Materi Makalah Agama DAkwah Nabi Muhammad S.A.W Periode Mekah
-
Upload
dimas-putra -
Category
Documents
-
view
4.985 -
download
13
Transcript of Materi Makalah Agama DAkwah Nabi Muhammad S.A.W Periode Mekah
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota Makkah merupakan kota yang sangat bersejarah sepanjang
lahirnya Islam hingga berjaya dan tersebarnya keseluruh penjuru dunia.
Bagaimana tidak, dakwah Rasulullah SAW yang berbenderakan Islam,
lahir dan mulai berkembang di dua kota tersebut.
Sejarah dan perjuangan dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan
risalah dari Allah SWT sejak diutusnya menjadi Rasul di usia 40 tahun di
kota Makkah hingga wafatnya di usia 63 tahun di kota Madinah,
mengandung banyak hikmah, pelajaran dan contoh bagi setiap umat,
lebih-lebih bagi para penerus perjuangan dakwah Nabi SAW, yaitu para
ulama dan pejuang Islam.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses dakwah nabi Muhammad di Mekah.
3. Tujuan
1. Dapat Mengetahui proses dakwah nabi Muhammad di Mekah.
BAB II
Pembahasan
A. Dakwah Nabi Muhammad Di Mekah
Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah dan risalah terbagi
menjadi dua periode yang masing-masing memiliki keistimewaan
tersendiri secara total, yaitu:
Periode Mekkah : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun.
Dan masing-masing periode mengalami beberapa tahapan
sedangkan masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri
yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan tampak jelas
setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail
terhadap kondisi yang dilalui oleh dakwah dalam kedua periode
tersebut. Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
Tahapan dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung
selama tiga tahun.
Tahapan dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah;
dari permulaan tahun ke-empat kenabian hingga hijrah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah.
Tahapan dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan
penduduknya; dari penghujung tahun ke-sepuluh kenabian-dimana
juga mencakup Periode Madinah- dan berlangsung hingga akhir
hayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat
Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan.
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah
menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh
para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka
puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di
antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai,
Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan
kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi
pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau
sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun.
Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara kota
Mekah. Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya
ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu
yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat
Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-
Qur’an. Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S.
Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah
SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada
umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah
(periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur
telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726
ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode
Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW
di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar
masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral
dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan
nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan
yang luhur tersebut sebagai berikut:
Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan
rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah
Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah
SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara
sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin
Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat
dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata
beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka
adalah:
Abdul Amar dari Bani Zuhrah
Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
Utsman bin Affan
Zubair bin Awam
Sa’ad bin Abu Waqqas
Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Dakwah Secara Terang-Terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut
berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini
antara lain sebaga berikut:
Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat
dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu
Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah
untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah
menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu:
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar
kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13
orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amir, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada
gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan
menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan
pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah
SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah
menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah
SAW, yakni:
1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.
Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,
sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang
adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan
alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan
azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa
berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat
warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha
menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang
menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan
dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah,
Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah,
disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas
perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar
permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum
kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat
lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan
penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya
Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke
dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke
Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan
keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun
615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena
menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah
satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka
meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya, Rasulullah
SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.
Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan piagam itu, secara
tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami duka cita
yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Thalib dan Khadijah
secara berturut-turut. Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh
tahun lebih. Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang
akan merupakan akhir hayatnya, mereka merasa khawatir apa yang akan
terjadi nanti antara mereka dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
“Abu Thalib, seperti kau ketahui, kau adalah dari keluarga kami juga.
Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri, sangat mencemaskan
kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan kami dengan
kemenankanmu itu. Panggillah dia.
Muhammad datang tatkala mereka masih berada di tempat
pemannya. Setelah diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapun
berkata :
“Sepatah kata saja saya minta, yang akan membuat mereka merajai
semua orang Arab dan bukan Arab.”
“Ya, demi bapakmu”. Jawab Abu Jahl.
Ketika Abu Thalib meninggal hubungan Muhammad dengan pihak
Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.
Sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan kematian Khadijah, Khadijah
yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah mencurahkan
segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah lembut,
dengan hati yang bersih, dan dengan kekuatan iman yang ada padanya.
Khadijah, yang dulu menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat
tekanan dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah
bidadari yang penuh kasih sayang.
Abu Thalib pun meninggal, orang menjadi pelindung dan perisai
terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang begitu sedih,
begitu pedih menusuk jiwa Muhammad saw? Dua peristiwa itu akan
meninggalkan luka parah dalam jiwa orang – yang bagaimanapun kuatnya
– akan menusukkan racun putus asa ke dalam hatinya. Ia akan dikuasai
perasaan sedih dan duka, akan dirundung kepiluan dan akan
membuatnya jadi lemah, tidak dapat berpikir lain di laur dua peristiwa
yang sangat mengharukan itu, sehingga tahun itu disebut dengan ”Amul
Huzni”.
Ketika seorang pandar Quraisy mencegatnya di tengah jalan lalu
menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Ia pulang ke rumah dengna tanah
yang masih di atas kepala. Fatimah puterinya lalu datang mencucikan
tanah yang di kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Juga
secercah duka yang menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang
sungguh keras, terasa mencekik leher dan hampir pula menggenangi
mata.
Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh bijaksana dan penuh
kash sayang kepada putrid-putrinya. Apakah yang kita lihat ia lakukan
terhadap tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya itu?
Menangis hanya karena melapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih
dari semua itu ia hanya menghadapkan. Hatinya kepada Allah dengan
penuh iman akan segala pertolonganNya. “Jangan menangis anakku”,
katanya kepada putrinya yang sedang berlinang air mata itu. “Tuhan akan
melindungi ayahmu.” Kemudian diulangnya : “sebelum wafat Abu Thalib
orang-orang Quraisy itu tidak seberapa mengganggu saya.”
Muhammad Pergi ke Thaif
Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad seolah dapat
meringankan perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif, meskipun mereka
tetap kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itu sudah diketahui pula
oleh Quraisy sehingga gangguan mereka kepada Muhammad makin
menjadi-jadi.
Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, ia
memperkenalkan diri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran.
Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah nabi yang diutus, dan
dimintanya mereka mempercayainya. Abu Lahab pamannya tidak
membiarkannya, bahkan dibuntutinya ke mana ia pergi. Dihasutnya orang
agar tidak mau mendengarkan. Muhammad sendiri tidak cukup hanya
memperkenalkan diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di
Makkah saja, bahkan ia mendatangi Banu Kinda ke rumah-rumah mereka,
mendatangani Banu Kalb, juga ke rumah-rumah mereka. Banu Hanifa dan
Banu ‘Amir bin Sha’sha’a tapi tidak seorangpun dari mereka yang mau
mendengarkan Banu Hanifa bahkan menolak dengan cara yang buruk
sekali. Sedangkan Banu ‘Amir menunjukkan ambisinya, bahwa kalau
Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala
persoalan nanti harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab,
bahwa masalah itu berada di tangan Tuhan, merekapun lalu membuang
muka dan menolaknya seperti yang lain.
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah
periode pertama perjalanan dakwah beliau di Mekkah. Beliau berjuang
antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat
Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari
beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama
dalam sejarah Islam. Tepathari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1
hijrahbertepatan 24 September 6 M, Nabi saw mengadakan shalat Jumat
yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di
hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan2. Pesan Dan Saran