Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan...

66
Media Komunitas Tanggap Bencana

Transcript of Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan...

Page 1: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

Media KomunitasTanggap Bencana

Page 2: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

P E T U N J U K C A R A B A C Asaran untuk membaca Majalah e-Kombinasi

Majalah elektronik ini dirancang untuk bisa nyaman dibaca menggunakan gawai dengan beragam merek maupun versi. Untuk menambah kenyamanan membaca, silakan mengikuti petunjuk berikut : • Buka majalah e-Kombinasi

dengan aplikasi baca buku elektronik di gawai anda

• Sejumlah aplikasi akan langsung menampilkan isi majalah sesuai layar gawai anda tanpa melalui pengaturan khusus

• Jika aplikasi baca yang anda gunakan tidak langsung menampilkan isi majalah sesuai layar gawai anda, silakan masuk ke pengaturan aplikasi tersebut

1. Klik bagian Pembesaran

2. Pilih Paskan ke Layar (Fit to Width)

3. Gunakan pengaturan pengguliran vertikal

Selamat membaca!

Page 3: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

KOMUNITAS MEMBANGUN JARINGAN INFORMASI

Pemimpin Redaksi: Idha SaraswatiRedaktur Pelaksana: Lamia Putri DamayantiTim Redaksi: Ferdhi. F Putra, Lamia Putri Damayanti, MaryaniKontributor: Fikrillah M. SanusiGrafis dan Tata Letak: Hamzah Ibnu DediIlustrasi: Aliem BakhtiarSampul Depan: Aliem BakhtiarSekretariat: Ulfa HananiDistribusi: Rani Soraya Siregar, Sarjiman

Semua isi tulisan dari para kontributor yang diterbitkan dalam majalah ini menjadi tanggung jawab masing-masing kontributor. CRI tidak

bertanggung jawab terhadap isi tulisan tersebut. Isi majalah ini boleh dipublikasikan ulang, diperbanyak, maupun diedarkan sepanjang mencantumkan sumber dan nama penulis serta tidak digunakan untuk kepentingan komersial.

P E R N YA T A A N

Combine Resource Institution (CRI) adalah lembaga masyarakat sipil nonprofit yang bercita-cita mewujudkan warga yang berdaya dalam pengelolaan informasi untuk pemenuhan hak sosial, ekonomi dan politik berlandaskan kearifan lokal melalui penyediaan sumber daya berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Upaya itu dilakukan antara lain melalui penguatan institusi lokal dan jejaring, penguatan kapasitas komunitas di bidang informasi tata kelola sumber daya, serta pengembangan pengetahuan dengan memanfaatkan sistem dan teknologi informasi tepat guna.

Page 4: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

D A F T A R I S I

DARI REDAKSIMenyoal Perangkat dan Pengelolaan Informasi

UTAMABagaimana Media Komunitas Berperan dalam Situasi Tanggap Bencana

Mencari Berita di Kala Gempa

Rekam Jejak Media Komunitas dalam Tanggap Bencana

MEDIACara Media Komunitas Menangkal Terorisme

Multitude: Menumbuhkan Asa pada Media Akar Rumput

WARTA CRI33 Desa di Kabupaten Lombok Utara Ikuti Sekolah SID

Respons CRI terkait Gempa Lombok

5

82028

38

46

5961

Page 5: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

5Kombinasi 71 | 2018

Lima hari pascagempa bermagnitudo 7 yang mengguncang Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat pada 5 Agustus 2018, seorang teman diminta memandu perwakilan suatu lembaga

untuk mengecek kebutuhan komunikasi di lokasi bencana. Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang dianggap perlu supaya warga bisa terhubung dengan dunia luar.

Di Kabupaten Lombok Utara (KLU), listrik padam selama lebih dari tiga hari sehingga berdampak pada pasokan listrik ke Base Transceiver Station (BTS) milik penyedia layanan telekomunikasi. Sinyal komunikasi pun melemah. Jika sebelum gempa warga di Kaki Gunung Rinjani bisa berkomunikasi dengan dunia luar melalui telepon, aplikasi Whatsapp maupun media sosial lainnya, maka hingga hari ketiga pascagempa mereka sulit dihubungi. Di pos komando utama penanganan gempa di depan kantor Bupati KLU pun, sinyal telepon dan internet tidak stabil.

Berdasarkan pengalaman itu, teman tadi mengajak tamunya berkunjung ke salah satu desa. Namun sesampainya di lokasi, mereka menemukan bahwa pengeras suara di masjid yang tengah digunakan untuk salat Jumat sudah menyala. Sinyal internet di ponsel pun hampir penuh. Mereka pun meninggalkan desa itu menuju lokasi lain.

D A R I R E D A K S I

Menyoal Perangkat dan Pengelolaan Informasi

Page 6: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

6 Kombinasi 71 | 2018

Sepanjang jalan mereka mengecek sinyal di ponsel masing-masing. Ketersediaan listrik rupanya telah memulihkan sinyal di sebagian besar wilayah.

Si tamu tersebut tampak sedikit kecewa karena ia harus kembali mencari area blankspot supaya perangkatnya bisa berguna. Perangkat yang sudah disiapkan itu adalah perangkat komunikasi berbasis satelit dengan kualitas baik yang dibawa dari luar negeri.

Akan tetapi, apakah dengan kembalinya sinyal berarti sudah tidak ada masalah komunikasi yang dihadapi warga terdampak gempa?

Komunikasi dalam penanganan bencana merupakan elemen yang penting. Dalam situasi darurat akibat bencana, terlebih dengan kerusakan infrastruktur yang parah, ketersediaan perangkat komunikasi darurat sangatlah vital. Oleh karena itu, pengembangan berbagai perangkat telekomunikasi untuk situasi darurat harus terus dilakukan. Namun, kejelian untuk melihat media dan metode komunikasi yang paling efektif bagi warga juga tak kalah penting. Dengan begitu, kita akan bisa menemukan kendala komunikasi yang dihadapi warga sehingga tidak hanya fokus pada penyediaan perangkat komunikasi tertentu yang belum tentu cocok dengan kebutuhan warga.

Kini ketika bencana terjadi di era ponsel, warga desa di kaki Rinjani pun telah terbiasa dengan ponsel. Seiring dengan pulihnya sinyal komunikasi, mereka tidak lagi terisolasi dari dunia luar. Namun, ketersediaan ponsel tidak lantas bisa menjamin mereka mendapat informasi yang dibutuhkan. Ada faktor lain yang tak kalah penting, yakni bagaimana perangkat itu bisa digunakan untuk mengelola

Page 7: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

7Kombinasi 71 | 2018

informasi yang dibutuhkan warga. Pengelolaan informasi berbasis komunitas menjadi kunci.

Pada erupsi Gunung Merapi 2010, komunikasi antara warga terdampak yang membutuhkan bantuan dengan para donatur maupun pemerintah diwadahi dalam forum Jalin Merapi (Jaringan Informasi Lingkar Merapi). Menggunakan beragam media yang dipandang relevan, Jalin Merapi menunjukkan bahwa pengelolaan informasi kebencanaan berbasis komunitas bisa mendukung pemulihan pascabencana.

Kini pascagempa 2018 di Lombok, kelompok warga di sejumlah desa menggunakan Facebook dan Whatsapp yang dikelola secara kolektif untuk menyebarkan informasi seputar dampak gempa. Ini adalah salah satu praktik media komunitas dengan memanfaatkan jenis media yang dipandang paling sesuai dengan situasi dan kondisi warga di desa-desa tersebut.

Melalui pengelolaan informasi kebencanaan berbasis komunitas, warga terdampak bisa terlibat aktif untuk memulihkan dirinya sendiri. Lalu lintas informasi yang lancar antara warga dengan pemerintah dan para pihak terkait merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin keberhasilan penangananan pascabencana. Hal ini sudah terbukti dalam erupsi Merapi, dan akan berlaku juga bagi warga terdampak gempa di Lombok maupun Sulawesi Tengah.

Page 8: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

8 Kombinasi 71 | 2018

utama

Bagaimana Media Komunitas Berperan dalam Situasi Tanggap Bencanao l e h F e r d h i F . P u t r aKoordinator Suara Warga Combine Resource Institution

Page 9: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

9Kombinasi 71 | 2018

utama

Pascagempa pertama di Lombok pada 29 Juli 2018, beberapa kawan yang bermukim di Lombok mengabarkan situasi dan kondisi lewat sebuah grup WhatsApp di mana kami

tergabung di dalamnya. Ada yang rumahnya hampir rata dengan tanah, ada yang masih berdiri namun dengan retak di sana-sini.

“Di Kecamatan Sambelia dan Sembalun banyak korban. Sementara di Kecamatan Suela masih aman,” kata Eros.

Selang tiga jam kemudian, kawan yang lain yang tinggal di Lombok Utara, Hamdi, mengirimkan foto, sebuah tenda besar dengan simbol palang merah di atapnya. “Para pengungsi yang dievakuasi di lapangan Ancak, Desa Karang Bajo,” terangnya.

“Wah, ada korban di Karang Bajo?” tanya saya.

“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, cuma bangunan saja. Mohon doa dari kawan-kawan,” balas Hamdi.

Dua jam kemudian, Fikri, menimpali percakapan: “Sudah saya kirim video korban bencana langsung dari TKP. Maaf telat soalnya baru pulang liputan.”

Keesokan harinya, dua pesan membunyikan ponsel saya. Kali ini dari Hafiz. “Anak-anak kita membutuhkan logistik, obat-obatan, minyak telon, dan lain sebagainya. Selain itu juga mereka

Page 10: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

10 Kombinasi 71 | 2018

utama

membutuhkan pendampingan untuk mengurangi trauma. Kondisi psikis anak-anak di sini sangat memprihatinkan. Tidak ada yang berani masuk pekarangan rumah mereka karena masih sangat trauma,” terangnya.

Seminggu kemudian, tepatnya 5 Agustus 2018, gempa cukup besar kembali mengguncang Lombok. Bermagnitudo 7, lebih besar dari 29 Juli yang “hanya” 6,4. Gempa yang ke sekian kalinya ini hampir meratakan Lombok bagian timur dan utara.

“Tembok kelilingnya tumbang, mas,” kata Fikri, “Malam baru ke pengungsian tanpa tenda.” Rumah Fikri yang sebelumnya bertahan dari gempa akhirnya kandas juga.

Setelah hari itu, lalu lintas percakapan menjadi sangat intens; ada yang marah, ada yang mengeluh, ada yang kecewa, dan ada pula yang berbagi semangat. Yang pasti informasi tentang situasi terbaru di tempat masing-masing berseliweran.

Eros, Fikri, Hamdi, dan Hafiz adalah pegiat media komunitas di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hajad Guna Roasmadi atau Eros dan Fikrillah M. Sanusi bergiat di media komunitas Speaker Kampung di Lombok Timur, sementara Hamdi Hidayat dan Miftahul Hafiz pegiat radio komunitas Primadona FM di Lombok Utara. Sejak gempa pertama terjadi, mereka cukup giat mengabarkan perkembangan situasi pascagempa, baik lewat jaringan pribadi seperti WhatsApp, maupun media komunitas yang mereka kelola. Mereka adalah salah dua sumber informasi saya, dari sekian banyak media yang meliput-laporkan bencana gempa di Lombok.

Dalam situasi darurat bencana, keberadaan warga sebagai pengelola informasi sangat penting. Sama halnya dengan relawan logistik atau medis,

Page 11: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

11Kombinasi 71 | 2018

utama

relawan informasi pun berperan penting dalam penyediaan informasi di lapangan. Dalam banyak kasus, ketiadaan relawan informasi membuat penanganan bencana lebih sulit. Pengumpulan informasi-informasi primer seperti wilayah mana saja yang terdampak, berapa jumlah korban jiwa dan yang masih bertahan, apa saja yang dibutuhkan penyintas di pengungsian dan semacamnya kerap mengandalkan pihak ‘luar’ yang juga membutuhkan waktu untuk membaca medan. Sementara data sedang dikumpulkan, warga sudah harus mencari tempat bernaung atau mengisi perut untuk bertahan hidup.

Jarak waktu inilah yang kerap menimbulkan kekacauan di fase-fase awal penanganan bencana. Kasus penjarahan seperti yang diinformasikan terjadi di Palu, Sulawesi Tengah (1/10/2018) dan Lombok pada hari-hari awal pascabencana, rentan terjadi.

Ambil contoh soal informasi distribusi bantuan di minggu pertama tanggap darurat gempa Lombok. Karena kendala armada, saat itu BNPB mengimbau setiap perwakilan posko pengungsian di desa untuk mengambil bantuan logistik ke posko utama di Tanjung, ibu kota Kabupaten Lombok Utara, yang jaraknya relatif jauh bagi beberapa desa terdampak. Keputusan ini tampaknya diambil tanpa melihat dan mempertimbangkan kondisi penyintas yang jelas-jelas defisit logistik dan tenaga usai dihantam gempa—kasus ini belakangan terjadi juga di Palu. Hamdi, saat saya hubungi mengaku tidak tahu adanya imbauan tersebut. “Lagipula, tidak bisa juga kita ngambil di Tanjung. Jangkauan jauh.. kalo mereka yang antar akan kami terima sudah. Kami juga tidak ada armada,” katanya.

Page 12: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

12 Kombinasi 71 | 2018

utama

Jarak Desa Karang Bajo, tempat Hamdi tinggal dengan ibu kota kabupaten Lombok Utara mencapai 44 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Dari situ terlihat bahwa sistem komunikasi yang digunakan tidak efektif. Informasi dari atas tidak terjamin lancar sampai ke bawah, meski katanya imbauan sudah disampaikan kepada camat dan kepala desa masing-masing. Kasus ini tidak hanya terjadi di satu daerah bencana.

Media massa tradisional pun tidak menjadi jawaban atas persoalan ini. Sebagai contoh, alih-alih membantu parapihak menjelaskan skema penanganan dan distribusi bantuan, media massa tradisional lebih tertarik dengan sensasi dari peristiwa penjarahan yang terjadi—kasus penjarahan di Palu kemudian menjadi perhatian media internasional dan memicu rasa antipati orang-orang di luar daerah bencana.

Celah ini yang sebetulnya bisa diisi oleh media komunitas dalam situasi bencana; menjadi relawan informasi. Ada beberapa keuntungan yang didapat bila melibatkan media komunitas dalam penganganan bencana. Pertama, media komunitas sudah hapal medan. Pegiat media komunitas adalah warga setempat yang bisa dipastikan menguasai dan mengetahui medan dengan baik. Kedua, pegiat media komunitas memiliki kedekatan dengan warga lain karena mereka adalah bagian dari masyarakat tersebut. Ketiga, dalam situasi bencana pegiat media komunitas punya motivasi besar untuk menyelamatkan orang-orang di sekitarnya. Inilah bekal militansi mereka ketika mencari berita di lapangan. Militansi ini tergambar

Page 13: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

13Kombinasi 71 | 2018

utama

dalam tulisan Fikri tentang pengalamannya meliput gempa Lombok :

“Pengalaman saya meliput bukan tanpa kesulitan. Selain karena saya sendiri adalah korban dalam peristiwa alam ini, saya sering menemui hambatan saat mencari berita. Pernah di perjalanan saya kehabisan bensin, lapar dan haus karena tidak ada warung makan yang buka atau kehabisan uang. Namun, di saat-saat seperti itu, ada saja orang yang datang membantu. Ada yang memberikan bensinnya cuma-cuma.

Yang sangat menjengkelkan adalah saat sedang melakukan liputan, android usang yang saya pakai untuk mengambil gambar kehabisan baterai. Ada power bank namun tidak bertahan lama. Akhirnya dengan mengabaikan sedikit rasa malu, dan tanpa menghilangkan rasa segan, saya meminjam ponsel orang lain untuk memotret. Pikir saya, momen itu penting untuk saya kisahkan nanti.”

Douglas Paton dan Melanie Irons dalam Communication, Sense of Community, and Disaster Recovery: A Facebook Case Study (2016), menjelaskan bahwa situasi yang berbeda di lapangan berdampak pada tidak efektifnya komunikasi dengan pendekatan dari atas ke bawah (top-down). Dalam konteks ini, tulis mereka, tidak mengherankan bahwa alasan dominan dari orang yang beralih ke media sosial, demi mendapatkan informasi, adalah karena ketidakpuasan terhadap informasi yang diberikan oleh media tradisional. “Badan berwenang dan sumber media massa konvensional tidak dapat merespons secara efektif kebutuhan informasi spesifik, lokal, dan berkembang dari populasi yang terkena dampak,” tulisnya.

Page 14: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

14 Kombinasi 71 | 2018

utama

Speaker Kampung, media komunitas yang berbasis di Desa Ketangga, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, misalnya, sudah mengunggah laporan mengenai dampak gempa hanya beberapa jam setelah guncangan. Fikri yang aktif mengabarkan kondisi desa-desa di Kecamatan Sambelia bercerita bagaimana ia bergerak mencari informasi tak lama setelah gempa terjadi

“Sekitar 20 menit kemudian [setelah gempa] ... saya langsung terjun ke Puskesmas, lalu wawancara keluarganya, khususnya mengenai kronologi kejadian. Sewaktu di Puskesmas itu, rekan di Speaker Kampung, Eros, menelepon untuk menanyakan update situasi. Karena saya tidak bisa menulis [saat itu], ya saya langsung laporkan untuk ditulis sama Eros, lalu tulisan itu diunggah ke Fanspage Speaker Kampung, baru kemudian ke website. Saya ikuti korban sampai dibawa kembali ke rumahnya di Desa Sugian yang tidak terlalu jauh dari desa saya, saya videokan juga, saya juga sempat wawancara Kepala Desa Sugian.”

Komunikasi itu yang kemudian membuahkan artikel pertama mereka tentang gempa Lombok. Berita itu diberi judul “Rumah Rusak dan Dua Orang Korban Akibat Gempa di Sambelia”, terbit sekitar pukul 08.53 WITA di laman Fanpage Facebook Speaker Kampung, selang dua jam dari gempa pertama. Pegiat Speaker Kampung lainnya, Sanusi, juga melakukan hal yang sama di kecamatan lain. “Saya liputan di Kecamatan Wanasaba. Biasanya kemarin kan liputannya ditulis, tetapi sekarang karena keadaan mendesak pakainya video HP, soalnya hasilnya lebih jelas dan kelihatan, orang

Page 15: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

15Kombinasi 71 | 2018

utama

bisa langsung lihat kondisinya seperti apa. Kalau video di-share, mereka (warga terdampak) jadi terbantu. Mereka senang di-video-in, malah pada minta diliput.”

Di hari pertama gempa, Speaker Kampung menurunkan enam berita dalam bentuk tulisan dan/atau video. Pada hari-hari setelahnya, Speaker Kampung merilis paling sedikit tiga berita dalam bentuk tulisan maupun video. Hampir seluruh informasinya seputar kondisi penyintas di tenda-tenda darurat di empat kecamatan—Suela, Wanasaba, Pringgabaya, Sambelia—di Lombok Timur.

Menurut Eros, liputan Speaker Kampung yang disebar melalui Fanspage Facebook mendapat respons positif dari warga. Banyak yang membagikan dan yang menelepon memberikan laporan. Selain itu, ada juga yang memberikan bantuan. Eros mencontohkan, sebuah video hasil liputan Speaker Kampung soal warga yang mengungsi di bukit, di daerah sekitar Obel-Obel (wilayahnya terpencil sehingga sulit terjangkau bantuan) dijadikan rujukan donatur untuk mengirim bantuan ke daerah tersebut.

Andai pihak berwenang mau merujuk informasi dari bawah, keterlambatan distribusi logistik mungkin dapat diminimalkan, karena situasi dan kebutuhan dapat diperkirakan secara lebih akurat.

Media komunitas Primadona FM punya cerita berbeda. Pada 3 September, Fanpage Rakom Primadona FM merilis informasi mengenai janji bantuan pemerintah kepada korban gempa Lombok. (Radionya sendiri tidak beroperasi selain

Page 16: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

16 Kombinasi 71 | 2018

utama

karena studio rawan roboh, Primadona masih terkendala izin siaran). Isinya kurang lebih mengurai poin-poin mengenai bantuan biaya jaminan hidup, biaya isi rumah dan biaya rekonstruksi yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2018 serta pernyataan Menteri Sosial yang saat itu menjabat, Idrus Marham. Unggahan ini mendapat respons cukup besar dari para penyintas gempa pengguna Facebook. Puluhan komentar masuk dan dibagikan (share) lebih dari 300 kali. Kebanyakan dari mereka menanyakan kesahihan informasi tersebut dan seberapa pasti bantuan itu akan turun. Ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai bantuan belum sampai ke telinga warga di lapisan bawah, meski sudah dipublikasikan lewat media massa.

Informasi yang dikumpulkan oleh para pegiat media komunitas sebetulnya merupakan data-data primer yang dibutuhkan dalam setiap penanganan bencana. Mereka bahkan bisa menjangkau tempat-tempat yang muskil digapai oleh media massa yang datang saat kejadian, yang biasanya menyasar titik-titik utama seperti posko induk, kantor pemerintah, dan sejenisnya. Inilah salah satu kekhasan media komunitas yang sebagian sarjana media menyebutnya sebagai hiperlokal (hyperlocal).

Tidak hanya itu. Satu lagi keistimewaan media komunitas adalah perannya sebagai pengentas masalah (problem solver). Ada beberapa faktor yang membuat media komunitas berpotensi melakukan hal tersebut. Pertama, mereka adalah bagian dari komunitasnya, artinya masalah komunitas adalah masalah mereka juga. Kedua, mereka paham betul apa masalah yang sedang dihadapi komunitasnya.

Page 17: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

17Kombinasi 71 | 2018

utama

Pada 30 Juli, sehari setelah gempa pertama, saya berkomunikasi dengan Eros untuk menanyakan perihal kebutuhan warga penyintas di tenda darurat. Selain makanan, “ada juga kebutuhan khusus untuk anak-anak. Butuh relawan untuk trauma healing,” katanya.

Selang beberapa hari kemudian, pada 4 Agustus, saya mendapati video mereka saat sedang bermain dan menghibur anak-anak di Dusun Melempo, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia sudah diunggah di Facebook. Para pegiat Speaker Kampung menjawab kebutuhan anak-anak penyintas akan tenaga trauma healing. Tentu saja, di luar aksi tersebut, mereka juga menggalang dana dan menyalurkan logistik ke beberapa titik pengungsian di Lombok Timur, sebagaimana dilakukan oleh pegiat media komunitas Primadona FM di Lombok Utara dengan membentuk komunitas temporer bernama Pemuda Ancak Tanggap Bencana (PATB).

Memasuki masa transisi ke pemulihan, Speaker Kampung mengubah strategi. Mereka tidak lagi berkutat pada penyaluran logistik melainkan mulai menginisiasi hunian sementara untuk para penyintas gempa dengan memanfaatkan bahan baku alam seperti kayu, bambu dan daun kelapa.

“Rumah Kampung”, hunian sementara yang diinisiasi oleh media komunitas Speaker Kampung. (Foto: Facebook Speaker Kampung)

Page 18: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

18 Kombinasi 71 | 2018

utama

Dalam keterangan foto di Facebook yang diunggah pada 8 September 2018, mereka menulis, “Enam unit hunian sementara telah dibangun Speaker Kampung. Dengan memanfaatkan bahan lokal, tentu biayanya sangat murah. Untuk satu bangunan biayanya Rp 200.000-500.000.”

Bagi saya, selama penanganan gempa Lombok, baik Speaker Kampung maupun Primadona FM telah berhasil memperlihatkan bagaimana menjadi warga berdaya di tengah kondisi bencana.

Pekerjaan rumah berikutnya

Kendati demikian ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan ke depan. Pertama, soal pelibatan media komunitas dalam skema penanganan bencana. Meski militansinya tak dimungkiri, apresiasi terhadap kerja-kerja mereka masih terbilang minim. Untuk kasus Lombok, berita-berita yang diproduksi belum menjadi rujukan para pihak yang terlibat dalam proses penanganan bencana. Media komunitas boleh jadi tidak dapat meng-cover seluruh daerah terdampak bencana, namun media komunitas dapat membantu menghimpun data yang lebih akurat untuk daerah-daerah tertentu. Selain membantu proses penanganan bencana oleh pemerintah, pelibatan media komunitas bisa jadi sebentuk emansipasi terhadap warga. Sebab selama ini warga lebih sering diposisikan sebagai korban alih-alih dirangkul agar menjadi warga berdaya.

Kedua, soal penguatan kapasitas media komunitas. Yang perlu disadari adalah kebanyakan pegiat media komunitas tidak pernah mengenyam pendidikan formal terkait media atau jurnalistik. Mereka belajar secara otodidak, sehingga

Page 19: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

19Kombinasi 71 | 2018

utama

kekurangan-kekurangan yang terjadi dapat dimaklumi. Kendati demikian, Primadona FM dan Speaker Kampung tidak bisa disamakan dengan warganet yang asal menyebarkan berita palsu alias hoax dari sumber antah berantah—Speaker Kampung bahkan beberapa kali coba mengklarifikasi kabar sumir yang beredar seperti penjarahan logistik oleh warga dan kisah berbau mistik, tentang telapak kaki dan tangan yang muncul di tembok-tembok reruntuhan rumah warga. Mereka tetap mencoba menerapkan prosedur jurnalistik sejauh yang mereka pahami.

Ke depan perlu ada yang menemani mereka dan berbagi pengetahuan tentang bagaimana meliput peristiwa bencana scara memadai. Siapa yang berperan di sini? Tentu saja semua pihak. Bisa lembaga non-pemerintah, asosiasi jurnalis profesional, bahkan mungkin Dewan Pers. Intinya, media komunitas merupakan manifestasi semangat baik warga akar rumput yang harus dirawat. Oleh karena itu, perhatian dari semua pihak yang memiliki kepakaran di bidang bencana untuk berbagi pengetahuan dengan pegiat media komunitas diperlukan—walaupun bukan tidak mungkin mereka belajar secara mandiri.

Dengan begitu, seiring dengan wacana penguatan mitigasi bencana di Indonesia yang marak (lagi) belakangan, pemberdayaan media komunitas dalam situasi bencana bisa jadi salah satu upaya yang patut dipertimbangkan.

Page 20: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

20 Kombinasi 71 | 2018

utama

Mencari Berita di Kala GempaO l e h : F i k r i l l a h M . S a n u s iJurnalis warga, pegiat media komunitas Speaker Kampung, Lombok Timur.

Page 21: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

21Kombinasi 71 | 2018

utama

Gempa bumi telah memorakporandakan rumah dan pemukiman, menghancurkan fasilitas pemerintah, dan rumah ibadah di Lombok. Puluhan ribu warga terpaksa

tidur di tenda pengungsian dengan peralatan seadanya.

Tidak sedikit dari mereka meregang nyawa karena tertindih tembok bangunan. Bencana tak pandang bulu, korban berjatuhan mulai dari balita, anak-anak, dewasa hingga orang-orang lanjut usia. Begitulah kondisi pascagempa bermagnitudo 6.4, 29 Juli 2018, dan magnitudo 7, 5 Agustus 2018.

Gempa pertama terjadi pada Minggu pagi, 29 Juli 2018, sekira pukul 06.25 WITA. Gempa bermagnitudo 6.4 berpusat tidak jauh dari tempat saya tinggal di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur.

Pagi itu, saya dan keluarga tengah asyik duduk memandangi air sungai yang mengalir deras di saluran utama dam Sambelia.

Di ranting pepohonan burung berkicau riang menari. Namun, suasana itu tiba-tiba berubah. Kami dikejutkan dengan suara dentuman dan guncangan yang sangat besar. Spontan orang-orang berteriak, sebagian lainnya melafalkan takbir. Waktu itu saya tidak berpikir macam-macam. Setelah getaran reda saya santai saja. Tetapi sekitar 20 menit kemudian, istri saya memberi tahu bahwa

Rentetan gempa bumi yang merundung Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Agustus 2018, membuat saya banyak belajar. Salah satunya adalah betapa pentingnya informasi dalam situasi darurat.

Page 22: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

22 Kombinasi 71 | 2018

utama

ambulans puskesmas lewat membawa satu korban luka akibat gempa di Desa Sugian. Dari situ, saya langsung terjun ke Puskesmas,

Sebagai jurnalis warga, hati kecil saya terpanggil untuk mencari informasi keadaan terkini. Bermodalkan ponsel pintar yang sudah usang, saya berangkat menuju Puskesmas Sambelia dengan menggunakan sepeda motor. Di sana saya mencari tahu informasi tentang korban.

Kemudian saya langsung berkomunikasi dengan teman-teman media komunitas Speaker Kampung. Hajad Guna Roasmadi, akrab dipanggil Eros, menelepon saya dan bertanya tentang kondisi terkini di Kecamatan Sambelia. Karena saya kesulitan menulis, saya hanya melaporkan apa yang saya lihat untuk ditulis oleh Eros. Laporan itu kemudian diunggah ke fanspage Facebook Speaker Kampung, kemudian di website speakerkampung.net.

Di Puskesmas, saya mendapat informasi bahwa ada satu warga dari Desa Sugian yang tewas akibat tertindih tembok saat sedang menonton televisi di rumahnya. Korban perempuan yang diperkirakan berumur 60 tahun itu meninggal sesaat setelah diperiksa tim medis.

Dari situ, saya melanjutkan perjalanan menuju beberapa titik seperti mulai dari Desa Sugian, Dara Kunci, Belanting, Obel-Obel dan terakhir Desa Madayin. Sepanjang perjalanan, saya menyaksikan pemandangan yang memilukan. Sebagian besar bangunan hampir rata dengan tanah.

Semua warga tak terkecuali keluar meninggalkan rumahnya mencari tempat aman. Sebagian besar dari mereka berjajar di pinggir jalan. Warga yang memiliki kendaraan membawa keluarganya

Page 23: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

23Kombinasi 71 | 2018

utama

menuju tanah lapang. Saya melihat ada banyak balita dan anak-anak menangis di pelukan orangtuanya. Mereka tampak pasrah atas musibah yang menimpa.

Meski dalam situasi panik, warga tetap saling menyemangati.

Satuan kepolisian dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Belanting, Kecamatan Sambelia, bergerak cepat mendirikan tenda pengungsian pada tiga titik pengungsian yakni, di Desa Belanting, lapangan umum Desa Madayin dan posko induk SDN 01 Desa Obel-Obel. Sebagian warga juga mendirikan tenda mandiri.

Beberapa jam kemudian Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur, disusul tim Taruna Siaga bencana (Tagana) di bawah koordinasi Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur, mengerahkan sekitar 50 orang anggotanya untuk mendirikan tenda di beberapa titik terdampak di Kecamatan Sambelia dan Sembalun.

Di posko pengungsian Desa Madayin saya menemukan anak-anak, kira-kira usia sekolah dasar, patah kaki kanannya. Ada juga yang kepalanya bocor akibat tertimpa asbes rumah. Mereka mendapat pertolongan pertama dari tim medis Puskesmas, dibantu tim dokter dari SPN Belanting.

Di Puskesmas Belanting, ratusan korban menerima perawatan dari tim medis. Penanganan kesehatan tampak cukup berat karena hanya ada puluhan tenaga medis untuk melayani ratusan pasien. Belum lagi alat medis yang terbatas, sehingga pasien yang mengalami luka berat seperti patah tulang, langsung dirujuk ke RSUD Dr. Soedjono, Selong untuk menerima perawatan yang

Page 24: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

24 Kombinasi 71 | 2018

utama

lebih intensif.

Sehari pascagempa, saya mencoba berkomunikasi dengan teman-teman di tempat saya bekerja. Saya mengajak mereka untuk menggalang bantuan bagi warga korban gempa. Alhamdulillah, mereka mengiyakan, sehingga pada hari kedua pascagempa, 31 Juli, kami melakukan asesmen ke lapangan untuk memeriksa kebutuhan warga.

Tiga hari kemudian kami menyalurkan logistik di tujuh titik yang terdampak cukup parah, yakni, Desa Dadap, Sugian, Sambelia, Dara Kunci, Belanting, Obel-Obel dan Madayin, semuanya di Kecamatan Sambelia. Beras, mie instan, air mineral, tandon air, tikar, kasur, bantal, selimut, genset untuk penerangan di posko pengungsian dan juga masjid, terpal, al-Qur’an, sarung, mukena, karpet, sabun cuci, pasta gigi, obat-obatan dan lain-lain, kami serahkan di titik-titik tersebut.

Selain Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara (KLU) juga merupakan daerah yang terdampak sangat parah. Tak ada satu pun dari lima kecamatan di Lombok Utara yang luput dari gempa yang terjadi pada 5 Agustus, seminggu setelah gempa yang berpusat di Sambelia.

Senasib dengan warga di Lombok Timur, ratusan jiwa meninggal dunia dan puluhan ribu orang di KLU kehilangan tempat tinggal sehingga warga terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian seadanya.

Tiga hari pascagempa 7 magnitudo, tepatnya 8 Agustus, saya bersama sebuah lembaga nirlaba di Lombok Timur bergerak ke KLU untuk mendistribusikan sembako langsung ke para penyintas di beberapa titik. Kala itu, banyak warga

Page 25: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

25Kombinasi 71 | 2018

utama

yang belum tersentuh bantuan pemerintah. Bantuan baru datang dari lembaga non-pemerintah, komunitas, kelompok maupun perorangan saja.

Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, KLU, merupakan desa yang kerusakannya terbilang parah. Saat saya tiba di sana, desa itu belum mendapat bantuan. Pada 10 Agustus, saya mengajak pemuda Dusun Dasan Tinggi, Desa Sambelia, Lombok Timur, untuk menyalurkan bantuan ke sana. Bantuan dikumpulkan oleh warga Dasan Tinggi dan sebagian dari donatur asal Qatar.

Pada 19 Agustus, lagi-lagi gempa skala dengan magnitudo 5,4 dan 6,5, sekira pukul dua belas siang. Di hari yang sama, sekira pukul 23.00 WITA gempa berkekuatan 7 magnitudo kembali mengguncang Lombok Timur.

Malam kejadian itu, warga yang bermukim di wilayah pesisir pantai ramai-ramai berlarian mencari dataran tinggi. Tujuan mereka kantor Kecamatan Sambelia. Warga terdorong informasi akan ancaman tsunami. Tidak berselang lama status ancaman tsunami dicabut.

Meskipun demikian, warga yang sudah telanjur meninggalkan rumahnya enggan untuk kembali. Mereka memilih tetap bertahan dan menginap di kantor kecamatan dan beberapa lokasi lapang lainnya.

Keesokan harinya, saya dan rekan-rekan media komunitas Speaker Kampung turun ke lapangan, melihat kerusakan rumah warga sambil memperbarui informasi terkini dari berbagai sumber.

Selama situasi tanggap darurat, media komunitas Speaker Kampung meliput-laporkan

Page 26: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

26 Kombinasi 71 | 2018

utama

empat kecamatan, di antaranya, Kecamatan Sambelia, Pringgabaya, Suela dan Wanasaba. Berita-berita dari Speaker Kampung bisa dikatakan perintis informasi mengenai kondisi pascagempa di empat kecamatan tersebut, baru menyusul setelah itu media-media lain.

Pengalaman saya meliput bukan tanpa kesulitan. Selain karena saya sendiri adalah korban dalam peristiwa alam ini, saya sering menemui hambatan saat mencari berita. Pernah di perjalanan saya kehabisan bensin, lapar dan haus karena tidak ada warung makan yang buka atau kehabisan uang. Namun, di saat-saat seperti itu, ada saja orang yang datang membantu. Ada yang memberikan bensinnya cuma-cuma.

Yang sangat menjengkelkan adalah saat sedang melakukan liputan, android usang yang saya pakai untuk mengambil gambar kehabisan baterai. Ada power bank namun tidak bertahan lama. Akhirnya dengan mengabaikan sedikit rasa malu, dan tanpa menghilangkan rasa segan, saya meminjam ponsel orang lain untuk memotret. Pikir saya, momen itu penting untuk saya kisahkan nanti.

Lelah dan lapar saat meliput tak bisa dielakkan. Namun lagi-lagi, Allah maha pemurah, dalam situasi kelaparan, ada orang yang tidak saya kenal mau memberi saya makan tanpa meminta pamrih apapun. Di lain kesempatan, seorang perempuan yang tidak saya kenal memberi dua nasi bungkus saat saya sedang kelaparan di tengah liputan.

“Cukup sudah satu bungkus saja, dek. Kalau dua bungkus nanti gak habis saya makan,” kata saya padanya. Perempuan itu tahu saya sendiri.

Page 27: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

27Kombinasi 71 | 2018

utama

Setelah menghabiskan makan, saya melanjutkan mencari berita hingga sore dan baru malam sampai rumah.

Page 28: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

28 Kombinasi 71 | 2018

utama

Hanya berselang beberapa jam setelah terjadinya gempa Lombok pada 29 Juli 2018 lalu, media komunitas Speaker Kampung langsung melaporkan situasi terbaru pascagempa di Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat melalui jejaring media sosial Facebook. Laporan terkait kondisi lapangan pascagempa tidak hanya diwartakan pada hari itu saja tetapi terus diperbarui secara berkala hingga tulisan ini dibuat (04/10/2018). Laporan-laporan tersebut memuat informasi mengenai berbagai hal terkait kondisi lapangan pascagempa, mulai dari jumlah korban, posko pengungsian, hingga kebutuhan logistik.

Rekam Jejak Media Komunitas dalam Tanggap BencanaO l e h : L a m i a P u t r i D a m a y a n t iStaf Komunikasi Combine Resource Institution

Page 29: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

29Kombinasi 71 | 2018

utama

“Rumah Rusak dan Dua Orang Korban Akibat Gempa di Sambelia” adalah judul laporan pertama yang diwartakan oleh para pegiat media komunitas Speaker Kampung beberapa

jam setelah terjadi gempa. Mereka bergerak cepat untuk segera mewartakan informasi terkini meski juga menjadi korban.

Salah satu kebutuhan penting dalam situasi tanggap bencana adalah adanya akses informasi dan komunikasi yang memadai. Adanya akses yang layak akan membantu pemulihan pascabencana dengan lebih efektif dan tepat sasaran.

Meski demikian, kebutuhan informasi seringkali tidak dipenuhi dengan baik oleh media massa. Bahkan, informasi dari media arus utama juga kerap terbawa pada pola mendramatisasi situasi bencana. Padahal, kebutuhan informasi yang paling penting adalah informasi tentang mitigasi bencana dan data terkait kebutuhan penyintas sehingga distribusi dapat berjalan dengan baik. Media arus utama kerap “terlena” pada pola pemberitaan yang menunjukkan kesedihan, mengumbar penderitaan, tragedi, hingga mengaitkan bencana dengan hal-hal mistis.

Menyikapi hilir mudik informasi dari media arus utama yang kerap tak memosisikan diri sebagai penyedia informasi dalam kasus bencana, media komunitas mengambil peran signifikan dalam

Page 30: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

30 Kombinasi 71 | 2018

utama

memberikan informasi terkini yang ada di lapangan kepada berbagai pihak. Media komunitas memiliki peran strategis dalam memberitakan bencana karena memahami permasalahan dan kebutuhan warga terdampak dengan lebih baik.

Hal itulah yang antara lain dilakukan oleh media komunitas Speaker Kampung selama situasi pascagempa berlangsung di Lombok. Tidak hanya berkontribusi dalam memberikan informasi, Speaker Kampung juga berkontribusi secara nyata dalam penanganan gempa. Mulai dari melakukan penggalangan donasi, mengadakan trauma healing untuk anak-anak dengan permainan tradisional hingga membuat rumah hunian sementara dari bambu.

Speaker Kampung melaporkan hasil liputannya baik melalui tulisan, foto maupun video untuk diunggah di akun Facebook mereka. Facebook menjadi pilihan utama dalam menyebarkan informasi karena warga yang dilayani media komunitas ini umumnya familiar dengan platform media sosial tersebut. Selain itu, mereka juga mengunggah berita di website resmi speakerkampung.net dan mengunggah video di akun Youtube.

Terdapat dua gempa terbesar yang dialami oleh Pulau Lombok, yakni pada 29 Juli 2018 dan 05 Agustus 2018 serta berbagai gempa susulan lain. Setidaknya selama kurang lebih satu minggu sesudah gempa pertama pada 29 Juli 2018 dan gempa kedua pada 05 Agustus, Speaker Kampung telah memberitakan sebanyak 78 berita.

Pemberitaan maupun laporan informasi terkait bencana tidak hanya dilakukan oleh Speaker

Page 31: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

31Kombinasi 71 | 2018

utama

Kampung, tetapi juga Radio Komunitas Primadona FM. Sejak gempa 29 Juli, para pegiat radio komunitas yang bertempat di Desa Karang Bajo di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara tersebut langsung merasakan dampaknya. Banyak warga yang menjadi pengungsi. Ditambah dengan gempa pada 5 Agustus, hampir seluruh rumah di desa itu hancur. Kabupaten Lombok Utara memang menjadi daerah terparah yang terdampak gempa Lombok. Otomatis, para pegiat Primadona FM pun menjadi pengungsi. Dalam situasi yang penuh keterbatasan, mulai dari aliran listrik yang mati, ketersediaan air yang minim, tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh Primadona FM beberapa hari pascagempa.

Sebelum gempa, Primadona FM rutin memberikan informasi kepada warga baik melalui siaran maupun berita tertulis yang diunggah ke blog. Namun, gempa membuat studio Primadona FM rawan roboh sehingga para pegiatnya tidak berani masuk. Sampai informasi ini ditulis, Primadona FM belum siaran kembali.

Primadona FM kemudian memanfaatkan media sosial sebagai salah satu wadah arus informasi. Media sosial yang dipilih adalah Facebook karena warga juga lebih familiar dengan aplikasi tersebut. Sehari setelah gempa, yakni pada 06 Agustus 2018, pegiat Radio Primadona FM merilis berita berjudul “Gempa 7 SR di KLU Regang Nyawa 65 Jiwa”. Sampat saat ini, mereka masih terus memperbarui informasi terkait pascagempa secara berkala di Facebook. Selama kurang lebih dua minggu, sebanyak 59 laporan telah diunggah ke Facebook Primadona FM dengan beragam bentuk, mulai dari teks, foto, video, hingga siaran langsung.

Page 32: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

32 Kombinasi 71 | 2018

utama

Sama seperti Speaker Kampung, Primadona FM juga memanfaatkan berbagai jenis bentuk dan pemberitaan, mulai dari teks, penggunaan foto hingga video yang kemudian diunggah ke akun “Rakom Primadona Ef Em” dan laman Facebook “Rakom Primadona FM”. Primadona FM juga memanfaatkan Youtube sebagai salah satu wadah arus informasi berbasis video.

Selain itu, para pegiat Primadona FM yang menjadi penyintas bencana juga menjadi motor bagi para relawan yang mengelola posko pengungsian utama di Desa Karangbajo. Mereka melakukan berbagai upaya mulai dari menghimpun serta mendistribusikan bantuan, mendata jumlah warga terdampak beserta kerugian akibat gempa, melakukan trauma healing khususnya bagi anak-anak, hingga membantu pengadaan hunian sementara bagi para tetangganya.

Page 33: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

33Kombinasi 71 | 2018

utama

(1)Mewartakan informasi terkait

situasi lapangan pascabencana

(29 Juli 2018-sekarang)(2)

Penggalangan Donasi(3)

Melakukan Trauma Healing pada anak-anak

(4)Speaker Kampung

berinisiatif membangun rumah sederhana untuk para

penyintas di Kecamatan Suela

(1)Mewartakan informasi terkait

situasi lapangan pascabencana (06 Agustus 2018-sekarang)

(2)Mengadakan Trauma Healing

untuk anak-anak bersama Pemuda Ancak Tanggap

Bencana(3)

Turut berkontribusi dalam pendataan jumlah dan

kebutuhan warga terdampak di pengungsian bersama Pemuda

Ancak Tanggap Bencana(4)

Turut menggalang dan mendistribusikan bantuan bersama Pemuda Ancak

Tanggap Bencana

Bentuk Laporan | JumlahLiputan teks dan foto | 9Liputan teks dan video | 15Liputan teks | 3Liputan video | 1Total | 28

Unggahan laporan Speaker Kampungdi Facebook pascagempa 29 Juli 2018

Unggahan laporan pascagempa5 Agustus 2018

Bentuk Laporan | JumlahLiputan teks dan foto | 12Liputan teks dan video | 32Liputan teks | 6Total | 50

Unggahan laporan Primadona FMpascagempa 05 Agustus 2018

Bentuk Laporan | JumlahLiputan foto | 42Liputan teks | 5Liputan video | 4Siaran Langsung Facebook | 4Liputan foto dan video | 4Total | 59

Informasi yang diwartakan oleh Speaker Kampung

meliputi:

1.Jumlah korban

2.Cerita para penyintas

terkait gempa3.

Kerugian material4.

Sebaran poskopengungsian

5.Kebutuhan dan

distribusi logistik6.

Informasi dari pemerintah desa dan kecamatan

Informasi yang diwartakan oleh Primadona FM meliputi:

1.Jumlah korban

2.Cerita para penyintas

terkait gempa3.

Kerugian material4.

Sebaran poskopengungsian

5.Kebutuhan dan

distribusi logistik6.

Informasi dari pemerintah daerah maupun pusat terkait

bantuan7.

Informasi seputar kebutuhan penyintas penyandang

disabilitas

Page 34: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

34 Kombinasi 71 | 2018

utama

Jalin Merapi, Peran Media Komunitas dalam Konteks Bencana

Rekam jejak media komunitas dalam merespons bencana tidak hanya dilakukan oleh Speaker Kampung maupun Primadona FM melainkan oleh berbagai media komunitas di daerah lainnya di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah kolaborasi dari berbagai media komunitas yang terbentuk dalam Jaringan Informasi Lingkar (Jalin) Merapi. Jalin Merapi merupakan saluran informasi yang diperuntukkan sebagai respons dampak erupsi Merapi sejak tahun 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Jaringan tersebut awalnya bergerak dari jaringan antarpegiat radio komunitas di sekeliling Merapi yakni Lintas Merapi FM (Kemalang, Klaten), MMC FM (Selo, Boyolali) dan KFM (Dukun, Magelang).

Pada saat itu, masyarakat di lereng Merapi merasa tidak mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka dari media arus utama. Dilansir dari tulisan Elanto Wijoyono berjudul Menantang Bencana: Gerak Radio di Komunitas di Kaki Merapi dalam buku Mengudara Menjawab Ancaman terbitan Combine Resource Institution tahun 2009, sebagian besar masyarakat di sekitar lerang Merapi seperti di Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah berprofesi sebagai petani dan penambang pasir. Namun, tidak ada satu pun informasi dari media arus utama yang berkaitan dengan mata pencaharian maupun kondisi lingkungan hidup di wilayah yang mereka tempati saat itu.

Media arus utama memang beberapa kali menyiarkan informasi terkait Merapi. Namun, informasi tersebut tidak dilakukan secara rutin

Page 35: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

35Kombinasi 71 | 2018

utama

dan hanya berdasarkan momen tertentu, misalnya saat erupsi. Ketika Merapi dalam kondisi “tenang”, media arus utama cenderung abai dalam proses pemberitaannya. Padahal, informasi-informasi mengenai Merapi, baik ketika aktif maupun tenang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di sekitarnya.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa warga memerlukan media yang mampu mewadahi informasi yang terus-menerus terkait Merapi baik ketika gunung itu aktif maupun saat tenang. Ketika Merapi aktif, media tersebut akan mampu menjembatani informasi dan komunikasi antarwarga agar bisa berkoordinasi secara cepat. Dalam kondisi tenang, media tersebut bisa dikelola untuk mendukung tukar informasi yang memberdayakan warga, mulai dari pemberitaan tentang komoditi lokal hingga masalah kebijakan di tingkat lokal khususnya yang terkait dengan pengurangan risiko bencana erupsi Merapi.

Pada masa tanggap darurat Merapi di tahun 2010, jalinan informasi yang sudah dirintis Jalin Merapi menampakkan hasilnya. Jalin Merapi menjadi gerakan yang terbukti bisa menghubungkan warga terdampak di berbagai titik pengungsian dengan banyak pihak yang ingin menyalurkan bantuan.

Warga bekerja sama untuk mengelola informasi dengan sukarela. Tidak hanya warga lokal saja yang berdaya mengumpulkan dan menyampaikan informasi tetapi juga para relawan. Mereka terhubung melalui internet dan media sosial sehingga dapat bertukar informasi dengan lebih cepat.

Jalin Merapi menunjukkan bahwa pengorganisasian warga sejak pra-bencana menjadi

Page 36: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

36 Kombinasi 71 | 2018

utama

kunci penanganan pascabencana, khususnya di masa tanggap darurat. Teknologi informasi mendukung kerja-kerja yang dilakukan dalam gerakan tersebut sehingga bisa lebih cepat, real time, serta menjangkau banyak kalangan.

Menurut Zaki Habibi dalam tulisannya yang berjudul “Jalin Merapi: Ketika Kepekaan Sosial Bertemu Ketepatan Media,” yang diterbitkan di Majalah Kombinasi Edisi 35 Tahun 2010, ada dua hal yang menjadi kunci sukses kerja Jalin Merapi, yaitu (1) penggunaan medium yang beragam sinergi yang tepat, dan (2) berbasis komunitas dengan melibatkan pelaku-pelaku yang banyak, beragam, dalam cakupan luas, dan tidak terbatasi oleh sekat-sekat sosial.

Bermula dari:

2006 Tiga radio komunitas yakni Lintas Merapi FM (di Kemalang, Klaten), MMC FM (di Selo, Boyolali) dan KFM (di Dukun, Magelang) bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang menaruh perhatian pada isu informasi dan komunikasi di lingkar Merapi sepakat untuk mengelola informasi perkembangan Gunung Merapi dan dinamika masyarakat di sekitarnya. Informasi yang didapat berasal dari warga untuk warga itu sendiri.

2010 Dua radio komunitas menyusul bergabung yakni Lahara FM (Salam, Magelang) dan Gema Merapi FM (Sangkringan, Sleman).

2011 Rakom Gema Swara FM (Srumbung, Magelang), Gemi Nastiti FM (Musuk, Boyolali) dan Merapi FM (Musuk, Boyolali) juga bergabung.

2018 Hingga kini, terdapat total delapan radio komunitas di lereng merapi di DIY dan Jateng yang membangun Jalin Merapi.

Page 37: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

37Kombinasi 71 | 2018

utama

Medium atau platform yang digunakan: website, situs jejaring sosial Twitter dan Facebook,

SMS Gateway, radio komunikasi, telepon, posko informasi di lapangan dan

beragam kegiatan tatap muka di lapangan.

Informasi di Jalin Merapi terbentuk olehkerelawanan warga sekitar

Informasi berasal dari dan oleh masyarakat itu sendiri

Informasi berupa perkembangan Gunung Merapi dan dinamika masyarakat di sekitarnya.

Terdapat lima tema utama yang dikembangkan dalam situs Jalin Merapi (jalinmerapi.net)

yaitu ekonomi lokal, lingkungan hidup, budaya lokal, pariwisata, dan penganggulangan bencana.

Page 38: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

38 Kombinasi 71 | 2018

media

Cara Media Komunitas Menangkal Terorismeo l e h F e r d h i F . P u t r aKoordinator Suara Warga Combine Resource Institution

Page 39: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

39Kombinasi 71 | 2018

media

“Udah, nyalain musik musik-musik sholawatan aja kalo enggak ada penyiar. Yang penting radio itu enggak masuk wilayah kita.”

Best FM adalah radio komunitas yang berdiri di tengah komunitas santri, tepatnya di Buntet Pesantren, Kabupaten Cirebon. Rakom ini diinisiasi pada tahun 2008 oleh

para santri setempat. Meski dari dan oleh santri, rakom ini tidak eksklusif, sebab warga sekitar yang tinggal bedampingan dan menyatu dengan pesantren juga turut menerima manfaatnya. Salah satu yang menarik adalah tidak sekadar menjadi media hiburan dan pendidikan bagi santri dan warga, Best FM juga mengampanyekan nilai-nilai Islam yang moderat dan dengan cara itu mereka menangkal paham-paham ekstrim.

“Sesuai dengan semangat awal berdirinya, Best FM merupakan radio benteng bagi masyarakat pendengar agar terhindar dari radio yang cenderung menyiarkan konten provokatif namun mengatasnamakan radio dakwah,” ujar Ahmad Rofahan, salah seorang pegiat Best FM.

Kalimat pembuka tulisan ini adalah seruan kyai di Buntet Pesantren Cirebon tatkala menanggapi keberadaan radio yang mengampanyekan paham Islam ekstrim dan intoleran. Meski cuma satu, keberadaan radio macam itu nyatanya cukup meresahkan. Saat Best FM tidak mengudara, santri dan warga rentan terpapar paham intoleran berbalut dakwah. Di tengah keterbatasan sumber daya dan adanya ancaman intoleransi cukup masif lewat radio, salah satu kyai di Buntet menyarankan agar radio harus terus hidup, ada atau tidak ada penyiar.

Page 40: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

40 Kombinasi 71 | 2018

media

Karena hanya dengan cara itulah, penyebaran paham-paham ekstrim bisa ditangkal.

“Beberapa kali secara rutin kami menggelar talkshow dan dialog bersama kyai muda, temanya umum dan bermuatan wacana sosial,” kata Rofahan, seperti dikutip NU Online. Selain melalui radio, para pegiat Best FM juga memanfaatkan internet—situs web dan media sosial—untuk menyiarkan ajaran Islam damai.

Di belahan dunia lain, pada 2016, di Peterborough, Inggris, sebuah komunitas muslim mendirikan radio komunitas bernama Radio Salaam. Radio ini didirikan untuk menangkal stereotip negatif terhadap Islam pascamerebaknya kasus terorisme. Mereka menyiarkan ajaran Islam yang cinta damai untuk mengubah persepsi publik terhadap Islam. Mereka bahkan menggelar pertemuan dengan mengundang pimpinan English Defence League—organisasi sayap kanan anti-Islam, yang notabene ‘musuh’ mereka—untuk berdialog.

“Kami rasa penting untuk mengoreksi banyak ketidakakuratan [argumen] mereka. Kami anti-ekstrimisme, entah itu kelompok kanan jauh (far-right) atau relijius,” kata Amir Sulaeman, salah satu relawan Radio Komunitas Salaam.

“Tidak mudah melakukan ini, sama sekali tidak mudah. Tapi ini adalah hal yang dapat kami lakukan: ada alasan kenapa kami memilih media komunitas—menggunakannya sebagai alat untuk meruntuhkan sekat antarkelompok dengan berbagai latar belakang, baik itu keyakinan, gender, maupun seksualitas. Radio Salaam, sejak awal, konsisten melaporkan berbagai peristiwa dan

Page 41: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

41Kombinasi 71 | 2018

media

menolak ujaran kebencian,” ujarnya.

Kepada The Guardian, Amir mengaku dalam waktu cukup singkat geraknya bersama Radio Salaam membuahkan hasil. “Radio Salaam, dalam kurang dari dua tahun, telah menjadi suara komunitas yang diakui. Tanpa ini, […] kami akan sulit mengatasi isu yang sebetulnya berdampak besar terhadap komunitas. Dengan platform yang netral, kami dapat menyebarkan ajaran Islam sesungguhnya yang cinta damai. Kami melayani komunitas sebagaimana radio komunitas seharusnya,” papar Amir.

Dua kisah di atas adalah segelintir dari sekian banyak pengalaman warga dengan medianya yang berusaha meruntuhkan stereotip maupun menangkal ancaman diskriminasi. Tidak cuma persepsi publik, media komunitas juga menjadi saluran warga minoritas/terdiskriminasi untuk membantah stereotip-stereotip yang dijajakan oleh media arus utama. Pengalaman macam ini tentu tidak hanya menimpa kalangan Muslim saja, ada banyak komunitas marjinal yang memilih melawan dengan membuat media dan memproduksi informasinya sendiri.

Dalam kasus Best FM dan Salaam, media komunitas tidak hanya meresonansi wacana tandingan terhadap ekstrimisme dan terorisme, melainkan juga menjadi penangkal di garda terdepan. Boleh dibilang, ini merupakan wujud ‘aksi langsung’ warga untuk melawan arus ekstrimisme.

***

Dalam Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution (2017),

Page 42: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

42 Kombinasi 71 | 2018

media

Ross Tapsell berpendapat bahwa teknologi digital membawa Indonesia ke dua kutub yang berlawanan. Pertama, digitalisasi memungkinkan para oligarki untuk menguasai media arus utama dan mendorong sentralisasi struktur kekuasaan di ranah politik dan media. Kedua, munculnya gerakan warga yang memanfaatkan platform media digital untuk tujuan aktivisme dan pembebasan, serta membuka peluang warga untuk menantang dominasi kekuasaan elite melalui pemanfaatan media digital yang efektif.

Pada tahun 2002 ketika UU Penyiaran disahkan—namun teknologi digital belum semasif saat ini—industri media mulai bertransformasi dari yang sangat tertutup di era Orde Baru, menjadi sangat terbuka. Informasi tidak lagi dikuasai dan diawasi oleh negara, namun juga oleh swasta dan warga biasa. Akan tetapi seiring waktu, alih-alih menjadi representasi suara publik, media malah dimonopoli oleh para pemilik modal. Penelitian Centre for Innovation Policy and Governance (2012) mengungkap hanya 12 grup media yang menguasai hampir seluruh jaringan media di Indonesia. Beberapa di antaranya berafiliasi dengan kelompok politik tertentu dan menjadi corong kepentingan politik pemiliknya. Bahkan kini, di tengah proses revisi UU Penyiaran, perusahaan media masih ngotot mengajukan model penyiaran multi mux agar dapat menguasai pengelolaan kanal siar.

Bagaimana dengan nasib warga? Dalam UU Penyiaran warga memang mendapat ruangnya, meski sangat sempit. Entitas warga yang dalam regulasi diwakili oleh istilah ‘komunitas’ (lembaga penyiaran komunitas; Pasal 21 UU Penyiaran), tidak

Page 43: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

43Kombinasi 71 | 2018

media

dapat berbuat banyak. Radio komunitas—dan sedikit televisi komunitas—yang dikelola warga memang tumbuh bak jamur di musim hujan, tapi sebagian besar terhambat karena kesulitan memenuhi prasyarat, terutama soal pembiayaan.

Sekira satu dekade kemudian, gegar internet terjadi—internet sudah muncul sejak akhir ‘90an di Indonesia, namun baru dapat diakses hampir seluruh warga, di desa maupun di kota, pada tahun-tahun setelah 2010. Teknologi digital, seperti kata Tapsell, semakin membuka peluang warga untuk terlibat dalam dinamika arus informasi, termasuk menjadi produsen informasi yang selama ini dimonopoli oleh perusahaan media. Keterbukaan akses terhadap tekonologi informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok warga membangun medianya sendiri. Salah satu tujuan utamanya tidak lain adalah untuk menampung suara-suara marjinal yang selama ini jarang/tidak pernah diakomodasi oleh media arus utama. Dengan cara inilah warga, dalam bahasa Tapsell, “menantang dominasi kekuasaan elite”.

Meski inisiatif media komunitas atau media warga tumbuh subur, dukungan akan eksistensi mereka tidak serta merta datang, terutama dari pemerintah dan publik yang belum memahami perbedaan antara media yang dipahami umum (arus utama) dengan media komunitas.

Dalam fenomena hoax dan terorisme, misalnya, media komunitas tidak jarang kena getahnya. Statusnya sebagai media “tidak resmi”, membuat media komunitas kerap disejajarkan dengan media abal-abal yang memuat hasutan dan ujaran kebencian. Kehadiran media abal-abal memang tak bisa dielakkan. Sejumlah kelompok yang mendaku

Page 44: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

44 Kombinasi 71 | 2018

media

mewakili ‘komunitas muslim’ pun membuat media dengan muatan-muatan hasutan dan kebencian. Rofahan, santri yang juga pegiat media komunitas, menyaksikan sendiri bagaimana di daerahnya, radio dakwah intoleran melabeli dirinya sebagai media komunitas. “Yang sangat disayangkan, radio dakwah yang provokatif itu berlindung dengan mengatasnamakan sebagai radio komunitas,” katanya.

Di zaman ketika setiap orang bisa membuat situs web sendiri, pendikotomian seperti yang diutarakan Tapsell—media korporasi dan media warga—ternyata tidak cukup. Media bisa digunakan oleh kelompok kepentingan yang mengatasnamakan warga demi mendapatkan keuntungan ekonomi dan politik.

Dalam situasi ini, media komunitas menjadi anomali. Media komunitas tidak bisa ditempatkan dalam kerangka pikir industri media, yang segala infrastruktur legal formalnya diatur dalam kerangka hukum yang ketat. Media komunitas memiliki ciri yang membuat mereka berbeda dari media arus utama, yang merentang dari soal keanggotaan yang inklusif hingga jadwal operasional yang cair. Di sisi lain, media komunitas juga bukan media abal-abal yang dibentuk untuk kepentingan kelompok politik tertentu (tapi bukan berarti media komunitas tidak punya kepentingan politik. Politik media komunitas adalah politik warga). Media komunitas adalah anak kandung kebebasan berekspresi. Ia merupakan manifestasi upaya warga untuk mengintervensi kultur media dominan dengan komitmen mendorong demokratisiasi struktur, bentuk, dan praktik bermedia (Howley, 2005) dengan menjunjung nilai kemanusiaan dan keadilan. Inilah yang membedakan media

Page 45: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

45Kombinasi 71 | 2018

media

komunitas dengan media abal-abal.

Kebijakan sertifikasi media oleh Dewan Pers belakangan, misalnya, cenderung mengerdilkan media komunitas. Anggota Dewan Pers yang juga Ketua Harian Serikat Perusahaan Media (SPS), Ahmad Djauhar, pernah mengatakan bahwa, adalah langkah tepat menyaring perusahaan media di tengah maraknya peredaran berita hoax oleh media abal-abal. Meski tidak ditujukan kepada media komunitas, label ‘perusahaan media’ membuat media komunitas dengan sendirinya tersingkir dari klasifikasi media yang layak simak. Padahal, media komunitas tidak masuk dalam spektrum yang terlalu disimplifikasi dalam kebijakan tersebut; media komunitas bukan perusahaan, dan media komunitas bukan media abal-abal karena memiliki cita-cita menciptakan kultur media—serta merta tatanan masyarakat—yang lebih baik.

Pada akhirnya, seruan untuk memerangi hoax dan ujaran kebencian ditumpukan kembali kepada media arus utama. Padahal dalam konteks ini, media arus utama juga bukan tanpa kritik. Selain kerap bias dalam memberitakan kelompok minoritas—baca misal, bagaimana media membingkai keluarga kulit hitam Amerika secara rasis—media arus utama juga terkadang, sadar atau tidak, melanggengkan terorisme. Sementara itu, media komunitas dengan keterbatasan dan beban stigma, melakukan aksi langsung menangkal terorisme dengan caranya sendiri.

Bahan bacaan

Birowo, Mario Antonius. Saraswati, Idha. Nuswantoro, Ranggabumi. Putra, Ferdhi Fachrudin. 2016. Pergulatan Media Komunitas di Tengah Arus Media Baru: Studi Kasus Lima Media Komunitas di Indonesia. Yogyakarta: Combine Resource Institution

Howley, Kevin. 2005. Community Media: People, Places, and Communication Technology. Cambridge: Cambridge University Press.

Tapsell, Ross. 2017. Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution. London: Rowman & Littlefield International Ltd.

Page 46: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

46 Kombinasi 71 | 2018

media

Multitude : Menumbuhkan Asa pada Media Akar Rumput

o l e h F e r d h i F . P u t r aKoordinator Suara Warga Combine Resource Institution

Page 47: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

47Kombinasi 71 | 2018

media

Beberapa waktu lalu beredar kabar bahwa lembaga studi dan pemantauan media, Remotivi, terancam tutup karena isu finansial. Saya mendapati informasi

tersebut di lini masa media sosial. Beberapa kenalan di media sosial kemudian membagikan tautan donasi untuk mendukung keberlangsungan aktivitas kawan-kawan di Remotivi. Sebelum itu, pada 10 April 2018, Rapotivi, salah satu lini advokasi Remotivi, dinyatakan berhenti beroperasi karena problem yang sama. Kabar terakhir saat tulisan ini disusun, Remotivi berhasil memperpanjang napasnya berkat dukungan publik, meski dana yang diperoleh belum memenuhi target penggalangan dana.

Tak lama berselang, muncul kabar lain: Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers terancam gulung tikar. LBH Pers adalah kelompok yang memberi bantuan cuma-cuma kepada jurnalis, pekerja media, blogger, dan masyarakat umum yang tersangkut perkara hukum khusus di bidang media dan kebebasan berekspresi. Isu yang dihadapi LBH Pers sama yakni kondisi keuangan yang mulai seret, sebab donor—yang selama ini menjadi sumber pendanaan LBH Pers—mengalihkan hibah ke bidang lain. Ade Wahyudin, staf divisi riset dan jaringan LBH Pers, seperti dikutip The Jakarta Post, mengatakan penyandang dana menganggap kebebasan berekspresi di Indonesia sudah jauh lebih baik.

Page 48: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

48 Kombinasi 71 | 2018

media

Jika dilihat secara statistik, tingkat kebebasan berekspresi di Indonesia memang lebih baik dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara. Dalam World Press Freedom Index 2018, Indonesia berada di peringkat 124 dari 180 negara. Indonesia tidak lebih baik dari Timor Leste (95), namun unggul atas negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina (133), Myanmar (137), Thailand (140), Malaysia (145), Singapura (151), atau Vietnam (175). Saya kira cukup jelas mengapa Indonesia tampak lebih baik dalam soalan ini. Tapi masih menurut World Press Freedom Index 2018, kebebasan pers di Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo masih memprihatinkan. Mengutip keterangan Reporters Without Borders, “His presidency continues to be marked by serious media freedom violations, including drastically restricting media access to the Papua and West Papua provinces (the Indonesian half of the island of New Guinea), where violence against local journalists continues to grow. Foreign journalists and local fixers are liable to be arrested and prosecuted if they try to document the Indonesian military’s abuses there.” Faktor ini lah yang memerahkan rapor Indonesia.

Kembali ke persoalan utama. Dua kasus tersebut, pengalaman Remotivi dan LBH Pers, mengingatkan kita betapa rentannya perjuangan dan gerakan masyarakat sipil, terutama dalam urusan media dan pers secara khusus, dan kebebasan berekspresi secara umum. Bagaimana seharusnya kita menanggapi, bersikap, dan bertindak? Cukupkah dengan penggalangan dana? Haruskah kita menunggu ada organisasi prodemokrasi terancam bubar baru kita bereaksi? Saya pikir tidak. Analoginya kira-kira seperti ini: ketimpangan sosial tidak dapat diselesaikan dengan kegiatan

Page 49: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

49Kombinasi 71 | 2018

media

filantropi bagi-bagi sembako, melainkan dengan membongkar dan membenahi pondasi, yang tidak lain adalah sistem yang memungkinkan pengisapan itu terjadi dan menyebabkan ketimpangan.

Tentu saja harus ada pihak-pihak yang melakukan kerja-kerja laiknya Remotivi dan LBH Pers. Sejak 2010, literasi media yang dilakukan Remotivi telah banyak memengaruhi kesadaran publik untuk lebih kritis terhadap media. Mengutip Dandhy Laksono di laman dukungan untuk Remotivi yang diprakarsainya, “Sebab, pembaca atau penonton yang kritis, tak akan mudah jadi objek bulan-bulanan media.” Pun begitu dengan LBH Pers. Sejak 2003, tidak terhitung banyaknya jurnalis, pekerja media, blogger maupun masyarakat umum yang memperoleh manfaat dari keberadaan lembaga ini.

Upaya-upaya tersebut terkadang mentok bukan karena lawan yang kelewat tangguh, tapi karena kita kekurangan daya tahan, baik secara energi maupun finansial. Hal ini terjadi pada banyak gerakan sosial. Maka, agar perjuangan ini tidak tandas digerogoti usia serta kian terkurasnya energi dan sumber daya, kita perlu melangkah lebih jauh. Usaha menyehatkan media, penyiaran, kebebasan berekspresi, dan kelindan di antaranya tidak cukup digantungkan pada segelintir pihak. Bukan barisan pelopor yang bertanggung jawab untuk menjaga publik agar tetap sehat dan waras dari ancaman media—dan negara, melainkan publik itu sendiri.

Meruntuhkan Tirani Media

Saya teringat sebuah potongan dialog antara aparat dan demonstran dalam sebuah video dokumenter tentang Peristiwa 1998. Kepada kerumunan mahasiswa si aparat berkata, “Apa

Page 50: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

50 Kombinasi 71 | 2018

media

berbondong-bondong begini demokratis? […] ‘kan sudah ada perwakilan Anda!” Bertahun-tahun kemudian, dalam banyak demonstrasi, saya kerap mendapati kalimat serupa keluar dari mulut aparat yang ditugasi untuk mengawasi—bukan mengamankan—demonstrasi. Itu adalah cara yang jamak dilakukan aparat untuk memastikan massa tidak akan membuat kerusuhan atau kekerasan. Pada momen seperti itu, kita akan dengan mudah menangkap pesan persuasif aparat yang seolah ingin berkata, “Tidak perlu berdemonstrasi, apalagi dengan kekerasan. Sampaikan saja aspirasi ke perwakilan Anda dan masalah akan selesai.” Sistem demokrasi perwakilan yang diterapkan di Indonesia memang dirancang untuk itu. Secara banal, keberadaan institusi eksekutif, legislatif, dan yudikatif dapat menjadi penanda bahwa negara ini demokratis. Namun secara substansial, keberadaan simbol-simbol demokrasi itu nyatanya tidak serta-merta mampu menyelesaikan persoalan publik. Ketika pipa-pipa aspirasi tersebut mampet—karena dikuasai oleh kepentingan ekonomi-politik kalangan elite, publik akhirnya lebih memilih untuk menempuh jalur ekstraparlementer. Demikian juga yang terjadi di ranah media dan isu kebebasan berekspresi.

Saat ini kita sedang berhadapan dengan tirani industri media. Meski konon otoritarianisme sudah tumbang dua puluh tahun lalu, nyatanya kita justru dihadapkan dengan kekuasaan yang lebih congkak dan ilusif. Alih-alih terdeliberasi, media justru mandeg di jaring segelintir mogul media. Negara yang mestinya menjamin distribusi kuasa informasi secara merata, malah berkolaborasi dengan korporasi untuk menangguk untung. Sebagai contoh, pada 2016 silam Dewan Perwakilan Rakyat

Page 51: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

51Kombinasi 71 | 2018

media

(DPR) adalah pihak yang paling getol mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar segera mengeluarkan perpanjangan izin bagi 10 stasiun televisi swasta tanpa merasa perlu ada perbaikan terhadapnya. Padahal publik menjadikan momen tersebut untuk mendorong perbaikan kualitas tayangan televisi.

Saluran-saluran aspirasi seperti DPR dan KPI bisa jadi merupakan perwujudan ilusi demokrasi. Survei Alvara Research Center untuk periode April – Mei 2018 mengungkap 51,8% publik tidak puas dengan kinerja DPR—urutan ke-12 dari 12 lembaga yang disurveikan kepada publik. Sementara survei Remotivi pada 2015 menunjukkan 94% publik tidak puas terhadap kinerja KPI (periode 2013-2016) dengan menyoroti masih banyaknya tayangan bermasalah, lemahnya penegakan aturan, dan lemahnya instrumen aturan dan sanksi. Dalam hal ini, tentu KPI mesti kita posisikan secara berbeda. Jika bukan karena regulasi yang membatasi kewenangan KPI sekadar mengawasi isi siaran dan memberi rekomendasi, mungkin KPI bisa bekerja lebih baik. Mungkin saja, ‘kan? Namun sebetulnya, survei-survei ini bisa kita jadikan ukuran derajat kemanfaatan kedua lembaga itu bagi publik, khususnya di bidang media dan penyiaran.

Kita tengah hidup di zaman plutokrasi, kala di mana para elite negara berkongsi dengan para pemilik modal—bahkan di beberapa kasus keduanya menjelma dalam tubuh orang/kelompok yang sama!—untuk kepentingan diri/kelompoknya.

Saat Rapotivi dinyatakan berhenti beroperasi lewat siaran pers yang ditulis Muhamad Heychael, Direktur Remotivi saat itu, terselip pernyataan yang menurut saya menarik :

Page 52: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

52 Kombinasi 71 | 2018

media

“Sejak 2015 Rapotivi telah meneruskan 1.334 aduan pengguna ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Namun, hingga kini hanya 20% saja dari aduan tersebut ditindaklanjuti oleh KPI. Ada banyak alasan yang selama ini diberikan oleh KPI. Kami rangkum alasan tersebut menjadi dua hal, yakni banyak aduan dianggap KPI sebagai bukan bentuk pelanggaran dan KPI lebih suka mengedepankan “pembinaan” ketimbang sanksi. “Pembinaan” yang dimaksud KPI adalah duduk bersama industri televisi menjelaskan kekurangan tayangan yang mereka produksi sambil berharap pelaku industri televisi berbenah. Tentu, dalam berbagai pertemuan antara Rapotivi dengan KPI kami sudah berkali kami menyampaikan ketidaksetujuan kami. Dalam benak kami, sanksi adalah keharusan, karena merupakan bagian penegakan hukum. Sementara “pembinaan” sesuatu yang bisa dilakukan bersamaan dengan jatuhnya sanksi. Sehingga tidaklah masuk akal pembinaan menggantikan sanksi.

Namun, sepertinya KPI terus berpegang pada putusannya. Hasilnya, banyak aduan tidak mampu berbuah perubahan berarti. Kendati demikian, bukan berarti kami berhenti berusaha. Inisiatif lain juga pernah kami ambil, misal, bekerja sama dengan aplikasi LAPOR yang dimiliki oleh Kantor Staf Kepresidenan. Harapannya dengan kerja sama ini, pemerintah bisa turut mendorong KPI bekerja lebih maksimal. Namun, satu tahun berjalan, kerja sama ini tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Page 53: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

53Kombinasi 71 | 2018

media

Tiga tahun berjalan, kami pun sampai pada simpulan bahwa Rapotivi tidak lagi efektif menjadi alat untuk menyalurkan aspirasi warga atas tayangan televisi. Singkat kata, sejak akhir tahun lalu kami sudah mulai merasa buntu untuk terus menjaga kepercayaan Anda semua.”

Perjuangan melalui Rapotivi berakhir bukan semata karena ketiadaan biaya. Lebih dari itu, Rapotivi berakhir karena tidak ada lagi yang bisa diandalkan dari institusi-insitusi yang memiliki kewenangan. Pada akhirnya saya berkesimpulan, adalah sesuatu yang musykil membongkar tirani media saat ini dengan segala saluran yang disediakan negara—dan disetir korporasi. Pertanyaan yang muncul kemudian: haruskah kita menerima nasib ini?

Rentannya Perjuangan Kita dan Cara Menyiasatinya

But where, then, has the sovereign people gone? It is lost in the mist of Empire, voided by the corruption of

representation. Only the multitude is left.

– Antonio Negri, Negri on Negri

Bagi saya, Remotivi dan LBH Pers telah melakukan ihwal yang sangat penting, aspek yang sangat fundamental dalam rangka mendorong demokratisasi dunia media, penyiaran, dan kebebasan berekspresi. Sebagai lembaga studi dan pemantau media, Remotivi telah berhasil menumbuhkan kesadaran publik dengan membongkar praktik bermutu rendah media-media di Indonesia. Pada beberapa kasus, Remotivi bahkan berhasil memicu perubahan yang seolah sepele namun penting. Misal, perubahan terkait

Page 54: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

54 Kombinasi 71 | 2018

media

program televisi Primitive Runaway dan iklan “susu kental manis”. Sementara itu LBH Pers tidak cuma melakukan advokasi, mereka pun melakukan literasi dan edukasi kepada publik perihal kebebasan berekspresi. Namun, seperti dibahas di awal tulisan ini, perjuangan kerap terhambat karena soalan finansial. Bagaimana pun kita memang tidak bisa abai pada soalan itu. Konsep pendanaan khalayak (crowdfunding) yang di negara-negara dengan perekonomian lebih mapan jamak dilakukan mungkin bisa dicoba—Remotivi dan LBH Pers sedang melakukannya, salah satunya lewat situs penggalangan dana. Akan tetapi saya sendiri masih ragu atas aspek keberlanjutannya mengingat cara itu masih asing bagi kebanyakan warga masyarakat kita.

Strategi lainnya, seperti yang saya singgung sebelumnya, adalah mulai mereduksi kepeloporan dan menyebar daya lawan ke subyek utama dalam gerakan ini, yang tidak lain adalah publik itu sendiri. Dalam pernyataan di laman penggalangan dana KitaBisa, kawan-kawan Remotivi menulis, “Dari kasus ini kami belajar, bahwa suara publik yang kuat dan terorganisir punya dampak dalam memengaruhi kerja media.” Dalam hal ini, saya tidak bisa untuk tidak sepakat.

Tentu kita tidak membayangkan publik menjadi aktor pasif, apalagi menjadi obyek dalam isu kebebasan berekspresi. Publik tidak cukup hanya dilibatkan pada sesi penggalangan dana untuk keberlangsungan gerakan ini—saya juga menyayangkan masih banyak orang yang menumpukan perubahan pada pundak satu-dua orang. Dalam isu ini, posisi publik sebagai subyek perlu direvitalisasi. Publik harus didorong untuk memegang kendali informasi; tidak sebatas bebas

Page 55: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

55Kombinasi 71 | 2018

media

memilih kanal siaran atau mengkritik praktik media, tapi juga bebas untuk mencari, membuat, dan menyebarkan informasinya sendiri yang relevan bagi mereka. Ketika daya lawan sudah menyebar, saat itulah kepeloporan memudar dan muncul elemen baru yang disebut Multitude.

Multitude yang dimaksud adalah gagasan yang digunakan oleh Michael Hardt dan Antonio Negri sebagai antitesis Kekuasaan (Empire). Secara sederhana Multitude merupakan konsep pengorganisasian politik yang berpondasi pada keberagaman dan bergerak melalui jaringan. Akademisi Princeton University, Anne-Marie Slaughter dan Thomas N. Hale, menjelaskan secara cukup ringkas: “Multitude bukanlah ‘gerombolan orang’, melainkan sekumpulan orang yang bergerak dalam keselarasan jaringan. Berkat keragamannya serta “perbedaan internal yang tak terhingga”, multitude mengandung gen demokrasi sejati. Di saat yang bersamaan, kemampuan multitude dalam berkomunikasi dan berkolaborasi memungkinkannya menghasilkan himpunan pengetahuan dan gagasan-gagasan (‘bersama’) yang dapat berfungsi sebagai platform untuk perlawanan demokratis terhadap Kekuasaan (Empire).”

Konsep multitude yang diajukan Hart dan Negri memang melingkupi gerakan yang lebih luas, lebih dari sekadar urusan media, penyiaran, dan kebebasan berekspresi. Namun ide tersebut bukan tidak mungkin diadopsi dalam lingkup yang lebih kecil. Salah satu wujud multitude yang bisa saya bayangkan adalah media akar rumput atau media komunitas, atau bisa juga media warga. Kita bisa diskusikan panjang lebar mengenai definisi dan

Page 56: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

56 Kombinasi 71 | 2018

media

pemaknaan media komunitas, tapi tidak dalam tulisan ini. Yang ingin saya singgung adalah karakter multitude yang ada dalam media komunitas; bagaimana media komunitas bisa dijadikan, meminjam Hardt dan Negri, “proyek multitude” dalam usaha memperbesar kemungkinan menjadikan kembali media sebagai ruang publik. Karena seperti kutipan Negri yang membuka bagian ini, “hanya multitude yang tersisa.”

Media warga—terma yang digunakan oleh Clemencia Rodriguez untuk menyebut media komunitas—merupakan wujud ekspresi sosiokultural komunitas warga yang mengelolanya. Oleh karena itu, media komunitas dapat dipastikan memiliki keunikan tersendiri, baik secara isi maupun pengelolaan. Misal, media komunitas berbasis lingkup geografis tertentu akan lebih banyak meliput-melaporkan peristiwa yang terjadi di daerahnya; media komunitas berbasis isu, seperti komunitas masyarakat adat, akan membesarkan porsi isu adat, baik demi kepentingan advokasi maupun pelestarian budaya. Dengan kata lain, media komunitas merupakan subyek unik. Ia berkebalikan dengan karakter media massa atau arus utama yang memiliki kecenderungan seragam—dan menyeragamkan—karena berorientasi profit. Dengan kata lain, media komunitas adalah sebentuk budaya tanding (counter-culture) atas praktik media massa.

Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu bahwa di Indonesia terdapat ratusan bahkan ribuan media komunitas dengan berbagai varian platform. Mulai dari media cetak—yang jumlahnya sudah sangat sedikit bahkan hampir punah, radio, televisi, hingga media daring—yang jumlahnya sangat banyak.

Page 57: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

57Kombinasi 71 | 2018

media

Upaya-upaya yang mereka lakukan mungkin jarang kita dengar, tapi bagi komunitasnya, publik yang menjadi tempat mereka bernaung, kontribusi media komunitas mungkin sudah tak ternilai besarnya.

Dengan jumlah yang begitu besar, media komunitas, sebagai subyek aktif, berpotensi menjadi penantang kuasa industri media yang telanjur pongah. Mereka lah daud yang akan menggugat goliat industri media. Melalui media komunitas-media komunitas itu, yang bekerja secara berjejaring dengan keunikannya masing-masing, semestinya demokratisasi media dapat dirintis. Mengutip Hardt dan Negri, “The multitude is composed of a set of singularities—and by singularity here we mean a social subject whose difference cannot be reduced to sameness. A difference that remains different.” Dan jelas, bukan persatuan media komunitas atau kehadiran partai media komunitas yang dibayangkan.

Bila Negri berpendapat bahwa tidak ada yang tersisa di bawah cengkeraman kekuasaan kecuali multitude, maka (mungkin) tidak ada yang tersisa dan dapat diandalkan untuk menjungkalkan tirani industri media—khususnya di Indonesia—kecuali media komunitas. Oleh karenanya, pekerjaan rumah (PR) kita ke depan, selain literasi media dan advokasi yang tetap perlu dilakukan, adalah mendorong—dan memicu—eksistensi media komunitas di segala penjuru negeri.

Tentu saja saya paham betul ini tidak mudah. Bertahun-tahun berinteraksi dengan warga dan pengelola media komunitas, saya mendapati masih ada banyak PR yang harus dikerjakan. Misal, memahamkan mengenai kedaulatan

Page 58: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

58 Kombinasi 71 | 2018

media

informasi kepada warga dengan latar pendidikan dan pengetahuan yang beragam, bagaimana seharusnya media menjadi ruang publik, hingga ke teknis jurnalistik yang mesti dikuasai oleh warga agar tidak terjebak pada praktik fitnah dan hoax. Tapi, bila kita percaya bahwa publik/warga lah penggerak utama agenda perubahan ini, maka mengembalikan motor gerakan ke tangan mereka adalah cara yang mesti ditempuh, sesukar apa pun.

Dan satu lagi catatan. Kendati media massa adalah yang tergugat dalam konteks ini, tidak berarti seluruh elemennya patut diabaikan. Ada banyak pekerja media dan jurnalis yang memiliki idealisme dan harapan serupa untuk urusan ini. Sebagaimana media komunitas, mereka adalah multitude; orang-orang yang ingin dunia media dan penyiaran kita lebih sehat dan demokratis.

Bacaan lanjut

Hardt, Michael and Negri, Antonio. 2004. Multitude: War and Democracy in the Age of Empire. New York: The Penguin Press.

Negri, Antonio. 2003. Negri on Negri: in conversation with Anne Dufourmentelle. New York: Routledge.

Page 59: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

59Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

33 Desa di Kabupaten Lombok Utara Ikuti Sekolah SID

L O M B O K U T A R A

Oleh: MaryaniStaf Pengelolaan Pengetahuan Combine Resource Institution

Combine Resource Institution (CRI) kembali menggelar Sekolah Sistem Informasi Desa atau Sekolah SID. Kegiatan yang diadakan pada 31 Juli - 3 Agustus 2018 tersebut

diikuti oleh perwakilan dari seluruh desa di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Dua hari sebelum Sekolah SID digelar, tepatnya pada 29 Juli 2018, sejumlah wilayah di Kabupaten Lombok Utara diguncang gempa berkekuatan 6,4 magnitude. Meski demikian, seluruh perwakilan dari 33 desa tetap hadir mengikuti Sekolah SID yang diselenggarakan di Wisma MM UGM Yogyakarta tersebut. Selain perwakilan desa yang terdiri dari perangkat desa dan operator SID, kegiatan itu juga diikuti oleh perwakilan dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat (DP2KBPMD) dan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Lombok Utara.

Dalam Sekolah SID kali ini, para peserta diajak untuk mengevaluasi penerapan SID di desa masing-masing. Dari situ, peserta kemudian didorong untuk meningkatkan kapasitasnya supaya bisa mengoptimalkan pengelolaan data serta informasi di desa melalui SID.

Hingga 2018, inisiatif pengembangan dan pemanfaatan SID di Kabupaten Lombok Utara sudah memasuki tahun keempat. Itu berarti, seluruh desa

Page 60: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

60 Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

di kabupaten ini telah mengikuti pelatihan SID dan menerapkannya. Pengembangan dan pemanfaatan SID di Kabupaten Lombok Utara diarahkan untuk memutakhirkan basis data terpadu yang akan dijadikan rujukan dalam program penanggulangan kemiskinan. Untuk menuju hal tersebut, meski desa-desa di wilayah ini telah mengikuti seri pelatihan SID sejak tahun 2015-2016, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara menilai bahwa keikutsertaan desa penerap SID dalam Sekolah SID ini tetap penting.

Materi yang diberikan dalam Sekolah SID selalu disesuaikan dengan kebutuhan peserta. Jika biasanya peserta Sekolah SID dibagi dalam dua kelas dengan materi yang berbeda, yakni kelas olah data dan kelas olah informasi, maka pola pembagian kelas pada Sekolah SID untuk desa-desa dari Kabupaten KLU kali ini sedikit berbeda. Seluruh peserta tetap dibagi dalam dua kelas, namun materi yang diberikan di dua kelas tersebut sama, yakni mengenai pengelolaan data dan informasi desa. Pelatihan di dalam kelas dilaksanakan secara intensif selama tiga hari, dilanjutkan dengan satu hari kunjungan belajar ke desa penerap SID, yaitu Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Melalui pola pembagian kelas tersebut, baik perangkat desa maupun operator SID di desa yang selama ini telah menerapkan SID diharapkan bisa memiliki pemahaman yang sama terkait pengelolaan dan pemanfaatan SID ke depan.

Page 61: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

61Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

Respons CRI terkait Gempa Lombok

L O M B O K

Oleh: Lamia Putri DamayantiStaf Komunikasi Combine Resource Institution

Sebagai salah satu respons terhadap gempa di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 29 Juli dan 05 Agustus 2018, Combine Resource Institution (CRI) mengirimkan Tim

Komunikasi dan Informasi untuk Situasi Darurat (Tikus Darat) ke Lombok. Dua tim yang dikirim tersebut bertugas melakukan asesmen terkait pola pengelolaan informasi dan data dalam penanganan bencana di Lombok.

Tim pertama berjumlah dua orang, yakni Idha Saraswati (Manajer Unit Pengelolaan Informasi Komunitas) dan Muhammad Amrun (Staf Pemanfaatan Sistem Informasi) berangkat pada 7 Agustus 2018. Adapun tim kedua, yakni Irman Ariadi (Staf Analis Regulasi) menyusul pada 11 Agustus 2018. Mereka bertugas mengumpulkan dan memetakan informasi terkait dengan situasi lapangan pascagempa untuk menentukan respons yang akan dilakukan CRI. “Hasil pemetaan ini berguna untuk merumuskan langkah CRI ke depan dalam membantu dan menangani dampak bencana bagi warga,” kata Imung Yuniardi, Direktur CRI pada Rabu, 08 Agustus 2018.

Respons CRI ini juga dilakukan karena Lombok, khususnya Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah kerja dari lembaga dan komunitas mitra CRI. Selain di Lombok, selama ini CRI sudah merespons

Page 62: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

62 Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

situasi bencana di sejumlah daerah lainnya antara lain di gempa Aceh, Yogyakarta, Nias, Padang dan Mentawai, erupsi Gunung Merapi, Sinabung dan Kelud serta longsor di Banjarnegara. “Kini kami merespons situasi bencana di Lombok, terutama terkait dengan pengelolaan informasi untuk menunjang proses penanganan pascagempa,” tambah Imung.

Secara garis besar, tim CRI menyepakati dua ranah dukungan yang bisa dijalankan oleh lembaga, yakni pengelolaan informasi oleh media komunitas dan pengelolaan data melalui pengoptimalan Sistem Informasi Desa (SID). Selain sesuai dengan fokus kerja CRI selama ini, dua ranah itu diambil karena arus informasi dan komunikasi pascagempa sempat lumpuh. Padahal, informasi dan komunikasi sangat diperlukan dalam upaya penanganan bencana.

Untuk ranah pertama, upaya tersebut dilakukan dengan meneruskan dukungan penguatan bagi media komunitas di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara dalam merespons bencana. Media komunitas yang berkoordinasi dan bekerja sama dengan CRI adalah Speaker Kampung (Lombok Timur) dan radio komunitas Primadona FM (Lombok Utara). CRI juga memastikan aksi media komunitas dalam penanggulangan bencana bersifat lebih strategis. Ranah ini difokuskan di wilayah Lombok Timur. Adapun di wilayah Lombok Utara, dukungan bagi media komunitas dilakukan dengan mendorong pegiat radio komunitas memaksimalkan pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan informasi dari dan untuk warga. Pilihan itu diambil karena pengoperasian radio komunitas dalam situasi tanggap darurat dipandang

Page 63: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

63Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

tidak memungkinkan akibat adanya sejumlah kendala teknis.

Adapun pada ranah kedua, upaya yang dilakukan adalah mendorong skema optimalisasi fungsi Sistem Informasi Desa (SID) dalam penanggulangan bencana. Ranah kedua ini dipandang potensial untuk diterapkan di wilayah Kabupaten Lombok Utara yang sudah menjalankan prakarsa SID. Meski demikian, menurut Irman Ariadi, upaya optimalisasi fungsi aplikasi SID dalam penanganan gempa masih mengalami kendala teknis berupa kerusakan server. Namun, seiring perbaikan server, pemanfaatan SID diharapkan bisa dioptimalkan. “Akibat kerusakan sistem, website SID mati sampai waktu yang tidak dapat ditentukan,” katanya.

Untuk mewadahi informasi terkait perkembangan situasi dan kondisi di Lombok pascagempa, CRI membuat website khusus “Jaringan Informasi Lingkar Lombok” atau Jalin Lombok di https://jalinlombok.combine.or.id/. Website yang dikelola selama masa tanggap darurat gempa Lombok ini memuat informasi mengenai berita terkini, data persebaran pengungsi, serta kontak dan simpul informasi di sejumlah titik terdampak di wilayah Lombok Utara dan Lombok Timur. Data yang terdapat dalam Jalin Lombok dihimpun dari warga, perangkat desa, pemerintah daerah, dan relawan. Selain itu, informasi juga dipasok oleh pegiat dari dua media komunitas, Radio Komunitas Primadona FM dan Speaker Kampung. Secara berkala, Tikus Darat memperbarui data-data tersebut dengan menghubungi beberapa pihak dalam simpul informasi. Informasi-informasi ini dapat digunakan oleh pelbagai pihak yang

Page 64: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

64 Kombinasi 71 | 2018

war ta CRI

berkepentingan guna mendukung proses penanganan situasi darurat di Lombok.

Kehadiran Jalin Lombok pada khususnya menjadi wadah arus informasi dari 33 desa di Kabupaten Lombok Utara ke dunia luar. Arus informasi ini biasanya diwadadi dalam website resmi masing-masing desa. Namun, akibat gempa, ke-33 website desa tersebut masih mati. Oleh karena itu, Jalin Lombok dipergunakan untuk menampung informasi dari berbagai desa di Lombok Utara, terutama terkait dengan kondisi pascagempa agar para penyintas bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat terkait dengan bantuan logistik hingga relawan.

Page 65: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang

Kombinasi (Komunitas Membangun Jaringan Informasi) adalah majalah yang diterbitkan Combine Resource Institution (CRI) sebagai media untuk menyebarkan gagasan, inspirasi, serta pengetahuan tentang pengelolaan informasi dan sumber daya berbasis komunitas. Majalah ini diterbitkan sebagai salah satu upaya mendorong warga untuk mengakses, mengelola, dan menyebarkan informasi agar menjadi mandiri dan berdaya. Edisi pertama Majalah Kombinasi terbit pada April 2001

Page 66: Media Komunitas Tanggap Bencana fileCara Media Komunitas Menangkal Terorisme Multitude: Menumbuhkan Asa pada ... Lembaga itu berencana memasang perangkat komunikasi di lokasi yang