DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian...

158
DALAM PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2018 MENANGKAL

Transcript of DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian...

Page 1: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

DALAM PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN2018

MENANGKAL

Page 2: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan
Page 3: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

MENANGKALRADIKALISME

DALAM PENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2018

Page 4: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

Menangkal Radikalisme dalam Pendidikan

Tim Penyusun : Drs. Philip Suprastowo, PU Unggul Sudrajat, SS Bakti Utama, MA Mikka Wildha Nurrochsyam, M.Hum. Untung Tri Rahmadi, S.Sos.

ISBN : 978-602-0792-06-4

Penyunting : Dr. Subijanto, M.Ed. Ir. Yendri Wirda, M.SiErni Hariyanti, S.Psi.

Penerbit : Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Redaksi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai 19 Jalan Jenderal Sudirman-Senayan, Jakarta 10270 Telp. +6221-5736365 Faks. +6221-5741664 Website: https://litbang.kemdikbud.go.id Email: [email protected]

Cetakan pertama, Desember 2018

PERNYATAAN HAK CIPTA © Puslitjakdikbud/Copyright@2018

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 5: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

i

KATA SAMBUTAN

Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan(Puslitjakdikbud), Badan Penelitian dan Pengembangan

(Balitbang), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2018 menerbitkan Buku Laporan Hasil Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017. Penerbitan buku laporan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil penelitian kepada berbagai pihak yang berkepentingan dan sebagai salah satu upaya untuk memberikan manfaat yang lebih luas dan wujud akuntabilitas publik.

Hasil penelitian ini telah disajikan di berbagai kesempatan secara terbatas, sesuai dengan kebutuhannya. Buku ini sangat terbuka untuk mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan referensi bagi pemangku kepentingan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kebudayaan.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penerbitan buku laporan hasil penelitian ini.

Jakarta, Juli 2018

Kepala Pusat,

Muktiono Waspodo

NIP 196710291993031002

Page 6: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

ii

KATA PENGANTAR

Disadari bahwa kendati pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, orangtua dan masyarakat telah berupaya untuk menumbuhkan dan membentuk budipekerti dan karakter nasionalis serta toleran kepada peserta didik, namun tampaknya hasilnya belum begitu maksimal. Akhir-akhir ini muncul gejala yang mengkhawatirkan, yakni dikalangan pelajar yang tidak ingin, atau menentang dan bahkan mengganti Dasar Negara RI Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dengan paham dan ideologi lain yang berbeda dengan kesepakatan para pendiri Negara RI.Bahkan beberapa lembaga survei independenpun mencari kebenaran radikalisme yang merebak dikalangan pelajar di Indonesia. Sebut saja ada Wahid Foundation, Setara Institut, Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP),Pew Research Center, Saiful Mujani Research & Consulting. Hampir seluruhnya menyatakan terdapat indikasi paham yang mengarah ke radikalisme dikalangan pelajar.

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017ditugaskan untuk melakukan kajian terhadai isu radikalisme dikalangan pelajar yang menjadi perbincangan dan meresahkan di sebagian kalangan masyarakat. Kajian ini dimaksudkan agar segera dapat dicarikan solusi bagaimana strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat nilai Karakter Religious dan nilai Nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.

Studi ini menggunakan metode survei secara online yang ditujukan kepada siswa sekolah menengah atas (SMA) di tiga kota, yakni Yogyakarta, Malang dan Bogor. Survei di tiga lokasi tersebut tidak lepas dari studi cepat yang dilakukan pada

Page 7: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

iii

awal studi di Cilacap. Studi cepat di Cilacap tersebut merupakan penugasan khusus dari pimpinan Kemendikbud.

Semoga hasil laporan ini dapat didayagunakan sebagai alternatif solusi dalam mencegah terjadinya paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah.

Jakarta, 2017

Tim Peneliti

Page 8: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

iv

DAFTAR ISI

i ii

KATA SAMBUTANKATA PENGANTAR DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan 7

BAB II KAJIAN TEORITIS 9 A. Radikalisme 9 B. Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Radikalisme 11 C. Definisi Operesional dan Indikator Radikalisme 12 D. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) 14 E. Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti 36 F. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) 54 G. Nasioanalisme 62 H. Karakteristik Nasionalisme Indonesia 65 I. Toleransi Kehidupan Beragama 68 J. Tindakan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama 70 K. Hasil-Hasil Penelitian Radikalisme 71 L. Radikalisme dan Pelajar: Fenomena

Di Beberapa Negara 79 M. Kerangka Analisis 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 85 A. Pendekatan 85 B. Lokasi Penelitian 85 C. Teknik Pengumpulan Data 86 D. Analisis 88

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 89 A. Profil Responden 89 B. Penyebab Paham dan Tindakan Radikalisme 124 C. Upaya Pencegahan 131

BAB IV KESIMPULAN DAN OPSI KEBIJAKAN 137 A. Kesimpulan 137 B. Opsi Kebijakan 138

DAFTAR PUSTAKA 142

Page 9: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para pendiri bangsa dari berbagai latar belakang sepakat untuk membangun Negara kebangsaan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai kebhinekaan dan naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna mewujudkan kesepakatan tersebut telah ditetapkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan (Depdiknas, 2009) ditetapkan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dilaksanakan berdasarkan asas: persatuan, kedaulatan, kehormatan, kebangsaan, ketertiban, kebhinnekatunggalikaan, kepastian hukum, keseimbangan, keserasian dan keselarasan (ps. 2); serta bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara, Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 3).

Kemudian dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehdupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat,

Page 10: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

2

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Depdiknas, 2003). Lalu dalam Misi Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang (PJPN) 2005-2025 ditetapkan delapan misi pembangunan nasional yakni mewujudkan: 1) masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila, 2) bangsa yang berdaya saing, 3) masyarakat demokratis yang berdasarkan hukum, 4) Indonesia yang aman, damai dan bersatu, 5) pemerataanpembangunan yang berkelanjutan, 6) Indonesia asri lestari, 7) Indonesia yang menjadi Negara kepulauan yang mandiri,maju kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan 8) Indonesia berperan penting dalam pergaulan internasional.

Kebijakan lain yang yang mendukung NKRI yaitu Pencanangan Trisakti, yakni Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan dan RPJMN 2015- 2019: “Penguatan pendidikan karakter pada anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam matapelajaran”.Sejalan dengan itu, Pencanangan Nawa Cita yang penting dan strategis ialah pembangunan mental bangsa, melalui pembangunan karakter yang ditindaklanjuti Kemendikbud antara lain mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara melalui pengembangan nilai utama, yakni Nilai Karakter Nasionalis, Nilai Karakter Religius, Nilai Karakter Mandiri, Nilai Karakter Gotong Royong, dan Nilai Karakter Integritas. Keseriusan Pemerintah untuk penguatan ideologi Pancasila, tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), yang berfungsi antara lain merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi

Page 11: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

3

Pancasila dan menyusun garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan roadmap pembinaan ideologi Pancasila. Ini merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam hal penguatan Pancasila.

Ditingkat teknis, kebijakan yang berkaitan dengan membangun jiwa kebangsaan dilaksanakan melalui Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 21042/MPK/PR/2017 tanggal 11 April 2017 perihal implementasi PPK, yang menyebutkan bahwa a) memasang naskah pancasila, foto presiden, dan wakil presiden di setiap ruang kelas serta memasang beberapa foto pahlawan nasional dalam bingkai/pigura yang rapi; b) menyiapkansetiap kelas agar menyanyikan lagu Indonesia Raya di pagi awal kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan menyanyikan salah satu lagu kebangsaan/ nasional sebelum pulang.

Namun demikian, akhir-akhir ini muncul gejala yang mengkhawatir-kan, yakni di sementara kalangan pelajar yang tidak ingin, atau menentang dan bahkan mengganti dasar Negara RI Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dengan paham dan ideologi lain yang berbeda dengan kesepakatan para pendiri Negara RI tersebut. Terdapat kecenderungan beberapa pelajar telah terpengaruh dan memiliki paham serta ideologi lain yang tidak sejalan dan mengakui Pancasila dan NKRI sebagaimana tercermin dalam hasil eksplorasi dari hasil penelitian di berbagai lembaga survei.

Page 12: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

4

Diagram 1.1 Hasil Studi SETARA Intitute for Democracy and Peace (2016) terhadap Siswa SMA di Jakarta dan Bandung Raya

Dari hasil survei yang dilakukan oleh SETARA Institute for Democracy and Peace (SIDP)pada tahun 2015, menemukan antara lain 8,5% siswa menyatakan setuju jika Pancasila sebagai dasar negara diganti dengan agama tertentu, 7,2% responden yang setuju dengan gerakan ISIS.Sementara pada sasaran survey yang sama tahun 2016, kondisinya agak menurun yakni 5,8% siswa mendukung mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan 0.7% siswa setuju dengan gerakan ISIS.

Page 13: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

5

Diagram 1.2 Hasil studi SETARA Intitute for Democracy and Peace (2015) terhadap Siswa SMA di Jakarta dan Bandung Raya

Demikian pula hasil survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP, 2011) menemukan fakta yang lebih memprihatinkan, yakni terdapat 12,1% siswa setuju organisasi radikal dan 23,6% guru PAI setuju organisasi radikal; mengenai eksistensi Pancasila diketahui 25% siswa menyatakan Pancasila tidak relevan dan 21% guru PAI menyatakan Pancasila tidak relevan. Beberapa lembaga yang lain menemukan kondisi yang serupa. Oleh sebab itu perlu ada kewaspadaan mengenai penyebaran paham yang anti Pancasila dan UUD 1945 dan dapat menjawab mengapa para pelajar memiliki paham dan sikap seperti itu?

Di sinilah letak peran pendidikan kebinekaan yang berupaya menumbuhkan sensitivitas warga sekolah terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural, sehingga tercipta sikap dan perilaku yang menghormati dan menghargai keberagaman. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran strategis dalam memperkuat pemahaman

Page 14: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

6

kebinekaan dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Kajian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan dan indikasi adanya paham-paham tersebut ditingkat sekolah serta bagaimana sekolah menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut kedalam pelajaran di kelas dan sekolah.

B. Rumusan Masalah Indikasi empiris tentang radikalisme di lingkungan sekolah diatas meng-indikasikan bahwa kendati pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan satuan pendidikan telah berupaya mewujudkan berbagai kebijakan penanaman Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar, namun belum menunjukkan hasil yang optimal, mengingat masih terdapat beberapa pelajar dan guru yang memiliki paham yang berbeda, bahkan ingin mengganti dasar Negara Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika. Terkait dengan itu dapat dirumuskan permasalahannya yakni: “Bagaimana rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat nilai Karakter religious dan nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar“?

Agar diperoleh bahan rekomendasi yang komprehensip, maka selain memanfaatkan data/informasi dari hasil penelitian yang sudah ada, perlu lebih didalami, diperkaya dan dilakukan validasi fakta hasil studi yang ada terkait dengan:

1. Bagaimanakah kondisi paham dan tindakanradikalisme di lingkungan sekolah? Khususnyabagaimana tanggapan terhadap dasar Pancasila, UUD

Page 15: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

7

1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar saat ini“?

2. Mengapa paham dan tindakan radikalisme terjadi dilingkungan sekolah? Atau mengapa tanggapan terhadapPancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika dikalangan pelajar saat ini seperti itu?

3. Upaya apa saja yang telah/sedang dilakukan untukmencegah dan menanggulangi radikalisme terjadi dilingkungan sekolah?

4. Kebijakan apa yang dapat dijalankan untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar?

C. Tujuan Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis:

1. Kondisi paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah, khususnya bagaimana tanggapannya terhadap dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar saat ini.

2. Penyebab paham dan tindakan radikalisme terjadi di lingkungan sekolah, khususnya tanggapan terhadap terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar saat ini.

3. Upaya yang telah/sedang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme terjadi di Kalangan Pelajar.

4. Rekomendasi kebijakan tentang strategi untukmencegah dan menanggulangi radikalisme serta

Page 16: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

8

memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.

Page 17: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

9

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Radikalisme Wahid Foundation (2016) mendefinisiskan radikalisme sebagai sikap atau tindakan yang mengatasnamakan agama yang tidak sejalan dengan dasar atau prinsip dasar kehidupan berbangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan terbuka terhadap sesama warga yang majemuk yang dijamin keberadaannya oleh konstitusi, atau yang bertumpu pada prinsip-prinsip kemanusiaan. Bertolak pada definisi tersebut, studi ini melihat radikalisme tidak hanya dipahami pada tataran sikap/tindakan melainkan juga gagasan. Sementara itu, dalam studi ini yang dimaksud dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa ialah nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan. Dalam studi Ilmu Sosial, Radikalisme diartikan sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas social atau ideologi yang dianutnya. Dengan demikian, radikalisme merupakan gejala umum yang bisa terjadi dalam suatu masyarakat dengan motif beragam, baik sosial, politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan-tindakan keras, ekstrim, dan anarkis sebagai wujud penolakan terhadap gejala yang dihadapi.

Page 18: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

10

Radikalisme sering menimbulkan kerusuhan dan konflik sosial dan sering dikaitkan dengan agama. Imron (2000: 86) menyebutkan minimal ada dua alasan mengapa dimensiagama perlu ditekankan dalam pembahasan mengenai kerusuhan ataupun konflik sosial. Pertama, adanya indikasi bahwa modernisasi sosial-ekonomi di berbagai tempat yang berpenduduk muslim, justru mendorong peningkatan religiusitas, bukan sekularisme. Walaupun peningkatan religiusitas juga terjadi di kalangan pemeluk agama lain, yang terjadi pada umat Islam sangat mencolok. Persoalannya adalah bahwa proses itu ternyata memuat potensi yang dapat mengganggu keselarasan dalam hubungan antar umat beragama. Dalam masyarakat seperti itu, militansi cenderung meningkat, fundamentalisme berkembang, toleransi antar pemeluk agama menurun. Kedua, adanya dugaan bahwa proses yang sama menghasilkan pengenduran hubungan antara sebagian pemeluk agama dengan lembaga-lembaga keagamaan yang melayaninya.

Tindakan radikalisme sering juga terjadi pada umat Islam. Arif (2010: 113) menyatakan bahwa radikalisme Islam sering muncul di “Islam Kota” yang tidak berada pada rengkuhan budaya Islam. Lebih lanjut Arif menyatakan bahwa pesantren adalah wujud “Islam desa” yang tidak terjadi radikalisme karena Islam telah lama tumbuh dalam struktur budaya di pesantren. Berbeda dengan itu, “Islam kota” sering terseret pada globalisasi Islam karena budaya Islam kurang merengkuh dengan baik. Sebagian besar aktivis Islam tidak mengenyam pendidikan kultural Islam seperti pesantren. Hal ini menyebabkan pemahaman para aktivis terhadap agama sangat dangkal dan tidak substansial. Aktivis yang semacam inilah yang sering bertindak secara radikal karena mudah tersulut oleh provokasi dari lingkungannya.

Page 19: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

11

B. Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Radikalisme Kelompok radikal memiliki ciri-ciri antara lain; pertama sering mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat. Klaim kebenaran selalu muncul dari kalangan yang seakan-akan mereka adalah Nabi yang tak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal mereka hanya manusia biasa. Klaim kebenaran tidak dapat dibenarkan karena manusia hanya memiliki kebenaran yang relatif dan hanya Tuhan yang tahu kebenaran absolut.

Kedua, radikalisme mempersulit agama yang sejatinya samhah (ringan) dengan menganggap ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruh seakan-akan haram. Radikalisme dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan persoalan-persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer.

Ketiga, kelompok radikal kebanyakan berlebihan dalam beragama yang tidak pada tempatnya. Dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah mereka justru membuat umat agama yang masih awam merasa ketakutan dan keberatan.

Ada berbagai penyebab terjadinya paham dan tindakan radikalisme. Hasil kajian Unesco (2016) mencatat ada beberapa factor yang mendorong dan penarik terjadinya radikalisme. "Faktor Dorong" mendorong individu ke ekstremisme kekerasan, seperti: marginalisasi, ketidaksetaraan, diskriminasi, penganiayaan atau pema-haman sejenisnya; keterbatasan terhadap akses dan mutu pendidikan yang relevan; Penolakan hak dan kebebasan sipil; dan keluhan lingkungan, sejarah dan sosio-ekonomi lainnya.

Page 20: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

12

Adapun '"Faktor Tarik" terjadinya ekstremisme kekerasan, antara lain: adanya kelompok ekstrimis yang terorganisir dengan baik dengan wacana dan program efektif yang memberikan layanan, pendapatan dan/atau pekerjaan dengan imbalan keanggotaan. Kelompok ini juga bisa memikat anggota baru dengan menyediakan gerai untuk keluhan dan janji petualangan dan kebebasan. Selanjutnya, kelompok-kelompok ini tampaknya menawarkan kenyamanan rohani, "tempat untuk dimiliki" dan jaringan sosial yang mendukung. Ditambahkan bahwa faktor kontekstual yang memberikan wilayah yang menguntungkan bagi munculnya kelompok ekstremis yang keras, seperti: negara yang rapuh, kurangnya penegakan hukum, korupsi dan kriminalitas.

C. Definisi Operasional dan Indikator Radikalisme Radikalisme merupakan sikap atau tindakan yang mengatasnamakan agama yang tidak sejalan dengan dasar atau prinsip dasar kehidupan berbangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan terbuka terhadap sesama warga yang majemuk yang dijamin keberadaannya oleh konstitusi, atau yang bertumpu pada prinsip-prinsip kemanusiaan. (Wahid Foundation, 2016). Sementara itu, dalam studi ini yang dimaksud dengan prinsip dasar kehidupan yang merupakan konsensus kebangsaan yakni nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika (Kemendikbud, 2016-Kurikulum-13)

Dari pengertian di atas, dalam kajian ini difinisi operasional radikalisme di lingkungan sekolah adalah gagasan, sikap atau tindakan yang tidak sejalan atau bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, serta menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama

Page 21: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

13

warga yang majemuk serta rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pada tingkat satuan pendidikan pengembangan nilai-nilai kehidupan berbangsa tersebut dilaksanakan melalui penguatan sikap dan tidakan (Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dan SE Mendikbud 11 April 2017 perihal Implementasi PPK, dan Totok Suprayitno, 2017, Kurikulum 2013) dengan indikator kegiatan antara lain sebagai berikut..

1. Setiap kelas menyanyikan lagu Indonesia Raya setiappagi pada awal KBM dan menyanyikan salah satu lagukebangsaan/nasional sebelum pulang(Permen/SE/Totok).

2. Melaksanakan Upacara/pengibaran bendera merah putih setiap Senin (Permen/Totok).

3. Membaca/memasang naskah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 (SE/studi Cilacap, 2017).

4. Toleran terhadap kemajemukan-kebinekaan (SARA)-Setara (2016).

5. Kegiatan siswa lainnya untuk Penguatan pahamPancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika.

Selanjutnya, jika terdapat indikasi warga sekolah yang memiliki gagasan atau tindakan yang yang tidak sejalan atau bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, serta menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama warga yang majemuk serta rasa kebangsaan dan cinta tanah air, maka dapat diindikasikan sebagai radikalisme.

Page 22: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

14

Tabel 2.1 Indikator Sikap/Tindakan Radikalisme di Lingkungan Sekolah

NO ASPEK (Paham/Ideologi) INDIKATOR (Sikap/Tindakan)

1

Pancasila 1. Tidak mau membaca/mengikuti

pembacaan teks Panca-sila2. Tidak mau menyanyikan lagu Garuda

Pancasila3. Menggunakan ideologi lain

2

UUD 1945 1. Tidak mau membaca/mengikutiteks

Pembukaan UUD452. Ingin mengganti teks Pembukaan

UUD453. Lainnya

3

NKRI 1. Tidak ingin negara kebangsaan2. Tidak mau mengikuti upacarabendera3. Tidak mau hormat bendera4. Tidak mau menyanyikan lagu-lagu

Kebangsaan

4 Bhineka Tunggal Ika (SAEA)

1. Intoleran2. Menentang keberagaman SARA3. Menentang persatuan Indonesia

D. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang utama dalam menangkal paham radikalisme di kalangan pelajar. Hal tersebut tercermin dari kurikulum PPKn 2013 pada silabus yang memuat rasional dan penjabaran kompetensi yang harus dicapai oleh siswa mencakup kompetensi terhadap pengetahuan, pemahaman dan sikap pada prinsip dasar kehidupan yang merupakan konsensus kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika

Page 23: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

15

sebagai (Kemendikbud, 2016-Kurikulum-13), sebagai berikut.

1. Rasional

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan (PPKn) memiliki visi dan misimengembangkan peserta didik menjadi manusia yangmemiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, melaluiproses menerima dan menjalankan ajaran agama yangdianutnya; dan memiliki perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalamberinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru;memahami dan menerapkan pengetahuan faktual dankonseptual tentang kewarganegaraan; dan menyajikanpengetahuan faktual dan konseptual kewarganegaraandengan terampil.

Untuk itu, di kembangkan substansi pembelajaran yang dijiwai oleh4 (empat) konsensus kebangsaan yaitu 1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasioanl, dan pandangan hidup; 2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai komitmen terhadap bentuk final Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia; (4) dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud kesadaran atas keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antar bangsa.

Kegiatan pembelajaran untuk mencapai penguasaankompetensi pendidikan kewarganegaraan (sikapkewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan

Page 24: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

16

keterampilan kewarganegraan) sebagaimana termaktub dalam silabus menitikberatkan pada pembentukan karakter warga negara Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas,2003). Pengembangan sikap kewargane-garaan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampil-an kewarganegaraan secara utuh menjadi karakter diorganisasikan melalui pengembangan dampak instruksional, dampak pengiring, dan budaya kewarganegaraan dalam lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan, dan membelajarkan sepanjang hayat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran dan lingkungan belajar di kelas, di luar kelas, dan/atau dalam masyarakat serta jaringan (virtual). Pembelajaran PPKn dirancang sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan abad 21 melalui mata pelajaran PPKn serta memperkuat upaya perubahan cara pandang (mindset) para guru PPKn untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola dan mengem-bangkan pembelajaran PPKn.

Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstra-kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan

Page 25: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

17

karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.

Silabus mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA/SMK/MA/MAK ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan/dikelola oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable assessable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam

Page 26: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

18

pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajar-an, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.

2. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan di PendidikanDasar dan Menengah

Pendidikan PPKn di SMA/MA/SMK/MAK diharapkan dapat berfungsi sebagai menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengimplementasikan sikap kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan dalam kehidupan sehari–hari. Pendidikan PPKn di SMA/MA/SMK/MAK menekankan pada pemberi-an pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami, meneledani, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan di Pendidikan Dasar danMenengah untuk ruang lingkup Pancasila adalah:

a. Menghayati dan bersikap penuh tanggung jawabsesuai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; Menganalisis dan menerapkan keputusanbersama berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalamkehidupan sehari-hari.

b. Mensyukuri dan mendukung perwujudan Pancasilasebagai dasar Negara; Menganalisis dan men-demonstrasikan langkah-langkah untuk mewujudkanPancasila sebagai Dasar Negara.

c. Menghayati dan menghargai nilai-nilai yang melekat dalam pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara sesuai dengan Pancasila dalam kehi-

Page 27: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

19

dupan berbangsa dan bernegara; Menganalisis dan menyaji nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kompetensi setelah mempelajari pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan menengah untuk lingkup Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah:

a. Menghargai dan melaksanakan kewajiban, hak, dantanggung jawab sebagai warga Negara;merasionalkan dan menyajikan pelaksanaankewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warganegara terhadap kehidupan sehari-hari.

b. Menghayati dan mempertahankan isi alinea danpokok pikiran yang terkandung dalam PembukaanUndang-undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dengan jujur; mensintesiskan danmenerapkan isi alinea dan pokok pikiran yangterkandung dalam Pembukaan Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945; Menghargaidan mendukung ketentuan tentang bentuk dankedaulatan Negara sesuai Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia tahun 1945 secara adil;memahami dan mewujudkan prinsip-prinsipkedaulatan kedaulatan Negara sesuai Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

c. Mensyukuri dan mendukung nilai-nilai yang menunjukkan perilaku orang beriman dalam praksis pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian; Memprediksi dan menalar hasil evaluasi

Page 28: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

20

praksis (kehidupan nyata) pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian.

Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan Menengah untuk ruang lingkup Bhinneka Tunggal Ika adalah:

a. Mensyukuri dan bersikap toleran dalamkeberagaman ekonomi masyarakat sebagai anugerahTuhan Yang Maha Esa dalam konteks BhinnekaTunggal Ika; Menggali dan melaksanakantanggungjawab terkait keberagaman ekonomimasyarakat.

b. Peka/peduli dan memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di masyarakat serta cara pemecahannya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis dan mendukung prinsip persatuan dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis prinsip harmoni dalam kebera-gaman sosial, budaya, ekonomi, dan gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Peka/peduli dan menghargai pendapat berkaitan masalah-masalah yang muncul dalam bidang social, budaya, ekonomi dan gender di di masyarakat dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis dan Mendukung peran mediator penyelesaian masalah sosial, budaya, ekonomi, dan gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

c. Menghayati dan membedakan nilai-nilai terkaitpengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEKdengan senantiasa berlindung kepada Tuhan Yang

Page 29: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

21

Maha Esa; Mengkontraskan dan menyaji hasil evaluasi pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEK terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan menengah untuk ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah:

a. Meyakini dan mendukung dengan rasa tanggungjawab persatuan dan kesatuan sebagai anugerahTuhan yang Maha Esa; Menelaah danmendemonstrasikan dampak persatuan dankesatuan terhadap kehidupan berbangsa danbernegara.

b. Menghargai dan mendukung konsep bela Negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mendukung konsep bela Negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengkreasi-kan dan mendemonstrasikan konsep cinta tanah air/bela negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dengan jujur di masa yang akan datang sebagai upaya dalam menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengevaluasi dan mendemonstrasikan dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 30: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

22

3. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan di SekolahMenengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah AliyahKejuruan

Kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelahmempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan di Sekolah Menengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruansebagai berikut:Tabel 2.2 Kompetensi yang Harus Dicapai Peserta Didik

No Ruang Lingkup Kompetensi yang harus dicapai

1 Pancasila Menghayati, menghargai, menganalisis dan me-nyaji nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945

Mensyukuri, mendukung, memprediksidan menalar hasil evaluasi praksis (kehidupan nyata) pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian

3 Bhinneka Tunggal Ika

Menghayati, membedakan, mengkontraskan dan menyaji hasil evaluasi pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEK terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika

4 Negara Kesatuan Republik Indonesia

Mengembangkan, mempertahankan, mengevaluasi dan mendemonstrasikan dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Page 31: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

23

4. Kerangka Pengembangan Kurikulum PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan Sekolah MenengahAtas/Sekolah Menengah Kejuruan/MadrasahAliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan

Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn disusun sesuai dengan Kompetensi Inti tiap kelas. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:

a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi intisikap spiritual;

b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi intisikap sosial;

c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi intipengetahuan; dan

d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Pengorganisasian ruang lingkup materi PPKn dikembangkan sesuai dengan prinsip mendalam dan meluas, mulai dari jenjang SD/MI sampai dengan jenjang SMA/MA/SMK. Prinsip mendalam berarti materi PPKn dikembangkan dengan materi pokok sama, namun semakin tinggi tingkat kelas atau jenjang semakin mendalam pembahasan materi. Prinsip meluas berarti lingkungan materi dari keluarga, teman pergaulan, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara, serta pergaulan dunia. Kedalaman dan keluasan materi dapat dilihat dari rumusan kompetensi dasar.

Page 32: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

24

Kerangka Pengembangan Kurikulum PPKn SMA/MA/SMK/MAK Kelas X sd XII mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensi Dasar yaitu Kompetensi Inti. Kompetensi Inti pada kelas Kelas X, XI, dan XII sebagai berikut.

Page 33: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

25

Tabe

l 2.3

Kom

pete

nsi I

nti S

MA

/MA

/SM

K/M

AK

Kel

as X

, XI,

dan

XII

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

KI.1

Men

ghay

ati d

an m

enga

mal

kan

ajar

an a

gam

a ya

ng d

ianu

tnya

. K

I.1 M

engh

ayat

i dan

men

gam

alka

n aj

aran

ag

ama

yang

dia

nutn

ya.

KI.1

Men

ghay

ati d

an m

enga

mal

kan

ajar

anag

ama

yang

dia

nutn

ya.

KI.2

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

sipl

in, t

angg

ungj

awab

, ped

uli

(got

ong

royo

ng, k

erja

sam

a, to

-le

ran,

dam

ai),

sant

un, r

espo

nsif

dan

proa

ktif

seba

gai b

agia

n da

ri so

lusi

ata

s ber

baga

i per

mas

a-la

han

dala

m b

erin

tera

ksi s

ecar

a ef

ektif

den

gan

lingk

unga

n so

sial

da

n al

am se

rta d

alam

men

em-

patk

an d

iri se

baga

i cer

min

an

bang

sa d

alam

per

gaul

an d

unia

.

KI.2

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

sipl

in,ta

nggu

ngja

wab

, ped

uli (

goto

ng

royo

ng, k

erja

sam

a, to

lera

n, d

amai

), sa

ntun

, res

pons

if da

n pr

oakt

if se

baga

i ba

gian

da

ri so

lusi

ata

s ber

baga

i pe

rmas

alah

an d

alam

ber

inte

r-ak

si

seca

ra e

fekt

if de

ngan

ling

kung

an

sosi

al d

an a

lam

serta

dal

am

men

empa

tkan

diri

seba

gai c

erm

inan

ba

ngsa

dal

am p

erga

ulan

dun

ia.

KI.2

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

sipl

in,ta

nggu

ngja

wab

, ped

uli

(got

ong

royo

ng, k

erja

sam

a, to

lera

n,

dam

ai),

sant

un, r

espo

nsif

dan

pro

-ak

tif se

baga

i bag

ian

dari

solu

si a

tas

berb

agai

per

mas

alah

an d

alam

be

rinte

raks

i sec

ara

efek

tif d

enga

n lin

gkun

gan

sosi

al d

an a

lam

serta

da

lam

men

empa

tkan

diri

seba

gai

cerm

inan

ban

gsa

dala

m p

erga

ulan

du

nia.

Page 34: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

26

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

KI.3

Mem

aham

i, m

ener

apka

n,

men

gana

lisis

pen

geta

huan

fa

ktua

l, ko

nsep

tual

, pro

sedu

ral

berd

asar

kan

rasa

ingi

ntah

unya

te

ntan

g ilm

u pe

nget

ahua

n, te

kno-

logi

, sen

i, bu

daya

, dan

hum

an-

iora

den

gan

waw

asan

kem

anu-

siaa

n, k

eban

gsaa

n, k

eneg

araa

n,

dan

pera

daba

n te

rkai

t pen

yeba

b fe

nom

ena

dan

keja

dian

, ser

ta

men

erap

kan

peng

etah

uan

pros

edur

al p

ada

bida

ng k

ajia

n ya

ng sp

esifi

k se

suai

den

gan

baka

t dan

min

atny

a un

tuk

mem

ecah

kan

mas

alah

.

KI.3

Mem

aham

i, m

ener

apka

n,

men

gana

lisis

pen

geta

huan

fakt

ual,

kons

eptu

al, p

rose

dura

l dan

m

etak

ogni

tif b

erda

sark

an ra

sa

ingi

ntah

unya

tent

ang

ilmu

peng

etah

uan,

tekn

olog

i, se

ni,

buda

ya, d

an h

uman

iora

den

gan

waw

asan

kem

anus

iaan

, keb

angs

aan,

ke

nega

raan

, dan

per

adab

an te

rkai

t pe

nyeb

ab fe

no-m

ena

dan

keja

dian

, se

rta m

ener

apka

n pe

nget

a ta

huan

pr

osed

ural

pad

a bi

dang

kaj

ian

yang

sp

esifi

k se

suai

den

gan

baka

t dan

m

inat

nya

untu

k m

emec

ahka

n m

asal

ah.

KI.3

Mem

aham

i, m

ener

apka

n,

men

gana

lisis

dan

men

geva

luas

i pe

nget

ahua

n fa

ktua

l, ko

nsep

tual

, pr

osed

ural

, dan

met

akog

nitif

be

rdas

arka

n ra

sa in

gin

tahu

nya

te

ntan

g ilm

u pe

nget

ahua

n, te

knol

ogi,

seni

, bud

aya,

dan

hum

anio

ra d

enga

n w

awas

an k

eman

usia

an,

keba

ngsa

an,

kene

gara

an, d

an p

erad

aban

terk

ait

peny

ebab

feno

men

a da

n ke

jadi

an,

serta

men

erap

kan

peng

etah

uan

pros

edur

al p

ada

bida

ng k

ajia

n ya

ng

spes

ifik

sesu

ai d

enga

n ba

kat d

an

min

atny

a un

tuk

mem

ecah

kan

mas

alah

.

KI.4

Men

gola

h, m

enal

ar, d

an m

enya

ji da

lam

rana

h ko

nkre

t dan

rana

h ab

stra

k te

rkai

t den

gan

peng

emba

ngan

dar

i yan

g di

pela

jarin

ya d

i sek

olah

seca

ra

man

diri,

dan

mam

pu

men

ggun

akan

met

oda

sesu

ai

kaid

ah k

eilm

uan

KI.4

Men

gola

h, m

enal

ar, d

an m

enya

ji da

lam

rana

h ko

nkre

t dan

rana

h ab

stra

k te

rkai

t den

gan

peng

emba

ngan

dar

i yan

g di

pela

jarin

ya d

i sek

olah

seca

ra

man

diri,

ber

tinda

k se

cara

efe

ktif

dan

krea

tif se

rta m

ampu

men

ggun

akan

m

etod

a se

suai

kai

dah

keilm

uan.

KI.4

Men

gola

h, m

enal

ar, m

enya

ji, d

an

men

cipt

a da

lam

rana

h ko

nkre

t dan

ra

nah

abst

rak

terk

ait d

enga

n pe

ngem

bang

an d

ari y

ang

dipe

laja

ri-ny

a di

seko

lah

seca

ra m

andi

ri se

rta

berti

ndak

seca

ra e

fekt

if da

n kr

eatif

, da

n m

ampu

men

ggun

akan

met

oda

sesu

ai k

aida

h ke

ilmua

n.

Page 35: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

27

Kurikulum PPKn pendidikan dasar dan pendidikan menengah disusun dengan ruang lingkup sebagai berikut:

a. Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasional,dan pandangan hidup bangsa.

b. Undang-undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 sebagai hukum dasar tertulis yangmenjadi landasan konstitusional kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaikesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia.

d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofikesatuan yang melandasi dan mewarnaikeberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.

Kerangka Konseptual PPKn, secara epistemologis PPKn dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 36: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

28

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Materi PPKn

Peta Materi PPKn pada SMA/MA/SMK/MAK sebagai berikut.

Page 37: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

29

Tabe

l 2,4

Pet

a M

ater

i PPK

n SM

A/M

A/S

MK

/MA

K

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

1. N

ilai-N

ilai

Panc

asila

da

lam

ke

rang

ka

prak

tik

peny

elen

ggar

aan

pem

erin

taha

n N

egar

a.

2. K

eten

tuan

Und

ang-

unda

ng D

asar

Neg

ara

Rep

ublik

In

done

sia

tahu

n 19

45

yang

m

enga

tur

tent

ang

wila

yah

nega

ra, w

arga

ne

gara

da

n pe

ndud

uk,

agam

a da

n ke

perc

ayaa

n,

serta

pe

rtaha

nan

dan

keam

anan

3. K

ewen

anga

n le

mba

ga-le

mba

ga N

egar

a m

enur

ut U

ndan

g-un

dang

Das

ar N

egar

a R

epub

lik In

done

sia

Tahu

n 19

45.

4. H

ubun

gan

stru

ktur

al d

an fu

ngsi

onal

pe

mer

inta

han

pusa

t dan

dae

rah

men

urut

U

ndan

g-un

dang

Das

ar N

egar

a R

epub

lik

Indo

nesi

a Ta

hun

1945

5. F

akto

r-fa

ktor

pem

bent

uk in

tegr

asi

nasi

onal

dal

am b

ingk

ai B

hinn

eka

Tung

gal I

ka

1.

Kas

us-k

asus

pe

lang

-gar

an

hak

asas

i m

anus

ia

dala

m

pers

pekt

if

Panc

asila

.

2.

Sist

em

dan

dina

mik

a de

mok

rasi

Pa

ncas

ila s

esua

i de

ngan

Und

ang-

Und

ang

Das

ar

Neg

ara

Rep

ublik

In

done

sia

Tahu

n 19

45.

3.

Sist

em h

ukum

dan

per

adila

n di

In

done

sia

sesu

ai d

enga

n U

ndan

g-un

dang

Das

ar N

egar

a R

epub

lik

Indo

nesi

a Ta

hun

1945

4.

Din

amik

a pe

ran

Indo

nesi

a da

lam

pe

rdam

aian

dun

ia se

suai

Und

ang-

unda

ng D

asar

Neg

ara

Rep

ublik

In

done

sia

Tahu

n 19

45

5.

Kas

us-k

asus

anc

aman

terh

adap

Id

eolo

gi, p

oliti

k, so

sial

, eko

nom

i, bu

daya

, per

taha

nan,

dan

kea

man

an

dala

m b

ingk

ai B

hinn

eka

Tung

gal I

ka 1.

K

asus

-kas

us p

elan

ggar

an

hak

dan

peng

ingk

aran

ke

waj

iban

war

ga n

egar

a

2.

Pelin

dung

an d

an p

eneg

akan

hu

kum

dal

am m

asya

raka

t un

tuk

men

jam

in k

eadi

lan

dan

keda

mai

an

3.

Peng

aruh

pos

itif d

an n

egat

if

kem

ajua

n IP

TEK

terh

adap

ne

gara

dal

am b

ingk

ai

Bhi

nnek

a Tu

ngga

l Ika

4.

Din

amik

a pe

rsat

uan

dan

kesa

tuan

ban

gsa

seba

gai

upay

a m

enja

ga d

an

mem

perta

hank

an N

egar

a K

esat

uan

Rep

ublik

In

done

sia

Page 38: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

30

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

6.In

dika

tor a

ncam

an te

rhad

ap n

egar

a da

nup

aya

peny

eles

aian

nya

di b

idan

gid

eolo

gi, p

oliti

k, so

cial

, eko

nom

i,bu

daya

, per

taha

nan,

dan

kea

man

an d

alam

bing

kai B

hinn

eka

Tung

gal I

ka

7.A

rti p

entin

gnya

Waw

asan

Nus

anta

rada

lam

kon

teks

Neg

ara

Kes

atua

nR

epub

lik In

done

sia

6.Fa

ktor

ped

oron

g da

n p

engh

amba

t pe

rsat

uan

dan

kesa

tuan

ban

gsa

dala

m N

egar

a K

esat

uan

Rep

ublik

In

done

sia

Page 39: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

31

5. Pembelajaran dan Penilaian

a. Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proses Keilmuan(Scientific Approach) yang dipersyaratkan dalamkurilukum 2013 memusatkan perhatian pada prosespembangunan pengetahuan (KI-3), keterampilan(KI-4), sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2)melalui transformasi pengalaman empirik danpemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memilikilangkah generik sebagai berikut:

1) Mengamati (observing),

2) Menanya (questioning),

3) Mengeksplorasi/mencoba (exploring),

4) Mengasosiasi/menalar (assosiating)

5) Mengkomunikasikan (comunicating)

Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang lebih spesifik, misalnya:

1) untuk mengamati antara lain dapat menggunakanmodel menyimak dengan penuh perhatian;

2) untuk menanya antara lain dapat menggunakanmodel bertanya dialektis/mendalam;

3) untuk mengeksplorasi antara lain dapatmenggunakan model kajian dokumen historis;

4) untuk menalar antara lain dapat menggunakanmodel diskusi peristiwa publik;

5) untuk mengkomunikasikan antara lain dapatmenggunakan model presentasi gagasan di depanpublik (public hearing).

Page 40: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

32

Kegiatan belajar dan pembelajaran menekankan pada hal-hal antara lain sebagai berikut:

1) Meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a senseof wonder) terkait hal-hal baik yang bersifatempirik maupun konseptual;

2) Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation) dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya yang bersifat kasat mata tetapi juga yang syarat makna;

3) Melakukan analisis (Push for analysis) untuk mendapatkan keyakinan nilai dan moral yang berujung pada pemilikan karakter tertentu

4) Berkomunikasi (Require communication), baik yang bersifat intrapersonal (berkomunikasi dalam dirinya)/kontemplasi maupun interpersonal mengenai hal yang terpikirkan maupun yang bersifat meta kognitif.

5) Pembelajaran PPKn di SD/MI dilaksanakanmenggunakan pendekatan tematik terpadu.Pembelajaran tematik terpadu merupakanpendekatan pembelajaran yang mengintegrasikanberbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaranke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebutdilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,keterampilan dan pengetahuan dalam prosespembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasaryang berkaitan. Tema merajut makna berbagaikonsep dasar sehingga peserta didik tidak belajarkonsep dasar secara parsial. Dengan demikianpembelajarannya memberikan makna yang utuhkepada peserta didik seperti tercermin padaberbagai tema yang tersedia

Page 41: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

33

b. Penilaian

1) Penilaian Sikap

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikapmenjadi dua, yaitu sikap spiritual (ketaatanberibadah, berperilaku syukur, berdoa sebelumdan sesudah melakukan kegiatan; dan toleransidalam beribadah) yang terkait denganpembentukan peserta didik yang beriman danbertakwa, dan sikap sosial (jujur, disiplin,tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri)yang terkait dengan pembentukan peserta didikyang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, danbertanggung jawab.

Penilaian sikap PPKn di SMA/SMK/MA/MAK dilakukan oleh guru mata pelajaran PPKn, Teknik penilaian yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan teknik penilaian diri dan penilaian antar-teman (peer evaluation) dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Penilaian yang utama dilakukan oleh guru kelas melalui observasi selama periode tertentu dan penilaian sikap tidak dilaksanakan pada setiap kompetensi dasar (KD). Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dan tidak hanya di dalam kelas. Hasil penilaian sikap berupa

Page 42: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

34

deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.

c. Penilaian Pengetahuan

Pengetahuan yang akan dinilai pada PPKn di SMA/SMK/MA/MAK di berkaitan dengan Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga Negara; Pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian; Pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEKterhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahan-kan Negara Kesatuan Republik Indonesia

d. Penilaian Keterampilan

Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan pencapaian kompetensi ketrampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Gradasi pencapaian kompetensi keterampilan mata pelajaran PPKn pada jenjang SMA/MA/SMK/MAK adalah mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.

Teknik penilaian kompetensi ketreampilan menggu-nakan tes praktik, projek, dan portofolio. Instrumenyang digunakan berupa daftar cek atau skalapenilaian (rating scale) yang dilengkapi rubric.

Page 43: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

35

6. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai denganKondisi Lingkungan dan Peserta Didik

Kegiatan pembelajaran pada silabus ini dapat disesuaikan dan diperkaya dengan konteks daerah atau sekolah, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil belajar pada peserta didik terhadap Kompetensi Dasar. Kontekstualisasi pembelajaran tersebut agar peserta didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan mencintai alam dan sosial di sekitarnya, dengan perspektif global sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga akan menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.

Dalam konteks pembelajaran PPKn lingkungan (alam, sosial, budaya, dan spiritual) merupakan kelas global yang terbuka (open global classroom) yang berfungsi sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, guru PPKn harus selalu berupaya untuk memanfaatkan lingkungan dalam rangka memberikan pengalaman belajar (learning experience) peserta didik dengan memberikan tugas belajar (learning task) yang digali dari lingkungan belajar dengan prinsip semakin meluas (expanding environment approach) misalnya dengan kegiatan karyawisata/studiwisata, dan proyek belajar kewarganegaraan.

Saat ini dunia pendidikan sedang berada dalam abad teknologi dan informasi. Peserta didik yang ada dalam satuan pendidikan mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA selain sebagai warga negara juga sudah menjadi warga jaringan (netizen) yang aktif menjadi media teknologi komunikasi seperti dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah menjadi bagian dari komunitas technology natives (pengguna asli teknologi) karena sejak lahir sudah berinteraksi dalam era teknologi. Sementara itu para guru sebagian besar masih

Page 44: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

36

termasuk kategori pendatang baru (migran) ke dunia baru TI (Teknologi Infomrasi). Oleh karena itu, diperlukan pelatihan pemanfaatan TI bagi guru PPKn agar mampu mengelola pembelajar PPKn dalam konteks dinamikan kehidupan abad ke 21- abad TI. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa sumber belajar yang sudah ada, yang sering juga disebut konvensional/nonteknologi seperti Buku Teks dan Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak lagi diperlukan. Justru dengan bantuan TI, Buku dan LKS bentuk dan formatnya harus mengakomodasikan TI. Dengan mengembangan Buku dan LKS menjadi bagian darai media belajar kombinasi konvensional dan TI. Perlu ditekankan bahwa LKS jangan/bukan hanya sekedar kumpulan soal, melainkan harus dikembangkan menjadi media belajar yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar menganalisis, menerapkan dan melakukan kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir tingkat tingi (higher order thinking skills). Dalam konteks itu guru PPKn harus dibekali dengan kemampuan memanfaatkan TI dalam menggunakan atau mengembangkan LKS dan menulis Buku pengayaan. Selain itu dengan mulai terbukanya sumber belajar bebas (open education resources) baik nasional maupun global, guru PPKn harus berupaya memanfaatkan jaringan internet dalam pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran berbasis jaringan (pembelajaran daring). Dengan demikian pembelajarn PPKn menjadi proses belajar yang terpadu/teraduk (blended learning).

E. Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti Selain PPKn, Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti juga merupakan mata pelajaran yang utama dalam menangkal paham radikalisme di kalangan pelajar. Hal

Page 45: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

37

tersebut tercermin dari kurikulum PAI dan Budi Pekerti yang memuat rasional dan penjabaran kompetensi yang harus dicapai oleh siswa yang dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, sebagai berikut.

1. Rasional

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang secara mendasar menumbuh kembangkan akhlak peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler.

Kompetensi, materi, dan pembelajaran PendidikanAgama dan Budi Pekerti dikembangkan melaluipertimbangan kepentingan hidup bersama secara damaidan harmonis (to live together in peace and harmony).Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas padakegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra-kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikapdilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan,keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkankarakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagaitaman yang menyenangkan untuk tumbuhberkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikapsiswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku(behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.

PAI dan Budi Pekerti berlandaskan pada aqidah Islamyang berisi tentang keesaan Allah SWT. sebagai sumberutama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam

Page 46: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

38

semesta. Sumber lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menye-imbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:

a. membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur (Hubungan manusia dengan Allah SWT.);

b. menghargai, menghormati dan mengembangkanpotensi diri yang berlandaskan pada nilai-nilaikeimanan dan ketakwaan (Hubungan manusiadengan diri sendiri);

c. menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan interdan antar umat beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur(Hubungan manusia dengan sesama); dan

d. penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial (Hubungan manusia dengan lingkungan alam).

Berdasarkan penjelasan di atas, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, toleran, demokratis, dan multikultural.

Page 47: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

39

Gambar 2.2 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Islam yang humanis berarti memandang kesatuan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, memiliki asal-usul yang sama, menghidupkan rasa peri kemanusiaan, dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Nilai-nilai Islam humanis yang dapat diimplemen-tasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berpra-sangka baik, disiplin, jujur, berbuat baik kepada sesama manusia, dan berlaku adil.

Islam yang toleran mengandung arti bersikap menghargai pendapat, pandangan, kepercayaan, atau kebiasaan yang berbeda dengan pendirian seseorang, juga tidak memaksa, tetap berlaku baik, lemah lembut, dan saling memaafkan. Nilai-nilai Islam toleran yang

PAI& BP

Humanisme

Toleransi

Demokrasi

Multikultural

Page 48: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

40

dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berprasangka baik, hidup rukun, dan menjaga persatuan.

Demokratis berarti yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi sesama dengan mengutamakan kebebasan berekspresi, berkumpul, dan mengemukakan pendapat sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Nilai-nilai Islam demokratis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/ SMK/MAK di antaranya adalah: kontrol diri, disiplin, bertanggung jawab, berkompetisi dalam kebaikan, berpikir kritis, dan menjaga persatuan.

Multikultural berarti bersikap mengakui, akomodatif, dan menghormati perbedaan dan keragamaan budaya, untuk mencari dan memudahkan hubungan sosial, serta gotong royong demi mencapai kebaikan bersama. Nilai-nilai multikultural dalam Islam yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berprasangka baik, persaudaraan, hidup rukun, menghindari tindak kekerasan, saling menasehati, menjaga persatuan, dan hidup damai dalam keberagaman.

Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstra kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap

Page 49: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

41

dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkem-bangnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.

Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/ penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam

Page 50: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

42

pengembangan materi, pengelolaan proses pembe-lajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan kemampuan peserta didik.

2. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti di Pendidikan Dasardan Menengah

PAI dan Budi Pekerti dikembangkan dengan tujuanuntuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalamhal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang MahaEsa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan inikemudian dirumuskan secara khusus dalam PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti sebagai berikut;

a. menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian,pembinaan, dan pengembangan pengetahuan,penghayat-an, pengamalan, pembiasaan, sertapengalaman peserta didik tentang Agama Islamsehingga menjadi muslim yang terus berkembangkeimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;dan

b. mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragamadan berakhlak mulia yaitu manusia yangberpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),menjaga keharmonisan secara personal dan sosialserta mengembangkan budaya agama dalamkehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara,dan warga dunia.

Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

Page 51: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

43

Tabel 2.5 Kompetensi PAI dan BP

Kelas X-XII

1. Al-Qu’an

Meyakini, membaca, menghafal, dan menganalisis ayat-ayatpilihan, menyajikan hubungan ayat-ayat tersebut dengankehidupan sehari-hari dan dapat berperilaku sesuaikandungan ayat.

2. Aqidah

Meyakini, mengamalkan, menganalisis makna Iman kepada Allah, dan Malaikat Allah SWT. Serta dapat menyajikan hubunganya dengan kehidupan sehari-hari.

3. Akhlak

Meyakini, menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam, manfaat kejujuran dan semangat keilmuan dan menyajikan keutamaannya, serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Fiqh

Meyakini, menganalisis, mendiskripsikan kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam danhikmah ibadah haji, zakat, wakaf serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam hukum Islam tersebut.

5. Sejarah Peradaban Islam

Meyakini, menganalisis substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah, serta meneladaninya.

3. Kerangka Pengembangan Kurikulum PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti Sekolah MenengahAtas/Madrasah Aliyah/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diberikansejak SD sampai SMA/MA/SMK/MAK sebagai mata

Page 52: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

44

pelajaran, dan nilai-nilainya terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah.

Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diperkuat melalui pengkondisian aktivitas berupa interaksi peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan pergaulan dunia yang terintegrasi dalam proses pembelajaran di kelas. Kerangka pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada SMA/MA/SMK/MAK mengikuti elemen pengorganisasian Kompetensi Dasar yang mengacu pada Kompetensi Inti (KI) berikut ini.

Page 53: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

45

Tabe

l 2.6

Ker

angk

a K

urik

ulum

PA

I dan

BP

KI

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

1 M

engh

ayat

i dan

men

gam

alka

n aj

aran

ag

ama

yang

dia

nutn

ya

Men

ghay

ati d

an m

enga

mal

kan

ajar

an

agam

a ya

ng d

ianu

tnya

M

engh

ayat

i dan

men

gam

alka

n aj

aran

ag

ama

yang

dia

nutn

ya

2

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

siplin

, ta

nggu

ng ja

wab

, ped

uli (

goto

ng

royo

ng, k

erja

sam

a, to

lera

n, d

amai

), sa

ntun

, res

pons

if da

n pr

o-ak

tif d

an

men

unju

kkan

sika

p se

baga

i bag

ian

dari

solu

si a

tas b

erba

gai

perm

asal

ahan

dal

am b

erin

tera

ksi

seca

ra e

fekt

if de

ngan

ling

kung

an

sosi

al d

an a

lam

serta

dal

am

men

empa

tkan

diri

seba

gai c

erm

inan

ba

ngsa

dal

am p

erga

ulan

dun

ia

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

siplin

, ta

nggu

ng ja

wab

, ped

uli (

goto

ng ro

yong

, ke

rjasa

ma,

tole

ran,

dam

ai),

sant

un,

resp

onsi

f dan

pro

-akt

if da

n m

enun

jukk

an si

kap

seba

gai b

agia

n da

ri so

lusi

ata

s ber

baga

i per

mas

alah

an

dala

m b

erin

tera

ksi s

ecar

a ef

ektif

de

ngan

ling

kung

an so

sial

dan

ala

m

serta

dal

am m

enem

patk

an d

iri se

baga

i ce

rmin

an b

angs

a da

lam

per

gaul

an d

unia

Men

unju

kkan

per

ilaku

juju

r, di

siplin

, ta

nggu

ng ja

wab

, ped

uli (

goto

ng

royo

ng, k

erja

sam

a, to

lera

n, d

amai

), sa

ntun

, res

pons

if da

n pr

o-ak

tif d

an

men

unju

kkan

sika

p se

baga

i bag

ian

dari

solu

si a

tas b

erba

gai

perm

asal

ahan

dal

am b

erin

tera

ksi

seca

ra e

fekt

if de

ngan

ling

kung

an

sosi

al d

an a

lam

serta

dal

am

men

empa

tkan

diri

seba

gai c

erm

inan

ba

ngsa

dal

am p

erga

ulan

dun

ia

3

Mem

aham

i, m

ener

apka

n, d

an

men

gana

lisis

pen

geta

huan

fakt

ual,

kons

eptu

al, p

rose

dura

l, da

n m

etak

ogni

tif b

erda

sark

an ra

sa in

gin

tahu

nya

tent

ang

ilmu

peng

etah

uan,

te

knol

ogi,

seni

, bud

aya,

dan

hu

man

iora

den

gan

waw

asan

Mem

aham

i, m

ener

apka

n, d

an

men

gana

lisis

pen

geta

huan

fakt

ual,

kons

eptu

al, p

rose

dura

l, da

n m

etak

ogni

tif b

erda

sark

an ra

sa in

gin

tahu

nya

tent

ang

ilmu

peng

etah

uan,

te

knol

ogi,

seni

, bud

aya,

dan

hum

anio

ra

deng

an w

awas

an k

eman

usia

an,

Mem

aham

i, m

ener

apka

n,

men

gana

lisis

dan

men

geva

luas

i pe

nget

ahua

n fa

ktua

l, ko

nsep

tual

, pr

osed

ural

, dan

met

akog

nitif

be

rdas

arka

n ra

sa in

gin

tahu

nya

tent

ang

ilmu

peng

etah

uan,

tekn

olog

i, se

ni, b

uday

a, d

an h

uman

iora

den

gan

Page 54: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

46

KI

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

kem

anus

iaan

, keb

angs

aan,

ke

nega

raan

, dan

per

adab

an te

rkai

t pe

nyeb

ab fe

nom

ena

dan

keja

dian

, se

rta m

ener

apka

n pe

nget

ahua

n pr

osed

ural

pad

a bi

dang

kaj

ian

yang

sp

esifi

k se

suai

den

gan

baka

t dan

m

inat

nya

untu

k m

emec

ahka

n m

asal

ah

keba

ngsa

an, k

eneg

araa

n, d

an p

erad

aban

te

rkai

t pen

yeba

b fe

nom

ena

dan

keja

dian

, ser

ta m

ener

apka

n pe

nget

ahua

n pr

osed

ural

pad

a bi

dang

ka

jian

yang

spes

ifik

sesu

ai d

enga

n ba

kat d

an m

inat

nya

untu

k m

emec

ahka

n m

asal

ah

waw

asan

kem

anus

iaan

, keb

angs

aan,

ke

nega

raan

, dan

per

adab

an te

rkai

t pe

nyeb

ab fe

nom

ena

dan

keja

dian

, se

rta m

ener

apka

n pe

nget

ahua

n pr

osed

ural

pad

a bi

dang

kaj

ian

yang

sp

esifi

k se

suai

den

gan

baka

t dan

m

inat

nya

untu

k m

emec

ahka

n m

asal

ah

4

Men

gola

h, m

enal

ar, d

an m

enya

ji da

lam

rana

h ko

nkre

t dan

rana

h ab

stra

k te

rkai

t den

gan

peng

emba

ngan

dar

i yan

g di

pela

jarin

ya d

i sek

olah

seca

ra

man

diri,

ber

tinda

k se

cara

efe

ktif

dan

krea

tif, s

erta

mam

pu m

engg

unak

an

met

oda

sesu

ai d

enga

n ka

idah

ke

ilmua

n

Men

gola

h, m

enal

ar, d

an m

enya

ji da

lam

ra

nah

konk

ret d

an ra

nah

abst

rak

terk

ait

deng

an p

enge

mba

ngan

dar

i yan

g di

pela

jarin

ya d

i sek

olah

seca

ra m

andi

ri,

berti

ndak

seca

ra e

fekt

if da

n kr

eatif

, se

rta m

ampu

men

ggun

akan

met

oda

sesu

ai d

enga

n ka

idah

kei

lmua

n

Men

gola

h, m

enal

ar, m

enya

ji, d

an

men

cipt

a da

lam

rana

h ko

nkre

t dan

ra

nah

abst

rak

terk

ait d

enga

n pe

ngem

bang

an d

ari y

ang

dipe

laja

rinya

di s

ekol

ah se

cara

m

andi

ri se

rta b

ertin

dak

seca

ra e

fekt

if da

n kr

eatif

, dan

mam

pu

men

ggun

akan

met

oda

sesu

ai d

enga

n ka

idah

kei

lmua

n

Page 55: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

47

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK meliputi:

a. Al-Qur’an dan Hadis

b. Keimanan

c. Akhlak

d. Fiqh

e. Sejarah Peradaban Islam

Peta materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK meliputi:

Page 56: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

48

Tabe

l 2.7

Pe

ta M

ater

i PA

I dan

BP

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

1.Q

.S. a

l-Huj

urat

/49:

10 d

an 12

Q.S

. al-

Isra

’/17:

32,

sert

a ha

dis t

enta

ng

kont

rol d

iri (m

ujah

adah

an-

nafs

), pr

asan

gka

baik

(hus

nuzz

an),

dan

pers

auda

raan

(ukh

uwah

).

2.Q

.S. a

n-Nu

r/24

:2, s

erta

had

is te

ntan

gla

rang

an p

erga

ulan

beb

as d

anpe

rbua

tan

zina

1.Q

.S. a

l-Mai

dah/

5 : 4

8; Q

.S. a

n-N

isa/

4: 5

9, d

an Q

.S. a

t-Tau

bah/

9 :

105

serta

had

is te

ntan

g ta

at p

ada

atur

an, k

ompe

tisi d

alam

keb

aika

n,da

n et

os k

erja

,

2.Q

.S. Y

unus

/10

: 40-

41 d

an Q

.S. a

l-M

aida

h/5

: 32

serta

had

is te

ntan

gto

lera

nsi,

ruku

n, d

an m

engh

inda

rkan

diri

dari

tinda

k ke

kera

san.

1.Q

.S. A

li Im

ran/

3: 1

90-1

91, d

anQ

.S. A

li Im

ran/

3: 1

59se

rtaha

dis t

enta

ng b

erpi

kir k

ritis

dan

bers

ikap

dem

okra

tis

2.Q

.S. L

uqm

an/3

1: 1

3-14

dan

Q.S

. al-B

aqar

ah/2

: 83,

serta

hadi

s ten

tang

kew

ajib

-an

berib

adah

dan

ber

syuk

urke

pada

Alla

h se

rtabe

rbua

t bai

kke

pada

sesa

ma

man

usia

3.Im

an k

epad

a A

llah

(pen

ghay

atan

al-

Asm

a’u

al-H

usna

al-K

arim

, al-

Mu’

min

, al-W

akil,

al-M

atin

, al-J

ami’,

al

-‘Ad

l, da

n al

-Akh

ir),

dan

Iman

ke

pada

Mal

aika

t Alla

h SW

T.

3.Im

an k

epad

a K

itab

Alla

h, d

an R

asul

Alla

h Sw

t.3.

Iman

kep

ada

hari

akhi

r, qa

dada

n qa

dar.

4.B

erpa

kaia

n se

suai

syar

iat I

slam

, juj

urda

n se

man

gat k

eilm

uan.

4.Sy

aja’

ah, k

ejuj

uran

, hor

mat

dan

patu

h ke

pada

ora

ngtu

a da

n gu

ru.

4.B

eker

ja k

eras

dan

ber

tang

gung

jaw

ab.

5.K

edud

ukan

Al-Q

ur’a

n, H

adis

, dan

ijtih

ad se

baga

i sum

ber h

ukum

Isla

m,

5.Pe

ngur

usan

jena

zah,

khu

tbah

,da

kwah

, tab

ligh,

dan

prin

sip-

prin

sip

5.Pe

rnik

ahan

dal

am Il

am d

anpe

mba

gian

war

is.

Page 57: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

49

Kel

as X

K

elas

XI

Kel

as X

II

haji,

zak

at, d

an w

akaf

. ek

onom

i Isl

am.

6.Su

bsta

nsi d

an st

rate

gi k

eber

hasi

lan

dakw

ah N

abi M

uham

mad

SA

W d

i M

akka

h da

n M

adin

ah.

6.Su

bsta

nsi d

an p

erke

mba

ngan

pera

daba

n Is

lam

pad

a m

asa

keja

yaan

dan

perk

emba

ngan

Isla

m p

ada

mas

am

oder

n.

6.Su

bsta

nsi d

an p

erke

mba

ngan

pera

daba

n Is

lam

di I

ndon

esia

dan

pera

daba

n Is

lam

dun

ia

Page 58: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

50

1. Pembelajaran dan Penilaian

a. Pembelajaran

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan BudiPekerti dilaksanakan dengan menggunakanpendekatan saintifik (mengamati, menanya,mengumpulkan informasi, mengasosiasi, danmengomunikasikan). Di samping itu, pembelajaranjuga dapat dilakukan dengan berbagai macam modeldan pendekatan sesuai dengan karakteristik materiyang dibelajarkan dan kompetensi yang akandicapai.

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh modelpembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam danBudi Pekerti. Dalam pembelajaran al-Qur’an dapatdigunakan metode Mencari Pasangan (Make aMatch) dalam menentukan ayat dan terjemahannya.Dalam pembelajaran aqidah dapat digunakan metodePenemuan (Inquiry) dalam mencari bukti-buktikekuasaan Allah SWT. Dalam pembelajaran akhlakdapat digunakan metode Bermain Peran (roleplaying) dalam mencontohkan perilaku terpuji.Dalam pembelajaran fiqh dapat digunakan metodePembelajaran Berbasis Proyek (Project BasedLearning) dalam menentukan dampak zakat terhadappeningkatan ekonomi kaum dhuafa. Dalampembelajaran Sejarah Peradaban Islam dapatdigunakan metode Pembelajaran Berbasisi Masalah(Problem Based Learning) dalam meminimalisirdampak radikalisme. Contoh penggunaan model-model pembelajaran tersebut tidak baku, tetapi harusdisesuaikan dengan karakteristik materipembelajaran.

Page 59: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

51

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan strategi yang tepat dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama. Dalam metode problem based learning misalnya, pendidik dapat menanamkan nilai-nilai kerjasama, gotong-royong, kerukunan dan demokrasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Small group discussion (diskusi kelompok kecil), pendidik dapat menanamkan nilai percaya diri dalam berpendapat, bertanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain, tetapi tetap menjaga nilai multikulturalisme dengan toleransi yang tinggi dalam hidup bermasyarakat yang lebih luas. Dengan metode role playing (bermain peran) sebagai muzakki (pemberi zakat) dan mustahiq (penerima zakat) dalam pembelajaran Fiqih tentang zakat, pendidik dapat menanamkan nilai-nilai kepedulian dan empati kepada sesama, persaudaraan, di samping ajaran tentang kerja keras dan cerdas untuk dapat menjadi muzakki serta penciptaan ekonomi yang berkeadilan.

Selain itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat juga dikemas melalui multimedia sesuai dengan perkem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh: al-Qur’an, aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah peradaban Islam dapat dikemas sedemikian rupa dalam web secara terpadu. Bahan-bahan materinya dapat berupa berbagai macam media seperti bahan teks, gambar, suara, video, animasi, simulasi dan sebagainya. Materi-materi tersebut dapat dipadukan ke dalam satu-dua media atau semua media (multimedia).

Page 60: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

52

Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat juga dikemas secara interaktif dan menarik. Salah satu caranya adalah dengan menintegrasikan berbagai macam media sehingga siswa dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban melalui pemanfaatan komputer. Dengan demikian siswa memiliki kebebasan belajar sesuai dengan keinginanya. Hal ini dimaksudkan agar belajar menjadi tidak monoton, mengekang dan menegangkan.

Kebutuhan peserta didik harus juga menjadi pertimbangan dalam pembelajaran. Pada umumnya ada tiga tipe pembelajar, yaitu auditory, visual, dan kinestetik. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pendidik dituntut untuk dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang karakteristiknya beragam. Dengan demikian, pendidik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah mengimplementasikan ajaran Islam tentang keadilan, berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, renponsif, dan nilai-nilai lain dalam ajaran Islam yang humanis.

b. Penilaian

Aspek yang dinilai pada mata pelajaran PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti meliputi sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikapdilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaianantar teman, dan jurnal catatan guru. Penilaian aspekpengetahuan dilakukan melalaui tes tertulis, tes lisan,observasi terhadap diskusi, tanya jawab danpercakapan, serta penugasan. Penilaian aspekketerampilan dilakukan melalui unjuk kerja/praktik,projek, produk, dan portofolio.

Page 61: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

53

Sebagai ilustrasi, berikut ini dikemukakan beberapa contoh teknik penilaian. Dalam penilaian al-Qur’ān dapat digunakan teknik penilaian praktik membaca al-Qur’ān, komponen yang dinilai meliputi: cara membaca (pengucapan huruf, panjang pendek bacaan) dan adab membaca. Dalam penilaian aqidah dapat digunakan teknik penilaian diri terhadap pengamalan keyakinan. Dalam penilaian akhlak dapat digunakan teknik penilaian observasi. Dalam penilaian fiqh dapat digunakan teknik penilaian praktik ibadah. Dalam penilaian sejarah peradaban Islam dapat digunakan teknik penilaian proyek.

2. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai denganKondisi Lingkungan dan Peserta Didik

Indonesia sebagai negara kesatuan yang terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, budaya, ras, dan kelas sosial merupakan kekayaan yang patut disyukuri dan dipelihara agar tetap menjadi sumber kekuatan. Jika tidak disikapi dengan bijak, keberagaman itu dapat menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, berbagai kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat harus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai Islam yang humanis, toleran, demokratis, multikultural, dan berwawasan kebangsaan.

Sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21 yangmemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan BudiPekerti dalam Kurikulum 2013 juga memanfaatkanteknologi informasi dan komunikasi sebagai media dansumber belajar. Pemanfaatan TIK mendorong pesertadidik dalam mengembangkan kreativitas dan berinovasi

Page 62: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

54

serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku guru dan buku siswa. Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks bukan satu-satunya sumber belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan atau referensi lainnya dan mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS (Lembar Kerja Siswa). Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, LKS bukan hanya kumpulan soal.

F. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pendidikan karakter merupakan bagian sentral dari upaya penumbuhan budi pekerti dan karakter peserta didik antara lain memperkuat nilai-nilai nasionalisme dan relegius serta tolerasi sehingga akan terhindar dari paham yang mengarah pada radikalisme. Berikut disampaikan upaya pemerintah melalui PPK (Kemendikbud, 2016) sebagai sebagai berikut.

1. Kebijakan PPKPenguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindak lanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam pendidikan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2016.

Page 63: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

55

Kebijakan tersebut sekaligus sebagai usaha keberlanjutan dan pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan sehingga semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia telah mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. berlandaskan Nawacita. Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi

Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dansekaligus menyelaras-kan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubunganini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intra kurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Perdalaman dan perluasan tersebut dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembang-an karakter siswa, penambahan dan pemajangan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Diharapkan, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi poros kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa.

Page 64: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

56

2. Nilai Utama

Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagaidimensi terdalam pendidikan yang membudayakan danmemberadabkan. Ada 5 nilai utama karakter yang salingberkaitan membentuk jejaring nilai karakter yang perludikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK . Kelimanilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalahsebagai berikut.

a. Nilai Karakter Religius: mencerminkan keberiman-an terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkandalam perilaku untuk melaksanakan ajaran sesama,dan individu dengan alam semesta (lingkungan).Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilakumencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. ubnilaireligius: cinta damai, toleransi, menghargaiperbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri,kerja sama lintas agama, anti buli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakankehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.

b. Nilai Karakter Nasionalis: merupakan caraberpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggiterhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepen-tingan bangsa dan negara di atas kepentingan diridankelompoknya. Subnilai nasionalis antara lainapresiasi budaya bangsa sendiri,menjaga kekayaanbudaya bangsa, rela berkorban, unggul danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taathukum, disiplin, menghormati keragaman budaya,suku, dan agama. Nilai Karakter Mandiri merupakansikap dan perilaku tidak bergantung pada orang laindan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktuuntuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Page 65: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

57

c. Nilai kemandirian: antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

d. Nilai Karakter Gotong Royong: mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan pada mereka yang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti Diskriminasi, anti kekerasan, sikap kerelawanan.

e. Nilai Karakter Integritas: merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, menghargai martabat individu (terutama penyandang).

3. Fokus Gerakan PPK

Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah adadalam system pendidikan nasional. Terdapat tigastruktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur,

Page 66: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

58

dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu Struktur Program: jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru.

Struktur Kurikulum: merupakan kegiatan pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum (intra-kurikuler) dan ko-kurikuler, ekstra kurikuler, dan non-kurikuler;

Struktur Kegiatan: berbagai macam kegiatan dan program yang mampu menyinergikan 4 (empat) dimensi pengolahan karakter Ki Hajar Dewantara (olahraga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

a. Struktur Program

Struktur program meliputi jenjang dan kelas yaitudifokuskan pada Sekolah Dasar dan SekolahMenengah Pertama yang lebih dikenal sebagaipendidikan dasar. Di samping itu fokus dilakukanpada sistem formal yaitu persekolahan karenaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) memiliki kewenangan dantanggungjawab yang lebih memiliki akses terhadapsistem persekolahan ini.

Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjangmelibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikanyang ada di lingkungan sekolah. Pemanfaatan danpelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensilokal kontekstual pendidikan di daerah sehinggaGerakan PPK tidak lepas atau tercerabut dari nilai-nilai karakter yang tumbuh kembang pada ekosistempendidikan yang sudah ada. Berbagai pemangkukepentingan yang ada pada ekosistem pendidikantersebut ikut serta dan bersama-sama bertanggung-jawab dan bersinergi untuk memperkuatpembentukan karakter sebagai modal dasar untukmewujudkan warga masyarakat yang lebih

Page 67: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

59

berbudaya dan memiliki jatidiri bangsa di masa mendatang.

Pelaku kunci dalam Gerakan PPK adalah Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, tenaga non-kependidikan, orang tua, Komite sekolah dan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing perlu memahami kembali tugas dan fungsinya dalam rangka keberhasilan PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang dewasa dilingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.

b. Struktur Kurikulum

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan optimasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesui dengan kearifan dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang menerapkan PPK disesuaikan dengan keberagaman kondisi daerah dan karakteristik satuan pendidikan.

Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:

1) Mengintegrasikan/mengkontekstualisasikan mata pelajaran yangada di struktur kurikulum dan Mata Pelajaran Muatan Lokal melalui kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler. Sebagai kegiatan

Page 68: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

60

intrakurikuler dan ko-kurikuler maka setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaan berupa silabus dan RPP sesuai matapelajarannya masing-masing. Nilai-nilai Utama PPK diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran sesuai topik Utama Nilai PPK pada hari itu dansesuai dengan karakteristik Mata Pelajaran. Misalnya Mata Pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan Nilai Nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi tentang Energi.

2) Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, baik ekstrakurikuler wajib dan pilihan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan esktrakurikuler maka Satuan Pendidikan melakukan penguatan kembali kegiatan-kegiatan ekskul dan menambah kegiatan-kegiatan lain yang memberikan ruang kepada siswa untuk produktif. Kegiatan ekskul dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber daya sekolah yang ada, dengan kolaborasi dengan masyarakat dan juga pihak-pihak atau lembaga lain seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikana, Dinas Perdagangan, Museum, Rumah Budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas Satuan Pendidikan.

3) Melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukanmelalui budaya sekolah,baik melalui kegiatanrutin, spontan, pengkondisian, serta melaluiketeladanan orang dewasa di lingkungan sekolah.Kegiatan-kegiatan selepas jam sekolah diadakanuntuk memperkuat pembentukan karakterdisesuaikan dengan situasi, kondisi, ketersediaansaranadan prasarana pendidikan di unit sekolah

Page 69: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

61

dan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya, satuan pendidikan perlu menyesuaikan Kurikulum Sekolah mereka dengan mengacu pada nilai-nilai utamaPPK dengan menyusun kembali dokumen I KTSP, silabus, dan RPP, serta program-program sekolah yang dimasukkan dalam kalender pendidikan.

Selain struktur dalam kurikulum, Gerakan PPK juga memiliki struktur pendukung lain yang terdiri atas sebagai berikut:

1) Kokurikuler dan Ekstrakurikuler, merupakan kegiatan yang bersifat penambahan, pengayaan, dan perluasan dari kegiatan pembelajaran intrakurikuler, yang juga bersifat menyenangkan dan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai karakter. Contoh: kepramukaan, PMR, OSIS, olahraga, kesenian, dan lain sebagainya.

2) Ekosistem dan budaya sekolah, mewujudkan tata kelola yangsehat, hubungan antar warga sekolah yang harmonis dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat dan bersahabat.

3) Pendidikan di keluarga dan masyarakat, menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah dan di lingkungan keluarga dan masyarakat.

c. Struktur Kegiatan

Kegiatan PPK bisa sangat bervariasi tergantung dari apa yang menjadi prioritas pembentukan karakter dalam lembaga pendidikan. Kegiatan PPK mengajak masing-masing sekolah untuk menemukan “branding” khas mereka sehingga sekolah di

Page 70: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

62

Indonesia menjadi sangat kaya sekaligus unik. Selain mendorong tiap sekolah untuk memiliki “branding” sendiri, struktur kegiatan dalam PPK diharapkan merupakan perwujudan dari 4 dimensi pengolahan karakter sebagaimana yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara yaitu olah olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati. Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya “branding” sekolahitu antara lain: pilihan kegiatan olahraga, kegiatan berkelompok, dan kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, baris berbaris, drumband, kegiatan UKS, dokter kecil, dll), kegiatan memanfaatkan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), kegiatan memanfaatkan potensi lingkungan, seperti sanggar seni dan museum

G. Nasionalisme Nasionalisme memiliki peranan yang sangat besar dalam perkembangan bangsa dan negara Indonesia sejak zaman pergerakan membagun paham nasionalisme sampai dengan masa kemerdekaan saat ini. Seperti dikemukakan Ernest Renan (F. Isjawa, 1991), juga dikutif oleh Deleny Yumarlia (2005), yang dikemukakan bahwa: “Nasionalisme merupa-kan rasa kesadaran yang kuat berlandaskan atas kesadaran akan pengorbanan yang pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal itu dimasa depan”.

Ernest Renan (lkpj th) menyadari betapa pentingnya nilai sejarah dalam perkembangan faham nasionalisme, yang menekankan kepada perasaan senasib, persamaan pengalaman yang dapat membentuk suatu negara yaitu, nasionalisme adalah merupakan rasa kesadaran yang kuat yang berlandaskan atas kesadaran akan pengorbanan yang

Page 71: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

63

pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal serupa itu dimasa depan.

Semangat kebangsaan yang memang telah berhasil menyatukan semua elemen bangsa bersatu melawan para penjajah yang menguasai Indonesia ratusan tahun lamanya. Bangsa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dan beranekaragam baik itu kebudayaannya maupun masyarakatnya. Keanekaragaman itu tentu saja merupakan suatu pedoman dan faham yang cocok dengan karakter kemajemukan itu sendiri. Paham yang dirasakan cocok dengan kemajemukan ini adalah konsep kebangsaan yaitu nasionalisme. Semangat kebangsaan ini mutlak diperlukan untuk menggatasi kebhinekaan agar menjadi ketunggal ikaan. Nasionalisme juga merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi dari setiap warga suatu bangsa ditunjukkan kepada bangsa dan negara. Lebih lengkapnya Hans Khon (1984) memberikan arti nasionalisme sebagaimana yang diterjemahkan oleh Sumantri Mertadipuro dalam Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya (1984: 11) menerangkan sebagai berikut: Nasionalisme sebagai suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada disepanjang sejarah dan kekuatan-kekuatan yang berbeda-beda. Hal senada dengan pendapat di atas Soekarno (1965:3), mengemukakan bahwa “nasionalisme adalah suatu tekad, suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu adalah satu golongan, satu bangsa”.

Dengan demikian, nasionalisme atau rasa nasionalis membentuk rasa percaya diri dan merupakan esensi mutlak jika kita mempertahankan diri dalam perjuangan melawan kondisi-kondisi yang menyakitkan. Dikatakan juga bahwa

Page 72: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

64

nasionalisme menunjukkan adanya keyakinan dan kesadaran rakyat bahwa mereka merupakan satu golongan dan satu bangsa. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme berawal dari kesamaan sejarah, dimana di dalamnya terdapat rakyat yang memiliki tekad untuk bersatu sebagai satu bangsa yang utuh, tanpa mebeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar golongan, dan memiliki sebuah ikatan yang amat kuat dan tidak mudah lepas apabila ada pihak lain yang ingin melepaskan ikatan itu.

Syarat yang sudah berlaku di masa sekarang bahwasannya setiap bangsa harus membentuk suatu Negara, dan bahwa Negara itu harus meliputi seluruh bangsa. Mulanya kesetiaan atau paham kebangsaan orang tidak ditujukan kepada Negara kebangsaan, melainkan kepada berbagai macam bentuk kekuasaan organisassi politik, kekuasaan sosial, raja atau golongan keagamaan, tetapi lama kelamaan paham nasionalisme berkembang menjadi diakui oleh umum. Hampir sama seperti yang dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto (1979:53), tentang nasionalisme dengan mengutip dari George Mc. T. Kahin (lkpi th) mengatakan sebagai berikut: “Nasionalisme adalah suatu ide yang mengisi hati manusia dengan suatu pikiran baru dan mendorong untuk menterjemahkan dalam tindakan berupa aksi yang diorganisasi. Oleh karena itu, nasionalisme bukan semata-mata suatu kelompok yang diikat dan dijiwai oleh kesadaran bersama, melainkan juga merupakan suatu kelompok yang ingin mengungkapkan dirinya kedalam apa yang dianggapnya bentuk tertinggi dari pada kegiatan yang terorganisasi yakni negara yang berdaulat”. Nugroho Notosusanto memberikan tekanan bahwa nasionalisme merupakan spirit, semangat, moril, yang hidup pada diri manusia demi keagungan bangsa.

Page 73: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

65

H. Karakteristik Nasionalisme Indonesia Sartono Kartodirdjo (1992) mengemukakan unsur-unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori:

1. Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan ataupengertian akan suatu situasi/fenomena tertentu dalamhal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial padasegala parposinya.

2. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yangdianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal inidianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalahmemperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme

3. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya. Berbagai macam diskriminasi pada masyarakat kolonial melahirkan aspek afektif. Melihat pendapat di atas, maka ketiga aspek tersebut di atas tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya, karena saling berhubungan antara aspek satu dengan aspek lainnya yang akan saling menunjang dalam satu kesatuan.

Substansi nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur: Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan di Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam proklamasi kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan secara tegas, “segala bentuk penjajahan dan penindasan didunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dilihat dari sejarahnya, menurut Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha

Page 74: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

66

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bahwa karakteristik nasionalisme Indonesia antara lain:

1. Persamaan asal keturunan bangsa (etnik), yaitu bangsaIndonesia berasal dari rumpun bangsa melayu yangmerupakan bagian dari ras mongoloid dan kemudiandiperkaya oleh variasi percampuran darah antar ras.

2. Persamaan pola kebudayaan, terutama cara hidupsebagian suku-suku petani dan pelaut dengan segalaadat istiadat dan lembaga sosialnya, manifestasi(perwujudan) persamaaan bahasa nasional, yaitu bahasaindonesia.

3. Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan namakhas tanah air, yakni tanah tumpah darah seluruh bangsaberwilayah dari sabang sampai merauke.

4. Persaaan senasib kesejahteraanya, baik kejayaanbersama dimasa kejayan kerajaan-kerajaaan besar jamanbahari sriwijaya dan majapahit, maupun penderitaanbersama dibawah dominasi penjajah asing. e)Persamaan cita-cita yakni persamaan cita-cita hidupbersama sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulatserta mmembangun negara dalam ikatan persatuanindonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.(Risalah Sidang BPUPKIPPKI, 1995)

Adapun karakteristik Nasionalisme Indonesia pada masa sekarang sebagaimana tercantum dalam Pancasila sila ke tiga, yaitu Persatuan Indonesia dalam Pendidikan Kewarganegaraan SMA dengan berlandaskan pada sila ketiga pancasila, maka bangsa Indonesia memiliki ciri atau karakteristik nasionalisme yang terdiri dari butir Pancasila, sila ketiga yakni sebagai berikut:

1. Menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingandan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentinganpribadi atau golongan

Page 75: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

67

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan

3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia

4. Mengembangkan rasa kebanggaan dan kebangsaan dan bertanah air Indonesia

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Nasionalisme merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam sila ketiga karena nasionalisme ini mewujudkan perwujudan dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bahwasannya paham kebangsaan atau nasionalisme pada dasarnya mempunyai pokok-pokok yaitu kesetiaan terhadap negara dalam segala aspeknya, perasaan senasib dan sepenanggungan, sebagai identitas negara, merupakan suatu paham, dan pengakuan adanya negara nasional.

Dengan demikian,dapat diidentifikasi bahwa ciri atau indikator-indikator sikap dan perilaku yang mencerminkan nasionalisme adalah sebagai berikut:

1. Bangga menjadi bangsa dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia

2. Mengakui dan menghargai sepenuhnya keaneka ragaman pada diri bangsa Indonesia

3. Bersedia mempertahankan dan memajukan negara serta nama baik bangsa

Page 76: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

68

4. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, solidaritasdan kedamaian antar kelompok masyarakat dengansemangat persatuan

5. Menyadari sepenuhnya sebagai bagian dari bangsa lainuntuk menciptakan hubungan kerja sama salingmenguntungkan

6. Memiliki rasa cinta tanah air Indonesia

7. Menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingansendiri dan golongan atau kelompok

I. Toleransi Kehidupan Beragama Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama.

Pada masyarakat yang multiagama, Harold Howard (Saefullah dalam Suryana, 2011) mengatakan bahwa ada tiga prinsip umum dalam merespon keaneka ragaman agama. Pertama, logika bersama, Yang satu yang berwujud banyak. Kedua, agama sebagai alat, karenanya wahyu dan doktrin dari agama-agama adalah jalan atau dalam tradisi Islam disebut syariat untuk menuju Yang Satu. Ketiga, pengenaan kriteria yang mengabsahkan, maksudnya mengenakan kriteria sendiri pada agama-agama lain.

Page 77: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

69

Toleransi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan mengingat ada enam agama yang diakui resmi oleh Pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hwuchu. Menurut Suryana (2011: 133) bahwa kerukunan beragama tidak berarti merelatifkan agama-agama yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas tersebut. Urgensi dari kerukunan adalah mewujudkan kesatuan pandangan dan sikap guna melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain. Kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya toleransi beragama, yakni penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Dalam pengertian yang luas toleransi lebih terarah pada pemberian tempat yang luas bagi keberagaman dan perbedaan yang ada pada individu atau kelompok-kelompok lain. Oleh sebab itu, perlu ditekankan bahwa tidak benar bilamana toleransi dimaknai sebagai pengebirian hak-hak individu atau kelompok tertentu untuk disesuaikan dengan kondisi atau keadaan orang atau kelompok lain, atau sebaliknya mengorbankan hak-hak orang lain untuk dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi kelompok tertentu. Toleransi justru sangat menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing individu atau kelompok tersebut, namun di dalamnya diikat dan disatukan dalam kerangka kebersamaan untuk kepentingan yang sama. Toleransi

Page 78: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

70

adalah penghormatan, penerimaan dan penghargaan tentang keragaman yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia. Hal itu dipelihara oleh pengetahuan, keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Toleransi adalah harmoni dalam perbedaan (UNESCO APNIEVE, dalam Endang, 2013: 92)

J. Tindakan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama Tindakan intoleransi dalam kehidupan beragama sering menimbulkan teror di masyarakat. Terorisme secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan untuk menciptakan rasa takut dalam masyarakat (Hakim, 2004). Dengan berdalih pada agama seseorang atau sekelompok orang melakukan kekerasan terhadap orang lain sehingga orang lain atau kelompok merasa takut atau terancam hidupnya. Tindakan intoleransi sering mengarah pada radikalisme. Alwi, et. al., (2002: 919) mengartikan radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Paham ini menganggap apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran yang harus disebarluaskan kepada masyarakat agar terjadi perubahan dalam masyarakat sesuai dengan keyakinan yang dianut. Cara yang dilakukan dengan memaksakan kehendak kepada orang lain atau menimbulkan kekerasan dan teror menimbulkan konflik sosial.

Page 79: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

71

K.

Has

il-H

asil

Pene

litia

n R

adik

alis

me

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

A

SETA

RA

Inst

itute

for D

emoc

racy

and

Pea

ce (S

IDP)

:Lap

oran

Sur

vey

Tole

rans

i Sis

wa

SMA

Neg

eri d

i Jak

arta

& B

andu

ng R

aya,

201

6 da

n 20

15.

Peny

impa

ngan

tem

uan

2016

: 5,

8% si

swa

men

duku

ng m

engg

anti

Panc

asila

seba

gai d

asar

Neg

ara

(hal

21

) 3,

9% si

swa

men

gang

gap

kelo

mpo

k la

in k

afir

dan

sesa

t 6,

8% si

swa

men

ggun

akan

kek

eras

an d

alam

mem

perju

angk

an k

eyak

inan

4,

6% si

swa

mel

aran

g pe

ndiri

an ru

mah

ibad

ah

30,8

%si

swa

setu

ju K

etua

Kel

as/O

SIS

har

us sa

tu a

gam

a (h

al 2

2)

38,0

% m

emili

h B

upat

i/Wal

ikot

a/G

uber

nur y

ang

satu

seag

ama

11.3

% s

isw

a m

enga

ngga

p K

hila

fah

mer

upak

an s

iste

m p

emer

inta

han

yang

pa

ling

baik

unt

uk d

itera

pkan

di I

ndon

esia

saat

ini (

hal 2

4)

5 re

spon

den

(0.7

%) s

etuj

u de

ngan

ger

akan

ISIS

Pe

nyim

pang

an T

emua

n 20

15:

8,5%

(58

resp

onde

n) m

enya

taka

n se

tuju

jika

Pan

casi

la se

baga

i das

ar

71lte

rn d

igan

ti de

ngan

aga

ma

terte

ntu

7,2%

resp

onde

n y

ang

setu

ju d

enga

n ge

raka

n IS

IS

31,8

% r

espo

nden

men

yata

kan

mat

eri p

elaj

aran

aga

ma

tidak

men

duku

ng

pem

aham

an k

ebhi

neka

an

Peny

ebab

: Po

la p

enan

aman

ide-

ide

into

lera

nsi

mel

alui

gur

u, k

urik

ulum

, dan

pe

rjum

paan

den

gan

alum

ni m

elal

ui

sist

em m

ento

ring

keag

amaa

n de

ngan

m

embi

mbi

ng p

elaj

ar m

enga

ji, d

iser

tai

dial

og-d

ialo

g be

rtem

a ke

agam

aan.

M

ento

ring

dige

lar a

tas a

lasa

n ku

rang

nya

jam

pel

ajar

an a

gam

a ya

ng

hany

a du

a ja

m d

alam

sem

ingg

u. D

ari

kegi

atan

itul

ah p

enye

bara

n 71

ltern

at

terte

ntu

dim

ulai

. (ha

l 2)

Gur

u PK

n tid

ak m

ampu

men

jadi

kan

PKn

seba

gai s

aran

a ef

ektif

m

empe

rkua

t tol

eran

si.

Buk

u-bu

ku p

elaj

aran

juga

dite

ngar

ai

men

yeba

rkan

pah

am in

tole

rans

i.Buk

u pe

laja

ran

SMA

di B

andu

ng, s

alah

sa

tu b

abny

a m

enam

pilk

an m

ater

i

Page 80: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

72

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

“keb

angk

itan

praj

urit

Isla

m”.

Sal

ah

satu

kut

ipan

kal

imat

di b

uku

itu

mis

alny

a, “

sem

ua o

rang

yan

g m

enye

mba

h Tu

han

sela

in A

llah

adal

ah k

afir

dan

pant

as d

ibun

uh.

(Arz

ita, 2

016;

pen

yeba

b: h

asil

studi

ta

hun

2015

).

B

Surv

ei W

ahid

Fou

ndat

ion:

“Po

tens

i Int

oler

ansi

dan

Radi

kalis

me

Sosia

l K

eaga

maa

n di

Kal

anga

n M

uslim

Indo

nesia

”, 2

016.

Peny

impa

ngan

: R

espo

nden

ada

lah

umat

Isla

m b

erus

ia d

i ata

s 17

tahu

n at

au su

dah

men

ikah

, men

emuk

an:

59,9

% m

emili

ki k

elom

pok

yang

dib

enci

, yak

ni m

erek

a ya

ng b

erla

tar

bela

kang

aga

ma

non

mus

lim, k

elom

pok

tion

ghoa

, kom

unis

, dan

se

lain

nya.

D

ari j

umla

h 59

,9 p

erse

n itu

, seb

anya

k 92

,2 p

erse

n ta

k se

tuju

bila

ang

gota

ke

lom

pok

yang

mer

eka

benc

i men

jadi

pej

abat

pem

erin

tah

di In

done

sia.

7,

7 %

ber

sedi

a m

elak

ukan

tind

akan

radi

kal b

ila a

da k

esem

pata

n da

n se

bany

ak 0

,4 p

erse

n ju

stru

per

nah

mel

akuk

an ti

ndak

an ra

dika

l. Pr

aktik

bai

k/ P

ositi

p:

Segi

pos

itip:

82,

3 pe

rsen

men

yata

kan

duku

ngan

nya

kepa

da P

anca

sila

dan

UU

D 1

945.

C

Maa

rif In

stitu

te, 2

017.

Pen

eliti

an P

engu

atan

Inst

itusi

Sek

olah

Mel

alui

Page 81: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

73

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Keb

ijaka

n In

tern

al S

ekol

ah y

ang

Men

goko

hkan

Keb

inek

aan:

Kot

a B

anda

A

ceh,

Kab

upat

en L

ebak

, Kab

upat

en C

ianj

ur, K

abup

aten

Suk

abum

i, K

ota

Sura

karta

, Kot

a M

atar

am, d

an K

ota

Mak

assa

r.

Tem

uan:

Pr

oduk

keb

ijaka

n di

ting

kat p

usat

mau

pun

daer

ah d

an se

kola

h, ti

dak

ada

yang

seca

ra sp

esifi

k be

rkai

tan

deng

an p

engu

atan

ata

u pe

lem

ahan

ke

bine

kaan

. Ken

dati

dem

ikia

n, te

rdap

at a

nasi

r-an

asir

yan

g m

engu

atka

n/

mem

perle

mah

Keb

inek

aan,

term

uat d

alam

: Pe

ratu

ran/

keb

ijaka

n se

kola

h te

ntan

g (1

) Pel

atih

an P

enge

mba

ngan

K

etak

waa

n da

n K

eim

anan

Mel

alui

Pen

didi

kan

Din

iyah

dan

(2) R

egul

asi

Tent

ang

Pem

isah

an K

elas

Lak

i-lak

i dan

Per

empu

an d

i Sek

olah

Men

enga

h di

Kot

a B

anda

Ace

h ya

ng b

eras

al d

ari P

emer

inta

h K

ota

dan

Din

as

Pend

idik

an K

ota

Ban

da A

ceh.

(3) W

ajib

Bel

ajar

Bac

a Tu

lis Q

ur’a

n di

K

ab. P

ande

glan

g ya

ng b

eras

al d

ari P

emka

b. (4

) Ger

akan

Pem

bang

unan

M

asya

raka

t Ber

akhl

akul

Kar

imah

(Pem

kab

Cia

njur

) dan

(5) J

abar

M

engh

apal

(Pem

prov

Jaw

a B

arat

). (6

) Inb

up te

ntan

g G

erak

an S

hola

t Su

buh

Ber

jam

aah

di M

esjid

dan

(7) P

erbu

p te

ntan

g Pe

ngel

olaa

n In

fak,

Se

deka

h da

n D

ana

Sosi

al K

eaga

maa

n La

inny

a B

erba

sis M

asya

raka

t ser

ta

(8) P

erbu

p te

ntan

g 10

Keb

iasa

an A

khla

k M

ulia

(Kab

. Suk

abum

i), (

9)

Libu

r Fak

ulta

tif u

ntuk

Sis

wa

Ber

agam

a H

indu

(Kot

a M

atar

am),

(10)

Se

kola

h m

ener

ima

sisw

a ya

ng b

eras

al d

ari s

uku,

aga

ma,

ras d

an b

uday

a ap

apun

kec

uali

SMA

N 1

0 K

ota

Band

a A

ceh

yang

han

ya m

ener

ima

sisw

a m

uslim

; (11

) Pem

berla

kuan

Imta

q di

SM

AN

1 C

ibad

ak K

ab. S

ukab

umi

Perm

asal

ahan

: Te

rdap

at In

dika

si p

rose

s pen

yeba

ran

paha

m y

ang

berte

ntan

gan

deng

an

Panc

asila

dan

NK

RI d

i sek

olah

: Se

kola

h ce

nder

ung

abai

den

gan

mot

if di

balik

akt

ivita

s alu

mni

, sep

erti

peny

ebar

an p

emah

aman

kea

gam

aan

dan

73lte

rnat

yan

g be

rtent

anga

n de

ngan

Pan

casi

la d

an N

KR

I sep

erti

ide

pem

bent

ukan

khi

lafa

h, se

rta

men

jadi

kan

sisw

a se

baga

i bas

is

duku

ngan

bag

i org

anis

asi-o

rgan

isasi

ke

mas

yara

kata

n.

Pola

pen

etra

si d

i sek

olah

mel

alui

pe

rtem

uan-

perte

mua

n te

rbat

as (l

iqa)

de

ngan

men

ggun

akan

mod

ul,

men

torin

g da

n ba

han-

baha

n ba

caan

be

rupa

buk

u te

rjem

ahan

dan

73l

tern

at

yang

ber

isi p

anda

ngan

ant

i-ke

bine

kaan

yan

g di

terb

itkan

ole

h

Page 82: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

74

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

yang

men

yeba

bkan

Upa

cara

Ben

dera

dis

elen

ggar

akan

dua

min

ggu

seka

li;

Sela

in it

u, d

item

ukan

Keb

iasa

an b

erup

a: (1

) Tra

nsm

isi P

enge

taua

n m

elal

ui P

embe

laja

ran;

(2) S

DM

Gur

u ya

ng M

enga

mpu

Mat

a Pe

laja

ran

PKn,

Sej

arah

dan

PA

I; (3

) Upa

cara

Ben

dera

; (4)

Pel

aksa

naan

Imta

q (I

iman

da

n Ta

qwa)

; (5)

Uru

nan

War

ga S

ekol

ah B

agi S

isw

a K

uran

g M

ampu

dan

Te

rken

a M

usib

ah; (

6) B

easi

swa

Bag

i Sis

wa

yang

Kur

ang

Mam

pu; (

7)

Bea

sisw

a B

agi S

iwa

yang

Ber

pres

tasi

Sec

ara

Aka

dem

ik d

an N

on-

Aka

dem

ik T

anpa

Mem

anda

ng S

AR

A; (

8) A

kses

terh

adap

Fas

ilita

s Tem

pat

Ibad

ah k

enda

ti B

elum

Mer

ata;

(9) A

kses

terh

adap

Pem

bina

(Pem

ater

i) K

eaga

maa

n ke

ndat

i Bel

um M

erat

a; (1

0) D

ukun

gan

Pela

ksan

aan

Keg

iata

n-K

egia

tan

Kea

gam

aan;

(11)

Duk

unga

n K

egia

tan

Ekst

raku

rikul

er B

erba

sis

Kea

gam

aan;

(12)

Pen

gatu

ran

Sera

gam

Sek

olah

; (13

) Per

an O

SIS

dan

Org

anis

asi E

kstra

kurik

uler

. Kes

epak

atan

Ber

sam

a be

rupa

Pen

dafta

ran

Sisw

a A

liran

Kep

erca

yaan

men

jadi

Isla

m u

ntuk

kep

erlu

an d

atab

ase

seko

lah

kare

na ti

dak

ters

edia

kol

om S

unda

Wiw

itan.

piha

k te

rtent

u.

Pola

lain

ada

lah

pene

trasi

ideo

logi

s ol

eh o

rgan

isas

i mas

sa b

erta

raf

trans

nasi

onal

yan

g m

emai

nkan

per

an

yang

cuk

up si

gnifi

kan

bagi

pro

ses

yang

terja

di d

i sek

olah

; ant

ara

lain

: m

elak

ukan

men

torin

g da

n pe

ndam

ping

an k

egia

tan

ekst

raku

rikul

er se

rta p

enet

rasi

te

rhad

ap p

ara

tena

ga p

enga

jar

seko

lah.

Po

la te

rseb

ut m

enja

di la

zim

dila

kuka

n se

baga

i upa

ya m

empe

rkua

t pen

etra

si

ideo

logi

s yan

g pa

da d

asar

nya

berte

ntan

gan

dan

cend

erun

g m

erun

tuhk

an se

ndi-s

endi

keb

angs

aan

yang

did

asar

kan

pada

Pan

casi

la d

an

Neg

ara

Kes

atua

n R

epub

lik In

done

sia.

D

Pu

slitj

ak D

ikbu

d (2

016)

: Kaj

ian

Pend

idik

an K

ebhi

neka

an P

ada

Satu

an

Pend

idik

an M

enen

gah

Page 83: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

75

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Pe

nyim

pang

an:

8,2

% s

isw

a se

tuju

-san

gat s

etuj

u K

etua

OSI

S da

ri ag

ama

yang

sam

a 6,

8% si

swa

mer

asa

men

gang

gap

seba

ikny

a K

etua

OSI

S da

ri Et

nis y

ang

sam

a.

Prak

tik b

aik

Pend

idik

an K

ebhi

neka

an:

Keb

ijaka

n Se

kola

h Pe

mba

uran

ant

ar si

swa

yang

bhi

neka

M

embe

rikan

ruan

g/w

adah

akt

ualis

asi b

uday

a-ag

ama

Pem

bias

aan

penu

mbu

han

budi

peke

rti

Prog

ram

afir

mas

i lin

tas e

thni

s Pe

ran

Gur

u Pe

mbe

laja

ran

men

arik

Pe

mah

aman

keb

angs

aan

dan

aktu

alis

asi

Perm

asal

ahan

/ Ken

dala

Pen

erap

an

pend

idik

an k

ebhi

neka

an:

Sika

p w

arga

seko

lah:

mas

ih k

uat

prim

ordi

al k

elua

rga,

pem

aham

an

agam

a se

mpi

t (ek

sklu

sif),

sulit

m

eman

tau

kegi

atan

sisw

a di

luar

K

ebija

kan

seko

lah:

Kem

ampu

an

kogn

itif m

asih

prio

ritas

dan

K

eter

bata

san

sum

berd

aya

E Le

mba

ga K

ajia

n Is

lam

dan

Per

dam

aian

(LaK

IP, 2

011)

: Has

il Su

rvei

La

KIP

tent

ang

keke

rasa

n be

rmer

ek a

gam

a di

kal

anga

n pe

laja

r

Pe

nyim

pang

an:

Paha

m (I

deol

ogi)

Rad

ikal

is:

12,1

% si

swa

setu

ju o

rgan

isas

i rad

ikal

Peny

ebab

kek

eras

an b

erla

bel a

gam

a m

arak

ada

lah

kurik

ulum

dan

gur

u ag

ama

PAI.I

deol

ogi t

eror

ism

e

Page 84: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

76

No

Kon

disi:

Prak

tek

Bai

k/ S

egi P

ositi

p d

an P

enyi

mpa

ngan

Pe

nyeb

ab/P

erm

asal

ahan

23,6

% g

uru

PAI

setu

ju o

rgan

isas

i rad

ikal

25

% si

swa

men

yata

kan

Panc

asila

tida

k re

leva

n 21

% g

uru

PAI m

enya

taka

n Pa

ncas

ila ti

dak

rele

van

Tind

akan

: 52

,3 %

sisw

a se

tuju

pen

grus

akan

dan

pen

yege

lan

rum

ah ib

adah

be

rmas

alah

. 40

,9 %

gur

u PA

I set

uju

peng

rusa

kan

dan

peny

egel

an ru

mah

ibad

ah y

ang

berm

asal

ah

berh

asil

men

yusu

p m

asuk

mel

alui

m

ata

pela

jara

n PA

I dan

gur

u-gu

ru

agam

a PA

I.

F W

ahid

Fou

ndat

ion

2016

: Lap

oran

Ris

et P

oten

si R

adik

alis

me

di K

alan

gan

Akt

ivis

Roh

ani I

slam

Sek

olah

-Sek

olah

Neg

eri

33%

resp

onde

n m

enga

rtika

n jih

ad se

baga

i ber

pera

ng d

an m

enga

nkat

se

njat

a m

elaw

an o

rang

kaf

ir.

78%

resp

onde

n m

endu

kung

ide

kekh

ilafa

han

17%

resp

onde

n se

tuju

bah

wa

oran

g m

urta

d di

bunu

h.

10%

resp

onde

n m

endu

kung

bom

Sar

inah

6%

resp

onde

n m

endu

kung

ISIS

G

Sa

iful M

ujan

i Res

earc

h C

onsu

lting

(SR

MC

) pad

a D

esem

ber 2

015

dan

2007

, men

emuk

an:

Page 85: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

77

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

1.

4%

war

ga b

erus

ia 2

2-25

tahu

n da

n 5%

war

ga y

ang

mas

ih

seko

lah/

kulia

h y

ang

men

gena

l ISI

S m

enya

taka

n se

tuju

den

gan

apa

yang

di

perju

angk

an IS

IS (2

015)

. 2.

M

ayor

itas m

uslim

men

olak

ISIS

.Pen

olak

an te

rseb

ar m

erat

a di

se

mua

di

kate

gori

jend

er, d

esa-

kota

, um

ur, p

endi

dika

n, p

eker

jaan

, pe

ndap

atan

, wila

yah,

etn

is, d

an a

gam

a. D

i sem

ua k

elom

pok

itu, y

ang

men

yata

kan

ISIS

boi

eh d

idiri

kan

di In

done

sia,

pad

a um

umny

a h

anya

se

kita

r 0-2

% (2

015)

. 3.

9,

3% se

tuju

Neg

ara

diga

nti d

enga

n N

egar

a Is

lam

ata

u kh

ilafa

h (2

017)

. 4.

D

ari 6

6,4%

yan

g ta

hu IS

IS, 2

,7%

setu

ju/s

anga

t set

uju

perju

anga

n IS

IS (2

017)

H

Pusl

itjak

Dik

bud

(201

7): K

ajia

n R

adik

alis

me

di K

alan

gan

Pela

jar:

Stud

i C

epat

(Aw

al) d

i Kab

upat

en C

ilaca

p

B

erda

sark

an k

eter

anga

n in

form

an (K

etua

FK

UB

Cic

acap

):di b

eber

apa

SM

A d

an S

MP

Cila

cap

terd

apat

gur

u ya

ng m

enya

mpa

ikan

pah

am k

hiaf

ah

kepa

da p

ara

sisw

a 77

ltern

a si

kap

peno

laka

n te

rhad

ap d

asar

77l

tern

Pa

ncas

ila.

Ada

em

pat g

uru

di S

MPN

2 S

idar

eja

yang

sela

lu ti

dak

mau

men

giku

ti up

acar

a be

nder

a, h

orm

at b

ende

ra, m

emba

ca d

an m

enya

nyik

an P

anca

sila

Se

luru

hnya

terd

apat

em

pat g

uru

dan

satu

ket

ua k

omite

yan

g be

rpan

dang

an

dem

ikia

n. M

erek

a ad

alah

Sud

arti

(gur

u PK

n), B

ashi

r (gu

ru o

lahr

aga)

,

Bebe

rapa

gur

u di

Cila

cap

“de

kat”

de

ngan

org

anis

asi y

ang

men

gusu

ng

gaga

san

khila

fah,

HTI

(Ket

eran

gan

kepo

lisia

n)

Sam

pai s

aat i

ni ti

dak

ada

sem

acam

pe

dom

an y

ang

dapa

t dija

dika

n da

sar

piha

k ke

polis

ian

untu

k m

elak

ukan

pe

mbi

naan

di s

ekol

ah (d

isam

paik

an

Page 86: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

78

No

Kon

disi:

Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Sura

tno

(gur

u ba

hasa

Indo

nesi

a-sa

at in

i sud

ah p

ensi

un),

Tauf

ik (g

uru

Mat

emat

ika)

dan

Suk

anto

(Ket

ua K

omite

200

1-20

14).

Beb

erap

a da

ri na

ma

itu (B

ashi

r, Su

ratn

o, d

an S

ukan

to) b

ahka

n te

lah

mas

uk d

alam

cat

atan

ap

arat

pen

egak

huk

um k

aren

a m

erek

a m

enje

nguk

Ust

. Abu

Bak

ar B

aasy

ir di

LP.

Nus

a K

amba

ngan

. Hal

ini d

iket

ahui

Pak

Ben

i dar

i Dan

ram

il ke

cam

atan

Sid

arej

a (K

asus

201

3, su

dah

dila

kuka

n pe

mbi

naan

) Te

rdap

at ti

ga g

uru

di S

MPN

1 si

dare

ja y

ang

bera

filia

si d

enga

n LD

II

(Lem

baga

Dak

wah

Isla

m In

done

sia).

Ket

igan

ya a

dala

h H

. Sug

iyan

to (g

uru

Bhs

. Ind

ones

ia),

Suya

mto

(gur

u B

ahas

a In

done

sia)

, dan

Jasw

an (g

uru

Mat

emat

ika)

. Mer

eka

yang

terg

abun

g da

lam

LD

II in

i men

gang

gap

umat

is

lam

lain

seba

gai k

afir

sehi

ngga

tida

k m

au b

erib

adah

ber

sam

a de

ngan

or

ang

di lu

ar k

elom

pok

mer

eka.

Te

rdap

at se

oran

g ka

ryaw

an T

U S

MA

N 1

Cila

cap

yang

serin

gkal

i m

enya

mpa

ikan

gag

asan

tent

ang

khila

fah

saat

men

jadi

Kha

tib sh

alat

Ju

m’a

t di S

ekol

ah.T

idak

seca

ra sp

esifi

k m

enen

tang

das

ar N

egar

a Pa

ncas

ila

(pen

jela

san

alum

ni S

MA

N 1

Cila

cap)

oleh

Kan

it B

imbi

ngan

Mas

yara

kat,

Pols

ek S

idar

eja)

. Pa

ra g

uru

jara

ng m

enda

mpi

ngi s

isw

a pa

da Ju

mat

an d

an k

egia

tan

Roi

s di

seko

lah

Page 87: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

79

L.

Rad

ikal

ism

e da

n Pe

laja

r: F

enom

ena

Di B

eber

apa

Neg

ara

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

1 A

ustr

alia

1.

20

0 w

arga

A

ustra

li a

yang

be

rnia

t m

elak

ukan

per

jala

nan

ke

Tim

ur

Teng

ah

term

asuk

Su

riah

mer

eka

berg

abun

g de

ngan

IS

IS,

mer

eka

tela

h di

cega

t pol

isi A

ustra

lia (

IRN

A

dala

m A

gus S

B,

2016

).

2.

Men

teri

Imig

rasi

Pet

er D

utto

n ha

ri R

abu

(25/

3/20

15)

men

jela

skan

seor

ang

rem

aja

17

tahu

n di

cega

t pa

da 1

2 M

aret

20

15

di

term

inal

ke

bera

ngka

tan

inte

rnas

iona

l ka

rena

aka

n be

rgab

ung

deng

an

ISIS

. (A

gus S

B,

2016

:123

)

1. M

ente

ri

Imig

rasi

A

ustra

lia

men

ginf

orm

asik

an

bahw

a ba

nyak

di

anta

ra

para

pe

mud

a in

i m

emut

uska

n un

tuk

perg

i ke

Ir

ak

dan

Suria

h se

tela

h m

enga

kses

jej

arin

g so

sial

dan

in

tern

et (

IRIB

Rad

io, 2

5 M

aret

20

15) (

Agu

s SB

, 20

16:1

23).

2.

Ana

k m

uda

ini

tanp

a se

peng

atah

uan

oran

g tu

a m

erek

a m

engu

nduh

da

n m

ener

ima

bera

gam

in

form

asi

med

ia

sosi

al

dan

rinte

rnet

. K

elom

pok

mem

atik

an in

i (IS

IS)

berh

asil

men

jang

kau

piki

ran

anak

m

uda

Aus

tralia

m

elal

ui

laya

r ko

mpu

ter,

men

cuci

ota

k m

erek

a da

n in

i m

enyu

litka

n ne

gara

-neg

ara

Bar

at

saat

in

i (R

adio

A

ustra

lia,

25

Mar

et

Rek

omen

dasi

A

gus

Sury

a B

akti,

20

16:

1.

Pent

ingn

ya P

engu

atan

Reg

ulas

i

Pena

nggu

lang

an

tinda

kan

dan

aksi

te

roris

me

haru

s pu

la m

enye

ntuh

up

aya

pena

nggu

lang

an

da

n pe

nceg

ahan

se

jak

pra-

aksi

. D

alam

ko

ntek

s pe

nceg

ahan

te

rotis

me

di d

unia

may

a, a

spek

re

gula

si m

enja

di s

anga

t pe

ntin

g un

tuk

diku

atka

n.

Pem

erin

tah

haru

s se

gera

m

emik

irkan

m

asiv

itas

dan

dam

pak

yang

tim

bul

dari

tero

rism

e di

du

nia

may

a ya

ng

lam

bat

laun

te

lah

men

goto

ri ru

ang

berm

ain

dan

sara

nan

peng

etah

uan

anak

-ana

k m

uda

kita

mel

alui

med

ia in

tern

et.

2.

Sine

rgita

s N

egar

a de

ngan

Page 88: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

80

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

2015

) (A

gus S

B,

2016

:124

) M

asya

raka

t

Pera

n se

luru

h ko

mpo

nen

mas

yara

kat

dari

unit

palin

g k e

cil

kelu

arga

, to

koh

agam

a, g

uru,

dos

en,

insa

n m

edia

, da

n la

inny

a m

erup

akan

m

itra

stra

tegi

s ya

ng sa

ngat

efe

ktif

dala

m

mem

bend

ung

peng

aruh

ra

dika

lism

e di

dun

ia m

aya.

2 A

mer

ika

Seri

kat

FBI m

enca

tat a

dany

a ka

sus p

elaj

ar

anta

ra 1

3-18

tah

un y

ang

mas

uk

dala

m ja

ringa

n ke

lom

pok

ektri

m.

Peny

ebar

an

paha

m

radi

kal

di

kala

ngan

pel

ajar

dia

tara

nya

terja

di

mel

alui

kom

unik

asi

onlin

e de

ngan

ke

lom

pok-

kelo

mpo

k ra

dika

l.

a.M

embe

ntuk

Ti

m

Pena

ngan

anA

ncam

an d

an P

rose

dur i

nter

vens

iun

tuk

sisw

a ya

ng d

idug

a te

rpap

arpa

ham

radi

kal.

b.Pe

latih

an

bagi

gu

ru

dan

kary

awan

seko

lah

c.Se

kola

h di

waj

ibka

n m

enja

linke

rjasa

ma

deng

an

para

pi

hak

(pra

ktis

i kes

ehat

an m

enta

l, ap

arat

huku

m, p

elay

an s

osia

l, dl

l) un

tuk

men

gank

al

peny

ebar

an

paha

mra

dika

l.

Page 89: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

81

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

3 M

yanm

ar

Feno

men

a an

ti-m

uslim

ole

h bi

ksu-

biks

u B

udha

dal

am g

erak

an 9

69.

Ger

akan

ini d

iduk

ung

oleh

se

bagi

an a

para

t pem

erin

tah.

O

torit

as p

emer

inta

h m

emba

tasi

aks

es

etni

s Roh

ingy

a un

tuk

men

dapa

tkan

pe

ndid

ikan

di t

ingk

at u

nive

rsita

s de

ngan

ala

san

untu

k m

ence

gah

terja

diny

a ke

kera

san.

4 K

anad

a a.

G

uru-

guru

di s

ekol

ah Is

lam

sw

asta

men

yeba

rkan

ideo

logi

m

uslim

eks

trim

kep

ada

para

sisw

a (R

ahee

l Rez

a, 2

013)

b.

Rek

rutm

en k

elom

pok

ekst

rim

juga

terja

di d

i Uni

vers

itas m

elal

ui

aktiv

itas-

aktiv

itas i

nfor

mal

.

5 B

angl

ades

h a.

Le

bih

dari

50 k

elom

pok

ekst

rim

dan

10 p

arta

i pol

itik

berb

asis

ag

ama

mem

iliki

org

anis

asi s

ayap

di

ting

kat p

elaj

ar.

b.

Perk

emba

ngan

jum

lah

mad

rasa

h sw

asta

tak

berij

in d

iteng

arai

m

enja

di sa

lah

satu

jalu

r pe

nyeb

aran

pah

am ra

dika

l.

M

elal

ui te

laah

ata

s buk

u-bu

ku te

ks

yang

dig

unak

an d

i sek

olah

, Pe

mer

inta

h ce

nder

ung

men

ghin

dari

tem

a-te

ma

kont

rove

rsia

l ter

mas

uk

dian

tara

isu

radi

kalis

me

ini.

Page 90: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

82

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

6 K

orea

Se

lata

n Se

oran

g re

maj

a K

orea

Sel

atan

yan

g hi

lag

di T

urki

men

yata

kan

ingi

n be

rgab

ung

deng

an IS

IS. K

eing

inan

re

maj

a be

rusi

a 18

tahu

n in

i di

lont

arka

n m

elal

ui a

kun

Twitt

er

atas

nam

a Su

nni M

ujah

idee

n m

ilikn

ya. R

emaj

a ya

ng

diid

entif

ikas

i den

gan

nam

a ke

luar

ga

Kim

ini d

iper

kira

kan

tela

h m

enye

bera

ng k

e Su

riah

Seor

ang

polis

i sen

ior C

hung

Jae-

Il,

di S

eoul

sepe

rti y

ang

diku

tip

Cha

nnel

New

s Asi

a, R

abu

(21/

1)

men

gata

kan

bahw

a K

im

men

ulis

kan

sera

ngka

ian

pesa

n di

ak

un T

witt

er m

iliki

nya

untu

k m

emin

ta in

form

asi m

enge

nai c

ara

berg

abun

g de

ngan

ISIS

(Agu

s SB

, 20

16:1

24).

Page 91: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

83

M.

Ker

angk

a A

nalis

is

Page 92: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

84

Guna mewujudkan kesepakatan para pendiri bangsa untuk membangun bangsa dan Negara Indonesia berdasarkan serta berjiwa Pancasila, UUD 1945 dalam bingkai kebhinekaan dan naungan NKRI telah ditetapkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Kendati pemerintah telah berupaya untuk melaksanakan amanat tersebut, antara lain melalui penguatan pendidikan karakter, namun ditemukan gejala tumbuhnya paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah yang memprihatinkan.

Gejala tersebut perlu dikaji secara seksama, untuk memperoleh data/informasi yang memberikan jawaban permasalahan tentang 1) Bagaimana kondisi sebenarnya radikalisme pelajar saat ini?, 2) ) Bagaimana Upaya sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mewujudkan siswa (WNI) yang Pancasilais, taat UUD45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, dan 3) Mengapa/Faktor apa yang terkait dengan terjadinya paham dan tindakan Radikalisme di kalangan Pelajar?

Data/Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh bahan rekomendasi Kebijakan tentang strategi guna mencegah dan menanggulangi paham serta tindakan radikalisme dan langkah memperkuat nilai Karakter religious dan nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar. Rekomendasi kebijakan ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan perwujudan amanat peraturan perundang-undangan dan kebijakan dalam membangun bangsa dan Negara Indonesia berjiwa Pancasila, UUD 1945 dalam bingkai Bineka Tunggal Ika.

Page 93: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Studi tentang radikalisme dalam penelitian ini mengguna-kan pendekatan kualitatif yang dianalisis secara deskriptif tetang kondisi nyata yang ada dilapangan, potensi, masalah dengan dukungan data empiris.

B. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di empat lokasi, yakni: di Kabupaten Cilacap, Kota Bogor (Jabar), dan KotaYogyakarta (DIY) dan Kota Malang (Jatim). Kabupaten Cilacap dipilih sebagai sasaran survey cepat/awal karena berdasarkan berita dalam Tribun jateng.com (4/4/2017) yang berjudul “Geger Pelajar di Sekolah-Sekolah Negeri di Cilacap Dicekoki paham radikalisme”. Diberitakan, ajaran radikalisme ingin mengganti Pancasila telah menyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP di Kabupaten Cilacap.

Kotamadya Bogor dipilih karena termasuk kota/kabupten dengan indeks toleransi yang paling rendah di Indonesia (SETARA Institute, 2016). Bahkan diinformasikan lewat media, telah terjadi acara pembaiatan di kalangan ratusan mahasiswa untuk paham tertentu yang ingin mendidikan Negara lain yang menyimpang dari kesepakatan nasional sebagai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kotamadya Yogyakarta dipilih karena ditengarai menjadi salah satu pusat penyebaran paham radikalisme dan sebagai kota pelajar dari multi etnis. Kotamadya Malang merupa-

Page 94: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

86

kan “kota pelajar” baru yang tidak masuk dalam kota intoleransi.

C. Teknik Pengumpulan Data Di Kabupaten Cilacap dilakukan studi cepat dalam waktu dua hari efektif. Ini dilakukan untuk segera menjawab pertanyaan pengambil kebijakan tentang:Apakah benar ajaran radikalisme yang ingin mengganti Pancasila telah menyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP di Kabupaten Cilacap?

Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan Ketua dan Sekretaris Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Cilacap, Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap, Kepala Sekolah dan guru agama dan PKn SMA, SMK dan SMP, beberapa alumni siswa Siswa SMK, dan personil Poisi Sektor (Polsek). Observasi dilakukan untuk melihat situasi sekolah, lingkungan sekitar sekolah, termasuk memantau kejadian di sekitar Polsek yang berpotensi terjadi konflik antar ormas yang berbeda paham.

Pengumpulan data di dua lokasi lainnya (Kota Yogyakarta dan Bogor) dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT), wawancara dan kuesioner.

DKT di Kota Surakarta dan Kota Bogor dilaksanakan bersama tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari unsur Dinas Pendidikan (2 orang), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) (2 orang), Kandep Agama (1 orang) dan pengawas sekolah (2 orang). Kelompok kedua terdiri dari kepala sekolah SMAN (4 orang). Sementara itu, kelompok ketiga terdiri dari guru/ pengurus MGMP PKn (2 orang) dan guru/ pengurus MGMP Pendidikan Agama Islam (2 orang). Pada masing-masing kelompok, diskusi berupaya memperdalam informasi mengenai kondisi

Page 95: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

87

penyebaran paham radikal di wilayah kerja masing-masing, penyebab-penyebab atas kondisi tersebut, serta upaya-upaya yang telah maupun dapat dilakukan (kebijakan, program, dll) untuk mencegah dan mengatasi penyebaran paham radikal di lingkungan sekolah.

Rincian jumlah peserta diskusi kelompok terpumpun (DKT) di setiap kab/kota sampel sebagai berikut berikut: Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Peserta DKT per Kab/Kota (selain

Kabupaten Cilacap)

No Peserta DKT Jumlah(0rang)

1 Dinas Pendidikan Provinsi/ UPT Balai Dikmen Setempat

2

2

1

2

4

2 Ketua FKUB Kab/Kota

3 Kandepag Kab/Kota

4 Pengawas Sekolah SMA

5 Kepala Sekolah SMAN

6 Komite sekolah SMAN 2

7 Guru Ketua/Pengurus MGMP PKn SMA Kab/Kota

2

8 Guru Ketua/Pengurus MGMP Agama Islam SMA Kab/Kota SMA

2

TOTAL 17

Kuesioner digunakan untuk menjaring informasi dari siswa mengenai: 1) ideologi dan dasar negara yakni: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI; 2) gagasan/ paham dan tindakan “radikal” yang bertentangan dengan ideology dan dasar tersebut, dan, 3) alasan mengapa memiliki paham dan tindakan tersebut.

Page 96: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

88

Penyebaran kuesioner untuk siswa dan guru dilakukan secara online dengan bantuan aplikasi survey monkey. Pengantar tentang tujuan survey dan daftar pertanyaan diinput dalam aplikasi survey monkey yang terkoneksi dengan siswa pemilik HP. Oleh sebab itu, sasaran siswa yang terlibat dalam survey monkey ini adalah siswa sekolah-sekolah yang mengikuti DKT, yakni 4 (empat) SMA di setiap Kabupaten/Kota sampel. Di setiap SMA masing-masing ditentukan 40 siswa yang dipilih secara acak, sehingga setiap kota/kab terdapat minimal 160 siswa sampel. Pengisian kuesioner siswa dibimbing langsung oleh petugas/peneliti dari Puslitjak Dikbud. Tujuannya agar pengisian kuesioner dilakukan secara benar dan menjamin waktu dan proses penyelesaian pengisian kuesioner secara tepat.

Untuk memperdalam data, akan dilakukan pula wawancara kepada beberapa siswa. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang (berdasar hasil kuesioner) terpapar paham radikal. Melalui wawancara diharapkan diperoleh informasi lebih mendalam mengenai sejauh mana siswa terpapar paham radikal maupun kanal-kanal penyebaran paham radikal di sekolah. Wawancara juga akan dilakukan kepada beberapa alumni untuk menggali informasi mengenai penyebaran paham radikal di sekolah.

D. Analisis Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif didukung dengan data kuantitatif yang diarahkan untuk menjawab tujuan penelitian dan memperoleh bahan untuk menyusun rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.

Page 97: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

89

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Dalam bab ini diuraikan temuan hasil kajian yang mencakup temuan indikasi paham radikalisme dikalangan pelajar di Kabupaten Cilacap, Kota Bogor (Jabar), dan Kota Yogyakarta (DIY)dan Kota Malang (Jatim). Selanjutnya, memadukan dengan hasil temuan radikalisme dari studi terdahulu serta indikasi terjadinya radikalisme di negara lain. Uraian difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang: bagaimanakah kondisi radikalisme di sekolah, mengapa radikalisme terjadi di sekolah dan upaya pencegahan yang dilakukan berbagai pihak dalam mencegah radikalisme di sekolah. Kendati demikian, pada kasus di kabupaten Cilacap akan diuraikan tersendiri, mengingat tujuan awalnya ialah untuk memastikan di daerah tersebut telah terjadi “pencekoan” paham radikalisme.

A. Profil RespondenHasil analisis kajian radikalisme dalam pendidikan ini didasarkan pada informasi dari 626 siswa dari 12 SMAN yang berhasil dikumpulkan melalui survey monkey di tiga kota, masing-masing 4 (empat) SMAN di kota Malang: 197 siswa, kota Bogor: 238 siswa dan kota Yogyakarta sebanyak 191 siswa. Informasi tentang kondisi radikalisme ini diperkuat dengan hasil Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dari tiga kota tersebut.

Page 98: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

90

Grafik 4.1 Sebaran Responden di Tiga Kota Sampel

Dari hasil survei yang dilaksanakan pada tiga lokasi tersebut, dapat digambarkan profil responden secara agregat sebagai berikut:

1. Jenis kelamin

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada profilresponden siswa. jenis kelamin perempuan lebih banyak(59,53%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki(40,47%). Hasil ini mengindikasi bahwa respondensiswa perempuan lebih mendominasi dalam prosessurvei yang dilakukan, walaupun jenis kelaminperempuan ini tidak ditentukan oleh tim peneliti.

Grafik 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Page 99: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

91

Dari grafik terlihat bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak. Namun demikian, dominasi ini tidak terlalu timpang karena proporsi yang masih relatif berimbang. Jenis kelamin ini dianggap tidak mempengaruhi objektifitas penilaian dalam hasil analisis penelitian ini karena jenis kelamin bukanlah variabel yang dianggap mempengaruhi proses analisis.

2. Agama

Dari sisi ideologi, hasil survei menunjukkan bahwamayoritas responden beragama Islam. Aspek agama inipenting dianalisis, mengingat beberapa hasil survei yangdilakukan lembaga independen menemukan bahwa isuagama menjadi hal yang cukup mempengaruhitumbuhnya paham radikalisme dan intoleransi disekolah.

Grafik dibawah ini menggambarkan bahwa mayoritasresponden siswa beragama Islam.

Grafik 4.3 Profil Responden Berdasarkan Agama

Page 100: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

92

3. Kelas

Rata-rata responden siswa merupakan siswa yangmenduduki kelas atas (XII). Pemilihan responden kelasatas terbanyak dianggap bahwa siswa telah memilikipemikiran dan daya nalar yang cukup baik. Selain itu,siswa pada tingkat akhir cenderung lebih matang dandianggap sudah siap memilih dan menentukan langkahhidup, apakah bekerja atau melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.

Grafik 4.4 Profil Responden Berdasarkan Kelas

4. Status Sosial Orang TuaDari hasil survei dan DKT yang dilakukan, status sosialdan pendapatan orang tua yang baik bukan merupakanjaminan siswa terlepas dari gerakan radikalisme danintoleransi disekolah. Sama halnya dengan temuanWahid Foundation, bahwa pendapatan ekonomi yangbaik, maupun wilayah tempat tinggal siswa, tidak bisajadi jaminan mereka terlepas dari gerakan radikalismedan intoleransi. Dengan tingginya status ekonomi orang

Page 101: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

93

tua, cenderung anak-anak mereka lebih gampang terpengaruh pada paham radikalisme dan intoleransi, karena mereka lebih mudah mendapatkan informasi-informasi mengenai ajaran-ajaran garis keras dari internet.

Hasil analisis studi menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa selain karyawan swasta yang mendominasi, juga status pegawai negeri (PNS) cukup banyak.

Grafik 4.5 Profil Responden Berdasarkan Status Sosial Orang Tua

B. Kondisi Radikalisme di SekolahTampaknya telah terdapat indikasi bahwa paham radikalisme telah masuk di lingkungan sekolah dengan beberapa tindakan seperti tidak ingin, atau bahkan menentang dan mengganti dasar ideologi dan dasar Negara Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika-intoleransi dan mengarah mengarah pada paham radikalisme. Kendati persentasenya rendah, indikasi yang mengarah pada paham radikalisme tersebut perlu diwaspadai dan diantisipasi.

Page 102: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

94

1. Temuan Cilacap

Hasil studi cepat di Cilacap dilakukan dalam waktu duahari efektif untuk segera menjawab pertanyaanpengambil kebijakan tentang: Apakah benar ajaranradikalisme yang ingin mengganti Pancasila telahmenyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP diKabupaten Cilacap? Berdasarkan hasil telaah cepat diCilacap tersebut, ditemukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pada beberapa SMA dan SMP Cilacap terdapatguru yang menyampaikan paham khilafahkepada para siswa dan sikap penolakan terhadapdasar negara Pancasila, menjadi inspektur upacaradan hormat bendera (Berdasarkan keteranganinforman Ketua FKUB Cilacap)

b. Diketahui pernah ada empat guru di salah satuSMPN yang tidak mau mengikuti upacarabendera, hormat bendera, membaca danmenyanyikan Pancasila. Seluruhnya terdapat empatguru dan satu ketua komite yang berpandangandemikian.

c. Terdapat tiga guru (Bhs. Indonesia, BahasaIndonesia, Matematika) di salah satu SMPN yangberafiliasi dengan LDII (Lembaga Dakwah IslamIndonesia). Mereka menganggap umat islam lainsebagai kafir sehingga tidak mau beribadah bersamadengan orang di luar kelompok mereka.

d. Terdapat seorang karyawan TU di salah satu SMANyang seringkali menyampaikan gagasan tentangkhilafah saat menjadi Khatib shalat Jum’at di

Page 103: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

95

Sekolah. Tidak secara spesifik menentang dasar Negara Pancasila.

e. Tidak ditemukan indikasi siswa menolak upacarabendera, hormat bendera, membaca dan menyanyi-kan Pancasila karena berbeda paham (keteranganalumni dan sekolah)

Kendati demikian, perlu diwaspadai karena ada sementara guru yang diketahui berafisiliasi pada ormas yang dianggap radikal dan pernah menolak upacara bendera/Pancasila dan diduga berusaha mengajarkan pahamnya di lingkungan sekolah. Hasil studi cepat di Cilacap ini secara lengkap disajikan pada lampiran dalam laporan ini.

2. Temuan di Kota Malang, Bogor, dan Yogyakarta

Kajian ini menggunakan beberapa pertanyaan kepadapara siswa untuk melihat respon siswa atas sebuahperistiwa dalam kehidupan keseharian mereka.Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan sebagaiindikator proxy guna melihat keterpaparan para siswaterhadap paham radikal. Secara umum dapat dikatakankondisi di ketiga kota yakni Yogyakarta, Kota Malangdan Kota Bogor sangat baik. Artinya, tingkatketerpaparan siswa terhadap paham radikal sangatrendah. Sebagian besar siswa di tiga kota tersebut tidakmemiliki paham dan melakukan tindakan yangmengarah pada radikalisme. Namun demikian, survei inijuga menghasilkan beberapa catatan yang perlumendapat perhatian antara lain beberapa siswamemandang bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaranagama, UUD 1945 tidak perlu ditaati, hormat benderatidak sesuai dengan ajaran agama, siswa setuju/sangatsetuju individu dan ormas boleh memperjuangkankeyakinan dengan kekerasan. Dalam kaitan dengan

Page 104: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

96

toleransi ada sementara siswa yang memiliki kecenderungan untuk menolong dengan preferensi terhadap agama tertentu, seperti diuraikan sebagai berikut.

3. Pemahaman Terhadap Pancasila

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakankesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikandan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesiatetap berpegang teguh kepada Pancasila sebagai dasarnegara. Sebagai dasar negara tentulah Pancasila harusmenjadi acuan negara dalam menghadapi tantanganglobal dunia yang terus berkembang.

Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangatpenting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadianbangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasibatasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masukdengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikandampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia, jikakita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yangtimbul dari dampak globalisasi. Tentunya globalisasi ituakan menjadi hal yang positif karena dapat menambahwawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dannegara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilterdengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampakglobalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensikebudayaan Indonesia Dari faktor-faktor tersebutlahdibutuhkan peranan Pancasila sebagai dasar danpedoman negara dalam menghadapi tantangan globalyang terus meningkat diera globalisasi.

Namun demikian, survei ini menemukan bahwaterdapat18,9 persen responden yang menyatakan bahwa

Page 105: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

97

Pancasila sebagai dasar negara perlu diperbaharui untuk menjawab tuntutan zaman.

Grafik 4.6 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila sesuai dengan Perkembangan Zaman

Hasil lain yang menjadi perhatian dalam survei ini adalah adanya 4,7 persen responden yang berpendapat bahwa Pancasila sudah tidak sesuai dengan ajaran agama.

Grafik 4.7 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila Tidak Sesuai dengan Agama (Agregat)

Dari hasil DKT dengan kepala sekolah dan guru PKn, diketahui bahwa alasan siswa menyatakan demikian adalah didasarkan pada siswa yang beragama

Page 106: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

98

berpikiran bahwa Pancasila bukan berasal dari Tuhan dan ayat-ayat suci, tetapi Pancasila merupakan buatan manusia yang sifatnya bisa diubah. Dari ketiga kota yang disurvei, secara parsial, siswa di kota Malang memberikan pendapat setuju yang terbanyak tentang Pancasila tidak sesuai dengan ajaran agama.

Grafik 4.8 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila Tidak Sesuai dengan Agama (parsial)

Faktor pergaulan atau komunitas sangat berdampak pada pemahaman siswa sehingga ada yang memahami doktrin bahwa Pancasila itu salah dan yang benar adalah khilafah. Kendati persentasenya kecil, namun perlu diwaspadai oleh karena pandangan ini dikemukakan oleh siswa di tiga kota, yakni kota Malang, Bogor dan kota Yogyakarta dengan proporsi yang hampir sama, sehingga jika tidak dilakukan upaya pembinaan tertentu bisa menyebar pada siswa yang lainnya. Permasalahannya, kepala sekolah dan guru sulit mendeteksi dan mengetahui siswa yang memiliki pandangan tersebut karena umumnya mereka seperti siswa yang lain tidak tampak ada tindakan siswa yang

Page 107: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

99

menolak mengucapkan teks pancasila, misalnya, atau menentang prinsip dasar Negara pada saat pembelajaran PPKn. Pihak sekolah di Bogor dan Yogyakarta bahkan meyakini tidak ada siswa yang menentang ideologi Pancasila.

Namun demikian, berdasarkan hasil DKT dengan kepala sekolah, mereka berpendapat bahwa pihak sekolah selalu berupaya untuk mencegah tindakan atau pemahaman yang dianggap mengarah ke radikal melalui pendekatan terhadap siswa serta mencaritemukan sumber pemahaman siswa tersebut.

Sebagaimana kita pahami, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki visi dan misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, melalui proses menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; dan memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru; memahami dan menerapkan pengetahuan faktual dan konseptual tentang kewarganegaraan; dan menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual kewarganegaraan dengan terampil.

4. Pemahaman Terhadap UUD 1945

Dalam pertanyaan survei yang diajukan ke siswa mengenai pendapat siswa bahwa UUD 1945 tidak sesuai tuntunan agama sehingga tidak perlu ditaati, terdapat 2,82 persen responden siswa yang menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa UUD 1945 tidak sesuai dengan tuntutan agama sehingga tidak perlu ditaati.

Page 108: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

100

Grafik 4.9 Pemahaman Responden Terhadap UUD 1945

Hasil penelusuran melalui DKT, dikemukakan oleh guru PKn bahwa pendapat responden tersebut dikemukakan oleh siswa yang mendapat dan mengikuti ajaran-ajaran agama tertentu yang cukup fanatik, baik itu dari orang tua, masyarakat maupun yang diperoleh dari media-media internet. Seperti halnya dengan pendapat siswa terhadap Pancasila yang bukan merupakan buatan dari Tuhan, UUD 1945 pun mereka anggap hal sama. Mereka berpendapat bahwa yang perlu ditaati dalam hidup adalah kitab suci agama, karena kitab suci sebagai tuntunan hidup tidak seorang pun yang bisa merubah isinya. Sementara UUD 1945 bisa di amandemen, sehingga menurut mereka, isi UUD 1945 tersebut bukan tuntunan hidup dan tidak perlu ditaati.

5. Pemahaman Terhadap NKRI

Salah satu bentuk perwujudan tindakan setia padaNegara Kesatian Republik Indonesia adalahmenghormati simbol-simbol negara, antara lainpenghormatan kepada bendera merah putih danmenyanyikan lagu Indonesia raya. Dalam kaitannyadengan pemahaman siswa terhadap penghormatankepada bendera merah putih, hasil survei menemukanmasih adanya pemahaman sebagian siswa yang sangat

Page 109: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

101

setuju dan setuju (4,54%) bahwa pengormatan kepada bendera merah putih tidak sesuai dengan ajaran agama.

Grafik 4.10 Pemahaman Siswa terhadap Bendera Merah Putih

Dalam DKT terungkap bahwa penyataan siswa tersebut berdasarkan pemahaman dan keyakinan mereka bahwa menghormati bendera merah putih adalah sama dengan menyekutukan Tuhan atau menyembah selain Tuhan sang pencipta. Mereka juga berpendapat bahwa dalam ajaran agama, yang patut dihormati itu adalah orang tua yang telah melahirkan mereka, bukan bendera.

Selain itu, banyak aliran-aliran tertentu yang berkembang dan bermacam-macam di Indonesia. Ada yang berusaha untuk mewujudkan Negara dengan Khilafah, Negara Islam. Agar terwujud itu semua maka aliran tersebut menentang sistem yang ada di Indonesia seperti demokrasi, pancasila, UUD 1945. Alasanya yang tidak setuju dengan demokrasi adalah karena demokrasi dari Barat bukan dari Islam maka sistem demokrasi tidak cocok jika diterapkan kepada orang Islam. Sehingga pemahaman tersebut juga menolak upacara bendera merah putih yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus karena dianggapnya menyakini atau menyembah bendera.

Page 110: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

102

Sesungguhnya kurikulum yanmg dikembangkan dalam pelajaran sejarah maupun Pendidikan Kewarganega-raan, tersirat bahwa penghormatan kepada bendera merah putih itu adalah bertujuan untuk menghormati pejuang-pejuang yang telah membela bangsa Indonesia dengan bertumpahkan darah sampai-sampai dengan menaruhkan nyawanya demi memerdekakan Indonesia dari penjajahan. Di Kabupaten Bogor, guru-guru PAI yang tergabung dalam forum MGMP PAI Kabupaten Bogor, melakukan strategi pembelajaran dengan memberikan contoh penghormatan kepada bendera melalui jalur cerita nabi yang juga sangat menghormati bendera. Itulah pentingnya untuk menghormati bendera merah putih bukan menyakini bendera merah putih.

Selain itu, hasil survei juga menemukan bahwa terdapat 8,59 persen siswa yang sangat setuju dan setuju bahwa mengheningkan cipta untuk memanjatkan doa bagi para arwah pejuang dan pahlawan bangsa bertentangan dengan ajaran agama.

Grafik 4.11 Pemahaman Siswa terhadap Mengheningkan Cipta untuk Para Pahlawan

Kesalahan yang menggangap bahwa menghormati bendera merah putih perlu untuk diluruskan karena

Page 111: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

103

pemahaman seperti itu sangat membahayakan bagi keutuhan NKRI. Agama manapun yang diakui oleh Pemerintah Indonesia tidak pernah mengajarkan teorirsme dan radikalisme, dan tidak ada agama satu pun yang menganjurkan untuk menjadi terorisme dan radikalisme.

Dalam DKT disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua hal yang perlu diberikan pemahaman kepada para siswa dis ekolah. Pertama, terkait dengan konsep kebangsaan atau negara kebangsaan yang sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama. Kedua, tentu tentang pengertian siswa tentang “syirik”, yang berarti perbuatan menyekutukan Tuhan, sehingga dapat dipahami bahwa menghormat bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bukanlah bagian dari pengertian syirik sebagaimana yang dimaksudkan dalam ajaran agama.

6. Pemahaman Terhadap Bhineka Tunggal Ika

Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapisatu jua yang berasal dari buku atau kitab Sutasomakarangan Mpu Tantular. Secara mendalam BhinekaTunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesiaterdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat,bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuanyang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan denganbendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.

Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat padalambang negara Republik Indonesia yaitu BurungGaruda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasilamencengkram sebuah pita yang bertuliskan BhinnekaTunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan :Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Page 112: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

104

Sesungguhnya, makna kebhinekaan dalam pendidikan, terutama di sekilah diwujudkan dengan saling menghargai dan menghormati agama lain yang di akui oleh pemerintah.

Dalam kajian terori telah disebutkan bahwa keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama. Salah satu contoh, di SMA 2 Yogyakarta dalam kegiatan hari raya Qurban, semua siswa baik muslim maupun non muslim terlibat dalam pembagian daging kurban. Perlakuan sama terhadap setiap pemeluk agama siswa penting dilakukan agar tidak ada kecenderungan berat sebelah.

Startegi lain misalnya di SMAN 1 Yogyakarta, sekolah ini memiliki semacam Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Dari laporan hasil riset Litbang SMA, kegiatan rohis di SMA 1 Yogyakarta bisa menjadi model kegiatan rohis di SMA yang lain. Riset ini memantau langsung kegiatan rohis baik yang bersifat massal maupun kelompok kecil dan kegiatan selama beberapa minggu melalui berbagai program dan referensi yang digunakan.

Berkaitan dengan intoleransi di sekolah, misalnya pemilihan ketua Osis, survei ini juga menemukan bahwa

Page 113: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

105

terdapat 10,17 persen siswa yang menyatakan bahwa ketua OSIS seharusnya dipilih dari kelompok agama mayoritas. Temuan ini juga senada dengan hasil temuan dari lembaga-lembaga survei independen lainnya. Namun demikian, banyak cara yang dilakukan oleh kepela sekolah maupun guru-guru untuk mengatasi hal tersebut. Misalnya di SMA Negeri 2 Yogyakarta, kepala sekolah melaksanakan antisipasi dengan menitipkan pesan kepada guru-guru agar guru mengajarkan pelajaran agama yang moderat. Kepada siswa ditanamkan untuk menjunjung tinggi multikultural dan dalam pemilihan osis tidak boleh membahas mengenai sara.

Grafik 4.12 Pemahaman Siswa terhadap Pemilihan Ketua OSIS

Ketika ditanyakan kepada siswa tentang apakah individu dan organisasi masyarakat dapat menggunakan cara-cara kekerasan untuk memperjuangkan keyakinannya? Hasil survei menunjukkan terdapat 4,4 persen siswa yang menyatakan bahwa Individu dan organisasi masyarakat dapat menggunakan cara-cara kekerasan untuk memperjuangkan keyakinannya.

Page 114: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

106

Grafik 4.13 Pemahaman Siswa terhadap Tindakan Organisasi Masyarakat

Dalam Pancasila terutama sila ke-empat, Kerakyatan yang Dipimping oleh Hikmat, Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan sesungguhnya menamkan dan mengajarkan nilai-nilai demokrasi, musyawarah dan saling menghargai pendapat dalam pemilihan pimpinan organisasi maupun dalam melaksanakan keinginan (visi dan misi) organisasi tanpa adanya paksaan atau kekerasan.

Di Indonesia banyak sekali organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatas namakan agama, seringkali ormas tersebut melakukan tindakan-tindakan kekerasan mengatasnamakan agama seperti melakukan sweeping terhadap tempat-tempat maksiat serta banyaknya muncul Ormas yang berideologikan agama dan menginginkan Negara Indonesia menjadi negara agama.

Sesuangguhnya fenomena tersebut memang berten-tangan dengan Pancasila. karena disila ke dua dijelaskan bahwa "kemanusiaan yang adil dan beradab" yang berarti masyarakat Indonesia memilik keadilan yang sama dan beradab. fenomena tersebut bisa saja menjadi tidak bertentangan dengan Pancasila asalkan tidak melakukan kekerasan mengatas namakan agama dan

Page 115: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

107

tidak menginginkan negara Indonesia sebagai negara agama karena Indonesia itu sudah memiliki sebuah semboyan penyatu bangsa yaitu Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda agama, budaya, dan suku tetapi tetap satu.

Pada kondisi ini, pihak sekolah-sekolah yang merupakan sekolah sampel survei, telah melakukan antisipasi dengan berbagai cara. Di SMA Negeri 1 Malang, misalnya, pihak sekolah telah melarang siswanya untuk mengunjungi kegiatan Book Fair yang diadakan oleh sebuah organisasi keagamaan. Hasil pengamatan kepala sekolah dan para ulama, menyatakan bahwa isi buku-buku yang dipamerkan dalam book fair tersebut sangat beraliran keras dan mengajak supaya anti-Pancasila serta anti hormat kepada bendera dan sehingga menurut kepala sekolah belum layak menjadi konsumsi pelajar.

a. Hasil Studi Terdahulu dan Negara Lain

Hasil Studi Terdahulu

Hasil survei radikaslisme di lingkungan sekolah dariberbagai Lembaga/Institusi menunjukkan telahterdapat indikasi adanya pelajar dan guru yangterpengaruh oleh paham radikalisme. Mereka setujujika dasar Negara Pancasila diganti dengan pahamyang lain, setuju dengan gerakan radikal (ISIS),kekerasan dapat dipakai untuk mencapai kehendak,dan tindakan intoleransi lainnya. Lembaga/intitusitersebut yakni:

1) SETARA Institute for Democracy and Peace(SIDP) : Laporan Survey Toleransi Siswa SMANegeri Di Jakarta & Bandung Raya, 2016 dan2015;

Dalam Laporan Survey Toleransi Siswa SMANegeri Di Jakarta dan Bandung Raya 2016, SIDP

Page 116: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

108

menemukan bahwa 5,8% siswa mendukung mengganti Pancasila sebagai dasar Negara, 3,9% siswa menganggap kelompok lain kafir dan sesat, 6,8% siswa menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan keyakinan, 4,6% siswa melarang pendirian rumah ibadah. Survei tersebut juga menemukan bahwa 30,8% siswa setuju Ketua Kelas/OSIS harus satu agama, 38,0% memilih Bupati/Walikota/Gubernur yang satu seagama, dan 11.3% siswa menganggap Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang paling baik untuk diterapkan di Indonesia saat ini.

2) Wahid Foundation: “Potensi Intoleransi danRadikalisme Sosial Keagamaan di KalanganMuslim Indonesia”, 2016;

Tahun 2016 Wahid Foundation melakukan surveiPotensi Intoleransi dan Radikalisme SosialKeagamaan di kalangan Muslim Indonesia.Responden survei tersebut adalah umat Islamberusia di atas 17 tahun atau sudah menikah.Hasil survei menyebutkan bahwa 59,9 %memiliki kelompok yang dibenci, yakni merekayang berlatar belakang agama non muslim,kelompok tionghoa, komunis, dan selainnya, darijumlah 59,9 persen itu, sebanyak 92,2 persen taksetuju bila anggota kelompok yang mereka bencimenjadi pejabat pemerintah di Indonesia, dan 7,7% bersedia melakukan tindakan radikal bila adakesempatan dan sebanyak 0,4 persen justrupernah melakukan tindakan radikal.

Pada tahun yang sama Wahid Foundation jugamenerbitkan laporan Riset Potensi Radikalisme dikalangan Aktivis Rohani Islam Sekolah-SekolahNegeri. Hasil suvei tersebut menunjukkan bahwa

Page 117: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

109

33% responden mengartikan jihad sebagai berperang dan mengankat senjata melawan orang kafir; 78% responden mendukung ide kekhilafahan; 17% responden setuju bahwa orang murtad dibunuh; 10% responden mendukung bom Sarinah; dan 6% responden mendukung ISIS.

3) Maarif Institute, 2017. Penelitian Penguatan Institusi Sekolah Melalui Kebijakan Internal Sekolah yang Mengokohkan Kebinekaan: Kota Banda Aceh, Kabupaten Lebak, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Surakarta, Kota Mataram, dan Kota;

4) Puslitjak Dikbud (2016): Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan Menengah;

Senada dengan survei SIDP tersebut, Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud menunjukkan bahwa 8,2 % siswa setuju-sangat setuju Ketua OSIS dari agama yang sama, 6,8% siswa merasa menganggap sebaiknya Ketua OSIS dari Etnis yang sama. Namun demikain kajian tersebut juga menemukan adanya praktik baik pendidikan baik yang dilakukan melalui kebijakan sekolah maupun peran guru. Beberapa praktik baik tersebut diantaranya adalah pembauran antar siswa yang bhineka, memberikan ruang/wadah aktualisasi budaya-agama pembiasaan penumbuhan budi pekerti, program afirmasi lintas ethnis, pembelajaran menarik, dan pemahaman kebangsaan dan aktualisasi

Page 118: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

110

5) Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP,2011): Hasil Survei LaKIP tentang kekerasanbermerek agama di kalangan pelajar;

6) Mujani Research Consulting (SRMC) padaDesember 2015 dan 2007.

Tabel berikut merupakan rangkuman dari beberapa hasil kajian dari lembaga-lembaga survei terkait dengan adanya gejala paham radikalisme di kalangan pelajar.

Page 119: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

111

Tabe

l 4.1

Ran

gkum

an H

asil

Kaj

ian

Rad

ikal

ism

e

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itif

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

A

SETA

RA

Inst

itute

for D

emoc

racy

and

Pea

ce (S

IDP)

:Lap

oran

Sur

vey

Tole

rans

i Sis

wa

SMA

Neg

eri D

i Jak

arta

& B

andu

ng R

aya,

201

6 da

n 20

15.

Peny

impa

ngan

tem

uan

2016

: 5,

8% si

swa

men

duku

ng m

engg

anti

Panc

asila

seba

gai d

asar

Neg

ara

(hal

21)

3,

9% si

swa

men

gang

gap

kelo

mpo

k la

in k

afir

dan

sesa

t 6,

8% si

swa

men

ggun

akan

kek

eras

an d

alam

mem

perju

angk

an k

eyak

inan

4,

6% si

swa

mel

aran

g pe

ndiri

an ru

mah

ibad

ah

30,8

%si

swa

setu

ju K

etua

Kel

as/O

SIS

har

us sa

tu a

gam

a (h

al 2

2)

38,0

% m

emili

h B

upat

i/Wal

ikot

a/G

uber

nur y

ang

satu

seag

ama

11.3

% s

isw

a m

enga

ngga

p K

hila

fah

mer

upak

an s

iste

m p

emer

inta

han

yang

pa

ling

baik

unt

uk d

itera

pkan

di I

ndon

esia

saat

ini (

hal2

4)

5 re

spon

den

(0.7

%) s

etuj

u de

ngan

ger

akan

ISIS

Peny

impa

ngan

Tem

uan

2015

: 8,

5% (5

8 re

spon

den)

men

yata

kan

setu

ju ji

ka P

anca

sila

seba

gai d

asar

11

1lte

rn d

igan

ti de

ngan

aga

ma

terte

ntu

7,2%

resp

onde

n y

ang

setu

ju d

enga

n ge

raka

n IS

IS

31,8

% r

espo

nden

men

yata

kan

mat

eri p

elaj

aran

aga

ma

tidak

men

duku

ng

pem

aham

an k

ebhi

neka

an

Peny

ebab

: Po

la p

enan

aman

ide-

ide

into

lera

nsi

mel

alui

gur

u , k

urik

ulum

, dan

pe

rjum

paan

den

gan

alum

ni m

elal

ui

sist

em m

ento

ring

keag

amaa

n de

ngan

m

embi

mbi

ng p

elaj

ar m

enga

ji, d

iser

tai

dial

og-d

ialo

g be

rtem

a ke

agam

aan.

M

ento

ring

dige

lar a

tas a

lasa

n ku

rang

nya

jam

pel

ajar

an a

gam

a ya

ng

hany

a du

a ja

m d

alam

sem

ingg

u. D

ari

kegi

atan

itul

ah p

enye

bara

n 11

1lte

rnat

te

rtent

u di

mul

ai.(h

al 2

) G

uru

PKn

tidak

mam

pu m

enja

dika

n PK

n se

baga

i sar

ana

efek

tif m

empe

rkua

t to

lera

nsi.

Buk

u-bu

ku p

elaj

aran

juga

dite

ngar

ai

men

yeba

rkan

pah

am in

tole

rans

i.Buk

u pe

laja

ran

SMA

di B

andu

ng, s

alah

satu

ba

bnya

men

ampi

lkan

mat

eri

“keb

angk

itan

praj

urit

Isla

m”.

Sal

ah sa

tu

Page 120: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

112

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

kutip

an k

alim

at d

i buk

u itu

mis

alny

a,

“sem

ua o

rang

yan

g m

enye

mba

h Tu

han

sela

in A

llah

adal

ah k

afir

dan

pant

as

dibu

nuh.

(Arz

ita ,2

016;

pen

yeba

b: h

asil

stud

i tah

un 2

015)

.

B

Surv

ei W

ahid

Fou

ndat

ion:

“Po

tens

i Int

oler

ansi

dan

Rad

ikal

ism

e So

sial

K

eaga

maa

n di

Kal

anga

n M

uslim

Indo

nesia

”, 2

016.

Peny

impa

ngan

: R

espo

nden

ada

lah

umat

Isla

m b

erus

ia d

i ata

s 17

tahu

n at

au su

dah

men

ikah

, m

enem

ukan

: 59

,9 %

mem

iliki

kel

ompo

k ya

ng d

iben

ci, y

akni

mer

eka

yang

ber

lata

r be

laka

ng a

gam

a no

n m

uslim

, kel

ompo

k ti

ongh

oa, k

omun

is, d

an se

lain

nya.

D

ari j

umla

h 59

,9 p

erse

n itu

, seb

anya

k 92

,2 p

erse

n ta

k se

tuju

bila

ang

gota

ke

lom

pok

yang

mer

eka

benc

i men

jadi

pej

abat

pem

erin

tah

di In

done

sia.

7,

7 %

ber

sedi

a m

elak

ukan

tind

akan

radi

kal b

ila a

da k

esem

pata

n da

n

Page 121: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

113

No

Kon

disi

: Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

seba

nyak

0,4

per

sen

just

ru p

erna

h m

elak

ukan

tind

akan

radi

kal.

Prak

tik b

aik/

Pos

itip:

Se

gi p

ositi

p: 8

2,3

pers

en m

enya

taka

n du

kung

anny

a ke

pada

Pan

casil

a da

n U

UD

194

5.

C

Maa

rif In

stitu

te, 2

017.

Pen

eliti

an P

engu

atan

Inst

itusi

Sek

olah

Mel

alui

K

ebija

kan

Inte

rnal

Sek

olah

yan

g M

engo

kohk

an K

ebin

ekaa

n: K

ota

Ban

da

Ace

h, K

abup

aten

Leb

ak, K

abup

aten

Cia

njur

, Kab

upat

en S

ukab

umi,

Kot

a Su

raka

rta, K

ota

Mat

aram

, dan

Kot

a M

akas

sar.

Te

mua

n:

Prod

uk k

ebija

kan

di ti

ngka

t pus

at m

aupu

n da

erah

dan

seko

lah,

tida

k ad

a ya

ng

seca

ra sp

esifi

k be

rkai

tan

deng

an p

engu

atan

ata

u pe

lem

ahan

keb

inek

aan.

K

enda

ti de

mik

ian,

terd

apat

ana

sir-

anas

ir y

ang

men

guat

kan/

mem

perle

mah

K

ebin

ekaa

n, te

rmua

t dal

am:

Pera

tura

n/ k

ebija

kan

seko

lah

tent

ang

(1) P

elat

ihan

Pen

gem

bang

an

Ket

akw

aan

dan

Kei

man

an M

elal

ui P

endi

dika

n D

iniy

ah d

an (2

) Reg

ulas

i Te

ntan

g Pe

mis

ahan

Kel

as L

aki-l

aki d

an P

erem

puan

di S

ekol

ah M

enen

gah

di

Kot

a B

anda

Ace

h ya

ng b

eras

al d

ari P

emer

inta

h K

ota

dan

Din

as P

endi

dika

n K

ota

Band

a A

ceh.

(3) W

ajib

Bel

ajar

Bac

a Tu

lis Q

ur’a

n di

Kab

. Pan

degl

ang

yang

ber

asal

dar

i Pem

kab.

(4) G

erak

an P

emba

ngun

an M

asya

raka

t B

erak

hlak

ul K

arim

ah (P

emka

b C

ianj

ur) d

an (5

) Jab

ar M

engh

apal

(Pem

prov

Ja

wa

Bar

at).

(6) I

nbup

tent

ang

Ger

akan

Sho

lat S

ubuh

Ber

jam

aah

di M

esjid

da

n (7

) Per

bup

tent

ang

Peng

elol

aan

Infa

k, S

edek

ah d

an D

ana

Sosia

l K

eaga

maa

n La

inny

a B

erba

sis M

asya

raka

t ser

ta (8

) Per

bup

tent

ang

10

Keb

iasa

an A

khla

k M

ulia

(Kab

. Suk

abum

i), (

9) L

ibur

Fak

ulta

tif u

ntuk

Sis

wa

Perm

asal

ahan

: Te

rdap

at In

dika

si p

rose

s pen

yeba

ran

paha

m y

ang

berte

ntan

gan

deng

an

Panc

asila

dan

NK

RI d

i sek

olah

: Se

kola

h ce

nder

ung

abai

den

gan

mot

if di

balik

akt

ivita

s alu

mni

, sep

erti

peny

ebar

an p

emah

aman

kea

gam

aan

dan

inte

rnat

yan

g be

rtent

anga

n de

ngan

Pa

ncas

ila d

an N

KR

I sep

erti

ide

pem

bent

ukan

khi

lafa

h, se

rta

men

jadi

kan

sisw

a se

baga

i bas

is

duku

ngan

bag

i org

anis

asi-o

rgan

isasi

ke

mas

yara

kata

n.

Pola

pen

etra

si d

i sek

olah

mel

alui

pe

rtem

uan-

perte

mua

n te

rbat

as (l

iqa)

de

ngan

men

ggun

akan

mod

ul,

Page 122: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

114

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Ber

agam

a H

indu

(Kot

a M

atar

am),

(10)

Sek

olah

men

erim

a si

swa

yang

be

rasa

l dar

i suk

u, a

gam

a, ra

s dan

bud

aya

apap

un k

ecua

li SM

AN

10

Kot

a B

anda

Ace

h ya

ng h

anya

men

erim

a si

swa

mus

lim; (

11) P

embe

rlaku

an Im

taq

di S

MA

N 1

Cib

adak

Kab

. Suk

abum

i yan

g m

enye

babk

an U

paca

ra B

ende

ra

dise

leng

gara

kan

dua

min

ggu

seka

li;

Sela

in it

u d

item

ukan

Keb

iasa

an b

erup

a: (1

) Tra

nsm

isi P

enge

taua

n m

elal

ui

Pem

bela

jara

n; (2

) SD

M G

uru

yang

Men

gam

pu M

ata

Pela

jara

n PK

n, S

ejar

ah

dan

PAI;

(3) U

paca

ra B

ende

ra; (

4) P

elak

sana

an Im

taq

(Iim

an d

an T

aqw

a);

(5) U

runa

n W

arga

Sek

olah

Bag

i Sis

wa

Kur

ang

Mam

pu d

an T

erke

na

Mus

ibah

; (6)

Bea

sisw

a B

agi S

isw

a ya

ng K

uran

g M

ampu

; (7)

Bea

sisw

a B

agi

Siw

a ya

ng B

erpr

esta

si S

ecar

a A

kade

mik

dan

Non

-Aka

dem

ik T

anpa

M

eman

dang

SA

RA

; (8)

Aks

es te

rhad

ap F

asili

tas T

empa

t Iba

dah

kend

ati

Bel

um M

erat

a; (9

) Aks

es te

rhad

ap P

embi

na (P

emat

eri)

Kea

gam

aan

kend

ati

Bel

um M

erat

a; (1

0) D

ukun

gan

Pela

ksan

aan

Keg

iata

n-K

egia

tan

Kea

gam

aan;

(1

1) D

ukun

gan

Keg

iata

n Ek

stra

kurik

uler

Ber

basi

s Kea

gam

aan;

(12)

Pe

ngat

uran

Ser

agam

Sek

olah

; (13

) Per

an O

SIS

dan

Org

anis

asi

Ekst

raku

rikul

er. K

esep

akat

an B

ersa

ma

beru

pa P

enda

ftara

n Si

swa

Alir

an

Kep

erca

yaan

men

jadi

Isla

m u

ntuk

kep

erlu

an d

atab

ase

seko

lah

kare

na ti

dak

ters

edia

kol

om S

unda

Wiw

itan.

men

torin

g da

n ba

han-

baha

n ba

caan

be

rupa

buk

u te

rjem

ahan

dan

inte

rnat

ya

ng b

eris

i pan

dang

an a

nti-k

ebin

ekaa

n ya

ng d

iterb

itkan

ole

h pi

hak

terte

ntu.

Po

la la

in a

dala

h pe

netra

si id

eolo

gis

oleh

org

anis

asi m

assa

ber

tara

f tra

nsna

sion

al y

ang

mem

aink

an p

eran

ya

ng c

ukup

sign

ifika

n ba

gi p

rose

s yan

g te

rjadi

di s

ekol

ah; a

ntar

a la

in:

mel

akuk

an m

ento

ring

dan

pend

ampi

ngan

keg

iata

n ek

stra

kurik

uler

se

rta p

enet

rasi

terh

adap

par

a te

naga

pe

ngaj

ar se

kola

h.

Pola

ters

ebut

men

jadi

lazi

m d

ilaku

kan

seba

gai u

paya

mem

perk

uat p

enet

rasi

id

eolo

gis y

ang

pada

das

arny

a be

rtent

anga

n da

n ce

nder

ung

mer

untu

hkan

send

i-sen

di k

eban

gsaa

n ya

ng d

idas

arka

n pa

da 1

14lte

rnat

Pa

ncas

ila d

an N

egar

a K

esat

uan

Rep

ublik

Indo

nesi

a.

D

Pusl

itjak

Dik

bud

(201

6): K

ajia

n Pe

ndid

ikan

Keb

hine

kaan

Pad

a Sa

tuan

Pe

ndid

ikan

Men

enga

h

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

anPe

nyeb

ab/P

erm

asal

ahan

Peny

impa

ngan

:8,

2 %

sisw

a se

tuju

-san

gat s

etuj

u K

etua

OSI

Sda

ri ag

ama

yang

sam

a6,

8% si

swa

mer

asa

men

gang

gap

seba

ikny

a K

etua

OSI

S da

ri Et

nis y

ang

sam

a.Pr

aktik

bai

kPe

ndid

ikan

Keb

hine

kaan

:K

ebija

kan

Seko

lah

Pem

baur

an a

ntar

sisw

aya

ng b

hine

kaM

embe

rikan

ruan

g/w

adah

akt

ualis

asib

uday

a-ag

ama

Pem

bias

aan

penu

mbu

han

budi

peke

rtiPr

ogra

m a

firm

asi l

inta

s eth

nis

Pera

n G

uru

Pem

bela

jara

n m

enar

ikPe

mah

aman

keb

angs

aan

dan

aktu

alis

asi

Perm

asal

ahan

/ Ken

dala

Pen

erap

anpe

ndid

ikan

keb

hine

kaan

:Si

kap

war

ga se

kola

h: m

asih

kua

t pr

imor

dial

kel

uarg

a, p

emah

aman

aga

ma

sem

pit (

eksk

lusi

f), su

lit m

eman

tau

kegi

atan

sisw

a di

luar

Keb

ijaka

n se

kola

h: K

emam

puan

kogn

itifm

asih

prio

ritas

dan

Ket

erba

tasa

n su

mbe

rday

a

ELe

mba

ga K

ajia

n Is

lam

dan

Per

dam

aian

(LaK

IP, 2

011)

: Has

il Su

rvei

LaK

IPte

ntan

g ke

kera

san

berm

erek

aga

ma

di k

alan

gan

pela

jar

Page 123: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

115

No

Kon

disi

: Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Pe

nyim

pang

an:

8,2

% s

isw

a se

tuju

-san

gat s

etuj

u K

etua

OSI

S da

ri ag

ama

yang

sam

a 6,

8% si

swa

mer

asa

men

gang

gap

seba

ikny

a K

etua

OSI

S da

ri Et

nis y

ang

sam

a.

Prak

tik b

aik

Pend

idik

an K

ebhi

neka

an:

Keb

ijaka

n Se

kola

h Pe

mba

uran

ant

ar si

swa

yang

bhi

neka

M

embe

rikan

ruan

g/w

adah

akt

ualis

asi b

uday

a-ag

ama

Pem

bias

aan

penu

mbu

han

budi

peke

rti

Prog

ram

afir

mas

i lin

tas e

thni

s Pe

ran

Gur

u Pe

mbe

laja

ran

men

arik

Pe

mah

aman

keb

angs

aan

dan

aktu

alis

asi

Perm

asal

ahan

/ Ken

dala

Pen

erap

an

pend

idik

an k

ebhi

neka

an:

Sika

p w

arga

seko

lah:

mas

ih k

uat

prim

ordi

al k

elua

rga,

pem

aham

an a

gam

a se

mpi

t (ek

sklu

sif),

sulit

mem

anta

u ke

giat

an si

swa

di lu

ar

Keb

ijaka

n se

kola

h: K

emam

puan

ko

gniti

f mas

ih p

riorit

as d

an

Ket

erba

tasa

n su

mbe

rday

a

E Le

mba

ga K

ajia

n Is

lam

dan

Per

dam

aian

(LaK

IP, 2

011)

: Has

il Su

rvei

LaK

IP

tent

ang

keke

rasa

n be

rmer

ek a

gam

a di

kal

anga

n pe

laja

r

Page 124: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

116

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

Peny

impa

ngan

: Pa

ham

(Ide

olog

i) R

adik

alis

: 12

,1 %

sisw

a se

tuju

org

anis

asi r

adik

al

23,6

% g

uru

PAI

setu

ju o

rgan

isas

i rad

ikal

25

% si

swa

men

yata

kan

Panc

asila

tida

k re

leva

n 21

% g

uru

PAI m

enya

taka

n Pa

ncas

ila ti

dak

rele

van

Tind

akan

: 52

,3 %

sisw

a se

tuju

pen

grus

akan

dan

pen

yege

lan

rum

ah ib

adah

ber

mas

alah

. 40

,9 %

gur

u PA

I set

uju

peng

rusa

kan

dan

peny

egel

an ru

mah

ibad

ah y

ang

berm

asal

ah

Peny

ebab

kek

eras

an b

erla

bel a

gam

a m

arak

ada

lah

kurik

ulum

dan

gur

u ag

ama

PAI.I

deol

ogi t

eror

ism

e be

rhas

il m

enyu

sup

mas

uk m

elal

ui m

ata

pela

jara

n PA

I dan

gur

u-gu

ru a

gam

a PA

I.

F W

ahid

Fou

ndat

ion

2016

: Lap

oran

Ris

et P

oten

si R

adik

alis

me

di K

alan

gan

Akt

ivis

Roh

ani I

slam

Sek

olah

-Sek

olah

Neg

eri

33%

resp

onde

n m

enga

rtika

n jih

ad se

baga

i ber

pera

ng d

an m

enga

ngka

t sen

jata

m

elaw

an o

rang

kaf

ir.

78%

resp

onde

n m

endu

kung

ide

kekh

ilafa

han

17%

resp

onde

n se

tuju

bah

wa

oran

g m

urta

d di

bunu

h.

10%

resp

onde

n m

endu

kung

bom

Sar

inah

6%

resp

onde

n m

endu

kung

ISIS

G

Sa

iful M

ujan

i Res

earc

h C

onsu

lting

(SR

MC

) pad

a D

esem

ber 2

015

dan

2007

, m

enem

ukan

:

Page 125: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

117

No

Kon

disi

: Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

1.

4

% w

arga

ber

usia

22-

25 ta

hun

dan

5% w

arga

yan

g m

asih

seko

lah/

ku

liah

yan

g m

enge

nal I

SIS

men

yata

kan

setu

ju d

enga

n ap

a ya

ng

dipe

rjuan

gkan

ISIS

(201

5).

2.

May

orita

s mus

lim m

enol

ak IS

IS.P

enol

akan

ters

ebar

mer

ata

di

sem

ua d

i ka

tego

ri je

nder

, des

a-ko

ta, u

mur

, pen

didi

kan,

pek

erja

an,

pend

apat

an, w

ilaya

h, e

tnis

, dan

aga

ma.

Di s

emua

kel

ompo

k itu

, yan

g m

enya

taka

n IS

IS b

oieh

did

irika

n di

Indo

nesi

a, p

ada

umum

nya

han

ya se

kita

r 0-

2% (2

015)

. 3.

9,3

% se

tuju

Neg

ara

diga

nti d

enga

n N

egar

a Is

lam

ata

u kh

ilafa

h (2

017)

. 4.

Dar

i 66,

4% y

ang

tahu

ISIS

, 2,7

% se

tuju

/san

gat s

etuj

u pe

rjuan

gan

ISIS

(2

017)

H

Pusl

itjak

Dik

bud

(201

7): K

ajia

n R

adik

alis

me

di K

alan

gan

Pela

jar:

Stud

i C

epat

(Aw

al) d

i Kab

upat

en C

ilaca

p

B

erda

sark

an k

eter

anga

n in

form

an (K

etua

FK

UB

Cic

acap

):di b

eber

apa

SM

A

dan

SMP

Cila

cap

terd

apat

gur

u ya

ng m

enya

mpa

ikan

pah

am k

hiaf

ah k

epad

a pa

ra si

swa

117l

tern

a si

kap

peno

laka

n te

rhad

ap d

asar

117

ltern

Pan

casi

la.

Ada

em

pat g

uru

di S

MPN

2 S

idar

eja

yang

sela

lu ti

dak

mau

men

giku

ti up

acar

a be

nder

a, h

orm

at b

ende

ra, m

emba

ca d

an m

enya

nyik

an P

anca

sila

Se

luru

hnya

terd

apat

em

pat g

uru

dan

satu

ket

ua k

omite

yan

g be

rpan

dang

an

dem

ikia

n. M

erek

a ad

alah

Sud

arti

(gur

u PK

n), B

ashi

r (gu

ru o

lahr

aga)

, Su

ratn

o (g

uru

baha

sa In

done

sia-

saat

ini s

udah

pen

siun

), Ta

ufik

(gur

u M

atem

atik

a) d

an S

ukan

to (K

etua

Kom

ite 2

001-

2014

). B

eber

apa

dari

nam

a

Bebe

rapa

gur

u di

Cila

cap

“de

kat”

de

ngan

org

anis

asi y

ang

men

gusu

ng

gaga

san

khila

fah,

HTI

(Ket

eran

gan

kepo

lisia

n)

Sam

pai s

aat i

ni ti

dak

ada

sem

acam

pe

dom

an y

ang

dapa

t dija

dika

n da

sar

piha

k ke

polis

ian

untu

k m

elak

ukan

pe

mbi

naan

di s

ekol

ah (d

isam

paik

an

oleh

Kan

it B

imbi

ngan

Mas

yara

kat,

Page 126: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

118

No

Kon

disi

:Pr

akte

k B

aik/

Seg

i Pos

itip

dan

Pen

yim

pang

an

Peny

ebab

/Per

mas

alah

an

itu (B

ashi

r, Su

ratn

o, d

an S

ukan

to) b

ahka

n te

lah

mas

uk d

alam

cat

atan

apa

rat

pene

gak

huku

m k

aren

a m

erek

a m

enje

nguk

Ust

. Abu

Bak

ar B

aasy

ir di

LP.

N

usa

Kam

bang

an. H

al in

i dik

etah

ui P

ak B

eni d

ari D

anra

mil

keca

mat

an

Sida

reja

(Kas

us 2

013,

suda

h di

laku

kan

pem

bina

an)

Terd

apat

tiga

gur

u di

SM

PN1

sida

reja

yan

g be

rafil

iasi

den

gan

LDII

(L

emba

ga D

akw

ah Is

lam

Indo

nesia

). K

etig

anya

ada

lah

H. S

ugiy

anto

(gur

u B

hs. I

ndon

esia

), Su

yam

to (g

uru

Bah

asa

Indo

nesi

a), d

an Ja

swan

(gur

u M

atem

atik

a). M

erek

a ya

ng te

rgab

ung

dala

m L

DII

ini m

enga

ngga

p um

at

isla

m la

in se

baga

i kaf

ir se

hing

ga ti

dak

mau

ber

ibad

ah b

ersa

ma

deng

an o

rang

di

luar

kel

ompo

k m

erek

a.

Terd

apat

seor

ang

kary

awan

TU

SM

AN

1 C

ilaca

p ya

ng se

ringk

ali

men

yam

paik

an g

agas

an te

ntan

g kh

ilafa

h sa

at m

enja

di K

hatib

shal

at Ju

m’a

t di

Seko

lah.

Tida

k se

cara

spes

ifik

men

enta

ng d

asar

Neg

ara

Panc

asila

(pe

njel

asan

al

umni

SM

AN

1 C

ilaca

p)

Pols

ek S

idar

eja)

. Pa

ra g

uru

jara

ng m

enda

mpi

ngi s

isw

a pa

da Ju

mat

an d

an k

egia

tan

Roi

s di

seko

lah

Page 127: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

119

b. Kondisi Radikalisme di Negara-Negara Lain

Tidak hanya Indonesia, di negara-negara lain pun,masuknya paham-paham radikalisme juga terjadi.Walaupun kondisi dan penyebabnya berbeda, namunindikasi masuknya paham-paham radikalismetersebut telah menjadi perhatian serius bagipemerintah di negara-negara tersebut. Tabel berikutmenggambarkan kondisi, penyebab dan solusiterhadap paham radikalisme di beberapa negara.

Page 128: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

120

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

1 A

ustr

alia

1.

20

0 w

arga

A

ustra

lia

yang

ber

niat

m

elak

ukan

pe

rjala

nan

ke

Tim

ur

Teng

ah

term

asuk

Su

riah

mer

eka

berg

abun

g de

ngan

IS

IS,

mer

eka

tela

h di

cega

t pol

isi A

ustra

lia (

IRN

A

dala

m A

gus S

B,

2016

).

2.M

ente

ri Im

igra

si P

eter

Dut

ton

hari

Rab

u (2

5/3/

2015

) m

enje

lask

anse

oran

g re

maj

a 17

ta

hun

dice

gat

pada

12

M

aret

20

15

di

term

inal

kebe

rang

kata

n in

tern

asio

nal

kare

naak

an b

erga

bung

den

gan

ISIS

. (A

gus

SB,

2016

:123

)

1.M

ente

ri

Imig

rasi

A

ustra

liam

engi

nfor

mas

ikan

bah

wa

bany

akdi

anta

ra

para

pe

mud

a in

im

emut

uska

n un

tuk

perg

i ke

Ira

k da

n Su

riah

sete

lah

men

gaks

esje

jarin

g so

sial

dan

int

erne

t (I

RIB

Rad

io, 2

5 M

aret

201

5) (

Agu

s SB

,20

16:1

23).

2.A

nak

mud

a in

i ta

npa

sepe

ngat

ahua

n or

ang

tua

mer

eka

men

gund

uh

dan

men

erim

abe

raga

m

info

rmas

i m

edia

so

sial

dan

rinte

rnet

. K

elom

pok

mem

atik

an

ini

(ISI

S)

berh

asil

men

jang

kau

piki

ran

anak

m

uda

Aus

tralia

mel

alui

lay

ar k

ompu

ter,

men

cuci

ot

ak

mer

eka

dan

ini

men

yulit

kan

nega

ra-n

egar

a B

arat

saat

ini (

Rad

io A

ustra

lia, 2

5 M

aret

2015

) (A

gus S

B,

2016

:124

)

Rek

omen

dasi

A

gus

Sury

a B

akti,

201

6:

1.Pe

ntin

gnya

Pe

ngua

tan

Reg

ulas

i

Pena

nggu

lang

an t

inda

kan

dan

aksi

te

roris

me

haru

s pu

lam

enye

ntuh

up

aya

pena

ng-

gula

ngan

dan

penc

egah

anse

jak

pra-

aksi

. D

alam

kon

teks

penc

egah

an t

erot

ism

e di

dun

iam

aya,

asp

ek r

egul

asi

men

jadi

sang

at

pent

ing

untu

kdi

kuat

kan.

Pe

mer

inta

h ha

rus

sege

ra

mem

ikirk

an

mas

ivita

sda

n da

mpa

k ya

ng t

imbu

l da

rite

roris

me

di d

unia

may

a ya

ngla

mba

t la

un

tela

h m

engo

tori

ruan

g be

rmai

n da

n sa

rana

npe

nget

ahua

n an

ak-a

nak

mud

aki

ta m

elal

ui m

edia

inte

rnet

.

Page 129: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

121

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

2.

Sine

rgita

s N

egar

a de

ngan

M

asya

raka

t

Pera

n se

luru

h ko

mpo

nen

mas

yara

kat

dari

unit

palin

g ke

cil

kelu

arga

, to

koh

agam

a,

guru

, do

sen,

ins

an m

edia

, da

n la

inny

a m

erup

akan

m

itra

stra

tegi

s ya

ng

sang

at

efek

tif

dala

m m

embe

ndun

g pe

ngar

uh

radi

kalis

me

di d

unia

may

a.

2 A

mer

ika

Seri

kat

FBI

men

cata

t ad

anya

ka

sus

pela

jar

anta

ra 1

3-18

tahu

n ya

ng m

asuk

dal

am

jarin

gan

kelo

mpo

k ek

trim

.

Peny

ebar

an

paha

m

radi

kal

di

kala

ngan

pel

ajar

dia

tara

nya

terja

di

mel

alui

kom

unik

asi

onlin

e de

ngan

ke

lom

pok-

kelo

mpo

k ra

dika

l.

a.

Mem

bent

uk T

im P

enan

gan-

an

Anc

aman

da

n Pr

osed

ur

inte

rven

si u

ntuk

sis

wa

yang

di

duga

te

rpap

ar

paha

m

radi

kal.

b.

Pela

tihan

ba

gi

guru

da

n ka

ryaw

an se

kola

h

c.

Seko

lah

diw

ajib

kan

men

jalin

ke

rjasa

ma

deng

an p

ara

piha

k

Page 130: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

122

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

(pra

ktis

i ke

seha

tan

men

tal,

apar

at

huku

m,

pela

yan

sosi

al,

dll)

untu

k m

enga

nkal

pe

nyeb

aran

pah

am ra

dika

l.

3 Myanm

ar

Fen

omen

a an

ti-m

uslim

ole

h bi

ksu-

biks

u B

udha

dal

am g

erak

an 9

69.

Ger

akan

ini d

iduk

ung

oleh

seba

gian

ap

arat

pem

erin

tah.

Oto

ritas

pem

erin

tah

mem

bata

si

akse

s etn

is R

ohin

gya

untu

k m

enda

patk

an p

endi

dika

n di

tin

gkat

uni

vers

itas d

enga

n al

asan

unt

uk m

ence

gah

terja

diny

a ke

kera

san.

4 K

anad

a a.

Gur

u-gu

ru d

i sek

olah

Isla

m sw

asta

men

yeba

rkan

ideo

logi

mus

lim e

kstri

mke

pada

par

a si

swa

(Rah

eel R

eza,

201

3)

b.R

ekru

tmen

kel

ompo

k ek

strim

juga

terja

di d

i Uni

vers

itas m

elal

ui a

ktiv

itas-

aktiv

itas i

nfor

mal

.

5 B

angl

ades

h a.Le

bih

dari

50 k

elom

pok

ekst

rim d

an10

par

tai p

oliti

k be

rbas

is a

gam

am

emili

ki o

rgan

isas

i say

ap d

i tin

gkat

Mel

alui

tela

ah a

tas b

uku-

buku

te

ks y

ang

digu

naka

n di

Page 131: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

123

No

NE

GA

RA

K

ON

DIS

I PE

NY

EB

AB

SO

LU

SI

pela

jar.

b.Pe

rkem

bang

an ju

mla

h m

adra

sah

swas

ta ta

k be

rijin

dite

ngar

ai m

enja

di

sala

h sa

tu ja

lur p

enye

bara

n pa

ham

ra

dika

l.

seko

lah,

Pem

erin

tah

cend

erun

g m

engh

inda

ri te

ma-

tem

a ko

ntro

vers

ial t

erm

asuk

di

anta

ra is

u ra

dika

lism

e in

i.

6 K

orea

Se

lata

n Se

oran

g re

maj

a K

orea

Sel

atan

yan

g hi

lag

di T

urki

men

yata

kan

ingi

n be

rgab

ung

deng

an IS

IS. K

eing

inan

re

maj

a be

rusi

a 18

tahu

n in

i dilo

ntar

kan

mel

alui

aku

n Tw

itter

ata

s nam

a Su

nni

Muj

ahid

een

mili

knya

. Rem

aja

yang

di

iden

tifik

asi d

enga

n na

ma

kelu

arga

K

im in

i dip

erki

raka

n te

lah

men

yebe

rang

ke

Suria

h

Seor

ang

polis

i sen

ior C

hung

Jae-

Il,

di S

eoul

sepe

rti y

ang

diku

tip

Cha

nnel

New

s Asi

a, R

abu

(21/

1)

men

gata

kan

bahw

a K

im m

enul

iska

n se

rang

kaia

n pe

san

di a

kun

Twitt

er

mili

kiny

a un

tuk

mem

inta

info

rmas

i m

enge

nai c

ara

berg

abun

g de

ngan

IS

IS (A

gus S

B,

2016

:124

).

Page 132: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

124

B. Penyebab Paham dan Tindakan Radikalisme 1. Faktor Guru

SIDP (2015) menyebutkan terdapat beberapa hal yangmendorong masuknya paham radikal di lingkungansekolah, antara lain melalui guru, kurikulum danalumni.Melalui alumni biasanya dilakukan dengansistem mentoring keagamaan dengan membimbingpelajar mengaji, disertai dialog-dialog bertemakeagamaan. Disisi lain, guru PPKn tidak mampumenjadikan PPKn sebagai sarana efektif memperkuattoleransi. Buku-buku pelajaran juga ditengaraimenyebarkan paham intoleransi. Buku pelajaran SMAdi Bandung, salah satu babnya menampilkan materi“kebangkitan prajurit Islam”. Salah satu kutipan kalimatdi buku itu misalnya, “semua orang yang menyembahTuhan selain Allah adalah kafir dan pantas dibunuh.(Arzita ,2016; penyebab: hasil studi tahun 2015).

Hasil survei yang dilakukan pada kajian ini menemukankondisi yang serupa bahwa faktor guru juga merupakansalah satu penyebab terjadinya paham radikalismetersebut. Kecenderungan penyebab metode pengajaranyang disampaikan kepada siswa dilaksanakan oleh gurudilakukan secara monoton dan membosankan. Ketikamenerangkan pelajaran yang seharusnya mudah bisamenjadi sangat sulit dipahami ketika seorang gurumenerangkannya secara monoton yang menyebabkansiswa ngantuk dan bosan di kelas, mungkin titik bosanitu datang karena seorang guru tidak memiliki metodeyang baik untuk berkomunikasi dengan siswanya dankesannya guru itu hanya berkepentingan intukmenyampaikan materi sebanyak mungkin untukmencapai target supaya mendapat gaji yang diinginkan

Page 133: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

125

dan tidak mempedulikan siswanya akan memahami materi tersebut ataukah tidak. Mungkin siswanya juga yang keterlaluan hanya melihat guru yang sabar dan tidak berusaha memahami maksud yang di sampaikan.

Misalnya pada pelajaran Pendidikan Kebhinekaan. Survei yang ditanyakan pada siswa SMA bagaimana metode pengajaran yang disampaikan oleh guru PPKn. Sebanyak 46,39% (agregat) menyatakan bahwa metode pengajaran dilakukan melalui metode ceramah. Walaupun jumlah yang menyatakan bahwa metode tersebut tidak menarik (13,5%), namun disinyalir sebagian besar siswa menyatakan metode ceramah tersebut memang membosankan.

Grafik 4.14 Metode Pengajaran yang Disampaikan Guru PPKn

Survei dalam studi ini juga menemukan beberapa hal yang mendorong tumbuhnya paham radikal di lingkungan sekolah. Pertama, guru PPKn maupun guru agama memang telah mengajarkan nilai-nilai

Page 134: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

126

kebhinekaan namun para guru tersebut umumnya hanya menggunakan metode ceramah. Bagi sebagian siswa metode pengajaran semacam ini dianggap tidak menarik. Kedua, para siswa juga melihat adanya terdapat program penguatan nilai kebhinekaan yang dilakukan oleh sekolah (85,6%), namun sayangnya sebagian besar program tersebut dilakukan dengan cara konvensional (ceramah, seminar). Ketiga, semakin mudahnya akses informasi kepada para siswa. Sebesar 48,4% menjadikan media online sebagai sumber utama untuk memperoleh pengetahuan agama. Sayangnya sebagian informasi tersebut belum tentu benar dan siswa juga seringkali tidak memiliki kemampuan mem-verifikasi kebenaran informasi dalam media online. Disinilah tuntutan seorang guru profesional harus berinovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Dalam sudut pandang ilmu didaktik, para pengajar harus menerapkan metode yang tepat agar pelajaran yang ia sampaikan tidak membosankan. Pelajaran PPKn dianggap yang “rawan” dalam hal ini, biasanya pelajaran PPKn yang disampaikan dengan metode satu arah, cenderung lebih membosankan dari pada metode belajar dua arah. Dalam mata pelajaran Sosiologi yang berisi analisa dari para sosiolog tentang gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat, jika sang pengajar menjelaskan pelajaran ini dengan gaya yang monoton, tidak jarang akan menimbulkan perasaan bosan yang dapat memecah konsentrasi belajar para siswa. Demikian juga dengan ilmu Sejarah, jika guru tidak pandai menerangkan dan menyampaikannya kepada para siswa, bisa-bisa malah menjadi dongeng empuk pengantar tidur.

Page 135: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

127

Grafik 4.15 Media yang Paling Sering Digunakan Untuk Memperoleh Pengetahuan Agama

2. Faktor Eksternal Guru

Selain faktor guru, Maarif Institute (2017) menyatakanbahwa tumbuhnya paham radikal di lingkungan sekolahsalah satunya karena sekolah cenderung abai denganmotif dibalik aktivitas alumni, seperti penyebaranpemahaman keagamaan dan paham yang bertentangandengan Pancasila dan NKRI seperti ide pembentukankhilafah, serta menjadikan siswa sebagai basisdukungan bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan.Sebagaimana temuan SIDP, Maarif Institute jugamenemukan adanya pola penetrasi di sekolah melaluipertemuan-pertemuan terbatas (liqa) denganmenggunakan modul, mentoring dan bahan-bahanbacaan berupa buku terjemahan dan lternat yang berisipandangan anti-kebinekaan yang diterbitkan oleh pihaktertentu. Pola lain adalah penetrasi ideologis olehorganisasi massa bertaraf transnasional yangmemainkan peran yang cukup signifikan bagi prosesyang terjadi di sekolah; antara lain: melakukanmentoring dan pendampingan kegiatan ekstrakurikuler

Page 136: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

128

serta penetrasi terhadap para tenaga pengajar sekolah. Pola tersebut menjadi lazim dilakukan sebagai upaya memperkuat penetrasi ideologis yang pada dasarnya bertentangan dan cenderung meruntuhkan sendi-sendi kebangsaan yang didasarkan pada paham Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Faktor lain sebagai sumber masuknya paham radikalisme dan intoleransi adalah kemudahan akses internet. Kemajuan teknologi khususnya dengan dikenalnya teknologi internet memberi peluang lebih besar bagi generasi muda untuk mengakses informasi, termasuk informasi mengenai agama. Sebanyak 36,35 persen responden menyatakan bahwa media sosial (facebook, twitter, youtube, wa, dll) merupakan media yang paling sering digunakan untuk mendapatkan pengetahuan agama. Sebanyak 12,01 persen responden yang lain mendapatkan informasi agama paling banyak dari website. Di luar itu, 37,44% responden mendapatkan pengetahuan agama paling banyakdari cara yang lebih konvensional melalui cerama-ceramah keagamaan.

Grafik 4.16 Media Informasi Pengetahuan Agama

Page 137: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

129

Pengetahuan agama juga diperoleh dari keikutsertaan para siswa ini pada organisasi keagamaan di luar sekolah. Sebanyak 27,50 persen responden menyatakan mengikuti organisasi keagamaan di luar sekolah. Organisasi keagamaan yang mereka ikuti antara lain: remaja masjid, remaja gereja, Ikatan Pelajar Nadhatul Ulama, dsb. Keluarga tentu saja juga berperan penting bagi penanaman nilai kebinekaan kepada generasi muda. Sebanyak 96,8% responden siswa menyatakan bahwa mereka juga mendapatkan pendidikan kebinekaan dari orang tua mereka di rumah.

Grafik 4.17 Keikutsertaan Siswa dalam Organisasi Keagamaan

Para siswa secara umum juga telah mendapatkan pendidikan kebinekaan dari guru-guru mereka di sekolah, khususnya melalui mata pelajaran PPKn dan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Walaupun demikian, layak dicatat juga pandangan beberapa siswa yang melihat guru dari dua mata pelajaran tersebut tidak memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebineka-an. Survei ini menunjukkan 5,02 persen responden siswa menyatakan bahwa guru PPKn tidak memberikan pendidikan kebinekaan kepada mereka. Sementara itu, 12.19 persen siswa juga menyatakan bahwa guru agama

Page 138: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

130

mereka tidak mengajarkan pendidikan keagamaan kepada mereka.

Grafik 4.18 Guru PPKn Mengajarkan Pendidikan Kebinekaan

Grafik 4.19 Guru PA/BP Mengajarkan Pendidikan Kebinekaan

Page 139: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

131

C. Upaya Pencegahan Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangkal maupun menanggulangi masuknya paham radikal di lingkungan sekolah. Upaya-upaya tersebut dilakukan baik oleh Pemerintah (pusat maupun daerah), sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Terkait hal ini, Kemendikbud misalnya telah menerbitkan kebijakan penumbuhan budi pekerti pada 2015. Pada 2016, kebijakan tersebut semakin dikuatkan dengan dijadikannya Program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai salah satu program utama Kemendikbud. Di tingkat daerah, studi kami di Cilacap juga mencatat bahwa dinas melakukan pembinaan melalui pengawas sekolah untuk menangkal bahaya radikalisme di lingkungan sekolah.

Beberapa sekolah juga telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan masuknya paham radikal. Di Cilacap tercatat adanya pembinaan dari pihak sekolah terhadap guru/ karyawan sekolah yang teridentifikasi menganut paham radikal. Bebrapa sekolah juga telah bekerjasama dengan aparat penegak hukum terutama untuk penguatan nilai nasionalisme siswa. Telah dilakukan pula berbagai kegiatan ekstra kurikuler untuk penguatan karakter siswa. Selain itu, diadakan pula berbagai kegiatan yang melibatkan siswa dari berbagai pemeluk agama dalam kegiatan keagamaan (misalnya: penyembelihan hewan kurban).

Secara khusus, sekolah juga telah mengadakan program/ kegiatan untuk menanamkan nilai kebinekaan kepada siswa. Upaya yang dilakukan sekolah misalnya melalui seminar/ penyuluhan, melibatkan siswa dalam kegiatan keagamaan lainnya, hingga kemah kebangsaan. Namun demikian upaya ini masih perlu ditingkatkan terutama dengan mengadakan program yang lebih inovatif. Hal ini karena sebanyak 19,9% responden belum melihat sekolah

Page 140: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

132

mengadakan kegiatan/program penguatan nilai-nilai kebinekaan.

Grafik 4.20 Sekolah melakukan program-program penguatan nilai-nilai kebinekaan kepada siswa

Seperti halnya di kota Malang, beberapa kepala sekolah dalam DKT menyatakan bahwa pihak sekolah telah melakukan upaya-upaya mencegahan terhadap masuknya paham radikalisme dan intoleransi, diantaranya yang berhasil dirangkum sebagai berikut:

1. Dinas pendidikan provinsi sering juga mengadakansosialisasi masalah penguatan pendidikan karakterbaik itu melalui pengawas kepala sekolah dan bapakibu guru tetapi masih dirasakan kurang apalagi tiapdaerah memiliki karakter wilayah yang sangatberbeda. Oleh sebab itu melalui sekolah ini sudahberupaya untuk memberikan layanan dengan berbagaimacam tetapi masyarakat masih menyamakan satudengan yang lainnya akhirnya berbenturan masalahtersebut ada permasalahan di sekolah A belum tentusama dengan permasalahan di sekolah B, carapenanganannya juga berbeda.

2. Pihak Dinas Pendidikan sudah bekerja sama denganpihak Pol PP yang namanya operasi sayang dan inidikembangkan termasuk kepada PNS Jadi kemarin

Page 141: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

133

terjadi ada kepegang jam sekolah sekolah mereka pulang sekolah dan ini juga demikian masyarakat langsung kromonya ke sekolah padahal sekolah sudah memberikan sosialisasi.

3. Harus ada aturan dari Pusat tidak hanyadisosialisasikan kepada Dinas Pendidikan saja tetapijuga disosialisasikan kepada masyarakat yang lainmungkin melalui Dinas Sosial atau mungkin melaluiKementerian lain langsung turun ke masyarakat.Jangan sampai hanya siswa gara-gara dicubit lalumasuk ke Kepolisian nanti fungsi guru sebagaipendidik tidak ada.

4. Di aula Kodam itu secara periodik diselenggarakanIslamic Book Fair yang ternyata banyak bukunyaradikal semuanya mengajak supaya anti-pancasila antihormat bendera.

5. Terdapat upaya untuk mencegah radikalisme darisekolah dengan mendengarkan ceramah danbimbingan seorang tokoh dengan melakukanpengajian dan istighosah setiap malam Minggu danmalam Jumat untuk memberikan masukan-masukansupaya jangan belajar agama dari dari YouTube dariinternet.

6. Di sekolah telah terdapat upaya-upaya untuk masukan-masukan tentang bagaimana perlunya cinta negara ituadalah sebagian dari iman. Dan, mencintai tanah airitu adalah sebagian dari iman.

7. Apa yang menjadikan anak-anak itu menjadi radikalyaitu karena dalam menjalankan keyakinan agamanyamerasa yang paling benar.

8. Secara normatif sudah dilakukan pembinaan dariPengawas Sekolah tetapi kalau dalam proses

Page 142: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

134

pembelajaran banyak ceramah yang mengandung unsur-unsur radikal itulah kondisi di luar jalur.

9. Terdapat inisiatif untuk membentuk kerukunan umatberagama pelajar tetapi tidak direspon oleh Kemenagalasan pada waktu itu memang tidak masuk dalamDIPA.

10. Dulu menurut informasi banyak sekali siswa SMA 3Malang yang tidak mau hormat bendera tetapi perkem-bangan berikutnya sudah tidak ada.

11. Dulu di SMA 1 ada yang tidak mau menata karpetuntuk istighosah karena berpandangan bahwa haramuntuk beristighosah.

12. Guru-guru ini yang jelas-jelas memiliki organisasiHTI seharusnya mendapat tindakan tegas melaluiDinas Pendidikan.

13. Meskipun hasil penelitian sementara di Kota Malangmenunjukkan angka yang kecil terkait denganradikalisme tetapi perlu diwaspadai.

14. Pada prinsipnya Sekolah Kota Malang telah mencobauntuk melaksanakan kebijakan yang dikeluarkanoleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untukterus mendorong penguatan karakter.

15. Setiap kegiatan-kegiatan upacara yang dilakukantermasuk di dalamnya adalah menyanyikan laguIndonesia Raya pada umumnya dilakukan semuakebijakan itu,

16. Pengawas Sekolah mempunyai program kerja tahunanprogram semester rencana pengawasan akade-mik, rencana pengawasan managerial itu berbasispada penguatan 5 nilai karakter.

Page 143: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

135

17. Terdapat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah, yaitu antara lain: upacara setiap hari Senin, dan sekali-kali kita mendatangkan dari Polres kemudian dari Koramil; setiap hari kami juga sudah melakukan kegiatan imtaq yang dipimpin guru agama secara bergantian lima belas menit setiap pagi kemudian anak anak untuk non muslim ada doa pagi untuk yang Nasrani, Katolik dan Hindu; ada juga kegiatan literasi; menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza; menyanyikan lagu wajib nasional.

18. Terdapat kegiatan-kegiatan yang terkait denganpendidikan karakter yang mencegah dari radikalismeitu, ada kegiatan Natal bersama untuk seluruh baikguru maupun GTK maupun siswa itu di kota Malangmulai dari SD, SMP dan SMA itu sudah menjadiagenda setiap tahun. Di sekolah kami ada kegiatanretreat juga, dan setiap ada Istighosah setiap satubulan sekali, dan setiap Minggu kita belajar AsmaulHusnah.

19. Terdapat kegiatan parenting setiap satu bulan sekali,untuk mengundang para orang tua secara bergantiandalam satu bulan itu kelas 10, 11 dan 12, untukmenyampaikan suatu kerja sama yang baik denganadanya pendidikan karakter di sekolah.

20. Terdapat pengembangan karakter anak didik yangberfokus pada anak usia dini dan usia sekolah.

21. Di Malang ini terdapat pertemuan rutin satu bulansekali MGMP SMP, SMK, SMA.

22. Menangkal radikalisme dengan suatu konsep materipelajaran yang terintegrasi antara nasionlisme danreligius sehingga pendidikan agama di dalamnyasudah ada pendidikan nasionalisme, jangan lagi

Page 144: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

136

dipisah. Sekarang pelajaran PKN intinya pelajaran nasional isinya keblabasen nasional, kemudian pelajaran agama keblabasen agama itu, sampai kapanpun tidak akan ketemu kalau kita tidak mempunyai formula baru untuk menciptakan konsep materi pelajaran yang di dalamnya terdapat secara esensial materi yang dapat menanggulangi maraknya paham radikalisme.

23. Untuk mencegah radikalisme ini mungkin juga bisaditingkatkan intensitas kemitraan antara pihak sekolahdan seluruh stakeholder seperti dengan tokoh agama,dengan TNI, Polri, dan juga jajaran lainnya dalamrangka untuk memperkuat nasionlisme dan religiusitassecara seimbang, karena titik masalah radikalisme itutidak seimbang antara nasionalisme dan religiusitas.

24. Terkait dengan pendidikan karakter maka ini terkaitdengan yang saya sampaikan tadi kolaborasi denganguru agama, PKN dan seluruh guru mata pelajaran itusangat urgen. Guru matematika tidak harammengatakan bahwa UUD 45 itu tidak bertentangandengan agama sehingga seluruh walaupun tidakberkapasitas sebagai guru agama dan PKN, dapatmembantu program pemerintah dalam mencegahradikalisme.

Beberapa lembaga kemasyarakatan juga telah mengadakan berbagai program untuk menangkal masuknya paham radikal di sekolah. Program-program tersebut diantaranya adalah: peningkatan kapasitas guru (misalnya oleh ASIA Foundation), seminar dan diskusi tentang nasionalisme dan kebinekaan di lingkungan sekolah, serta kemah kebinekaan yang diikuti oleh siswa yang beragam (misalnya oleh FKUB Kabupaten Cilacap). Program-program tersebut menunjukkan pentingnya pelibatan masyarakat dalam upaya penangkalan penyebaran paham radikal di sekolah.

Page 145: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

137

BAB IV KESIMPULAN DAN OPSI KEBIJAKAN

A. Kesimpulan 1. Terdapat indikasi pada sebagian kalangan siswa dan

guru yang tidak ingin, atau menentang dan bahkanmengganti dasar ideologi dan dasar Negara Pancasila,UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika-intoleransidan mengarah mengarah pada paham radikalisme.Kendati persentasenya rendah, indikasi yang mengarahpada paham radikalisme tersebut perlu diwaspadai dandiantisipasi.

2. Indikasi masuknya paham radikalisme di lingkungansekolah terjadi antara lain karena:

a. Pemahaman siswa tentang paham radikalisme yangbanyak bersumber dari medsos/ komunikasi onlineyang sulit dideteksi, diwasi oleh guru dan orangtua;

b. lemahnya beberapa guru PPKn dan PAI dalampelaksanaan pembelajaran yang masih didominasidengan metode ceramah/hafalan dan kurangnyakonten pendidikan kebinekaan dalam buku danbahan ajar pendukung PPkn dan PAI;

c. kebijakan sekolah dalam menyaring dan menseleksiPembina Rois dari luar sekolah, materi kegiatanRois, dan pendampingan serta pengawasan siswa diluar luar sekolah; masih lemah.

d. belum ada pedoman yang dapat dijadikan dasarpihak kepolisian, sekolah dan Pemda setempat untukmelakukan pembinaan guna pencegahan danpenindakan radikalisme di sekolah;

Page 146: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

138

3. Telah dilakukan upaya dari berbagai pihak untukmencegah paham radikalisme masuk di lingkungansekolah:

a. menyelenggarakan kegiatan melalui ekstrakurikuleruntuk penguatan karakter siswa pada nilai nasionalisdan religius;

b. Pengenalan Nasionalisme ketika MOS, bekerjasamadengan kepolisian dan TNI dan pihak terkait untukpembinaan mental, kedisiplinan, dan cinta tahah air;

c. menanamkan ideologi dan menumbuhkan rasakebangsaan dengan rutin menyelenggarakan upacarabendera, menyanyikan lagu kebangsaan di awal dandi akhir jam pelajaran, dan hari besar nasional;

d. pembinaan terhadap guru yang teridentifikasimenganut paham radikal,

e. menjalin kerjasama dengan masyarakat antara lainpeningkatan kapasitas guru terkait nasionalisme dankebinekaan (ASIA Foundation), mengadakanseminar/ diskusi tentang nasionalisme dankebinekaan di lingkungan sekolah dan KemahKebinekaan antarsekolah yang diikuti oleh siswayang beragam latar belakang agamanya.

B. Opsi Kebijakan Kajian awal ini merekomendasikan untuk menjadikan Program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai poros untuk menangkal penyebaran paham radikal di Satuan Pendidikan. Penguatan pendidikan karakter di sekolah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter terkait dengan nilai karakter utama nasionalis dan religius dalam setiap

Page 147: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

139

mata pelajaran dan mengembangkannya melalui kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler yang bervariasi dan menyenangkan secara terpadu. Upaya ini sekaligus untuk mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis kelas dan budaya sekolah dengan meningkatkan jalinan kerjasama tripusat pendidikan, yakni sekolah orangtua dan masyarakat dalam menangkal paham radikalisme dan membangun karakter anak yang cinta akan tanah air, dan menjadi warga Negara Indonesia dengan ideologi terhadap ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Untuk mengintegrasikan upaya mengangkal penyebaran paham radikal dengan PPK ini, terdapat beberapa langkah yang perlu dijalankan, yaitu sebagai berikut.

1. Penguatan GTK Dalam Membangun Karakter Siswa

a. Pemerintah dan pemerintah daerah lebih meningkatkan pendidikan berkelanjutan bagi para guru-guru Pendidikan Agama Islam PPKn dan guru relevan lainnya untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mempromosikan dan mentransformasikan pengetahuan dan perilaku toleran pada siswa.Perlu dilakukan inovasi pengembangan pembelajaran PAI dan PPKN yang lebih menarik tidak hanya didominasi dengan pendekatan ceramah-hafalan untuk pengetahuan, melainkan mencoba mengaplikasikan dalam konteks kejadian sehari-hari dan terkini-kontekstual dengan pendekatan yang kritis.

b. Kurikulum PPKn secara intens dikembangkan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa terhadap Pancasila, UUD 45, NKRI dan Binekatunggal Ika sebagai ideologi nasional hukum dasar dan kesatuan bangsa

Page 148: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

140

dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti perlu lebih dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, toleran, demokratis, dan multicultural sesuai tuntunan kurikulum.

d. Menguatkan peran Kepala Sekolah dan guru dalamMenciptakan kegiatan guna Pembauran antar siswa yang bhineka; menseleksi Pembina Rois yang berasal dari luar atau alumni, mengkaji materi kegiatan Rois; dan guru agama perlu mendampingi siswa dalam kegiatan-kegiatan keagamaan guna menangkal paham yang berlawanan dengan Pancasila.

2. Perbukuan dan Sumber Belajar

Pusat perbukuan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta Kementerian Agama perlu memastikan kualitas buku ajar dan buku pengayaan PPKn dan PAI yang kondusif bagi promosi dan penguatan toleransi siswa di sekolah, dan mengembangkan modul pembelajaran penguatan nasionalisme, toleransi dan perdamaian sekaligus menangkal paham radikalisme. Guru PPKn dan PAI perlu ditingkatkan kapasiasnya dalam menguasai IT dan disediakan fasilitas pembelajarann sehingga dapat mengimbangi dan mengontrol siswa menguasai materi dan teknologi pembelajaran berbasis IT dan dunia maya.

3. Penguatan Peran Masyarakat dan Orangtua

Orang tua dan Masyarakat perlu meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan sekolah dalam meningkatkan kemampuan akademik, sosial, emosional,

Page 149: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

141

dan kesehatan fisik peserta didik; terlebih dalam mengembangkan cinta terhadap tanah air dan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme. Misalnya Kerjasama dengan FKUB untuk kegiatan kebinekaan antar siswa lintas agama.

4. Literasi Digital dan Pendampingan Keluarga

Siswa perlu mendapat pelatihan literasi digital khususnya dalam menggunakan media online yang dilakukan oleh pihak sekolah yang bekerjasama dengan berbagai instansi terkait khususnya yang berkaitan dengan paham radikalisme. Selain itu, orang tua dan keluarga perlu dilibatkan dalam pendampingan dan pengawasan penggunaan media online yang dilakukan oleh pelajar. Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidkan Keluarga (Ditbindikel) menyusun regulasi yang mengatur dan memfasilitasi literasi digital tersebut.

5. Regulasi dan Satuan Tugas Pencegahan Penyebaran Paham Radikal

Perlu regulasi/ pengaturan dari pihak-pihak terkait (Kemendikbud, Kemenag, Kemendagri) dan/atau panduan yang dapat dijadikan dasar bagi para pihakterkait untuk mencegah masuk paham radikal di lingkungan sekolah. Untuk pelaksanaan regulasi tersebut perlu dibentuk pula Satuan Tugas pencegahanpenyebaran paham radikal di lingkungan pendidikan sampai di tingkat satuan pendidikan di wilayah kecamatan kecamatan.Tugas awal ialah mendeteksi secara dini adanya gejala masuknya paham dan tindakan radikalisme di sekolah, baik oleh siswa, guru maupun GTK serta melakukan pencegahan secara dini.

Page 150: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

142

DAFTAR PUSTAKA

Agus, SB, 2016. Deradikalisasi Dunia Maya Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media. Jakarta: Penerbit Daulat Press Jakarta.

Alwi, Hasan, et al. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Arif, Syaiful, 2010. Deradikalisasi Islam; Paradigma dan Strategi Islam Kultural, Depok: Koekoesan

Arzita Tivany Wargadiredja, 2016. Lampu Kuning Meningkatnya Radikalisme di Sekolah-Sekolah Indonesia. https://www. vice. com/id_id/article/lampu-kuning-meningkatnya-radikalisme-di-sekolah-sekolah-indonesia.May 6 2017

Busri.Endang, 2013. “Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa”. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP), vol. 10, no. 1, edisi Januari 2013, Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura

Bikhu Parekh, 2000. Rethinking Multiculturalism; cultural diversity and political theory, Cambridge; Harvard University Press.

Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan

Page 151: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

143

Idris Apandi, 2013. Kurikulum PPKN 2013 dalam http://smp3saketi.blogspot.com/2014/11/karakteristik-tujuan-dan-ruang-lingkup.html) dan https://asminkarris.wordpress.com/2013/06/29/kurikul um-ppkn-2013/

George Mc. T. Kahin (lkpi th) lengkapi

Imron, A. 2000. Budaya Kekerasan dalam Konflik Antaretnis dan Agama: Perspektif ReligiusKultural. Jurnal Akademika, No. 01/Th.XIX/2000. Surakarta: MUP

Idris, Apandi. 2013. Kurikulum PPKN 2013. https://asminkarris.wordpress.com/2013/06/29/kurikulum-ppkn-2013/

Isjwara, F., 2011. Pengantar Ilmu Politik, Bina Cipta, Bandung, Cetakan Keempatbelas

Hakim, L. 2004. Terorisme di Indonesia. Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta

Hans, Kohn. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terj. Sumantri Mertodipuro. Jakarta: Erlangga

Hasim, Moh.2015: Potensi Radikalisme Di Sekolah Studi Terhadap Buku Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar. Jurnal Edukai Volume 13, Nomor 2, Balai Litbang Agama SemarangAgustus 2015

Kemendikbud, 2016.Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/ SMK/MAK). Jakarta, Kemendikbud.

Kemendikbud, 2016. Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekoah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK). Jakarta, Kemendikbud.

Page 152: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

144

Kemendikbud, 2016. Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta, Kemendikbud.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

LaKIP, 2011.Hasil Survei LaKIP tentang kekerasan bermerek agama di kalangan pelajar. http://sccollection.blogspot.co.id/2011/05/hasil-survei-lakip-tentang-kekerasan.html.

Maarif Institute, 2017. Ringkasan Eksekutif Penelitian Penguatan Institusi Sekolah Melalui Kebijakan Internal Sekolah yang Mengokohkan Kebinekaan: Kota Banda Aceh, Kabupaten Lebak, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Surakarta, Kota Mataram, dan Kota Makassar.

Mujani Saiful Research Consulting (SRMC) Desember 2015 dan 2007, lengkapi

Notosusanto, Nugroho 1979. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: New Aqua Press

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP),

Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti

Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang (PJPN) 2005-2025. lengkapi

RPJPN)2005-2025.

Puslitjak Dikbud. 2016/ Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan Menengah.

Risalah Sidang BPUPKIPPKI, 1995.

Page 153: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

145

Soekarno,.1965.. Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II. Jakarta: Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 21042/ MPK/ PR/2017 tanggal 11 April 2017 perihal implementasi PPK

SETARA Institute, 2016. Laporan Survey Toleransi Siswa SMA Negeri Di Jakarta& Bandung Raya. Jakarta, Stara Institue.

SETARA Institute, 2015. Laporan Survey Toleransi Siswa SMA Negeri Di Jakarta& Bandung Raya. Jakarta, Stara Institue.

SIDP. 2015).

SMRC, 2017. Kompas, 2007. Kewaspadaan Perlu Terus Ditingkatkan: Ada Populasi yang Ingin Pancasila Diganti. Jakarta, Kompas, 5 Juni 2017,hal 3. Responden yang memiliki hak pilih dalam pemilu/Pilkada.

SMRC. Rakyat Indonesia Menolak ISIS: Rilis Survei SMRC.http://www.saifulmujani.com/blog/2016/01/22/rakyat-indonesia-menolak-isis-rilis-survei-smrc. 2016-01-22.

Suryana, Toto. 2011. “Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antarumat Beragama” dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta'lim, vol. 9, no. 2, hlm. 127

Suprayitno, Totok, 2017. Aktualisasi Pancasila. Paparan Kolose Kanisius, 10 Mei 2017, Jakarta.

Tribun Jatengnews: “Geger Pelajar di Sekolah-Sekolah Negeri di Cilacap di Cekoki Paham Radikalisme” (tribunjatengnews.com, 3 Agustus 2017)

Page 154: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

146

Tony Blair Foundation. 2016. Education and Security A Global Literature Review on The Role of Education in Countering Violent Religious Extremism.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Unesco, 2016. Preventing Violent Extremism. Published in 2016 by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, 7, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP, France.

Wahid Foundation, 2016.RI Masih Rentan Intoleransi, Wahid Foundation Sampaikan Enam Rekomendasi. http://wahidfoundation. org/ index.php/news/detail/RI- Masih-Rentan-Intoleransi-Wahid-Foun-dation-Sampaikan-Enam-Rekomendas.August 2016.

Yumarlia, Deleny 2005, Peranan Guru PKn dalam Mengem-bangkan Sikap Nasionalisme Siswa. Skripsi Sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan/

Page 155: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan
Page 156: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan
Page 157: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan
Page 158: DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian pendidikan dan kebudayaan badan penelitian dan pengembangan pusat penelitian kebijakan

150

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN2018

DALAM PENDIDIKAN

MENANGKAL

Ada kekhawatiran masuknya paham radikal di lingkungan sekolah, karena kondisi ini bertentangan dengan fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan formal. Harus ada upaya terutama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menangkal masuknya paham radikal di kalangan pelajar.

Kajian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1) Kondisi paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah, khususnya bagaimana tanggapannya terhadap dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar; 2) Penyebab paham dan tindakan radikalisme terjadi di lingkungan sekolah guna menyusun bahan rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar.

Rekomendasi yang dihasilkan penelitian ini, yaitu: 1) Menjadikan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai poros untuk menangkal penyebaran paham radikal di satuan pendidikan; 2) Penguatan GTK dalam membangun karakter siswa; 3) Pusat Perbukuan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta Kementerian Agama perlu memastikan kualitas buku ajar dan buku pengayaan PPKn dan PAI yang kondusif bagi promosi dan penguatan toleransi siswa di sekolah, dan mengembangkan modul pembelajaran penguatan nasionalisme, toleransi dan perdamaian sekaligus menangkal paham radikalisme; 4) Masyarakat dan orang tua siswa perlu lebih berperan dalam Penguatan Pendidikan Karakter siswa melalui pendidikan di lingkungan keluarga, memberikan keteladanan, contoh kepemimpinan dan pendampingan serta menangkal paham radikalisme, termasuk penggunaan medsos; 5) Perlu regulasi/aturan dari pihak-pihak terkait (Kemendikbud, Kemenag, Kemendagri) dan/atau panduan yang dapat dijadikan dasar bagi para pihak terkait untuk mencegah masuk paham radikal di lingkungan sekolah.