Mediator Primer Utama Pada Hipersensitivitas Tipe 1

9
Mediator primer utama pada hipersensitivitas Tipe 1 Mediator Efek Histamine ECF-A NCF-A Protease (triptase, kimase) Eosinophil Chemotactic Factor Neutrophil Chemotactic Factor Hydrolase asam PAF NCA BK-A Proteoglikan enzim H1 : permeabilitas vascular meningkat, vasodilatasi, konstrajsi oto polos H2 : sekresi mukosa gaster Aritmia jantung H3 : SSP H4 : Eosinofil Kemotaksis eosinophil Kemotaksis neutrophil Sekresi mucus bronkial, degradasi membrane basalpembuluh darah, pembentukan produk pemecahan komplemen Kemotaktik untuk eosinophil Kemotaktik untuk neutrophil Degradasi matriks ekstraselular Agregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos paru Kemotaksis neutrophil Kalikrein: kininogenase Heparin, kondrotin sulfat, sulfat dermatan : mencegah komplemen yang menimbulkan koagulagi Kimase, tripatse, proteolysis Manifestasi klinis hipersensitivitas Tipe 1

description

mediator primer hipersensitivitas

Transcript of Mediator Primer Utama Pada Hipersensitivitas Tipe 1

Mediator primer utama pada hipersensitivitas Tipe 1

MediatorEfek

Histamine

ECF-A

NCF-A

Protease (triptase, kimase)

Eosinophil Chemotactic Factor

Neutrophil Chemotactic Factor

Hydrolase asam

PAF

NCA

BK-A

Proteoglikan

enzimH1 : permeabilitas vascular meningkat, vasodilatasi, konstrajsi oto polos

H2 : sekresi mukosa gaster

Aritmia jantung

H3 : SSP

H4 : Eosinofil

Kemotaksis eosinophil

Kemotaksis neutrophil

Sekresi mucus bronkial, degradasi membrane basalpembuluh darah, pembentukan produk pemecahan komplemenKemotaktik untuk eosinophil

Kemotaktik untuk neutrophil

Degradasi matriks ekstraselular

Agregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos paru

Kemotaksis neutrophil

Kalikrein: kininogenase

Heparin, kondrotin sulfat, sulfat dermatan : mencegah komplemen yang menimbulkan koagulagi

Kimase, tripatse, proteolysis

Manifestasi klinis hipersensitivitas Tipe 1Mediator Efek

LTR (SRS-A)PG

Bradikinin

Sitokin

IL-1 dan TNF-a

IL-4dan IL-13IL-3, IL-5, IL-6, IL-10, TGF-B dan GM-CSF

IL4, PMN, demam, TNF-a

FGF

Inhibitor protease

Lipoksin

Leukotrin ( LTC4 LTD4 LTE4)

Leukotrin B4, 15-HETE

PAFPeningkatan permeabilitas vascular, vasodilatasi sekresi mucus, kontraksi otot polos paru, kemotaktik neutrophilVasodilatasi, kontraksi oto polos paru, agregasi trombosit, kemotaktik neutrophil, potensiasi mediator lainnya

Peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot polos, simulasi ujung syaraf nyeri

Vervariasi

Anafilaksis, peningkatan ekspresi CAM pada sel endotel venul

Peningkatan produksi IgE

Berbagai efek(dapat dilihat pada sitokin)

Aktivasi monosit, eosinophil, demam

FibrosisMencegah kimase

Bronkokonstriksi

Kontraksi otot polos (jangka lama), meningkatkan permeabilitas, kemotaksis

Sekresi mucus

Kemotaksis, (terutama eosinophil), bronkospasme

Dapat bervariasi dari local, ringan sampai berat dan keadaan yang mengancam nyawa seperti anafilaksis dan asma berat.

a. Reaksi local

Terbatas pada jaringan atau organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel temmpat allergen masuk. Kecendrungan untuk menunjukkan reaksi Tipe 1 adalah diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya 20% populasi menunjukkan penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rhinitis alergi, asma, dan dermatitis atopi.

Sekitar 50%-70% dari populasi membentuk IgE terhadap antigen yang masuk tubuih melalui mukosa seperti selaput lendir hidung, paru dan konjungtiva, tetapi hanya 10%-20% masyarakat yang menderita rhinitis alegi dan 3%-10% yang menderita asma bronkial. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel mast/basophil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran nafas.

b. Reaksi sistemik-anafilaksis

Adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi pada beberapa menit saja. Anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas Tipe 1 yang yang cepat, yang ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel mast dan basophil merupakan sel efektor yang melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai allergen seperti makanan ( asal laut, kacang-kacangan), obat, atau serangan serangga dan juga lateks, latihan jasmani dan bahan diagnostic lainnya. Pada 2/3 pasien dengan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak dapat diidentifikasi.c. Reaksi pseudoalergi dan anafilaktoid

Adalah rekaasi sistemik umum yang melibatkan penglepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE. Mekanisme pseudoalergi terjadi melalui mekanisme jalur efektor nonimun. Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe 1 seperti syok, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, prutitus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun. Manefastasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya. Rekais ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid dapat menimbulkan antimikroba, protein, taksol, penisilin dan pelemas otot.Reaksi Alergi

Jenis AlergiAlergen UmumGambaran

Anafilaksis

Urtikaria akut

Rhinitis alergi

Asma

Makanan

Ekzem atopi Obat, serum, bisa, kacang-kacangan

Sengatan serangga

Polen (hay fever), tungau debu rumah (rhinitis perennial)

Polen, tungau debu rumah

Kerang, susu, telur, ikan, bahan asal gandum

Polen, tungau debu rumah, beberapa maknanEdema dengan oeningkatan permeabilitas vascular, berkembang menjadi oklusi trakea, kolaps sirkulasi dan kemungkinan meninggal

Bentol dan merah di daerah sengatan.

Sengatan serangga dapat pula menimbulkan reaksi Tipe IV

Edema dan iritasi mukosa nasalKonstriksi bronkial, peningkatan produksi mucus, inflamasi saluran napas.

Urtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis

Inflamasi pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah dan ada kalanya vesicular.

Manifestasi klinik hipersensitivitas Tipe II1. Reaksi transfuse

Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada mebran SDM disandi oleh berbagai gen. bila darah individu golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi transfuse, oleh karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B yang menimbulkan kerusakan darah direk hemolysis massif intravascular. Reaksi dapat cepat atau lambat. Reaksi cepat biasanya disebabkan oleh inkompabilitas golongan darah ABO yang dipicu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gejala khasnya berupa demam, menggil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang darah dan hemoglobinuria,

Reaksi transfuse darah yang lambat terjadi pada mereka yang mendapat transfuse darah berulang dengan darah yamng kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah lainnya. Reaksi terjadi 2 sampai 6 hari

Setelah transfuse. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membrane golongan darah, tersering adalah golongan Rhesus, Kidd, Kell dan Duffy.2. Penyakit hemolitik bayi baru lahir

Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir ditimbulkan oleh inkompibiltas Rh dalam kehamilan, yaitu pada ibu dengan golongan darah Rhesus negative dalam janin dengan Rhesus positif.

3. Anemia hemolitik

Antibiotic tertentu seperti penisilin, sefalosporin dan streptomisin dapat diabsorbsi nonspesifik pada protein membrane SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa. Pada beberapa penderita, kompleks membentuk antibody yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.Manifestasi klinis hipersensitivitas Tipe III

Beberapa penyakit kompleks imun

penyakitAntigen terlibat Patologi klinis

SLE

Poliartritis nodosa

Penyakit serum

RA

Farmers lung: lain-lain : pigeon breeders disease, Cheese washers disease, Parika workers disease dan thatched roof workers disease

Infeksi : malaria, virus, lepra, tripanosoma

Glomerulonephritis pasca streptokok

Lainnya :

Alergi obat penisilin dan sulfonamide, Sindrom good Pasteur, RA, meningitis, hepatitis, mononukleosisDNA, nucleoprotein, lain-lain

Antigen permukaan virus hepatitis B

Berbagai protein

Factor Rheumatoid (IgM berupa anti IgG) yang mengikat Fog.

Aktinomisef termofilik yang membentuk IgG

Antigen mikroba berikatan dengan antigen

Antigen dinding sel streptokok (mungkin bertahan pada membrane basal glomerulus)Nefritis, artritis, vaskulitis

Vaskulitis

Nefritis, artritis, vaskulitis

Kompleks diendapkan di sendi dan menimbulkan inflamasi

Paru

Endapan kompleks imun di berbagai tempat

Nefritis

Manifestasi klinis hipersensitivitas Tipe IV

a. Dermatitis kontakta

Adalah penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan bahan seperti formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang dapat menimbulkan dermatitis kontakterjadi melui sel Th1.

b. Hipersensitivitas tuberkolin

Bentuk alergi bacterial spesifik terhadap produk filtrate biakan M. tuberculosis yang bila disuntikkan ke kulit, akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Yang berperan dalam reaksi ini adalah sel limfosit CD4+ T. setelah disuntikkan intrakutan ekstrak tuberculin atau derivate protein yang dimurnikan (PPD), daerah kemerahan dan indurasi timbul di tempat suntiukan dalam 12-24 jam. Pada individu yang pernah kontak dengan M. Tuberkulosis, kulit, kulit bengkak terjadi pada hari ke 7-10 pasca induksi. Reaksi dapat dipindahkan melalui sel T.c. Reaksi Jones Mote

Adalah reaksi terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrasi basophil mencolok di kulit di bawah dermis. Reaksi juga disebut sebagai hipersensitivitas basophil kutan. Disbanding reaksi lainnya, reaksi ini adalah lemah dan Nampak beberapa hari setelah pajanan dengan protein setelah pajanan dengan protein dalam jumlah kecil. Tidak terjadi nekrosis dan reaksi dapat diinduksi dengan suntikan antigen larut seperti ovalbumin dengan ajuvan Freund.d. T Cell Mediated Cytolosis (Penyakit CD8+)

Kerusakan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan hipersensitivitas selular cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidak sistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respons CTL terhadap hepatosit yang terinfeksi.

Sel CD8+ yang spesifik untuk antigen atu sel autologous dapat membunuh sel dengan langsung. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalui mekanisme selular, biasanya ditemukan baik sel CD+4 maupun CD8+ spesifik untuk self-antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.