materi pemboran

33
Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

description

materi pemboran eksplorasi

Transcript of materi pemboran

Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan

Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul

Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor dalam bentuk maupun isinya yang sangat

sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun

pedoman bagi pembaca.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak

kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan

kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISIKata pengantar.............................................................................................................1Daftar isi......................................................................................................................2BAB I1.1 Latar belakang.......................................................................................................41.2 Tujuan....................................................................................................................5BAB II2.1 Tujuan pemboran eksplorasi..................................................................................6

2.2 serbuk bor (cuttings)..............................................................................................6

2.3 drill core.................................................................................................................7

2.4 perlakuan inti core.................................................................................................8

2.5 penyimpanan conto (sample storage)....................................................................9

2.6 core barrel............................................................................................................11

2.7 jenis-jenis core barrel..........................................................................................13

2.8 penentuan titik bor...............................................................................................14

2.9 cara menentukan titik bor yang akan ditentukan.................................................15

2.10 strategi penentuan titik bor................................................................................16

2.11 pemboran geotek dibagi dalam 2 tipe pemboran...............................................17

2.12 pengertian logging.............................................................................................18

2.13 jenis-jenis log mekanik......................................................................................19

2.14 log caliper..........................................................................................................19

2.15 log permeabilitas...............................................................................................20

2.16 log resistivitas....................................................................................................20

2.17 log porositas.......................................................................................................22

2.18 pola-pola log......................................................................................................23

2.19 dasar teori petrofisik..........................................................................................24

BAB III3.1 KESIMPULAN...................................................................................................273.2 SARAN................................................................................................................27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.            Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit), sudut kemiringan adalah satu faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi dari dinding-dindingnya. Dikarenakan dari perbedaan dari keadaan geologinya, maka kemiringan optimum dapat beragam diantara berbagai pit dan bahkan dapat beragam pula dalam satu pit yang sama. Sudut pit pada umumnya dapat dikatakan sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan untuk menambang bijih.Pengeboran geoteknik adalah pengeboran inti (core drilling) yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang kondisi batuan yang dibor. Persyaratan utama dalam pengeboran geoteknik adalah mendapatkan inti bor yang utuh, dengan recovery yang maksimal (jika mungkin Recovery > 90%).Untuk mendapatkan data geoteknik yang valid dan representatif bagi suatu tambang atau rencana pengembangan suatu tambang, penentuan rencana titik bor dan kedalaman pengeboran serta pencapaian Core recovery yang tinggi adalah hal yang sangat penting.            Berdasarkan model (struktur) geologi dari area tambang atau rencana tambang umumnya dapat dibagi dalam zone-zone, yang diperkirakan mempunyai kondisi geologi relatif sama. Dalam kaitan dengan Pit Plan, biasanya zoning ini juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sektor desain. Penentuan jumlah dan pemilihan lokasi titik bor geoteknik harus mempertimbangkan keterwakilan terkait dengan pembagian zone atau sektor desain ini.Di samping itu, rencana penambangan (Pit Plan) yang mencakup luas, bentuk, dan kedalaman bukaan tambang juga harus menjadi pertimbangan dalam penentuan titik bor geoteknik. Semua lapisan batuan yang akan membentuk lereng bukaan tambang harus terwakili oleh titik bor geoteknik yang akan dilakukan.Peta situasi dalam hal mempertimbangkan aksesibelitas untuk membawa dan melaksanakan pengeboran geoteknik juga harus dipertimbangkan. Pergeseran beberapa meter dari lokasi rencana titik bor yang ditentukan sebelumnya, dapat saja dilakukan asalkan tidak menghilangkan sifat keterwakilannya.

1.2  Tujuan

1. Untuk memahami bagaiamana cara mengambil data geoteknik disuatu lokasi

2. Memahami  cara menentukan titik pemboran geoteknik

3. Untuk memahami bagaimana bentuk lapisan bawah permukaan

4. Untuk mengetahui jenis core barrel, cara kerjanya dan memperlakukan core serta cutting.

BAB II

Pembahasan

2.1 Tujuan pemboran eksplorasi

Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang

ditembus lubang bor. Deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan 

data dan informasi tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung proses

karakterisasi massa batuan .Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto

batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah

2.2 Serbuk bor (Cuttings)

Conto ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian dibawa oleh air pembilas ke

permukaan. Setap kemajuan selang kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili

selang kedalaman tertentu dan dicatat. Conto ini dibersihkan dan dideskripsikan. Hasil deskripsi

conto ini tidak akurat mengingat

a.                      Conto tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke permukaan, sedang dalam

waktu yang sama matabor sudah maju lebih dalam lagi. Kedalaman yang diwakili conto itu harus

dikoreksi atau disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log talikawat

b.                      Conto tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang kedalaman yang ada di atasnya,

sehingga kadangkala diketemukan lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang

berbeda. Untuk ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui litologi mana

merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli. Untuk ini dapat pula dilakukan

pembandingan dengan hasil tafsiran litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju

kecepatan pemboran

c.                      Conto ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan, sehingga hanya deskripsi

tekstur dan susunan mineral yang dapat diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur,

kekompakan dan lain-lain tidak teramati

Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku dalam eksplorasi minyak dan

gasbumi, dan juga dilakukan pada pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang

kedalaman yang tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak

dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi didapatkan dari penafsiran

log talikawat/geofisika dan dibantu dari pengamatan conto ini. Namun pada pemboran eksplorasi

cebakan mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada pengamatan conto inti

dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir.

2.3 Drill Core

Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi biasanya didasarkan atas

pengamatan dan pendeskripsian conto inti bor.Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti

dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa

dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral.

Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka (open hole)

yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang

diinginkan, misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter dibawahnya.

Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi berdasarkan log geofisika dari sumur

terdekat yang sengaja dibor sebagai pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and

part-coring

Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu,

dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal

ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari

rekahan atau jalur-jalur mineralisas

Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh

selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan

kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core

barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery),

dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang

bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau

keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari

batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel.

2.4 Perlakuan Inti Bor

Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi meter. Setelah dipatahkan

setiap meter maka batang-batang inti disimpan dalam peti kayu/aluminium yang dirancang

khusus, dan disusun sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya

diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada penyekat antar inti. Waktu

dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk menempatkan setiap conto dalam urutan, arah dan

susunan yang sama

Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang termineralisasi inti batuan

ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk essay, 1 untuk dokumentasi). Conto inti untuk

analisa laboratorium harus diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan conto inti ini

harus dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay mineralisasi logam.

Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di laboratorium harus segera dibungkus dengan

kertas parafin yang kedap udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk

setiap conto yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor lubang bor dan

kedalamannya

2.5 Penyimpanan Conto (Sample Storage)

Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran, diberi kolom-kolom sesuai

dengan pengambilan sample sehingga kelak bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi

kericuhan

Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena lumpur

pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a.     Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka serbuk pengeboran

tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan

akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya pipa bor

b.    Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses pendinginan dan

pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh diabaikan sebab jika proses ini

diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang

bor, terlebih lagi jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan

yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit

c.     Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan formasi dapat

terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang,

lumpur tidak boleh terlalu kental atau terlalu encer

d.    Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang baik dapat membantu

penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat kita hindari

e.     Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang ada kita dapat

membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi

longsor pada dinding bor

f.     Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi bila sirkulasi atau

pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang

mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap

serbuk bor yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran

dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik kemungkinan

material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya

rangkaianpun menjadi besar pula

g.    Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh menara/rig;

pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik, misalnya lumpur bor yang digunakan

terlalu encer hal ini akan menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi

lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan

berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan.

Deskripsi geoteknik inti bor biasanya bersamaan dengan kegiatan sampling geoteknik. Kegiatan

sampling bertujuan untuk mendapatkan sampel tidak terganggu untuk kemudian diuji di

laboratorium agar diperoleh sifat fisik dan mekanik batuan utuh. Agar sampel yang diambil dapat

mewakili kondisi alamiahnya, maka harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a.    Sampel diambil pada kedalaman yang dapat mewakili kondisi batuan,

b.    Pengeboran menggunakan triple tube core barrel,

c.    Sampel tidak banyak kontak dengan udara luar selama packing di lokasi pengeboran dan

handling di laboratorium, sampel dikemas sedemikian hingga, menjaga kondisi alamiahnya, dan

terlindung dari guncangan selama handling dan pengiriman ke laboratorium.

Tabel 1. Deskripsi litologi batuan berdasarkan standar JORC dalam kegiatan pengeboran

2.6 Core Barrel

Core barrel merupakan tabung conto inti/core yang dimasukkan kedalam bor untuk

menangkap dan menyimpan core selama pengeboran. Tabung dilengkapi dengan alat penahan

dan penjepit mencegah jatuhnya core.

Tabung Penginti (Core Barrel) merupakan alat yang digunakan untuk menangkap inti bor

(core). Panjang tabung penginti (Core Barrel) adalah 2,06 m dan berdiameter 5,2 cm. Pada

bagian dalam tabung penginti (core barrel) terdapat split tube yang panjangnya 1,6 m berfungsi

untuk mengunciinti bor (core).

Pengeboran pada setiap lokasi akan dilaksanakan dengan distribusi dan kedalaman yang

disesuaikan dengan kondisi geologi tekniknya. Tetapi jika dibutuhkan pengeboran dapat

dilakukan lebih dalam lagi bila terjadi keraguan pengambilan sampel, misalnya terjadinya

ketidakseragaman jenis tanah. Pengambilan contoh inti pemboran dilakukan dengan peralatan

tabung penginti “single”, ”double” ataupun ”triple” core barrel, tergantung kebutuhannya. Yang

membedakannya adalah tabung pelapis luarnya saja, contohnya pada pengambilan tanah, tanah

pada bagian tengah core barrel tidak akan terganggu (undisturbed) sedangkan pada bagian

pinggiran core barrelnya akan terjadi disturbed sample. Mata bor yang digunakan juga

tergantung pada kondisi tanah yang akan dibor. Untuk type soil akan digunakan mata bor

Tungsten atau Steel Bit dan untuk type batuan digunakan Diamond Bit.

Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu,

dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari sampel didalam tanah dapat ditentukan. Hal

ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari

rekahan atau jalur-jalur mineralisasi. Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi

pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang

inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu

diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan

dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang sampel inti yang diperoleh dan

membandingkannya dengan panjang bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan

karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai

indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki

seperti triple tube core-barrel.

2.7 Jenis-Jenis Core Barrel :

a.       Single tube core barrel

Single tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel single yang menampung core

sekaligus mengalirkan fluida atau lumpur dari atas menuju bawah untuk membantu proses

pemboran.

b.      Double tube core barrel

Double tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel yang mempunyai 2 tabung, dimana

tabung yang didalam berfungsi hanya untuk menampung core hasil kegiatan pemboran,

sedangkan fluida/lumpur untuk kegiatan pemboran dialirkan melalui celah-celah antara tabung

pertama dan tabung kedua.

2.8 Penentuan Titik Bor

            Proses Pemboran diawali dengan melakukan proses study regional dimana didalamnya

untuk mengetahui geologi struktur, stratigrafi serta bagaimana geomorfologi yang ada

didalamnya, setelah itu dilakukan mapping yaitu proses pembuatan peta singkapan beserta

struktur geologinya, kemudian dilakukan planning pemboran didalamnya mencakup penentuan

titik, mengenai berapa jarak interval, kedalaman yang harus dilakukan proses pemboran serta

luasan wilayah yang akan dilakukan pemboran. Setelah dilakukan planning dan telah ditentukan

titik yang akan dibor pada skema model maka dilakukan proses penentuan titik bor dilapangan,

kemudian melakukan survey layout dan ploting dilokasi pemboran yaitu

melakukan preparasi pemboran dimana proses ini mencakup proses dilakukanya persiapan

lokasi, yaitu dengan pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air),  apabila daerah pemboran berada

di daerah lereng dan bergelombang maka dilakukan perataan tanah sehingga daerah titik

pemboran rata dan tidak mengganggu jalannya proses pemboran dan juga termasuk

keamanan/safety pada daerah tersebut diperhatikan.

Setelah semua tahapan dan semua persiapan tempat pemboran selesai maka alat-alat pengeboran

dan alat pendukung lainya di setting di tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat

berlangsung dengan lancar,  setelah semua persiapan selesai maka sesuai dengan planning awal

apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full core/coring maupun open hole dan apakah

pemboran dilakukan dengan model miring atau vertikal

2.9 Cara Menentukan Titik Bor Yang Akan Ditentukan

         Tahapan awal yang dilakukan oleh wellsite geologist dalam proses pemboran adalah

menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses pemboran. Menentukan titik bor ini

diintrusikan oleh wellsite geologist kepada driller berdasarkan data peta topografi dan data

survey yang meliputi letak, nomor titik bor, dan elevasinya atas persetujuan geoevaluator site.

          Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidak sesuaian antara data survei pada data

topografi dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut

untuk memperbaiki penentuan titik bor tersebut. Apabila penentuan titik bor selesai, maka

wellsite geologist memberikan suratperintah dimulainya pengeboran. Kemudian langkah-langkah

dalam mencari titik koordinat titik bor antara lain :

a.       Masukan seluruh data titik koordinat (titik bor) yang akan dicari.

b.      Kemudian tentukan terlebih dahulu satu-persatu titik bor yang akan dicari koordinatnya

lokasinya.

c.       Pada menu GPS klik waypoint titik bor yang akan dicari kemudian pilih Go to.

d.      Ikuti rute trackanak panah yang diperintahkan oleh GPS sampai tiba di titik bor yang dituju.

e.       Setelah sampai dititik bor tersebut maka GPS akan memberikan isyarat bunyi sebagai tanda

bahwa pada lokasi dicari atau klik mark.

f.       Selanjutnya memberikan tanda yang sudah didapat dengan menggunakan pita, hole name,

tanggal/bulan/tahun, dan nama wellsitenya.

            Setelah lokasi titik bor sudah dipasang, kemudian tinggal membuat rencana untuk

membuat akses moving menuju lokasi titik bor yang sudah ditandai lokasi koordinatnya.

2.10 Strategi Penentuan Titik Bor

Adapun jarak antara lubang bor yang satu dengan yang lain telah ditetapkan atau di plot

oleh tim pengukuran dengan diberi tanda patok. Proses aktifitas pengeboran pada awalnya

dilakukan dengan jarak atau spasi 500 m, kemudian bila hasilnya diharapkan ada maka spasinya

lebih diperkecil hingga 100 m. Pada jarak atau spasi 100 m ini, analisa kadar dari hasil pemboran

baik dilihat secara megaskopis atau uji laboraturium terindikasi kadarnya tinggi maka

dilanjutkan terus hingga pada spasi 12,5 m.

Temuan dilokasi, aktifitas pemboran yang dikerjakan baru pada jarak atau spasi 50 m

yaitu pada daerah transit, sedangkan pada lokasi mornopo (MBT/Mining Blok Test) yang telah

ditambang untuk perbandingan analisis kadar hasil pemboran dengan kadar hasil penambangan

awalnya dikerjakan pemboran dengan spasi 12.5 m.

Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target atau pengalaman sebelumnya

terhadap endapan yang sejenis dari sejumlah kegiatan pemboran dilokasi tersebut. Lokasi

pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang

pertama. Apabila pemboran awal tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka target

lain harus dicoba dan masih dalam wilayah kontrak perusahan. Suatu endapan paling tidak sudah

didefinisikan arah kemenerusan dan zona mineralisasinya. Spasi lubang bor bergantung pada tipe

mineralisasi dan arah kemenerusan tipe. Pada rencana kerja pemboran yang dibuat, telah

ditentukan Blok-blok mana yang didahulukan untuk kegiatan pemboran selanjutnya. Hal ini

berkaitan dengan hasil analisis kadar pada pemboran spasi sebelumnya, sebagai contoh pada 

Mornopo.

2.11 Pemboran Geotek Dibagi Dalam 2 Tipe Pemboran

Pemboran geotek dibagi dalam 2 tipe pemboran, yaitu :

a.       Pemboran Open Hole

Inti dari pemboran ini adalah untuk mengambil kualitas ore yang akan diambil sampelnya.

Pemboran ini juga hanya mengambil lapisan ore tersebut, mengabaikan batuan lainnya.

Teknisnya, sudah diperkirakan ore misal berada di kedalaman 64 - 70 m, maka antara 0 – 62 m

hanya akan diambil serbuk (lumpur) pemborannya. Lalu di kedalaman 72 m berhenti coring.

b.      Pemboran Coring

Pemboran ini dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan/ketahanan tanah di area tersebut, maka

sampel yang diambil untuk keperluan Lab Geotek atau Lab AMD. Pengeboran biasanya

dilakukan sedalam maksimal 100 m.

Titik pemboran Open Hole maupun Coring ini biasanya sudah ditentukan oleh Geologist area

tersebut, karena Goelogist lebih mengerti kemana penyebaran urutan batuan tersebut. Berikut

contoh peta titik pemboran :

2.12 Pengertian Logging

Logging merupakan suatu sistem perekaman data bawah permukaan pada sumur yang sedang

dibor atau sedang berproduksi guna menemukan berbagai macam karakteristik formasi.

Proses loggingdilakukan pada saat pemboran sesaat sesudah pipa-pipa pemboran dan mata bor

ditarik ke permukaan. Pada alat yang sudah disambung  meliputi alat gamma ray, alat

resistivitas, alat densitas dan alat netron yang lazim digunakan dalam pengambilan data bawah

permukaan. Sebelum disambung alat-alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu termasuk alat-alat

radioaktif diantaranya alat densitas, alat netron biasanya dikoreksi terlebih dahulu pada radioaktif

yang akan digunakan. Alat-alat ini disambung dengan menggunakan penyambung khusus

kemudian di operasikandengan cara mengulurkan rantai khusus dari puncak menara ke papan

luncur kemudian disambung pada pangkal rangkaian alat-alat logging yang akan di dioperasikan

dan sekaliguspada pangkal rangkaian alat-alat loggingtersebut disambung dengan kabel yang

digulung pada drum yang berasal dari dalam unit melalui sheave wheel.Pembacaan kabel

langsung direkam oleh system  yang dikendalikan langsung oleh engineer logging Alat-alat ini

kemudian ditarik perlahan-lahan yang dikendalikan dari winch operation oleh operator.

Saat alat-alat logging diturunkan ke dalam lubang bor (log down), system membaca seberapa

panjang kabel yang  masuk ke dalam sumur. Setiap satu kali putaran drum untuk melepaskan

kabel adalah sedalam 2 kaki. Sesudah sampai pada dasar lubang bor, panjang kabel yang masuk

dibandingkan dengan catatan kedalaman lubang bor. Apabila kondisi ujung alat lebih dangkal

dari kedalaman pemboran berarti diperkirakan terjadi caving.

Saat alat logging ditarik ke atas (log up) yang dikendalikan oleh operator melalui winch

operation  pada saat itu dimulai pembacaan formasi oleh alat –alat sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Hal ini bertujuan agar bisa mengkontrol panjang kabel didalam lubang bor jika

alat tersangkut (stuck) karena kabel bersifat elastis. Pembacaan formasi oleh alat-alat logging

dilakukan sesuai dengan kedalaman yang ditargetkan.

2.13 Jenis-Jenis Log Mekanik

2.14 Log Caliper

Caliper log adalah alat untuk mengukur diameter dan bentuk suatu lubang bor. Alat ini memiliki 2, 4 atau lebih lengan yang dapat membuka di dalam lubang bor. Pergerakan lengan-lengan ini pada lubang akan diubah menjadi signal elektrik oleh potentiometer. Dalam sebuah lubang bor, diameter bersifat heterogen dari atas hingga dasar karena adanya efek tekanan dari lapisan batuan yang berbeda-beda akibat gaya tektonik.

Kondisi ini yang menjadikan perbedaan dalam jumlah lengan caliper. Pada lubang yang lebih oval, dua lengan caliper akan saling mengunci pada sumbu terpanjang dari oval, sehingga akan memberikan hasil diameter yang lebih besar dibandingkan seharusnya. Akibatnya, diperlukan caliper dengan lengan yang lebih banyak.

Hasil logging caliper diplot pada suatu track yang menggunakan ukuran drilling bit sebagai perbandingan atau dengan menggambarkan selisih hasil pembacaan caliper terhadap ukuran bit diameter. Pada grafik logging, dapat ditemukan titik tertentu yang mengindikasikan volum dari lubang bor. Informasi berguna dalam mengestimasi jumlah lumpur pemboran di dalam lubang bor dan jumlah semen yang dibutuhkan untuk casing lubang. Dalam memenuhi kebutuhan ini, terdapat perhitungan matematis untuk memperolehnya.

Secara umum, caliper logging dapat digunakan untuk kebutuhan sebagai berikut : (a) membantu interpretasi litologi bawah permukaan; (b) indikator zona permeabilitas dan porositas akibat adanya mudcake; (c) menghitung tebal mudcake; (d) menghitung volume lubang bor; (e) menghitung kebutuhan semen untuk casing; (f) indikasi kualitas lubang bor; dan (g) membantu menentukan formasi terkonsolidasi dan kedalaman pemasangan casing, dan lain sebagainya.

 

2.15 Log PermeabilitasLog yang digunakan untuk mengidentifikasi lapisan permeabel adalah:

a.      Log Spontaneous Potential (SP)Prinsip penggunaan log SP adalah untuk menghitung resistivitas air formasi dan

mengindikasikan permeabilitas. Ini bisa digunakan untuk memperkirakan volume serpih, mengindikasikan fasies, beberapa hal yang berkaitan dengan korelasi.

b.      Gamma RayLog GR merekam radioaktivitas alami formasi, radioaktiv tersebut adalah uranium (U),

thorium (Th), dan potassium (K) yang hadir pada batuan. Ketiga elemen ini selalu memancarkan GR. GR memiliki kemampuan penetrasi beberapa inchi ke dalam batuan. Photon cahaya ini menumbuk sebuah photocathode (caesium antimony/silver magnesium) setiap photon menumbuk photoncathodemelepaskan sejumlah elektron. Selanjutnya diperkuat oleh medan listrik, sehingga menimbulkan arus kecil yang dilewatkan resistor sehingga menimbulkan pulsa tegangan.Log GR diskalakan dalam API unit (APIU). 1 (satu) APIU adalah 1/200 merupakan respon dari hasil kalibrasi standar.2.16 Log Resistivitas

Log Resistivitas adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas

dan air) disepanjang lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya.

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala

logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.

Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon

di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Log resistivitas digunakan untuk :

a.       Menentukan resistivitas formasi yang sebenarnya untuk menghitungsaturasi air (kandungan air).

b.      Membedakan daerah air garam dan minyak.

c.       Estimasi diameter invasi

d.      Korelasi formasi

Metode alat resistivitas ini dibagi 2 (dua):

a.   Alat konduktivitas / alat Induksi

Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan tegangan konstan dan arus yang berubah

berbanding lurus dengan sifat konduktivitas formasi.

           

b.   Alat resitivitas / laterallog (modifikasi alat resistivitas menjadi alat power)

Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan arus selalu konstan, dengan tegangan yang

berubah berbanding lurus dengan sifat resistivitas formasi.

 

           

Cara kerja

Mengalirkan arus dari elektroda  (pada alat) ke formasi dan diterima kembali ke permukaan.

Untuk mengukur deep dan shallow laterolog dari elektroda yang sama digunakan frekuensi yang

berbeda. (35 Hz deep dan 280 Hz shallow).

Berdasarkan radius investigasi, zona pengukuran resistivitas dapat dikelompokkan sebagai

berikut : (Gambar 3.1)

a.   Flushed zone      :  1 -6 in, diukur dengan tool MLL, SFL, MSFLb.   Shallow zone     :   0.5 – 1.5 ft, diukur dengan tool LLSc.   Medium zone     :   1.5 - 3 ft, diukur dengan tool ILM dan LLMd.   Deep zone          :  lebih dari 3 ft, diukur dengan tool ILD daan LLD

Gambar.Sayatan suatu lubang bor yang menunjukkan zona terusir, zona peralihan dan zona tidak terusir serta sejumlah parameter petrofisik yang penting (Schlumberger, 1985/1986)

 

2.17 Log PorositasPorositas merupakan variabel ketiga yang harus diketahui untuk menentukan harga saturasi air (Sw). Pengukuran porositas dilakukan dengan berbagai macam log, yaitu:

a.      Log densitasPrinsip kerja log ini adalah alat densitas menggunakan cesium sebagai sumber radioaktif, sehingga memancarkan sinar radioaktif secara terus menerus. Cesium ini diletakkan di padyang dibungkus dengan logam berat sehingga pancaran radioaktif hanya ke arah tertentu, yaitu ke formasi. Sebagian besar radioaktif diserap oleh formasi, sebagian dipantulkan ke detector dan dihitung. Formasi yang padat menyerap banyak gamma ray, sehingga pada formasi yang padat, detector hanya menhasilkan hitungan yang sedikit.

b.       Log SonicTool Sonic mengukur beda waktu kedatangan (dalam sec/ft) antara kecepatan gelombang suara pada transmitter dengan recerveir. Pada transmitter pulsa listrik dirubah ke mekanik (berbunyi “clicks”). Untuk menghasilkan gelombang compressionaldi dalam kolom mud.Untuk standar monopol sonic source, gelombang ini menyebar ke segala arah dengan sama rata. Ketika gelombang mencapai dinding, ada yang dipantul dan ada yang dirambatkan yang berupa gelombang compressional dan shear.

Gelombang yang dirambat ini akhirnya kembali ke receiver dan dirubah menjadipulsa listrik lagi.

2.18 Pola-Pola Log (Log Patterns)Pola-pola log biasanya menunjukan energi pengendapan yang berubah, yaitu berkisar antara dari

energi tinggi (batupasir) sampai rendah (serpih).

a.   Coarsening upward atau Funnel shape

      Adalah bentuk corong yang menunjukkan energi pengendapan yang bertambah ke arah atas.

b.   Blocky Pattern atau Cylinder Shape

      Adalah bentuk silinder yang secara tidak langsung menunjukkan energi yang relatif  konstan

selama pengendapan yang kontinyu.

c.   Fining upward atau Bell shape

      Adalah bentuk bel atau lonceng yang menunjukkan energi pengendapan yang berkurang ke arah

atas.

d.   Crescentic Pattern

      Adalah pola log berbentuk bulan sabit yang pada mulanya menunjukkan coarsening upward yang diikuti finning upward.

 

Gambar 4.2.  Bentuk kurva wireline log (Pettijohn, Potter, and Seiver 1987)

2.19 Dasar Teori Petrofisik

Perhitungan petrofisik disesuaikan dengan kondisi formasi pada daerah telitian. Dalam penelitian

ini digunakan metode Indonesia equationdalam Asquith and Gibson (1982).dengan asumsi

bahwa untuk Indonesia equation akan lebih tepat digunakan untuk formasi shaly sand. Hal ini

disebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian metode Indonesia equation berasal dari

Indonesia.

a.       Koreksi gamma ray

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung nilai t. dengan menggunakan rumus dari Schlumberger (1991).

 

b.      Perhitungan volume serpih (V shale)Manghitung indeks gamma ray         

Indeks gamma ray dihitung dengan menggunakan rumus dari Asquith and Gibson(1999).

 

               

                                                    

                                                   

Volume serpih dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Asquith and Gibson

(1999).

     Untuk Batuan-batuan yang tidak terkonsolidasi dihitung sebagai berikut : Vsh = 0.083 (2(3.7 x GR)

– 1.0)

c.       Interpretasi log porositas

         Menghitung porositas netron

Koreksi netron terhadap lingkungan

Koreksi netron terhadap serpih (shale)

Koreksi netron terhadap kandungan serpih dapat dihitung dengan rumus dari

Harsono (1994).

 

Menghitung Porositas netron sesungguhnya, menggunakan rumus : 

         Menghitung porositas dari log densitas Koreksi lingkungan

  Koreksi terhadap kandungan serpih

 

Menentukan porositas densitas sebenarnya

Menentukan porositas densitas menggunakan rumus berdasarkan Asquithand Gibson

(1982).

 

         Menghitung porositas dari porositas netron dan porositas densitas. 

d.      Perhitungan saturasi air (Sw)

Menghitung Sw mengguna rumur Archie untuk formasi yang clean sand.

e.       Perhitungan Cadangan Hidrokarbon

Untuk perhitungan cadangan volumetrik data-data yang digunakan dalam perhitungan besarnya cadangan dengan metode ini adalah  porositas, kejenuhan air, ketebalan lapisan batuan reservoir, luas batuan reservoir, formation volume factor (FVF).

Untuk menghitung cadangan dengan metode volumetrik ada tiga cara untuk menghitung Volume batuan reservoir yang mengandung fluida hidrokarbon dari peta net oil pay, yaitu metodetrapezional. Setelah didapatkan Volume, maka selanjutnya menghitung original oil in place (OOIP).

 

Dimana :N         =    volume cadangan awal hidrokarbon (STB)

7758        =    faktor konversi dari acre feet ke barrelBoi      =    formation volume factor (STB/ bbls)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemboran geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang

ditembus lubang bor. Deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan 

data dan informasi tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung proses

karakterisasi massa batuan .Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto

batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah :

a.       Serbuk bor (Cuttings)

b.      Drill core

c.       Perlakuan inti bor

d.      Penyimpanan conto (sample storage)

            Core barrel merupakan tabung conto inti/core yang dimasukkan kedalam bor untuk

menangkap dan menyimpan core selama pengeboran. Tabung dilengkapi dengan alat penahan

dan penjepit mencegah jatuhnya core.

Jenis-jenis core barrel :

a.       Single tube core barrel

b.      Double tube core barrel

3.2 SARAN

            Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat buat penulis sendiri dan juga

pembaca, jika ada kesalahan penulis berharap agar dapat diperbaiki oleh pembaca.