraplegia dan inkotinensia urin dan alvi. Pertanyaan: 1. Apa perbedaan medula spinalis dan vertebra? 2. Uraikan definisi trauma medula spinalis! 3. Uraikan patofisiologi trauma medula spinalis! 4. Bagaimana penanganan awal Cedera medulla spinalis? 5. Bagaimana manifestasi klinis cidera medulla spinalis: - Cervical - Torakal - Lumbal - Sacral 6. Bagaimana penanganan lanjut trauma medulla spinalis? 7. Uraikan latiahan fisik yang diperlukan pada pasien dengan trauma medulla spinalis! 8. Uraikan komplikasi trauma medulla spinalis! 9. Uraikan trends dan issues terkait trauma medulla spinalis! 10. Apa yang dimaksud, paraparase, tetraparasequaddriplegia dan paraplegi?

Transcript of medula spinalis

Page 1: medula spinalis

Kasus

Tuan R 28 tahun datang ke RS dengan keluhan kakinya terasa nyeri, sulit digerakkan dan mulai

tidak bisa tidak terasa geraknya, sering buang air besar dan buang air kecil tanpa sadar. Tuan R

adalah buruh serabutan.

Lima HSMRS tuan R terjatuh dari pohon akasia dengan posisi duduk.

Klien didiagnosis : Fraktur kompresi vertebra Th 12-L4, paraplegia dan inkotinensia urin dan

alvi.

Pertanyaan:

1. Apa perbedaan medula spinalis dan vertebra?

2. Uraikan definisi trauma medula spinalis!

3. Uraikan patofisiologi trauma medula spinalis!

4. Bagaimana penanganan awal Cedera medulla spinalis?

5. Bagaimana manifestasi klinis cidera medulla spinalis:

- Cervical

- Torakal

- Lumbal

- Sacral

6. Bagaimana penanganan lanjut trauma medulla spinalis?

7. Uraikan latiahan fisik yang diperlukan pada pasien dengan trauma medulla spinalis!

8. Uraikan komplikasi trauma medulla spinalis!

9. Uraikan trends dan issues terkait trauma medulla spinalis!

10. Apa yang dimaksud, paraparase, tetraparasequaddriplegia dan paraplegi?

11. Apa discharge planning yang perlu diberikan pada pasien klien dengan trauma medulla

spinalis?

12. Bagaimana pencegahan trauma medulla spinalis?

13. Masalah keperawatan apa yang dapat muncul pada klien dengan trauma medulla spinalis?

14. Bagaimana tujuan dan criteria hasil serta intervensi apa yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut?

Page 2: medula spinalis

Jawab:

1. Perbedaan medulla spinalis dan vertrebra dari segi fungsinya

Vertrebra : menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik

sebenarnya melawan pengaruh gravitasi agar tubuh secara seimbang tetap tegak

Medulla spinalis : sebagai pusat saraf (mengintegrasikan sinyal sensoris yang dating dan

mengaktifkan respon motorik secara langsung tanpa campur tangan otak serta sebagai

pusat perantara antara saraf tepid an otak

Perbedaan medulla spinalis dan vertrebra dari segi pertumbuhan vertrebra melebihi

kecepatan pertumbuhan medulla spinalis. Vertrebra tumbuh sekitar 25 cm lebih panjang

dari medulla spinalis.

Perbedaan panjang ini menyebabkan konus medularis ( bagian paling kaudal dari medulla

spinalis yang berbentuk krucut dari terutama terdiri atas segmen-segmen sacral medulla

spinalis) dan cauda equine( kumpulan radiks nervus lumbaris bagian kaudal dan radiks

nervus sakralis yang mengapung dalam CSF)

Trauma medulla spinalis : trauma yang terjadi pada jaringan medulla spinalis yang dapat

menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra atau kerusakan

jaringan medulla spinalis lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang

medulla spinalis sehingga mengakibatkan deficit neurologi. Trauma medulla spinalis

dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang belakang( fraktur tulang belakang)

ligamentum lunitudinalis posterior dan duramater bisa robek.

2. Trauma medulla spinalis adalah kehilangan sensasi fungsi motorik volunter total dan

tidak komplet : campuran kehilangan sensasi dan fungsi motorik volunter (Marilynn E.

Doenges,1999;338).

Trauma medulla spinalis Trauma yang terjadi pada jaringan medula spinalis yang dapat

menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra atau kerusakan

jaringan medula spinalis lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang medula

spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi.

Page 3: medula spinalis

3. Patofisiologi

Cedera vertebra torako-lumbal bisa disebabkan oleh trauma langsung pada torakal

atau bersifat patologis seperti pada kondisi osteoporosis yang akan mengalami fraktur

kompresi akibat keruntuhan tulang belakang. Fraktur kompresi dan fraktur dislokasi

biasanya stabil. Tetapi, kanalis spinalis pada segmen torakal relative sempit , sehingga

kerusakan korda sering ditemukan dengan adanya manifestasi defisit neurologis.

Kompresi vertical (aksial) ; suatu trauma vertical yang secara langsung mengenai

vertebra yang akan menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan

permukaan serta badan vertebra secara vertical. Material diskus akan masuk dalam

badanvertebra dan menyebabkan vertebra menjadi pecah. Pada kondisi ini terjadi Burst

fracture, kerusakan pada badan tulang belakang dan medulla spinalis secara klinis akan

lebih parah dimana apabila ligament posterior sobek maka akan terjadi fraktur spinal tidak

stabil.

4. CEDERA MEDULLA SPINALIS

Penatalaksanaan Cedera Medulla Spinalis (Fase Akut)

Tujuan : untuk mencegah cedera medulla spinalis lanjut dan mengobservasi gejala

penurunan neurologic.Px diresusitasi bila perlu, dan stabilitas oksigenasi dan

kardiovaskuler dipertahankan.

Farmakoterapi. Pemberian kortikosteroid dosis tinggi, khususnya metilprednisolon,

telah ditemukan untuk memperbaiki prognosis dan menurunkan kecacatan bila diberikan

dalam 8 jam cedera. Yang masih dalam penyelidikan adalah pengobatan dengan steroid

dosis tinggi, mannitol (diberikan untuk menurunkan edema) dan dekstran (diberikan

untuk mencegah tekanan darah turun cepat dan untuk memperbaiki aliran darah kapiler),

diberikan dalam kombinasi. Nalokson.

Tindakan Pernapasan. Oksigen diberikan untuk mempertahankan PO2 arteri tinggi,

karena anoksemia dapat menimbulkan atau memperburuk deficit neurologic medulla

spinalis. Intubasi endotrakea diberikan bila perlu, perawatan ekstrem dilakukan untuk

menghindari fleksi atau ekstensi leher, yang dapat menimbulkan tekanan pada cedera

servikal.

Page 4: medula spinalis

Traksi dan Reduksi Skelet. Penatalaksanaan cedera medulla spinalis memerlukan

imobilisasi dan reduksi dislokasi (memperbaiki posisi normal) dan stabilisasi kolum

vertebra. Fraktur Servikal dikurangi dan spinal servikal disejajarkan dengan beberapa

bentuk traksi skelet seperti tong skelet atau calipers, atau dengan menggunakan alat halo.

5. Manifestasi medulla spinalis:

a. Manifestasi klinis cedera medulla spinalis cervical

C1-C3 : gangguan fungsi diafragma (untuk pernapasan)

C4 : gangguan fungsi biceps dan lengan atas

C5 : gangguan fungsi gerakan bahu, tangan dan pergelangan tangan

C6 – C7 : gangguan fungsi tangan secara komplit, gerakan siku dan pergelangan

tangan.

C8 : gangguan fungsi jari

Gangguan motoriknya yaitu kerusakan setinggi medula spinalis servical

menyebabkan kelumpuhan tetraparese

b. Manifestasi klinis cedera medulla spinalis torakal

T1 : gangguang fungsi tangan

T1-T8 : gangguan fungsi pengendalian otot abdominal, gangguan stabilitas tubuh,

pengaturan suhu.

T9-T12 : kehilangan parsial fungsi otot abdominal dan batang tubuh

c. Manifestasi klinis cedera medulla spinalis lumbal

L1-L2 : gangguan ejakulasi dan gerakan pinggul

L3 : gangguan ekstensi lutut.

L4 : gangguan gerakan kaki

L5 : gangguan fleksi lutut

Gangguan motorik yaitu kerusakan medula spinalis thorakal sampai dengan lumbal

memberikan gejala paraparese

d. Manifestasi klinis cedera medulla spinalis sacral

S1 : gangguan gerakan kaki

S2-S3 : gangguan gangguan aktivitas kandung kemih dan usus

S2-S4 : gangguan ereksi penis

Page 5: medula spinalis

Gangguang motorik kerusakan medula spinalis sacral menyebabkan gangguan miksi

& defekasi tanpa para parese

Cedera pada segmen lumbal dan sakral dapat mengganggu pengendalian tungkai,

sistem saluran kemih dan anus. Selain itu gangguan fungsi sensoris dan motoris,

cedera vertebra dapat berakibat lain seperti spastisitas atau atrofi otot.

6. Penanganan lanjut dari cedera medulla spinalis adalah :

Pemeriksaan diagnostik seperti : CT-scan, foto thorax

Mempertahankan traksi fraktur

Terapi okupasi, semacam membuat kerajinan-kerajinan yang bertujuan untuk

meningkatkan gerak. Biasanya pasien dengan cedera medulla spinalis melakukan

latihan ROM pasif.

7. Latihan fisik untuk pasien dengan cedera medula spinalis

Memperbaiki mobilitas seperti kaki diposisikan terhadap papan kaki yang diberi

bantalan untuk mencegah foot drop. Harus ada ruang antara ujung matras dan papan

kaki untuk memungkinkan suspensi bebas tumit. Blok kayu pada kedua ujung matras

mencegah matras mendorong papan kaki.

Membalikkan pasien (logroll) setiap 2 jam indikasi pada pasien yang mengalami

hipotensi akibat adanya lesi di atas ketinggian midtorakanl yang mengalami

kehilangan kontrol aktivitas vasokontriktor simpatis.

Meningkatkan aktivitas pada pasien yang mengalami paralisis karena pemutusan

komplet medulla. Makin cepat otot menjadi kuat, makin sedikit kemungkinan terjadi

atrofi. Misalnya seperti berdiri, untuk mencegah perubahan osteoporosis yang terjadi

pada tulang panjang.

Adanya program latihan otot-otot lengan,bahu, tangan, dada, tulang belakang, perut,

dan leher pasien paralisis secara pasif karena pasien mengalami paralegia.

Page 6: medula spinalis

8. Komplikasi Trauma Medulla Spinalis :

Apabila kerusakan dan pembekakan di sekitar medulla spinalis terletak di spina

servikal (ke bawah sampai sekitar CS 5), pernapasan dapat berhenti karena kompresi

saraf frenikus, yang terletak antara C3 dan C5 dan mengontrol gerakan diafragma.

Syok Spinal merupakan depresi tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis

(areflexia) di bawah tingkat cidera.

Trombosis Vena Profunda adalah komplikasi umum dari imobilitas dan umumnya

pada pasien cedera-medulla spinalis.

Hiperrefleksia otonom ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai

bradikardia (frekuensi jantung rendah), serta berkeringat dan kemerahan pada kulit

wajah dan torso bagian atas.

Cedera medulla spinalis yang berat sebenarnya memegaruhi semua system tubuh

sampai beberapa derajat. Biasanya, infeksi ginjal dan saluran kemih, kerusakan kulit

dan perkembangan decubitus, dan atrofi otot terjadi.

Komplikasi Lain. Selain komplikasi pernapasan ( gagal napas; pnemunia) dan

hiperfleksia autonomic (dikateristikkan oleh sakit kepala berdenyut, berkeringat banyak,

kongesti nasal, piloereksi, bradikardia, dan hipertensi), komplikasi lain yang terjadi

meliputi decubitus dan infeksi (infeksi urinarius, pernapasan, dan local pada tempat

lain).

9. Trends dan issues terapi dekompresi medulla spinalis

Tulang belakang yang sangat kuat berfungsi melindungi medulla spinalis dari

trauma langsung.namun pada trauma hebat, dan kekuatan benturan tidak mampu ditahan

maka tulang justru menekan medulla spinalis.

Tekanan ini dapat berasal dari depan, samping atau belakang . Tekanan akibat

tulang yang patah atau ketidakstabilan susunan tulang belakang ini bisa hanya

menimbulkan cedera (kontusio) sampai kompresi menetap medulla spinalis. Sesuai arah

cedera, medulla spnalis dapat mengalami cedera dan menimbulkan gejala dengan

sindrom-sindrom berikut ini :

1. Anterior cord syndrome, dengan gejala :

a. Para/ tetraplegia

Page 7: medula spinalis

b. Dissociated sensory loss : gangguan rasa nyeri dan raba namun sensasi kinestesi

tetap ada.

2. Central cord syndrome, dengan gejala :

a. Kelemahan anggota gerak atas lebih berat dari anggota gerak bawah.

b. Gangguan sensorik bervariasi di bawah level lesi.

c. Gejala mielopati.

3. Posterior cord syndrome, dengan gejala : nyeri dan parestesi, jarang ada gangguan

motorik.

4. Brown-Sequard syndrome : gangguan medulla spinalis satu sisi, dengan gejala :

a. Gangguan motorik pada sisi lesi

b. Gangguan sensasi nyeri dan temperatur pada kontralat lesi.

Tindakan terapi pada kondisi kompresi ini juga disesuaikan dengan arah trauma.

Operasi bisa dilakukan dari arah anterior maupun posterior. Yang paling penting

diperhatikanadalah masalah waktu : medulla spinalis harus secepatnya dibebaskan dari

tekanan. Pada saat yang bersamaan harus pula dilakukan tindakan stabilisasi karena

biasanya tindakan dekompresi akan mengganggu stabilitas.

Semua ahli bedah setuju bahwa pasien yang memperlihatkan defisit progresif

dalam fugsi neurologik dan penderita fraktur terbuka memerlukan dekompresi bedah.

Namun, semakin pahamnya para ahli mengenai peristiwa molecular yang mendasari,

maka makin banyak strategi pengobatan yang ditemukan. Terdapat beberapa area

penelitian baru yang menjanjikan.

10. Paraparese adalah kelemahan tonus otot pada ekstrimitas bawah

Tetraparese adalah kelemahan tonus otot melibatkan salah satu segmen servikal medulla

spinalis dengan disfungsi kedua lengan dan kedua kaki.

Quadriplegia adalah kelumpuhan yang diakibatkan oleh lesi yang melibatkan salah satu

segmen servikal medulla spinalis dengan disfungsi kedua lengan, kedua kaki, defekasi

dan berkemih.

Paraplegia adalah kelumpuhan yang diakibatkan oleh lesi yang mengenai lumbal torakal

atau bagian sacral medulla spinalis dengan disfungsi ekstrimitas bawah, defekasi, dan

berkemih.

Page 8: medula spinalis

11. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Dalam banyak kasus, pasien

akan membutuhkan rehabilitasi dalam waktu yang lama. Tujuan dimulai dari tahap hanya

mempertahankan hidup akibat cedera sampai strategi yang penting untuk koping terhadap

perubahan yang diakibatkan oleh cedera, terhadap kehidupan sehari – hari. Tujuan pokok

proses rehabilitasi adalah kemandirian. Perawat memberikan dukungan terhadap pasien

dan keluarga, yang membantu mereka untuk menerima tanggung jawab terhadap

keterampilan penting menguntungkan. Perawatan terhadap pasien cedera medulla spinalis

harus mencakup seluruh anggota dari disiplin perawatan keperawatan ; ini mencakup

perawatan, pengobatan, rehabilitasi, terapi pernapasan, terapi fisik, pelayanan sosial, dan

lain – lain. Perawat sering menjadi kunci dalam perawatan, sebagai koordinator pada tim

manajemen dan lembaga keperawatan di rumah. Selain perawatan fisik perawatan mental

juga penting dalam proses rehabilitasi pasien trauma medula spinalis.

12 Pencegahan trauma medulla spinalis

a. Menurunkan kecepatan berkendara

b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu.

c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.

d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk.

e. Menggunakan alat-alat pelindung dan teknik latihan.

13 Terlampir

Page 9: medula spinalis

14 Dx. 1 Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot paravertebralis, iritasi serabut saraf

ditandai dengan klien melaporkan nyeri skala 4, klien gelisah , dan tampak meringis

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam nyeri berkurang atau

terkontrol, dengan kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri

berkurang (1-3) dari skala 0-5 , dank lien tampak tidak gelisah.

Intervensi :

1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-

invasif.

Rasional : Pendekataan dengan menggunakan tindakan relaksasi dan nonfarmakologi

lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

2. Pertahankan untuk berat badan ideal

Rasional : Pengendalian berat badan pada klien dengan proporsi berat badan lebih

gemuk akan meningkatkan tekanan pada titik lumbal sehingga akan meningkatkan

respon nyeri.

3. Lakukan management :

a. Istirahatkan klien

Rasional : istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal.

b. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul.

Rasional : meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri

sekunder dari iskemia spinal.

c. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri

Rasional : distraksi atau pengalihan perhatian dapat menurunkan stimulus interna.

d. Management lingkunagn : lingkungan tenang, batasi pengunjung dan istirahatkan

klien.

Rasional : lingkungaan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan

pembatasan pengunjung akan membantu kondisi O2 ruangan yang akan berkurang

apabila banyak pengunjung yang berada di dalam ruangan.

e. Pasang korset lumbosacral.

Page 10: medula spinalis

Rasional: penahan lumbal yang lembut dapat memberi keringanan pada lumbal

karena titik beratnya ditarik ke dekat tulang belakang.

f. Kolaborasi: pemberian analgesik.

Rasional: analgesic memblik lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.

Dx 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan paraplegia ditandai oleh klien

tidak mampu melakukan mobilisasi ekstremitas bawah

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam hambatan

mobilitas klien berkurang dengan kriteria hasil

Klien dapat melakukan mobilisasi ekstremitas bawah secara bertahap

Klien dapat mengenal cara melakukan mobilisasi da secarakooperatif mau

melaksanakan teknik mobilisasi secara bertahap.

Intervensi :

1. Kaji secara teratur fungsi motorik dangan menginstruksikan klien untuk

melakukan gerakan pada ekstremitas

Rasional : Mengevaluasi keadaan secara khusus untuk membantu dalam

mengantisipasi dan merencanakan tindakan intervensi yang akan diberikan.

2. Bantu atau lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah

gerakan yang lembut.

Rasional : meningkatkan sirkulasi, mempertahankan tonus otot dan mobilisasi

sendi, meningkatkan mobilisasi sendi dan mencegah kontraktu dan atrofi otot.

3. Pertahankan sendi pada 90˚ terhadap papan kaki.

Rasional : Mencegah footdrop dan rotasi eksternal pada paha.

4. Buat rencana aktivitas untuk klien sehiungga klien dapat beristirahan tanpa

terganggu. Anjurkan klien untuk berperan serta dalam aktivtas sesuai dengan

kemampuan dan sesuai dengan toleransi klien.

Rasional : Mencegah kelelahan, memberikan kesempatan untuk berperan serta untuk

melakukan upaya yang maksimal.

5. kolaborasi dengan ahli terapi fisik dari tm rehabilitasi.

Page 11: medula spinalis

Rasional : Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara

individual dan mengidentifikasi atau mengembangkan alat-alat bantu untuk

mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian pasien.

Dx 3: Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penekanan setempat

jaringan sekunder dari kelumpuhan gerak ekstremitas bawah, paraplegia.

Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam resiko kerusakan

integritas kulit tidak terjadi dengan criteria hasil:

klien terlihat mampu melakukan pencegahan dekubitus

lika pada dekubitus membaik: dasar luka kemerahan

jaringan nekrotik hilang

terdapat penurunan luas luka dekubitus.

Intervensi:

1. Monitor resiko adanya dekubitus tiap hari.

Rasional: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan.

2. Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan tiap 2 jam.

Rasional: mencegah penekanan setempat yang berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.

3. Jaga kebersihan dan ganti sprei apabila kotor atau basah.

Rasional: mencegah stimulus kerusakan pada area bokong yang berisiko terjadi

dekubitus.

4. Lakukan perawatan luka dekubitus:

a. Bersihkan luka dengan cairan normal saline.

Rasional: pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) akan meningkatkan

pertumbuhan dari kerusakan jaringan.

b. Lakukan nekrotomi.

Rasional: nekrotomi dilakukan untuk menghilangkan jaringan mati yang menghambat

pertumbuhan jaringan.

c. Kompres luka dengan kasa lembap normal saline.

Rasional: perawatan luka lembab akan membantu prose epitelisasi jaringan.

Page 12: medula spinalis

Dx 4: kerusakan eliminasi urine dan fekal yang berhubungan dengan gangguan fungsi

miksi sekunder dari kompresi medulla spinalis.

Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, kerusakan eliminasi

urine dan fekal tidak terjadi dengan criteria hasil:

Klien terlihat mampu melakukan pemenuhan eliminasi urine secara bertahap.

Klien mengetahui cara yang diberikan.

Intervensi:

1. Kaji tingkat pengetahuan dan kemampuan klien dalam melakukan eliminasi urine.

Rasional: mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.

2. Lakuakan pemasangan kateter.

Rasional: kateterisasi akan mengeluarkan urine dari kandung kemih dan meredakan

inkontinensia urine.

3. Ajarkan bladder retraining.

Rasional: latihan kandung kemih atau bladder retraining dilakukan dengan tujuan untuk

mengembalikan pola normal peekemiha dengan menghambat atau menstimulasi

pengeluaran air kemih.

4. Monitoring kondisi pengeluaran kateterisasi.

Rasional: monitor awal untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih.

Dx 5: pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot-otot pernapasan,

kelumpuhan otot diafragma.

Tujuan: setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam, pola napas klien

kembali efektif dengan criteria hasil:

RR dalam batas normal(16-20)

Tidak ada tanda-tanda sianosis

Analisa gas darah dalam batas normal

Pemeriksaan kapasitas paru normal

Intervensi:

1. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea, atau perubahan tanda-

tandavital.

Page 13: medula spinalis

Rasional: distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapt terjadi sebagai akibat

stress fisoalogi dapat menunjukkan terjadinya spinal syok. Trauma pada C1-C2

menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara parsial, karena otot pernapasan

mengalami kelumpuhan.

2. Pertahankan prilaku tenang, bantu klien untuk kontrol diri dengan menggunakan

pernapasn lebih lambat dan dalam.

Rasional: bantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan

sebagai ketakuatan atau ansietas.

3. Pertahankan jalan napas; posisi kepala tanpa gerak.

Rasional: klien dengan cidera servikal akan membutuhkan bantuan untuk mencegah

aspirasi atau mempertahankan jalan napas.

4. Observasi warna kulit.

Rasional: menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan

segera.

5. Kaji distensi perut dan spasme otot.

Rasional: kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma.

6. Lakuakan pengukuran kapasitas vital, volume tidal, dan kekuatan pernapasan.

Rasional: menentukan fungsi otot-otot pernapasan. Pengkajian terus menerus untuk

mendeteksi adanya kegagalan pernapasan.

7. Pantau analisa gas darah (AGD)

Rasional: untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh

hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.

8. Berikan oksigen dengan cara yang tepat.

Rasional: metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.

9. Letakkan kantung resusitasi di samping tempat tidur dan manual ventilasi untuk sewaktu-

waktu dapat digunakan.

Rasional: kantung resusitasi atau manual ventilasi sangat berguna untuk mempertahankan

fungsi pernapasan jika terjadi gangguan pada alat ventilator secara mendadak.

Page 14: medula spinalis

Daftar Pustaka

Brunner & suddarth. 2002, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta; EGC

Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan,

Jakarta, EGC, 1993

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000

Page 15: medula spinalis

SISTEM NEUROLOGI

TRAUMA MEDULLA SPINALIS

OLEH :

SGD 7

I GEDE SUKMA ARICIPTA (0902105061)

I DW GD SUAPRIYANTARA (0902105062)

I GEDE BAYU WIRANTIKA (0902105063)

AYU PRAMESWARI (0902105066)

NYM. MIPPY NURYA WARDANI (0902105073)

GST. PT. AYU TYAS MEIVI RAKA P. (0902105077)

KADEK NOVI PUSPITAWATI (0902105078)

NI KOMANG SURYANINGSIH (0902105079)

NI MADE DWI KUSUMAYANTI (0902105082)

NI PUTU DIAN SEPTIANA ANDRIANI (0902105086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Page 16: medula spinalis

2010