DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian...
Transcript of DALAM PENDIDIKANrepositori.kemdikbud.go.id/15892/1/Menangkal... · dalam pendidikan kementerian...
DALAM PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN2018
MENANGKAL
MENANGKALRADIKALISME
DALAM PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2018
Menangkal Radikalisme dalam Pendidikan
Tim Penyusun : Drs. Philip Suprastowo, PU Unggul Sudrajat, SS Bakti Utama, MA Mikka Wildha Nurrochsyam, M.Hum. Untung Tri Rahmadi, S.Sos.
ISBN : 978-602-0792-06-4
Penyunting : Dr. Subijanto, M.Ed. Ir. Yendri Wirda, M.SiErni Hariyanti, S.Psi.
Penerbit : Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Redaksi : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E Lantai 19 Jalan Jenderal Sudirman-Senayan, Jakarta 10270 Telp. +6221-5736365 Faks. +6221-5741664 Website: https://litbang.kemdikbud.go.id Email: [email protected]
Cetakan pertama, Desember 2018
PERNYATAAN HAK CIPTA © Puslitjakdikbud/Copyright@2018
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
i
KATA SAMBUTAN
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan(Puslitjakdikbud), Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2018 menerbitkan Buku Laporan Hasil Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2017. Penerbitan buku laporan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil penelitian kepada berbagai pihak yang berkepentingan dan sebagai salah satu upaya untuk memberikan manfaat yang lebih luas dan wujud akuntabilitas publik.
Hasil penelitian ini telah disajikan di berbagai kesempatan secara terbatas, sesuai dengan kebutuhannya. Buku ini sangat terbuka untuk mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan referensi bagi pemangku kepentingan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan kebudayaan.
Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penerbitan buku laporan hasil penelitian ini.
Jakarta, Juli 2018
Kepala Pusat,
Muktiono Waspodo
NIP 196710291993031002
ii
KATA PENGANTAR
Disadari bahwa kendati pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, orangtua dan masyarakat telah berupaya untuk menumbuhkan dan membentuk budipekerti dan karakter nasionalis serta toleran kepada peserta didik, namun tampaknya hasilnya belum begitu maksimal. Akhir-akhir ini muncul gejala yang mengkhawatirkan, yakni dikalangan pelajar yang tidak ingin, atau menentang dan bahkan mengganti Dasar Negara RI Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dengan paham dan ideologi lain yang berbeda dengan kesepakatan para pendiri Negara RI.Bahkan beberapa lembaga survei independenpun mencari kebenaran radikalisme yang merebak dikalangan pelajar di Indonesia. Sebut saja ada Wahid Foundation, Setara Institut, Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP),Pew Research Center, Saiful Mujani Research & Consulting. Hampir seluruhnya menyatakan terdapat indikasi paham yang mengarah ke radikalisme dikalangan pelajar.
Oleh karena itu, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017ditugaskan untuk melakukan kajian terhadai isu radikalisme dikalangan pelajar yang menjadi perbincangan dan meresahkan di sebagian kalangan masyarakat. Kajian ini dimaksudkan agar segera dapat dicarikan solusi bagaimana strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat nilai Karakter Religious dan nilai Nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.
Studi ini menggunakan metode survei secara online yang ditujukan kepada siswa sekolah menengah atas (SMA) di tiga kota, yakni Yogyakarta, Malang dan Bogor. Survei di tiga lokasi tersebut tidak lepas dari studi cepat yang dilakukan pada
iii
awal studi di Cilacap. Studi cepat di Cilacap tersebut merupakan penugasan khusus dari pimpinan Kemendikbud.
Semoga hasil laporan ini dapat didayagunakan sebagai alternatif solusi dalam mencegah terjadinya paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah.
Jakarta, 2017
Tim Peneliti
iv
DAFTAR ISI
i ii
KATA SAMBUTANKATA PENGANTAR DAFTAR ISI iv BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan 7
BAB II KAJIAN TEORITIS 9 A. Radikalisme 9 B. Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Radikalisme 11 C. Definisi Operesional dan Indikator Radikalisme 12 D. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) 14 E. Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti 36 F. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) 54 G. Nasioanalisme 62 H. Karakteristik Nasionalisme Indonesia 65 I. Toleransi Kehidupan Beragama 68 J. Tindakan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama 70 K. Hasil-Hasil Penelitian Radikalisme 71 L. Radikalisme dan Pelajar: Fenomena
Di Beberapa Negara 79 M. Kerangka Analisis 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 85 A. Pendekatan 85 B. Lokasi Penelitian 85 C. Teknik Pengumpulan Data 86 D. Analisis 88
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 89 A. Profil Responden 89 B. Penyebab Paham dan Tindakan Radikalisme 124 C. Upaya Pencegahan 131
BAB IV KESIMPULAN DAN OPSI KEBIJAKAN 137 A. Kesimpulan 137 B. Opsi Kebijakan 138
DAFTAR PUSTAKA 142
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para pendiri bangsa dari berbagai latar belakang sepakat untuk membangun Negara kebangsaan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai kebhinekaan dan naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna mewujudkan kesepakatan tersebut telah ditetapkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan (Depdiknas, 2009) ditetapkan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dilaksanakan berdasarkan asas: persatuan, kedaulatan, kehormatan, kebangsaan, ketertiban, kebhinnekatunggalikaan, kepastian hukum, keseimbangan, keserasian dan keselarasan (ps. 2); serta bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara, Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 3).
Kemudian dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehdupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat,
2
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Depdiknas, 2003). Lalu dalam Misi Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang (PJPN) 2005-2025 ditetapkan delapan misi pembangunan nasional yakni mewujudkan: 1) masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika berbudaya, dan beradab berdasarkan Pancasila, 2) bangsa yang berdaya saing, 3) masyarakat demokratis yang berdasarkan hukum, 4) Indonesia yang aman, damai dan bersatu, 5) pemerataanpembangunan yang berkelanjutan, 6) Indonesia asri lestari, 7) Indonesia yang menjadi Negara kepulauan yang mandiri,maju kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan 8) Indonesia berperan penting dalam pergaulan internasional.
Kebijakan lain yang yang mendukung NKRI yaitu Pencanangan Trisakti, yakni Mewujudkan Generasi yang Berkepribadian dalam Kebudayaan dan RPJMN 2015- 2019: “Penguatan pendidikan karakter pada anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam matapelajaran”.Sejalan dengan itu, Pencanangan Nawa Cita yang penting dan strategis ialah pembangunan mental bangsa, melalui pembangunan karakter yang ditindaklanjuti Kemendikbud antara lain mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara melalui pengembangan nilai utama, yakni Nilai Karakter Nasionalis, Nilai Karakter Religius, Nilai Karakter Mandiri, Nilai Karakter Gotong Royong, dan Nilai Karakter Integritas. Keseriusan Pemerintah untuk penguatan ideologi Pancasila, tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), yang berfungsi antara lain merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi
3
Pancasila dan menyusun garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan roadmap pembinaan ideologi Pancasila. Ini merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam hal penguatan Pancasila.
Ditingkat teknis, kebijakan yang berkaitan dengan membangun jiwa kebangsaan dilaksanakan melalui Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 21042/MPK/PR/2017 tanggal 11 April 2017 perihal implementasi PPK, yang menyebutkan bahwa a) memasang naskah pancasila, foto presiden, dan wakil presiden di setiap ruang kelas serta memasang beberapa foto pahlawan nasional dalam bingkai/pigura yang rapi; b) menyiapkansetiap kelas agar menyanyikan lagu Indonesia Raya di pagi awal kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan menyanyikan salah satu lagu kebangsaan/ nasional sebelum pulang.
Namun demikian, akhir-akhir ini muncul gejala yang mengkhawatir-kan, yakni di sementara kalangan pelajar yang tidak ingin, atau menentang dan bahkan mengganti dasar Negara RI Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dengan paham dan ideologi lain yang berbeda dengan kesepakatan para pendiri Negara RI tersebut. Terdapat kecenderungan beberapa pelajar telah terpengaruh dan memiliki paham serta ideologi lain yang tidak sejalan dan mengakui Pancasila dan NKRI sebagaimana tercermin dalam hasil eksplorasi dari hasil penelitian di berbagai lembaga survei.
4
Diagram 1.1 Hasil Studi SETARA Intitute for Democracy and Peace (2016) terhadap Siswa SMA di Jakarta dan Bandung Raya
Dari hasil survei yang dilakukan oleh SETARA Institute for Democracy and Peace (SIDP)pada tahun 2015, menemukan antara lain 8,5% siswa menyatakan setuju jika Pancasila sebagai dasar negara diganti dengan agama tertentu, 7,2% responden yang setuju dengan gerakan ISIS.Sementara pada sasaran survey yang sama tahun 2016, kondisinya agak menurun yakni 5,8% siswa mendukung mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan 0.7% siswa setuju dengan gerakan ISIS.
5
Diagram 1.2 Hasil studi SETARA Intitute for Democracy and Peace (2015) terhadap Siswa SMA di Jakarta dan Bandung Raya
Demikian pula hasil survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP, 2011) menemukan fakta yang lebih memprihatinkan, yakni terdapat 12,1% siswa setuju organisasi radikal dan 23,6% guru PAI setuju organisasi radikal; mengenai eksistensi Pancasila diketahui 25% siswa menyatakan Pancasila tidak relevan dan 21% guru PAI menyatakan Pancasila tidak relevan. Beberapa lembaga yang lain menemukan kondisi yang serupa. Oleh sebab itu perlu ada kewaspadaan mengenai penyebaran paham yang anti Pancasila dan UUD 1945 dan dapat menjawab mengapa para pelajar memiliki paham dan sikap seperti itu?
Di sinilah letak peran pendidikan kebinekaan yang berupaya menumbuhkan sensitivitas warga sekolah terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural, sehingga tercipta sikap dan perilaku yang menghormati dan menghargai keberagaman. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran strategis dalam memperkuat pemahaman
6
kebinekaan dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Kajian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan dan indikasi adanya paham-paham tersebut ditingkat sekolah serta bagaimana sekolah menerapkan kebijakan-kebijakan tersebut kedalam pelajaran di kelas dan sekolah.
B. Rumusan Masalah Indikasi empiris tentang radikalisme di lingkungan sekolah diatas meng-indikasikan bahwa kendati pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan satuan pendidikan telah berupaya mewujudkan berbagai kebijakan penanaman Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar, namun belum menunjukkan hasil yang optimal, mengingat masih terdapat beberapa pelajar dan guru yang memiliki paham yang berbeda, bahkan ingin mengganti dasar Negara Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika. Terkait dengan itu dapat dirumuskan permasalahannya yakni: “Bagaimana rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat nilai Karakter religious dan nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar“?
Agar diperoleh bahan rekomendasi yang komprehensip, maka selain memanfaatkan data/informasi dari hasil penelitian yang sudah ada, perlu lebih didalami, diperkaya dan dilakukan validasi fakta hasil studi yang ada terkait dengan:
1. Bagaimanakah kondisi paham dan tindakanradikalisme di lingkungan sekolah? Khususnyabagaimana tanggapan terhadap dasar Pancasila, UUD
7
1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar saat ini“?
2. Mengapa paham dan tindakan radikalisme terjadi dilingkungan sekolah? Atau mengapa tanggapan terhadapPancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika dikalangan pelajar saat ini seperti itu?
3. Upaya apa saja yang telah/sedang dilakukan untukmencegah dan menanggulangi radikalisme terjadi dilingkungan sekolah?
4. Kebijakan apa yang dapat dijalankan untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar?
C. Tujuan Tujuan kajian ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan dan menganalisis:
1. Kondisi paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah, khususnya bagaimana tanggapannya terhadap dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar saat ini.
2. Penyebab paham dan tindakan radikalisme terjadi di lingkungan sekolah, khususnya tanggapan terhadap terhadap Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar saat ini.
3. Upaya yang telah/sedang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme terjadi di Kalangan Pelajar.
4. Rekomendasi kebijakan tentang strategi untukmencegah dan menanggulangi radikalisme serta
8
memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.
9
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Radikalisme Wahid Foundation (2016) mendefinisiskan radikalisme sebagai sikap atau tindakan yang mengatasnamakan agama yang tidak sejalan dengan dasar atau prinsip dasar kehidupan berbangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan terbuka terhadap sesama warga yang majemuk yang dijamin keberadaannya oleh konstitusi, atau yang bertumpu pada prinsip-prinsip kemanusiaan. Bertolak pada definisi tersebut, studi ini melihat radikalisme tidak hanya dipahami pada tataran sikap/tindakan melainkan juga gagasan. Sementara itu, dalam studi ini yang dimaksud dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa ialah nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan. Dalam studi Ilmu Sosial, Radikalisme diartikan sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas social atau ideologi yang dianutnya. Dengan demikian, radikalisme merupakan gejala umum yang bisa terjadi dalam suatu masyarakat dengan motif beragam, baik sosial, politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan-tindakan keras, ekstrim, dan anarkis sebagai wujud penolakan terhadap gejala yang dihadapi.
10
Radikalisme sering menimbulkan kerusuhan dan konflik sosial dan sering dikaitkan dengan agama. Imron (2000: 86) menyebutkan minimal ada dua alasan mengapa dimensiagama perlu ditekankan dalam pembahasan mengenai kerusuhan ataupun konflik sosial. Pertama, adanya indikasi bahwa modernisasi sosial-ekonomi di berbagai tempat yang berpenduduk muslim, justru mendorong peningkatan religiusitas, bukan sekularisme. Walaupun peningkatan religiusitas juga terjadi di kalangan pemeluk agama lain, yang terjadi pada umat Islam sangat mencolok. Persoalannya adalah bahwa proses itu ternyata memuat potensi yang dapat mengganggu keselarasan dalam hubungan antar umat beragama. Dalam masyarakat seperti itu, militansi cenderung meningkat, fundamentalisme berkembang, toleransi antar pemeluk agama menurun. Kedua, adanya dugaan bahwa proses yang sama menghasilkan pengenduran hubungan antara sebagian pemeluk agama dengan lembaga-lembaga keagamaan yang melayaninya.
Tindakan radikalisme sering juga terjadi pada umat Islam. Arif (2010: 113) menyatakan bahwa radikalisme Islam sering muncul di “Islam Kota” yang tidak berada pada rengkuhan budaya Islam. Lebih lanjut Arif menyatakan bahwa pesantren adalah wujud “Islam desa” yang tidak terjadi radikalisme karena Islam telah lama tumbuh dalam struktur budaya di pesantren. Berbeda dengan itu, “Islam kota” sering terseret pada globalisasi Islam karena budaya Islam kurang merengkuh dengan baik. Sebagian besar aktivis Islam tidak mengenyam pendidikan kultural Islam seperti pesantren. Hal ini menyebabkan pemahaman para aktivis terhadap agama sangat dangkal dan tidak substansial. Aktivis yang semacam inilah yang sering bertindak secara radikal karena mudah tersulut oleh provokasi dari lingkungannya.
11
B. Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Radikalisme Kelompok radikal memiliki ciri-ciri antara lain; pertama sering mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat. Klaim kebenaran selalu muncul dari kalangan yang seakan-akan mereka adalah Nabi yang tak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal mereka hanya manusia biasa. Klaim kebenaran tidak dapat dibenarkan karena manusia hanya memiliki kebenaran yang relatif dan hanya Tuhan yang tahu kebenaran absolut.
Kedua, radikalisme mempersulit agama yang sejatinya samhah (ringan) dengan menganggap ibadah sunnah seakan-akan wajib dan makruh seakan-akan haram. Radikalisme dicirikan dengan perilaku beragama yang lebih memprioritaskan persoalan-persoalan sekunder dan mengesampingkan yang primer.
Ketiga, kelompok radikal kebanyakan berlebihan dalam beragama yang tidak pada tempatnya. Dalam berdakwah mereka mengesampingkan metode gradual yang digunakan oleh Nabi, sehingga dakwah mereka justru membuat umat agama yang masih awam merasa ketakutan dan keberatan.
Ada berbagai penyebab terjadinya paham dan tindakan radikalisme. Hasil kajian Unesco (2016) mencatat ada beberapa factor yang mendorong dan penarik terjadinya radikalisme. "Faktor Dorong" mendorong individu ke ekstremisme kekerasan, seperti: marginalisasi, ketidaksetaraan, diskriminasi, penganiayaan atau pema-haman sejenisnya; keterbatasan terhadap akses dan mutu pendidikan yang relevan; Penolakan hak dan kebebasan sipil; dan keluhan lingkungan, sejarah dan sosio-ekonomi lainnya.
12
Adapun '"Faktor Tarik" terjadinya ekstremisme kekerasan, antara lain: adanya kelompok ekstrimis yang terorganisir dengan baik dengan wacana dan program efektif yang memberikan layanan, pendapatan dan/atau pekerjaan dengan imbalan keanggotaan. Kelompok ini juga bisa memikat anggota baru dengan menyediakan gerai untuk keluhan dan janji petualangan dan kebebasan. Selanjutnya, kelompok-kelompok ini tampaknya menawarkan kenyamanan rohani, "tempat untuk dimiliki" dan jaringan sosial yang mendukung. Ditambahkan bahwa faktor kontekstual yang memberikan wilayah yang menguntungkan bagi munculnya kelompok ekstremis yang keras, seperti: negara yang rapuh, kurangnya penegakan hukum, korupsi dan kriminalitas.
C. Definisi Operasional dan Indikator Radikalisme Radikalisme merupakan sikap atau tindakan yang mengatasnamakan agama yang tidak sejalan dengan dasar atau prinsip dasar kehidupan berbangsa yang menjunjung tinggi toleransi dan terbuka terhadap sesama warga yang majemuk yang dijamin keberadaannya oleh konstitusi, atau yang bertumpu pada prinsip-prinsip kemanusiaan. (Wahid Foundation, 2016). Sementara itu, dalam studi ini yang dimaksud dengan prinsip dasar kehidupan yang merupakan konsensus kebangsaan yakni nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika (Kemendikbud, 2016-Kurikulum-13)
Dari pengertian di atas, dalam kajian ini difinisi operasional radikalisme di lingkungan sekolah adalah gagasan, sikap atau tindakan yang tidak sejalan atau bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, serta menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama
13
warga yang majemuk serta rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pada tingkat satuan pendidikan pengembangan nilai-nilai kehidupan berbangsa tersebut dilaksanakan melalui penguatan sikap dan tidakan (Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dan SE Mendikbud 11 April 2017 perihal Implementasi PPK, dan Totok Suprayitno, 2017, Kurikulum 2013) dengan indikator kegiatan antara lain sebagai berikut..
1. Setiap kelas menyanyikan lagu Indonesia Raya setiappagi pada awal KBM dan menyanyikan salah satu lagukebangsaan/nasional sebelum pulang(Permen/SE/Totok).
2. Melaksanakan Upacara/pengibaran bendera merah putih setiap Senin (Permen/Totok).
3. Membaca/memasang naskah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 (SE/studi Cilacap, 2017).
4. Toleran terhadap kemajemukan-kebinekaan (SARA)-Setara (2016).
5. Kegiatan siswa lainnya untuk Penguatan pahamPancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika.
Selanjutnya, jika terdapat indikasi warga sekolah yang memiliki gagasan atau tindakan yang yang tidak sejalan atau bertentangan dengan prinsip dasar kehidupan berbangsa yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, serta menjunjung tinggi toleransi terhadap sesama warga yang majemuk serta rasa kebangsaan dan cinta tanah air, maka dapat diindikasikan sebagai radikalisme.
14
Tabel 2.1 Indikator Sikap/Tindakan Radikalisme di Lingkungan Sekolah
NO ASPEK (Paham/Ideologi) INDIKATOR (Sikap/Tindakan)
1
Pancasila 1. Tidak mau membaca/mengikuti
pembacaan teks Panca-sila2. Tidak mau menyanyikan lagu Garuda
Pancasila3. Menggunakan ideologi lain
2
UUD 1945 1. Tidak mau membaca/mengikutiteks
Pembukaan UUD452. Ingin mengganti teks Pembukaan
UUD453. Lainnya
3
NKRI 1. Tidak ingin negara kebangsaan2. Tidak mau mengikuti upacarabendera3. Tidak mau hormat bendera4. Tidak mau menyanyikan lagu-lagu
Kebangsaan
4 Bhineka Tunggal Ika (SAEA)
1. Intoleran2. Menentang keberagaman SARA3. Menentang persatuan Indonesia
D. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang utama dalam menangkal paham radikalisme di kalangan pelajar. Hal tersebut tercermin dari kurikulum PPKn 2013 pada silabus yang memuat rasional dan penjabaran kompetensi yang harus dicapai oleh siswa mencakup kompetensi terhadap pengetahuan, pemahaman dan sikap pada prinsip dasar kehidupan yang merupakan konsensus kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika
15
sebagai (Kemendikbud, 2016-Kurikulum-13), sebagai berikut.
1. Rasional
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan (PPKn) memiliki visi dan misimengembangkan peserta didik menjadi manusia yangmemiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, melaluiproses menerima dan menjalankan ajaran agama yangdianutnya; dan memiliki perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalamberinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru;memahami dan menerapkan pengetahuan faktual dankonseptual tentang kewarganegaraan; dan menyajikanpengetahuan faktual dan konseptual kewarganegaraandengan terampil.
Untuk itu, di kembangkan substansi pembelajaran yang dijiwai oleh4 (empat) konsensus kebangsaan yaitu 1) Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasioanl, dan pandangan hidup; 2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; 3) Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai komitmen terhadap bentuk final Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia; (4) dan Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud kesadaran atas keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan kohesif secara nasional dan harmonis dalam pergaulan antar bangsa.
Kegiatan pembelajaran untuk mencapai penguasaankompetensi pendidikan kewarganegaraan (sikapkewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan
16
keterampilan kewarganegraan) sebagaimana termaktub dalam silabus menitikberatkan pada pembentukan karakter warga negara Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta demokratis dan bertanggung jawab sebagaimana termaktub dalam Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas,2003). Pengembangan sikap kewargane-garaan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampil-an kewarganegaraan secara utuh menjadi karakter diorganisasikan melalui pengembangan dampak instruksional, dampak pengiring, dan budaya kewarganegaraan dalam lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan, dan membelajarkan sepanjang hayat. Untuk itu perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran dan lingkungan belajar di kelas, di luar kelas, dan/atau dalam masyarakat serta jaringan (virtual). Pembelajaran PPKn dirancang sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan abad 21 melalui mata pelajaran PPKn serta memperkuat upaya perubahan cara pandang (mindset) para guru PPKn untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola dan mengem-bangkan pembelajaran PPKn.
Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstra-kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan
17
karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.
Silabus mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA/SMK/MA/MAK ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan/dikelola oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable assessable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam
18
pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajar-an, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.
2. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan di PendidikanDasar dan Menengah
Pendidikan PPKn di SMA/MA/SMK/MAK diharapkan dapat berfungsi sebagai menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengimplementasikan sikap kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan dalam kehidupan sehari–hari. Pendidikan PPKn di SMA/MA/SMK/MAK menekankan pada pemberi-an pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami, meneledani, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.
Kompetensi Setelah Mempelajari Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan di Pendidikan Dasar danMenengah untuk ruang lingkup Pancasila adalah:
a. Menghayati dan bersikap penuh tanggung jawabsesuai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari; Menganalisis dan menerapkan keputusanbersama berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalamkehidupan sehari-hari.
b. Mensyukuri dan mendukung perwujudan Pancasilasebagai dasar Negara; Menganalisis dan men-demonstrasikan langkah-langkah untuk mewujudkanPancasila sebagai Dasar Negara.
c. Menghayati dan menghargai nilai-nilai yang melekat dalam pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara sesuai dengan Pancasila dalam kehi-
19
dupan berbangsa dan bernegara; Menganalisis dan menyaji nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kompetensi setelah mempelajari pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan menengah untuk lingkup Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah:
a. Menghargai dan melaksanakan kewajiban, hak, dantanggung jawab sebagai warga Negara;merasionalkan dan menyajikan pelaksanaankewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warganegara terhadap kehidupan sehari-hari.
b. Menghayati dan mempertahankan isi alinea danpokok pikiran yang terkandung dalam PembukaanUndang-undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dengan jujur; mensintesiskan danmenerapkan isi alinea dan pokok pikiran yangterkandung dalam Pembukaan Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945; Menghargaidan mendukung ketentuan tentang bentuk dankedaulatan Negara sesuai Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia tahun 1945 secara adil;memahami dan mewujudkan prinsip-prinsipkedaulatan kedaulatan Negara sesuai Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.
c. Mensyukuri dan mendukung nilai-nilai yang menunjukkan perilaku orang beriman dalam praksis pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian; Memprediksi dan menalar hasil evaluasi
20
praksis (kehidupan nyata) pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian.
Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan Menengah untuk ruang lingkup Bhinneka Tunggal Ika adalah:
a. Mensyukuri dan bersikap toleran dalamkeberagaman ekonomi masyarakat sebagai anugerahTuhan Yang Maha Esa dalam konteks BhinnekaTunggal Ika; Menggali dan melaksanakantanggungjawab terkait keberagaman ekonomimasyarakat.
b. Peka/peduli dan memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di masyarakat serta cara pemecahannya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis dan mendukung prinsip persatuan dalam keberagaman suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis prinsip harmoni dalam kebera-gaman sosial, budaya, ekonomi, dan gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Peka/peduli dan menghargai pendapat berkaitan masalah-masalah yang muncul dalam bidang social, budaya, ekonomi dan gender di di masyarakat dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Menganalisis dan Mendukung peran mediator penyelesaian masalah sosial, budaya, ekonomi, dan gender dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
c. Menghayati dan membedakan nilai-nilai terkaitpengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEKdengan senantiasa berlindung kepada Tuhan Yang
21
Maha Esa; Mengkontraskan dan menyaji hasil evaluasi pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEK terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di pendidikan dasar dan menengah untuk ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah:
a. Meyakini dan mendukung dengan rasa tanggungjawab persatuan dan kesatuan sebagai anugerahTuhan yang Maha Esa; Menelaah danmendemonstrasikan dampak persatuan dankesatuan terhadap kehidupan berbangsa danbernegara.
b. Menghargai dan mendukung konsep bela Negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mendukung konsep bela Negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengkreasi-kan dan mendemonstrasikan konsep cinta tanah air/bela negara dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dengan jujur di masa yang akan datang sebagai upaya dalam menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengevaluasi dan mendemonstrasikan dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
22
3. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan di SekolahMenengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah AliyahKejuruan
Kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelahmempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan di Sekolah Menengah Atas/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruansebagai berikut:Tabel 2.2 Kompetensi yang Harus Dicapai Peserta Didik
No Ruang Lingkup Kompetensi yang harus dicapai
1 Pancasila Menghayati, menghargai, menganalisis dan me-nyaji nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945
Mensyukuri, mendukung, memprediksidan menalar hasil evaluasi praksis (kehidupan nyata) pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian
3 Bhinneka Tunggal Ika
Menghayati, membedakan, mengkontraskan dan menyaji hasil evaluasi pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEK terhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
4 Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mengembangkan, mempertahankan, mengevaluasi dan mendemonstrasikan dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
23
4. Kerangka Pengembangan Kurikulum PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan Sekolah MenengahAtas/Sekolah Menengah Kejuruan/MadrasahAliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan
Kompetensi Dasar mata pelajaran PPKn disusun sesuai dengan Kompetensi Inti tiap kelas. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi intisikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi intisikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi intipengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Pengorganisasian ruang lingkup materi PPKn dikembangkan sesuai dengan prinsip mendalam dan meluas, mulai dari jenjang SD/MI sampai dengan jenjang SMA/MA/SMK. Prinsip mendalam berarti materi PPKn dikembangkan dengan materi pokok sama, namun semakin tinggi tingkat kelas atau jenjang semakin mendalam pembahasan materi. Prinsip meluas berarti lingkungan materi dari keluarga, teman pergaulan, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara, serta pergaulan dunia. Kedalaman dan keluasan materi dapat dilihat dari rumusan kompetensi dasar.
24
Kerangka Pengembangan Kurikulum PPKn SMA/MA/SMK/MAK Kelas X sd XII mengikuti elemen pengorganisasi Kompetensi Dasar yaitu Kompetensi Inti. Kompetensi Inti pada kelas Kelas X, XI, dan XII sebagai berikut.
25
Tabe
l 2.3
Kom
pete
nsi I
nti S
MA
/MA
/SM
K/M
AK
Kel
as X
, XI,
dan
XII
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
KI.1
Men
ghay
ati d
an m
enga
mal
kan
ajar
an a
gam
a ya
ng d
ianu
tnya
. K
I.1 M
engh
ayat
i dan
men
gam
alka
n aj
aran
ag
ama
yang
dia
nutn
ya.
KI.1
Men
ghay
ati d
an m
enga
mal
kan
ajar
anag
ama
yang
dia
nutn
ya.
KI.2
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
sipl
in, t
angg
ungj
awab
, ped
uli
(got
ong
royo
ng, k
erja
sam
a, to
-le
ran,
dam
ai),
sant
un, r
espo
nsif
dan
proa
ktif
seba
gai b
agia
n da
ri so
lusi
ata
s ber
baga
i per
mas
a-la
han
dala
m b
erin
tera
ksi s
ecar
a ef
ektif
den
gan
lingk
unga
n so
sial
da
n al
am se
rta d
alam
men
em-
patk
an d
iri se
baga
i cer
min
an
bang
sa d
alam
per
gaul
an d
unia
.
KI.2
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
sipl
in,ta
nggu
ngja
wab
, ped
uli (
goto
ng
royo
ng, k
erja
sam
a, to
lera
n, d
amai
), sa
ntun
, res
pons
if da
n pr
oakt
if se
baga
i ba
gian
da
ri so
lusi
ata
s ber
baga
i pe
rmas
alah
an d
alam
ber
inte
r-ak
si
seca
ra e
fekt
if de
ngan
ling
kung
an
sosi
al d
an a
lam
serta
dal
am
men
empa
tkan
diri
seba
gai c
erm
inan
ba
ngsa
dal
am p
erga
ulan
dun
ia.
KI.2
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
sipl
in,ta
nggu
ngja
wab
, ped
uli
(got
ong
royo
ng, k
erja
sam
a, to
lera
n,
dam
ai),
sant
un, r
espo
nsif
dan
pro
-ak
tif se
baga
i bag
ian
dari
solu
si a
tas
berb
agai
per
mas
alah
an d
alam
be
rinte
raks
i sec
ara
efek
tif d
enga
n lin
gkun
gan
sosi
al d
an a
lam
serta
da
lam
men
empa
tkan
diri
seba
gai
cerm
inan
ban
gsa
dala
m p
erga
ulan
du
nia.
26
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
KI.3
Mem
aham
i, m
ener
apka
n,
men
gana
lisis
pen
geta
huan
fa
ktua
l, ko
nsep
tual
, pro
sedu
ral
berd
asar
kan
rasa
ingi
ntah
unya
te
ntan
g ilm
u pe
nget
ahua
n, te
kno-
logi
, sen
i, bu
daya
, dan
hum
an-
iora
den
gan
waw
asan
kem
anu-
siaa
n, k
eban
gsaa
n, k
eneg
araa
n,
dan
pera
daba
n te
rkai
t pen
yeba
b fe
nom
ena
dan
keja
dian
, ser
ta
men
erap
kan
peng
etah
uan
pros
edur
al p
ada
bida
ng k
ajia
n ya
ng sp
esifi
k se
suai
den
gan
baka
t dan
min
atny
a un
tuk
mem
ecah
kan
mas
alah
.
KI.3
Mem
aham
i, m
ener
apka
n,
men
gana
lisis
pen
geta
huan
fakt
ual,
kons
eptu
al, p
rose
dura
l dan
m
etak
ogni
tif b
erda
sark
an ra
sa
ingi
ntah
unya
tent
ang
ilmu
peng
etah
uan,
tekn
olog
i, se
ni,
buda
ya, d
an h
uman
iora
den
gan
waw
asan
kem
anus
iaan
, keb
angs
aan,
ke
nega
raan
, dan
per
adab
an te
rkai
t pe
nyeb
ab fe
no-m
ena
dan
keja
dian
, se
rta m
ener
apka
n pe
nget
a ta
huan
pr
osed
ural
pad
a bi
dang
kaj
ian
yang
sp
esifi
k se
suai
den
gan
baka
t dan
m
inat
nya
untu
k m
emec
ahka
n m
asal
ah.
KI.3
Mem
aham
i, m
ener
apka
n,
men
gana
lisis
dan
men
geva
luas
i pe
nget
ahua
n fa
ktua
l, ko
nsep
tual
, pr
osed
ural
, dan
met
akog
nitif
be
rdas
arka
n ra
sa in
gin
tahu
nya
te
ntan
g ilm
u pe
nget
ahua
n, te
knol
ogi,
seni
, bud
aya,
dan
hum
anio
ra d
enga
n w
awas
an k
eman
usia
an,
keba
ngsa
an,
kene
gara
an, d
an p
erad
aban
terk
ait
peny
ebab
feno
men
a da
n ke
jadi
an,
serta
men
erap
kan
peng
etah
uan
pros
edur
al p
ada
bida
ng k
ajia
n ya
ng
spes
ifik
sesu
ai d
enga
n ba
kat d
an
min
atny
a un
tuk
mem
ecah
kan
mas
alah
.
KI.4
Men
gola
h, m
enal
ar, d
an m
enya
ji da
lam
rana
h ko
nkre
t dan
rana
h ab
stra
k te
rkai
t den
gan
peng
emba
ngan
dar
i yan
g di
pela
jarin
ya d
i sek
olah
seca
ra
man
diri,
dan
mam
pu
men
ggun
akan
met
oda
sesu
ai
kaid
ah k
eilm
uan
KI.4
Men
gola
h, m
enal
ar, d
an m
enya
ji da
lam
rana
h ko
nkre
t dan
rana
h ab
stra
k te
rkai
t den
gan
peng
emba
ngan
dar
i yan
g di
pela
jarin
ya d
i sek
olah
seca
ra
man
diri,
ber
tinda
k se
cara
efe
ktif
dan
krea
tif se
rta m
ampu
men
ggun
akan
m
etod
a se
suai
kai
dah
keilm
uan.
KI.4
Men
gola
h, m
enal
ar, m
enya
ji, d
an
men
cipt
a da
lam
rana
h ko
nkre
t dan
ra
nah
abst
rak
terk
ait d
enga
n pe
ngem
bang
an d
ari y
ang
dipe
laja
ri-ny
a di
seko
lah
seca
ra m
andi
ri se
rta
berti
ndak
seca
ra e
fekt
if da
n kr
eatif
, da
n m
ampu
men
ggun
akan
met
oda
sesu
ai k
aida
h ke
ilmua
n.
27
Kurikulum PPKn pendidikan dasar dan pendidikan menengah disusun dengan ruang lingkup sebagai berikut:
a. Pancasila, sebagai dasar negara, ideologi nasional,dan pandangan hidup bangsa.
b. Undang-undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 sebagai hukum dasar tertulis yangmenjadi landasan konstitusional kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaikesepakatan final bentuk Negara Republik Indonesia.
d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud filosofikesatuan yang melandasi dan mewarnaikeberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
Kerangka Konseptual PPKn, secara epistemologis PPKn dapat digambarkan sebagai berikut.
28
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Materi PPKn
Peta Materi PPKn pada SMA/MA/SMK/MAK sebagai berikut.
29
Tabe
l 2,4
Pet
a M
ater
i PPK
n SM
A/M
A/S
MK
/MA
K
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
1. N
ilai-N
ilai
Panc
asila
da
lam
ke
rang
ka
prak
tik
peny
elen
ggar
aan
pem
erin
taha
n N
egar
a.
2. K
eten
tuan
Und
ang-
unda
ng D
asar
Neg
ara
Rep
ublik
In
done
sia
tahu
n 19
45
yang
m
enga
tur
tent
ang
wila
yah
nega
ra, w
arga
ne
gara
da
n pe
ndud
uk,
agam
a da
n ke
perc
ayaa
n,
serta
pe
rtaha
nan
dan
keam
anan
3. K
ewen
anga
n le
mba
ga-le
mba
ga N
egar
a m
enur
ut U
ndan
g-un
dang
Das
ar N
egar
a R
epub
lik In
done
sia
Tahu
n 19
45.
4. H
ubun
gan
stru
ktur
al d
an fu
ngsi
onal
pe
mer
inta
han
pusa
t dan
dae
rah
men
urut
U
ndan
g-un
dang
Das
ar N
egar
a R
epub
lik
Indo
nesi
a Ta
hun
1945
5. F
akto
r-fa
ktor
pem
bent
uk in
tegr
asi
nasi
onal
dal
am b
ingk
ai B
hinn
eka
Tung
gal I
ka
1.
Kas
us-k
asus
pe
lang
-gar
an
hak
asas
i m
anus
ia
dala
m
pers
pekt
if
Panc
asila
.
2.
Sist
em
dan
dina
mik
a de
mok
rasi
Pa
ncas
ila s
esua
i de
ngan
Und
ang-
Und
ang
Das
ar
Neg
ara
Rep
ublik
In
done
sia
Tahu
n 19
45.
3.
Sist
em h
ukum
dan
per
adila
n di
In
done
sia
sesu
ai d
enga
n U
ndan
g-un
dang
Das
ar N
egar
a R
epub
lik
Indo
nesi
a Ta
hun
1945
4.
Din
amik
a pe
ran
Indo
nesi
a da
lam
pe
rdam
aian
dun
ia se
suai
Und
ang-
unda
ng D
asar
Neg
ara
Rep
ublik
In
done
sia
Tahu
n 19
45
5.
Kas
us-k
asus
anc
aman
terh
adap
Id
eolo
gi, p
oliti
k, so
sial
, eko
nom
i, bu
daya
, per
taha
nan,
dan
kea
man
an
dala
m b
ingk
ai B
hinn
eka
Tung
gal I
ka 1.
K
asus
-kas
us p
elan
ggar
an
hak
dan
peng
ingk
aran
ke
waj
iban
war
ga n
egar
a
2.
Pelin
dung
an d
an p
eneg
akan
hu
kum
dal
am m
asya
raka
t un
tuk
men
jam
in k
eadi
lan
dan
keda
mai
an
3.
Peng
aruh
pos
itif d
an n
egat
if
kem
ajua
n IP
TEK
terh
adap
ne
gara
dal
am b
ingk
ai
Bhi
nnek
a Tu
ngga
l Ika
4.
Din
amik
a pe
rsat
uan
dan
kesa
tuan
ban
gsa
seba
gai
upay
a m
enja
ga d
an
mem
perta
hank
an N
egar
a K
esat
uan
Rep
ublik
In
done
sia
30
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
6.In
dika
tor a
ncam
an te
rhad
ap n
egar
a da
nup
aya
peny
eles
aian
nya
di b
idan
gid
eolo
gi, p
oliti
k, so
cial
, eko
nom
i,bu
daya
, per
taha
nan,
dan
kea
man
an d
alam
bing
kai B
hinn
eka
Tung
gal I
ka
7.A
rti p
entin
gnya
Waw
asan
Nus
anta
rada
lam
kon
teks
Neg
ara
Kes
atua
nR
epub
lik In
done
sia
6.Fa
ktor
ped
oron
g da
n p
engh
amba
t pe
rsat
uan
dan
kesa
tuan
ban
gsa
dala
m N
egar
a K
esat
uan
Rep
ublik
In
done
sia
31
5. Pembelajaran dan Penilaian
a. Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proses Keilmuan(Scientific Approach) yang dipersyaratkan dalamkurilukum 2013 memusatkan perhatian pada prosespembangunan pengetahuan (KI-3), keterampilan(KI-4), sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2)melalui transformasi pengalaman empirik danpemaknaan konseptual. Pendekatan tesebut memilikilangkah generik sebagai berikut:
1) Mengamati (observing),
2) Menanya (questioning),
3) Mengeksplorasi/mencoba (exploring),
4) Mengasosiasi/menalar (assosiating)
5) Mengkomunikasikan (comunicating)
Pada setiap langkah dapat diterapkan model pembelajaran yang lebih spesifik, misalnya:
1) untuk mengamati antara lain dapat menggunakanmodel menyimak dengan penuh perhatian;
2) untuk menanya antara lain dapat menggunakanmodel bertanya dialektis/mendalam;
3) untuk mengeksplorasi antara lain dapatmenggunakan model kajian dokumen historis;
4) untuk menalar antara lain dapat menggunakanmodel diskusi peristiwa publik;
5) untuk mengkomunikasikan antara lain dapatmenggunakan model presentasi gagasan di depanpublik (public hearing).
32
Kegiatan belajar dan pembelajaran menekankan pada hal-hal antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a senseof wonder) terkait hal-hal baik yang bersifatempirik maupun konseptual;
2) Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation) dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya yang bersifat kasat mata tetapi juga yang syarat makna;
3) Melakukan analisis (Push for analysis) untuk mendapatkan keyakinan nilai dan moral yang berujung pada pemilikan karakter tertentu
4) Berkomunikasi (Require communication), baik yang bersifat intrapersonal (berkomunikasi dalam dirinya)/kontemplasi maupun interpersonal mengenai hal yang terpikirkan maupun yang bersifat meta kognitif.
5) Pembelajaran PPKn di SD/MI dilaksanakanmenggunakan pendekatan tematik terpadu.Pembelajaran tematik terpadu merupakanpendekatan pembelajaran yang mengintegrasikanberbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaranke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebutdilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,keterampilan dan pengetahuan dalam prosespembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasaryang berkaitan. Tema merajut makna berbagaikonsep dasar sehingga peserta didik tidak belajarkonsep dasar secara parsial. Dengan demikianpembelajarannya memberikan makna yang utuhkepada peserta didik seperti tercermin padaberbagai tema yang tersedia
33
b. Penilaian
1) Penilaian Sikap
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikapmenjadi dua, yaitu sikap spiritual (ketaatanberibadah, berperilaku syukur, berdoa sebelumdan sesudah melakukan kegiatan; dan toleransidalam beribadah) yang terkait denganpembentukan peserta didik yang beriman danbertakwa, dan sikap sosial (jujur, disiplin,tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri)yang terkait dengan pembentukan peserta didikyang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, danbertanggung jawab.
Penilaian sikap PPKn di SMA/SMK/MA/MAK dilakukan oleh guru mata pelajaran PPKn, Teknik penilaian yang digunakan meliputi: observasi, wawancara, catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai unsur penilaian utama. Sedangkan teknik penilaian diri dan penilaian antar-teman (peer evaluation) dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu alat konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik. Penilaian yang utama dilakukan oleh guru kelas melalui observasi selama periode tertentu dan penilaian sikap tidak dilaksanakan pada setiap kompetensi dasar (KD). Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, dan tidak hanya di dalam kelas. Hasil penilaian sikap berupa
34
deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.
c. Penilaian Pengetahuan
Pengetahuan yang akan dinilai pada PPKn di SMA/SMK/MA/MAK di berkaitan dengan Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga Negara; Pelindungan dan penegakan hukum dalam masyarakat untuk menjamin keadilan dan kedamaian; Pengaruh positif dan negatif kemajuan IPTEKterhadap negara dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika; Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa sebagai upaya menjaga dan mempertahan-kan Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Penilaian Keterampilan
Penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan pencapaian kompetensi ketrampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Gradasi pencapaian kompetensi keterampilan mata pelajaran PPKn pada jenjang SMA/MA/SMK/MAK adalah mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta.
Teknik penilaian kompetensi ketreampilan menggu-nakan tes praktik, projek, dan portofolio. Instrumenyang digunakan berupa daftar cek atau skalapenilaian (rating scale) yang dilengkapi rubric.
35
6. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai denganKondisi Lingkungan dan Peserta Didik
Kegiatan pembelajaran pada silabus ini dapat disesuaikan dan diperkaya dengan konteks daerah atau sekolah, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil belajar pada peserta didik terhadap Kompetensi Dasar. Kontekstualisasi pembelajaran tersebut agar peserta didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan mencintai alam dan sosial di sekitarnya, dengan perspektif global sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga akan menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.
Dalam konteks pembelajaran PPKn lingkungan (alam, sosial, budaya, dan spiritual) merupakan kelas global yang terbuka (open global classroom) yang berfungsi sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, guru PPKn harus selalu berupaya untuk memanfaatkan lingkungan dalam rangka memberikan pengalaman belajar (learning experience) peserta didik dengan memberikan tugas belajar (learning task) yang digali dari lingkungan belajar dengan prinsip semakin meluas (expanding environment approach) misalnya dengan kegiatan karyawisata/studiwisata, dan proyek belajar kewarganegaraan.
Saat ini dunia pendidikan sedang berada dalam abad teknologi dan informasi. Peserta didik yang ada dalam satuan pendidikan mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA selain sebagai warga negara juga sudah menjadi warga jaringan (netizen) yang aktif menjadi media teknologi komunikasi seperti dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah menjadi bagian dari komunitas technology natives (pengguna asli teknologi) karena sejak lahir sudah berinteraksi dalam era teknologi. Sementara itu para guru sebagian besar masih
36
termasuk kategori pendatang baru (migran) ke dunia baru TI (Teknologi Infomrasi). Oleh karena itu, diperlukan pelatihan pemanfaatan TI bagi guru PPKn agar mampu mengelola pembelajar PPKn dalam konteks dinamikan kehidupan abad ke 21- abad TI. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa sumber belajar yang sudah ada, yang sering juga disebut konvensional/nonteknologi seperti Buku Teks dan Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak lagi diperlukan. Justru dengan bantuan TI, Buku dan LKS bentuk dan formatnya harus mengakomodasikan TI. Dengan mengembangan Buku dan LKS menjadi bagian darai media belajar kombinasi konvensional dan TI. Perlu ditekankan bahwa LKS jangan/bukan hanya sekedar kumpulan soal, melainkan harus dikembangkan menjadi media belajar yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar menganalisis, menerapkan dan melakukan kegiatan lain yang berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir tingkat tingi (higher order thinking skills). Dalam konteks itu guru PPKn harus dibekali dengan kemampuan memanfaatkan TI dalam menggunakan atau mengembangkan LKS dan menulis Buku pengayaan. Selain itu dengan mulai terbukanya sumber belajar bebas (open education resources) baik nasional maupun global, guru PPKn harus berupaya memanfaatkan jaringan internet dalam pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran berbasis jaringan (pembelajaran daring). Dengan demikian pembelajarn PPKn menjadi proses belajar yang terpadu/teraduk (blended learning).
E. Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti Selain PPKn, Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti juga merupakan mata pelajaran yang utama dalam menangkal paham radikalisme di kalangan pelajar. Hal
37
tersebut tercermin dari kurikulum PAI dan Budi Pekerti yang memuat rasional dan penjabaran kompetensi yang harus dicapai oleh siswa yang dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, sebagai berikut.
1. Rasional
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang secara mendasar menumbuh kembangkan akhlak peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK, baik yang bersifat kokurikuler maupun ekstrakurikuler.
Kompetensi, materi, dan pembelajaran PendidikanAgama dan Budi Pekerti dikembangkan melaluipertimbangan kepentingan hidup bersama secara damaidan harmonis (to live together in peace and harmony).Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas padakegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra-kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikapdilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan,keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkankarakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagaitaman yang menyenangkan untuk tumbuhberkembangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikapsiswa yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku(behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.
PAI dan Budi Pekerti berlandaskan pada aqidah Islamyang berisi tentang keesaan Allah SWT. sebagai sumberutama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam
38
semesta. Sumber lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan dan menye-imbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:
a. membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur (Hubungan manusia dengan Allah SWT.);
b. menghargai, menghormati dan mengembangkanpotensi diri yang berlandaskan pada nilai-nilaikeimanan dan ketakwaan (Hubungan manusiadengan diri sendiri);
c. menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan interdan antar umat beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur(Hubungan manusia dengan sesama); dan
d. penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial (Hubungan manusia dengan lingkungan alam).
Berdasarkan penjelasan di atas, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, toleran, demokratis, dan multikultural.
39
Gambar 2.2 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Islam yang humanis berarti memandang kesatuan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, memiliki asal-usul yang sama, menghidupkan rasa peri kemanusiaan, dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Nilai-nilai Islam humanis yang dapat diimplemen-tasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berpra-sangka baik, disiplin, jujur, berbuat baik kepada sesama manusia, dan berlaku adil.
Islam yang toleran mengandung arti bersikap menghargai pendapat, pandangan, kepercayaan, atau kebiasaan yang berbeda dengan pendirian seseorang, juga tidak memaksa, tetap berlaku baik, lemah lembut, dan saling memaafkan. Nilai-nilai Islam toleran yang
PAI& BP
Humanisme
Toleransi
Demokrasi
Multikultural
40
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berprasangka baik, hidup rukun, dan menjaga persatuan.
Demokratis berarti yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi sesama dengan mengutamakan kebebasan berekspresi, berkumpul, dan mengemukakan pendapat sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku. Nilai-nilai Islam demokratis yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/ SMK/MAK di antaranya adalah: kontrol diri, disiplin, bertanggung jawab, berkompetisi dalam kebaikan, berpikir kritis, dan menjaga persatuan.
Multikultural berarti bersikap mengakui, akomodatif, dan menghormati perbedaan dan keragamaan budaya, untuk mencari dan memudahkan hubungan sosial, serta gotong royong demi mencapai kebaikan bersama. Nilai-nilai multikultural dalam Islam yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik SMA/MA/SMK/MAK di antaranya adalah: berprasangka baik, persaudaraan, hidup rukun, menghindari tindak kekerasan, saling menasehati, menjaga persatuan, dan hidup damai dalam keberagaman.
Kompetensi, materi, dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dikembangkan melalui pertimbangan kepentingan hidup bersama secara damai dan harmonis (to live together in peace and harmony). Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas pada kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstra kurikuler. Penumbuhan dan pengembangan sikap
41
dilakukan sepanjang proses pembelajaran, pembiasaan, keteladanan, dan pembudayaan untuk mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Sekolah sebagai taman yang menyenangkan untuk tumbuh berkem-bangnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang menempatkan pengetahuan sebagai perilaku (behavior), tidak hanya berupa hafalan atau verbal.
Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/ penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan agar penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.
Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam
42
pengembangan materi, pengelolaan proses pembe-lajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan kemampuan peserta didik.
2. Kompetensi Setelah Mempelajari PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti di Pendidikan Dasardan Menengah
PAI dan Budi Pekerti dikembangkan dengan tujuanuntuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalamhal keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang MahaEsa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan inikemudian dirumuskan secara khusus dalam PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti sebagai berikut;
a. menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian,pembinaan, dan pengembangan pengetahuan,penghayat-an, pengamalan, pembiasaan, sertapengalaman peserta didik tentang Agama Islamsehingga menjadi muslim yang terus berkembangkeimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;dan
b. mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragamadan berakhlak mulia yaitu manusia yangberpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),menjaga keharmonisan secara personal dan sosialserta mengembangkan budaya agama dalamkehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara,dan warga dunia.
Kompetensi setelah mempelajari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
43
Tabel 2.5 Kompetensi PAI dan BP
Kelas X-XII
1. Al-Qu’an
Meyakini, membaca, menghafal, dan menganalisis ayat-ayatpilihan, menyajikan hubungan ayat-ayat tersebut dengankehidupan sehari-hari dan dapat berperilaku sesuaikandungan ayat.
2. Aqidah
Meyakini, mengamalkan, menganalisis makna Iman kepada Allah, dan Malaikat Allah SWT. Serta dapat menyajikan hubunganya dengan kehidupan sehari-hari.
3. Akhlak
Meyakini, menganalisis ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam, manfaat kejujuran dan semangat keilmuan dan menyajikan keutamaannya, serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Fiqh
Meyakini, menganalisis, mendiskripsikan kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam danhikmah ibadah haji, zakat, wakaf serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam hukum Islam tersebut.
5. Sejarah Peradaban Islam
Meyakini, menganalisis substansi, strategi, dan penyebab keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah, serta meneladaninya.
3. Kerangka Pengembangan Kurikulum PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti Sekolah MenengahAtas/Madrasah Aliyah/Sekolah MenengahKejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diberikansejak SD sampai SMA/MA/SMK/MAK sebagai mata
44
pelajaran, dan nilai-nilainya terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diperkuat melalui pengkondisian aktivitas berupa interaksi peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan pergaulan dunia yang terintegrasi dalam proses pembelajaran di kelas. Kerangka pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada SMA/MA/SMK/MAK mengikuti elemen pengorganisasian Kompetensi Dasar yang mengacu pada Kompetensi Inti (KI) berikut ini.
45
Tabe
l 2.6
Ker
angk
a K
urik
ulum
PA
I dan
BP
KI
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
1 M
engh
ayat
i dan
men
gam
alka
n aj
aran
ag
ama
yang
dia
nutn
ya
Men
ghay
ati d
an m
enga
mal
kan
ajar
an
agam
a ya
ng d
ianu
tnya
M
engh
ayat
i dan
men
gam
alka
n aj
aran
ag
ama
yang
dia
nutn
ya
2
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
siplin
, ta
nggu
ng ja
wab
, ped
uli (
goto
ng
royo
ng, k
erja
sam
a, to
lera
n, d
amai
), sa
ntun
, res
pons
if da
n pr
o-ak
tif d
an
men
unju
kkan
sika
p se
baga
i bag
ian
dari
solu
si a
tas b
erba
gai
perm
asal
ahan
dal
am b
erin
tera
ksi
seca
ra e
fekt
if de
ngan
ling
kung
an
sosi
al d
an a
lam
serta
dal
am
men
empa
tkan
diri
seba
gai c
erm
inan
ba
ngsa
dal
am p
erga
ulan
dun
ia
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
siplin
, ta
nggu
ng ja
wab
, ped
uli (
goto
ng ro
yong
, ke
rjasa
ma,
tole
ran,
dam
ai),
sant
un,
resp
onsi
f dan
pro
-akt
if da
n m
enun
jukk
an si
kap
seba
gai b
agia
n da
ri so
lusi
ata
s ber
baga
i per
mas
alah
an
dala
m b
erin
tera
ksi s
ecar
a ef
ektif
de
ngan
ling
kung
an so
sial
dan
ala
m
serta
dal
am m
enem
patk
an d
iri se
baga
i ce
rmin
an b
angs
a da
lam
per
gaul
an d
unia
Men
unju
kkan
per
ilaku
juju
r, di
siplin
, ta
nggu
ng ja
wab
, ped
uli (
goto
ng
royo
ng, k
erja
sam
a, to
lera
n, d
amai
), sa
ntun
, res
pons
if da
n pr
o-ak
tif d
an
men
unju
kkan
sika
p se
baga
i bag
ian
dari
solu
si a
tas b
erba
gai
perm
asal
ahan
dal
am b
erin
tera
ksi
seca
ra e
fekt
if de
ngan
ling
kung
an
sosi
al d
an a
lam
serta
dal
am
men
empa
tkan
diri
seba
gai c
erm
inan
ba
ngsa
dal
am p
erga
ulan
dun
ia
3
Mem
aham
i, m
ener
apka
n, d
an
men
gana
lisis
pen
geta
huan
fakt
ual,
kons
eptu
al, p
rose
dura
l, da
n m
etak
ogni
tif b
erda
sark
an ra
sa in
gin
tahu
nya
tent
ang
ilmu
peng
etah
uan,
te
knol
ogi,
seni
, bud
aya,
dan
hu
man
iora
den
gan
waw
asan
Mem
aham
i, m
ener
apka
n, d
an
men
gana
lisis
pen
geta
huan
fakt
ual,
kons
eptu
al, p
rose
dura
l, da
n m
etak
ogni
tif b
erda
sark
an ra
sa in
gin
tahu
nya
tent
ang
ilmu
peng
etah
uan,
te
knol
ogi,
seni
, bud
aya,
dan
hum
anio
ra
deng
an w
awas
an k
eman
usia
an,
Mem
aham
i, m
ener
apka
n,
men
gana
lisis
dan
men
geva
luas
i pe
nget
ahua
n fa
ktua
l, ko
nsep
tual
, pr
osed
ural
, dan
met
akog
nitif
be
rdas
arka
n ra
sa in
gin
tahu
nya
tent
ang
ilmu
peng
etah
uan,
tekn
olog
i, se
ni, b
uday
a, d
an h
uman
iora
den
gan
46
KI
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
kem
anus
iaan
, keb
angs
aan,
ke
nega
raan
, dan
per
adab
an te
rkai
t pe
nyeb
ab fe
nom
ena
dan
keja
dian
, se
rta m
ener
apka
n pe
nget
ahua
n pr
osed
ural
pad
a bi
dang
kaj
ian
yang
sp
esifi
k se
suai
den
gan
baka
t dan
m
inat
nya
untu
k m
emec
ahka
n m
asal
ah
keba
ngsa
an, k
eneg
araa
n, d
an p
erad
aban
te
rkai
t pen
yeba
b fe
nom
ena
dan
keja
dian
, ser
ta m
ener
apka
n pe
nget
ahua
n pr
osed
ural
pad
a bi
dang
ka
jian
yang
spes
ifik
sesu
ai d
enga
n ba
kat d
an m
inat
nya
untu
k m
emec
ahka
n m
asal
ah
waw
asan
kem
anus
iaan
, keb
angs
aan,
ke
nega
raan
, dan
per
adab
an te
rkai
t pe
nyeb
ab fe
nom
ena
dan
keja
dian
, se
rta m
ener
apka
n pe
nget
ahua
n pr
osed
ural
pad
a bi
dang
kaj
ian
yang
sp
esifi
k se
suai
den
gan
baka
t dan
m
inat
nya
untu
k m
emec
ahka
n m
asal
ah
4
Men
gola
h, m
enal
ar, d
an m
enya
ji da
lam
rana
h ko
nkre
t dan
rana
h ab
stra
k te
rkai
t den
gan
peng
emba
ngan
dar
i yan
g di
pela
jarin
ya d
i sek
olah
seca
ra
man
diri,
ber
tinda
k se
cara
efe
ktif
dan
krea
tif, s
erta
mam
pu m
engg
unak
an
met
oda
sesu
ai d
enga
n ka
idah
ke
ilmua
n
Men
gola
h, m
enal
ar, d
an m
enya
ji da
lam
ra
nah
konk
ret d
an ra
nah
abst
rak
terk
ait
deng
an p
enge
mba
ngan
dar
i yan
g di
pela
jarin
ya d
i sek
olah
seca
ra m
andi
ri,
berti
ndak
seca
ra e
fekt
if da
n kr
eatif
, se
rta m
ampu
men
ggun
akan
met
oda
sesu
ai d
enga
n ka
idah
kei
lmua
n
Men
gola
h, m
enal
ar, m
enya
ji, d
an
men
cipt
a da
lam
rana
h ko
nkre
t dan
ra
nah
abst
rak
terk
ait d
enga
n pe
ngem
bang
an d
ari y
ang
dipe
laja
rinya
di s
ekol
ah se
cara
m
andi
ri se
rta b
ertin
dak
seca
ra e
fekt
if da
n kr
eatif
, dan
mam
pu
men
ggun
akan
met
oda
sesu
ai d
enga
n ka
idah
kei
lmua
n
47
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK meliputi:
a. Al-Qur’an dan Hadis
b. Keimanan
c. Akhlak
d. Fiqh
e. Sejarah Peradaban Islam
Peta materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK meliputi:
48
Tabe
l 2.7
Pe
ta M
ater
i PA
I dan
BP
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
1.Q
.S. a
l-Huj
urat
/49:
10 d
an 12
Q.S
. al-
Isra
’/17:
32,
sert
a ha
dis t
enta
ng
kont
rol d
iri (m
ujah
adah
an-
nafs
), pr
asan
gka
baik
(hus
nuzz
an),
dan
pers
auda
raan
(ukh
uwah
).
2.Q
.S. a
n-Nu
r/24
:2, s
erta
had
is te
ntan
gla
rang
an p
erga
ulan
beb
as d
anpe
rbua
tan
zina
1.Q
.S. a
l-Mai
dah/
5 : 4
8; Q
.S. a
n-N
isa/
4: 5
9, d
an Q
.S. a
t-Tau
bah/
9 :
105
serta
had
is te
ntan
g ta
at p
ada
atur
an, k
ompe
tisi d
alam
keb
aika
n,da
n et
os k
erja
,
2.Q
.S. Y
unus
/10
: 40-
41 d
an Q
.S. a
l-M
aida
h/5
: 32
serta
had
is te
ntan
gto
lera
nsi,
ruku
n, d
an m
engh
inda
rkan
diri
dari
tinda
k ke
kera
san.
1.Q
.S. A
li Im
ran/
3: 1
90-1
91, d
anQ
.S. A
li Im
ran/
3: 1
59se
rtaha
dis t
enta
ng b
erpi
kir k
ritis
dan
bers
ikap
dem
okra
tis
2.Q
.S. L
uqm
an/3
1: 1
3-14
dan
Q.S
. al-B
aqar
ah/2
: 83,
serta
hadi
s ten
tang
kew
ajib
-an
berib
adah
dan
ber
syuk
urke
pada
Alla
h se
rtabe
rbua
t bai
kke
pada
sesa
ma
man
usia
3.Im
an k
epad
a A
llah
(pen
ghay
atan
al-
Asm
a’u
al-H
usna
al-K
arim
, al-
Mu’
min
, al-W
akil,
al-M
atin
, al-J
ami’,
al
-‘Ad
l, da
n al
-Akh
ir),
dan
Iman
ke
pada
Mal
aika
t Alla
h SW
T.
3.Im
an k
epad
a K
itab
Alla
h, d
an R
asul
Alla
h Sw
t.3.
Iman
kep
ada
hari
akhi
r, qa
dada
n qa
dar.
4.B
erpa
kaia
n se
suai
syar
iat I
slam
, juj
urda
n se
man
gat k
eilm
uan.
4.Sy
aja’
ah, k
ejuj
uran
, hor
mat
dan
patu
h ke
pada
ora
ngtu
a da
n gu
ru.
4.B
eker
ja k
eras
dan
ber
tang
gung
jaw
ab.
5.K
edud
ukan
Al-Q
ur’a
n, H
adis
, dan
ijtih
ad se
baga
i sum
ber h
ukum
Isla
m,
5.Pe
ngur
usan
jena
zah,
khu
tbah
,da
kwah
, tab
ligh,
dan
prin
sip-
prin
sip
5.Pe
rnik
ahan
dal
am Il
am d
anpe
mba
gian
war
is.
49
Kel
as X
K
elas
XI
Kel
as X
II
haji,
zak
at, d
an w
akaf
. ek
onom
i Isl
am.
6.Su
bsta
nsi d
an st
rate
gi k
eber
hasi
lan
dakw
ah N
abi M
uham
mad
SA
W d
i M
akka
h da
n M
adin
ah.
6.Su
bsta
nsi d
an p
erke
mba
ngan
pera
daba
n Is
lam
pad
a m
asa
keja
yaan
dan
perk
emba
ngan
Isla
m p
ada
mas
am
oder
n.
6.Su
bsta
nsi d
an p
erke
mba
ngan
pera
daba
n Is
lam
di I
ndon
esia
dan
pera
daba
n Is
lam
dun
ia
50
1. Pembelajaran dan Penilaian
a. Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan BudiPekerti dilaksanakan dengan menggunakanpendekatan saintifik (mengamati, menanya,mengumpulkan informasi, mengasosiasi, danmengomunikasikan). Di samping itu, pembelajaranjuga dapat dilakukan dengan berbagai macam modeldan pendekatan sesuai dengan karakteristik materiyang dibelajarkan dan kompetensi yang akandicapai.
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh modelpembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam danBudi Pekerti. Dalam pembelajaran al-Qur’an dapatdigunakan metode Mencari Pasangan (Make aMatch) dalam menentukan ayat dan terjemahannya.Dalam pembelajaran aqidah dapat digunakan metodePenemuan (Inquiry) dalam mencari bukti-buktikekuasaan Allah SWT. Dalam pembelajaran akhlakdapat digunakan metode Bermain Peran (roleplaying) dalam mencontohkan perilaku terpuji.Dalam pembelajaran fiqh dapat digunakan metodePembelajaran Berbasis Proyek (Project BasedLearning) dalam menentukan dampak zakat terhadappeningkatan ekonomi kaum dhuafa. Dalampembelajaran Sejarah Peradaban Islam dapatdigunakan metode Pembelajaran Berbasisi Masalah(Problem Based Learning) dalam meminimalisirdampak radikalisme. Contoh penggunaan model-model pembelajaran tersebut tidak baku, tetapi harusdisesuaikan dengan karakteristik materipembelajaran.
51
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode dan strategi yang tepat dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama. Dalam metode problem based learning misalnya, pendidik dapat menanamkan nilai-nilai kerjasama, gotong-royong, kerukunan dan demokrasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Small group discussion (diskusi kelompok kecil), pendidik dapat menanamkan nilai percaya diri dalam berpendapat, bertanggung jawab, dan menghargai pendapat orang lain, tetapi tetap menjaga nilai multikulturalisme dengan toleransi yang tinggi dalam hidup bermasyarakat yang lebih luas. Dengan metode role playing (bermain peran) sebagai muzakki (pemberi zakat) dan mustahiq (penerima zakat) dalam pembelajaran Fiqih tentang zakat, pendidik dapat menanamkan nilai-nilai kepedulian dan empati kepada sesama, persaudaraan, di samping ajaran tentang kerja keras dan cerdas untuk dapat menjadi muzakki serta penciptaan ekonomi yang berkeadilan.
Selain itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat juga dikemas melalui multimedia sesuai dengan perkem-bangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh: al-Qur’an, aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah peradaban Islam dapat dikemas sedemikian rupa dalam web secara terpadu. Bahan-bahan materinya dapat berupa berbagai macam media seperti bahan teks, gambar, suara, video, animasi, simulasi dan sebagainya. Materi-materi tersebut dapat dipadukan ke dalam satu-dua media atau semua media (multimedia).
52
Pengembangan materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat juga dikemas secara interaktif dan menarik. Salah satu caranya adalah dengan menintegrasikan berbagai macam media sehingga siswa dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban melalui pemanfaatan komputer. Dengan demikian siswa memiliki kebebasan belajar sesuai dengan keinginanya. Hal ini dimaksudkan agar belajar menjadi tidak monoton, mengekang dan menegangkan.
Kebutuhan peserta didik harus juga menjadi pertimbangan dalam pembelajaran. Pada umumnya ada tiga tipe pembelajar, yaitu auditory, visual, dan kinestetik. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pendidik dituntut untuk dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang karakteristiknya beragam. Dengan demikian, pendidik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah mengimplementasikan ajaran Islam tentang keadilan, berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, renponsif, dan nilai-nilai lain dalam ajaran Islam yang humanis.
b. Penilaian
Aspek yang dinilai pada mata pelajaran PendidikanAgama Islam dan Budi Pekerti meliputi sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikapdilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaianantar teman, dan jurnal catatan guru. Penilaian aspekpengetahuan dilakukan melalaui tes tertulis, tes lisan,observasi terhadap diskusi, tanya jawab danpercakapan, serta penugasan. Penilaian aspekketerampilan dilakukan melalui unjuk kerja/praktik,projek, produk, dan portofolio.
53
Sebagai ilustrasi, berikut ini dikemukakan beberapa contoh teknik penilaian. Dalam penilaian al-Qur’ān dapat digunakan teknik penilaian praktik membaca al-Qur’ān, komponen yang dinilai meliputi: cara membaca (pengucapan huruf, panjang pendek bacaan) dan adab membaca. Dalam penilaian aqidah dapat digunakan teknik penilaian diri terhadap pengamalan keyakinan. Dalam penilaian akhlak dapat digunakan teknik penilaian observasi. Dalam penilaian fiqh dapat digunakan teknik penilaian praktik ibadah. Dalam penilaian sejarah peradaban Islam dapat digunakan teknik penilaian proyek.
2. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai denganKondisi Lingkungan dan Peserta Didik
Indonesia sebagai negara kesatuan yang terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, budaya, ras, dan kelas sosial merupakan kekayaan yang patut disyukuri dan dipelihara agar tetap menjadi sumber kekuatan. Jika tidak disikapi dengan bijak, keberagaman itu dapat menjadi sumber konflik. Oleh karena itu, berbagai kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat harus dipelihara dan dikembangkan sesuai dengan per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan tetap memperhatikan nilai-nilai Islam yang humanis, toleran, demokratis, multikultural, dan berwawasan kebangsaan.
Sejalan dengan karakteristik pendidikan abad 21 yangmemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi,pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan BudiPekerti dalam Kurikulum 2013 juga memanfaatkanteknologi informasi dan komunikasi sebagai media dansumber belajar. Pemanfaatan TIK mendorong pesertadidik dalam mengembangkan kreativitas dan berinovasi
54
serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti memanfaatkan berbagai sumber belajar seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku guru dan buku siswa. Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks bukan satu-satunya sumber belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan atau referensi lainnya dan mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS (Lembar Kerja Siswa). Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, LKS bukan hanya kumpulan soal.
F. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pendidikan karakter merupakan bagian sentral dari upaya penumbuhan budi pekerti dan karakter peserta didik antara lain memperkuat nilai-nilai nasionalisme dan relegius serta tolerasi sehingga akan terhindar dari paham yang mengarah pada radikalisme. Berikut disampaikan upaya pemerintah melalui PPK (Kemendikbud, 2016) sebagai sebagai berikut.
1. Kebijakan PPKPenguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindak lanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam pendidikan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2016.
55
Kebijakan tersebut sekaligus sebagai usaha keberlanjutan dan pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan sehingga semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia telah mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. berlandaskan Nawacita. Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi
Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dansekaligus menyelaras-kan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubunganini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intra kurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Perdalaman dan perluasan tersebut dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembang-an karakter siswa, penambahan dan pemajangan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Diharapkan, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi poros kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa.
56
2. Nilai Utama
Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagaidimensi terdalam pendidikan yang membudayakan danmemberadabkan. Ada 5 nilai utama karakter yang salingberkaitan membentuk jejaring nilai karakter yang perludikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK . Kelimanilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalahsebagai berikut.
a. Nilai Karakter Religius: mencerminkan keberiman-an terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkandalam perilaku untuk melaksanakan ajaran sesama,dan individu dengan alam semesta (lingkungan).Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilakumencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. ubnilaireligius: cinta damai, toleransi, menghargaiperbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri,kerja sama lintas agama, anti buli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakankehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.
b. Nilai Karakter Nasionalis: merupakan caraberpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggiterhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepen-tingan bangsa dan negara di atas kepentingan diridankelompoknya. Subnilai nasionalis antara lainapresiasi budaya bangsa sendiri,menjaga kekayaanbudaya bangsa, rela berkorban, unggul danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taathukum, disiplin, menghormati keragaman budaya,suku, dan agama. Nilai Karakter Mandiri merupakansikap dan perilaku tidak bergantung pada orang laindan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktuuntuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
57
c. Nilai kemandirian: antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
d. Nilai Karakter Gotong Royong: mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan pada mereka yang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti Diskriminasi, anti kekerasan, sikap kerelawanan.
e. Nilai Karakter Integritas: merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab, keteladanan, menghargai martabat individu (terutama penyandang).
3. Fokus Gerakan PPK
Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah adadalam system pendidikan nasional. Terdapat tigastruktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur,
58
dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu Struktur Program: jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru.
Struktur Kurikulum: merupakan kegiatan pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum (intra-kurikuler) dan ko-kurikuler, ekstra kurikuler, dan non-kurikuler;
Struktur Kegiatan: berbagai macam kegiatan dan program yang mampu menyinergikan 4 (empat) dimensi pengolahan karakter Ki Hajar Dewantara (olahraga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).
a. Struktur Program
Struktur program meliputi jenjang dan kelas yaitudifokuskan pada Sekolah Dasar dan SekolahMenengah Pertama yang lebih dikenal sebagaipendidikan dasar. Di samping itu fokus dilakukanpada sistem formal yaitu persekolahan karenaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) memiliki kewenangan dantanggungjawab yang lebih memiliki akses terhadapsistem persekolahan ini.
Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjangmelibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikanyang ada di lingkungan sekolah. Pemanfaatan danpelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensilokal kontekstual pendidikan di daerah sehinggaGerakan PPK tidak lepas atau tercerabut dari nilai-nilai karakter yang tumbuh kembang pada ekosistempendidikan yang sudah ada. Berbagai pemangkukepentingan yang ada pada ekosistem pendidikantersebut ikut serta dan bersama-sama bertanggung-jawab dan bersinergi untuk memperkuatpembentukan karakter sebagai modal dasar untukmewujudkan warga masyarakat yang lebih
59
berbudaya dan memiliki jatidiri bangsa di masa mendatang.
Pelaku kunci dalam Gerakan PPK adalah Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, tenaga non-kependidikan, orang tua, Komite sekolah dan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing perlu memahami kembali tugas dan fungsinya dalam rangka keberhasilan PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang dewasa dilingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
b. Struktur Kurikulum
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan optimasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesui dengan kearifan dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang menerapkan PPK disesuaikan dengan keberagaman kondisi daerah dan karakteristik satuan pendidikan.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
1) Mengintegrasikan/mengkontekstualisasikan mata pelajaran yangada di struktur kurikulum dan Mata Pelajaran Muatan Lokal melalui kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler. Sebagai kegiatan
60
intrakurikuler dan ko-kurikuler maka setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaan berupa silabus dan RPP sesuai matapelajarannya masing-masing. Nilai-nilai Utama PPK diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran sesuai topik Utama Nilai PPK pada hari itu dansesuai dengan karakteristik Mata Pelajaran. Misalnya Mata Pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan Nilai Nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi tentang Energi.
2) Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, baik ekstrakurikuler wajib dan pilihan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan esktrakurikuler maka Satuan Pendidikan melakukan penguatan kembali kegiatan-kegiatan ekskul dan menambah kegiatan-kegiatan lain yang memberikan ruang kepada siswa untuk produktif. Kegiatan ekskul dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber daya sekolah yang ada, dengan kolaborasi dengan masyarakat dan juga pihak-pihak atau lembaga lain seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikana, Dinas Perdagangan, Museum, Rumah Budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas Satuan Pendidikan.
3) Melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukanmelalui budaya sekolah,baik melalui kegiatanrutin, spontan, pengkondisian, serta melaluiketeladanan orang dewasa di lingkungan sekolah.Kegiatan-kegiatan selepas jam sekolah diadakanuntuk memperkuat pembentukan karakterdisesuaikan dengan situasi, kondisi, ketersediaansaranadan prasarana pendidikan di unit sekolah
61
dan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, satuan pendidikan perlu menyesuaikan Kurikulum Sekolah mereka dengan mengacu pada nilai-nilai utamaPPK dengan menyusun kembali dokumen I KTSP, silabus, dan RPP, serta program-program sekolah yang dimasukkan dalam kalender pendidikan.
Selain struktur dalam kurikulum, Gerakan PPK juga memiliki struktur pendukung lain yang terdiri atas sebagai berikut:
1) Kokurikuler dan Ekstrakurikuler, merupakan kegiatan yang bersifat penambahan, pengayaan, dan perluasan dari kegiatan pembelajaran intrakurikuler, yang juga bersifat menyenangkan dan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai karakter. Contoh: kepramukaan, PMR, OSIS, olahraga, kesenian, dan lain sebagainya.
2) Ekosistem dan budaya sekolah, mewujudkan tata kelola yangsehat, hubungan antar warga sekolah yang harmonis dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat dan bersahabat.
3) Pendidikan di keluarga dan masyarakat, menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah dan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
c. Struktur Kegiatan
Kegiatan PPK bisa sangat bervariasi tergantung dari apa yang menjadi prioritas pembentukan karakter dalam lembaga pendidikan. Kegiatan PPK mengajak masing-masing sekolah untuk menemukan “branding” khas mereka sehingga sekolah di
62
Indonesia menjadi sangat kaya sekaligus unik. Selain mendorong tiap sekolah untuk memiliki “branding” sendiri, struktur kegiatan dalam PPK diharapkan merupakan perwujudan dari 4 dimensi pengolahan karakter sebagaimana yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara yaitu olah olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati. Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya “branding” sekolahitu antara lain: pilihan kegiatan olahraga, kegiatan berkelompok, dan kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, baris berbaris, drumband, kegiatan UKS, dokter kecil, dll), kegiatan memanfaatkan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), kegiatan memanfaatkan potensi lingkungan, seperti sanggar seni dan museum
G. Nasionalisme Nasionalisme memiliki peranan yang sangat besar dalam perkembangan bangsa dan negara Indonesia sejak zaman pergerakan membagun paham nasionalisme sampai dengan masa kemerdekaan saat ini. Seperti dikemukakan Ernest Renan (F. Isjawa, 1991), juga dikutif oleh Deleny Yumarlia (2005), yang dikemukakan bahwa: “Nasionalisme merupa-kan rasa kesadaran yang kuat berlandaskan atas kesadaran akan pengorbanan yang pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal itu dimasa depan”.
Ernest Renan (lkpj th) menyadari betapa pentingnya nilai sejarah dalam perkembangan faham nasionalisme, yang menekankan kepada perasaan senasib, persamaan pengalaman yang dapat membentuk suatu negara yaitu, nasionalisme adalah merupakan rasa kesadaran yang kuat yang berlandaskan atas kesadaran akan pengorbanan yang
63
pernah diderita bersama dalam sejarah dan atas kemauan menderita hal-hal serupa itu dimasa depan.
Semangat kebangsaan yang memang telah berhasil menyatukan semua elemen bangsa bersatu melawan para penjajah yang menguasai Indonesia ratusan tahun lamanya. Bangsa Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dan beranekaragam baik itu kebudayaannya maupun masyarakatnya. Keanekaragaman itu tentu saja merupakan suatu pedoman dan faham yang cocok dengan karakter kemajemukan itu sendiri. Paham yang dirasakan cocok dengan kemajemukan ini adalah konsep kebangsaan yaitu nasionalisme. Semangat kebangsaan ini mutlak diperlukan untuk menggatasi kebhinekaan agar menjadi ketunggal ikaan. Nasionalisme juga merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi dari setiap warga suatu bangsa ditunjukkan kepada bangsa dan negara. Lebih lengkapnya Hans Khon (1984) memberikan arti nasionalisme sebagaimana yang diterjemahkan oleh Sumantri Mertadipuro dalam Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya (1984: 11) menerangkan sebagai berikut: Nasionalisme sebagai suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada disepanjang sejarah dan kekuatan-kekuatan yang berbeda-beda. Hal senada dengan pendapat di atas Soekarno (1965:3), mengemukakan bahwa “nasionalisme adalah suatu tekad, suatu keinsyafan rakyat bahwa rakyat itu adalah satu golongan, satu bangsa”.
Dengan demikian, nasionalisme atau rasa nasionalis membentuk rasa percaya diri dan merupakan esensi mutlak jika kita mempertahankan diri dalam perjuangan melawan kondisi-kondisi yang menyakitkan. Dikatakan juga bahwa
64
nasionalisme menunjukkan adanya keyakinan dan kesadaran rakyat bahwa mereka merupakan satu golongan dan satu bangsa. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nasionalisme berawal dari kesamaan sejarah, dimana di dalamnya terdapat rakyat yang memiliki tekad untuk bersatu sebagai satu bangsa yang utuh, tanpa mebeda-bedakan suku, agama, ras, dan antar golongan, dan memiliki sebuah ikatan yang amat kuat dan tidak mudah lepas apabila ada pihak lain yang ingin melepaskan ikatan itu.
Syarat yang sudah berlaku di masa sekarang bahwasannya setiap bangsa harus membentuk suatu Negara, dan bahwa Negara itu harus meliputi seluruh bangsa. Mulanya kesetiaan atau paham kebangsaan orang tidak ditujukan kepada Negara kebangsaan, melainkan kepada berbagai macam bentuk kekuasaan organisassi politik, kekuasaan sosial, raja atau golongan keagamaan, tetapi lama kelamaan paham nasionalisme berkembang menjadi diakui oleh umum. Hampir sama seperti yang dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto (1979:53), tentang nasionalisme dengan mengutip dari George Mc. T. Kahin (lkpi th) mengatakan sebagai berikut: “Nasionalisme adalah suatu ide yang mengisi hati manusia dengan suatu pikiran baru dan mendorong untuk menterjemahkan dalam tindakan berupa aksi yang diorganisasi. Oleh karena itu, nasionalisme bukan semata-mata suatu kelompok yang diikat dan dijiwai oleh kesadaran bersama, melainkan juga merupakan suatu kelompok yang ingin mengungkapkan dirinya kedalam apa yang dianggapnya bentuk tertinggi dari pada kegiatan yang terorganisasi yakni negara yang berdaulat”. Nugroho Notosusanto memberikan tekanan bahwa nasionalisme merupakan spirit, semangat, moril, yang hidup pada diri manusia demi keagungan bangsa.
65
H. Karakteristik Nasionalisme Indonesia Sartono Kartodirdjo (1992) mengemukakan unsur-unsur nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori:
1. Unsur kognitif menunjukkan adanya pengetahuan ataupengertian akan suatu situasi/fenomena tertentu dalamhal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial padasegala parposinya.
2. Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yangdianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal inidianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalahmemperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme
3. Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya. Berbagai macam diskriminasi pada masyarakat kolonial melahirkan aspek afektif. Melihat pendapat di atas, maka ketiga aspek tersebut di atas tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya, karena saling berhubungan antara aspek satu dengan aspek lainnya yang akan saling menunjang dalam satu kesatuan.
Substansi nasionalisme Indonesia mempunyai dua unsur: Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan di Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam proklamasi kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 dikatakan secara tegas, “segala bentuk penjajahan dan penindasan didunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dilihat dari sejarahnya, menurut Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha
66
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bahwa karakteristik nasionalisme Indonesia antara lain:
1. Persamaan asal keturunan bangsa (etnik), yaitu bangsaIndonesia berasal dari rumpun bangsa melayu yangmerupakan bagian dari ras mongoloid dan kemudiandiperkaya oleh variasi percampuran darah antar ras.
2. Persamaan pola kebudayaan, terutama cara hidupsebagian suku-suku petani dan pelaut dengan segalaadat istiadat dan lembaga sosialnya, manifestasi(perwujudan) persamaaan bahasa nasional, yaitu bahasaindonesia.
3. Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan namakhas tanah air, yakni tanah tumpah darah seluruh bangsaberwilayah dari sabang sampai merauke.
4. Persaaan senasib kesejahteraanya, baik kejayaanbersama dimasa kejayan kerajaan-kerajaaan besar jamanbahari sriwijaya dan majapahit, maupun penderitaanbersama dibawah dominasi penjajah asing. e)Persamaan cita-cita yakni persamaan cita-cita hidupbersama sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulatserta mmembangun negara dalam ikatan persatuanindonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.(Risalah Sidang BPUPKIPPKI, 1995)
Adapun karakteristik Nasionalisme Indonesia pada masa sekarang sebagaimana tercantum dalam Pancasila sila ke tiga, yaitu Persatuan Indonesia dalam Pendidikan Kewarganegaraan SMA dengan berlandaskan pada sila ketiga pancasila, maka bangsa Indonesia memiliki ciri atau karakteristik nasionalisme yang terdiri dari butir Pancasila, sila ketiga yakni sebagai berikut:
1. Menempatkan persatuan, kesatuan serta kepentingandan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentinganpribadi atau golongan
67
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan
3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa Indonesia
4. Mengembangkan rasa kebanggaan dan kebangsaan dan bertanah air Indonesia
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Nasionalisme merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam sila ketiga karena nasionalisme ini mewujudkan perwujudan dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bahwasannya paham kebangsaan atau nasionalisme pada dasarnya mempunyai pokok-pokok yaitu kesetiaan terhadap negara dalam segala aspeknya, perasaan senasib dan sepenanggungan, sebagai identitas negara, merupakan suatu paham, dan pengakuan adanya negara nasional.
Dengan demikian,dapat diidentifikasi bahwa ciri atau indikator-indikator sikap dan perilaku yang mencerminkan nasionalisme adalah sebagai berikut:
1. Bangga menjadi bangsa dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia
2. Mengakui dan menghargai sepenuhnya keaneka ragaman pada diri bangsa Indonesia
3. Bersedia mempertahankan dan memajukan negara serta nama baik bangsa
68
4. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, solidaritasdan kedamaian antar kelompok masyarakat dengansemangat persatuan
5. Menyadari sepenuhnya sebagai bagian dari bangsa lainuntuk menciptakan hubungan kerja sama salingmenguntungkan
6. Memiliki rasa cinta tanah air Indonesia
7. Menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingansendiri dan golongan atau kelompok
I. Toleransi Kehidupan Beragama Keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama.
Pada masyarakat yang multiagama, Harold Howard (Saefullah dalam Suryana, 2011) mengatakan bahwa ada tiga prinsip umum dalam merespon keaneka ragaman agama. Pertama, logika bersama, Yang satu yang berwujud banyak. Kedua, agama sebagai alat, karenanya wahyu dan doktrin dari agama-agama adalah jalan atau dalam tradisi Islam disebut syariat untuk menuju Yang Satu. Ketiga, pengenaan kriteria yang mengabsahkan, maksudnya mengenakan kriteria sendiri pada agama-agama lain.
69
Toleransi kehidupan beragama di masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan mengingat ada enam agama yang diakui resmi oleh Pemerintah, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hwuchu. Menurut Suryana (2011: 133) bahwa kerukunan beragama tidak berarti merelatifkan agama-agama yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas tersebut. Urgensi dari kerukunan adalah mewujudkan kesatuan pandangan dan sikap guna melahirkan kesatuan perbuatan dan tindakan serta tanggung jawab bersama sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau menyalahkan pihak lain. Kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya toleransi beragama, yakni penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Dalam pengertian yang luas toleransi lebih terarah pada pemberian tempat yang luas bagi keberagaman dan perbedaan yang ada pada individu atau kelompok-kelompok lain. Oleh sebab itu, perlu ditekankan bahwa tidak benar bilamana toleransi dimaknai sebagai pengebirian hak-hak individu atau kelompok tertentu untuk disesuaikan dengan kondisi atau keadaan orang atau kelompok lain, atau sebaliknya mengorbankan hak-hak orang lain untuk dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi kelompok tertentu. Toleransi justru sangat menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing individu atau kelompok tersebut, namun di dalamnya diikat dan disatukan dalam kerangka kebersamaan untuk kepentingan yang sama. Toleransi
70
adalah penghormatan, penerimaan dan penghargaan tentang keragaman yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia. Hal itu dipelihara oleh pengetahuan, keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Toleransi adalah harmoni dalam perbedaan (UNESCO APNIEVE, dalam Endang, 2013: 92)
J. Tindakan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama Tindakan intoleransi dalam kehidupan beragama sering menimbulkan teror di masyarakat. Terorisme secara klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan untuk menciptakan rasa takut dalam masyarakat (Hakim, 2004). Dengan berdalih pada agama seseorang atau sekelompok orang melakukan kekerasan terhadap orang lain sehingga orang lain atau kelompok merasa takut atau terancam hidupnya. Tindakan intoleransi sering mengarah pada radikalisme. Alwi, et. al., (2002: 919) mengartikan radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Paham ini menganggap apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran yang harus disebarluaskan kepada masyarakat agar terjadi perubahan dalam masyarakat sesuai dengan keyakinan yang dianut. Cara yang dilakukan dengan memaksakan kehendak kepada orang lain atau menimbulkan kekerasan dan teror menimbulkan konflik sosial.
71
K.
Has
il-H
asil
Pene
litia
n R
adik
alis
me
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
A
SETA
RA
Inst
itute
for D
emoc
racy
and
Pea
ce (S
IDP)
:Lap
oran
Sur
vey
Tole
rans
i Sis
wa
SMA
Neg
eri d
i Jak
arta
& B
andu
ng R
aya,
201
6 da
n 20
15.
Peny
impa
ngan
tem
uan
2016
: 5,
8% si
swa
men
duku
ng m
engg
anti
Panc
asila
seba
gai d
asar
Neg
ara
(hal
21
) 3,
9% si
swa
men
gang
gap
kelo
mpo
k la
in k
afir
dan
sesa
t 6,
8% si
swa
men
ggun
akan
kek
eras
an d
alam
mem
perju
angk
an k
eyak
inan
4,
6% si
swa
mel
aran
g pe
ndiri
an ru
mah
ibad
ah
30,8
%si
swa
setu
ju K
etua
Kel
as/O
SIS
har
us sa
tu a
gam
a (h
al 2
2)
38,0
% m
emili
h B
upat
i/Wal
ikot
a/G
uber
nur y
ang
satu
seag
ama
11.3
% s
isw
a m
enga
ngga
p K
hila
fah
mer
upak
an s
iste
m p
emer
inta
han
yang
pa
ling
baik
unt
uk d
itera
pkan
di I
ndon
esia
saat
ini (
hal 2
4)
5 re
spon
den
(0.7
%) s
etuj
u de
ngan
ger
akan
ISIS
Pe
nyim
pang
an T
emua
n 20
15:
8,5%
(58
resp
onde
n) m
enya
taka
n se
tuju
jika
Pan
casi
la se
baga
i das
ar
71lte
rn d
igan
ti de
ngan
aga
ma
terte
ntu
7,2%
resp
onde
n y
ang
setu
ju d
enga
n ge
raka
n IS
IS
31,8
% r
espo
nden
men
yata
kan
mat
eri p
elaj
aran
aga
ma
tidak
men
duku
ng
pem
aham
an k
ebhi
neka
an
Peny
ebab
: Po
la p
enan
aman
ide-
ide
into
lera
nsi
mel
alui
gur
u, k
urik
ulum
, dan
pe
rjum
paan
den
gan
alum
ni m
elal
ui
sist
em m
ento
ring
keag
amaa
n de
ngan
m
embi
mbi
ng p
elaj
ar m
enga
ji, d
iser
tai
dial
og-d
ialo
g be
rtem
a ke
agam
aan.
M
ento
ring
dige
lar a
tas a
lasa
n ku
rang
nya
jam
pel
ajar
an a
gam
a ya
ng
hany
a du
a ja
m d
alam
sem
ingg
u. D
ari
kegi
atan
itul
ah p
enye
bara
n 71
ltern
at
terte
ntu
dim
ulai
. (ha
l 2)
Gur
u PK
n tid
ak m
ampu
men
jadi
kan
PKn
seba
gai s
aran
a ef
ektif
m
empe
rkua
t tol
eran
si.
Buk
u-bu
ku p
elaj
aran
juga
dite
ngar
ai
men
yeba
rkan
pah
am in
tole
rans
i.Buk
u pe
laja
ran
SMA
di B
andu
ng, s
alah
sa
tu b
abny
a m
enam
pilk
an m
ater
i
72
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
“keb
angk
itan
praj
urit
Isla
m”.
Sal
ah
satu
kut
ipan
kal
imat
di b
uku
itu
mis
alny
a, “
sem
ua o
rang
yan
g m
enye
mba
h Tu
han
sela
in A
llah
adal
ah k
afir
dan
pant
as d
ibun
uh.
(Arz
ita, 2
016;
pen
yeba
b: h
asil
studi
ta
hun
2015
).
B
Surv
ei W
ahid
Fou
ndat
ion:
“Po
tens
i Int
oler
ansi
dan
Radi
kalis
me
Sosia
l K
eaga
maa
n di
Kal
anga
n M
uslim
Indo
nesia
”, 2
016.
Peny
impa
ngan
: R
espo
nden
ada
lah
umat
Isla
m b
erus
ia d
i ata
s 17
tahu
n at
au su
dah
men
ikah
, men
emuk
an:
59,9
% m
emili
ki k
elom
pok
yang
dib
enci
, yak
ni m
erek
a ya
ng b
erla
tar
bela
kang
aga
ma
non
mus
lim, k
elom
pok
tion
ghoa
, kom
unis
, dan
se
lain
nya.
D
ari j
umla
h 59
,9 p
erse
n itu
, seb
anya
k 92
,2 p
erse
n ta
k se
tuju
bila
ang
gota
ke
lom
pok
yang
mer
eka
benc
i men
jadi
pej
abat
pem
erin
tah
di In
done
sia.
7,
7 %
ber
sedi
a m
elak
ukan
tind
akan
radi
kal b
ila a
da k
esem
pata
n da
n se
bany
ak 0
,4 p
erse
n ju
stru
per
nah
mel
akuk
an ti
ndak
an ra
dika
l. Pr
aktik
bai
k/ P
ositi
p:
Segi
pos
itip:
82,
3 pe
rsen
men
yata
kan
duku
ngan
nya
kepa
da P
anca
sila
dan
UU
D 1
945.
C
Maa
rif In
stitu
te, 2
017.
Pen
eliti
an P
engu
atan
Inst
itusi
Sek
olah
Mel
alui
73
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Keb
ijaka
n In
tern
al S
ekol
ah y
ang
Men
goko
hkan
Keb
inek
aan:
Kot
a B
anda
A
ceh,
Kab
upat
en L
ebak
, Kab
upat
en C
ianj
ur, K
abup
aten
Suk
abum
i, K
ota
Sura
karta
, Kot
a M
atar
am, d
an K
ota
Mak
assa
r.
Tem
uan:
Pr
oduk
keb
ijaka
n di
ting
kat p
usat
mau
pun
daer
ah d
an se
kola
h, ti
dak
ada
yang
seca
ra sp
esifi
k be
rkai
tan
deng
an p
engu
atan
ata
u pe
lem
ahan
ke
bine
kaan
. Ken
dati
dem
ikia
n, te
rdap
at a
nasi
r-an
asir
yan
g m
engu
atka
n/
mem
perle
mah
Keb
inek
aan,
term
uat d
alam
: Pe
ratu
ran/
keb
ijaka
n se
kola
h te
ntan
g (1
) Pel
atih
an P
enge
mba
ngan
K
etak
waa
n da
n K
eim
anan
Mel
alui
Pen
didi
kan
Din
iyah
dan
(2) R
egul
asi
Tent
ang
Pem
isah
an K
elas
Lak
i-lak
i dan
Per
empu
an d
i Sek
olah
Men
enga
h di
Kot
a B
anda
Ace
h ya
ng b
eras
al d
ari P
emer
inta
h K
ota
dan
Din
as
Pend
idik
an K
ota
Ban
da A
ceh.
(3) W
ajib
Bel
ajar
Bac
a Tu
lis Q
ur’a
n di
K
ab. P
ande
glan
g ya
ng b
eras
al d
ari P
emka
b. (4
) Ger
akan
Pem
bang
unan
M
asya
raka
t Ber
akhl
akul
Kar
imah
(Pem
kab
Cia
njur
) dan
(5) J
abar
M
engh
apal
(Pem
prov
Jaw
a B
arat
). (6
) Inb
up te
ntan
g G
erak
an S
hola
t Su
buh
Ber
jam
aah
di M
esjid
dan
(7) P
erbu
p te
ntan
g Pe
ngel
olaa
n In
fak,
Se
deka
h da
n D
ana
Sosi
al K
eaga
maa
n La
inny
a B
erba
sis M
asya
raka
t ser
ta
(8) P
erbu
p te
ntan
g 10
Keb
iasa
an A
khla
k M
ulia
(Kab
. Suk
abum
i), (
9)
Libu
r Fak
ulta
tif u
ntuk
Sis
wa
Ber
agam
a H
indu
(Kot
a M
atar
am),
(10)
Se
kola
h m
ener
ima
sisw
a ya
ng b
eras
al d
ari s
uku,
aga
ma,
ras d
an b
uday
a ap
apun
kec
uali
SMA
N 1
0 K
ota
Band
a A
ceh
yang
han
ya m
ener
ima
sisw
a m
uslim
; (11
) Pem
berla
kuan
Imta
q di
SM
AN
1 C
ibad
ak K
ab. S
ukab
umi
Perm
asal
ahan
: Te
rdap
at In
dika
si p
rose
s pen
yeba
ran
paha
m y
ang
berte
ntan
gan
deng
an
Panc
asila
dan
NK
RI d
i sek
olah
: Se
kola
h ce
nder
ung
abai
den
gan
mot
if di
balik
akt
ivita
s alu
mni
, sep
erti
peny
ebar
an p
emah
aman
kea
gam
aan
dan
73lte
rnat
yan
g be
rtent
anga
n de
ngan
Pan
casi
la d
an N
KR
I sep
erti
ide
pem
bent
ukan
khi
lafa
h, se
rta
men
jadi
kan
sisw
a se
baga
i bas
is
duku
ngan
bag
i org
anis
asi-o
rgan
isasi
ke
mas
yara
kata
n.
Pola
pen
etra
si d
i sek
olah
mel
alui
pe
rtem
uan-
perte
mua
n te
rbat
as (l
iqa)
de
ngan
men
ggun
akan
mod
ul,
men
torin
g da
n ba
han-
baha
n ba
caan
be
rupa
buk
u te
rjem
ahan
dan
73l
tern
at
yang
ber
isi p
anda
ngan
ant
i-ke
bine
kaan
yan
g di
terb
itkan
ole
h
74
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
yang
men
yeba
bkan
Upa
cara
Ben
dera
dis
elen
ggar
akan
dua
min
ggu
seka
li;
Sela
in it
u, d
item
ukan
Keb
iasa
an b
erup
a: (1
) Tra
nsm
isi P
enge
taua
n m
elal
ui P
embe
laja
ran;
(2) S
DM
Gur
u ya
ng M
enga
mpu
Mat
a Pe
laja
ran
PKn,
Sej
arah
dan
PA
I; (3
) Upa
cara
Ben
dera
; (4)
Pel
aksa
naan
Imta
q (I
iman
da
n Ta
qwa)
; (5)
Uru
nan
War
ga S
ekol
ah B
agi S
isw
a K
uran
g M
ampu
dan
Te
rken
a M
usib
ah; (
6) B
easi
swa
Bag
i Sis
wa
yang
Kur
ang
Mam
pu; (
7)
Bea
sisw
a B
agi S
iwa
yang
Ber
pres
tasi
Sec
ara
Aka
dem
ik d
an N
on-
Aka
dem
ik T
anpa
Mem
anda
ng S
AR
A; (
8) A
kses
terh
adap
Fas
ilita
s Tem
pat
Ibad
ah k
enda
ti B
elum
Mer
ata;
(9) A
kses
terh
adap
Pem
bina
(Pem
ater
i) K
eaga
maa
n ke
ndat
i Bel
um M
erat
a; (1
0) D
ukun
gan
Pela
ksan
aan
Keg
iata
n-K
egia
tan
Kea
gam
aan;
(11)
Duk
unga
n K
egia
tan
Ekst
raku
rikul
er B
erba
sis
Kea
gam
aan;
(12)
Pen
gatu
ran
Sera
gam
Sek
olah
; (13
) Per
an O
SIS
dan
Org
anis
asi E
kstra
kurik
uler
. Kes
epak
atan
Ber
sam
a be
rupa
Pen
dafta
ran
Sisw
a A
liran
Kep
erca
yaan
men
jadi
Isla
m u
ntuk
kep
erlu
an d
atab
ase
seko
lah
kare
na ti
dak
ters
edia
kol
om S
unda
Wiw
itan.
piha
k te
rtent
u.
Pola
lain
ada
lah
pene
trasi
ideo
logi
s ol
eh o
rgan
isas
i mas
sa b
erta
raf
trans
nasi
onal
yan
g m
emai
nkan
per
an
yang
cuk
up si
gnifi
kan
bagi
pro
ses
yang
terja
di d
i sek
olah
; ant
ara
lain
: m
elak
ukan
men
torin
g da
n pe
ndam
ping
an k
egia
tan
ekst
raku
rikul
er se
rta p
enet
rasi
te
rhad
ap p
ara
tena
ga p
enga
jar
seko
lah.
Po
la te
rseb
ut m
enja
di la
zim
dila
kuka
n se
baga
i upa
ya m
empe
rkua
t pen
etra
si
ideo
logi
s yan
g pa
da d
asar
nya
berte
ntan
gan
dan
cend
erun
g m
erun
tuhk
an se
ndi-s
endi
keb
angs
aan
yang
did
asar
kan
pada
Pan
casi
la d
an
Neg
ara
Kes
atua
n R
epub
lik In
done
sia.
D
Pu
slitj
ak D
ikbu
d (2
016)
: Kaj
ian
Pend
idik
an K
ebhi
neka
an P
ada
Satu
an
Pend
idik
an M
enen
gah
75
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Pe
nyim
pang
an:
8,2
% s
isw
a se
tuju
-san
gat s
etuj
u K
etua
OSI
S da
ri ag
ama
yang
sam
a 6,
8% si
swa
mer
asa
men
gang
gap
seba
ikny
a K
etua
OSI
S da
ri Et
nis y
ang
sam
a.
Prak
tik b
aik
Pend
idik
an K
ebhi
neka
an:
Keb
ijaka
n Se
kola
h Pe
mba
uran
ant
ar si
swa
yang
bhi
neka
M
embe
rikan
ruan
g/w
adah
akt
ualis
asi b
uday
a-ag
ama
Pem
bias
aan
penu
mbu
han
budi
peke
rti
Prog
ram
afir
mas
i lin
tas e
thni
s Pe
ran
Gur
u Pe
mbe
laja
ran
men
arik
Pe
mah
aman
keb
angs
aan
dan
aktu
alis
asi
Perm
asal
ahan
/ Ken
dala
Pen
erap
an
pend
idik
an k
ebhi
neka
an:
Sika
p w
arga
seko
lah:
mas
ih k
uat
prim
ordi
al k
elua
rga,
pem
aham
an
agam
a se
mpi
t (ek
sklu
sif),
sulit
m
eman
tau
kegi
atan
sisw
a di
luar
K
ebija
kan
seko
lah:
Kem
ampu
an
kogn
itif m
asih
prio
ritas
dan
K
eter
bata
san
sum
berd
aya
E Le
mba
ga K
ajia
n Is
lam
dan
Per
dam
aian
(LaK
IP, 2
011)
: Has
il Su
rvei
La
KIP
tent
ang
keke
rasa
n be
rmer
ek a
gam
a di
kal
anga
n pe
laja
r
Pe
nyim
pang
an:
Paha
m (I
deol
ogi)
Rad
ikal
is:
12,1
% si
swa
setu
ju o
rgan
isas
i rad
ikal
Peny
ebab
kek
eras
an b
erla
bel a
gam
a m
arak
ada
lah
kurik
ulum
dan
gur
u ag
ama
PAI.I
deol
ogi t
eror
ism
e
76
No
Kon
disi:
Prak
tek
Bai
k/ S
egi P
ositi
p d
an P
enyi
mpa
ngan
Pe
nyeb
ab/P
erm
asal
ahan
23,6
% g
uru
PAI
setu
ju o
rgan
isas
i rad
ikal
25
% si
swa
men
yata
kan
Panc
asila
tida
k re
leva
n 21
% g
uru
PAI m
enya
taka
n Pa
ncas
ila ti
dak
rele
van
Tind
akan
: 52
,3 %
sisw
a se
tuju
pen
grus
akan
dan
pen
yege
lan
rum
ah ib
adah
be
rmas
alah
. 40
,9 %
gur
u PA
I set
uju
peng
rusa
kan
dan
peny
egel
an ru
mah
ibad
ah y
ang
berm
asal
ah
berh
asil
men
yusu
p m
asuk
mel
alui
m
ata
pela
jara
n PA
I dan
gur
u-gu
ru
agam
a PA
I.
F W
ahid
Fou
ndat
ion
2016
: Lap
oran
Ris
et P
oten
si R
adik
alis
me
di K
alan
gan
Akt
ivis
Roh
ani I
slam
Sek
olah
-Sek
olah
Neg
eri
33%
resp
onde
n m
enga
rtika
n jih
ad se
baga
i ber
pera
ng d
an m
enga
nkat
se
njat
a m
elaw
an o
rang
kaf
ir.
78%
resp
onde
n m
endu
kung
ide
kekh
ilafa
han
17%
resp
onde
n se
tuju
bah
wa
oran
g m
urta
d di
bunu
h.
10%
resp
onde
n m
endu
kung
bom
Sar
inah
6%
resp
onde
n m
endu
kung
ISIS
G
Sa
iful M
ujan
i Res
earc
h C
onsu
lting
(SR
MC
) pad
a D
esem
ber 2
015
dan
2007
, men
emuk
an:
77
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
1.
4%
war
ga b
erus
ia 2
2-25
tahu
n da
n 5%
war
ga y
ang
mas
ih
seko
lah/
kulia
h y
ang
men
gena
l ISI
S m
enya
taka
n se
tuju
den
gan
apa
yang
di
perju
angk
an IS
IS (2
015)
. 2.
M
ayor
itas m
uslim
men
olak
ISIS
.Pen
olak
an te
rseb
ar m
erat
a di
se
mua
di
kate
gori
jend
er, d
esa-
kota
, um
ur, p
endi
dika
n, p
eker
jaan
, pe
ndap
atan
, wila
yah,
etn
is, d
an a
gam
a. D
i sem
ua k
elom
pok
itu, y
ang
men
yata
kan
ISIS
boi
eh d
idiri
kan
di In
done
sia,
pad
a um
umny
a h
anya
se
kita
r 0-2
% (2
015)
. 3.
9,
3% se
tuju
Neg
ara
diga
nti d
enga
n N
egar
a Is
lam
ata
u kh
ilafa
h (2
017)
. 4.
D
ari 6
6,4%
yan
g ta
hu IS
IS, 2
,7%
setu
ju/s
anga
t set
uju
perju
anga
n IS
IS (2
017)
H
Pusl
itjak
Dik
bud
(201
7): K
ajia
n R
adik
alis
me
di K
alan
gan
Pela
jar:
Stud
i C
epat
(Aw
al) d
i Kab
upat
en C
ilaca
p
B
erda
sark
an k
eter
anga
n in
form
an (K
etua
FK
UB
Cic
acap
):di b
eber
apa
SM
A d
an S
MP
Cila
cap
terd
apat
gur
u ya
ng m
enya
mpa
ikan
pah
am k
hiaf
ah
kepa
da p
ara
sisw
a 77
ltern
a si
kap
peno
laka
n te
rhad
ap d
asar
77l
tern
Pa
ncas
ila.
Ada
em
pat g
uru
di S
MPN
2 S
idar
eja
yang
sela
lu ti
dak
mau
men
giku
ti up
acar
a be
nder
a, h
orm
at b
ende
ra, m
emba
ca d
an m
enya
nyik
an P
anca
sila
Se
luru
hnya
terd
apat
em
pat g
uru
dan
satu
ket
ua k
omite
yan
g be
rpan
dang
an
dem
ikia
n. M
erek
a ad
alah
Sud
arti
(gur
u PK
n), B
ashi
r (gu
ru o
lahr
aga)
,
Bebe
rapa
gur
u di
Cila
cap
“de
kat”
de
ngan
org
anis
asi y
ang
men
gusu
ng
gaga
san
khila
fah,
HTI
(Ket
eran
gan
kepo
lisia
n)
Sam
pai s
aat i
ni ti
dak
ada
sem
acam
pe
dom
an y
ang
dapa
t dija
dika
n da
sar
piha
k ke
polis
ian
untu
k m
elak
ukan
pe
mbi
naan
di s
ekol
ah (d
isam
paik
an
78
No
Kon
disi:
Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Sura
tno
(gur
u ba
hasa
Indo
nesi
a-sa
at in
i sud
ah p
ensi
un),
Tauf
ik (g
uru
Mat
emat
ika)
dan
Suk
anto
(Ket
ua K
omite
200
1-20
14).
Beb
erap
a da
ri na
ma
itu (B
ashi
r, Su
ratn
o, d
an S
ukan
to) b
ahka
n te
lah
mas
uk d
alam
cat
atan
ap
arat
pen
egak
huk
um k
aren
a m
erek
a m
enje
nguk
Ust
. Abu
Bak
ar B
aasy
ir di
LP.
Nus
a K
amba
ngan
. Hal
ini d
iket
ahui
Pak
Ben
i dar
i Dan
ram
il ke
cam
atan
Sid
arej
a (K
asus
201
3, su
dah
dila
kuka
n pe
mbi
naan
) Te
rdap
at ti
ga g
uru
di S
MPN
1 si
dare
ja y
ang
bera
filia
si d
enga
n LD
II
(Lem
baga
Dak
wah
Isla
m In
done
sia).
Ket
igan
ya a
dala
h H
. Sug
iyan
to (g
uru
Bhs
. Ind
ones
ia),
Suya
mto
(gur
u B
ahas
a In
done
sia)
, dan
Jasw
an (g
uru
Mat
emat
ika)
. Mer
eka
yang
terg
abun
g da
lam
LD
II in
i men
gang
gap
umat
is
lam
lain
seba
gai k
afir
sehi
ngga
tida
k m
au b
erib
adah
ber
sam
a de
ngan
or
ang
di lu
ar k
elom
pok
mer
eka.
Te
rdap
at se
oran
g ka
ryaw
an T
U S
MA
N 1
Cila
cap
yang
serin
gkal
i m
enya
mpa
ikan
gag
asan
tent
ang
khila
fah
saat
men
jadi
Kha
tib sh
alat
Ju
m’a
t di S
ekol
ah.T
idak
seca
ra sp
esifi
k m
enen
tang
das
ar N
egar
a Pa
ncas
ila
(pen
jela
san
alum
ni S
MA
N 1
Cila
cap)
oleh
Kan
it B
imbi
ngan
Mas
yara
kat,
Pols
ek S
idar
eja)
. Pa
ra g
uru
jara
ng m
enda
mpi
ngi s
isw
a pa
da Ju
mat
an d
an k
egia
tan
Roi
s di
seko
lah
79
L.
Rad
ikal
ism
e da
n Pe
laja
r: F
enom
ena
Di B
eber
apa
Neg
ara
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
1 A
ustr
alia
1.
20
0 w
arga
A
ustra
li a
yang
be
rnia
t m
elak
ukan
per
jala
nan
ke
Tim
ur
Teng
ah
term
asuk
Su
riah
mer
eka
berg
abun
g de
ngan
IS
IS,
mer
eka
tela
h di
cega
t pol
isi A
ustra
lia (
IRN
A
dala
m A
gus S
B,
2016
).
2.
Men
teri
Imig
rasi
Pet
er D
utto
n ha
ri R
abu
(25/
3/20
15)
men
jela
skan
seor
ang
rem
aja
17
tahu
n di
cega
t pa
da 1
2 M
aret
20
15
di
term
inal
ke
bera
ngka
tan
inte
rnas
iona
l ka
rena
aka
n be
rgab
ung
deng
an
ISIS
. (A
gus S
B,
2016
:123
)
1. M
ente
ri
Imig
rasi
A
ustra
lia
men
ginf
orm
asik
an
bahw
a ba
nyak
di
anta
ra
para
pe
mud
a in
i m
emut
uska
n un
tuk
perg
i ke
Ir
ak
dan
Suria
h se
tela
h m
enga
kses
jej
arin
g so
sial
dan
in
tern
et (
IRIB
Rad
io, 2
5 M
aret
20
15) (
Agu
s SB
, 20
16:1
23).
2.
Ana
k m
uda
ini
tanp
a se
peng
atah
uan
oran
g tu
a m
erek
a m
engu
nduh
da
n m
ener
ima
bera
gam
in
form
asi
med
ia
sosi
al
dan
rinte
rnet
. K
elom
pok
mem
atik
an in
i (IS
IS)
berh
asil
men
jang
kau
piki
ran
anak
m
uda
Aus
tralia
m
elal
ui
laya
r ko
mpu
ter,
men
cuci
ota
k m
erek
a da
n in
i m
enyu
litka
n ne
gara
-neg
ara
Bar
at
saat
in
i (R
adio
A
ustra
lia,
25
Mar
et
Rek
omen
dasi
A
gus
Sury
a B
akti,
20
16:
1.
Pent
ingn
ya P
engu
atan
Reg
ulas
i
Pena
nggu
lang
an
tinda
kan
dan
aksi
te
roris
me
haru
s pu
la m
enye
ntuh
up
aya
pena
nggu
lang
an
da
n pe
nceg
ahan
se
jak
pra-
aksi
. D
alam
ko
ntek
s pe
nceg
ahan
te
rotis
me
di d
unia
may
a, a
spek
re
gula
si m
enja
di s
anga
t pe
ntin
g un
tuk
diku
atka
n.
Pem
erin
tah
haru
s se
gera
m
emik
irkan
m
asiv
itas
dan
dam
pak
yang
tim
bul
dari
tero
rism
e di
du
nia
may
a ya
ng
lam
bat
laun
te
lah
men
goto
ri ru
ang
berm
ain
dan
sara
nan
peng
etah
uan
anak
-ana
k m
uda
kita
mel
alui
med
ia in
tern
et.
2.
Sine
rgita
s N
egar
a de
ngan
80
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
2015
) (A
gus S
B,
2016
:124
) M
asya
raka
t
Pera
n se
luru
h ko
mpo
nen
mas
yara
kat
dari
unit
palin
g k e
cil
kelu
arga
, to
koh
agam
a, g
uru,
dos
en,
insa
n m
edia
, da
n la
inny
a m
erup
akan
m
itra
stra
tegi
s ya
ng sa
ngat
efe
ktif
dala
m
mem
bend
ung
peng
aruh
ra
dika
lism
e di
dun
ia m
aya.
2 A
mer
ika
Seri
kat
FBI m
enca
tat a
dany
a ka
sus p
elaj
ar
anta
ra 1
3-18
tah
un y
ang
mas
uk
dala
m ja
ringa
n ke
lom
pok
ektri
m.
Peny
ebar
an
paha
m
radi
kal
di
kala
ngan
pel
ajar
dia
tara
nya
terja
di
mel
alui
kom
unik
asi
onlin
e de
ngan
ke
lom
pok-
kelo
mpo
k ra
dika
l.
a.M
embe
ntuk
Ti
m
Pena
ngan
anA
ncam
an d
an P
rose
dur i
nter
vens
iun
tuk
sisw
a ya
ng d
idug
a te
rpap
arpa
ham
radi
kal.
b.Pe
latih
an
bagi
gu
ru
dan
kary
awan
seko
lah
c.Se
kola
h di
waj
ibka
n m
enja
linke
rjasa
ma
deng
an
para
pi
hak
(pra
ktis
i kes
ehat
an m
enta
l, ap
arat
huku
m, p
elay
an s
osia
l, dl
l) un
tuk
men
gank
al
peny
ebar
an
paha
mra
dika
l.
81
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
3 M
yanm
ar
Feno
men
a an
ti-m
uslim
ole
h bi
ksu-
biks
u B
udha
dal
am g
erak
an 9
69.
Ger
akan
ini d
iduk
ung
oleh
se
bagi
an a
para
t pem
erin
tah.
O
torit
as p
emer
inta
h m
emba
tasi
aks
es
etni
s Roh
ingy
a un
tuk
men
dapa
tkan
pe
ndid
ikan
di t
ingk
at u
nive
rsita
s de
ngan
ala
san
untu
k m
ence
gah
terja
diny
a ke
kera
san.
4 K
anad
a a.
G
uru-
guru
di s
ekol
ah Is
lam
sw
asta
men
yeba
rkan
ideo
logi
m
uslim
eks
trim
kep
ada
para
sisw
a (R
ahee
l Rez
a, 2
013)
b.
Rek
rutm
en k
elom
pok
ekst
rim
juga
terja
di d
i Uni
vers
itas m
elal
ui
aktiv
itas-
aktiv
itas i
nfor
mal
.
5 B
angl
ades
h a.
Le
bih
dari
50 k
elom
pok
ekst
rim
dan
10 p
arta
i pol
itik
berb
asis
ag
ama
mem
iliki
org
anis
asi s
ayap
di
ting
kat p
elaj
ar.
b.
Perk
emba
ngan
jum
lah
mad
rasa
h sw
asta
tak
berij
in d
iteng
arai
m
enja
di sa
lah
satu
jalu
r pe
nyeb
aran
pah
am ra
dika
l.
M
elal
ui te
laah
ata
s buk
u-bu
ku te
ks
yang
dig
unak
an d
i sek
olah
, Pe
mer
inta
h ce
nder
ung
men
ghin
dari
tem
a-te
ma
kont
rove
rsia
l ter
mas
uk
dian
tara
isu
radi
kalis
me
ini.
82
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
6 K
orea
Se
lata
n Se
oran
g re
maj
a K
orea
Sel
atan
yan
g hi
lag
di T
urki
men
yata
kan
ingi
n be
rgab
ung
deng
an IS
IS. K
eing
inan
re
maj
a be
rusi
a 18
tahu
n in
i di
lont
arka
n m
elal
ui a
kun
Twitt
er
atas
nam
a Su
nni M
ujah
idee
n m
ilikn
ya. R
emaj
a ya
ng
diid
entif
ikas
i den
gan
nam
a ke
luar
ga
Kim
ini d
iper
kira
kan
tela
h m
enye
bera
ng k
e Su
riah
Seor
ang
polis
i sen
ior C
hung
Jae-
Il,
di S
eoul
sepe
rti y
ang
diku
tip
Cha
nnel
New
s Asi
a, R
abu
(21/
1)
men
gata
kan
bahw
a K
im
men
ulis
kan
sera
ngka
ian
pesa
n di
ak
un T
witt
er m
iliki
nya
untu
k m
emin
ta in
form
asi m
enge
nai c
ara
berg
abun
g de
ngan
ISIS
(Agu
s SB
, 20
16:1
24).
83
M.
Ker
angk
a A
nalis
is
84
Guna mewujudkan kesepakatan para pendiri bangsa untuk membangun bangsa dan Negara Indonesia berdasarkan serta berjiwa Pancasila, UUD 1945 dalam bingkai kebhinekaan dan naungan NKRI telah ditetapkan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan. Kendati pemerintah telah berupaya untuk melaksanakan amanat tersebut, antara lain melalui penguatan pendidikan karakter, namun ditemukan gejala tumbuhnya paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah yang memprihatinkan.
Gejala tersebut perlu dikaji secara seksama, untuk memperoleh data/informasi yang memberikan jawaban permasalahan tentang 1) Bagaimana kondisi sebenarnya radikalisme pelajar saat ini?, 2) ) Bagaimana Upaya sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mewujudkan siswa (WNI) yang Pancasilais, taat UUD45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika, dan 3) Mengapa/Faktor apa yang terkait dengan terjadinya paham dan tindakan Radikalisme di kalangan Pelajar?
Data/Informasi tersebut dianalisis untuk memperoleh bahan rekomendasi Kebijakan tentang strategi guna mencegah dan menanggulangi paham serta tindakan radikalisme dan langkah memperkuat nilai Karakter religious dan nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar. Rekomendasi kebijakan ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan perwujudan amanat peraturan perundang-undangan dan kebijakan dalam membangun bangsa dan Negara Indonesia berjiwa Pancasila, UUD 1945 dalam bingkai Bineka Tunggal Ika.
85
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Studi tentang radikalisme dalam penelitian ini mengguna-kan pendekatan kualitatif yang dianalisis secara deskriptif tetang kondisi nyata yang ada dilapangan, potensi, masalah dengan dukungan data empiris.
B. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di empat lokasi, yakni: di Kabupaten Cilacap, Kota Bogor (Jabar), dan KotaYogyakarta (DIY) dan Kota Malang (Jatim). Kabupaten Cilacap dipilih sebagai sasaran survey cepat/awal karena berdasarkan berita dalam Tribun jateng.com (4/4/2017) yang berjudul “Geger Pelajar di Sekolah-Sekolah Negeri di Cilacap Dicekoki paham radikalisme”. Diberitakan, ajaran radikalisme ingin mengganti Pancasila telah menyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP di Kabupaten Cilacap.
Kotamadya Bogor dipilih karena termasuk kota/kabupten dengan indeks toleransi yang paling rendah di Indonesia (SETARA Institute, 2016). Bahkan diinformasikan lewat media, telah terjadi acara pembaiatan di kalangan ratusan mahasiswa untuk paham tertentu yang ingin mendidikan Negara lain yang menyimpang dari kesepakatan nasional sebagai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kotamadya Yogyakarta dipilih karena ditengarai menjadi salah satu pusat penyebaran paham radikalisme dan sebagai kota pelajar dari multi etnis. Kotamadya Malang merupa-
86
kan “kota pelajar” baru yang tidak masuk dalam kota intoleransi.
C. Teknik Pengumpulan Data Di Kabupaten Cilacap dilakukan studi cepat dalam waktu dua hari efektif. Ini dilakukan untuk segera menjawab pertanyaan pengambil kebijakan tentang:Apakah benar ajaran radikalisme yang ingin mengganti Pancasila telah menyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP di Kabupaten Cilacap?
Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan Ketua dan Sekretaris Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Cilacap, Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Cilacap, Kepala Sekolah dan guru agama dan PKn SMA, SMK dan SMP, beberapa alumni siswa Siswa SMK, dan personil Poisi Sektor (Polsek). Observasi dilakukan untuk melihat situasi sekolah, lingkungan sekitar sekolah, termasuk memantau kejadian di sekitar Polsek yang berpotensi terjadi konflik antar ormas yang berbeda paham.
Pengumpulan data di dua lokasi lainnya (Kota Yogyakarta dan Bogor) dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT), wawancara dan kuesioner.
DKT di Kota Surakarta dan Kota Bogor dilaksanakan bersama tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari unsur Dinas Pendidikan (2 orang), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) (2 orang), Kandep Agama (1 orang) dan pengawas sekolah (2 orang). Kelompok kedua terdiri dari kepala sekolah SMAN (4 orang). Sementara itu, kelompok ketiga terdiri dari guru/ pengurus MGMP PKn (2 orang) dan guru/ pengurus MGMP Pendidikan Agama Islam (2 orang). Pada masing-masing kelompok, diskusi berupaya memperdalam informasi mengenai kondisi
87
penyebaran paham radikal di wilayah kerja masing-masing, penyebab-penyebab atas kondisi tersebut, serta upaya-upaya yang telah maupun dapat dilakukan (kebijakan, program, dll) untuk mencegah dan mengatasi penyebaran paham radikal di lingkungan sekolah.
Rincian jumlah peserta diskusi kelompok terpumpun (DKT) di setiap kab/kota sampel sebagai berikut berikut: Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Peserta DKT per Kab/Kota (selain
Kabupaten Cilacap)
No Peserta DKT Jumlah(0rang)
1 Dinas Pendidikan Provinsi/ UPT Balai Dikmen Setempat
2
2
1
2
4
2 Ketua FKUB Kab/Kota
3 Kandepag Kab/Kota
4 Pengawas Sekolah SMA
5 Kepala Sekolah SMAN
6 Komite sekolah SMAN 2
7 Guru Ketua/Pengurus MGMP PKn SMA Kab/Kota
2
8 Guru Ketua/Pengurus MGMP Agama Islam SMA Kab/Kota SMA
2
TOTAL 17
Kuesioner digunakan untuk menjaring informasi dari siswa mengenai: 1) ideologi dan dasar negara yakni: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI; 2) gagasan/ paham dan tindakan “radikal” yang bertentangan dengan ideology dan dasar tersebut, dan, 3) alasan mengapa memiliki paham dan tindakan tersebut.
88
Penyebaran kuesioner untuk siswa dan guru dilakukan secara online dengan bantuan aplikasi survey monkey. Pengantar tentang tujuan survey dan daftar pertanyaan diinput dalam aplikasi survey monkey yang terkoneksi dengan siswa pemilik HP. Oleh sebab itu, sasaran siswa yang terlibat dalam survey monkey ini adalah siswa sekolah-sekolah yang mengikuti DKT, yakni 4 (empat) SMA di setiap Kabupaten/Kota sampel. Di setiap SMA masing-masing ditentukan 40 siswa yang dipilih secara acak, sehingga setiap kota/kab terdapat minimal 160 siswa sampel. Pengisian kuesioner siswa dibimbing langsung oleh petugas/peneliti dari Puslitjak Dikbud. Tujuannya agar pengisian kuesioner dilakukan secara benar dan menjamin waktu dan proses penyelesaian pengisian kuesioner secara tepat.
Untuk memperdalam data, akan dilakukan pula wawancara kepada beberapa siswa. Wawancara terutama dilakukan kepada siswa yang (berdasar hasil kuesioner) terpapar paham radikal. Melalui wawancara diharapkan diperoleh informasi lebih mendalam mengenai sejauh mana siswa terpapar paham radikal maupun kanal-kanal penyebaran paham radikal di sekolah. Wawancara juga akan dilakukan kepada beberapa alumni untuk menggali informasi mengenai penyebaran paham radikal di sekolah.
D. Analisis Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif didukung dengan data kuantitatif yang diarahkan untuk menjawab tujuan penelitian dan memperoleh bahan untuk menyusun rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat Karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tungal Ika di kalangan pelajar.
89
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
Dalam bab ini diuraikan temuan hasil kajian yang mencakup temuan indikasi paham radikalisme dikalangan pelajar di Kabupaten Cilacap, Kota Bogor (Jabar), dan Kota Yogyakarta (DIY)dan Kota Malang (Jatim). Selanjutnya, memadukan dengan hasil temuan radikalisme dari studi terdahulu serta indikasi terjadinya radikalisme di negara lain. Uraian difokuskan untuk menjawab pertanyaan tentang: bagaimanakah kondisi radikalisme di sekolah, mengapa radikalisme terjadi di sekolah dan upaya pencegahan yang dilakukan berbagai pihak dalam mencegah radikalisme di sekolah. Kendati demikian, pada kasus di kabupaten Cilacap akan diuraikan tersendiri, mengingat tujuan awalnya ialah untuk memastikan di daerah tersebut telah terjadi “pencekoan” paham radikalisme.
A. Profil RespondenHasil analisis kajian radikalisme dalam pendidikan ini didasarkan pada informasi dari 626 siswa dari 12 SMAN yang berhasil dikumpulkan melalui survey monkey di tiga kota, masing-masing 4 (empat) SMAN di kota Malang: 197 siswa, kota Bogor: 238 siswa dan kota Yogyakarta sebanyak 191 siswa. Informasi tentang kondisi radikalisme ini diperkuat dengan hasil Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dari tiga kota tersebut.
90
Grafik 4.1 Sebaran Responden di Tiga Kota Sampel
Dari hasil survei yang dilaksanakan pada tiga lokasi tersebut, dapat digambarkan profil responden secara agregat sebagai berikut:
1. Jenis kelamin
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada profilresponden siswa. jenis kelamin perempuan lebih banyak(59,53%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki(40,47%). Hasil ini mengindikasi bahwa respondensiswa perempuan lebih mendominasi dalam prosessurvei yang dilakukan, walaupun jenis kelaminperempuan ini tidak ditentukan oleh tim peneliti.
Grafik 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
91
Dari grafik terlihat bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak. Namun demikian, dominasi ini tidak terlalu timpang karena proporsi yang masih relatif berimbang. Jenis kelamin ini dianggap tidak mempengaruhi objektifitas penilaian dalam hasil analisis penelitian ini karena jenis kelamin bukanlah variabel yang dianggap mempengaruhi proses analisis.
2. Agama
Dari sisi ideologi, hasil survei menunjukkan bahwamayoritas responden beragama Islam. Aspek agama inipenting dianalisis, mengingat beberapa hasil survei yangdilakukan lembaga independen menemukan bahwa isuagama menjadi hal yang cukup mempengaruhitumbuhnya paham radikalisme dan intoleransi disekolah.
Grafik dibawah ini menggambarkan bahwa mayoritasresponden siswa beragama Islam.
Grafik 4.3 Profil Responden Berdasarkan Agama
92
3. Kelas
Rata-rata responden siswa merupakan siswa yangmenduduki kelas atas (XII). Pemilihan responden kelasatas terbanyak dianggap bahwa siswa telah memilikipemikiran dan daya nalar yang cukup baik. Selain itu,siswa pada tingkat akhir cenderung lebih matang dandianggap sudah siap memilih dan menentukan langkahhidup, apakah bekerja atau melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi.
Grafik 4.4 Profil Responden Berdasarkan Kelas
4. Status Sosial Orang TuaDari hasil survei dan DKT yang dilakukan, status sosialdan pendapatan orang tua yang baik bukan merupakanjaminan siswa terlepas dari gerakan radikalisme danintoleransi disekolah. Sama halnya dengan temuanWahid Foundation, bahwa pendapatan ekonomi yangbaik, maupun wilayah tempat tinggal siswa, tidak bisajadi jaminan mereka terlepas dari gerakan radikalismedan intoleransi. Dengan tingginya status ekonomi orang
93
tua, cenderung anak-anak mereka lebih gampang terpengaruh pada paham radikalisme dan intoleransi, karena mereka lebih mudah mendapatkan informasi-informasi mengenai ajaran-ajaran garis keras dari internet.
Hasil analisis studi menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa selain karyawan swasta yang mendominasi, juga status pegawai negeri (PNS) cukup banyak.
Grafik 4.5 Profil Responden Berdasarkan Status Sosial Orang Tua
B. Kondisi Radikalisme di SekolahTampaknya telah terdapat indikasi bahwa paham radikalisme telah masuk di lingkungan sekolah dengan beberapa tindakan seperti tidak ingin, atau bahkan menentang dan mengganti dasar ideologi dan dasar Negara Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika-intoleransi dan mengarah mengarah pada paham radikalisme. Kendati persentasenya rendah, indikasi yang mengarah pada paham radikalisme tersebut perlu diwaspadai dan diantisipasi.
94
1. Temuan Cilacap
Hasil studi cepat di Cilacap dilakukan dalam waktu duahari efektif untuk segera menjawab pertanyaanpengambil kebijakan tentang: Apakah benar ajaranradikalisme yang ingin mengganti Pancasila telahmenyebar di 14 SMA Negeri Unggulan dan dua SMP diKabupaten Cilacap? Berdasarkan hasil telaah cepat diCilacap tersebut, ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pada beberapa SMA dan SMP Cilacap terdapatguru yang menyampaikan paham khilafahkepada para siswa dan sikap penolakan terhadapdasar negara Pancasila, menjadi inspektur upacaradan hormat bendera (Berdasarkan keteranganinforman Ketua FKUB Cilacap)
b. Diketahui pernah ada empat guru di salah satuSMPN yang tidak mau mengikuti upacarabendera, hormat bendera, membaca danmenyanyikan Pancasila. Seluruhnya terdapat empatguru dan satu ketua komite yang berpandangandemikian.
c. Terdapat tiga guru (Bhs. Indonesia, BahasaIndonesia, Matematika) di salah satu SMPN yangberafiliasi dengan LDII (Lembaga Dakwah IslamIndonesia). Mereka menganggap umat islam lainsebagai kafir sehingga tidak mau beribadah bersamadengan orang di luar kelompok mereka.
d. Terdapat seorang karyawan TU di salah satu SMANyang seringkali menyampaikan gagasan tentangkhilafah saat menjadi Khatib shalat Jum’at di
95
Sekolah. Tidak secara spesifik menentang dasar Negara Pancasila.
e. Tidak ditemukan indikasi siswa menolak upacarabendera, hormat bendera, membaca dan menyanyi-kan Pancasila karena berbeda paham (keteranganalumni dan sekolah)
Kendati demikian, perlu diwaspadai karena ada sementara guru yang diketahui berafisiliasi pada ormas yang dianggap radikal dan pernah menolak upacara bendera/Pancasila dan diduga berusaha mengajarkan pahamnya di lingkungan sekolah. Hasil studi cepat di Cilacap ini secara lengkap disajikan pada lampiran dalam laporan ini.
2. Temuan di Kota Malang, Bogor, dan Yogyakarta
Kajian ini menggunakan beberapa pertanyaan kepadapara siswa untuk melihat respon siswa atas sebuahperistiwa dalam kehidupan keseharian mereka.Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan sebagaiindikator proxy guna melihat keterpaparan para siswaterhadap paham radikal. Secara umum dapat dikatakankondisi di ketiga kota yakni Yogyakarta, Kota Malangdan Kota Bogor sangat baik. Artinya, tingkatketerpaparan siswa terhadap paham radikal sangatrendah. Sebagian besar siswa di tiga kota tersebut tidakmemiliki paham dan melakukan tindakan yangmengarah pada radikalisme. Namun demikian, survei inijuga menghasilkan beberapa catatan yang perlumendapat perhatian antara lain beberapa siswamemandang bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaranagama, UUD 1945 tidak perlu ditaati, hormat benderatidak sesuai dengan ajaran agama, siswa setuju/sangatsetuju individu dan ormas boleh memperjuangkankeyakinan dengan kekerasan. Dalam kaitan dengan
96
toleransi ada sementara siswa yang memiliki kecenderungan untuk menolong dengan preferensi terhadap agama tertentu, seperti diuraikan sebagai berikut.
3. Pemahaman Terhadap Pancasila
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakankesepakatan politik ketika negara Indonesia didirikandan hingga sekarang di era globalisasi, Negara Indonesiatetap berpegang teguh kepada Pancasila sebagai dasarnegara. Sebagai dasar negara tentulah Pancasila harusmenjadi acuan negara dalam menghadapi tantanganglobal dunia yang terus berkembang.
Di era globalisasi ini peran Pancasila tentulah sangatpenting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadianbangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasibatasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masukdengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikandampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia, jikakita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yangtimbul dari dampak globalisasi. Tentunya globalisasi ituakan menjadi hal yang positif karena dapat menambahwawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dannegara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat memfilterdengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampakglobalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensikebudayaan Indonesia Dari faktor-faktor tersebutlahdibutuhkan peranan Pancasila sebagai dasar danpedoman negara dalam menghadapi tantangan globalyang terus meningkat diera globalisasi.
Namun demikian, survei ini menemukan bahwaterdapat18,9 persen responden yang menyatakan bahwa
97
Pancasila sebagai dasar negara perlu diperbaharui untuk menjawab tuntutan zaman.
Grafik 4.6 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila sesuai dengan Perkembangan Zaman
Hasil lain yang menjadi perhatian dalam survei ini adalah adanya 4,7 persen responden yang berpendapat bahwa Pancasila sudah tidak sesuai dengan ajaran agama.
Grafik 4.7 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila Tidak Sesuai dengan Agama (Agregat)
Dari hasil DKT dengan kepala sekolah dan guru PKn, diketahui bahwa alasan siswa menyatakan demikian adalah didasarkan pada siswa yang beragama
98
berpikiran bahwa Pancasila bukan berasal dari Tuhan dan ayat-ayat suci, tetapi Pancasila merupakan buatan manusia yang sifatnya bisa diubah. Dari ketiga kota yang disurvei, secara parsial, siswa di kota Malang memberikan pendapat setuju yang terbanyak tentang Pancasila tidak sesuai dengan ajaran agama.
Grafik 4.8 Pemahaman Responden Terhadap Pancasila Tidak Sesuai dengan Agama (parsial)
Faktor pergaulan atau komunitas sangat berdampak pada pemahaman siswa sehingga ada yang memahami doktrin bahwa Pancasila itu salah dan yang benar adalah khilafah. Kendati persentasenya kecil, namun perlu diwaspadai oleh karena pandangan ini dikemukakan oleh siswa di tiga kota, yakni kota Malang, Bogor dan kota Yogyakarta dengan proporsi yang hampir sama, sehingga jika tidak dilakukan upaya pembinaan tertentu bisa menyebar pada siswa yang lainnya. Permasalahannya, kepala sekolah dan guru sulit mendeteksi dan mengetahui siswa yang memiliki pandangan tersebut karena umumnya mereka seperti siswa yang lain tidak tampak ada tindakan siswa yang
99
menolak mengucapkan teks pancasila, misalnya, atau menentang prinsip dasar Negara pada saat pembelajaran PPKn. Pihak sekolah di Bogor dan Yogyakarta bahkan meyakini tidak ada siswa yang menentang ideologi Pancasila.
Namun demikian, berdasarkan hasil DKT dengan kepala sekolah, mereka berpendapat bahwa pihak sekolah selalu berupaya untuk mencegah tindakan atau pemahaman yang dianggap mengarah ke radikal melalui pendekatan terhadap siswa serta mencaritemukan sumber pemahaman siswa tersebut.
Sebagaimana kita pahami, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memiliki visi dan misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, melalui proses menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; dan memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru; memahami dan menerapkan pengetahuan faktual dan konseptual tentang kewarganegaraan; dan menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual kewarganegaraan dengan terampil.
4. Pemahaman Terhadap UUD 1945
Dalam pertanyaan survei yang diajukan ke siswa mengenai pendapat siswa bahwa UUD 1945 tidak sesuai tuntunan agama sehingga tidak perlu ditaati, terdapat 2,82 persen responden siswa yang menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa UUD 1945 tidak sesuai dengan tuntutan agama sehingga tidak perlu ditaati.
100
Grafik 4.9 Pemahaman Responden Terhadap UUD 1945
Hasil penelusuran melalui DKT, dikemukakan oleh guru PKn bahwa pendapat responden tersebut dikemukakan oleh siswa yang mendapat dan mengikuti ajaran-ajaran agama tertentu yang cukup fanatik, baik itu dari orang tua, masyarakat maupun yang diperoleh dari media-media internet. Seperti halnya dengan pendapat siswa terhadap Pancasila yang bukan merupakan buatan dari Tuhan, UUD 1945 pun mereka anggap hal sama. Mereka berpendapat bahwa yang perlu ditaati dalam hidup adalah kitab suci agama, karena kitab suci sebagai tuntunan hidup tidak seorang pun yang bisa merubah isinya. Sementara UUD 1945 bisa di amandemen, sehingga menurut mereka, isi UUD 1945 tersebut bukan tuntunan hidup dan tidak perlu ditaati.
5. Pemahaman Terhadap NKRI
Salah satu bentuk perwujudan tindakan setia padaNegara Kesatian Republik Indonesia adalahmenghormati simbol-simbol negara, antara lainpenghormatan kepada bendera merah putih danmenyanyikan lagu Indonesia raya. Dalam kaitannyadengan pemahaman siswa terhadap penghormatankepada bendera merah putih, hasil survei menemukanmasih adanya pemahaman sebagian siswa yang sangat
101
setuju dan setuju (4,54%) bahwa pengormatan kepada bendera merah putih tidak sesuai dengan ajaran agama.
Grafik 4.10 Pemahaman Siswa terhadap Bendera Merah Putih
Dalam DKT terungkap bahwa penyataan siswa tersebut berdasarkan pemahaman dan keyakinan mereka bahwa menghormati bendera merah putih adalah sama dengan menyekutukan Tuhan atau menyembah selain Tuhan sang pencipta. Mereka juga berpendapat bahwa dalam ajaran agama, yang patut dihormati itu adalah orang tua yang telah melahirkan mereka, bukan bendera.
Selain itu, banyak aliran-aliran tertentu yang berkembang dan bermacam-macam di Indonesia. Ada yang berusaha untuk mewujudkan Negara dengan Khilafah, Negara Islam. Agar terwujud itu semua maka aliran tersebut menentang sistem yang ada di Indonesia seperti demokrasi, pancasila, UUD 1945. Alasanya yang tidak setuju dengan demokrasi adalah karena demokrasi dari Barat bukan dari Islam maka sistem demokrasi tidak cocok jika diterapkan kepada orang Islam. Sehingga pemahaman tersebut juga menolak upacara bendera merah putih yang dilakukan pada tanggal 17 Agustus karena dianggapnya menyakini atau menyembah bendera.
102
Sesungguhnya kurikulum yanmg dikembangkan dalam pelajaran sejarah maupun Pendidikan Kewarganega-raan, tersirat bahwa penghormatan kepada bendera merah putih itu adalah bertujuan untuk menghormati pejuang-pejuang yang telah membela bangsa Indonesia dengan bertumpahkan darah sampai-sampai dengan menaruhkan nyawanya demi memerdekakan Indonesia dari penjajahan. Di Kabupaten Bogor, guru-guru PAI yang tergabung dalam forum MGMP PAI Kabupaten Bogor, melakukan strategi pembelajaran dengan memberikan contoh penghormatan kepada bendera melalui jalur cerita nabi yang juga sangat menghormati bendera. Itulah pentingnya untuk menghormati bendera merah putih bukan menyakini bendera merah putih.
Selain itu, hasil survei juga menemukan bahwa terdapat 8,59 persen siswa yang sangat setuju dan setuju bahwa mengheningkan cipta untuk memanjatkan doa bagi para arwah pejuang dan pahlawan bangsa bertentangan dengan ajaran agama.
Grafik 4.11 Pemahaman Siswa terhadap Mengheningkan Cipta untuk Para Pahlawan
Kesalahan yang menggangap bahwa menghormati bendera merah putih perlu untuk diluruskan karena
103
pemahaman seperti itu sangat membahayakan bagi keutuhan NKRI. Agama manapun yang diakui oleh Pemerintah Indonesia tidak pernah mengajarkan teorirsme dan radikalisme, dan tidak ada agama satu pun yang menganjurkan untuk menjadi terorisme dan radikalisme.
Dalam DKT disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat dua hal yang perlu diberikan pemahaman kepada para siswa dis ekolah. Pertama, terkait dengan konsep kebangsaan atau negara kebangsaan yang sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran agama. Kedua, tentu tentang pengertian siswa tentang “syirik”, yang berarti perbuatan menyekutukan Tuhan, sehingga dapat dipahami bahwa menghormat bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bukanlah bagian dari pengertian syirik sebagaimana yang dimaksudkan dalam ajaran agama.
6. Pemahaman Terhadap Bhineka Tunggal Ika
Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapisatu jua yang berasal dari buku atau kitab Sutasomakarangan Mpu Tantular. Secara mendalam BhinekaTunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesiaterdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat,bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuanyang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan denganbendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat padalambang negara Republik Indonesia yaitu BurungGaruda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasilamencengkram sebuah pita yang bertuliskan BhinnekaTunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan :Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
104
Sesungguhnya, makna kebhinekaan dalam pendidikan, terutama di sekilah diwujudkan dengan saling menghargai dan menghormati agama lain yang di akui oleh pemerintah.
Dalam kajian terori telah disebutkan bahwa keragaman beragama dalam segala segi kehidupan merupakan realitas yang tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat menunjukkan eksistensi dirinya dalam interaksi sosial yang harmonis. Namun, dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat menghilangkan kekayaan khazanah kehidupan yang sarat keragaman. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai toleransi beragama. Salah satu contoh, di SMA 2 Yogyakarta dalam kegiatan hari raya Qurban, semua siswa baik muslim maupun non muslim terlibat dalam pembagian daging kurban. Perlakuan sama terhadap setiap pemeluk agama siswa penting dilakukan agar tidak ada kecenderungan berat sebelah.
Startegi lain misalnya di SMAN 1 Yogyakarta, sekolah ini memiliki semacam Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Dari laporan hasil riset Litbang SMA, kegiatan rohis di SMA 1 Yogyakarta bisa menjadi model kegiatan rohis di SMA yang lain. Riset ini memantau langsung kegiatan rohis baik yang bersifat massal maupun kelompok kecil dan kegiatan selama beberapa minggu melalui berbagai program dan referensi yang digunakan.
Berkaitan dengan intoleransi di sekolah, misalnya pemilihan ketua Osis, survei ini juga menemukan bahwa
105
terdapat 10,17 persen siswa yang menyatakan bahwa ketua OSIS seharusnya dipilih dari kelompok agama mayoritas. Temuan ini juga senada dengan hasil temuan dari lembaga-lembaga survei independen lainnya. Namun demikian, banyak cara yang dilakukan oleh kepela sekolah maupun guru-guru untuk mengatasi hal tersebut. Misalnya di SMA Negeri 2 Yogyakarta, kepala sekolah melaksanakan antisipasi dengan menitipkan pesan kepada guru-guru agar guru mengajarkan pelajaran agama yang moderat. Kepada siswa ditanamkan untuk menjunjung tinggi multikultural dan dalam pemilihan osis tidak boleh membahas mengenai sara.
Grafik 4.12 Pemahaman Siswa terhadap Pemilihan Ketua OSIS
Ketika ditanyakan kepada siswa tentang apakah individu dan organisasi masyarakat dapat menggunakan cara-cara kekerasan untuk memperjuangkan keyakinannya? Hasil survei menunjukkan terdapat 4,4 persen siswa yang menyatakan bahwa Individu dan organisasi masyarakat dapat menggunakan cara-cara kekerasan untuk memperjuangkan keyakinannya.
106
Grafik 4.13 Pemahaman Siswa terhadap Tindakan Organisasi Masyarakat
Dalam Pancasila terutama sila ke-empat, Kerakyatan yang Dipimping oleh Hikmat, Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan sesungguhnya menamkan dan mengajarkan nilai-nilai demokrasi, musyawarah dan saling menghargai pendapat dalam pemilihan pimpinan organisasi maupun dalam melaksanakan keinginan (visi dan misi) organisasi tanpa adanya paksaan atau kekerasan.
Di Indonesia banyak sekali organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatas namakan agama, seringkali ormas tersebut melakukan tindakan-tindakan kekerasan mengatasnamakan agama seperti melakukan sweeping terhadap tempat-tempat maksiat serta banyaknya muncul Ormas yang berideologikan agama dan menginginkan Negara Indonesia menjadi negara agama.
Sesuangguhnya fenomena tersebut memang berten-tangan dengan Pancasila. karena disila ke dua dijelaskan bahwa "kemanusiaan yang adil dan beradab" yang berarti masyarakat Indonesia memilik keadilan yang sama dan beradab. fenomena tersebut bisa saja menjadi tidak bertentangan dengan Pancasila asalkan tidak melakukan kekerasan mengatas namakan agama dan
107
tidak menginginkan negara Indonesia sebagai negara agama karena Indonesia itu sudah memiliki sebuah semboyan penyatu bangsa yaitu Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda agama, budaya, dan suku tetapi tetap satu.
Pada kondisi ini, pihak sekolah-sekolah yang merupakan sekolah sampel survei, telah melakukan antisipasi dengan berbagai cara. Di SMA Negeri 1 Malang, misalnya, pihak sekolah telah melarang siswanya untuk mengunjungi kegiatan Book Fair yang diadakan oleh sebuah organisasi keagamaan. Hasil pengamatan kepala sekolah dan para ulama, menyatakan bahwa isi buku-buku yang dipamerkan dalam book fair tersebut sangat beraliran keras dan mengajak supaya anti-Pancasila serta anti hormat kepada bendera dan sehingga menurut kepala sekolah belum layak menjadi konsumsi pelajar.
a. Hasil Studi Terdahulu dan Negara Lain
Hasil Studi Terdahulu
Hasil survei radikaslisme di lingkungan sekolah dariberbagai Lembaga/Institusi menunjukkan telahterdapat indikasi adanya pelajar dan guru yangterpengaruh oleh paham radikalisme. Mereka setujujika dasar Negara Pancasila diganti dengan pahamyang lain, setuju dengan gerakan radikal (ISIS),kekerasan dapat dipakai untuk mencapai kehendak,dan tindakan intoleransi lainnya. Lembaga/intitusitersebut yakni:
1) SETARA Institute for Democracy and Peace(SIDP) : Laporan Survey Toleransi Siswa SMANegeri Di Jakarta & Bandung Raya, 2016 dan2015;
Dalam Laporan Survey Toleransi Siswa SMANegeri Di Jakarta dan Bandung Raya 2016, SIDP
108
menemukan bahwa 5,8% siswa mendukung mengganti Pancasila sebagai dasar Negara, 3,9% siswa menganggap kelompok lain kafir dan sesat, 6,8% siswa menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan keyakinan, 4,6% siswa melarang pendirian rumah ibadah. Survei tersebut juga menemukan bahwa 30,8% siswa setuju Ketua Kelas/OSIS harus satu agama, 38,0% memilih Bupati/Walikota/Gubernur yang satu seagama, dan 11.3% siswa menganggap Khilafah merupakan sistem pemerintahan yang paling baik untuk diterapkan di Indonesia saat ini.
2) Wahid Foundation: “Potensi Intoleransi danRadikalisme Sosial Keagamaan di KalanganMuslim Indonesia”, 2016;
Tahun 2016 Wahid Foundation melakukan surveiPotensi Intoleransi dan Radikalisme SosialKeagamaan di kalangan Muslim Indonesia.Responden survei tersebut adalah umat Islamberusia di atas 17 tahun atau sudah menikah.Hasil survei menyebutkan bahwa 59,9 %memiliki kelompok yang dibenci, yakni merekayang berlatar belakang agama non muslim,kelompok tionghoa, komunis, dan selainnya, darijumlah 59,9 persen itu, sebanyak 92,2 persen taksetuju bila anggota kelompok yang mereka bencimenjadi pejabat pemerintah di Indonesia, dan 7,7% bersedia melakukan tindakan radikal bila adakesempatan dan sebanyak 0,4 persen justrupernah melakukan tindakan radikal.
Pada tahun yang sama Wahid Foundation jugamenerbitkan laporan Riset Potensi Radikalisme dikalangan Aktivis Rohani Islam Sekolah-SekolahNegeri. Hasil suvei tersebut menunjukkan bahwa
109
33% responden mengartikan jihad sebagai berperang dan mengankat senjata melawan orang kafir; 78% responden mendukung ide kekhilafahan; 17% responden setuju bahwa orang murtad dibunuh; 10% responden mendukung bom Sarinah; dan 6% responden mendukung ISIS.
3) Maarif Institute, 2017. Penelitian Penguatan Institusi Sekolah Melalui Kebijakan Internal Sekolah yang Mengokohkan Kebinekaan: Kota Banda Aceh, Kabupaten Lebak, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Surakarta, Kota Mataram, dan Kota;
4) Puslitjak Dikbud (2016): Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan Menengah;
Senada dengan survei SIDP tersebut, Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud menunjukkan bahwa 8,2 % siswa setuju-sangat setuju Ketua OSIS dari agama yang sama, 6,8% siswa merasa menganggap sebaiknya Ketua OSIS dari Etnis yang sama. Namun demikain kajian tersebut juga menemukan adanya praktik baik pendidikan baik yang dilakukan melalui kebijakan sekolah maupun peran guru. Beberapa praktik baik tersebut diantaranya adalah pembauran antar siswa yang bhineka, memberikan ruang/wadah aktualisasi budaya-agama pembiasaan penumbuhan budi pekerti, program afirmasi lintas ethnis, pembelajaran menarik, dan pemahaman kebangsaan dan aktualisasi
110
5) Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP,2011): Hasil Survei LaKIP tentang kekerasanbermerek agama di kalangan pelajar;
6) Mujani Research Consulting (SRMC) padaDesember 2015 dan 2007.
Tabel berikut merupakan rangkuman dari beberapa hasil kajian dari lembaga-lembaga survei terkait dengan adanya gejala paham radikalisme di kalangan pelajar.
111
Tabe
l 4.1
Ran
gkum
an H
asil
Kaj
ian
Rad
ikal
ism
e
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itif
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
A
SETA
RA
Inst
itute
for D
emoc
racy
and
Pea
ce (S
IDP)
:Lap
oran
Sur
vey
Tole
rans
i Sis
wa
SMA
Neg
eri D
i Jak
arta
& B
andu
ng R
aya,
201
6 da
n 20
15.
Peny
impa
ngan
tem
uan
2016
: 5,
8% si
swa
men
duku
ng m
engg
anti
Panc
asila
seba
gai d
asar
Neg
ara
(hal
21)
3,
9% si
swa
men
gang
gap
kelo
mpo
k la
in k
afir
dan
sesa
t 6,
8% si
swa
men
ggun
akan
kek
eras
an d
alam
mem
perju
angk
an k
eyak
inan
4,
6% si
swa
mel
aran
g pe
ndiri
an ru
mah
ibad
ah
30,8
%si
swa
setu
ju K
etua
Kel
as/O
SIS
har
us sa
tu a
gam
a (h
al 2
2)
38,0
% m
emili
h B
upat
i/Wal
ikot
a/G
uber
nur y
ang
satu
seag
ama
11.3
% s
isw
a m
enga
ngga
p K
hila
fah
mer
upak
an s
iste
m p
emer
inta
han
yang
pa
ling
baik
unt
uk d
itera
pkan
di I
ndon
esia
saat
ini (
hal2
4)
5 re
spon
den
(0.7
%) s
etuj
u de
ngan
ger
akan
ISIS
Peny
impa
ngan
Tem
uan
2015
: 8,
5% (5
8 re
spon
den)
men
yata
kan
setu
ju ji
ka P
anca
sila
seba
gai d
asar
11
1lte
rn d
igan
ti de
ngan
aga
ma
terte
ntu
7,2%
resp
onde
n y
ang
setu
ju d
enga
n ge
raka
n IS
IS
31,8
% r
espo
nden
men
yata
kan
mat
eri p
elaj
aran
aga
ma
tidak
men
duku
ng
pem
aham
an k
ebhi
neka
an
Peny
ebab
: Po
la p
enan
aman
ide-
ide
into
lera
nsi
mel
alui
gur
u , k
urik
ulum
, dan
pe
rjum
paan
den
gan
alum
ni m
elal
ui
sist
em m
ento
ring
keag
amaa
n de
ngan
m
embi
mbi
ng p
elaj
ar m
enga
ji, d
iser
tai
dial
og-d
ialo
g be
rtem
a ke
agam
aan.
M
ento
ring
dige
lar a
tas a
lasa
n ku
rang
nya
jam
pel
ajar
an a
gam
a ya
ng
hany
a du
a ja
m d
alam
sem
ingg
u. D
ari
kegi
atan
itul
ah p
enye
bara
n 11
1lte
rnat
te
rtent
u di
mul
ai.(h
al 2
) G
uru
PKn
tidak
mam
pu m
enja
dika
n PK
n se
baga
i sar
ana
efek
tif m
empe
rkua
t to
lera
nsi.
Buk
u-bu
ku p
elaj
aran
juga
dite
ngar
ai
men
yeba
rkan
pah
am in
tole
rans
i.Buk
u pe
laja
ran
SMA
di B
andu
ng, s
alah
satu
ba
bnya
men
ampi
lkan
mat
eri
“keb
angk
itan
praj
urit
Isla
m”.
Sal
ah sa
tu
112
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
kutip
an k
alim
at d
i buk
u itu
mis
alny
a,
“sem
ua o
rang
yan
g m
enye
mba
h Tu
han
sela
in A
llah
adal
ah k
afir
dan
pant
as
dibu
nuh.
(Arz
ita ,2
016;
pen
yeba
b: h
asil
stud
i tah
un 2
015)
.
B
Surv
ei W
ahid
Fou
ndat
ion:
“Po
tens
i Int
oler
ansi
dan
Rad
ikal
ism
e So
sial
K
eaga
maa
n di
Kal
anga
n M
uslim
Indo
nesia
”, 2
016.
Peny
impa
ngan
: R
espo
nden
ada
lah
umat
Isla
m b
erus
ia d
i ata
s 17
tahu
n at
au su
dah
men
ikah
, m
enem
ukan
: 59
,9 %
mem
iliki
kel
ompo
k ya
ng d
iben
ci, y
akni
mer
eka
yang
ber
lata
r be
laka
ng a
gam
a no
n m
uslim
, kel
ompo
k ti
ongh
oa, k
omun
is, d
an se
lain
nya.
D
ari j
umla
h 59
,9 p
erse
n itu
, seb
anya
k 92
,2 p
erse
n ta
k se
tuju
bila
ang
gota
ke
lom
pok
yang
mer
eka
benc
i men
jadi
pej
abat
pem
erin
tah
di In
done
sia.
7,
7 %
ber
sedi
a m
elak
ukan
tind
akan
radi
kal b
ila a
da k
esem
pata
n da
n
113
No
Kon
disi
: Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
seba
nyak
0,4
per
sen
just
ru p
erna
h m
elak
ukan
tind
akan
radi
kal.
Prak
tik b
aik/
Pos
itip:
Se
gi p
ositi
p: 8
2,3
pers
en m
enya
taka
n du
kung
anny
a ke
pada
Pan
casil
a da
n U
UD
194
5.
C
Maa
rif In
stitu
te, 2
017.
Pen
eliti
an P
engu
atan
Inst
itusi
Sek
olah
Mel
alui
K
ebija
kan
Inte
rnal
Sek
olah
yan
g M
engo
kohk
an K
ebin
ekaa
n: K
ota
Ban
da
Ace
h, K
abup
aten
Leb
ak, K
abup
aten
Cia
njur
, Kab
upat
en S
ukab
umi,
Kot
a Su
raka
rta, K
ota
Mat
aram
, dan
Kot
a M
akas
sar.
Te
mua
n:
Prod
uk k
ebija
kan
di ti
ngka
t pus
at m
aupu
n da
erah
dan
seko
lah,
tida
k ad
a ya
ng
seca
ra sp
esifi
k be
rkai
tan
deng
an p
engu
atan
ata
u pe
lem
ahan
keb
inek
aan.
K
enda
ti de
mik
ian,
terd
apat
ana
sir-
anas
ir y
ang
men
guat
kan/
mem
perle
mah
K
ebin
ekaa
n, te
rmua
t dal
am:
Pera
tura
n/ k
ebija
kan
seko
lah
tent
ang
(1) P
elat
ihan
Pen
gem
bang
an
Ket
akw
aan
dan
Kei
man
an M
elal
ui P
endi
dika
n D
iniy
ah d
an (2
) Reg
ulas
i Te
ntan
g Pe
mis
ahan
Kel
as L
aki-l
aki d
an P
erem
puan
di S
ekol
ah M
enen
gah
di
Kot
a B
anda
Ace
h ya
ng b
eras
al d
ari P
emer
inta
h K
ota
dan
Din
as P
endi
dika
n K
ota
Band
a A
ceh.
(3) W
ajib
Bel
ajar
Bac
a Tu
lis Q
ur’a
n di
Kab
. Pan
degl
ang
yang
ber
asal
dar
i Pem
kab.
(4) G
erak
an P
emba
ngun
an M
asya
raka
t B
erak
hlak
ul K
arim
ah (P
emka
b C
ianj
ur) d
an (5
) Jab
ar M
engh
apal
(Pem
prov
Ja
wa
Bar
at).
(6) I
nbup
tent
ang
Ger
akan
Sho
lat S
ubuh
Ber
jam
aah
di M
esjid
da
n (7
) Per
bup
tent
ang
Peng
elol
aan
Infa
k, S
edek
ah d
an D
ana
Sosia
l K
eaga
maa
n La
inny
a B
erba
sis M
asya
raka
t ser
ta (8
) Per
bup
tent
ang
10
Keb
iasa
an A
khla
k M
ulia
(Kab
. Suk
abum
i), (
9) L
ibur
Fak
ulta
tif u
ntuk
Sis
wa
Perm
asal
ahan
: Te
rdap
at In
dika
si p
rose
s pen
yeba
ran
paha
m y
ang
berte
ntan
gan
deng
an
Panc
asila
dan
NK
RI d
i sek
olah
: Se
kola
h ce
nder
ung
abai
den
gan
mot
if di
balik
akt
ivita
s alu
mni
, sep
erti
peny
ebar
an p
emah
aman
kea
gam
aan
dan
inte
rnat
yan
g be
rtent
anga
n de
ngan
Pa
ncas
ila d
an N
KR
I sep
erti
ide
pem
bent
ukan
khi
lafa
h, se
rta
men
jadi
kan
sisw
a se
baga
i bas
is
duku
ngan
bag
i org
anis
asi-o
rgan
isasi
ke
mas
yara
kata
n.
Pola
pen
etra
si d
i sek
olah
mel
alui
pe
rtem
uan-
perte
mua
n te
rbat
as (l
iqa)
de
ngan
men
ggun
akan
mod
ul,
114
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Ber
agam
a H
indu
(Kot
a M
atar
am),
(10)
Sek
olah
men
erim
a si
swa
yang
be
rasa
l dar
i suk
u, a
gam
a, ra
s dan
bud
aya
apap
un k
ecua
li SM
AN
10
Kot
a B
anda
Ace
h ya
ng h
anya
men
erim
a si
swa
mus
lim; (
11) P
embe
rlaku
an Im
taq
di S
MA
N 1
Cib
adak
Kab
. Suk
abum
i yan
g m
enye
babk
an U
paca
ra B
ende
ra
dise
leng
gara
kan
dua
min
ggu
seka
li;
Sela
in it
u d
item
ukan
Keb
iasa
an b
erup
a: (1
) Tra
nsm
isi P
enge
taua
n m
elal
ui
Pem
bela
jara
n; (2
) SD
M G
uru
yang
Men
gam
pu M
ata
Pela
jara
n PK
n, S
ejar
ah
dan
PAI;
(3) U
paca
ra B
ende
ra; (
4) P
elak
sana
an Im
taq
(Iim
an d
an T
aqw
a);
(5) U
runa
n W
arga
Sek
olah
Bag
i Sis
wa
Kur
ang
Mam
pu d
an T
erke
na
Mus
ibah
; (6)
Bea
sisw
a B
agi S
isw
a ya
ng K
uran
g M
ampu
; (7)
Bea
sisw
a B
agi
Siw
a ya
ng B
erpr
esta
si S
ecar
a A
kade
mik
dan
Non
-Aka
dem
ik T
anpa
M
eman
dang
SA
RA
; (8)
Aks
es te
rhad
ap F
asili
tas T
empa
t Iba
dah
kend
ati
Bel
um M
erat
a; (9
) Aks
es te
rhad
ap P
embi
na (P
emat
eri)
Kea
gam
aan
kend
ati
Bel
um M
erat
a; (1
0) D
ukun
gan
Pela
ksan
aan
Keg
iata
n-K
egia
tan
Kea
gam
aan;
(1
1) D
ukun
gan
Keg
iata
n Ek
stra
kurik
uler
Ber
basi
s Kea
gam
aan;
(12)
Pe
ngat
uran
Ser
agam
Sek
olah
; (13
) Per
an O
SIS
dan
Org
anis
asi
Ekst
raku
rikul
er. K
esep
akat
an B
ersa
ma
beru
pa P
enda
ftara
n Si
swa
Alir
an
Kep
erca
yaan
men
jadi
Isla
m u
ntuk
kep
erlu
an d
atab
ase
seko
lah
kare
na ti
dak
ters
edia
kol
om S
unda
Wiw
itan.
men
torin
g da
n ba
han-
baha
n ba
caan
be
rupa
buk
u te
rjem
ahan
dan
inte
rnat
ya
ng b
eris
i pan
dang
an a
nti-k
ebin
ekaa
n ya
ng d
iterb
itkan
ole
h pi
hak
terte
ntu.
Po
la la
in a
dala
h pe
netra
si id
eolo
gis
oleh
org
anis
asi m
assa
ber
tara
f tra
nsna
sion
al y
ang
mem
aink
an p
eran
ya
ng c
ukup
sign
ifika
n ba
gi p
rose
s yan
g te
rjadi
di s
ekol
ah; a
ntar
a la
in:
mel
akuk
an m
ento
ring
dan
pend
ampi
ngan
keg
iata
n ek
stra
kurik
uler
se
rta p
enet
rasi
terh
adap
par
a te
naga
pe
ngaj
ar se
kola
h.
Pola
ters
ebut
men
jadi
lazi
m d
ilaku
kan
seba
gai u
paya
mem
perk
uat p
enet
rasi
id
eolo
gis y
ang
pada
das
arny
a be
rtent
anga
n da
n ce
nder
ung
mer
untu
hkan
send
i-sen
di k
eban
gsaa
n ya
ng d
idas
arka
n pa
da 1
14lte
rnat
Pa
ncas
ila d
an N
egar
a K
esat
uan
Rep
ublik
Indo
nesi
a.
D
Pusl
itjak
Dik
bud
(201
6): K
ajia
n Pe
ndid
ikan
Keb
hine
kaan
Pad
a Sa
tuan
Pe
ndid
ikan
Men
enga
h
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
anPe
nyeb
ab/P
erm
asal
ahan
Peny
impa
ngan
:8,
2 %
sisw
a se
tuju
-san
gat s
etuj
u K
etua
OSI
Sda
ri ag
ama
yang
sam
a6,
8% si
swa
mer
asa
men
gang
gap
seba
ikny
a K
etua
OSI
S da
ri Et
nis y
ang
sam
a.Pr
aktik
bai
kPe
ndid
ikan
Keb
hine
kaan
:K
ebija
kan
Seko
lah
Pem
baur
an a
ntar
sisw
aya
ng b
hine
kaM
embe
rikan
ruan
g/w
adah
akt
ualis
asib
uday
a-ag
ama
Pem
bias
aan
penu
mbu
han
budi
peke
rtiPr
ogra
m a
firm
asi l
inta
s eth
nis
Pera
n G
uru
Pem
bela
jara
n m
enar
ikPe
mah
aman
keb
angs
aan
dan
aktu
alis
asi
Perm
asal
ahan
/ Ken
dala
Pen
erap
anpe
ndid
ikan
keb
hine
kaan
:Si
kap
war
ga se
kola
h: m
asih
kua
t pr
imor
dial
kel
uarg
a, p
emah
aman
aga
ma
sem
pit (
eksk
lusi
f), su
lit m
eman
tau
kegi
atan
sisw
a di
luar
Keb
ijaka
n se
kola
h: K
emam
puan
kogn
itifm
asih
prio
ritas
dan
Ket
erba
tasa
n su
mbe
rday
a
ELe
mba
ga K
ajia
n Is
lam
dan
Per
dam
aian
(LaK
IP, 2
011)
: Has
il Su
rvei
LaK
IPte
ntan
g ke
kera
san
berm
erek
aga
ma
di k
alan
gan
pela
jar
115
No
Kon
disi
: Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Pe
nyim
pang
an:
8,2
% s
isw
a se
tuju
-san
gat s
etuj
u K
etua
OSI
S da
ri ag
ama
yang
sam
a 6,
8% si
swa
mer
asa
men
gang
gap
seba
ikny
a K
etua
OSI
S da
ri Et
nis y
ang
sam
a.
Prak
tik b
aik
Pend
idik
an K
ebhi
neka
an:
Keb
ijaka
n Se
kola
h Pe
mba
uran
ant
ar si
swa
yang
bhi
neka
M
embe
rikan
ruan
g/w
adah
akt
ualis
asi b
uday
a-ag
ama
Pem
bias
aan
penu
mbu
han
budi
peke
rti
Prog
ram
afir
mas
i lin
tas e
thni
s Pe
ran
Gur
u Pe
mbe
laja
ran
men
arik
Pe
mah
aman
keb
angs
aan
dan
aktu
alis
asi
Perm
asal
ahan
/ Ken
dala
Pen
erap
an
pend
idik
an k
ebhi
neka
an:
Sika
p w
arga
seko
lah:
mas
ih k
uat
prim
ordi
al k
elua
rga,
pem
aham
an a
gam
a se
mpi
t (ek
sklu
sif),
sulit
mem
anta
u ke
giat
an si
swa
di lu
ar
Keb
ijaka
n se
kola
h: K
emam
puan
ko
gniti
f mas
ih p
riorit
as d
an
Ket
erba
tasa
n su
mbe
rday
a
E Le
mba
ga K
ajia
n Is
lam
dan
Per
dam
aian
(LaK
IP, 2
011)
: Has
il Su
rvei
LaK
IP
tent
ang
keke
rasa
n be
rmer
ek a
gam
a di
kal
anga
n pe
laja
r
116
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
Peny
impa
ngan
: Pa
ham
(Ide
olog
i) R
adik
alis
: 12
,1 %
sisw
a se
tuju
org
anis
asi r
adik
al
23,6
% g
uru
PAI
setu
ju o
rgan
isas
i rad
ikal
25
% si
swa
men
yata
kan
Panc
asila
tida
k re
leva
n 21
% g
uru
PAI m
enya
taka
n Pa
ncas
ila ti
dak
rele
van
Tind
akan
: 52
,3 %
sisw
a se
tuju
pen
grus
akan
dan
pen
yege
lan
rum
ah ib
adah
ber
mas
alah
. 40
,9 %
gur
u PA
I set
uju
peng
rusa
kan
dan
peny
egel
an ru
mah
ibad
ah y
ang
berm
asal
ah
Peny
ebab
kek
eras
an b
erla
bel a
gam
a m
arak
ada
lah
kurik
ulum
dan
gur
u ag
ama
PAI.I
deol
ogi t
eror
ism
e be
rhas
il m
enyu
sup
mas
uk m
elal
ui m
ata
pela
jara
n PA
I dan
gur
u-gu
ru a
gam
a PA
I.
F W
ahid
Fou
ndat
ion
2016
: Lap
oran
Ris
et P
oten
si R
adik
alis
me
di K
alan
gan
Akt
ivis
Roh
ani I
slam
Sek
olah
-Sek
olah
Neg
eri
33%
resp
onde
n m
enga
rtika
n jih
ad se
baga
i ber
pera
ng d
an m
enga
ngka
t sen
jata
m
elaw
an o
rang
kaf
ir.
78%
resp
onde
n m
endu
kung
ide
kekh
ilafa
han
17%
resp
onde
n se
tuju
bah
wa
oran
g m
urta
d di
bunu
h.
10%
resp
onde
n m
endu
kung
bom
Sar
inah
6%
resp
onde
n m
endu
kung
ISIS
G
Sa
iful M
ujan
i Res
earc
h C
onsu
lting
(SR
MC
) pad
a D
esem
ber 2
015
dan
2007
, m
enem
ukan
:
117
No
Kon
disi
: Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
1.
4
% w
arga
ber
usia
22-
25 ta
hun
dan
5% w
arga
yan
g m
asih
seko
lah/
ku
liah
yan
g m
enge
nal I
SIS
men
yata
kan
setu
ju d
enga
n ap
a ya
ng
dipe
rjuan
gkan
ISIS
(201
5).
2.
May
orita
s mus
lim m
enol
ak IS
IS.P
enol
akan
ters
ebar
mer
ata
di
sem
ua d
i ka
tego
ri je
nder
, des
a-ko
ta, u
mur
, pen
didi
kan,
pek
erja
an,
pend
apat
an, w
ilaya
h, e
tnis
, dan
aga
ma.
Di s
emua
kel
ompo
k itu
, yan
g m
enya
taka
n IS
IS b
oieh
did
irika
n di
Indo
nesi
a, p
ada
umum
nya
han
ya se
kita
r 0-
2% (2
015)
. 3.
9,3
% se
tuju
Neg
ara
diga
nti d
enga
n N
egar
a Is
lam
ata
u kh
ilafa
h (2
017)
. 4.
Dar
i 66,
4% y
ang
tahu
ISIS
, 2,7
% se
tuju
/san
gat s
etuj
u pe
rjuan
gan
ISIS
(2
017)
H
Pusl
itjak
Dik
bud
(201
7): K
ajia
n R
adik
alis
me
di K
alan
gan
Pela
jar:
Stud
i C
epat
(Aw
al) d
i Kab
upat
en C
ilaca
p
B
erda
sark
an k
eter
anga
n in
form
an (K
etua
FK
UB
Cic
acap
):di b
eber
apa
SM
A
dan
SMP
Cila
cap
terd
apat
gur
u ya
ng m
enya
mpa
ikan
pah
am k
hiaf
ah k
epad
a pa
ra si
swa
117l
tern
a si
kap
peno
laka
n te
rhad
ap d
asar
117
ltern
Pan
casi
la.
Ada
em
pat g
uru
di S
MPN
2 S
idar
eja
yang
sela
lu ti
dak
mau
men
giku
ti up
acar
a be
nder
a, h
orm
at b
ende
ra, m
emba
ca d
an m
enya
nyik
an P
anca
sila
Se
luru
hnya
terd
apat
em
pat g
uru
dan
satu
ket
ua k
omite
yan
g be
rpan
dang
an
dem
ikia
n. M
erek
a ad
alah
Sud
arti
(gur
u PK
n), B
ashi
r (gu
ru o
lahr
aga)
, Su
ratn
o (g
uru
baha
sa In
done
sia-
saat
ini s
udah
pen
siun
), Ta
ufik
(gur
u M
atem
atik
a) d
an S
ukan
to (K
etua
Kom
ite 2
001-
2014
). B
eber
apa
dari
nam
a
Bebe
rapa
gur
u di
Cila
cap
“de
kat”
de
ngan
org
anis
asi y
ang
men
gusu
ng
gaga
san
khila
fah,
HTI
(Ket
eran
gan
kepo
lisia
n)
Sam
pai s
aat i
ni ti
dak
ada
sem
acam
pe
dom
an y
ang
dapa
t dija
dika
n da
sar
piha
k ke
polis
ian
untu
k m
elak
ukan
pe
mbi
naan
di s
ekol
ah (d
isam
paik
an
oleh
Kan
it B
imbi
ngan
Mas
yara
kat,
118
No
Kon
disi
:Pr
akte
k B
aik/
Seg
i Pos
itip
dan
Pen
yim
pang
an
Peny
ebab
/Per
mas
alah
an
itu (B
ashi
r, Su
ratn
o, d
an S
ukan
to) b
ahka
n te
lah
mas
uk d
alam
cat
atan
apa
rat
pene
gak
huku
m k
aren
a m
erek
a m
enje
nguk
Ust
. Abu
Bak
ar B
aasy
ir di
LP.
N
usa
Kam
bang
an. H
al in
i dik
etah
ui P
ak B
eni d
ari D
anra
mil
keca
mat
an
Sida
reja
(Kas
us 2
013,
suda
h di
laku
kan
pem
bina
an)
Terd
apat
tiga
gur
u di
SM
PN1
sida
reja
yan
g be
rafil
iasi
den
gan
LDII
(L
emba
ga D
akw
ah Is
lam
Indo
nesia
). K
etig
anya
ada
lah
H. S
ugiy
anto
(gur
u B
hs. I
ndon
esia
), Su
yam
to (g
uru
Bah
asa
Indo
nesi
a), d
an Ja
swan
(gur
u M
atem
atik
a). M
erek
a ya
ng te
rgab
ung
dala
m L
DII
ini m
enga
ngga
p um
at
isla
m la
in se
baga
i kaf
ir se
hing
ga ti
dak
mau
ber
ibad
ah b
ersa
ma
deng
an o
rang
di
luar
kel
ompo
k m
erek
a.
Terd
apat
seor
ang
kary
awan
TU
SM
AN
1 C
ilaca
p ya
ng se
ringk
ali
men
yam
paik
an g
agas
an te
ntan
g kh
ilafa
h sa
at m
enja
di K
hatib
shal
at Ju
m’a
t di
Seko
lah.
Tida
k se
cara
spes
ifik
men
enta
ng d
asar
Neg
ara
Panc
asila
(pe
njel
asan
al
umni
SM
AN
1 C
ilaca
p)
Pols
ek S
idar
eja)
. Pa
ra g
uru
jara
ng m
enda
mpi
ngi s
isw
a pa
da Ju
mat
an d
an k
egia
tan
Roi
s di
seko
lah
119
b. Kondisi Radikalisme di Negara-Negara Lain
Tidak hanya Indonesia, di negara-negara lain pun,masuknya paham-paham radikalisme juga terjadi.Walaupun kondisi dan penyebabnya berbeda, namunindikasi masuknya paham-paham radikalismetersebut telah menjadi perhatian serius bagipemerintah di negara-negara tersebut. Tabel berikutmenggambarkan kondisi, penyebab dan solusiterhadap paham radikalisme di beberapa negara.
120
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
1 A
ustr
alia
1.
20
0 w
arga
A
ustra
lia
yang
ber
niat
m
elak
ukan
pe
rjala
nan
ke
Tim
ur
Teng
ah
term
asuk
Su
riah
mer
eka
berg
abun
g de
ngan
IS
IS,
mer
eka
tela
h di
cega
t pol
isi A
ustra
lia (
IRN
A
dala
m A
gus S
B,
2016
).
2.M
ente
ri Im
igra
si P
eter
Dut
ton
hari
Rab
u (2
5/3/
2015
) m
enje
lask
anse
oran
g re
maj
a 17
ta
hun
dice
gat
pada
12
M
aret
20
15
di
term
inal
kebe
rang
kata
n in
tern
asio
nal
kare
naak
an b
erga
bung
den
gan
ISIS
. (A
gus
SB,
2016
:123
)
1.M
ente
ri
Imig
rasi
A
ustra
liam
engi
nfor
mas
ikan
bah
wa
bany
akdi
anta
ra
para
pe
mud
a in
im
emut
uska
n un
tuk
perg
i ke
Ira
k da
n Su
riah
sete
lah
men
gaks
esje
jarin
g so
sial
dan
int
erne
t (I
RIB
Rad
io, 2
5 M
aret
201
5) (
Agu
s SB
,20
16:1
23).
2.A
nak
mud
a in
i ta
npa
sepe
ngat
ahua
n or
ang
tua
mer
eka
men
gund
uh
dan
men
erim
abe
raga
m
info
rmas
i m
edia
so
sial
dan
rinte
rnet
. K
elom
pok
mem
atik
an
ini
(ISI
S)
berh
asil
men
jang
kau
piki
ran
anak
m
uda
Aus
tralia
mel
alui
lay
ar k
ompu
ter,
men
cuci
ot
ak
mer
eka
dan
ini
men
yulit
kan
nega
ra-n
egar
a B
arat
saat
ini (
Rad
io A
ustra
lia, 2
5 M
aret
2015
) (A
gus S
B,
2016
:124
)
Rek
omen
dasi
A
gus
Sury
a B
akti,
201
6:
1.Pe
ntin
gnya
Pe
ngua
tan
Reg
ulas
i
Pena
nggu
lang
an t
inda
kan
dan
aksi
te
roris
me
haru
s pu
lam
enye
ntuh
up
aya
pena
ng-
gula
ngan
dan
penc
egah
anse
jak
pra-
aksi
. D
alam
kon
teks
penc
egah
an t
erot
ism
e di
dun
iam
aya,
asp
ek r
egul
asi
men
jadi
sang
at
pent
ing
untu
kdi
kuat
kan.
Pe
mer
inta
h ha
rus
sege
ra
mem
ikirk
an
mas
ivita
sda
n da
mpa
k ya
ng t
imbu
l da
rite
roris
me
di d
unia
may
a ya
ngla
mba
t la
un
tela
h m
engo
tori
ruan
g be
rmai
n da
n sa
rana
npe
nget
ahua
n an
ak-a
nak
mud
aki
ta m
elal
ui m
edia
inte
rnet
.
121
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
2.
Sine
rgita
s N
egar
a de
ngan
M
asya
raka
t
Pera
n se
luru
h ko
mpo
nen
mas
yara
kat
dari
unit
palin
g ke
cil
kelu
arga
, to
koh
agam
a,
guru
, do
sen,
ins
an m
edia
, da
n la
inny
a m
erup
akan
m
itra
stra
tegi
s ya
ng
sang
at
efek
tif
dala
m m
embe
ndun
g pe
ngar
uh
radi
kalis
me
di d
unia
may
a.
2 A
mer
ika
Seri
kat
FBI
men
cata
t ad
anya
ka
sus
pela
jar
anta
ra 1
3-18
tahu
n ya
ng m
asuk
dal
am
jarin
gan
kelo
mpo
k ek
trim
.
Peny
ebar
an
paha
m
radi
kal
di
kala
ngan
pel
ajar
dia
tara
nya
terja
di
mel
alui
kom
unik
asi
onlin
e de
ngan
ke
lom
pok-
kelo
mpo
k ra
dika
l.
a.
Mem
bent
uk T
im P
enan
gan-
an
Anc
aman
da
n Pr
osed
ur
inte
rven
si u
ntuk
sis
wa
yang
di
duga
te
rpap
ar
paha
m
radi
kal.
b.
Pela
tihan
ba
gi
guru
da
n ka
ryaw
an se
kola
h
c.
Seko
lah
diw
ajib
kan
men
jalin
ke
rjasa
ma
deng
an p
ara
piha
k
122
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
(pra
ktis
i ke
seha
tan
men
tal,
apar
at
huku
m,
pela
yan
sosi
al,
dll)
untu
k m
enga
nkal
pe
nyeb
aran
pah
am ra
dika
l.
3 Myanm
ar
Fen
omen
a an
ti-m
uslim
ole
h bi
ksu-
biks
u B
udha
dal
am g
erak
an 9
69.
Ger
akan
ini d
iduk
ung
oleh
seba
gian
ap
arat
pem
erin
tah.
Oto
ritas
pem
erin
tah
mem
bata
si
akse
s etn
is R
ohin
gya
untu
k m
enda
patk
an p
endi
dika
n di
tin
gkat
uni
vers
itas d
enga
n al
asan
unt
uk m
ence
gah
terja
diny
a ke
kera
san.
4 K
anad
a a.
Gur
u-gu
ru d
i sek
olah
Isla
m sw
asta
men
yeba
rkan
ideo
logi
mus
lim e
kstri
mke
pada
par
a si
swa
(Rah
eel R
eza,
201
3)
b.R
ekru
tmen
kel
ompo
k ek
strim
juga
terja
di d
i Uni
vers
itas m
elal
ui a
ktiv
itas-
aktiv
itas i
nfor
mal
.
5 B
angl
ades
h a.Le
bih
dari
50 k
elom
pok
ekst
rim d
an10
par
tai p
oliti
k be
rbas
is a
gam
am
emili
ki o
rgan
isas
i say
ap d
i tin
gkat
Mel
alui
tela
ah a
tas b
uku-
buku
te
ks y
ang
digu
naka
n di
123
No
NE
GA
RA
K
ON
DIS
I PE
NY
EB
AB
SO
LU
SI
pela
jar.
b.Pe
rkem
bang
an ju
mla
h m
adra
sah
swas
ta ta
k be
rijin
dite
ngar
ai m
enja
di
sala
h sa
tu ja
lur p
enye
bara
n pa
ham
ra
dika
l.
seko
lah,
Pem
erin
tah
cend
erun
g m
engh
inda
ri te
ma-
tem
a ko
ntro
vers
ial t
erm
asuk
di
anta
ra is
u ra
dika
lism
e in
i.
6 K
orea
Se
lata
n Se
oran
g re
maj
a K
orea
Sel
atan
yan
g hi
lag
di T
urki
men
yata
kan
ingi
n be
rgab
ung
deng
an IS
IS. K
eing
inan
re
maj
a be
rusi
a 18
tahu
n in
i dilo
ntar
kan
mel
alui
aku
n Tw
itter
ata
s nam
a Su
nni
Muj
ahid
een
mili
knya
. Rem
aja
yang
di
iden
tifik
asi d
enga
n na
ma
kelu
arga
K
im in
i dip
erki
raka
n te
lah
men
yebe
rang
ke
Suria
h
Seor
ang
polis
i sen
ior C
hung
Jae-
Il,
di S
eoul
sepe
rti y
ang
diku
tip
Cha
nnel
New
s Asi
a, R
abu
(21/
1)
men
gata
kan
bahw
a K
im m
enul
iska
n se
rang
kaia
n pe
san
di a
kun
Twitt
er
mili
kiny
a un
tuk
mem
inta
info
rmas
i m
enge
nai c
ara
berg
abun
g de
ngan
IS
IS (A
gus S
B,
2016
:124
).
124
B. Penyebab Paham dan Tindakan Radikalisme 1. Faktor Guru
SIDP (2015) menyebutkan terdapat beberapa hal yangmendorong masuknya paham radikal di lingkungansekolah, antara lain melalui guru, kurikulum danalumni.Melalui alumni biasanya dilakukan dengansistem mentoring keagamaan dengan membimbingpelajar mengaji, disertai dialog-dialog bertemakeagamaan. Disisi lain, guru PPKn tidak mampumenjadikan PPKn sebagai sarana efektif memperkuattoleransi. Buku-buku pelajaran juga ditengaraimenyebarkan paham intoleransi. Buku pelajaran SMAdi Bandung, salah satu babnya menampilkan materi“kebangkitan prajurit Islam”. Salah satu kutipan kalimatdi buku itu misalnya, “semua orang yang menyembahTuhan selain Allah adalah kafir dan pantas dibunuh.(Arzita ,2016; penyebab: hasil studi tahun 2015).
Hasil survei yang dilakukan pada kajian ini menemukankondisi yang serupa bahwa faktor guru juga merupakansalah satu penyebab terjadinya paham radikalismetersebut. Kecenderungan penyebab metode pengajaranyang disampaikan kepada siswa dilaksanakan oleh gurudilakukan secara monoton dan membosankan. Ketikamenerangkan pelajaran yang seharusnya mudah bisamenjadi sangat sulit dipahami ketika seorang gurumenerangkannya secara monoton yang menyebabkansiswa ngantuk dan bosan di kelas, mungkin titik bosanitu datang karena seorang guru tidak memiliki metodeyang baik untuk berkomunikasi dengan siswanya dankesannya guru itu hanya berkepentingan intukmenyampaikan materi sebanyak mungkin untukmencapai target supaya mendapat gaji yang diinginkan
125
dan tidak mempedulikan siswanya akan memahami materi tersebut ataukah tidak. Mungkin siswanya juga yang keterlaluan hanya melihat guru yang sabar dan tidak berusaha memahami maksud yang di sampaikan.
Misalnya pada pelajaran Pendidikan Kebhinekaan. Survei yang ditanyakan pada siswa SMA bagaimana metode pengajaran yang disampaikan oleh guru PPKn. Sebanyak 46,39% (agregat) menyatakan bahwa metode pengajaran dilakukan melalui metode ceramah. Walaupun jumlah yang menyatakan bahwa metode tersebut tidak menarik (13,5%), namun disinyalir sebagian besar siswa menyatakan metode ceramah tersebut memang membosankan.
Grafik 4.14 Metode Pengajaran yang Disampaikan Guru PPKn
Survei dalam studi ini juga menemukan beberapa hal yang mendorong tumbuhnya paham radikal di lingkungan sekolah. Pertama, guru PPKn maupun guru agama memang telah mengajarkan nilai-nilai
126
kebhinekaan namun para guru tersebut umumnya hanya menggunakan metode ceramah. Bagi sebagian siswa metode pengajaran semacam ini dianggap tidak menarik. Kedua, para siswa juga melihat adanya terdapat program penguatan nilai kebhinekaan yang dilakukan oleh sekolah (85,6%), namun sayangnya sebagian besar program tersebut dilakukan dengan cara konvensional (ceramah, seminar). Ketiga, semakin mudahnya akses informasi kepada para siswa. Sebesar 48,4% menjadikan media online sebagai sumber utama untuk memperoleh pengetahuan agama. Sayangnya sebagian informasi tersebut belum tentu benar dan siswa juga seringkali tidak memiliki kemampuan mem-verifikasi kebenaran informasi dalam media online. Disinilah tuntutan seorang guru profesional harus berinovasi dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam sudut pandang ilmu didaktik, para pengajar harus menerapkan metode yang tepat agar pelajaran yang ia sampaikan tidak membosankan. Pelajaran PPKn dianggap yang “rawan” dalam hal ini, biasanya pelajaran PPKn yang disampaikan dengan metode satu arah, cenderung lebih membosankan dari pada metode belajar dua arah. Dalam mata pelajaran Sosiologi yang berisi analisa dari para sosiolog tentang gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat, jika sang pengajar menjelaskan pelajaran ini dengan gaya yang monoton, tidak jarang akan menimbulkan perasaan bosan yang dapat memecah konsentrasi belajar para siswa. Demikian juga dengan ilmu Sejarah, jika guru tidak pandai menerangkan dan menyampaikannya kepada para siswa, bisa-bisa malah menjadi dongeng empuk pengantar tidur.
127
Grafik 4.15 Media yang Paling Sering Digunakan Untuk Memperoleh Pengetahuan Agama
2. Faktor Eksternal Guru
Selain faktor guru, Maarif Institute (2017) menyatakanbahwa tumbuhnya paham radikal di lingkungan sekolahsalah satunya karena sekolah cenderung abai denganmotif dibalik aktivitas alumni, seperti penyebaranpemahaman keagamaan dan paham yang bertentangandengan Pancasila dan NKRI seperti ide pembentukankhilafah, serta menjadikan siswa sebagai basisdukungan bagi organisasi-organisasi kemasyarakatan.Sebagaimana temuan SIDP, Maarif Institute jugamenemukan adanya pola penetrasi di sekolah melaluipertemuan-pertemuan terbatas (liqa) denganmenggunakan modul, mentoring dan bahan-bahanbacaan berupa buku terjemahan dan lternat yang berisipandangan anti-kebinekaan yang diterbitkan oleh pihaktertentu. Pola lain adalah penetrasi ideologis olehorganisasi massa bertaraf transnasional yangmemainkan peran yang cukup signifikan bagi prosesyang terjadi di sekolah; antara lain: melakukanmentoring dan pendampingan kegiatan ekstrakurikuler
128
serta penetrasi terhadap para tenaga pengajar sekolah. Pola tersebut menjadi lazim dilakukan sebagai upaya memperkuat penetrasi ideologis yang pada dasarnya bertentangan dan cenderung meruntuhkan sendi-sendi kebangsaan yang didasarkan pada paham Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Faktor lain sebagai sumber masuknya paham radikalisme dan intoleransi adalah kemudahan akses internet. Kemajuan teknologi khususnya dengan dikenalnya teknologi internet memberi peluang lebih besar bagi generasi muda untuk mengakses informasi, termasuk informasi mengenai agama. Sebanyak 36,35 persen responden menyatakan bahwa media sosial (facebook, twitter, youtube, wa, dll) merupakan media yang paling sering digunakan untuk mendapatkan pengetahuan agama. Sebanyak 12,01 persen responden yang lain mendapatkan informasi agama paling banyak dari website. Di luar itu, 37,44% responden mendapatkan pengetahuan agama paling banyakdari cara yang lebih konvensional melalui cerama-ceramah keagamaan.
Grafik 4.16 Media Informasi Pengetahuan Agama
129
Pengetahuan agama juga diperoleh dari keikutsertaan para siswa ini pada organisasi keagamaan di luar sekolah. Sebanyak 27,50 persen responden menyatakan mengikuti organisasi keagamaan di luar sekolah. Organisasi keagamaan yang mereka ikuti antara lain: remaja masjid, remaja gereja, Ikatan Pelajar Nadhatul Ulama, dsb. Keluarga tentu saja juga berperan penting bagi penanaman nilai kebinekaan kepada generasi muda. Sebanyak 96,8% responden siswa menyatakan bahwa mereka juga mendapatkan pendidikan kebinekaan dari orang tua mereka di rumah.
Grafik 4.17 Keikutsertaan Siswa dalam Organisasi Keagamaan
Para siswa secara umum juga telah mendapatkan pendidikan kebinekaan dari guru-guru mereka di sekolah, khususnya melalui mata pelajaran PPKn dan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Walaupun demikian, layak dicatat juga pandangan beberapa siswa yang melihat guru dari dua mata pelajaran tersebut tidak memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebineka-an. Survei ini menunjukkan 5,02 persen responden siswa menyatakan bahwa guru PPKn tidak memberikan pendidikan kebinekaan kepada mereka. Sementara itu, 12.19 persen siswa juga menyatakan bahwa guru agama
130
mereka tidak mengajarkan pendidikan keagamaan kepada mereka.
Grafik 4.18 Guru PPKn Mengajarkan Pendidikan Kebinekaan
Grafik 4.19 Guru PA/BP Mengajarkan Pendidikan Kebinekaan
131
C. Upaya Pencegahan Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangkal maupun menanggulangi masuknya paham radikal di lingkungan sekolah. Upaya-upaya tersebut dilakukan baik oleh Pemerintah (pusat maupun daerah), sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Terkait hal ini, Kemendikbud misalnya telah menerbitkan kebijakan penumbuhan budi pekerti pada 2015. Pada 2016, kebijakan tersebut semakin dikuatkan dengan dijadikannya Program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai salah satu program utama Kemendikbud. Di tingkat daerah, studi kami di Cilacap juga mencatat bahwa dinas melakukan pembinaan melalui pengawas sekolah untuk menangkal bahaya radikalisme di lingkungan sekolah.
Beberapa sekolah juga telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan masuknya paham radikal. Di Cilacap tercatat adanya pembinaan dari pihak sekolah terhadap guru/ karyawan sekolah yang teridentifikasi menganut paham radikal. Bebrapa sekolah juga telah bekerjasama dengan aparat penegak hukum terutama untuk penguatan nilai nasionalisme siswa. Telah dilakukan pula berbagai kegiatan ekstra kurikuler untuk penguatan karakter siswa. Selain itu, diadakan pula berbagai kegiatan yang melibatkan siswa dari berbagai pemeluk agama dalam kegiatan keagamaan (misalnya: penyembelihan hewan kurban).
Secara khusus, sekolah juga telah mengadakan program/ kegiatan untuk menanamkan nilai kebinekaan kepada siswa. Upaya yang dilakukan sekolah misalnya melalui seminar/ penyuluhan, melibatkan siswa dalam kegiatan keagamaan lainnya, hingga kemah kebangsaan. Namun demikian upaya ini masih perlu ditingkatkan terutama dengan mengadakan program yang lebih inovatif. Hal ini karena sebanyak 19,9% responden belum melihat sekolah
132
mengadakan kegiatan/program penguatan nilai-nilai kebinekaan.
Grafik 4.20 Sekolah melakukan program-program penguatan nilai-nilai kebinekaan kepada siswa
Seperti halnya di kota Malang, beberapa kepala sekolah dalam DKT menyatakan bahwa pihak sekolah telah melakukan upaya-upaya mencegahan terhadap masuknya paham radikalisme dan intoleransi, diantaranya yang berhasil dirangkum sebagai berikut:
1. Dinas pendidikan provinsi sering juga mengadakansosialisasi masalah penguatan pendidikan karakterbaik itu melalui pengawas kepala sekolah dan bapakibu guru tetapi masih dirasakan kurang apalagi tiapdaerah memiliki karakter wilayah yang sangatberbeda. Oleh sebab itu melalui sekolah ini sudahberupaya untuk memberikan layanan dengan berbagaimacam tetapi masyarakat masih menyamakan satudengan yang lainnya akhirnya berbenturan masalahtersebut ada permasalahan di sekolah A belum tentusama dengan permasalahan di sekolah B, carapenanganannya juga berbeda.
2. Pihak Dinas Pendidikan sudah bekerja sama denganpihak Pol PP yang namanya operasi sayang dan inidikembangkan termasuk kepada PNS Jadi kemarin
133
terjadi ada kepegang jam sekolah sekolah mereka pulang sekolah dan ini juga demikian masyarakat langsung kromonya ke sekolah padahal sekolah sudah memberikan sosialisasi.
3. Harus ada aturan dari Pusat tidak hanyadisosialisasikan kepada Dinas Pendidikan saja tetapijuga disosialisasikan kepada masyarakat yang lainmungkin melalui Dinas Sosial atau mungkin melaluiKementerian lain langsung turun ke masyarakat.Jangan sampai hanya siswa gara-gara dicubit lalumasuk ke Kepolisian nanti fungsi guru sebagaipendidik tidak ada.
4. Di aula Kodam itu secara periodik diselenggarakanIslamic Book Fair yang ternyata banyak bukunyaradikal semuanya mengajak supaya anti-pancasila antihormat bendera.
5. Terdapat upaya untuk mencegah radikalisme darisekolah dengan mendengarkan ceramah danbimbingan seorang tokoh dengan melakukanpengajian dan istighosah setiap malam Minggu danmalam Jumat untuk memberikan masukan-masukansupaya jangan belajar agama dari dari YouTube dariinternet.
6. Di sekolah telah terdapat upaya-upaya untuk masukan-masukan tentang bagaimana perlunya cinta negara ituadalah sebagian dari iman. Dan, mencintai tanah airitu adalah sebagian dari iman.
7. Apa yang menjadikan anak-anak itu menjadi radikalyaitu karena dalam menjalankan keyakinan agamanyamerasa yang paling benar.
8. Secara normatif sudah dilakukan pembinaan dariPengawas Sekolah tetapi kalau dalam proses
134
pembelajaran banyak ceramah yang mengandung unsur-unsur radikal itulah kondisi di luar jalur.
9. Terdapat inisiatif untuk membentuk kerukunan umatberagama pelajar tetapi tidak direspon oleh Kemenagalasan pada waktu itu memang tidak masuk dalamDIPA.
10. Dulu menurut informasi banyak sekali siswa SMA 3Malang yang tidak mau hormat bendera tetapi perkem-bangan berikutnya sudah tidak ada.
11. Dulu di SMA 1 ada yang tidak mau menata karpetuntuk istighosah karena berpandangan bahwa haramuntuk beristighosah.
12. Guru-guru ini yang jelas-jelas memiliki organisasiHTI seharusnya mendapat tindakan tegas melaluiDinas Pendidikan.
13. Meskipun hasil penelitian sementara di Kota Malangmenunjukkan angka yang kecil terkait denganradikalisme tetapi perlu diwaspadai.
14. Pada prinsipnya Sekolah Kota Malang telah mencobauntuk melaksanakan kebijakan yang dikeluarkanoleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untukterus mendorong penguatan karakter.
15. Setiap kegiatan-kegiatan upacara yang dilakukantermasuk di dalamnya adalah menyanyikan laguIndonesia Raya pada umumnya dilakukan semuakebijakan itu,
16. Pengawas Sekolah mempunyai program kerja tahunanprogram semester rencana pengawasan akade-mik, rencana pengawasan managerial itu berbasispada penguatan 5 nilai karakter.
135
17. Terdapat kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah, yaitu antara lain: upacara setiap hari Senin, dan sekali-kali kita mendatangkan dari Polres kemudian dari Koramil; setiap hari kami juga sudah melakukan kegiatan imtaq yang dipimpin guru agama secara bergantian lima belas menit setiap pagi kemudian anak anak untuk non muslim ada doa pagi untuk yang Nasrani, Katolik dan Hindu; ada juga kegiatan literasi; menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza; menyanyikan lagu wajib nasional.
18. Terdapat kegiatan-kegiatan yang terkait denganpendidikan karakter yang mencegah dari radikalismeitu, ada kegiatan Natal bersama untuk seluruh baikguru maupun GTK maupun siswa itu di kota Malangmulai dari SD, SMP dan SMA itu sudah menjadiagenda setiap tahun. Di sekolah kami ada kegiatanretreat juga, dan setiap ada Istighosah setiap satubulan sekali, dan setiap Minggu kita belajar AsmaulHusnah.
19. Terdapat kegiatan parenting setiap satu bulan sekali,untuk mengundang para orang tua secara bergantiandalam satu bulan itu kelas 10, 11 dan 12, untukmenyampaikan suatu kerja sama yang baik denganadanya pendidikan karakter di sekolah.
20. Terdapat pengembangan karakter anak didik yangberfokus pada anak usia dini dan usia sekolah.
21. Di Malang ini terdapat pertemuan rutin satu bulansekali MGMP SMP, SMK, SMA.
22. Menangkal radikalisme dengan suatu konsep materipelajaran yang terintegrasi antara nasionlisme danreligius sehingga pendidikan agama di dalamnyasudah ada pendidikan nasionalisme, jangan lagi
136
dipisah. Sekarang pelajaran PKN intinya pelajaran nasional isinya keblabasen nasional, kemudian pelajaran agama keblabasen agama itu, sampai kapanpun tidak akan ketemu kalau kita tidak mempunyai formula baru untuk menciptakan konsep materi pelajaran yang di dalamnya terdapat secara esensial materi yang dapat menanggulangi maraknya paham radikalisme.
23. Untuk mencegah radikalisme ini mungkin juga bisaditingkatkan intensitas kemitraan antara pihak sekolahdan seluruh stakeholder seperti dengan tokoh agama,dengan TNI, Polri, dan juga jajaran lainnya dalamrangka untuk memperkuat nasionlisme dan religiusitassecara seimbang, karena titik masalah radikalisme itutidak seimbang antara nasionalisme dan religiusitas.
24. Terkait dengan pendidikan karakter maka ini terkaitdengan yang saya sampaikan tadi kolaborasi denganguru agama, PKN dan seluruh guru mata pelajaran itusangat urgen. Guru matematika tidak harammengatakan bahwa UUD 45 itu tidak bertentangandengan agama sehingga seluruh walaupun tidakberkapasitas sebagai guru agama dan PKN, dapatmembantu program pemerintah dalam mencegahradikalisme.
Beberapa lembaga kemasyarakatan juga telah mengadakan berbagai program untuk menangkal masuknya paham radikal di sekolah. Program-program tersebut diantaranya adalah: peningkatan kapasitas guru (misalnya oleh ASIA Foundation), seminar dan diskusi tentang nasionalisme dan kebinekaan di lingkungan sekolah, serta kemah kebinekaan yang diikuti oleh siswa yang beragam (misalnya oleh FKUB Kabupaten Cilacap). Program-program tersebut menunjukkan pentingnya pelibatan masyarakat dalam upaya penangkalan penyebaran paham radikal di sekolah.
137
BAB IV KESIMPULAN DAN OPSI KEBIJAKAN
A. Kesimpulan 1. Terdapat indikasi pada sebagian kalangan siswa dan
guru yang tidak ingin, atau menentang dan bahkanmengganti dasar ideologi dan dasar Negara Pancasila,UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika-intoleransidan mengarah mengarah pada paham radikalisme.Kendati persentasenya rendah, indikasi yang mengarahpada paham radikalisme tersebut perlu diwaspadai dandiantisipasi.
2. Indikasi masuknya paham radikalisme di lingkungansekolah terjadi antara lain karena:
a. Pemahaman siswa tentang paham radikalisme yangbanyak bersumber dari medsos/ komunikasi onlineyang sulit dideteksi, diwasi oleh guru dan orangtua;
b. lemahnya beberapa guru PPKn dan PAI dalampelaksanaan pembelajaran yang masih didominasidengan metode ceramah/hafalan dan kurangnyakonten pendidikan kebinekaan dalam buku danbahan ajar pendukung PPkn dan PAI;
c. kebijakan sekolah dalam menyaring dan menseleksiPembina Rois dari luar sekolah, materi kegiatanRois, dan pendampingan serta pengawasan siswa diluar luar sekolah; masih lemah.
d. belum ada pedoman yang dapat dijadikan dasarpihak kepolisian, sekolah dan Pemda setempat untukmelakukan pembinaan guna pencegahan danpenindakan radikalisme di sekolah;
138
3. Telah dilakukan upaya dari berbagai pihak untukmencegah paham radikalisme masuk di lingkungansekolah:
a. menyelenggarakan kegiatan melalui ekstrakurikuleruntuk penguatan karakter siswa pada nilai nasionalisdan religius;
b. Pengenalan Nasionalisme ketika MOS, bekerjasamadengan kepolisian dan TNI dan pihak terkait untukpembinaan mental, kedisiplinan, dan cinta tahah air;
c. menanamkan ideologi dan menumbuhkan rasakebangsaan dengan rutin menyelenggarakan upacarabendera, menyanyikan lagu kebangsaan di awal dandi akhir jam pelajaran, dan hari besar nasional;
d. pembinaan terhadap guru yang teridentifikasimenganut paham radikal,
e. menjalin kerjasama dengan masyarakat antara lainpeningkatan kapasitas guru terkait nasionalisme dankebinekaan (ASIA Foundation), mengadakanseminar/ diskusi tentang nasionalisme dankebinekaan di lingkungan sekolah dan KemahKebinekaan antarsekolah yang diikuti oleh siswayang beragam latar belakang agamanya.
B. Opsi Kebijakan Kajian awal ini merekomendasikan untuk menjadikan Program Penguatan Pendidikan Karakter sebagai poros untuk menangkal penyebaran paham radikal di Satuan Pendidikan. Penguatan pendidikan karakter di sekolah dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter terkait dengan nilai karakter utama nasionalis dan religius dalam setiap
139
mata pelajaran dan mengembangkannya melalui kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler yang bervariasi dan menyenangkan secara terpadu. Upaya ini sekaligus untuk mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis kelas dan budaya sekolah dengan meningkatkan jalinan kerjasama tripusat pendidikan, yakni sekolah orangtua dan masyarakat dalam menangkal paham radikalisme dan membangun karakter anak yang cinta akan tanah air, dan menjadi warga Negara Indonesia dengan ideologi terhadap ideologi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Untuk mengintegrasikan upaya mengangkal penyebaran paham radikal dengan PPK ini, terdapat beberapa langkah yang perlu dijalankan, yaitu sebagai berikut.
1. Penguatan GTK Dalam Membangun Karakter Siswa
a. Pemerintah dan pemerintah daerah lebih meningkatkan pendidikan berkelanjutan bagi para guru-guru Pendidikan Agama Islam PPKn dan guru relevan lainnya untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mempromosikan dan mentransformasikan pengetahuan dan perilaku toleran pada siswa.Perlu dilakukan inovasi pengembangan pembelajaran PAI dan PPKN yang lebih menarik tidak hanya didominasi dengan pendekatan ceramah-hafalan untuk pengetahuan, melainkan mencoba mengaplikasikan dalam konteks kejadian sehari-hari dan terkini-kontekstual dengan pendekatan yang kritis.
b. Kurikulum PPKn secara intens dikembangkan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa terhadap Pancasila, UUD 45, NKRI dan Binekatunggal Ika sebagai ideologi nasional hukum dasar dan kesatuan bangsa
140
dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti perlu lebih dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis, toleran, demokratis, dan multicultural sesuai tuntunan kurikulum.
d. Menguatkan peran Kepala Sekolah dan guru dalamMenciptakan kegiatan guna Pembauran antar siswa yang bhineka; menseleksi Pembina Rois yang berasal dari luar atau alumni, mengkaji materi kegiatan Rois; dan guru agama perlu mendampingi siswa dalam kegiatan-kegiatan keagamaan guna menangkal paham yang berlawanan dengan Pancasila.
2. Perbukuan dan Sumber Belajar
Pusat perbukuan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta Kementerian Agama perlu memastikan kualitas buku ajar dan buku pengayaan PPKn dan PAI yang kondusif bagi promosi dan penguatan toleransi siswa di sekolah, dan mengembangkan modul pembelajaran penguatan nasionalisme, toleransi dan perdamaian sekaligus menangkal paham radikalisme. Guru PPKn dan PAI perlu ditingkatkan kapasiasnya dalam menguasai IT dan disediakan fasilitas pembelajarann sehingga dapat mengimbangi dan mengontrol siswa menguasai materi dan teknologi pembelajaran berbasis IT dan dunia maya.
3. Penguatan Peran Masyarakat dan Orangtua
Orang tua dan Masyarakat perlu meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan sekolah dalam meningkatkan kemampuan akademik, sosial, emosional,
141
dan kesehatan fisik peserta didik; terlebih dalam mengembangkan cinta terhadap tanah air dan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme. Misalnya Kerjasama dengan FKUB untuk kegiatan kebinekaan antar siswa lintas agama.
4. Literasi Digital dan Pendampingan Keluarga
Siswa perlu mendapat pelatihan literasi digital khususnya dalam menggunakan media online yang dilakukan oleh pihak sekolah yang bekerjasama dengan berbagai instansi terkait khususnya yang berkaitan dengan paham radikalisme. Selain itu, orang tua dan keluarga perlu dilibatkan dalam pendampingan dan pengawasan penggunaan media online yang dilakukan oleh pelajar. Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidkan Keluarga (Ditbindikel) menyusun regulasi yang mengatur dan memfasilitasi literasi digital tersebut.
5. Regulasi dan Satuan Tugas Pencegahan Penyebaran Paham Radikal
Perlu regulasi/ pengaturan dari pihak-pihak terkait (Kemendikbud, Kemenag, Kemendagri) dan/atau panduan yang dapat dijadikan dasar bagi para pihakterkait untuk mencegah masuk paham radikal di lingkungan sekolah. Untuk pelaksanaan regulasi tersebut perlu dibentuk pula Satuan Tugas pencegahanpenyebaran paham radikal di lingkungan pendidikan sampai di tingkat satuan pendidikan di wilayah kecamatan kecamatan.Tugas awal ialah mendeteksi secara dini adanya gejala masuknya paham dan tindakan radikalisme di sekolah, baik oleh siswa, guru maupun GTK serta melakukan pencegahan secara dini.
142
DAFTAR PUSTAKA
Agus, SB, 2016. Deradikalisasi Dunia Maya Mencegah Simbiosis Terorisme dan Media. Jakarta: Penerbit Daulat Press Jakarta.
Alwi, Hasan, et al. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arif, Syaiful, 2010. Deradikalisasi Islam; Paradigma dan Strategi Islam Kultural, Depok: Koekoesan
Arzita Tivany Wargadiredja, 2016. Lampu Kuning Meningkatnya Radikalisme di Sekolah-Sekolah Indonesia. https://www. vice. com/id_id/article/lampu-kuning-meningkatnya-radikalisme-di-sekolah-sekolah-indonesia.May 6 2017
Busri.Endang, 2013. “Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa”. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP), vol. 10, no. 1, edisi Januari 2013, Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura
Bikhu Parekh, 2000. Rethinking Multiculturalism; cultural diversity and political theory, Cambridge; Harvard University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan
143
Idris Apandi, 2013. Kurikulum PPKN 2013 dalam http://smp3saketi.blogspot.com/2014/11/karakteristik-tujuan-dan-ruang-lingkup.html) dan https://asminkarris.wordpress.com/2013/06/29/kurikul um-ppkn-2013/
George Mc. T. Kahin (lkpi th) lengkapi
Imron, A. 2000. Budaya Kekerasan dalam Konflik Antaretnis dan Agama: Perspektif ReligiusKultural. Jurnal Akademika, No. 01/Th.XIX/2000. Surakarta: MUP
Idris, Apandi. 2013. Kurikulum PPKN 2013. https://asminkarris.wordpress.com/2013/06/29/kurikulum-ppkn-2013/
Isjwara, F., 2011. Pengantar Ilmu Politik, Bina Cipta, Bandung, Cetakan Keempatbelas
Hakim, L. 2004. Terorisme di Indonesia. Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta
Hans, Kohn. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terj. Sumantri Mertodipuro. Jakarta: Erlangga
Hasim, Moh.2015: Potensi Radikalisme Di Sekolah Studi Terhadap Buku Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar. Jurnal Edukai Volume 13, Nomor 2, Balai Litbang Agama SemarangAgustus 2015
Kemendikbud, 2016.Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/ SMK/MAK). Jakarta, Kemendikbud.
Kemendikbud, 2016. Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekoah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK). Jakarta, Kemendikbud.
144
Kemendikbud, 2016. Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta, Kemendikbud.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
LaKIP, 2011.Hasil Survei LaKIP tentang kekerasan bermerek agama di kalangan pelajar. http://sccollection.blogspot.co.id/2011/05/hasil-survei-lakip-tentang-kekerasan.html.
Maarif Institute, 2017. Ringkasan Eksekutif Penelitian Penguatan Institusi Sekolah Melalui Kebijakan Internal Sekolah yang Mengokohkan Kebinekaan: Kota Banda Aceh, Kabupaten Lebak, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Surakarta, Kota Mataram, dan Kota Makassar.
Mujani Saiful Research Consulting (SRMC) Desember 2015 dan 2007, lengkapi
Notosusanto, Nugroho 1979. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: New Aqua Press
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP),
Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang (PJPN) 2005-2025. lengkapi
RPJPN)2005-2025.
Puslitjak Dikbud. 2016/ Kajian Pendidikan Kebhinekaan Pada Satuan Pendidikan Menengah.
Risalah Sidang BPUPKIPPKI, 1995.
145
Soekarno,.1965.. Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid II. Jakarta: Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 21042/ MPK/ PR/2017 tanggal 11 April 2017 perihal implementasi PPK
SETARA Institute, 2016. Laporan Survey Toleransi Siswa SMA Negeri Di Jakarta& Bandung Raya. Jakarta, Stara Institue.
SETARA Institute, 2015. Laporan Survey Toleransi Siswa SMA Negeri Di Jakarta& Bandung Raya. Jakarta, Stara Institue.
SIDP. 2015).
SMRC, 2017. Kompas, 2007. Kewaspadaan Perlu Terus Ditingkatkan: Ada Populasi yang Ingin Pancasila Diganti. Jakarta, Kompas, 5 Juni 2017,hal 3. Responden yang memiliki hak pilih dalam pemilu/Pilkada.
SMRC. Rakyat Indonesia Menolak ISIS: Rilis Survei SMRC.http://www.saifulmujani.com/blog/2016/01/22/rakyat-indonesia-menolak-isis-rilis-survei-smrc. 2016-01-22.
Suryana, Toto. 2011. “Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antarumat Beragama” dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta'lim, vol. 9, no. 2, hlm. 127
Suprayitno, Totok, 2017. Aktualisasi Pancasila. Paparan Kolose Kanisius, 10 Mei 2017, Jakarta.
Tribun Jatengnews: “Geger Pelajar di Sekolah-Sekolah Negeri di Cilacap di Cekoki Paham Radikalisme” (tribunjatengnews.com, 3 Agustus 2017)
146
Tony Blair Foundation. 2016. Education and Security A Global Literature Review on The Role of Education in Countering Violent Religious Extremism.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Unesco, 2016. Preventing Violent Extremism. Published in 2016 by the United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, 7, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP, France.
Wahid Foundation, 2016.RI Masih Rentan Intoleransi, Wahid Foundation Sampaikan Enam Rekomendasi. http://wahidfoundation. org/ index.php/news/detail/RI- Masih-Rentan-Intoleransi-Wahid-Foun-dation-Sampaikan-Enam-Rekomendas.August 2016.
Yumarlia, Deleny 2005, Peranan Guru PKn dalam Mengem-bangkan Sikap Nasionalisme Siswa. Skripsi Sarjana FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan/
150
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN2018
DALAM PENDIDIKAN
MENANGKAL
Ada kekhawatiran masuknya paham radikal di lingkungan sekolah, karena kondisi ini bertentangan dengan fungsi sekolah sebagai institusi pendidikan formal. Harus ada upaya terutama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menangkal masuknya paham radikal di kalangan pelajar.
Kajian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1) Kondisi paham dan tindakan radikalisme di lingkungan sekolah, khususnya bagaimana tanggapannya terhadap dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar; 2) Penyebab paham dan tindakan radikalisme terjadi di lingkungan sekolah guna menyusun bahan rekomendasi kebijakan tentang strategi untuk mencegah dan menanggulangi radikalisme serta memperkuat karakter nilai nasionalis yang berdasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di kalangan pelajar.
Rekomendasi yang dihasilkan penelitian ini, yaitu: 1) Menjadikan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai poros untuk menangkal penyebaran paham radikal di satuan pendidikan; 2) Penguatan GTK dalam membangun karakter siswa; 3) Pusat Perbukuan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta Kementerian Agama perlu memastikan kualitas buku ajar dan buku pengayaan PPKn dan PAI yang kondusif bagi promosi dan penguatan toleransi siswa di sekolah, dan mengembangkan modul pembelajaran penguatan nasionalisme, toleransi dan perdamaian sekaligus menangkal paham radikalisme; 4) Masyarakat dan orang tua siswa perlu lebih berperan dalam Penguatan Pendidikan Karakter siswa melalui pendidikan di lingkungan keluarga, memberikan keteladanan, contoh kepemimpinan dan pendampingan serta menangkal paham radikalisme, termasuk penggunaan medsos; 5) Perlu regulasi/aturan dari pihak-pihak terkait (Kemendikbud, Kemenag, Kemendagri) dan/atau panduan yang dapat dijadikan dasar bagi para pihak terkait untuk mencegah masuk paham radikal di lingkungan sekolah.