Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat...

24
1 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan Integritas Oleh: Heri Budianto* Pendahuluan Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. Media massa merupakan salah satu wahana penting dalam penyebarluasan pemahaman publik tentang integritas, terutama dalam pemberitaan mengenai kasus dan pemberantasan korupsi. Di Indonesia media massa bersama-sama masyarakat madani diharapkan menjadi kekuatan civil society secara kontinyu dan konsisten dalam genderang perang melawan korupsi dan memperjuangkan penegakan integritas. Dengan kekuatannya media massa dapat menjadi kekuatan efektif ditengah ketidakpercayaan publik terhadap lembaga- lembaga penegakan hukum yang menangani persoalan korupsi. Selain itu juga, media media massa digarapkan concern terhadap penguatan terhadap integritas, sebagai antisipasi terhadap korupsi. Tanpa penegakan integritas yang secara massal dilakukan, perjuangan melawan korupsi tidaklah menjadi kekuatan yang dominan. Korupsi : Ditinjau dari Berbagai Perspektif. Berbicara mengenai korupsi tentunya kita akan mulai dari pengertian tentang korupsi. Istilah Korupsi berasal dari kata latin ”corruptio” atau ”corruptus” yang berarti kerusakan atau kebobrokan, atau perbuatan tidak jujur yang dikaitkan dengan keuangan. Ada pula yang berpendapat bahwa dari segi istilah ”korupsi” yang berasal dari kata ”corrupteia” yang dalam bahasa Latin berarti ”bribery” atau ”seduction”, maka yang diartikan ”corruptio” dalam bahasa

Transcript of Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat...

Page 1: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

1 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan Integritas

Oleh: Heri Budianto*

Pendahuluan

Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan

perang melawan korupsi. Media massa merupakan salah satu wahana penting dalam

penyebarluasan pemahaman publik tentang integritas, terutama dalam pemberitaan mengenai

kasus dan pemberantasan korupsi. Di Indonesia media massa bersama-sama masyarakat madani

diharapkan menjadi kekuatan civil society secara kontinyu dan konsisten dalam genderang

perang melawan korupsi dan memperjuangkan penegakan integritas. Dengan kekuatannya media

massa dapat menjadi kekuatan efektif ditengah ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-

lembaga penegakan hukum yang menangani persoalan korupsi. Selain itu juga, media media

massa digarapkan concern terhadap penguatan terhadap integritas, sebagai antisipasi terhadap

korupsi. Tanpa penegakan integritas yang secara massal dilakukan, perjuangan melawan korupsi

tidaklah menjadi kekuatan yang dominan.

Korupsi : Ditinjau dari Berbagai Perspektif.

Berbicara mengenai korupsi tentunya kita akan mulai dari pengertian tentang korupsi.

Istilah Korupsi berasal dari kata latin ”corruptio” atau ”corruptus” yang berarti kerusakan atau

kebobrokan, atau perbuatan tidak jujur yang dikaitkan dengan keuangan. Ada pula yang

berpendapat bahwa dari segi istilah ”korupsi” yang berasal dari kata ”corrupteia” yang dalam

bahasa Latin berarti ”bribery” atau ”seduction”, maka yang diartikan ”corruptio” dalam bahasa

Page 2: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

2 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Latin ialah ”corrupter” atau ”seducer”. ”Bribery” dapat diartikan sebagai memberikan kepada

seseorang agar seseorang tersebut berbuat untuk keuntungan pemberi. Sementara ”seduction”

berarti sesuatu yang menarik agar seseorang menyeleweng.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-

unsur sebagai berikut:

1. perbuatan melawan hukum;

2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri,

orang lain, atau korporasi;

3. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; Selain itu terdapat beberapa

jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya:

a. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);

b. penggelapan dalam jabatan;

c. pemerasan dalam jabatan;

d. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);

4. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam Black’s Law Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud

untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara

salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk

dirinya sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Page 3: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

3 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Pasal 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999, menyatakan sebagai berikut : “Setiap orang

yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonoman negara...”

Selanjutnya dalam Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999, menyatakan : “Setiap

orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara...”

Dalam pengertian yuridis, Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dan

ditambah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, memberikan batasan tentang pengertian Tindak Pidana Korupsi dengan cakupan yang

lebih luas sehingga meliputi berbagai tindakan termasuk tindakan ”penyuapan”, yang dapat

dipahami dari bunyi teks pasal-pasalnya, kemudian mengelompokannya ke dalam beberapa

rumusan delik. Dengan memahami hal tersebut diharapkan segala tindakan hukum dalam rangka

pemberantaan korupsi akan terwujud, baik dalam bentuk pencegahan (preventif) maupun

tindakan (represif). Pemberantasan korupsi tidak hanya memberikan efek jera bagi pelaku, tetapi

juga berfungsi sebagai daya tangkal.

Pendapat lain dikemukakan Alatas , dalam bukunya “The Sociology of Corruption”

mengemukakan pengertian korupsi dengan menyebutkan benang merah yang menjelujuri dalam

aktivitas korupsi, yaitu subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan tujuan-tujuan

pribadi yang mencakup pelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, dibarengi

dengan kerahasian, penghianatan, penipuan dan kemasabodohan yang luar biasa akan akibat

yang diderita oleh masyarakat. Menurutnya, “corruption is the abuse of trust in the interest of

Page 4: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

4 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

private gain” yakni penyelahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.

Dalam arti yang luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan untuk keuntungan pribadi.

Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan

dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang

diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya

pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Menurut Alatas (1987), dalam wujud nyata, devriasi dari esensi korupsi itu dapat berupa:

(a) korupsi transaktif (transactive corruption), dimana korupsi itu muncul disebabkan

oleh adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pemberi dan penerima semi keuntungan

kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.

Korupsi jenis ini biasanya melibatkan pengusaha-pemerintah tetapi untuk juga diingat bahwa

korupsi jenis ini tidak mustahil terjadi juga secara samar antara guru dan murid di lembaga

pendidikan. Lazimnya melalui serangkaian kegiatan ekstra kurikuler seperti les tambahan dst.

Kegiatan itu seolah-olah bagian dari kegiatan sukarela, tetapi dapat berubah menjadi ajang suap

dan transaksi nilai antara guru dan murid;

(b) korupsi yang memeras (extortive corruption), korupsi jenis ini berbentuk, pihak

pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam diri pemberi

itu, kepentingannya atau orang-orang disekitarnya;

(c) korupsi investif (investive corruption), yaitu pembelian barang atau jasa tanpa ada

pertalian langsung dengan keuntungan ketika itu, tetapi lebih untuk mejangkau kepentingan

dalam jangka panjang;

Page 5: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

5 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

(d) korupsi perkerabatan (nepotistic corruption), jenis korupsi ini adalah penunjukkan

yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam pemerintahan,

atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan, dalam bentuk uang atau bentuk-

bentuk lain, kepada mereka dan bertentangan dengan etika serta peraturan;

(e) korupsi defensif (defensive corruption), pada hakikatnya korupsi ini tidak mutlak

dapat disebut korupsi, karena pelakunya adalah korban korupsi akibat proses pemerasan atau

korupsinya dalam rangka mempertahankan diri;

(f) korupsi otogenik (autogenic / autocorruption), ini adalah jenis korupsi yang tidak

melibatkan orang lain, tetapi hanya melibatkan diri sendiri, karena jabatan dan posisi

strategisnya. Misalnya, seseorang yang mengetahui betul rahasia kalkulasi fiskal dan moneter di

suatu negara, karena posisinya di Bank Sentral di negara tersebut. Informasi yang berupa rahasia

jabatan tersebut, kemudian digunakannya untuk terlibat di dalam bursa saham atau bursa valuta

asing (insider trading) sehingga dia mendapat keuntungan sangat besar denga mengakses first

hand information tersebut;

(g) korupsi dukungan (supportive corruption), jenis korupsi ini tidak secara langsung

menyangkut uang atau imbalan tetapi lebih kepada penguatan sistem untuk melindungi,

mengamankan dan memperkuat praktik korupsi yang sudah ada sebelumnya. Lazimnya, jenis

korupsi yang terakhir ini dilakukan dengan praktik-praktik curang di dalam pemilihan umum

untuk memenangkan yang bersifat lembek (friendly) terhadap korupsi, misalnya dengan

mengintimidasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang netral dan independen, memanipulasi

daftar pemilih atau lebih jauh dengan cara kekerasan, semisal, mensponsori dan mendukung

terjadinya huru-hara di dalam pemilihan umum ketika yang dijagokan terlihat akan kalah atau

Page 6: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

6 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

menghambat dengan cara-cara kekerasan atau politik uang agar pejabat yang jujur tidak dapat

meduduki posisi strategis yang dapat mengancam kepentingannya.1

Korupsi di Indonesia: Akar Masalah, Era Kolonialisme hingga Sekarang.

“Cap sebagai negara terkorup belum juga menjauh dari Indonesia. Padahal perang total

terhadap korupsi di negeri ini terus saja dikumandangkan. Toh korupsi tetap saja menggurita.

Persepsi tentang negara terkorup pun tidak kunjung terkikis dari benak para pelaku bisnis

internasional. Hasil survei terbaru Political and Economic Risk Consultancy (PERC) awal

pekan ini menegaskan hal itu hal itu. PERC menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup

dari 16 negara se-Asia Pasifik. Indonesia terkorup dengan skor 8,32 atau lebih buruk

dibandingkan Thailand (7,63). Negara yang paling bersih dari korupsi adalah Singapura

dengan skor 1,07. Fakta itu jelas bakal menambah suram wajah investasi di negeri ini. Suram

karena survei sebelumnya yang dilakukan Bank Dunia dan International Financial Corporation

(IFC) menunjukkan posisi Indonesia dalam hal kemudahan berinvestasi tergolong paling rendah

di Asia Tenggara” (Editorial Harian Media Indonesia, 12 Maret 2010).

Berdasarkan data Transparency International, sebuah organisasi nonpemerintah yang

berpusat di Berlin, menempatkan Indonesia di peringkat bawah dalam Indeks Persepsi Korupsi

atau dalam jajaran negara terkorupsi di dunia. Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan

peringkat Indonesia dalam CPI enam tahun terakhir.

Tabel 1. Nilai dan Peringkat Indonesia Berdasarkan Corruption Perception Index

Tahun Skor CPI Peringkat Jumlah Sampel (negara)

2000

2001

2002

2003

2004

2005

1.7

1.9

1.9

1.9

2.0

2.2

86

88

96

122

137

140

90

91

102

133

146

159

1 Baca JM. Muslimin. Korupsi:Pengertian, sebab, dan dampaknya dalam Pendidikan Anti

Korupsi di Perguruan Tinggi Islam. CSRC-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006

Page 7: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

7 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Sumber : Corruption Perception Index (www.transparency.org), diolah.2

Predikat Negara terkorup bagi Indonesia merupakan predikat yang mestinya membuat

bangsa ini berbenah memperbaiki semua sistem yang terkait dengan pemberantasan korupsi. Bila

kita telusuri lebih jauh, mengenai persoalan korupsi di Indonesia maka kita akan melihat dari

berbagai perspektif antara lain yaitu Detirminisme Kultural, hingga secara historis merupakan

peninggalan kolonialisme terutama belanda dengan VOC-nya, hingga berbagai bentuk korupsi

yang terjadi masa orde lama, orde baru, hingga era reformasi sekarang ini.

Cultural determinisme merupakan cara pandang bahwa suatu kebudayaan tertentu dan

etnis tertentu memberi landasan mentalitas menguatkan perilaku korupsi. Untuk kasus di

Indonesia, kebudayaan Jawa sering di tuding sebagai penyokong tradisi korupsi di Indonesia.

Fiona Robertson-Snape (dalam Margana:2006) penjelasan praktik korupsi di Indonesia

dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasaaan kuno orang Jawa. Tradisi itu adalah kebiasaan

menawarkan upeti atau persembahan kepada penguasa. Kebiasaan ini menjadi akar dari praktik-

praktik bribery (penyuapan) yang tersebar luas. 3

Secara historis pada masa kolonialisme, korupsi terbesar pertama adalah yang terjadi

pada organisasi dagang Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Pada mulanya, VOC yang

berdiri pada tahun 1602 bertujuan menjadi organisasi dagang multinasional yang berbasiskan

2 Saefullah, eep Fatah. 2006. Puisi Indah Proposa Buruk: Evaluasi Dua Tahun Kebijakan

Pemerintahan SBY-JK. Simbiosa Rekatama Media-Bandung. 3 Baca: Margana: Akar Historis Korupsi di Indonesia; dalam Korupsi Mengurupsi Indonesia:

2009.

Page 8: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

8 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

pada liberalisme ekonomi dan merkantilisme pasar. Namun, dalam praktiknya organisasi ini

menjalankan pola dagang oligopolies dan monopolis serta kerapkali menggunakan siasat dan

strategi dagang yang sangat represif intimidatif dan curang. Khususnya ketika bermitra dengan

partner-partner lokalnya dari kalangan pribumi.

Desember, 1642 – pada paruh kedua abad ke-18 VOC digerogoti oleh korupsi yang akut.

Pada 12 Desember 1642, Gubernur Jenderal Antonio Van Diemen menyurati Heeren XVII,

tentang parahnya korupsi yang terjadi di tubuh VOC. Berbagai upaya untuk memberantas

korupsi terus dilakukan, meskipun tidak menghasilkan apa-apa. Tahun 1743- Dalam sebuah

laporan yang diterbitkan di London pada 1743, “A Description of Holland, or the Present State

of the United Provices,” dilaporkan banyak kapal VOC yang karam akibat kelebihan muatan. Ini

muncul karena banyak oknum VOC yang menitipkan barang lewat kapal VOC tapi bukan untuk

kepentingan VOC sendiri.

Pada Tahun 1779, Asosiasi dengan VOC (Verenigde Oost Indische Compagne)

diplesetkan menjadi Verhaan Onder Corruption, runtuh lantaran korupsi. Catatan sejarah

menunjukan bahwa pada paruh kedua abad ke-18 VOC digerogoti korupsi yang akut. Pasal

utama penyebab korupsi pada saat itu adalah kecilnya gaji yang diterima para pegawai VOC.

Sementara gaji pegawai rendahan VOC, yang hanya berkisar antara 16 gulden hingga 24 gulden

per bulan, tidak sesuai dengan gaya hidup di Batavia pada saat itu. Para pegawai setingkat juru

tulis rata-rata menerima gaji 24 gulden setiap bulan, sementara seorang gubernur jendral

menerima 600 hingga 700 gulden setiap bulan.

VOC kemudian ambruk dan bubar pada tahun 1779 dengan meninggalkan hutang yang

tidak sedikit. Ketika pemerintahan pendudukan dipegang oleh Gubernur Jenderal van den Bosch,

Page 9: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

9 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Kerajaan Belanda berniat untuk membayar semua hutang-hutang VOC tersebut. Untuk

merealisasikan tugas tersebut, diperkenalkan kebijakan tanam paksa (cultuur stelsel) dan

pembagian prosentase (cultuur procenten).

Pada masa orde lama selang sekitar lima tahun setelah Indonesia merdeka dan seirng

dengan jatuh bangunnya kabinet, praktik korupsi mulai membudaya dan dilakukan oleh para

penguasa pribumi itu sendiri. Korupsi mulai tidak mengenal batasan dan warna kulit. Negarawan

dan mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Mohammad Hatta, ditahun 1950-an, menulis :

Penyuapan dan intrik makin lama makin umum dilakukan orang, dangan akibat buruk bagi

masyarakat dan negara kita.Setiap tahun pemerintah dirugikan ratusan juta rupiah karena tidak

dibayarnya cukai dan pajak sebagai akibat pemalsuan dan penyelundupan, baik yang illegal

maupun yang legal.

Di era Orde Lama, dimana politik adalah panglima, rivalitas dan perlombaan pengaruh

politik, khususnya antara sayap komunis dan non-komunis dan umumnya antara berbagai faksi

politik (islamis, sekularis dan sosialis) semakin menyuburkan praktik korupsi. Bahkan, terdapat

indikasi kuat bahwa selain menimpa para politisi, korupsi juga mulai menjangkiti dunia militer,

aparat penegak hukum, dan pengusaha. Pada tahun 1958, pemerintah mengeluarkan UU No.

86/1958 tentang kebijakan nasionalisasi perusahaan Belanda untuk memproteksi pengusaha

pribumi (Politik Benteng). Kebijakan ini justru mendorong praktik KKN. Pengusaha yang

mendapatkan lisensi hanyalah yang dekat dengan pemerintah. Pengusaha pribumi tersebut

“menyewakan” lisensi kepada pengusaha China (Ali Baba: Si Ali yang memiliki lisensi dan si

Baba yang menjalankan dan memiliki usaha). Pada Juni, 1957- Menetapkan Peraturan Penguasa

Militer No. PRT/PM/061957 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. April, 1958-

Tanggal 16 April Penguasa Perang Pusat kepala Staf Angkatan darat Genderal Abdul Haris

Page 10: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

10 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Nasution mengeluarkan peratutan antikorupsi, nomor Prt/Peperpu/C13/1958 serta peraturan

pelaksanaannya. Dan Mei, 1960- Orde Lama (ORLA) mengeluarkan satu peraturan baru terkait

dengan upayapemberantasan korupsi berupa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana

Korupsi. Sementara itu pada 1963- melalui Keputusan Presiden No. 273 Yahun 1963,

pemerintah menunjuk A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Menko Pertahanan dan

Keamanan, untuk memimpin Operasi Budhi, ditugaskan untuk menyeret pelaku korupsi ke

pengadilan dengan sasaran utama perusahaan-perusahaan Negara serta lembaga-lembaga Negara

lainnya yang dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi.

Pada masa Orde Baru ternyata tidak juga dapat menyelesaikan masalah korupsi. Bulan

Januari 1970, Presiden soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 yang isinya

membentuk tim baru, yaitu Komisi Empat yang tugas utamanya tidak lain adalah pemberantasan

korupsi. Ketua tim merangkap anggota dijabat oleh Wilopo dengan anggota-anggota lainnya,

yaitu IJ Kasimo, Prof. Johannes, dan Anwar Cokroaminoto. Sebagai sekretariat tim dingkat

Mayjen Sutopo Yuwono, sedangkan untuk penasihat komisi dipegang oleh Muhammad Hatta

(mantan Wakil Presiden RI).

Berlanjut pada tahun 1970, Protes mahasiswa dan kritik pers terhadap korupsi

menghasilkan pembentukan Komisi IV yang bertugas menganalisis permasalahan korupsi dalam

birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasinya. Pada tahun 1970, Bung Hatta

mengungkapkan “Korupsi telah membudaya di Indonesia”. Pernyataan Bung Hatta itu

diungkapkan ketika usia Indonesia sebagai bangsa merdeka baru genap dua puluh lima tahun.

Page 11: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

11 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Pada tahun 1971, Presiden soeharto mengeluarkan UU baru nomor 3 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam UU baru ini ancaman ancaman pidana penjara

maksimum seumur hidup bagi semua delik yang dikategorikan sebagai korupsi, baik yang kecil,

sedang, maupun yang besar. Ancaman ini masih ditambah dengan denda maksimum Rp. 30 juta

rupiah (harga per gram emas saat itu, Rp. 3.000). Empat tahun berikutnya yakni tahun 1974,

Pemerintah mulai sering mengintervensi proses pengadilan, sebagai respons atas kerusuhan

Malaria. Ini merupakan tonggak melemahnya lembaga peradilan di Indonesia, serta tititk balik

upaya perang melawan korupsi.

September, 1977, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres Nomor 9 Tahun 1977 berupa

pembentukan tim serupa yang bernama Tim Operasi Ketertiban (Opstib). Koordinator tim ini

adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur sedangkan pelaksanaan operasionalnya adalah

Pangkopkamtib. Sebagai ketua I adalah Kapolri, sedangkan ketua II adalah Jaksa Agung dengan

Para Irjen di setiap departemen. Tim ini juga memiliki organisasi vertikal ke bawah dengan

pelaksanaan operasional Laksusda, Ketua I Kapolda dan Ketua II Kejati dan Irwilda.

Tahun 1982, Presiden Soeharto menghidupkan kembali aktivitas Tim Pemberantasan

Korupsi dengan penggantian personil. Pelaksana dari tim ini terdiri atas Menpan JB. Sumarlin,

Pangkopkamtib Sudomo, Ketua MA Mudjiono, Menteri Kehakiman Ali Said, Jaksa Agung

Ismail Saleh, dan Kapolri Awaloeddin Djamin. Pada Bulan Juli, 1995, Transpansi Internasional

mengeluarkan laporan tentang Corruption Perception Index yang pertama, dan menempatkan

Indonesia sebagai negara paling dari 41 negara yang disurvei.4

4 Baca: Rukmana; Korupsi di Indonesia dalam Lintasan Sejarah; Dalam Korupsi Mengurupsi Indonesia: 2009.

Page 12: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

12 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Era reformasi saat ini persoalan korupsi semakin menggurita. Perubahan sistem politik

telah membawa perubahan besar pada tata pemerintahan Negara. Era otonomi daerah telah

menjadikan persoalan korupsi makin melebar kemana-mana. Setelah adanya perubahan struktur

politik sebagai akibat dari reformasi dan Pemilihan Umum tahun 1999, praktik korupsi kemudian

bermutasi dari yang semula bercorak president-centered corruption, dimana presiden adalah

aktor dan titik utama dari rotasi korupsi, kemudian berkembang menjadi lebih bersifat

fragmentatif dan merata. Ringkasnya seiring dengan proses desentralisasi administrative dan

fiscal terjadi juga desentralisasi korupsi ke beberapa daerah. Dalam banyak kasus,

pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung akhir-akhir ini diwarnai dengan berbagai

praktik kotor money politics untuk membiayai tim sukses calon masing-masing dengan

memanfaatkan akses-akses pengambilan keputusan di daerah tersebut dan memanipulasi

pengalokasian anggaran pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 5

Kekuatan media massa dalam melawan korupsi

Beberapa tahun belakangan, perdebatan akademis tentang peran media dalam upaya

pemberantasan korupsi sangat mengemuka. Berbagai kasus korupsi di Indonesia terjadi

melibatkan berbagai kalangan eksekutif, legislatif, dan bahkan yudikatif yang seharusnya

menjadi garda terdepan penegakan hukum termasuk kasus-kasus korupsi. Di kala lembaga

penegakan hukum belum tegak sepenuhnya, maka pers (media massa) bisa menjadi roda

penegakan hukum bisa beputar dengan ekspose besar-besaran. Disaat orang-orang kuat mencoba

menyembunyikan dan memutarbalikkan fakta, investigasi media yang baik dapat mengungkap

5 Baca: JM. Muslimin. Korupsi:Pengertian, sebab, dan dampaknya dalam Pendidikan Anti

Korupsi di Perguruan Tinggi Islam. CSRC-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006.

Page 13: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

13 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

dan melempangkannya atau malah kadang bisa mendorong proses hukum terhadapnya.

(Dharmasaputra:2009;693)

Media massa semakin berperan membangkitkan solidaritas masyarakat untuk

menghadapi kasus korupsi, bahkan mampu menggantikan posisi pemerintah maupun parlemen

yang tidak dilandasi ideologi kepeloporan partai (vanguard party), kata Koordinator Indonesia

Corruption Watch (ICW), J. Danang Widoyoko.

"Di Indonesia tekanan anti-korupsi menjadi lebih efektif karena media massa berperan

memberikan informasi untuk menggalang solidaritas, kemudian menyatukan kepentingan

masyarakat," ujarnya dalam diskusi di Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), Gedung

Dewan Pers, Jakarta,

Danang menilai, posisi media massa dan sinergi masyarakat Indonesia terbukti membuat

pergerakan anti-korupsi di Indonesia jauh berbeda dengan negara lain.

"Biasanya gerakan anti-korupsi memerlukan keinginan kuat pimpinan negara yang

konsisten memerangi praktik korupsi. Di Indonesia hal ini justru terbukti banyak

gagalnya. Media massa dan publiknya yang mengambilalih peran ini,".6

Sementara itu MacDonell dan Pesic dalam Dharmasaputra:2009;697 mengemukakan

peran media dalam pemberitaan korupsi terdapat dua kategori besar yaitu secara kasat mata dan

efek tak kasat mata. Kategori yang pertama efek kasat mata, mereka mengidentifikasi ada tujuh

fungsi penting media:

1. Mengekspose pejabat-pejabat korup;

2. Mendorong aparat hukum menggelar penyelidikan;

3. Mengungkap berbagai penyelewengan bisnis;

4. Memperkuat komisi antikorupsi;

5. Meningkatkan aluntabilitas pemilu;

6 ANTARA News. Jumat, 3 Desember 2010 21:03 WIB.

Page 14: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

14 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

6. Mendesak perubahan hukum dan peraturan perundangan-perundangan; serta

7. Meciptakan efek jera.

Namun demikian, impak jurnalisme dalam mengungkap kasus-kasus korupsi kerap kali

tidaklah sekasat mata dan selangsung itu. Kerap kali ia memainkan peran melalui sejumlah

faktor. Berbagai studi memperlihatkan tingkat kematangan demokrasi, level kompetisi politik,

derajat persaingan bisnis amat menentukan kadar korupsi di suatu Negara. Telah disepakati

bahwa banyak pakar bahwa otoritarianisme, rezim politik yang monolitik, dan sistem ekonomi

yang monopolistik cenderung menyemai benih korupsi. Disini pers memainkan peran

pentingnya.

Legenda tentang peran media dalam membongkar kasus korupsi, tentu saja, adalah

investigasi fenomenal dua wartawan Washington Post, Carl Bernstein dan Bob Woodward, yang

dengan brilian berhasil membongkar skandal Watergate pada 1974. Impak liputan mereka luar

biasa: pergantian kekuasaan di Gedung Putih yang ditandai dengan mundurnya Presiden AS

Richard Nixon untuk menghindari ancaman impeachment dari Kongres (Bernstein & Woodward,

1974). Jati diri narasumber yang menghantarkan Bernstein dan Woodward pada berbagai fakta

penting, dirahasiakan rapat-rapat di balik nama samara “Deep Throat” selama hamper 31 tahun.

Baru pada 2005. Identitasnya terungkap setelah sumber kunci itu membuat pengakuan terbuka ke

hadapan publik. Dialah Mark Felt yang saat itu menjadi orang nomor dua di Langley dengan

jabatan Asisten Direktur CIA (Drehle, 2005).

Tak begitu jauh dari Indonesia, peran serupa pernah dimainkan oleh Philipine Center for

Investigative Journalism (PCIJ) semacam kelompok jurnalis investigasi-yang pada 2000

melancarkan serangkaian investigasi yang berhasil membongkar berbagai kekayaan illegal

Page 15: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

15 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

presiden Filipina ketika itu, Joseph Estrada. Berbagai bukti yang dikumpulkan PCIJ bahkan

digunakan dalam proses persidangan impeachment Estrada. Tak cuma itu, hasil investigasi

Januari 2001 yang berujung pada penahanan dan jatuhnya mantan aktor film ini dari tampuk

Malacanang (MacDonell & Pesic, 2006).7

Media massa merupakan salah satu wahana penting dalam penyebarluasan pemahaman

publik tentang integritas, terutama dalam pemberitaan mengenai kasus dan pemberantasan

korupsi di Indonesia. Sayangnya, tak banyak media yang dengan sadar dan sukarela menyajikan

pemberitaan yang lengkap dan komprehensif mengenai sebab akibat dan prospek pemberantasan

korupsi. Dalam pengamatan sepintas, ada kecenderungan sudut pandang pemberitaan lebih

banyak berkisar di pemberitaan mengenai besaran peristiwa kasus korupsi.

Kiranya sudah menjadi sebuah kesepakatan di berbagai literatur korupsi bahwa media

punya peran penting dalam upaya pemberantasan korupsi. Di Negara-negara demokratis, media

dinilai punya peran penting-bersama kelompok masyarakat madani-untuk memfasilitasi diskusi

publik tentang apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan, serta untuk melancarkan kritik

terhadap pemerintah dalam menangani korupsi. Selain itu, media juga diyakini punya

kemampuan untuk menekan pemerintah supaya mengambil tindakan yang selaras dengan

kepentingan publik untuk melakukan reformasi sistem yang berlandaskan pada tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance). Bahkan, di negara-negara yang tak demokratis

sekalipun, seperti China dan Uni Sovyet (kini Rusia), pers dilihat tetap bisa memainkan peran

yang cukup penting sebagai alat kampanye antikorupsi rezim yang berkuasa yang ingin

memelihara citra bersihnya di mata publik (Rose-Ackerman, 1999).

7 Baca: Dharmasaputra: Media dan Foklor Korupsi: dalam Korupsi Mengurupsi Indonesia; 2009

Page 16: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

16 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Visi misi media, ideologi media serta segmen media juga mempengaruhi sudut pandang

pemberitaan tentang korupsi. Ketika media memainkan fungsi sebagai wahana penyebarluasan

informasi dan penyediaan ruang publik yang mampu merepresentasikan nilai, norma dan

perspektif terhadap setiap masalah yang beragam di masyarakat (Mosco, 1996:75), maka konten

media tersebut bisa mendorong kemajuan masyarakat. Apalagi, karakter media cetak memiliki

potensi untuk menyimpan informasi yang disajikan agar lebih melekat lama dan biasa

dikonsumsi oleh kelompok menengah ke atas yang menjadi aktor utama perubahan sosial.

Galtung dan Ruge dalam McQuail (2005: 310) menunjukkan tiga faktor penting yang

memengaruhi pemilihan kemasan informasi dalam konten media atau pemberitaan yaitu :

Faktor organisasi, faktor yang berkaitan dengan aliran, dan faktor sosial budaya. Faktor

organisasi merupakan faktor yang paling universal dan mengandung konsekuensi

kepentingan tertentu. Biasanya suatu media lebih menyukai peristiwa besar atau penting

yang terjadi dalam skala waktu yang sesuai dengan jadwal produksi normal, serta

menyukai peristiwa pula peristiwa yang paling mudah diliput dan dilaporkan, mudah

dikenal, dan dipandang relevan (McQuail, 2005: 310)

Adapun faktor lain yang berkaitan dengan aliran yaitu, preferensi media terhadap peristiwa

yang sesuai dengan harapan khalayak, keinginan mengemas peristiwa yang dipandang layak

diberitakan dan menyeimbangkan semua produk berita. Sejalan dengan faktor budaya, Galtung

dan Ruge dalam McQuail (2005: 375) menyebut berita yang dianggap menarik dengan nilai

yang berlaku, sejalan dengan persyaratan pemilihan organisasi dan dengan aliran atau kehendak

publik. Kerangka Galtung dan Ruge cukup banyak mengungkapkan jenis berita yang cenderung

dilaporkan dan hal-hal yang diabaikan.

Saat kita bicara tentang korupsi dan penguatan integritas, Robert Klitgaard (1988)

menjelaskan bahwa:

Page 17: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

17 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

“Illicit behaviour flourishes when agents have monopoly power over clients, when agents

have great discretion, and when accountability of agents to the principal is weak. A

stylizzed equation holds, Corruption = Monopoly + Discretion – Accountability” (Perilaku

haram berkembang saat pelaku memiliki kekuatan monopoli atas klien, ketika pelaku

memiliki diskresi yang tidak terbatas, dan ketika akutabilitas pelaku kepada pimpinan

lemah. Hal tersebut memiliki persamaan : korupsi sama dengan monopoli ditambah

diskresi, minus akuntabilitas).

Dari apa yang diutarakan oleh Klitgaard tersebut, maka ada 3 (tiga) aspek penting untuk

memahami anatomi atau kerangka dasar mengapa korupsi bisa terjadi, yakni : adanya monopoli

kekuasaan, adanya kewenangan atau diskresi yang tidak terbatas, dan tidak adanya proses

pertanggungjawaban yang jelas. Sedangkan Peter Langseth dalam Wijayanto (2009:6)

mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi

atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

Saat berbicara tentang fungsi media untuk pendidikan publik. Isi pemberitaan walaupun

berangkat dari peristiwa namun akan diubah dalam bentuk berita yang informatif di wilayah

sosial (pembaca) dan membentuk struktur pengetahuan pada pembaca , potter (2005:17)

menjelaskan tentang kunci dari informasi adalah pesan, informasi faktual, dan informasi sosial.

Pemberitaan dalam surat kabar mengenai korupsi secara tidak langsung akan menjadi

referensi informasi bagi masyarakat dan membentuk pengetahuan tentang korupsi, sedang

sudut pandang pemberitaan akan menunjukkan tema-tema yang diangkat apakah

meningkatkan pemahaman tentang bagaimana cara mengorupsi bukan bagaimana penguatan

integritas dengan bahasan sebab, akibat dan pemberantasannya.

Page 18: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

18 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Representasi ruang publik yang paling jelas sebagai wahana bagi diskusi publik adalah

media massa. Oleh karena itu, media massa, tidak hanya terbatas sebagai sarana untuk meraup

keuntungan ekonomis, melainkan dalam fungsi editorialnya ia menjadi medium bagi ruang

publik. Media massa, dengan demikian, bisa berperan dalam memperjuangkan terciptanya ruang

kebebasan untuk menyatakan dan menampung opini publik (public opinion) atau untuk

membentuk wacana publik (public discourse) (Ibrahim, 2004 :5).

Hal ini diperkuat oleh pendapat Kenneth Janda dan kawan-kawan (1987:337) yang

menyatakan bahwa “Although more people today depend on television than on newspaper for

news, those with more education rely more on newspapers. Newspapers usually do a more

thorough job of informing the public about politics.”

Dalam keseharian, pengungkapan realitas oleh wartawan acapkali diwarnai oleh

kecenderungan-kecenderungan tertentu. Obsesi media atau wartawan acapkali muncul dalam

wujud usaha menciptakan atau mengubah suatu realitas tertentu. Hal itu berkait dengan persepsi

atau difinisi yang dipunyai wartawan tentang realitas peran dirinya, dan realitas sosial yang ada

di sekitarnya. Wartawan misalnya, mempersepsikan dirinya sebagai “penegak moralitas sosial”

akan cenderung untuk menggali dan menyajikan berita-berita dari sisi kerusakan moral. Mereka

secara tidak sadar akan mengharapkan terdapat realitas yang dapat memperkuat perannya untuk

mengungkap terjadinya kerusakan moral. Perspektif individu wartawan untuk melihat realitas

menjadi bias sesuai dengan predisposisi persepsi dirinya.

Gambaran tentang realitas yang “dibentuk” oleh isi media massa inilah yang nantinya

mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Informasi yang salah dari

media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula pada khalayak, sehingga akan

Page 19: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

19 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

memunculkan respon dan sikap yang salah juga terhadap obyek sosial itu. Karenanya media

massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah

yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian isi media.

Sudibyo (2009) menyatakan bahwa “media massa berfungsi menyambungkan realitas

penyelenggaraan kekuasaan di berbagai level dan lini pemerintahan dengan realitas-realitas yang

berlangsung dalam masyarakat. Media massa pada arah yang sama juga sering disebut sebagai

cermin masyarakat. Bukan hanya dalam arti tempat di mana masyarakat dapat melihat dirinya

sendiri, tetapi juga tempat di mana diharapkan dapat terjadi pembentukan watak kultural

masyarakat”.

Wacana Korupsi dan Integritas

Terkait dengan korupsi dan penguatan integritas, Robert Klitgaard (1988) menjelaskan

bahwa:

“Illicit behaviour flourishes when agents have monopoly power over clients, when agents

have great discretion, and when accountability of agents to the principal is weak. A

stylizzed equation holds, Corruption = Monopoly + Discretion – Accountability”

(Perilaku haram berkembang saat pelaku memiliki kekuatan monopoli atas klien, ketika

pelaku memiliki diskresi yang tidak terbatas, dan ketika akutabilitas pelaku kepada

pimpinan lemah. Hal tersebut memiliki persamaan : korupsi sama dengan monopoli

ditambah diskresi, minus akuntabilitas).

Dari apa yang diutarakan oleh Klitgaard tersebut, maka ada 3 (tiga) aspek penting untuk

memahami anatomi atau kerangka dasar mengapa korupsi bisa terjadi, yakni : adanya monopoli

kekuasaan, adanya kewenangan atau diskresi yang tidak terbatas, dan tidak adanya proses

pertanggungjawaban yang jelas. Sedangkan Peter Langseth dalam Wijayanto (2009:6)

Page 20: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

20 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi

atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

Sedang berdasar arti istilah, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang

menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang

memancarkan kewibawaan; kejujuran; wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam

kehidupan bernegara . Integritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan

kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan

kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.

Michael Johnston menyebutkan empat penyebab mengapa korupsi harus dikaji dan

ditangani dari sapek politik, ekonomi, kelembagaan, yaitu :

1. Biaya akibat korupsi yang tinggi terbukti menghambat dan mendistorsi pembangunan politikk

dan ekonomi.

2. Perilaku korup menimbulkan efek sistemik yang berbahaya.

3. Kesekuensi ekonomi akibat korupsi yang bersifat meluas, terutama dalam bentuk berbagai

inefisiensi dalam hubungan antara kepentingan negara dan privat.

4. Implikasi korupsi mengarahkan kepada monopoli politik dan kurangnya akuntabilitas (Riyana

dan Rukmana dalam Widjayanto, 2009 : 607)

Penutup

Page 21: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

21 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Persoalan korupsi di negeri ini telah berlangsung dari masa ke masa seiring dengan

perubahan tampuk kepemimpinan dan sistem politik yang menghantarkan rezim pemerintahan

pada masanya. Berbagai latar belakang dijadikan alasan mengapa korupsi sulit di berantas di

negeri ini?. Mulai dari Determinisme Kultural hingga secara historis merupakan peninggalan

kolonialisme terutama belanda dengan VOC-nya, sampai kepada perosoalan sistem politik dan

pemerintahan pada masa orde lama, orde baru, hingga era reformasi saat ini. Apapun alasannya

korupsi di tanah air ini harus diatasi, sebab praktik korupsi sangat merugikan Negara.

Meski upaya pemberantasan korupsi gencar dilaksanakan, kondisi tidak kunjung

membaik. Korupsi merupakan isu multidimensional yang mempunyai komponen politik,

ekonomi, sosial dan budaya, yang sering melibatkan para pemegang kekuasaan sehingga

memberantas korupsi bukanlah perkara mudah. Korupsi merupakan kejahatan yang sulit

diungkap karena korupsi melibatkan dua pihak, yaitu koruptor dan klien yang keduanya

berupaya untuk menyembunyikan kejadian tersebut.8

Media massa merupakan kekuatan ke-empat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif

dalam pilar Negara. Maka media massa memegang peranan sangat penting dalam pelaksanaan

tata pemerintahan dalam kerangka Negara. Media mempunyai fungsi melakukan kontrol dan

kritik dalam pelaksanaan tata pemerintahan. Media massa juga dapat membangun public

opinion dengan jangkauan khalayak yang luas yang dimiliki oleh media massa. Karenanya media

diharapkan dapat menjalankan peran “perang melawan korupsi” dengan menggunakan kekuatan

yag dimilikinya.

Keberadaan media massa sangat penting dalam persoalan korupsi terutama genderang

perang melawan korupsi ditabuh. Media massa merupakan harapan penting yang dapat

8 Baca Wijayanto: Memahami Korupsi: Dalam Korupsi Mengorupsi Indonesia. 2009.

Page 22: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

22 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

dimaksimalkan dalam pemberantasan korupsi ketika lemahnya kepercayaan publik terhadap

lembaga-lembaga penegakan hukum yang mestinya melakukan pemberantasan terhadap korupsi.

Perang melawan korupsi dalam konstruksi media massa tidak hanya dengan melakukan ekpose

terhadap pelaku-pelaku korupsi dan melakukan investigasi terkait dengan berbagai

penyimpangan dalam pengelolaan Negara. Namun penegakan integritas sebagai langkah awal

untuk mencegah korupsi juga perlu dilakukan.

Dalam hal ini media massa dapat membangun dan menanamkan nilai-nilai positif kepada

masyarakat, membangun budaya bersih-anti suap-anti korupsi, dan secara terus menerus

melakukan kampanye anti korupsi sebagai bagian dan penegakan integritas dan perang terhadap

korupsi.

Daftar Pustaka

ANTARA News ; Media Massa Gantikan Pemerintah Hadapi Korupsi; Jumat, 3 Desember 2010

21:03 WIB | 744 Views.

Alatas, 1980. The Sociology of Corruption. Singapore; Time International.

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Bamualim, Chaider S & JM. Muslimin. 2006. Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi

Islam. CSRC-UIN Syarifhidayatullah-Jakarta.

Curran, James dan Michael Gurevitch. 1992. Mass Media and Society. London, New York:

Edward Arnold.

De Fleur, Melvin. 1985. Understanding Mass Communication. Boston: Flonglifon Millin.

Effendy, Amir Siregar.2010. Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta:Prodi

Komunikasi UII.

Flournoy, Don Michael. 1989. Analisa Isi Suratkabar-Suratkabar Indonesia. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Page 23: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

23 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa : Sebuah studi Critical

Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik. Jakarta:Granit.

_______, Ibnu.2010. Komunikasi sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise.

Klitgaard, Robert. 2001. Membasmi Korupsi. Diterjemahkan oleh Hermoyo. Yayasan Obor-

Jakarta.

Littlejohn, Stephen W, 1992. Theories of Human Communication. New Mexico: Wadsworth

Company, Sixth Edition.

McQuail, Dennis. 2000. Mass Communication Theory, London: Sage Publication.

______. 1991. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Airlangga.

_________. 1987. Mass Communication Theory: An Introduction. Beverly Hill, California :

Sage Publication.

_______ and Windahl. 1981. Communication Models, London: Longman.

Miller, Katherine.2005. Communications Theories: Perspective, Processes, and Contexts.Second

Edition.Singapura:Mc Graw Hill.

Media Indonesia, 12 Maret 2010

O’ Shaughnessy, Michael dan Jane Stadler.2005. Media And Society : an introduction. Third

Edition. Victoria: Oxford University Press.

Sen, Krishna dan David T. Hill.2001. Media, Budaya dan Politik Di Indonesia. Penerjemah:

Sirikit Syah, Jakarta: ISAI.

Severin, Werner J dan James W. tankard, Jr. 2005. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan

Terapan di dalam Media Massa. Jakarta : Kencana

Shoemaker, Pamela J. 1991. Communication Concepts 3: Gatekeeping. London, New Delhi:

Sage Publications halaman

Wijayanto dan Ridwan Zachrie, 2009, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan

Prospek Pemberantasan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

*adalah: Mahasiswa Program Doktor Kajian Budaya dan Media (KBM) Pascasarjana Universitas

Gadjah Mada (UGM), dosen Program Magister Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Mercu Buana Jakarta. Aktif di berbagai organisasi yaitu Wakil Sekretaris Jenderal

Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Indonesia (ASPIKOM), Ketua IV (Kajian

Keilmuan) Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia (FORKAPI). Aktif melakukan aktivitas

pemantauan media dan pengembangan media literacy melalui Buana Media Watch (BMW) dan

Page 24: Media Massa: Perang Melawan Korupsi dan Penguatan ...Di Negara demokratis, peran media massa sangat penting dalam penegakan integritas dan perang melawan korupsi. ... Dari sudut pandang

24 Fakultas Ilmu Komunikasi – Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan Kembangan Jakarta Barat 11650 www.mercubuana.ac.id

merupakan Kepala Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis (PUSKOMBIS) Pascasarjana Univeritas

Mercu Buana. Merupakan nara sumber di berbagai seminar nasional dan nara sumber di media

massa dengan isu-isi media, politik dan masyarakat.