Im yours - jason mraz - cifra para cantar e tocar violão by- vagner
MATERI_I_HSE.docx
-
Upload
dina-eka-pranata -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of MATERI_I_HSE.docx
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
1/6
MATERI I
1. UNDANG – UNDANG NO.1 TAHUN 1970
2. DASAR-DASAR K3
3. KELEMBAGAAN K3
I. Undang-undang No.1 Tahun 1970
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yag menghendaki terjadinya
kecelakaan. Batas minimal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1
tahun 1970. Secara garis besar UU No. 1 tahun 1970 dapat digunakan sebagai landasan dalam
melakukan hal-hal sebagai berikut;
1. Pemeriksaan data atau indicator pelaksanaan K3.
2. Pemeriksaan adanya SOP (Standard Operation Procedures)
3. Pemeriksaan perijinan baik untuk peralatan kerja maupun sertifikasi keahlian bagi tenaga kerja4. Pengamanan terhadap sumber-sumber bahaya kerja.
B. Pengertian/Istilah Tempat Kerja
Tempat kerja dirumuskan sebagai setiap ruangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal 2 UU Keselamatan
Kerja. Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat kerja yang mengandung 3 unsur pokok, yaitu;
tenaga kerja, bahaya kerja dan tempat untuk usaha
C. Tujuan Undang-Undang Keselamatan Kerja
Tujuan UUKK adalah bahwa setiap tenaga kerja dan orang yang berada dilingkungan kerja tersebut
berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Selain itu bahwa setiap
sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai
hubungan dengan pengertian atau definisi tentan kecelakaan yang dianut dalam teori keselamatan
kerja bahwa tidak harus terdapat korban manusia (Injuri Accident) dan pemahaman bahwa setiap
gangguan terhadap sumber produksi akan mengganggu produktivitas yang direncanakan.
D. Dasar Hukum Undang-Undang Keselamatan Kerja
1. Undang-Undang Dasar 1945Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “ Tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Kaitannya adalah setiap warga negara merupakan sumber daya dan berhak untuk mendapatkan
pekerjaan yang diperlukan agar orang dapat hidup layak, upah cukup dan tidak menimbulkan
kecelakaan/penyakit.
2. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan.
Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana pembangunan untuk kesejahteraan
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
2/6
masyarakat dan tenaga kerja itu sendiri, oleh karena itu tenaga kerja harus dijamin haknya dan
diatur kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya yang kemudian diatur dalam Bab IV pasal 9
dan 10, yaitu :
“ Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas Keselamatan, Kesehatan,
Kesusilaan, Pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan
moral agama”
“Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
(1) Norma keselamatan kerja
(2) Norma kesehatan dan hygiene Perusahaan
(3) Norma kerja
(4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
Selain itu terdapat pula Peraturan yang terkait dengan Keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
(1) Undang-Undang No. 1 tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya Undang-Undang Kerja Tahun
1948 No. 12, yaitu; bahwa Undan-Undang Kerja Tahun 1948 No. 12 sebagai Undang-Undang Pokok
(Lex Generalis) memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan orang wanita,
waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.(2) Undang-Undang Uap (Stoom Ordonantie, Stbl.No.225 Tahun 1930)
(3) Undang-Undang Timah Putih Kering (Loodwit Ordonantie, Stbl No. 509, Tahun 1931)
Mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering
kecuali untuk keperluan ilmiah, pengobatan atau dengan ijin Pemerintah
(4) Undang-Undang Petasan (STBL No.143 tahun 1932 jo STBL no.9 tahun 1930)
(5) Undang-Undang Rel Industri (Industrie Baan Ordonantie, STBL No.593, tahun 1938)
(6) Undang-Undang No.3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Higiene
dalam perniagaan dan Kantor-kantor.
(7) Undang-Undang No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
E. Ruang Lingkup Undang-Undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 12 Januari 1970 sebagai pengganti dari Veilighheids
Reglement (Stbl. 1910 No.406). Merupakan undang-undang pkok yang memuat aturan-aturan dasar
atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat,
di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan
hokum Republik Indonesia yang kemudian akan dikeluarkan peraturan-peraturan organiknya baik
atas dasar teknis maupun sektoral. Atas dasar Undang-Undang No.1 Tahun 1970, maka upaya K3
bertujuan :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat.2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
Undang-Undang no.1 tahun 1970 juga menganut 2 asas, yaitu:
1. Azas Nationaliteit, bahwa undang-undang ini berlaku bagi setiap warga negara yang berada di
wilayah hukum Republik Indonesia.
2. Azas Tertorial, bahwa undang-undang berlaku sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap
warga negara maupun warga negara asing yang berada di wilayah hukum Republik Indonesia.
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
3/6
Ruang Lingkup pemberlakuan Undang-Undang Keselamatan Kerja mencakup 3 unsur, yaitu;
1. Tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana
3. Adanya bahaya kerja ditempat itu
F. Syarat-syarat Keselamatan KerjaSyarat-syarat keselamatan kerja hendaknya diterapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi.
G. Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mencakup ha-hal sebagai berikut;
1. Pencegahan kecelakaan
2. Pemberantasan kebakaran
3. Pertolongan pertama pada kecelakaan
4. Hal-hal lain dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerjanya.
H. Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang Keselamatan Kerja, sedangkan
pegawai pengawas dan ahli keselamtan dan kesehatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan
langsung tehadap ditaatinya peraturan keselamatan dan kesehatan kerja serta membantu
pelaksaannya.
II. DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
A. Tujuan K3
K3 ditujukan untuk menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan
budayanya. Selain itu K3 juga bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
B. Pengertian-Pengertian
1. Pengertian K3
Filosofi : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaiah
maupun rokhaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya.
Keilmuan : Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Praktis : Merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan
sehat, sumber dan proses produksi secara aman dan efisien.
2. Potensi Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan
kecelakaan / kerugian.
3. Tingkat Bahaya (Danger) adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relatif
4. Resiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode
waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
5. Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan dan apabila diabaikan dapat terjadi kecelakaan.
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
4/6
6. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan kerugian baik
manusia maupun harta benda.
7. Aman/Selamat adalah kondisi bebas dari bahaya.
8. Tindakan tidak aman adalah tindakan menyalahi prosedur dan dapat berakibat kecelakaan
9. Kondisi tidak aman suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya dan dapat berakibat
kecelakaan.
Selain pengertian-pengertian tersebut diatas, ilmu K3 juga memiliki sejarah perkembangan, bahkan
dimulai dari tahun 1700 SM, hal ini menunjukkan bahwa ilmu K3 sudah menjadi perhatian sejak
jaman dulu dan berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan serta perkembangan manusia itu sendiri sebagai pelaku.
C. Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan
Kejadian kecelakaan adalah sebuah rentetan sebab yang saling terkait, sebagaimana teori Domino
yang dicetuskan oleh Heinrich. Sebab-sebab tersebut antara lain :
1. Kelemahan Pengawasan terkait dengan fungsi manajemen.
2. Sebab Dasar adalah sebab yang paling mendasar karena terkait dengan pelaku yang mengalamikecelakaan, alat, lingkungan dan disebabkan oleh beberapa faktor.
3. Sebab yang merupakan gejala (Symptom), adalah merupakan pertanda atau gejala bahwa ada
sesuatu yang tidak beres.
4. Kecelakaan, adalah hasil akhir dari rentetan sebab-sebab tersebut diatas.
D. Metode Pencegahan Kecelakaan
Dalam kegiatan pencegahan kecelakaan dikenal ada 5 tahapan pokok;
1. Organisasi K3
2. Menemukan Fakta atau masalah
3. Analisis4. Pemilihan/Penetapan Alternatif/Pemecahan
5. Pelaksanaan
Menurut ILO, langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara
lain;
1. Peraturan Perundang-undangan
2. Standarisasi
3. Inspeksi
4. Riset teknis
5. Riset Medis
6. Riset Psychologis
7. Riset Statistik
8. Pendidikan
9. Latihan
10. Persuasi
11. Asuransi
12. Penerapan 1 s/d 11 tersebut diatas langsung ditempat kerja.
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
5/6
III. Kelembagaan K3
A. Pengertian Kelembagaan K3
Adalah sebuah organisasi/badan swasta independen, non pemerintah yang bergerak di bidang
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan dan lembaga
usaha berbadan hukum di Indonesia pada saat ini adalah; P2K3, D3KN dan PJK3
1. P2K3, Panitia Pembina Keselamatan dan kesehatan Kerja adalah suatu lembaga yag dibentuk di
perusahaan untuk menangangi masalah K3 di perusahaan tersebut.
2. DK3N, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, adalah suatu lembaga yang dibentuk
pemerintah untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-usaha
Keselamatan dan kesehatan kerja.
3. PJK3, Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah suatu lembaga usaha yang
bergerak dalam bidang K3 dan mendapatkan penunjukkan dari Depnakertrans dan mempunyai ahli
K3 dibidangnya.
B. Dasar Hukum Pembinaan dan Pembentukan Kelembagaan K3
Yaitu; Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, pasl 10 ayat (1) dan (2) dengan peraturanpelaksanaannya yaitu;
1. KEPMENAKER No. Kep.125/Men/1984 tentang pembentukan, susunan dan tata kerja DK3N,
DK3W dan P2K3
2. KEPMENAKER No. Kep. 04/Men/1987 tentang panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) serta tata cara penunjukkan Ahli K3
3. PERMENAKER No. Per.04/Men/1995, tentang PJK3
C. Tugas Pokok dan Fungsi P2K3, DK3N dan PJK3
1. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
a. Tugas Pokok :Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai
masalah K3.
b. Fungsi :
(1) Menghimpun dan mengolah data tentang K3
(2) Membantu menunjukkan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja, hal-hal yang terkait dengan
K3
(3) Membantu pengusaha dalam usaha menerapkan aspek-aspek K3 dalam kegiatannya
2. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional)
a. Tugas Pokok :
Memberikan saran-saran baik diminta maupun tidak kepada menteri mengenai masalah-masalah
dibidang K3
b. Fungsi :
Menghimpun dan mengolah segala data dan atau permasalahan K3 di tingkat Nasional serta
membantu menteri dan DK3W
3. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
a. Tugas Pokok :
Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai peraturan yang berlaku.
-
8/16/2019 MATERI_I_HSE.docx
6/6
b. Fungsi :
1) Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3, mulai dari tahap konsultasi,
fabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian, pemeriksaan, pengujian, audit K3 dan pembinaan K3.
Selain fungsi dan tugas dari masing-masing lembaga tersebut diatas, dalam hal tata cara
pembentukan lembaga tersebut juga harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan,
baik persyaratan dan prosedur pembentukannya.