Media dalam proses pembelajaran
-
Upload
august-ruris-narendra -
Category
Education
-
view
73 -
download
8
Transcript of Media dalam proses pembelajaran
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar formal yang diselenggarakan di sekolah bertujuan
untuk menguasai sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik,
baik kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (ketrampilan)
sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Untuk itu, peserta didik diarahkan
pada kegiatan pembelajaran yang bisa membawa perubahan pada diri peserta
didik secara terencana. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, antara lain: pendidik, bahan / materi,
berbagai sumber belajar, dan media pembelajaran.
Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat
diperlukan pada anak-anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak
berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan tinggi. Pada
tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak
didik dengan mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan
mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan
media yang dapat dipilih.1
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia
bukan tujuan sehingga kaidah pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar
juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan media.
Anak-anak yang peka atau auditif mungkin tidak banyak memerlukannya
tetapi anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk
memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Demikian pula waktu
penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan dengan
bantuan media.
Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, makapengajar
dewasa ini dapat dengan “mudah” memilihnya. Peralatan media yang pada
mulanya terbatas dan sangat mahal, dewasa ini dengan mudah dipelajari dan
1 Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005, hal. 77
18
dipergunakan seperti kamera fotografi, kamera video, menjalankan proyektor
slide, atau TV-video. Akan tetapi tanpa memperhatikan apakah media yang
digunakan bersifat “lama” atau “baru” maka yang terpenting adalah terletak
pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keterampilan memilih,
menggunakan, dan kemampuan mengembangkan perangkat lunak. Media
yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup lengkap, tetapi tentu ada juga
yang sangat minim dan terbatas. Jika minim, atau bahkan tidak tersedia, maka
media-media sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan bantuan
beberapa siswa, misalnya kliping, media grafis, peta, atau gambar.
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya sedikit gambaran di atas, penulis bisa menarik
beberapa kesimpulan yang kiranya pantas jika kita jadikan rumusan masalah,
yaitu:
1. Bagaimana teknik dan cara penerapan media sebagai sumber belajar?
2. Jenis-jenis media apa sajakah yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka tujuan
penulisan masalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui teknik dan cara penerapan media sebagai sumber
belajar.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis media apa sajakah yang dapat digunakan
sebagai sumber belajar
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Media Pembelajaran
Ada beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telah
dikemukanan oleh para ahli, antara lain:
1. S. Gerlach dan P. Ely dalam bukunya Teaching and Media (1971)
memberikan dua makna tentang media pembelajaran, yakni arti luas dan
arti sempit. Dalam arti luas media pembelajaran berarti orang, material,
kejadian yang dapat menciptakan kondisi, sehingga memungkinkan pelajar
dapat pengetahuan, keterampilan atau sikap yang baru. Sedangkan dalam
arti sempit media pembelajaran berarti grafik, potret, gambar, alat-alat
mekanik, elektronik yang dipergunakan untuk menangkap, memproses
serta menyampaikan informasi visual atau verbal. 2
2. Robert M. Gagne dalam The Conditions of Learning (1970) menyatakan
bahwa istilah media pendidikan digunakan untuk menunjukkan berbagai
macam komponen lingkungan belajar yang dapat menimbulkan
perangsang untuk si pelajar. Dengan kata lain yang menyebabkan
terjadinya komunikasi dengan pelajar. Termasuk dalam pengertian ini
adalah guru, serta berbagai macam alat mulai dari buku sampai pada
televisi, yang secara umum mempunyai fungsi dalam upaya memberikan
input kepada murid.
3. Sedangkan I Wayan Ardhana, dalam Media Instruksional (1982)
mengartikannya dengan segala sesuatu yang dapat dipakai untuk
memberikan rangsangan sehingga terjadi interaksi belajar mengajar dalam
upaya untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.
4. Sementara Suprapto dkk dalam bukunya Media Pendidikan (1982)
mendefinisikan media pendidikan dengan semua alat pembantu yang
secara efektif dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2 Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986, hal. 73. Lihat pula: Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010, hal. 89
18
5. Begitu pula Sri Widiastuti, dkk dalam Media Pendidikan (1982)
memberikan definisi dengan semua alat yang dapat dipergunakan melalui
indera pendengaran, pengamatan (telinga, mata) dalam proses kegiatan
belajar, karena itu alat-alat bantu tersebut sering dinamakan alat pembantu
dengar-andang atau audio visual aids (AVA).
6. Oemar Hamalik dalam bukunya berjudul Media Pendidikan (1976)
memberikan pengertian dengan alat, metode dan teknik yang dipergunakan
dalam upaya untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajarandi sekolah.
7. Mahfudh Shalahuddin dalam bukunya berjudul Media Pendidikan Agama
(1986) memberikan kesimpulan tentang pengertian media pendidikan
dengan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, kemauansiswa sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa.
B. Urgensi Media Pembelajaran
Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli.
Menurut Kemp & Dayton (1985:3) meskipun telah lama disadari bahwa
banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta
pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat
lambat. Beberapa dampak positif penggunaan media yang dikemukakan oleh
mereka adalah sebagai berikut.3
1. Penyampaian pelajaran lebih baku. Setiap pelajaran yang melihat atau
mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2. Pembelajaran bisa lebih menari. Media dapat mengasosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan tetap
memperhatikan
3 Sholahuddin, Pemanfaatan Media Dan Sumber Belajar, Makalah disampaikan pada Diklat Peningkatan Kualitas Guru PAI Kanwil Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah dan DIY di Semarang, 2010, hal. 4
18
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar
dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,
umpan balik, dan penguatan.
4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-
elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,
spesifikm dan jelas.
6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan, terutama jika
media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara indvidu
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajarai dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif
Dale (1969:180) mengemukakakan bahwa bahan-bahan audio visual
dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan guru – siswa tetap merupakan elemen paling penting
dalam sistem pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk
menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja. Beberapa
manfaat media yang dikemukan oleh Dale adalah:
1.meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2.membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3.menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
4.membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5.membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6.mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan
meningkatnya hasil belajar;
18
7.memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;
8.melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep
yang bermakna dapat dikembangkan;
9.memeprluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
10.meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan
jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang
bermakna.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15)
merinci manfaat media pendidikan sebagai berikut:4
1.Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme;
2.Memperbesar perhatian siswa;
3.Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh
karena itu membuat pelajaran lebih mantap;
4.Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri di kalangan siswa;
5.Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui
gambar hidup;
6.Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa;
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain,
dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, yaitu:5
1. dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
meperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa;
4 Ibid5 Ibid
18
2. dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa
dengan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-
sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya;
3. dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.
C. Klassifikasi Media Pembelajaran
Para ahli (Burton, Edgar Dale, dan Romiszowiski) mengemukakan
berbagai jenis media pembelajaran dengan criteria yang berbeda-beda. Burton
(dalam Nasution, 1986) membagi media berdasarkan pengalaman langsung
dan pengalaman tak langsung. Pengalaman langsung yaitu turut melakukan
dan mengalaminya. Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat berdasarkan
pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan melihat
peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar (melihat film atau foto),
berdasarkan lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan
bahasa (membaca uraian dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang
seperti lambang istilah, rumus dan indeks.6
Sedangkan Romiszowski (1992) (dalam Sapriya, 1999)
mengemukakan bahwa media dapat diartikan dalam pengertian sempit dan
pengertian luas. Dalam pengertian sempit, media meliputisejumlah alat yang
dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran yang telah
direncanakan. Sedangkan dalam pengertian luas, diartikan bukan hanya media
komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah
perangkat yang lebih sederhana seperti slide, photo, diagram, dan chart buatan
guru, benda-benda dan kunjungan ke tempat di luar sekolah. Bahkan gurupun
dapat menjadi salah satu media presentasi seperti halnya radio dan televise
yang menyampaikan informasi.
Jika dilihat dari indera (sensory channels), media pembelajaran dapat
dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio), dapat dilihat (visual),
6 Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005, hal. 67
18
dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan dapat disentuh (touch). Jenis
media tersebut dapat digambarkan sbb:
JENIS MEDIA CONTOH MEDIA
Audio (suara/bunyi)
Visual (pandang)
Audio-Visual (pandang-dengar)
Touch (sentuhan)
Suara guru, Laboratorium bahasa,
tape, siaran radio.
Papan tulis, gambar, photo,
model/bagan, charts, hand-out, buku
teks, film slide, transparansi, dsb.
Televisi, video, film/bioskop.
Contoh kain (tekstil)
Sumber: Sapriya, Dkk (1999).
Pengklafikasian media belajar yang paling populer, barangkali adalah
yang dikemukakan oleh Edgar Dale. Dalam usaha memanfaatkan media
sebagai alat bantu ini Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut
tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut
kemuduan dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dan
pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling
sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.7
Edgar Dale (1996) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan
istilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu: 1) pengalaman
langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3) dramatisasi; 4) Demonstrasi; 5)
Karyawisata; 6) Pameran; 7) gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati;
9) lambang visual; 10) lambang verbal.
Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, dapat belajar dengan:
mengalaminya secara langsung dengan melakukannya atau berbuat (nomor 1
s.d. 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d. 8); dan membaca
atau menggunakan lambang (nomor 9 dan 10). Kerucut pengalaman tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:8
7 Yusufhadi Miarso, dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV Rajawali, 1984, hal. 918 Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010, hal. 81
18
Dari pengertian-pengertian di atas, usaha pengklasifikasian media
mengungkapkan karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menurut
tujuan atau maksud pengelompokannya. Kharakteristik media juga dapat
dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya
dengan tingkatan hierarki belajar seperti yang digarap oleh Gagne, dan
sebagainya.
D. Media Dalam Proses Pembelajaran
Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu
mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal
yanh jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak
adalah buku-buku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan
efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat
18
membantu menjelaskan bahan lebih realistic.9 Dengan demikian salah satu
tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan
media pengajaran. Dalam dimensi social, mencari dan menentukan sumber
belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebab bahan
ajarnya sangat dinamis.
Pembagian klasik dari media pengajaran didasarkan pada jenis materi
yang dibagi menjadi materi bacaan seperti buku, majalah, ensiklopedia, surat
kabar dan materi bukan bacaan. Materi bacaan merupakan materi visual yang
bersifat fiksi maupun non fiksi. Materi yang bukan bacaan mempunyai
pengertian yang luas mengacu pada penglihatan (visual) dan pendengaran
(audio) untuk menjelaskan arti dari penafsiran (interpretasi) atau kata-kata
yang tercetak seperti pada buku-buku (materi). Dalam arti terbatas, sebagian
besar materi pembelajaran tergantung pada bacaan seperti misalnya bagan dan
peta mempunyai judul dan legenda (kata-kata penjelasan pada peta), film strip
mempunyai caption (kata-kata tercetak pada foto atau ilustrasi).
Materi bukan bacaan membuka kesempatan belajar yang sangat baik
terutama bagi siswa yang secara individual lamban dalam keterampilan
membacanya. Tetapi tentu saja penggunaan materi-materi bukan bacaan ini
tidak hanya terbatas untuk siswa yang belum dapat membaca saja. Banyak
sekali materi ini memberikan informasi yang sulit diperoleh melalui bacaan.
Film tentang kehidupan suku Dani atau Asmat di Irian Jaya atau kehidupan
orang laut di Riau kepulauan, misalnya adalah pengalaman-pengalaman yang
tidak dapat disalin (duplikat) kembali dengan berbagai cara dalam ruang kelas.
Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk
memberi arti dan memperkaya pelajaran semua siswa, baik yang mampu
membaca maupun yang masih sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-
alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit untuk dijelaskan dalam
materi cetak bacaan. Pengadaan karya wisata misalnya kunjungan di sebuah
perusahaan atau sentra kerajinan adalah suatu cara untuk memberikan
9 Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press, 1996, hal. 88
18
pengalaman langsung kepada siswa mengenai beberapa aspek masalah yang
sedang dipelajari. Penggunaan film, film strip, dan gambar-gambar
memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan suatu
latar belakang yang sama.
Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah verbalisme, yang
terdapat dalam setiap situasi belajar.10 Menurutnya penyakit tersebut
biasanyatidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum
mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan
pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta
menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat dianggap
permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka
peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman
yang kongkrit. Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media
dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pelajaran merupakan alat bantu
yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang
disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian
keberhasilan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih
termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.
E. Disain Pembuatan Media Pembelajaran Pembelajaran
1. Prasyarat Membuat Media Pembelajaran
Seorang guru akan mampu membuat media pembelajaran sendiri jika
memiliki tiga kemampuan yang diperlukan, yaitu: 11
a. Menguasai bidang studi (pesan yang akan diperlukan).
b. Dapat menyususn disain pembuatan media.
c. Menguasai teknik pembuatan media yang diperlukan.
2. Langkah-langkah Penyusunan (Disain Pembuatan Media Instruksional
Sederhana)
10 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hal. 5511 Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010, hal. 43
18
Secara sederhana ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam proses
penyusunan media pembelajaran, antara lain:
a. Ide.
b. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
c. Merumuskan tujuan.
d. Menentukan kerangka isi bahan pelajaran.
e. Menentukan jenis media.
f. Menentukan perlakuan (treatmen) dan partisipasi siswa.
g. Membuat sket / story board.
h. Menentukan bahan/alat untuk produksi.
i. Pelaksanaan produksi.
j. Penyuntingan.
k. Uji coba (jika mungkin dilakukan)
1) Ditunjukkan pada para ahli.
2) Digunakan sesuai disain pada kelompok kecil audien.
3. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran Materi Gerhana
Berikut ini beberapa contoh penggunaan media dalam tema gerhana:
a. Media Audio
1) Radio
Seorang guru setelah menuliskan uraian sistematis tentang gerhana,
maka uraian tersebut dikomunikasikan kepada murid sebagai
audien melalui pemancar radio dengan menggunakan gaya
berbicara yang komunikatif, sementara murid menyimak dan
meresume dari hasil mendengarkan melalui pesawat radio.
2) Tape recorder, pita suara, piringan hitam, mp3 player
Uraian yang telah ditulis secara sistematis tersebut dibaca oleh
seorang guru sebagai pengisi suara yang direkam dengan alat
perekam suara. Setelah disimpan dalam bentuk kaset, atau compact
disc, atau file mp3 maka siswa memutar ulang dengan alat pemutar
suara sehingga bisa menyimak berulang-ulang dan meresumenya.
18
b. Media Visual
1) Media visual diam
a) Media gambar datar: foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat
kabar, buku referensi dan hasil cetakan (gambar ilustrasi,
gambar, kliping).
Guru dapat memanfaatkan beberapa jenis dokumentasi untuk
menyampaikan pesan yang disampaikan. Beberapa foto terkait,
buku-buku pelajaran maupun referensi, ensiklopedia, majalah
maupun surat kabar yang memiliki artikel maupun memuat
gambar terkait. Dapat juga memanfaatkan klipping yang
ditugaskan kepada siswa ataupun yang dihimpun sendiri oleh
guru.
b) Media proyeksi diam: film bingkai/slides, film rangkai/film
strip, transparansi, mikrofis, overhead projector.
Bagi yang berkemampuan dan memiliki fasilitas lebih, dapat
memanfaatkan beberapa peralatan elektrik tersebut untuk
dijadikan sebagai media untuk menyampaikan pesan guru.
Hanya saja harus disesuaikan dan didesain sedemikian rupa
sehingga tidak banyak waktu yang terbuang hanya untuk
persiapan dan pengemasan seusai presentasi pelajaran.
c) Media grafis atau carta: grafik, bagan, diagram, sketsa, poster,
gambar kartun, peta dan globe.
Media ini termasuk sederhana dan mudah dibuat oleh guru
yang tidak begitu memiliki kemampuan dan fasilitas yang
cukup. Asalkan mampu menyampaikan dengan metode yang
tepat, maka sebenarnya media ini cukup efektif dipergunakan
oleh guru.
2) Media visual bergerak: film bisu
Untuk materi gerhana memang tidak terlalu memerlukan suara,
karena memang proses kejadiannya tak ada suara yang
menyertainya, hanya saja siswa tidak bisa berlama-lama
18
konsentrasi mengikuti dengan media seperti ini, sehingga guru
dituntut untuk mampu menghidupkan suasana pembelajaran agar
senantiasa penuh motivasi yang akan mendukung mudahnya
tersampaikan pesan yang dituju.
c. Media Audio Visual
1) Media audio visual diam: televisi diam, slide dan suara, film
rangkai dan suara, buku dan suara.
Meskipun media ini tergolong tanggung, namun guru juga dapat
memanfaatkan media ini. Sekenario harus dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak akan keluar dari konteks masalah yang ditentkan.
2) Media audio visual bergerak: video, CD, film rangkai dan suara,
televisi, gambar dan suara.
Media ini termasuk media yang menarik, karena tidak memerlukan
kemampuan yang lebih bagi guru dalam menggunakannya maupun
siswa dalam mengikutinya. Hanya saja guru harus pandai-pandai
dalam memberikan jeda untuk memberikan refleksi atau narasi
serta memberikan kesimpulan.
d. Media Serbaneka
1) Papan dan Display: papan tulis, papan pamer/papan
pengumuman/papan bulletin, papan magnetic, media pengganda
Media ini paling mudah dan paling banyak tersedia di setiap unit
lembaga pembelajaran dan paling mudah pemakaiannya. Hanya
saja karena sudah terlalu sering dilihat oleh para pelaku
pembelajaran, maka sepertinya media ini kurang memiliki daya
tarik seperti media yang lain.
2) Media Tiga Dimensi: model dan realita, sampel dan artifact
Guru dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran terkait
sehingga model media yang sebenarnya pada mata pelajaran
tersebut telah memilikinya guru bersangkutan dapat
memanfaatkannya. Akan lebih baik lagi jika dalam situasi
pembelajaran dengan media ini menggunakan pola pembelajaran
18
dengan team teaching, atau bisa juga dengan metode diskusi
kelompok yang penekanannya adalah pengamatan.
3) Media Teknik Dramatisasi: Bermain peran (role-playing),
Simulasi.
Dapat dipergunakan untuk menggambarkan tentang persepsi yang
salah terhadap gerhana sebagai fenomena alam bisasa. Secara tidak
langsung siswa akan memahami tentang kesalahan persepsi
sebagian masyarakat dan mampu menangkap pesan tentang
bagaimana seharusnya menyikapi kejadian alam tersebut. Guru
dituntut untuk membuat atau minimal mempersiapkan sekenario
lebih detail agar tidak terlalu melebar sehingga pesan tak
tersampaikan dengan baik.
4) Sumber Belajar pada Masyarakat: Narasumber, Kunjungan studi
dan survey masyarakat, proyek pelayanan terhadap masyarakat
Terkait dengan tema, siswa dapat diajak bersama narasumber
maupun masyarakat sekitar untuk melakukan shalat gerhana
berjama’ah. Guru harus berkoordinasi dengan elemen masyarakat
yang terkait agar program dapat berjalan secara efektif. Siswa juga
harus dikondisikan sedemikian rupa sehingga akan dapat
menghindari ekses negative yang mungkin dapat timbul akibat
keisengan para siswa.
5) Komputer
Mungkin inilah media paling mutakhir saat ini. Media yang berupa
mesin pintar ini dapat diisi program yang berisi tentang
pembelajaran apapun tak terkecuali tentang gerhana. Apalagi jika
terhubung dengan internet, maka guru akan lebih leluasa
mendapatkan contoh program yang dapat dimanfaatkan sebagai
acuannya. Hanya saja, media ini termasuk paling riskan karena
rentan dengan kerusakan sehingga semua pihak yang terkait harus
benar-benar teliti dan hati-hati dalam menggunakannya.
18
Kebanyakan pelaku pembelajar menggunakan aplikasi power
point, padahal masih banyak aplikasi lain yang sebenarnya lebih
atraktif dan menarik siswa.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk masa ini media sangat diperlukan dalam menyampaikan pesan
secara efektif dan efisien, tak terkecuali dalam proses pembelajaran.
2. Dalam mempersiapkan media pembelajaran harus memperhatikan dan
mempertimbangkan banyak hal agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan lebih baik.
3. Media apapun yang digunakan, guru hendaknya harus tetap menguasai
didaktik dan metodik disamping penguasaan materi pembelajaran itu
sendiri.
4. Semutakhir apapun media yang dapat dipergunakan, karena sifatnya yang
tidak kekal dan suatu saat bisa saja terjadi gangguan secara teknis maupun
non teknis maka guru harus mampu memanfaatkan dirinya sebagai media.
5. Media pembelajaran berkembang sangat pesat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga guru harus
senantiasa “mengupdate dan mengupgrade” secara kontinyu.
B. Saran
Dengan adanya media sebagai sumber pembelajaran, perlu adanya
suatu penyuluhan yang diberikan kepada semua personel
pendidikan/pembelajaran yang apabila hal ini terpenuhi akan terlahirnya
generasi yang maju. Oleh karena itu, kami penulis membuat makalah ini agar
semua pihak dapat memanfaatkan media sebagai sumber pambelajaran.
Saran untuk semua pihak, memanfaatkan media ini sebaik-baik nya untuk
membangun bangsa yang tercinta ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Ilmu Pengetahuan Sosial (Materi Pelatihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005
Dit. SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2002), Pemilihan Strategi dan Media Pembelajaran PPKn, Jakarta.
Hartono Kasmadi (1996), Model-model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Pers.
Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986.
Nasution (1986), Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Nasution (1992), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Piran W., Sasonohardjo, 2002, Media Pembelajaran, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Rohmat, Media Pembelajaran (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Logung, 2010.
Sapriya, Dkk (1999), Studi tentang Media Pembelajaran Nilai dalam Mata Pelajaran PPKn di SLTP dan SMU Bandung (Laporan Penelitian, tidak diterbitkan)
Usman, Uzer. Moh. 2001. Menjadi Guru Professional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Yusufhadi Miarso, dkk., Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV Rajawali, 1984.