Media Massa Berperan Besar Membangun Pemilu Murahgelora45.com/news/SP_20170125_3.pdf · menekankan...

1
[JAKARTA] Harapan ter- wujudnya pemilu yang mu- rah diapresiasi banyak pi- hak. Sebab, hal itu bisa mengeliminasi praktik ko- ruptif oleh siapa pun yang kelak duduk sebagai penye- lenggara pemilu melalui proses pemilu. Namun diingatkan, pe- milu murah yang penekan- annya dalam konteks sosia- lisasi, jangan sampai me- ngebiri hak rakyat untuk mengetahui segala hal ter- kait pemilu, baik tahapan pemilu, terlebih visi-misi dan rekam jejak parpol, ca- lon anggota legislatif (ca- leg), calon presiden (cap- res), dan calon kepala dae- rah yang menjadi kontestan pemilu. Kurangnya sosiali- sasi akibat adanya aturan yang mengusung semangat pemilu murah, dikhawatir- kan mengurangi hak rakyat. “Kita tak boleh mengor- bankan kedaulatan rakyat dan hak rakyat untuk mem- peroleh informasi seluas-lu- asnya, demi biaya pemilu yang murah. Kedaulatan rakyat harus diutamakan. Kalau butuh biaya mahal ti- dak ada masalah, karena ke- kuasaan di tangan rakyat,” kata pakar komunikasi poli- tik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing, Rabu (25/1). Menurutnya, pilihan atas sistem demokrasi tak bisa dimungkiri mengaki- batkan tingginya biaya pe- milu. “Pasti demokrasi le- bih mahal daripada sistem kerajaan atau otoritarian. Sebab, demokrasi butuh ba- nyak komponen untuk me- ngontrol dan memastikan kedaulatan di tangan rak- yat,” ujarnya. Akan tetapi, dia mendu- kung jika regulasi pemilu diarahkan untuk menekan biaya pemilu. “Tapi kalau memang pemilu itu bisa mengeluarkan biaya lebih murah, tentu lebih baik. Terobosan yang positif ka- lau bisa diwujudkan,” ucap- nya. Sebab, dia Emrus meng- ingatkan, budaya koruptif masih mewarnai kultur po- litisi di Tanah Air. Apalagi, jika seseorang yang terpilih melalui pemilu, entah ang- gota parlemen, presiden dan wapres, maupun kepala da- erah, kebanyakan dibebani untuk mengembalikan bia- ya yang telah dikeluarkan selama pemilu. “Karena kalau biaya pe- milu mahal, otomatis peser- ta pemilu berusaha bagai- mana caranya agar modal yang dikeluarkan bisa kem- bali. Ini yang memicu buda- ya dan perilaku koruptif di kalangan penyelenggara pe- milu yang terpilih melalui proses pemilu,” jelas Emrus. Pembatasan Biaya Dia menambahkan, pembatasan biaya kampa- nye menjadi salah satu opsi mewujudkan pemilu yang murah. Namun, dia mengi- ngatkan agar rakyat tetap harus memiliki instrumen untuk mengenal semua pe- serta pemilu. “Membatasi biaya kam- panye saya setuju, tapi rak- yat jangan sampai kehilang- an hak menilai pilihannya,” katanya. Emrus menyatakan, pe- ranan media massa dan me- dia sosial (medsos) semesti- nya lebih dioptimalkan. “Pola kampanye akbar su- dah sepatutnya diminimali- sasi. Gunakan media massa dan medsos,” ujarnya. Secara terpisah, pakar komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Malang, Anang Sudjoko menekankan pentingnya peran media massa untuk menghasilkan biaya pemilu murah dalam hal sosialisasi. Media massa perlu meng- hormati hak masyarakat un- tuk mengetahui segala hal mengenai kontestan pemi- lu. “Media massa harus hormati hak masyarakat. Kemudian jangan sampai juga mengurangi hak salah satu kontestan pemilu untuk bersosialisasi,” katanya. Menurutnya, media massa juga jangan sampai bersifat partisan yang berle- bihan. “Media massa itu bersifat partisan boleh. Tapi di sini yang menjadi haram kalau menurut saya, parti- san buta. Artinya, partisan yang sangat berlebihan, ini mudah diidentifikasi,” tukasnya. Dia menjelaskan, parti- san yang berlebihan itu se- perti hanya memberitakan atau menyiarkan peserta pe- milu yang didukung media tesebut secara berlebihan, dan menutup akses pembe- ritaan bagi peserta pemilu pesaingnya. “Jangan sam- pai itu terjadi. Kalau pem- beritaan berimbang saya ti- dak jamin bisa. Tapi intinya jangan sampai tutup pintu sama sekali atau buka lebar pintu negatif lawan,” jelas- nya. Pada bagian lain, menu- rutnya, pihak penyelengga- ra pemilu dapat bekerjasa- ma dengan akademisi. Hal ini terkait sosialisasi pemi- lu. Dengan begitu, biaya pemilu diharapkan menjadi lebih murah. “Sinergi antara penye- lenggara pemilu dengan akademisi itu penting. Misalnya, akademisi cipta- kan kegiatan yang melibat- kan mahasiswa dan masya- rakat dengan didukung KPU. Ini bisa ciptakan opi- ni publik tentang penting- nya pemilu,” katanya. [C-6] 3 Suara Pembaruan Rabu, 25 Januari 2017 Utama Pemilu Murah Jangan Sampai Kebiri Hak Rakyat [JAKARTA] Anggota Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu, Hetifah Sjaifudian, menegaskan, pihaknya berkepentingan membangun sistem pemilu yang tak mahal serta mampu memastikan tersedianya informasi lengkap kepada publik. Karenanya, diharapkan institusi media massa bersedia bersama-sama pemerintah dan DPR, mem- bangunnya lewat perumusan RUU Pemilu. Hetifah mencontohkan, selama ini partai politik (parpol) harus memakai iklan berbayar yang bersifat komersial ketika hendak menyosialisasikan visi misinya lewat media massa swasta. Padahal, kemampuan parpol terbatas. Dampaknya, hanya parpol dan kontestan yang memiliki dukungan finansial besar, yang mampu beriklan di media massa. Kondisi demikian, menurutnya tak sejalan dengan keinginan agar rakyat mengetahui parpol maupun caleg, capres, dan pasangan calon kepala daerah yang hendak dipilihnya, baik visi misi maupun rekam jejaknya. “Seharusnya masyarakat tak boleh lagi memilih kontestan pemilu seperti membeli kucing dalam karung. Nah, jadinya itu kan tergantung sejauh mana proses komunika- si dilakukan lewat media massa secara efisien namun optimal,” kata Hetifah, Selasa (24/1). Politisi Golkar itu mengharapkan, dengan aturan pemilu yang nantinya meminta media massa tak mematok tarif komersial untuk iklan terkait sosialisasi pemilu, ke- pentingan publik atas informasi tentang segala hal terkait kontestan pemilu, maupun tahapan pemilu, bisa terpenuhi. Dengan demikian, diharapkan institusi media massa tak melihat hajatan pemilu ini dari sisi kepentingan bisnis, namun sebuah peran baru yang lebih menonjolkan kepen- tingan publik. “Kuncinya adalah bila media massa bersedia berkontribusi pada pem- bangunan sistem pemilu murah,” tandasnya. Hetifah menekankan, hal tersebut akan meningkatkan kualitas proses demokrasi di Tanah Air. “Semakin rakyat memahami hak politik, semakin rakyat tahu soal apa itu partai politik, semakin partai politik diberi kesempatan besar menginformasikan visi misinya, maka akan semakin bagus proses demokrasi kita,” jelas dia. 45 Pasal Secara terpisah, Ketua Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu Lukman Edy meng- ungkapkan, dalam draf RUU tersebut ada 45 pasal yang terkait dan menyebut media massa. Pasal-pasal dimaksud terkait ketentuan mengenai pengumuman atau sosialisa- si segala hal terkait pemilu oleh lembaga penyelenggara pemilu, maupun iklan kam- panye oleh penyelenggara dan peserta pemilu. Terkait iklan oleh peserta pemilu, lanjut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, media massa wajib memberi kesempatan yang sama kepada peserta pemilu untuk beriklan. “Tarif iklan kampanye pemilu pun seyogyanya lebih rendah dari tarif iklan komersial,” jelasnya. Selain itu, juga diatur kewajiban media massa untuk memberi porsi pemberitaan secara berimbang kepada semua peserta pemilu. “Ini untuk menegakkan asas propor- sionalitas. Media massa wajib memberi porsi pemberitaan yang adil dan berimbang kepada semua peserta pemilu,” tegasnya. Menurut Lukman, keterlibatan media massa dalam proses pemilu, dari awal sam- pai akhir, sangat penting. “Pemilu adalah hajatan nasional yang menentukan arah ke- hidupan bangsa ini ke depan. Jadi harus ada tanggung jawab dan peran dari semua institusi media massa hajatan nasional ini sesuai fungsinya. [MJS/A-17] Media Massa Berperan Besar Membangun Pemilu Murah DOK SP Penyelenggaraan debat capres-cawapres saat Pilpres 2014, merupakan terobosan mewujudkan pemilu murah. Debat yang dibiayai negara ini memberi kesempatan yang sama kepada kontestan untuk menyosialisasikan visi, misi, dan programnya kepada masyarakat. Hak rakyat untuk mengeta- hui pun terpenuhi. BERITASATU PHOTO/MOHAMMAD DEFRIZAL Ketua Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu Lukman Edy (kedua kiri) didampingi anggota Pansus masing-masing dari kiri ke kanan, Agung Widyantoro, Hetifah Sjaifudian, Sirmadji, dan Rambe Kamarul Zaman, berbincang dengan Pemimpin Redaksi "Suara Pembaruan" Primus Dorimulu (ketiga kiri) seusai berdiskusi dengan jajaran Redaksi Suara Pembaruan, di BeritaSatu Plaza di Jakarta, Selasa (24/1). Kunjungan Pansus dalam rangka mendapat masukan dari kalangan media massa terkait penyelenggaraan pemilu.

Transcript of Media Massa Berperan Besar Membangun Pemilu Murahgelora45.com/news/SP_20170125_3.pdf · menekankan...

[JAKARTA] Harapan ter-wujudnya pemilu yang mu-rah diapresiasi banyak pi-hak. Sebab, hal itu bisa mengeliminasi praktik ko-ruptif oleh siapa pun yang kelak duduk sebagai penye-lenggara pemilu melalui proses pemilu.

Namun diingatkan, pe-milu murah yang penekan-annya dalam konteks sosia-lisasi, jangan sampai me-ngebiri hak rakyat untuk mengetahui segala hal ter-kait pemilu, baik tahapan pemilu, terlebih visi-misi dan rekam jejak parpol, ca-lon anggota legislatif (ca-leg), calon presiden (cap-res), dan calon kepala dae-rah yang menjadi kontestan pemilu. Kurangnya sosiali-sasi akibat adanya aturan yang mengusung semangat pemilu murah, dikhawatir-kan mengurangi hak rakyat.

“Kita tak boleh mengor-bankan kedaulatan rakyat dan hak rakyat untuk mem-peroleh informasi seluas-lu-asnya, demi biaya pemilu yang murah. Kedaulatan rakyat harus diutamakan. Kalau butuh biaya mahal ti-dak ada masalah, karena ke-kuasaan di tangan rakyat,” kata pakar komunikasi poli-tik dari Universitas Pelita H a r a p a n , E m r u s Sihombing, Rabu (25/1).

Menurutnya, pilihan atas sistem demokrasi tak bisa dimungkiri mengaki-batkan tingginya biaya pe-milu. “Pasti demokrasi le-bih mahal daripada sistem kerajaan atau otoritarian. Sebab, demokrasi butuh ba-nyak komponen untuk me-ngontrol dan memastikan kedaulatan di tangan rak-yat,” ujarnya.

Akan tetapi, dia mendu-kung jika regulasi pemilu diarahkan untuk menekan biaya pemilu. “Tapi kalau memang pemilu itu bisa

mengeluarkan biaya lebih murah, tentu lebih baik. Terobosan yang positif ka-lau bisa diwujudkan,” ucap-nya.

Sebab, dia Emrus meng-ingatkan, budaya koruptif masih mewarnai kultur po-litisi di Tanah Air. Apalagi, jika seseorang yang terpilih melalui pemilu, entah ang-gota parlemen, presiden dan wapres, maupun kepala da-erah, kebanyakan dibebani untuk mengembalikan bia-ya yang telah dikeluarkan selama pemilu.

“Karena kalau biaya pe-milu mahal, otomatis peser-ta pemilu berusaha bagai-mana caranya agar modal yang dikeluarkan bisa kem-bali. Ini yang memicu buda-ya dan perilaku koruptif di kalangan penyelenggara pe-milu yang terpilih melalui proses pemilu ,” je las Emrus.

Pembatasan BiayaDia menambahkan,

pembatasan biaya kampa-nye menjadi salah satu opsi mewujudkan pemilu yang murah. Namun, dia mengi-ngatkan agar rakyat tetap harus memiliki instrumen untuk mengenal semua pe-serta pemilu.

“Membatasi biaya kam-panye saya setuju, tapi rak-yat jangan sampai kehilang-an hak menilai pilihannya,” katanya.

Emrus menyatakan, pe-ranan media massa dan me-dia sosial (medsos) semesti-nya lebih dioptimalkan. “Pola kampanye akbar su-dah sepatutnya diminimali-sasi. Gunakan media massa dan medsos,” ujarnya.

Secara terpisah, pakar komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Malang, Anang Sudjoko menekankan pentingnya peran media massa untuk

menghasilkan biaya pemilu murah dalam hal sosialisasi. Media massa perlu meng-hormati hak masyarakat un-tuk mengetahui segala hal mengenai kontestan pemi-lu.

“Media massa harus hormati hak masyarakat. Kemudian jangan sampai juga mengurangi hak salah satu kontestan pemilu untuk bersosialisasi,” katanya.

Menurutnya, media massa juga jangan sampai bersifat partisan yang berle-bihan. “Media massa itu bersifat partisan boleh. Tapi di sini yang menjadi haram kalau menurut saya, parti-san buta. Artinya, partisan yang sangat berlebihan, ini mudah diidentif ikasi ,” tukasnya.

Dia menjelaskan, parti-san yang berlebihan itu se-perti hanya memberitakan atau menyiarkan peserta pe-milu yang didukung media tesebut secara berlebihan, dan menutup akses pembe-ritaan bagi peserta pemilu pesaingnya. “Jangan sam-pai itu terjadi. Kalau pem-beritaan berimbang saya ti-dak jamin bisa. Tapi intinya jangan sampai tutup pintu sama sekali atau buka lebar pintu negatif lawan,” jelas-nya.

Pada bagian lain, menu-rutnya, pihak penyelengga-ra pemilu dapat bekerjasa-ma dengan akademisi. Hal ini terkait sosialisasi pemi-lu. Dengan begitu, biaya pemilu diharapkan menjadi lebih murah.

“Sinergi antara penye-lenggara pemilu dengan akademisi itu penting. Misalnya, akademisi cipta-kan kegiatan yang melibat-kan mahasiswa dan masya-rakat dengan didukung KPU. Ini bisa ciptakan opi-ni publik tentang penting-nya pemilu,” katanya. [C-6]

3Sua ra Pem ba ru an Rabu, 25 Januari 2017 Utama

Pemilu Murah Jangan Sampai Kebiri Hak Rakyat

[JAKARTA] Anggota Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu, Hetifah Sjaifudian, menegaskan, pihaknya berkepentingan membangun sistem pemilu yang tak mahal serta mampu memastikan tersedianya informasi lengkap kepada publik. Karenanya, diharapkan institusi media massa bersedia bersama-sama pemerintah dan DPR, mem-bangunnya lewat perumusan RUU Pemilu.

Hetifah mencontohkan, selama ini partai politik (parpol) harus memakai iklan berbayar yang bersifat komersial ketika hendak menyosialisasikan visi misinya lewat media massa swasta. Padahal, kemampuan parpol terbatas.

Dampaknya, hanya parpol dan kontestan yang memiliki dukungan finansial besar, yang mampu beriklan di media massa. Kondisi demikian, menurutnya tak sejalan dengan keinginan agar rakyat mengetahui parpol maupun caleg, capres, dan pasangan calon kepala daerah yang hendak dipilihnya, baik visi misi maupun rekam jejaknya.

“Seharusnya masyarakat tak boleh lagi memilih kontestan pemilu seperti membeli kucing dalam karung. Nah, jadinya itu kan tergantung sejauh mana proses komunika-si dilakukan lewat media massa secara efisien namun optimal,” kata Hetifah, Selasa (24/1).

Politisi Golkar itu mengharapkan, dengan aturan pemilu yang nantinya meminta media massa tak mematok tarif komersial untuk iklan terkait sosialisasi pemilu, ke-pentingan publik atas informasi tentang segala hal terkait kontestan pemilu, maupun tahapan pemilu, bisa terpenuhi.

Dengan demikian, diharapkan institusi media massa tak melihat hajatan pemilu ini dari sisi kepentingan bisnis, namun sebuah peran baru yang lebih menonjolkan kepen-tingan publik. “Kuncinya adalah bila media massa bersedia berkontribusi pada pem-bangunan sistem pemilu murah,” tandasnya.

Hetifah menekankan, hal tersebut akan meningkatkan kualitas proses demokrasi di Tanah Air. “Semakin rakyat memahami hak politik, semakin rakyat tahu soal apa itu partai politik, semakin partai politik diberi kesempatan besar menginformasikan visi misinya, maka akan semakin bagus proses demokrasi kita,” jelas dia.

45 PasalSecara terpisah, Ketua Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu Lukman Edy meng-

ungkapkan, dalam draf RUU tersebut ada 45 pasal yang terkait dan menyebut media massa. Pasal-pasal dimaksud terkait ketentuan mengenai pengumuman atau sosialisa-si segala hal terkait pemilu oleh lembaga penyelenggara pemilu, maupun iklan kam-panye oleh penyelenggara dan peserta pemilu.

Terkait iklan oleh peserta pemilu, lanjut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, media massa wajib memberi kesempatan yang sama kepada peserta pemilu untuk beriklan. “Tarif iklan kampanye pemilu pun seyogyanya lebih rendah dari tarif iklan komersial,” jelasnya.

Selain itu, juga diatur kewajiban media massa untuk memberi porsi pemberitaan secara berimbang kepada semua peserta pemilu. “Ini untuk menegakkan asas propor-sionalitas. Media massa wajib memberi porsi pemberitaan yang adil dan berimbang kepada semua peserta pemilu,” tegasnya.

Menurut Lukman, keterlibatan media massa dalam proses pemilu, dari awal sam-pai akhir, sangat penting. “Pemilu adalah hajatan nasional yang menentukan arah ke-hidupan bangsa ini ke depan. Jadi harus ada tanggung jawab dan peran dari semua institusi media massa hajatan nasional ini sesuai fungsinya. [MJS/A-17]

Media Massa Berperan Besar Membangun Pemilu Murah

DOK SP

Penyelenggaraan debat capres-cawapres saat Pilpres 2014, merupakan terobosan mewujudkan pemilu murah. Debat yang dibiayai negara ini memberi kesempatan yang sama kepada kontestan untuk menyosialisasikan visi, misi, dan programnya kepada masyarakat. Hak rakyat untuk mengeta-hui pun terpenuhi.

BERITASATU PHOTO/MOHAMMAD DEFRIZAL

Ketua Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu Lukman Edy (kedua kiri) didampingi anggota Pansus masing-masing dari kiri ke kanan, Agung Widyantoro, Hetifah Sjaifudian, Sirmadji, dan Rambe Kamarul Zaman, berbincang dengan Pemimpin Redaksi "Suara Pembaruan" Primus Dorimulu (ketiga kiri) seusai berdiskusi dengan jajaran Redaksi Suara Pembaruan, di BeritaSatu Plaza di Jakarta, Selasa (24/1). Kunjungan Pansus dalam rangka mendapat masukan dari kalangan media massa terkait penyelenggaraan pemilu.