materi PPM kelompok 3.docx

15
G. Generalisasi dalam Penelitian Kualitatif Generalisasi biasanya berupa pernyataan atau klaim dari beberapa orang yang menggunakan lebih dari satu individu, kelompok, objek, atau keadaan. Kemudian, ketika peneliti membuat pernyataan, berdasarkan pada tinjauan literatur, peneliti membuat generalisasi terdapat korelasi negatif antara usia dan tingkat ketertarikan pada sekolah (siswa yang lebih tua kurang tertarik pada sekolah daripada siswa yang lebih muda). Nilai dari generalisasi memberikan kita harapan (dan kadang-kadang membuat prediksi) benar dalam setiap kasus. Meskipun generalisasi mungkin tidak benar dalam setiap kasus (contohnya beberapa siswa yang lebih tua mungkin lebih tertarik pada sekolah daripada beberapa siswa yang lebih muda), hal ini lebih sering terjadi daripada tidak, kita mengharapkan dapat menemukan. Hampir semua peneliti berharap generalisasi yang bermanfaat diperoleh dari penelitian mereka. Keterbatasan penelitian kualitatif adalah pembenaran metodologis yang jarang digunkan untuk menggeneralisasi temuan beberapa studi tertentu. Sementara itu, keterbatasan ini juga berlaku untuk sejumlah studi kuantitatif. Mengingat sifat penelitian kualitatif, keterbatas ini pun hampir tidak dapat dihindarkan sehingga replikasi penelitian kualitatif lebih penting daripada dalam penelitian kuantitatif. Eisner menunjukkan bahwa tidak hanya ide-ide tetapi juga keterampilan dan gambaran dapat digeneralisasi, kita

description

materi PPM kelompok 3.docx

Transcript of materi PPM kelompok 3.docx

G. Generalisasi dalam Penelitian KualitatifGeneralisasi biasanya berupa pernyataan atau klaim dari beberapa orang yang menggunakan lebih dari satu individu, kelompok, objek, atau keadaan. Kemudian, ketika peneliti membuat pernyataan, berdasarkan pada tinjauan literatur, peneliti membuat generalisasi terdapat korelasi negatif antara usia dan tingkat ketertarikan pada sekolah (siswa yang lebih tua kurang tertarik pada sekolah daripada siswa yang lebih muda).Nilai dari generalisasi memberikan kita harapan (dan kadang-kadang membuat prediksi) benar dalam setiap kasus. Meskipun generalisasi mungkin tidak benar dalam setiap kasus (contohnya beberapa siswa yang lebih tua mungkin lebih tertarik pada sekolah daripada beberapa siswa yang lebih muda), hal ini lebih sering terjadi daripada tidak, kita mengharapkan dapat menemukan. Hampir semua peneliti berharap generalisasi yang bermanfaat diperoleh dari penelitian mereka. Keterbatasan penelitian kualitatif adalah pembenaran metodologis yang jarang digunkan untuk menggeneralisasi temuan beberapa studi tertentu. Sementara itu, keterbatasan ini juga berlaku untuk sejumlah studi kuantitatif. Mengingat sifat penelitian kualitatif, keterbatas ini pun hampir tidak dapat dihindarkan sehingga replikasi penelitian kualitatif lebih penting daripada dalam penelitian kuantitatif.Eisner menunjukkan bahwa tidak hanya ide-ide tetapi juga keterampilan dan gambaran dapat digeneralisasi, kita menggeneralisasi keterampilan ketika kita menggunakannya pada situasi yang berbeda dengan situasi ketika kita mempelajari keterampilan tersebut, begitupun dengan gambaran. Eisner menunjukkan bahwa kenyataannya gambaran dapat digeneralisasi, dapat menuntun peneliti untuk mencari karakteristik tertentu dalam ruang kelas, cara-cara tertentu mengajar, dapat digunakan untuk berbagai situasi. Pada penelitian kualitatif, potret citra yang jelas tentang pengajaran sangat baik dapat menjadi prototype yang dapat digunakan dalam pendidikan guru atau untuk penilaian pengajaran.Generalisasi dalam penelitian kualitatif mungkin dilakukan, tapi generalisasi tersebut berbeda dengan tipe generalisasi yang ditemukan dalam banyak penelitian kuantitatif. Terdapat banyak penelitian eksperimental dan kuasi eksperimental, peneliti melakukan generalisasi dari sampel yang diselidiki terhadap populasi. Peneliti cenderung menyarankan terhadap praktisi bahwa temuan berupa nilai dapat diterapkan dalam situasi mereka.Pada penelitian kualitatif, peneliti dapat juga melakukan generalisasi tapi pada kondisi yang serupa, generalisasi lainnya yang dilakukan perlu diperhatikan kembali oleh para pelaksana/prakisi-oleh individu yang berada dalam situasi serupa dengan orang yang diselidiki oleh peneliti. Hal ini dilakukan oleh pelaksana/praktisi daripada peneliti, praktisi yang menentukan penggunaan hasil temuan dan kesimpulan peneliti. Menentukan apakah temuan peneliti sesuai dengan situasinya. Sehingga perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian kualitatif melihat generalisasi dengan cara yang sama. Beberapa orang kurang memperhatikan, biasanya mereka mengajukan pertanyaan apakah hasil temuan mereka dapat digeneralisasi, seharusnya pertanyaan diganti menjadi apakah pada kondisi dan subjek lain hasil temuan mereka dapat digeneralisasi.Peneliti kualitatif selanjutnya merasa kurang yakin, kurang pasti dalam menarik kesimpulan dari penelitian mereka, mereka cenderung melihat hasil penelitiannya sebagai ide yang dapat dibagikan, didiskusikan, dan diselidiki lebih lanjut. Modifikasi keadaan dan di bawah kondisi yang berbeda selalu akan diperlukan.

H. Validitas Internal Penelitian KualitatifPenelitian kualitatif tidak berusaha untuk mengeksplorasi hubungan, ketegasan validitas internal, tidak relevan. Penelitian kualitatif sangat tergantung pada peneliti, terutama dalam mengumpulkan dan menafsirkan informasi, pertimbangan penting, bahkan dalam studi murni diskriptif bias berasal dari peneliti.

I. Etis dan Penelitian KualitatifEtis perlu diperhatikan dalam penelitian kualitatif seperti halnya dengan jenis penelitian lain yang telah dibahas. Namun demikian, terdapat beberapa bagian yang penting yaitu:1. Identitas dari semua yang berpartisipasi dalam penelitian kualitatif harus selalu dilindungi. Hal ini harus diperhatikan untuk memastikan bahwa tidak ada informasi yang dikumpulkan akan mempermalukan atau menyakiti orang yang berpartisipasi dalam penelitian, jika kerahasiaan tidak dapat dipertahankan peserta harus diberitahu dan diberi kesempatan untuk menundurkan diri dari penelitian.2. Partisipan harus diperlakukan dengan hormat, hal ini sangat penting dalam penelitian kualitatif agar kerjasama dari semua peserta penelitian dapat terwujud. Peneliti harus meminta izin dan memberitahukan kepentingan penelitiannya kepada subjek penelitian, peneliti tidak boleh berbohong kepada subjek penelitian atau merekam percakapan menggunakan radio perekam tersembunyi ataupun peralatan mekanis lainnya.3. Peneliti harus melakukan yang terbaik untuk memastikan tidak ada kerugian fisik atau fisiologi terhadap siapapun yang berpartisipasi dalam penelitian.Terdapat sejumlah pertanyaan spesifik yang diperlukan dalam semua penelitian, apapun jenis penelitian yang dipilih harus memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan berbagai penelitian mereka:1. Apakah penelitian yang dimaksudkan layak dilakukan?2. Apakah peneliti memiliki keahlian untuk melaksanakan penelitian yang berkualitas?3. Apakah partisipan dalam penelitian telah diberikan informasi yang jelas tentang penelitian?4. Apakah partisipan telah memberikan persetujuan mereka untuk berpartisipasi?5. Siapa yang akan memperoleh manfaat dari penelitian ini?6. Apakah terdapat kesimbangan antara manfaat dan biaya untuk peneliti dan partisipan?7. Siapa, jika ada seseorang yang merasa dirugikan (secara fisik dan psikologi) dari penelitian ini?8. Akankah para partisipan merasa tertipu dengan berbagai cara dalam penelitian?9. Akankah kerahasiaan dapat dipercaya?10. Siapa yang memiliki data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian ini?11. Bagaimana hasil dari penelitian ini dapat digunakan? Apakah mungkin dapat terjadi penyalahgunaan? Jika terjadi, bagaimana?

J. Mempertimbangkan kembali Penelitian Kualitatif dan KuantitatifPenelitian kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan bersama, dan hal ini sering dilakukan contohnya pada penelitian survey yang tidak hanya mempersiapkan kuesioner/angket tertutup (contohnya pilihan ganda) yang dijawab secara tertulis, tapi juga mengadakan wawancara pribadi secara terbuka pada responden yang diperoleh melalui sampling acak. Seseorang menyatakan bahwa statistik deskriptif kadang-kadang digunakan untuk menyediakan uraian kuantitatif pada penelitian kualitatif. Banyak penelitian historis juga mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, dan laporan penelitian yang baik menunjukkan kehadiran kedua jenis data tersebut. Namun demikian, harus diakui bahwa melakukan penelitian kuantitatif yang baik dan penelitian kualitatif yang mendalam pada waktu bersamaan sangat sulit berhasil sepenuhnya. Seringkali hasilnya pun menjadi setengah-setengah, salah satu penelitian kualitatif atau kuantitatifnya menjadi kurang baik.Penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan penelitian yang baik dan dapat digunakan, tidak ada metode penelitian yang terbaik, semuanya tergantung pada apa yang ingin dipelajari dan apa yang ingin ditemukan. Jika ingin mengetahui mayoritas pemikiran orang Amerika tentang suatu isu tertentu, maka penelitian survey dengan desain kuantitatif digunakan dalam mengambil sampel, merancang dan melakukan pretest pada instrumen, dan menganalisis data merupakan hal yang terbaik. Jika ingin mengetahui tentang proses perubahan di seklah dan bagaimana berbagai perubahan pengalaman tiap anggota sekolah, penggunaan metode kualitatif akan bekerja lebih baik sedangkan metode kualitatif tidak akan membantu. Hal penting adalah mengetahui pertanyaan yang dapat dijawab dengan menggunakan salah satu atau kombinasi metode. Creswell menjelaskan tiga tipe desain kombinasi metode, yaitu:1. Desain triangulasi, peneliti mengumpulkan secara bersama data kualitatif dan kuantitatif, membandingkan hasilnya, dan kemudian menggunakan hasil temuan untuk melihat apakah memvalidasi satu sama lain. Contohnya, penelitian tentang pelecehan emosional dan fisik anak-anak dapat mencakup kuesioner (kuantitatif) dan wawancara dengan anak-anak, orang tua, dan guru (kualitatif) yang saling memeriksa satu sama lain.2. Desain yang bersifat menjelaskan, peneliti pertama kali mengumpulkan dan menganalisis data, dan kemudian mendapatkan data kualitatif untuk menindaklanjuti dan menyempurnakan hasil temuan penelitian kuantitatif. Contohnya, hasil penelitian mungkin menunjukkan bahwa siswa dalam suatu program inovatif memiliki skor tes yang lebih tinggi dan lebih sedikit yang putus sekolah, peneliti kemudian dapat mewawancara siswa untuk melihat keistimewaan dari program yang mereka anggap paling efektif.3. Desain yang bersifat menyelidiki, peneliti pertama kali mengumpulkan data dan kemudian menggunakan hasil temuannya untuk memberikan arah dalam mengumpulkan data kuantitatif. Data ini kemudian digunakan untuk memvalidasi atau memperluas hasil temuan kualitatif. Contohnya, hasil penelitian etnografi sekolah mungkin menunjukkan bahwa orang tua siswa etnis minoritas merasa terasing dari guru dan administrator, kuesioner kemudian dapat digunakan untuk menilai sejauh mana perasaan ini.Berdasarkan contoh tersebut, Frankel menggunakan desain triangulasi yang diubah untuk mempelajari empat guru IPS SMA yang diidentifikasi oleh rekan-rekan merekayang terkenal. Frankel berusaha untuk melukiskan potret yang terjadi setiap hari di dalam kelas mereka dan berusaha untuk mengidentifikasi teknik dan perilaku guru yang efektif. Berdasarkan tujuan tersebut, dia menggunakan beberapa teknik kualitatif, termasuk mengamati secara luas dalam kelas menggunakan log harian dan wawancara dnegan guru dan siswa, dia juga menggunakan sejumlah instrumen kuantitatif termasuk daftar kinerja, skala penilaian, dan diagram alir diskusi. Pendekatan umumnya adalah kualitatif dengan tidak ada hipotesis tertentu yang dirumuskan, tapi muncul selama perkembangan penelitian. Dia mengembangkan deskripsi rinci dari setiap perilaku guru, gaya mengajar, teknik, membandingkan persamaan dan perbedaan guru. Triangulasi dicapai tidak hanya dengan membandingkan wawancara guru, siswa, dan pengamatan tapi juga membandingkan semua itu dengan ukuran kuantitatif interaksi dan prestasi kelas.Penjelasan hasil temuan bahwa empat guru menekankan kerja kelompok kerja kecil, seperti yang ditunjukkan dengan pengamatan, wawancara guru, dan peringkat siswa. Hasil temuan secara keseluruhan menyarankan bahwa sering didukung oleh strategi mengajar, tapi juga menyarankan beberapa hal yang belum mendapat perhatian pada literatur ini, termasuk keterlibatan personal yang luas dalam kehidupan siswa, menyarankan terdapatnya interaksi sosial di luar kelas, memperhatikan isyarat non verbal. Meskipun pada awalnya dirancang sebagai penelitian kualitatif, hal ini sesuai dengan desain metode campuran triangulasi karena penelitian mencakup kedua data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian semacam ini juga memungkinkan seorang peneliti menghubungkan beberapa aspek kualitatif dengan penelitian kuantitatif, atau sebaliknya sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang apa yang telah diteliti.Penelitian jenis ini juga memiliki kelemahan, anmun seorang peneliti yang berusaha untuk melakukan penelitian kombinasi metode tersebut perlu melakukanlatihan kedua desain penelitian tersebut. Selain itu, penelitian ini sering membutuhkan pengumpulan sejumlah data yang luas, serta memerlukan banyak waktu dan energi untuk melakukan dan menyelesikannya. Biaya, waktu, dan energi yang dibutuhkan tentu saja dapat menjadi penghambat bagi peneliti tunggal, namun kita berharap sejumlah penelitian kombinasi metode yang dilakukan dalam penelitian pendidikan dapat meningkat dimasa depan.

PENGAMATAN DAN WAWANCARA

Secara umum ada tiga teknik yang digunakan peneliti kualitatif: observasi/pengamatan, interview/wawancara, dan analisis dokumen. Berikut penjelasan tiap bagiannya:1. Observasi (Pengamatan)Dalam mengumpulkan data, peneliti tidak hanya memperoleh informasi dari seseorang tetapi dapat juga dengan melakukan observasi langsung. Partisipasi observer dapat sangat bermacam-macam. Menurut Raymond Gold, ada 4 aturan yang dapat diikuti peneliti, yaitu :a. Complete participant dalam kelompok, identitasnya tidak diketahui oleh individu yang diamati. Peneliti berinteraksi dengan anggota kelompok secara alami, untuk semua maksud (intent) dan tujuan (purpose) (selama mereka terikat). Seorang peneliti mungkin menyusun untuk menyajika selama setahun sebagai seorang guru dalam sebuah kelas pusat kota dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab sebagai bagian dari peran tesebut, tetapi tidak mengungkapkan bahwa dia juga seorang peneliti. Sebagaimana kita telah sebutkan di atas, pengamatan rahasia seperti itu secara etis mencurigakan (tidak etis).b. Participan as observer, peneliti berpartisipasi secara penuh dalam aktivitas-aktivitas kelompok yang diteliti, juga menerangkan bahwa dia benar-benar meneliti. Sebagai contoh, peneliti menguraikan hal di atas mungkin menceritakan kepada masyarakat sekolah bahwa ia adalah seorang peneliti dan berniat untuk menguraikannya secara menyeluruh dan teliti kemudian.c. Observer-as-participant, dia mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti, tetapi tidak berpura-pura menjadi anggota kelompok yang dia amati. Suatu contoh di sini boleh jadi seorang profesor universitas yang tertarik pada apa yang terjadi di dalam sebuah sekolah di pusat kota. Peneliti mungkin melakukan satu rangkaian wawancara dengan guru di sekolah, kunjungan kelas, menghadiri pertemuan-pertemuan masyarakat sekolah dan negosiasi secara kolektif (collective bargaining negotiations), berbicara dengan komponen utama (principals) dan pengawas, dan berbicara dengan siswa, tetapi dia tidak ambil bagian dalam aktivitas kelompok. Dia tetap sangat utama dan tidak menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang pengamat yang sedang melakukan penelitian.d. Complete observer yang merupakan sebuah peran kebalikan dari peran complete participant. Peneliti mengamati aktivitas dari suatu kelompok tanpa menjadi peserta dalam aktivitas itu. Subjek pengamatan peneliti mungkin atau tidak mungkin sadari mereka sedang diamati. Contoh akankah seorang peneliti mengamati aktivitas sehari-hari di dalam ruang makan sekolah(a school lunchroom).Masing-masing peran di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan. Complete participant kemungkinan lebih banyak mendapatkan gambar sebenarnya dari aktivitas kelompok, dan yang lainnya lebih sedikit, tetapi pertanyaan etis yang menyertai pengamatan rahasia (covert observation) tetap ada. Complete observer kemungkinan paling sedikit mempengaruhi tindakan kelompok yang sedang diteliti, yang lainnya lebih banyak. Participant-as-observer, karena peneliti adalah seorang anggota kelompok yang sedang diteliti, akankah mempunyai beberapa pengaruh (dan sering merupakan hal penting) pada apa yang kelompok kerjakan. Participant-as-observer dan observer-as-participant, keduanya mungkin, dalam bermacam-macam tingkat, memusatkan perhatian kelompok pada aktivitas peneliti dan cara normal mereka (rutin), dengan membuat aktivitas mereka yang tidak lagi khas.2. Interviewing (wawancara)Langkah kedua dan sangat penting, metode yang digunakan oleh peneliti kualitatif adalah interviewing (melakukan wawancara) kepada individu-individu yang telah dipilih. Wawancara (yaitu, bertanya secara hati-hati dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan) adalah suatu cara penting bagi seorang peneliti untuk memeriksa ketelitian, untuk memverifikasi atau memilih kembali, kesan yang diperoleh peneliti melalui pengamatan. Menurut Fetterman, wawancara (interviewing) merupakan teknik pengumpulan data paling utama bagi seorang peneliti kualitatif.Tujuan mewawancarai orang adalah untuk menemukan apa yang ada dibenaknya, apa yang mereka pikirkan atau bagaimana mereka merasakan tentang sesuatu. Sebagaimana Patton telah berkata:Kita mewawancarai orang untuk menemukan dari mereka hal-hal yang tidak bisa kita amati secara langsung. Isu bukanlah data penelitian yang diinginkan, sah, atau penuh arti dibanding data laporan diri. Faktanya adalah bahwa kita tidak bisa mengamati segalanya. Kita tidak bisa mengamati perasaan, pemikiran, dan niat. Kita tidak bisa mengamati perilaku yang terjadi ditempat sebelumnya. Kita tidak bisa mengamati situasi yang menghalangi kehadiran seorang pengamat. Kita tidak bisa mengamati bagaimana orang sudah mengorganisir dunia dan maksud yang menyertainya pada apa yang terjadi di dunia. Kita harus bertanya kepada orang melalui pertanyaan tentang pikiranya itu. Ada empat jenis wawancara : tersusun, semi-tersusun, informal, dan retrospektif. Walaupun jenis yang berbeda ini sering dicampur dan digabung satu sama lain, berikut akan diuraikan secara terpisah dalam rangka memperjelas bagaimana perbedaannya. Wawancara tersusun dan semi-tersusun adalah Berbeda dengan wawancara formal, yang terdiri dari satu rangkaian pertanyaan yang dirancang untuk menimbulkan jawaban spesifik pada pihak responden. Sering kali pertanyaan-pertanyaan tersebut diggunakan untuk memperoleh informasi yang kemudian dibandingkan. Sebagai contoh, seorang peneliti tertarik bagaimana perbedaan karakteristik guru di sekolah pusat kota dan di pinggiran kota, dengan melakukan wawancara yang tersusun (structure interview yaitu menanyakan serangkaian pertanyaan yang tersusun) dengan suatu kelompok guru sekolah menengah pusat kota untuk memperoleh informasi latar belakang tentang pendidikan mereka, kecakapan mereka, pengalaman mereka sebelumnya, aktivitas mereka di luar dan di dalam sekolah, data ini bandingkan dengan data yang sama ( yaitu jawaban atas pertanyaan yang sama) yang diperoleh dari kelompok guru yang mengajar di pinggir kota. Wawancara tersusun dan semi-tersusun terbaik dilakukan pada akhir penelitian, meskipun bukan dibandingkan dari permulaan, ketika mereka tujukan untuk membentuk respon pada persepsi peneliti dari hal-hal tersebut. Mereka menggunakannya untuk memperolehan informasi yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis spesifik yang dimaksudkan oleh peneliti.Wawancara informal sedikit formal dibanding dengan wawancara tersusun atau semi-tersusun. Wawancara informal ditujukan untuk menyerupai peristiwa percakapan yang tidak disengaja, dalam pengejaran minat peneliti dan responden. Hal ini adalah jenis wawancara yang paling umum dalam penelitian kualitatif. Tidak melibatkan urutan atau jenis pertanyaan spesifik atau format tertentu dalam bertanya. Tujuan utama dari wawancara informal adalah untuk menemukan apa dan bagaimana pikiran dan pandangan seseorang dalam membandingkan sesuatu dengan yang lain.Walaupun pada awalnya nampak mudah untuk dilakukan, wawancara informal ini mungkin lebih sulit dilakukan dengan baik dari semua wawancara. Isu etika nampak dengan seketika. Peneliti sering harus membuat keputusan sensitif sebagai suatu perkembangan wawancara informal.Wawancara restrospektif (restrospective interview) dapat tersusun, semi-tersusun, atau informal. Peneliti yang melakukan wawancara tipe ini mencoba untuk membuat responden memikirkan dan mengkonstruksikan kembali dari pikirannya tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau. Wawancara jenis ini adalah yang paling banyak disukai dari tipe yang lainnya untuk menghasilkan informasi yang akurat, data yang reliable untuk peneliti.