MCUA

24
BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH 2.1.1Non-ScoringTechnique Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritasmasalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “ Nominal Group Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu: A. Metode Delbeq Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan melaluidiskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama. B. Metode Delphi Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.

description

mcua

Transcript of MCUA

Page 1: MCUA

BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH

2.1.1 Non-ScoringTechnique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritasmasalah yang lazim

digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini, masalah

dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “ Nominal Group

Technique” (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:

A. Metode Delbeq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini dilakukan

melaluidiskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama

keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan

penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman

peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah

prioritas masalah yang disepakati bersama.

B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai

keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta

untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah

yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas

masalah.

2.1.2 ScoringTechnique

Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik

skoring antara lain :

2.1.2.1 Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:

1. Prevalence

Besarnya masalah yang dihadapi

2. Seriousness

Page 2: MCUA

Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan

dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah

kesehatan tersebut.

3. Manageability

Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya

4. Community concern

Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut.

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu

sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap

masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai

kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah

dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode

ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah

terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang

akan diambil

2.1.2.2 Metode Matematik PAHO

Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah

yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk

penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang

dipakai ialah:

1. Magnitude

Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang

ditunjukkan dengan angka prevalensi

2. Severity

Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate

masing- masing penyakit.

3. Vulnerability

Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi

masalah tersebut

4. Community and political concern

Page 3: MCUA

Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran

masyarakat dan para politisi

5. Affordability

Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia

2.1.2.3 Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)

Padametodeini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan

mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini memakai lima kriteria

untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian

dandikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat

lebih objektif. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas

masalah. Kriteria yang dipakai terdiri dari:

. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga

menimbulkan kematian atau kesakitan.Parameter yang digunakan dalam kriteria

ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit.

Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan

parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat

ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah K1, maka yang

digunakan sebagai parameter adalah angka kematian ibu dan lain sebagainya.

. Greetes member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang

terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa

penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.Sedangkan

untuk masalah lain, maka greetes member ditentukan dengan cara melihat selisih

antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target

yang telah ditetapkan.

. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sector

lain di luar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa

luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah

Page 4: MCUA

tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan

dengan masalah tersebut.

. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa

mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah

ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas

terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya

anggaran untuk kegiatan tersebut.

. Policy

Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah

kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat

memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah

mendukung terselesaikannya masalah tersebut. Hal tersebut dapat dinilai dengan

apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern terhadap masalah

tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi masyarakat yang concern terhadap

permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai

media.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas untuk penilaian masalah

dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan

dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif.

Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan

digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu

dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai nilai bobot

yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang

tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.

a. Bobot 5 : paling penting

b. Bobot 4 : sangat penting sekali

c. Bobot 3 : sangat penting

d. Bobot 2 : penting

e. Bobot 1 : cukup penting

Page 5: MCUA

Tabel : Penentuan Masalah Program Gizi menurut Metode MCUA di Kecamatan Cempaka Putih Periode Januari - November 2014

No Parameter Bobot MS–1 MS–2 MS-3 MS-4N BN N BN N BN N BN

1 Emergency 5 1 5 2 10 3 15 2 102 Greatest Member 4 10 40 10 40 10 40 10 403 Expanding Scope 3 10 30 10 30 10 30 10 30

4 Feasibility 2 7 14 7 14 7 14 7 145 Policy 1 5 5 5 5 5 5 5 5

Jumlah 94 99 104 99

No Parameter Bobot MS–5 MS–6 MS-7 MS-8N BN N BN N BN N BN

1 Emergency 5 1 5 4 20 2 10 3 152 Greatest Member 4 10 40 10 10 3 13 5 103 Expanding Scope 3 10 30 10 30 5 15 3 9

4 Feasibility 2 7 14 7 14 8 16 10 205 Policy 1 5 5 5 5 3 3 3 3

Jumlah 94 79 57 57

5

Page 6: MCUA

No Parameter Bobot MS–9 MS–10 MS-11 MS-12N BN N BN N BN N BN

1 Emergency 5 1 5 2 10 4 20 2 102 Greatest Member 4 5 20 3 15 10 40 10 403 Expanding Scope 3 3 9 3 9 10 30 10 30

4 Feasibility 2 10 20 12 24 7 14 7 145 Policy 1 3 3 3 3 3 3 5 5

Jumlah 57 61 107 99

No Parameter BobotMS–13 MS–14 MS-15 MS-16

N BN N BN N BN N BN1 Emergency 5 1 5 10 50 1 5 2 102 Greatest Member 4 4 10 40 10 40 10 40 103 Expanding Scope 3 10 30 10 30 10 30 10 30

4 Feasibility 2 7 14 8 16 7 14 7 14

5 Policy 1 5 5 5 5 5 5 5 5

Jumlah 64 111 64 69

6

Page 7: MCUA

Keterangan :

MS-1

Cakupan pemberian vitamin A biru (0-11 bulan) di wilayah Puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014

MS-2

Cakupan pemberian vitamin A merah (12-59 bulan) di wilayah Puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014

MS-3

Cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Cempaka

Putih Januari 2014 - November 2014

MS-4

Cakupan Program Partisipasi Masyarakat (D/S) di wilayah puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014

MS-5

Cakupan Program (K/S) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih

Januari 2014 - November 2014

MS-6

Cakupan Program (N/D) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih

Januari 2014 - November 2014

MS-7

Cakupan Program (D/K) di wilayah puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Timur

Januari 2014 - November 2014

MS-8

Cakupan Program (D/K) di wilayah puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat

I Januari 2014 - November 2014

MS-9

Cakupan Program (D/K) di wilayah puskesmas Kelurahan Cempaka Putih Barat

II Januari 2014 - November 2014

MS-10 Cakupan Program (D/K) di wilayah puskesmas Kelurahan Rawasari Januari

7

Page 8: MCUA

2014 - November 2014

MS-11

Cakupan Program (N/S) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih

Januari 2014 - November 2014

MS-12

Cakupan Balita BGM di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih

Periode Januari 2014 – November 2014

MS-13

Cakupan Program gizi buruk di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka

Putih Januari 2014 – November 2014

MS-14

Cakupan Program gizi buruk yang dirawat di wilayah puskesmas se-Kecamatan

Cempaka Putih Timur Januari 2014 – November 2014

MS-15

Cakupan Program Fe 1 pada ibu hamil di wilayah puskesmas se-Kecamatan

Cempaka Putih Januari 2014 – November 2014 adalah sebesar 93,42 %

MS-16

Cakupan Program Fe 3 pada ibu hamil di wilayah puskesmas se-Kecamatan

Cempaka Putih Januari 2014 – November 2014 adalah sebesar 90,68 %

8

Page 9: MCUA

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari masalah di atas, didapatkan tiga prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi karena adanya

keterbatasan sumberdaya, tenaga, waktu dan dana yaitu :

1. Cakupan Program (N/S) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014 adalah sebesar 34% kurang dari target 60%,

dengan final score 107

2. Cakupan Program gizi buruk yang dirawat di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 – November 2014 adalah sebesar 0,64 %

kurang dari target sebesar 100%, dengan final score 111

2.1.4 Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian

masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada tahap ini, digunakan

diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data

Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem. Sumber daya

sistem adalah: (Azwar Azrul, 1996).

a. Man : Sumber daya manusia

b. Money : Dana

c. Material : Sarana

d. Method : Cara

9

Page 10: MCUA

Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi output. Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari:

a. Planning (perencanaan):

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya

b. Organizing (pengorganisasian):

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk

mencapai tujuan organisasi

c. Actuating (panggerak pelaksanaan):

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah

dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia

d. Controlling (monitoring):

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi

penyimpangan

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya dengan menggunakan fishbone diagram/Ishikawa:

1. Cakupan Program (N/S) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014 adalah sebesar 34% kurang dari target

60%, dengan final score 107

2. Cakupan Program gizi buruk yang dirawat di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 – November 2014 adalah sebesar 0,64

% kurang dari target sebesar 100%, dengan final score 111

10

Page 11: MCUA

Anggaran untuk pelaksanaan program gizi masih kurang

Alat (timbangan) untuk mendeteksi gizi buruk sebagian kurang akurat.

Program gizi bukan merupakan prioritas anggaran puskesmas

Cara penyampaian penyuluhan yang diberikan sama setiap bulannya

Cara penyampaian ahli gizi kurang menarik

Susunan rencana program kegiatan kurang berjalan dengan baik.

Banyaknya program yang harus disusun oleh Puskesmas

Pembagian tugas di lapangan tidak merata

Koordinasi antara tenaga kesehatan dan tenaga lapangan tidak terkoordinasi dengan baik

Pelaksanaan program di lapangan kurang optimal

Kurangnya pencatatandan pelaporan kasus gizi

Evaluasi program kurang berjalan dengan baik

Tidak semua kasus dilaporkan

Ibu tidak menimbang balita secara teratur

Kesadaran ibu terhadap gizi balita kurang

Jumlah petugas kesehatan yang berkompeten dalam program gizi sedikit.

Gambar 2.1 Fishbone Cakupan Program (N/S) di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014 adalah sebesar 34%

kurang dari target 60%

11

Actuating Planning

Environment

Material Money

Man

Organizing

Cakupan Program (N/S) di wilayah puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November

2014 adalah sebesar 34% kurang dari target 60%,

Method

Controlling

Jumlah program tidak sebanding dengan jumlah petugas kesehatan

Kurang pedulinya

petugas kesehatan terhadap struktur organisasi

Kepala program memegang lebih dari satu programPetugas kesehatan yang

berwenang dalam mengawasi pendataan kasus tidak ada

Pendidikan ibu yang rendah

Ahli gizi kurang terlatih dan terampil dalam penyampaian penyuluhan

Kurangnya perhatian terhadap pengontrolan alat Keterbatasan dana

puskesmas

Puskesmas tidak menjadikan program gizi sebagai prioritas utama

Tidak adanya penerimaan ahli gizi baru

Pengetahuan ibu kurang terhadap gizi balita

Kurangnya pengawasan dalam mendata kasus dilapangan

Susunan struktur organisasi kurang jelas

Page 12: MCUA

Petugas kesehatan yang berkompeten sedikit.Tidak ada masalahAlat (timbangan) untuk mendeteksi gizi buruk sebagian kurang akurat.

Orangtua lebih memilih anaknya di rawat sendiri di rumah saja

Kurangnya perawatan pada balita gizi buruk

Perencanaan kegiatan kurang berjalan dengan baik

Koordinasi anatara dokter dan ahli gizi kurang

Pembagian tugas di lapangan tidak merata

Koordinasi antara tenaga kesehatan dan tenaga lapangan tidak terkoordinasi dengan baik

Pelaksanaan program gizi kurang optimal

Kurangnya kepedulian masyarakat untuk pelaporan balita gizi buruk yang harus di rawat

Evaluasi program kurang berjalan dengan baik

Pelaporan kasus baru balita gizi buruk yang harus di rawat oleh kader sering telat

Persepsi masyarakat yang salah tentang perawatan balita gizi buruk

Ahli gizi memegang lebih dari satu program.

Gambar 2.2 Fishbone Cakupan Program gizi buruk yang dirawat di wilayah puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 – November 2014 adalah

sebesar 0,64 % kurang dari target sebesar 100%

12Actuating Plannin

gEnvironment

Material Money Man

Organizing

Cakupan Program gizi buruk di wilayah puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November

2014 adalah sebesar 0,64% kurang dari target 100%,

Method

Controlling

Jumlah dokter kurangTidak ada penerimaan ahli gizi baru

Kurang pengetahuan tentang balita gizi buruk yang harus di rawatKurang pengawasan

kinerja kader.

Masyarakat kurang koordinasi dengan petugas kesehatan

Orangtua kurang mengetahui pentingnya balita gizi buruk yang di rawat

Puskesmas tidak menjadikan program gizi sebagai prioritas utama

Tidak adanya penerimaan ahli gizi baru

Kurang mengerti pentingnya tentang perawatan balita gizi buruk

Kader kurang aktif mengumpulkan laporan kasus

Jumlah ahli gizi kurang

Kurangnya perhatian terhadap pengontrolan alat

Page 13: MCUA
Page 14: MCUA

2.1.5 Menentukan penyebab masalah yang paling dominan

Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang dominan.

Dari dua prioritas masalah yang ada, dengan menggunakan metode Ishikawa

atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan) dan telah

dikonfirmasi dengan data yang ada, ditemukanlah akar penyebab masalah

(yang terdapat pada lingkaran). Dari sekian banyak akar penyebab masalah

yang telah ditemukan, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling

dominan. Akar penyebab masalah yang paling dominan adalah akar

penyebab masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian

besar masalah dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang

paling dominan adalah melalui cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan

pemahaman program yang cukup.

Menggunakan gambar diagram tulang ikan (fishbone) dapat diketahui

akar penyebab masalah yang paling dominan dalam program imunisasi dasar

di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih periode Januari –

November 2014.

Page 15: MCUA

2.1.5.1 Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan

fishbone (diagram tulang ikan) pada Cakupan Program (N/S) di wilayah

puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih Januari 2014 - November 2014

adalah sebesar 34% kurang dari target 60%

Akar penyebab masalah yang di temukan pada input adalah:

1. Puskesmas tidak menjadikan program gizi sebagai prioritas utama

( Man )

2. Kurangnya perhatian terhadap pengontrolan alat ( Material )

3. Ahli gizi kurang terampil dan terlatih dalam penyampaian

penyuluhan ( Method )

4. Keterbatasan dana puskesmas ( Money ).

Akar penyebab masalah yang di temukan pada proses adalah:

1. Kurangnya tenaga kerja pelaksana program gizi di Puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih ( Organizing )

2. Tidak adanya petugas yang mengawasi secara langsung

pelaksanaan kegiatan gizi di wilayah kerja Puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih (Controlling )

3. Kepala program memegang lebih dari satu program gizi di

Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih ( Actuating )

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada environment adalah:

1. Pendidikan ibu yang rendah

Dari delapan akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar

penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi,

observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab

masalah yang paling dominan tersebut adalah:

1. Kurangnya tenaga kerja pelaksana program gizi di Puskesmas se-

Kecamatan Cempaka Putih ( Organizing ).

2. Ahli gizi kurang terampil dan terlatih dalam penyampaian

penyuluhan ( Method ).

Page 16: MCUA

3. Keterbatasan dana puskesmas ( Money ).

2.1.5.2 Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone

(diagram tulang ikan) pada Cakupan Program Gizi Buruk yang

dirawat di wilayah Puskesmas se-Kecamatan Cempaka Putih

Periode Januari-November 2014 adalah sebesar 0,64 %, lebih

rendah dari target sebesar 100 %.

Akar penyebab masalah yang di temukan pada input adalah:

1. Puskesmas tidak menjadikan program gizi sebagai prioritas utama

( Man )

2. Kurangnya perhatian terhadap pengontrolan alat ( Material )

3. Orangtua kurang mengetahui pentingnya gizi buruk yang dirawat

( Method )

Akar penyebab masalah yang di temukan pada proses adalah:

1. Tidak ada penerimaan ahli gizi baru di Puskesmas se-Kecamatan

Cempaka Putih ( Organizing )

2. Kurangnya pengetahuan tentang balita gizi buruk yang harus

dirawat (Actuating )

3. Kurangnya pengawasan kinerja kader di wilayah kerja Puskesmas

se-Kecamatan Cempaka Putih ( Controlling )

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada environment adalah :

1. Masyarakat kurang koordinasi dengan petugas kesehatan.

Dari tujuh akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar

penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi,

observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab

masalah yang paling dominan tersebut adalah :

1. Puskesmas tidak menjadikan program gizi sebagai prioritas utama

( Man ).

2. Orangtua kurang mengetahui pentingnya gizi buruk yang dirawat

( Method )

Page 17: MCUA

3. Kurangnya pengawasan kinerja kader di wilayah kerja Puskesmas

se-Kecamatan Cempaka Putih ( Controlling ).