Materi Perencaan Geometrik Jalan

10
MODUL 12 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (3 SKS) SYLVIA INDRIANY POKOK BAHASAN : DASAR DESAIN SIMPANG SEBIDANG MATERI KULIAH : Pendahuluan, Standar perencanaan, alinyemen dekat persimpangan, potongan melintang, kanalisasi 12.1. PENDAHULUAN Persimpangan adalah pertemuan dua atau lebih ruas jalan, yang didalamnya terdapat penggunaan bersama kendaraan dari/ke ruas- ruas tersebut. Perencanaan persimpangan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan tubrukan antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas lain-fasilitas lain yang memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan. Hal itu perlu dilakukan karena persimpangan merupakan bagian terpenting dari jalan perkotaan dimana sebagian besar efisiensi, keamanan, kecepatan, biaya operasi dan kapasitas lalu lintas tergantung pada perencanaan simpang. Dengan demikian, perencanaan harus mengikuti lintasan aslinya dan karakteristik pemakai jalan. Selain itu dalam merencanakan suatu simpang, harus dipertimbangkan volume lalu lintas yang akan masuk kesimpang tersebut, serta terkoordinasi dengan system pengaturan/system control yang akan digunakan. 12.2. STANDAR PERENCANAAN Untuk perencanaan geometric persimpangan dapat mengacu pada Standar Perencanaan Geometric untuk Jalan Perkotaan (1992). Beberapa hal yang perlu diketahui adalah : PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB via Indriany, MT. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 1

description

TS

Transcript of Materi Perencaan Geometrik Jalan

Page 1: Materi Perencaan Geometrik Jalan

MODUL 12PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (3 SKS)

SYLVIA INDRIANYPOKOK BAHASAN :

DASAR DESAIN SIMPANG SEBIDANGMATERI KULIAH :Pendahuluan, Standar perencanaan, alinyemen dekat persimpangan, potongan melintang, kanalisasi

12.1. PENDAHULUAN

Persimpangan adalah pertemuan dua atau lebih ruas jalan, yang didalamnya

terdapat penggunaan bersama kendaraan dari/ke ruas-ruas tersebut.

Perencanaan persimpangan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan tubrukan

antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas lain-fasilitas lain yang

memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan

yang melalui persimpangan. Hal itu perlu dilakukan karena persimpangan

merupakan bagian terpenting dari jalan perkotaan dimana sebagian besar efisiensi,

keamanan, kecepatan, biaya operasi dan kapasitas lalu lintas tergantung pada

perencanaan simpang. Dengan demikian, perencanaan harus mengikuti lintasan

aslinya dan karakteristik pemakai jalan.

Selain itu dalam merencanakan suatu simpang, harus dipertimbangkan volume lalu

lintas yang akan masuk kesimpang tersebut, serta terkoordinasi dengan system

pengaturan/system control yang akan digunakan.

12.2. STANDAR PERENCANAAN

Untuk perencanaan geometric persimpangan dapat mengacu pada Standar

Perencanaan Geometric untuk Jalan Perkotaan (1992). Beberapa hal yang perlu

diketahui adalah :

1. Penentuan kecepatan rencana menjelang persimpangan, pada prinsipnya

sama dengan Vr ruas. Bila perlu Vr dari lalu lintas menerus dapat dikurangi

sampai 20 km/jam sehubungan dengan jalur-jalur pembantu dan atau median

median.

2. Persimpangan harus direncanakan dengan baik agar pertemuan jalan dari

persimpangan mendekati sudut atau sama dengan 90 derajat. Sudut

pertemuan antara 60-90 derajat masih diijinkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 1

Page 2: Materi Perencaan Geometrik Jalan

3. Pada persimpangan sebidang, banyaknya kaki persimpangan ≤ 5 buah. Hal

ini didasarkan bahwa jika lebih dari 5 kaki, bukan hanya rumit tetrapi juga

berbahaya

4. Pertemuan (stagger junction/ persimpangan mendadak) atau

pertemuan(break junction) harus dihindarkan, karena alasan seperti no. 3.

Jika hal tersebut tidak dapat dihindari, maka interval jarak kaki yang

dibutuhkan harus > 40 m. Untuk stagger junction sudut pertemuan yang

dibutuhkan < 30 derajat

5. Arus lalu lintas utama sedapat mungkin dilayani dengan jalur yang lurus atau

hamper lurus.

6. Jarak minimum antar persimpangan ditentukan sehingga lebih panjang dari :

a. Panjang bagian menyusup

b. Antrian pada lampu lalu lintas

c. Jalur belok kanan atau jalur perlambatan

d. Batas konsentrasi pengemudi

12.3. ALINYEMEN DEKAT PERSIMPANGAN

Alinyemen horizontal yang perlu diperhatikan pada persimpangan adalah jarak

pandang dan jari-jari minimum.

Jarak pandang minimum sesuai dengan kecepatan rencana dan kondisi jalan yang

bersangkutan maupun jenis control lalu lintasnya. Jarak pandang sebaiknya lebih

besar dari table 12.1 atau table 10.1 PGJA 1992

Kecepatan rencana (km/jam)

Jarak Pandang minimum (m)Signal control Stop control

60 170 10550 130 8040 100 5530 70 3520 40 20

Sedangkan jari-jari minimum as jalur lalu lintas di sekitar persimpangan dinyatakan

dengan table 12.2 atau table 10.2 PGJP 1992

Kecepatan rencana (km/jam)

Jalan utamaStandar minimum Jalan yang menyilang(dg

Stop control)80 280 -60 150 6050 100 4040 60 3030 30 1520 15 15

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 2

Page 3: Materi Perencaan Geometrik Jalan

12.4. ALINYEMEN VERTIKAL DEKAT PERSIMPANGAN

Landai maksimum

Landai maksimum pada persimpangan tidak melebihi 2%, atau dapat dibuat

serendah mungkin untuk memberikan kenyamanan pada pengendara.

Panjang minimum bagian dg kelandaian rendah

Panjang pada bagian yang mempunyai kelandaian rendah, di dekat persimpangan

sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang antrian yang terjadi selama satu

periode berhenti, sesuai table 12.3. atau table pada PGJP 1992.

Jalan Type II Panjang minimum bagian berkelandaian rendah

Kelas I 40Kelas II 35Kelas III 15Kelas IV 6

12.5. POTONGAN MELINTANG

12.5.1. Lebar dan jumlah jalur

Unuk perbaikan dari suatu persimpangan dengan penambahan lajur(auxiliary lane),

lebar lajur dapat dikurangi apabila keadaan tidak memungkinkan misalnya dari

topografi.

Pengurangan ini sesuai dengan table 12.4 atau table 10.4 PGJP 1992. Tetapi bila

diperlukan dari sisi karakteristik lalu lintas dan ketersediaan ruang, maka lebar lajur

tambahan dapat disesuaikan dengan kolom terakhir table tersebut.

Tabel 12.4. Lebar Jalur

Kelas jalan

type II

Lebar jalur

lurus(tangen)

Lebar jalur LL menerus;

jalur tambahan

Lebar jalur

tambahan

Kelas I 3,5 3,25 ; 3,00 3,25 ; 3,0 ; 2,75

Kelas II 3,25 3,00 ; 2,75

Kelas III 3,25;3,0 3,00 ; 2,75

Kelas IV

12.5.2. Pergeseran jalur

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3

Page 4: Materi Perencaan Geometrik Jalan

Jumlah jalur keluar dan masuk persimpangan, sebaiknya dibuat sama dan

ditempatkan dalam satu garis lurus. Namun bila hal tersebut tidak memungkinkan

atau terpaksa ada pergeseran jalur dari lalu lintas menerus, maka harus dibuatkan

lengkung/taper yang tepat untuk jalur belok. Standar taper yang ditetapkan PGJA

1992 adalah sebagai berikut:

Tabel 12.5. Standar Taper dari pergeseran jalur

Kecepatan rencana (km/jam)

Taper

60 1/3050 1/2540 1/2030 1/1520 1/10

Tabel 12.6. Panjang minimum Taper

Kecepatan rencana (km/jam)

Panjang Taper Minimum *)

60 4050 3540 3030 2520 20

Sebagai perbandingan, dari nilai diatas dapat digunakan rumus dibawah ini untuk

kemudian dipilih nilai terbesar sebagai panjang taper minimum.

L = V x dw/3

Dimana :

L adalah panjang taper

dw= pergeseran jalur lalu lintas menerus (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

12.5.3. Jalur Belok Kanan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 4

Page 5: Materi Perencaan Geometrik Jalan

Semua persimpangan sebidang harus dilengkapi dengan jalur belok kanan, kecuali

termasuk dalam keadaan khusus seperti berikut:

Terdapat larangan belok kanan (pengaturan khusus)

Jalan type II kelas III atau IV dengan kapasitas yang dapat menampung

volume puncak

Jalan 2 jalur dengan Vr ≤ 40 km/jam dengan volume rencana per jam(VJP)

kurang dari 200 kend/jam, dan rasio belok kanan < 20% VJP

Panjang jalur belok kanan dapat dihitung dari :

L = Lt + Ld

Dimana:

L = panjang jalur belok kanan

Lt = Panjang taper

= max{lc,ld}

Ic = V x dw/6

= panjang yang diperlukan pada pergeseran jalur menerus sampai

pada jalur belok kanan.

ld = panjang yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan

Ls = Panjang jalur antrian

Ls untuk simpang unsignalized : didasarkan pada jumlah kendaraan yang

masuk tiap 2 menit pada jam sibuk.

Ls = 2 x M x s

= 2 x rata-rata kend.belok kanan x head distance rata-rata

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 5

Page 6: Materi Perencaan Geometrik Jalan

Nilai s untuk bus dan truck = 12 m, untuk kendaraan lain = 6 m dan jika

bus/truck tidak ada = 7 m

Ls untuk simpang signalized

Ls = 1,5 x N x s

= 1,5 x banyak kendaraan yang belok kanan x head distance rata-rata

Tabel 12.7. Panjang minimum pergeseran (lc dan ld)

Kecepatan rencana ld lc

80 45 40

60 30 30

50 20 25

40 15 20

30 10 15

20 10 10

Catt;: asumsi dw= 3 m

12.5.4. Jalur Belok Kiri

Jalur belok kiri dapat diadakan dengan penentuan panjang yang sama dengan jalur

belok kanan. Sedangkan kondisi-kondisi yang dimaksud adalah :

Sudut kemiringan pada persimpangan ≤ 60 derajat dan jumlah lalu lintas belok

kiri cukup banyak.

Volume lalu lintas belok kiri relative besar pada persimpangan

Kecepatan kendaraan belok kiri tinggi

Jumlah kendaraan belok kiri besar dan jumlah pejalan kaki pada sisi luar jalur

belok kiri juga besar.

12.6. KANALISASI

Sebagai perangkat lalu lintas, kanal merupakan bagian yang menyatu dengan

persimpangan yang berfungsi sebagai pengarah dan pengontrol arus lalu lintas

sehingga tetap apad lajur dan arah yang ditentukan. Selain itu juga sebagai

pengontrol terhadap kecepatan kendaraan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 6

Page 7: Materi Perencaan Geometrik Jalan

Kanalisasi ini secara fisik dapat berupa marka jalan ataupun kerb, pagar, ataupun

pagar pengaman, dan patok pengarah. Dan dalam perencanaannya perlu

dipertimbangkan luas lahan yang ada, jenis pengatur lalu lintas, kendaraan rencana,

kecepatan rencana dan volume lalu lintas. Karena factor-faktor tersebut akan

menentukan panjang jari-jari kanal. Lebih jelasnya jari-jari kanal belok kanan

ditentukan 15-30 m berdasar pertimbangan gerakan kendaraan belok kanan,

sedangkan jari-jari kanal belok kiri lebih ditentukan oleh ketersediaan lahan dan lebar

trotoar dengan memperhatikan radius putaran minimum kendaraan rencana (Mobil

penumpang 6 m, truk 12 m, dan semi trailer 12 m). Untuk jari-jari sisi luar kanal dapat

dilihat pada tabel 10.7 PGJP 1992.

Untuk lebar kanal disesuaikan dengan jari-jari lengkung dan kendaraan rencana.

Sedangkan pada kanal yang terpisah dari jalur lalu lintas utama dengan pulau, maka

perlu adanya daerah bebas 50 cm disisi kanan dan kiri kanal tersebut, yang dapat

digunakan untuk bahu jalan, saluran samping dan untuk letak (set back) pulau lalu

lintas

Pulau lalu lintas dibagi dalam 3 kelompok yaitu pulau-pulau kanal (pengatur lalu

lintas), pulau pemisah(pemisah arus yang berlawanan atau searah) dan pulau

pengaman (untuk pejalan kaki). Dalam hal pulau kanal sebaiknya digunakan

beberapa pulau besar daripada banyak pulau kecil dengan ukuran minimum seperti

tabel 10.9 PGJP 1992. Bentuk-bentuk dari pulau pulau tersebut adalah sbagai

berikut:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 7

Page 8: Materi Perencaan Geometrik Jalan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Sylvia Indriany,

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 8