Media Massa dan Budaya Populer

13
Media Massa dan Budaya Populer Teologi dan Budaya Populer Yahya Wijaya Program Pascasarjana Teologi UKDW

Transcript of Media Massa dan Budaya Populer

Page 1: Media Massa dan Budaya Populer

Media Massa dan Budaya Populer

Teologi dan Budaya Populer

Yahya WijayaProgram Pascasarjana Teologi

UKDW

Page 2: Media Massa dan Budaya Populer

Beberapa kritik terhadap Media Masaa

Peg Slinger (tentang TV): TV menanamkan rasa takut:

terhadap alam terhadap penilaian orang lain terhadap kesendirian terhadap rasa sakit dan kemampuan

mengatasinya sendiri

Page 3: Media Massa dan Budaya Populer

Berbeda dengan moralitas TV, moralitas Kristen bersifat membangun dunia di mana ketakutan satu dengan yang lain dihapuskan

Page 4: Media Massa dan Budaya Populer

Jeanne Cover: Ideologi dalam TV (iklan dan tayangan lain)

menampakkan dosa sosial dan kebutaan kolektif yang dikecam oleh Yesus dan nabi-nabi PL oleh karena kesadaran palsu yang ditonjolkannya

Ideologi tsb mengutamakan kemakmuran, kuasa, efisiensi dan kompetisi mengancam secara fundamental stabilitas keluarga dan komunitas

Page 5: Media Massa dan Budaya Populer

Nilai-nilai sekular menggantikan nilai-nilai religius, dan simbol-simbol sakral disingkirkan demi “teologi konsumerisme”

Sifat penerimaan pasif penonton berlawanan dengan sifat transendensi diri dalam martabat manusia kemampuan kreatif dan imaginatif dalam refleksi teologis digeser oleh selera artifisial dan emosi yang dibangkitkan dan dikendalikan oleh teknologi

Page 6: Media Massa dan Budaya Populer

Media massa dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan global, kaum miskin dijadikan alat atau korban

Dibutuhkan pendekatan teologi pembebasan

Page 7: Media Massa dan Budaya Populer

Duncan Forrester: Over-simplifikasi dalam hubungan iman-

media harus dihindari: Seolah-olah media massa secara esensial

bertentangan dengan iman Seolah-olah media massa adalah alat yang

canggih bagi PI

Page 8: Media Massa dan Budaya Populer

Media massa bukan sekadar alat tetapi tantangan (challenge, not threat) untuk menggali hal-hal baru kesempatan untuk memperbarui teologi

Masalah media bukan sekadar soal teknis yang boleh berubah-ubah bentuknya, sedangkan isinya bersifat tetap dan universal; hubungan antara pesan dan media bersifat saling memengaruhi

Page 9: Media Massa dan Budaya Populer

Perlu membangun teologi komunikasi yang terfokus pada pembentukan narasi dan image yang memerhitungkan aspek-aspek: Otensitas Sifat dialogis Keterbukaan terhadap kebenaran Sifat inklusif (merangkul orang ke dalam

komunitas) Nilai-nilai dasar etika Kristen: kebenaran dan

kasih

Page 10: Media Massa dan Budaya Populer

Media massa dapat memainkan peran pembebasan: memulihkan sentralitas narasi dan image dalam komunikasi mencegah reduksionisme teologis (seolah-olah Firman, pesan dan kebenaran dapat dikurung dalam kata-kata).

Page 11: Media Massa dan Budaya Populer

Peran media massa dalam etika

Tugas media bukanlah terutama sebagai penegak moral

Media punya potensi dan kekuatan untuk memengaruhi perkembangan moralitas, namun bukan satu-satunya faktor penentu

Kemitraan kritis agama-media jauh lebih bermanfaat ketimbang tuntutan agar media menjalankan tugas agama (menjadi pelayan agama)

Page 12: Media Massa dan Budaya Populer

Pendekatan konfrontatif yang berusaha menjauhkan masyarakat/umat dari media massa juga tidak akan efektif

Peran konkret agama dapat dilakukan: Menggunakan “hak jawab” atau mengemukakan

perspektif alternatif melalui media itu sendiri Menjadikan tayangan/image media sebagai

bahan diskusi umat

Page 13: Media Massa dan Budaya Populer

Pokok Diskusi

Bagaimana pandangan sdr tentang pemunculan dan perkembangan media massa berbasis agama, seperti: Surat kabar (Suara Pembaruan, Republika,

Kompas) TV (TATV)