Berdikari Untuk Melawan

22
JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN FISIPOL UGM LEMBAR COVER TUGAS 2014 Nama NoMahasiswa Muhammad Rizky Nur Fattah No. Mahasiswa 12/328764/SP/25139 Nama Matakuliah Politik Ekstra Parlemen Dosen Haryanto & Abdul Gaffar Karim Judul Tugas Berdikari Untuk Melawan Jumlah Kata 3.382 CHECKLIST Saya telah: Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten........... Memberikan soft copy tugas................................... Deklarasi Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: Karya ini merupakan hasil karya saya pribadi. Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran saya yang disusun menggunakan kata dan gaya bahasa saya sendiri. Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atau sekelompok orang, karya, ide dan pemikiran tersebut dikutip dengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untuk dinilai, dipublikasikan dan/atau digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah lain sebelumnya. Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan di atas tidak ditepati, saya sadar akan menerima sanksi minimal berupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk mata kuliah ini.

description

Studi Manajemen Konflik dan Politik ekstra parlemen berdasar agraria

Transcript of Berdikari Untuk Melawan

Page 1: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

L E M B A R C O V E R T U G A S 2 0 1 4Nama NoMahasiswa

Muhammad Rizky Nur Fattah

No. Mahasiswa 12/328764/SP/25139

Nama Matakuliah Politik Ekstra Parlemen

Dosen Haryanto & Abdul Gaffar Karim

Judul Tugas Berdikari Untuk MelawanJumlah Kata 3.382

CHECKLIST Saya telah:

Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten..................................................................Memberikan soft copy tugas.....................................................................................................

Deklarasi

Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

Karya ini merupakan hasil karya saya pribadi. Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran saya yang disusun

menggunakan kata dan gaya bahasa saya sendiri. Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atau sekelompok orang, karya, ide dan

pemikiran tersebut dikutip dengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untuk dinilai, dipublikasikan dan/atau digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah lain sebelumnya.

Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan di atas tidak ditepati, saya sadar akan menerima sanksi minimal berupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk mata kuliah ini.

______________________________ __________________________________ Tanda Tangan Tanggal

Berdikari Untuk Melawan

Page 2: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

A. Latar Belakang

Digulirkannya rencana besar mengenai “tambang pasir besi” di daerah Kulon Progo

Yogyakarta, merupakan sebuah ancaman bagai warga pesisir pantai yang kegiatannya

bertanam. Dimana masyarakat menentang keras adanya penambangan tersebut. Walaupun

Pemerintah Daerah menilai, hal ini sebagai sebuah kemajuan suatu pembangunan dan dapat

menambah kesejateraan masyarakat. Namun berbeda tanggapannya dengan warga yang

berada di pesisir pantai. Adanya penambangan pasir besi hanyalah untuk kepentingan

sebagaian elit dan para pemodal. Dimana mereka akan mengeruk sumber daya alam ada untuk

memperoleh keuntungan yang besar. Selain itu dampak kerusakan lingkungan yang akan pasti

terjadi. Permasalahan ini yang menjadikan warga tetap bersikeras menolak adanya

penambangan.

Adanya pemerintah untuk melindungi hak warganya, malah berbanding terbalik

dengan didukungnya program ini. Sebuah legitimasi yang pada ujungnya juga tentang

pemerasan, permainan antar negara yang melibatkan pemodal-pemodal besar yang juga

untuk, lagi-lagi membatasi dan memeras individu-individu bebas yang seharusnya memiliki

hak untuk mengapresiasikan dan membebaskan dirinya menikmati kehidupan yang setara

tanpa ditakuti oleh aturan-aturan yang membatasi di kebun-kebun, di bangunan proyek-

proyek megah, di pabrik dan sebagainya. Semua sama yaitu, “Korban” dari sebuah aturan

yang dibuat penguasa.1

kekecewaan ditambah lagi ketika seorang tokoh agama dan konsen di sebuah lembaga

sosial independen. Dia melakukan pembenaran atas apa yang dilakuakan oleh pemerintah dan

kaki tangannya, padahal dia tidak tahu situasi yang sebenarnya terjadi. Hal ini diperparah lagi

saat tokoh agama tersebut mengatakan tindakan warga pesisir untuk menentang penambangan

itu sebuah tindakan tidak benar dan menentang agama.

Meskipun demikan warga pesisir tetap menolak keras adanya penambangan pasir besi.

Mereka akan mempertahankan apa yang menjadi haknya meskipun harus bersitegang

terhadap orang yang mendukung adanya penambang pasir besi. Bagi para warga menolak 1 Widodo. (2013). Menanam Adalah Melawan. Yogyakarta: PPLP-KP dan Tanah Air Beta. Hal. 7.

Page 3: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

merupakan sebuah harga mati yang tetap harus dipertahankan. Walaupun pada saat itu juga

mereka sudah memikirkan, pasti terdapat ancaman dan teror yang akan didapatkan.

B. Rumusan Masalah

Bagaiaman upaya yang dilakukan para petani lahan pesisir pantai untuk menolak adanya

penambangan pasir besi di Kulon Progo ?

C. Jawaban Konseptual

Teori strukrutal-konflik menekankan bahwa adanya permasalahan dalam masyarakat

dikarenakan ada beragam struktur ketidaksetaraan, dan bermacam kemudahan yang mereka

anggap tersebar tidak merata. Kemudahan yang dimaskud adalah adanya berbagai kelompok

yang bisa memiliki kekuasaan, wewenang, prestise, kekayaan, atau kombinasi unsur-unsur

tersebut dengan kemudahan yang lainnya. Hal ini memiliki pengertian bahwa asal-usul dan

presistensi struktur ketidaksetaraan terletak pada dominasi atas kelompok-kelompok yang

beruntung. Karena teori ini beranggapan, yang melekat pada masyarakat yang tidak setara

adalah konflik kepentingan yang tak terhindari antara “yang berpunya” dan “tidak berpunya”.

Seperti dikatakan Wes Sharrock (1977).2

Selain menggunakan teori sturkturak-konflik dalam melihat permasalahan ini penulis

juga menggunakan teori tindakan. Damana teori tindakan menekankan bahwa kita

memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia di

sekeliling. Karena tidakan merupakan produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai

hasil dari pemikiran. Lebih lanjut, ini adalah pilihan pruposif, atau berorientasi pada tujuan.

Menggunakan teori tindakan untuk kepentingan ini berarti memilih apa yang dilakukan sesuai

dengan situasi yang sedang dialami.3

Kedua teori ini yang mendasari penulis dalam melihat masalah tambangan pasir besi

yang berada di Kulon Progo. Adanya konflik yang terjadi di lahan pesisir pantai daerah Kulon

Progo diakarenakan adanya perbedaan kepentingan antara warga, pemilik modal dan

pemerintah. Dimana masyarakat daerah pantai tidak mau apabila kehidupannya diusik,

2 Jones, P. (2010). Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 15.

3 Ibid. Hal. 25.

Page 4: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

mereka sudah cukup sejahtera dengan kegiatan bercocok tanamannya. Sedangkan dari pihak

pemodal melihat adanya sumber daya yang dapat diolah menjadi bernilai lebih. Selain itu

dengan adanya penambangan secara tidak langsung memajukan pembangunan dan dapat

membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Dalam kasus ini adanya kebijakan

pemerintah yang mendukung adanya penambangan pasir besi merupakan pukulan keras bagi

warga pantai. Terlihat pemerintah yang memiliki kuasa berhak menentukan pilihannya selagi

bisa menguntungkan bagi dirinya. Adanya struktur ketidaksetraan dalam masyarakat hal ini

yang akan memicu timbulnya konflik. Suatu pilihan sikap atau tindakan untuk

mempertahankan kepentingannya dengan berbagai macam cara harus ditemput. Hal ini juga

yang dialami oleh petani lahan pesisir pantai. Dimana mereka akan berupaya keras untuk

mempertahankan hak dan wilayahnya.

D. Metode Pencarian Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penulisan saya menggunakan cara study

literature dengan membaca sumber-sumber terkait mengenai “tambang pasir besi”.

E. Pembahasan

Berawal pada tahun 2007, dimana terjadi pergolakan di pesisir terpencil yang awalnya

indah dan damai. Pada saat itu mulai digulirkannya mega proyek penambangan pasir besi

yang diprakarsai negara dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Dimana program

ini tidak akan berjalan apabila hanya dilakukan oleh pemerintah, sehingga mereka

bekerjasama dengan para pemilik modal, baik lokal maupun asing. Namun yang menjadi

perhatian, bahwasannya yang menyediakan modal lokal justru keluarga orang nomor satu di

Provinsi Yogyakarta. Sehingga masyarakat pun terkejut mengetahu hal ini. Akibatnya

masyarakat sudah tidak percaya lagi terhadap pihah kraton. Pihak kraton yang selama ini di

nilai baik, kenyataannya mereka tidak dapat melihat dan merasakan ketika sebenarnya rakyat

merasa sudah sejahtera anpa perlu pertambangan pasir besi.

Kebencian masyarakat terhadap program yang digulirkan pemerintah semakin

menjadi. Ketika ada sekolompok orang berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk

ke desa Garongan. Dimana kedatangan mereka tidak sopan dan menempati rumah warga yang

dituakan tanpa permisi. Secara tidak langsung telah melanggar etika adat desa tersebut.

Ditambah lagi tujuan kedatangannya untuk memetakan wilayah yang akan dijadikan areal

Page 5: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

pertambangan. Setelah ditelusuru, ternyata mereka adalah utusan dari perusahaan tambang.

Sehingga masyarakat langsung mengusir sekelompok orang tadi. Dan ini sedikit peristiwa

sebagai awal perlawanan petani pesisir Kulon Progo.

Untuk menolak adanya tambang pasir besi. Akhirnya para petani bersepakat untuk

membentuk “Paguyuban Petani Lahan Pantai” (PPLP) Kulon Progo pada tanggal 1 April

2007. Adanya rapat forum paguyuban mengenai tambang pasir besi, alhasil petani

menyatakan “Menolak tambang pasir besi adalah harga mati”.

Akibatnya pada tanggal 27 Oktober 2008 kampung pesisir diserang oleh

segerombolan orang-orang berseragam hitam berikat tangan warna putih. Merekan dengan

membabi buta merusak bahkan membakar pos ronda, rumah warga. Ironisnya dalam kejadian

itu ada aparat penegak hukum (polisi) hanya diam saja. Walaupun pada akhirnya sebagaian

kecil gerombolan tadi ditangkap, walaupun tidak memalui proses yang jelas. Dan pada

akhirnya pengadilan hanya memutuskan hukuman 6 bulan dengan masa percobaan 4 bulan.

Tindakan criminal yang jelas dilakukan di depan aparat penegak hukum, justru mendpat

keringanan hukuman. Sangat tidak adil bagi para warga pesisir, seolah-olah siapa yang

mempunyai kuasa berhak mengatur seenaknya hidup ini.

Selain itu permasalahan tambah memanas. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Mei

2009 pukul 18.30 WIB. Saat seorang petani bernama Tukijo dari Desa Karangewu (salah

satu desa di pesisir Kulon Progo) mendatangi rumah seorang kepala dusun Karangsewu,

Galur, Kulon Progo. kedatangan Tukijo sekedar menanyakan tentang data pencatatan tanh

pesisir yang diklaim sebagai tanah pakualam dan akan dibuatkan Magersari yang artinya surat

Kekancingan dari Pakualam. Karena hanya bertanya seperti ini, Tukijo langsung

dikriminalkan oleh perangkat desa tersebut. Dan anehnya lagi penegak hukum mau

menindaklanjuti proses hukumnya. Lagi-lagi disini ditemukan ketidakadilan dan kesewenang-

wenangan oleh aparat penegak hukum.

Adanya usaha untuk menggarapa proyek ini sangat terlihat dengan adanya negara

berkolaborasi dengan korporasi. Bagaimana AMDAL (Analisi Mengenai Dampak

Lingkungan) tentang proyek yang akan dijalankan, bisa muncul tanpa ada persetujuan dari

pihak masyarakat. dalam hal ini petani tidak akan pernah terpengaruh dengan situasi seperti

ini. justru petani semakin tahu dan paham bahwa sampai hari ini ternyata yang namanya

pemerintah tetap saja berpihak kepada pemodal daripada moral rakyat.

Page 6: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Sebenarnya dahulu tanah yang berada di pesisir pantai adalah tanah yang tidak

produktif. Namun atas usaha yang diawalah oelh Sukarman muda yang berasal dari Desa

Bugel 2, Oanjatan, Kulon Progo. Dimana dia melihat tumbuhan cabai tigi biji tanpa dirawat-

dipupuk ternayat dapat tumbuh dengan baik. akhirnya Sukarman mencoba mempraktikkan

sesuatu yang selama ini dia pikirkan. Sukarman mulai menanm cabai di lahan pasir pesisir

yang sangat panas. Selain itu Pak Karman membuat sumur brunjung, semacam tabung

panjang 4-5 meter dengan diametr sekitar 80-100 sentimeter. Dari ini semua selama kuramg

lebih 70 hari Pak Karman akhirnya bisa memanam hasil dari tanaman cabe tersebut.

Dari Sukarman muda yang berhasil mengolah dan menemukan inovasi tanaman cabai

di lahan pesisir panati selatan pada tahun 1985-an, maka sampai sekarang menjadi tumpuhan

hidup seluruh petani di pesisir selatan pnati Kulon Progo yang di era ini lebih dari 10.000

kepala keluarga yang hidup dan berpenghidupan di pesisir pantai Kulon Progo. 4

Namun kenyamanan dan kesejahteraan dalam bertani kini telah di usik dengan

bergulirnya penambangan pasir besi. Dalam hal ini PPLP-KP berusah keras untuk menolak

adanya tambang pasir besi. Usaha yang dilakukan pun bermacam-macam. Mulai dari usah

untuk meningkatkan pertanian dan melakukan inovasi-inovasi dalam bertani. Dimaksudkan

agar pemerintah tahu, pertanian kami pun maju dan swadaya, oeleh karena itu janganlah di

ganggu dengan adanya tambang pasir besi.

Adanya inovsi bertanam dengan sistem tanam tumpang sari, yaitu dianatara tanaman

cabai ditanami sayuran lain yang tidak mengganggu tanaman pokok cabai. Tidak hanya itu,

petani juga berhasil membuat dan mempraktikkan ide tentang bagaimana mengamankan

tanaman dari hempusan angin pantai yang sangat kencang dan bercampur dengan uap air laut

yang kurang bermanfaat bagi tanaman. Caranya dengan menanam tumbuhan yang tidak

menganggu tanaman cabai atau sayur. Misalanya menanam pohon kelor dengan cara ditanami

di bagian tepihan lahan dengan jarak 1 meter anatr pohon.

Yang dulu sumber pengairan dibuat melalui bis beton, saat ini berkembang sumur-

sumur pertanian yang sudah menggunkan sumur suntik/bor. Juga dengan psoses pengairan.

Proses pengairan pun berubah yang dulunya mengambil dari sumur dan disiram langsung

ketanaman. Kini berubah dengan ditemukannya model sumur rentang yaitu suatu sumjur

induk, terus dialirkan melalui media yang waktu itu menggunkan bambu yang dilubangi di

4 Ibid. Hal. 41.

Page 7: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

tiap-tiap ruasnya. Namun kini sudah berganti menggunakan pipa paralon dengan diameter 1,5

sampai 2 inci. Dimana inovasi pengairan model sistem renteng merupakan variasi ketiga yang

sebelumnya menggunakan model pengairan tadah hujan dan pengairan aliran air/sungai.

Selain itu bentuk perlawanan sebagai adanya penolakan tambang pasir besi. Dimana

dalam mengatasi berbagai gejolak di masyarakat tentang penjualan cabai setelah pasca panen.

Petani membentuk yang namanya pasar lelang cabai. Dimana hasil panen dari berbagai

petani dukumpulkan menjadi satu dpasar tesebut. Dimana para pedagang unutk membeli akan

mendatangi pasar tersebut. hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tidak terjualnya hasil panen

cabai, dan harga yang murah akibat adanya tengkulak-tengkulak yang ingin mendapatkan

keuntungan besar. Dengan adanya pasar lelang cabai pedagang juga merasa diuntungkan dan

puas. Karena mereka bisa mendapatkan cabai-cabai yang segar langsun dipanen dari

lahannya. Alhasil sekarang ada sekitar 23 pasar lelang yang tersebar di penjuru wilayah

pesisir pantai Kulon Progo, yaitu di Pedukauhan Trisik Banaran 1 kelompok pasar lelang,

Desa Karangsewu 4 kelompok pasar lelang, Desa Bugel 2 kelompok pasar lelang, Desa

Garongan 5 kelompok pasar lelang, Desa Pleret 1 kelompok pasar lelang, Desa Karangwuni 4

kelompok pasar lelang dan desa Macanan sebanyak 3 kelompok pasar lelang.

Keberhasilan petani pesisir pantai ini sangat langka dan bijaksana, sehingga semua ini

mendapatkan perhatian dari pemerintah yaitu dinas pertanian. Sehingga terkesan negara atau

pemerintah ini hanya bisa mengklaim keberhasilan sebuah kelompok masayarkat dan sekaan-

akan itu adalah keberhasilan mereka dan sebagai binaan mereka. Para petani disini mengelola

dan menghidupkan sistem perekonomian dengan cara mandiri dan swakelola.

Ketidakadilan yang selalu terbangun di negara ini, bukti bahwa memang hari ini

negara selalutidak bisa memberikan hak-hak rakyatnya. Negara yang selalu mentasbihkan diri

sebagai negara agraris tetapi mengingkari agrarian dan para petani-petaninya. Secara sudut

pandang yang lebih nyata bahwa perputaran uang di sini sanagat bisa langsung dinikmati

masyarakat secara langsung. Sebagai petani yang bisa dikatakan kami adalah petani gurem.

Petani yang lahannya garapannya tidak tidak lebih dari 1 hektar, akan tetapi kami bisa

menghidupi dan bisa memenuhi kebutuhan, yang tentunya dengan berbagai cara dan sistem

yang kami kelola bersama.5

5 Ibid. Hal. 50.

Page 8: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Petani menganggap bahwa jeas-jelas dirinya sudah dirugikan oleh negara dengan

adanya penambangan pasir besi yang sebenarnya tidak diinginkan kedatangannya dan tidak

dibutuhkan sama sekali.

Birokrat dan pejabat yang selalu membuat dan mengesahkan undang-undang yang

memperlancar modal dan investasi teknokrat yang selalu ingin mempengaruhi cara pandang

dan metode petani dalam berpikir, bahwa harta adalah “Tuhan” dan itu nomor 1. Kami tidak

akan terpenagaruh dengan arus moedernsasi model-model kapitalisme. Kami akan buktikan

bahwa tidak selamanya petani bodoh dan miskin.6

Dengan kepercayaan dan semangat yang tak gentar, petani menanamkan prinsipi

bahwa menanam adalah melawan bentuk penindasan atas kehidupan kami.

Permasalahan ini diperparah lagi dengan masuknya Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM) yang membela atas nama rakyat. Namun pada kenyataanya, banyak dari mereka yang

justru nurut pada siapa yang memeberikan pendanaan. Banyak juga lembaga swadaya

masyarakat itu adalah bentukan ataupun pendanaannyajustru dari para musuh rakyat, sangat

mengerikan sekali. Dengan slogan dan retorika yang sangat idealis, eh, ternyata juga justru

ikut membela kepentingan pemodal.

Karena hal ini akhirnya para warga lebih selektif untuk memilih kawan dan lawan.

Selektivitas dimakanai sebagai wujud waspada terhadap para penyusup dan agen-agen musuh

– musuh yaitu pemodal tambang dan pemerintah negara yang melanggar aqidah dan aturan

serta mengkhianati rakyat. selain itu banyaknya para mahasiswa dan akademisi yang datang

untuk mengtahui situasi dan kondisi pada saat itu. Namun ujung-ujungnya mereka juga tidak

bisa melakukan perubahan atas permasalahan ini. kebanyakan dari mereka datang untuk

melakukan penelitian guna kepentingan pribadi. Seniman, budayawan juga ternyata tidak jauh

berbeda tingkahnya. Hanya pandai berbicara, namun juga tidak bisa merubah kondisi yang

ada. Sebagai bukti adanya sebuah pernyataan bahwa “kasus Kulon Progo tidak akan selesai

sebelum malaikat turu di sana”.

Setiap kali aksi sebagi suatu bentuk langkah untuk melakukan penolakan merupakan

hal yang sudah biasa bagi warga pesisir pantai. Namun pada kesempatan ini tergali sebuah ide

untuk bagiamana kita melakukan kampanye yang lebih lembut dan mungkin juga lebih enak

untuk dinikmati banyak orang, walaupun merupakan sebuah bentuk “perlawanan” gagasan.

6 Ibid. Hal. 51.

Page 9: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Ide tersebut yaitu dengan membuat sebuah kelompok kesenian teater “Unduk Gurun”. Namun

sebenarnya sebelum menemukan nama “Unduk Gurun” nama teater ini adalah TeaterMerah

Putih. Pemain sendiri berasal dari petani lahan pantai pesisir Kulon Progo yang memainkan

kehidupannya sendiri dalam teater. Pentas perdana di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada

tanggal 18 November 2008. Pertunjukan selanjutnya, dapat undangan di Jakarta di kampus

Atma Jaya Jakarta yang pada saat itu di kordinir oleh SAKSI (Solidaritas Anti Kejahatan

Korporasi). Selanjutnyas sekitar pertengahan tahun 2010, teater Unduk Gurun diundang

manggung oleh Universitas Gadjah Mada, tepatnya di Fakultas Ilmu Budaya. Pertunjukan

pada saat itu dinilai sukses karena mendapat perhatian banyak pihak atas permasalahan apa

yang disampaikan pada teater tersebut. Terakhir kalinya pentas tahun 2012 di gedung mewah

Societet Militer Yogyakarta. Dimana merupakan forum panggung internasional, semuanya

adalah seniman terkenal dari berbagai negara. Dari teater ini merupak bentuk dari suatu aksi

perlawanan, yang dimana dikemas secara seni. Walaupun begitu tetap pesan yag akan

disampaikan bisa tersamapikan dalam benak masyarakat yang menyakasikannya.

Bahwasannya di daerah pantai Kulon Progo terdapat sebuah gejolak. Dimana masyarakat

membutuhkan bantuan orang-orang yang sangat peduli pada permsalahan ini untuk

menuntaskan masalah yang ada.

Selain itu untuk menggalangkan basis massa yang kuat untuk melakukan penolaka

adanya penambangan pasir besi. Para petani lahan pesisir juga berusaha untuk selalu menjalin

hubungan baik dengan petani-petani lain yang senasib dan sekehidupan yang selama ini

menjadi korban dari kebijakan negara dan birokrat yang di sponsori oleh modal-modal besar.

Petani pesisir Kulon Progo yang tergabung dalam Pguyuban Petani Lahan Pesisir

Kulon Progo (PPLP-KP) pada tahun 2009 mulai berinisiatif untuk berkunjung di Kebumen.

Kedatangannya langsung disambut oelh Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS).

Dimana dikebumen sendiri juga memiliki permasalahan yang hampir sama. Bahwasannya

tanah rakyat tersebut diklaim sebagai tanah Angkatan Darat. Namun dibalik itu semua sudah

ada kesepakatan anatara penguasa dan pemodal bahwa tanah tersebut akan dijakdikan wilayah

pertambangan. Adanya keinginan untuk betkomuniaski dengan komunitas petani lain. Ide ini

ini disambut baik oleh kawan-kawan petani lain di Lumajang, tepatnya di desa Wotgalih,

Yosowilangun. Pada akhirnya petani dari tiga kabupaten Kulon Progo, Kebumen, dan

Page 10: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Lumajang dapat berkumpul untuk melakukan diskusi dan mengerucut pada pembentukan

sebuah wdah untuk petani, wadah untuk saling berbagi dan bersilatuhrahmi.

Selama berjalannya waktu dan adanya pertemuan yang intens, akhirnya rencana dan

rancangan itu bisa dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2010, dideklarisakan paguyuban

petani Jawa Selatan yang bernama Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA). FKMA

didirikan atas dasar kesamaan nasib dan juga sama-sama menjadi korban ketidakadilan negara

dan pemodal. Kini FKMA beranggotakan 10 kabupaten se-Jawa, yaitu Lumajang, Blitar, Pati,

Sidoarjo, Kulon Progo, Kebumen, Cilacap, Ciamis, Banten serta Banjar. Dalam hal ini FKMA

tidak hanya berbica perlawanan akan tetapi juga bagaimana mereka membangun sebuah

kekuatan perekonomian kerakyatan yang betul-betul kuat dan kokoh.

FKMA terus bergerak dan bergerak secara nasional dan internsional. Mereka terus

berupaya berusaha untuk memasuki di semua lini kehidupan. Mulai dari sesama petani, para

seniman, agamawan, dan bahkan para akademisi yang msih bisa unutk diajak berpikir dan

bergerak serta peduli terhadap masalah kerakyatan.7

Dengan sedikit modal kepiawaian dalam mengelola dunia maya, mereka juga

mengampanyekan permasalahan petani di sini melalui web www.petani-merdeka.tk. Dengan

ini semua orang dapat membaca dan tahu tentang permasalahan yang sedang dialami.

Sehingga melalui media ini bisa sebagai propaganda dan menambah jaringan dalam

hubungan internasional yang semakin luas dan nyata. Hasilnya adalah solidaritas datang dari

beberapa komunitas internasional melalui jejaring sosial.

Adanya dukungan ditunjukkan dari Austalia, dimana mereka sudah sering melakukan

propaganda mapun aksi langsung menyuarakan permasalahan di pesisir Kulon Progo. sebagai

contoh pada hari rabu 28 September 2011 yang dilakukan Melbourne Anarchist Club, meteka

memberikan pernyataan yang pada intinya: para peteani seluruh pesisir Kulon Progo

Yogyakarta Indonesia, berjuang keras dan bergelora. Mereka menyuarakan solidaritas global

dalam perjuangan mereka untuk melawan pertambangan pasir besi, pencabutan hak dan untuk

menentukan nasib sendiri. Mereka memanggil kita yang ada di Austrlia untuk mengurunkan

niatnya dalam keterlibatan proyek tambang pasir besi. Dimana pihak Australia untuk

mengambil tindakan untuk menghentikan proyek tersebut.

7 Ibid. Hal. 78.

Page 11: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Masyarakat Kulon Progo telah berhasil mengubah garis pantai marjinal menjadi cerita

sukses pertanian, sesuatu yang mereka gambarkan sebagai “cerita perjuangan ” bagi

masyarakat di seluruh Indonesia. Sebuah proses perjuangan yang besar. Dimana akar rumput

dapat mengorganisir dan berjuang untuk hak atas tanah dan penentuan nasib sendiri.

Selain dari Australia, di Eropa meraka juga berhasil membuat tali persaudaraan

dengan beberapa komunitas di sana. Sebuah komunitas dari Inggris bernama Casual

Anarchist Federation (CAF). Selain itu keberhasilan kampanye yang disampaikan melalui

acara diskusi di salah satu kampus terbesar di Filipina yaitu University of The Philipines Pusat

Studi Dunia Ketiga (Third World Studies Center) Manila. Sebuah forum Black & Green,

Pusat Studi Dunia Ketiga, Universitas Filipina, Dilman Qoezon City, Filipina (7-8 Maret

2013) dan 2nd Solidarity Eco Camp, Tanay, Filipina (9-12 Maret 2013).8

Dan mereka berpesan kepada semua orang, elemen dan lapisan masyarakat Indonesia

dan seluruh dunia, mengajak bersama-sama melawan ketidakadilan, perampasan tanah, hak

hidup serta perusakan lingkungan, karena hidup ini adalah hak kita untuk menjalinanya.

Bukan milik mereka saja yang mengaku sebagai aktivis, peneliti, atau korporasi bahkan partai

politik.

Apalagi negara! Karena negara hari ini hanya digunakan untuk ajan para politisi

mencari kekayaan dan popularitas dan digunakan para pemodal untuk melegitimasi

kepentingan mereka yaitu untuk mengeruk dan menghisap isi bumi kita dan menindas serta

merampas hak-hak hidup kita dengan berbagai macam keluarnya undang-undang yang jelas-

jelas menyengsarakan rakyat (UU Minerba Tahun 2010, UU Keistimewaan Yogyakarta

Tahun 2012, RTRW DIY, dll. ed).9

F. Kesimpulan

Adanya konflik yang terjadi di antara petani dengan pemerintah, para pemodal

maupun elemen masyarakat lain merupakan sebuah beragamnya struktur ketidaksetaraan.

Dimana para para petinggi negara yang memilki kekuasaan dan wewenang seolah-olah bebas

mengatur apa yang menjadi kebijakan pada suatu negara. Pertikaian pada tambang pasir besi

merupak contoh nyata adanya keberpihakan negara khsusnya pemerintah kepada para

pemodal. Dimana legitimasi yang disandangnya tidak digunakan sesuai dengan koridornya.

8 Ibid. Hal. 85-86.9Ibid. Hal. 83.

Page 12: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

Namun malah disalahgunakan untu menciptakan ketidakadilan dan perampasan hak atas

masayarakat di lahan pesisir pantai Kulon Progo.

Dengan adanya talik ulur mengenai proyek tambang pasir besi Kulon Progo, tidak

menyurutkan semangat warga untuk mempertahankan apa yang menjadi haknya. Dimana

masayarakat yang sudah cukup sejahtera dan dapat hidup mandiri dengan sisitem ekonomi

kerakyatannya. Harus diusik dengan adanya pertambangan tersebut, yang sebenarnya warga

pun tidak membutuhkan itu. Dengan modal keberanian dan tekat kuat, segala upaya ditempuh

untuk mempertahankan haknya dan menuntut adanya keadilan. Adapun cara yang ditempuh

seperti membentuk Paguyuban Petani Lahan Pantai Kulon Progo (PPLP-KP). Dan upaya

melakukan inovasi dalam sistem pertanian. Dimana hal ini sebagai suatu krtik keras terhadap

pemerintah. Bahwa mereka dapat berdikari tanpa dukungan pemerintah dalam perekonomian.

Selalu melakukan aksi untuk menolak adanya penambangan pasir besi. Selain itu membentuk

Teater Unduk Gurun sebagai bentuk perlawanan yang lebih elegan. Adanya usaha konsolidasi

dan membentuk paguyuban petani Jawa Selatan yang bernama Forum Komunikasi

Masyarakat Agraris (FKMA). Selain itu para petani melebarkan jaringannya dalam tingkat

internasional dengan menggunakan media jejaring sosial. Upaya ini dilakukan agar

mendapatak dukungan yang kuat dari negara-negara lain. Demikian langkah-langkah yang

digunakan oleh para petani lahan pesisir, untuk melakukan penolakan terhadap adanya

penambangan pasir besi.

Mnolak adalah harga mati !!!

Page 13: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM

G. Daftar Pustaka

Jones, P. (2010). Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Widodo. (2013). Menanam Adalah Melawan. Yogyakarta: PPLP-KP dan Tanah Air Beta.

Kus Sri Antoro. (2012). Titanium dan Pasir Besi Dikeruk, Kaum Tani Pesisir Selatan Beseru:

“Bertani atau Mati!”. Edisi 46/XXVII/September.

Page 14: Berdikari Untuk Melawan

JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHANFISIPOL UGM