Materi Kuliah Filsafat Islam

31
06/09/22 1 Ibnu Sina Materi Kuliah Filsafat Islam Prof. Fauzan Saleh, Ph.D. PAI – Tarbiyah, STAIN Kediri © 2009

Transcript of Materi Kuliah Filsafat Islam

Page 1: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 1

Ibnu Sina

Materi Kuliah Filsafat Islam

Prof. Fauzan Saleh, Ph.D.PAI – Tarbiyah, STAIN Kediri © 2009

Page 2: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 2

Latar belakang Ibn Sina mengakui banyak berhutang budi pada

al-Farabi, sehingga dia mampu kembangkan tema-tema dasar Neoplatonik seperti telah diupayakan oleh al-Farabi sebelumnya, kecuali dalam bidang politik.

Tulisan-tulisannya miliki pengaruh lebih luas, sehingga nama Ibn Sina lebih populer dalam kajian tentang Neoplatonisme, meskipun yang pertama kali memperkenalkan adalah al-Farabi.

Page 3: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 3

Belajar filsafat dan kedokteran Ibn Sina lahir di Afshanah, dekat dengan Kota

Bukhara. Di Bukhara dia belajar kepada banyak guru, antara lain al-Natili, seorang Sufi penganut faham Isma’ili, dan seorang pemilik toko keturunan India yang mengajari aritmatika.

Selanjutnya Ibn Sina belajar filsafat dan kedokteran secara autodidak. Pada usia 16 tahun dia telah menguasai ilmu kedokteran dengan baik, sehingga banyak dokter ternama yang menimba ilmu padanya.

Page 4: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 4

Metafisika Satu-satunya ilmu yang dianggap sulit bagi

Ibn Sina ialah metafisika. Dia mengaku telah baca buku metafisika Aristotle sebanyak 40 kali namun tidak faham, sampai akhirnya dia temukan buku al-Farabi On the Intention of the Metaphysics. Dengan buku ini barulah Ibn Sina merasa mengerti tentang metafisika seperti diuraikan dalam karya Aristotle tersebut.

Page 5: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 5

Karya Ibn Sina Ibn Sina mulai menuliskan karya-karya

filsafatnya sejak usia 21 tahun. Hasil kayanya tidak kurang dari 276 judul.

Di antara karyanya ialah: al-Syifa’, al-Najat, al-Isyarat, Epistle of the Bird, Epistle of Love dan Hayy ibn Yaqdhan.

Al-Syifa’ adalah karya Ibn Sina terpenting, dan merupakan summa philosophica-nya, berisi segala bidang kajian filsafat di masanya.

Page 6: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 6

Metafisika dan logika Berbeda dengan al-Farabi, Ibn Sina kurang

tertarik pada bidang politik atau etika. Perhatian utama filsafat Ibn Sina tertuju pada bidang metafisika dan logika.

Corak pemikiran metafisikanya mengikuti faham Neoplatonisme, seperti tercermin pada teori emanasinya. Namun Ibn Sina merasa tidak puas dengan corak pemikiran Neoplatonisme konvensional ini. Dia ingin mengembangkan model pemikirannya sendiri.

Page 7: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 7

Oriental wisdom Karena itulah Ibn Sina kemudian menulis

Oriental Wisdom yang diklaim memuat ‘kebenaran tak tercemar.’

Buku ini bertujuan untuk menggali khazanah kearifan Timur, meskipun belum jelas benar apakah buku tersebut telah diselesaikan secara tuntas oleh Ibn Sina. Dari buku tersebut baru dikenali pembahasan

tentang logika saja.

Page 8: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 8

Mistisisme filosofis Dari sebagian karya-karyanya, Ibn Sina

menampakkan kecanggungan mistiknya. Pandangan mistiknya yang berbeda dengan al-Hallaj dan al-Bistami telah membawa dirinya pada suatu mistisisme filosofis dan rasional.

Mistisisme filosofis berasal dari adanya desakan intelektual untuk dapat berhubungan (ittisal) dengan Intelek Aktif, bukan penyatuan diri (ittihad) atau musyahadah dengan Tuhan.

Page 9: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 9

Tentang metafisika Dalam al-Syifa’ Ibn Sina mulai dengan definisi

tentang metafisika secara konvensional sebagai studi tentang entitas (wujud) yang bersifat material.

Dalam definisi lain disebutkan sebagai ilmu ketuhanan yang menelaah prinsip-prinsip pokok segenap entitas fisik dan matematis guna memperkenalkan adanya Sebab dari segala sebab dan Prinsip Utama dari segala prinsip.

Page 10: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 10

Ditolak Definisi yang jelas-jelas bercirikan Aristotelian

ini ditolak oleh Ibn Sina, dengan alasan Sebab Pertama atau Tuhan yang menjadi subyek

metafisika tersebut oleh Ibn Sina justru ditempatkan sebagai obyek kajian metafisika.

Pokok bahasan metafisika seharusnya adalah wujud sebagai wujud itu sendiri (being qua being) yang secara intuitif diketahui manusia. Dengan kata lain, inti kajian metafisika adalah ontologi.

Page 11: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 11

Tiga bagian pokok Ibn Sina membagi metafisika menjadi tiga

bagian pokok: Bagian yang membahas beragam pandangan

ttg segenap entitas secara umum dan Tuhan secara khusus.

Bagian yang membahas sifat-sifat entitas. Bagian yang membahas prinsip-prinsip pokok

pengetahuan yang berlaku bagi semua bidang ilmu.

Page 12: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 12

Pendekatan ontologis Namun pembahasan utama metafisika Ibn Sina

lebih fokus pada entitas dalam kaitannya dengan kategori-kategori Aristotelian dan konsep-konsep universal yang menyertainya.

Hal pertama yang mendasari pendekatan ontologis metafisikanya ialah wujud (eksistensi) merupakan gagasan dasar yang dapat difahami oleh semua manusia secara intuitif.

Tidak ada gagasan yang lebih mendasar atau yang lebih banyak diketahui kecuali tentang wujud.

Page 13: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 13

Sifat dasar atau esensi Kedua, ialah sifat dasar (esensi) suatu

entitas dengan jelas dapat dibedakan dengan eksistensinya. Sesuatu kita katakan eksis (memiliki wujud) ialah jika ia berupa suatu bentuk yang membatasi esensi. Jika dikatakan bahwa esensi (mahiyah)

sesuatu itu memiliki wujud, baik secara nyata maupun hanya dalam fikiran, maka perkataan itu baru memiliki makna.

Page 14: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 14

Non-eksisten Ketiga, yang tidak eksis (non-eksisten) pun

sebenarnya memiliki wujud dalam satu dan lain arti. Non-eksistensi merujuk pada suatu fakta tertentu yang mungkin memiliki wujud, meski hanya dalam fikiran.

Sebab, sesuatu dikatakan non-eksisten secara mutlak, mustahil dapat diungkap dengan perkataan. Bahkan, saat kita menyangkal non-eksistensi sesuatu, sangkalan itu tetap memiliki makna eksistensial dalam fikiran kita.

Page 15: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 15

Contingent – necessary being Masalah esensi dan eksistensi ini telah

mendorong Ibn Sina untuk perkenalkan perbedaan metafisis antara yang bisa-ada (mungkin, contingent being) dan yang niscaya-ada (wajib, necessary being).

Dari pembedaan ini Ibn Sina bangun konsepsinya tentang yang Wajib Ada-nya (wajib al-wujud) sebagai Zat yang berbeda dengan mumkin al-wujud.

Page 16: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 16

A contingencia mundi Berangkat dari kerangka pemikiran di atas,

Ibn Sina mengajukan dalil tentang Wajib al-Wujud, yang kemudian dikembangkan oleh Leibniz dan Kant dengan istilah a contingencia mundi, bukti kemungkinan alam. Dalil ini berpijak pada aksioma bahwa segala sesuatu terbagi menjadi dua: yang niscaya-ada dan yang mungkin-ada.

Page 17: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 17

Sifat Zat yang niscaya-ada Sifat utama dari yang niscaya-ada ialah keesaaan

mutlak, tanpa kejamakan, tidak tersusun atau terbagi, baik secara esensial maupun eksistensial.

Seandainya Zat ini tersusun dari esensi dan eksistensi, layaknya entitas yang berubah, tentu Dia memerlukan sebab lain bagi keberadaannya, karena esensi tidak mungkin bersifat swa-ada. Hal ini bertentangan dengan fakta bahwa Dia adalah Sebab Pertama dari semua yang ada.

Page 18: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 18

Sebaliknya,… Sebaliknya, jika esensi Zat ini diduga

menyatu dengan eksistensinya, itu berarti Dia tidak memiliki genus dan species maka sebagai sebuah konsekwensinya Dia tidak dapat didefinisikan. Dia pasti tanpa sifat-sifat aksidental. Karena itulah tidak ada yang menyamai-Nya atau menjadi sekutu bagi-Nya dalam hal apa pun.

Page 19: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 19

Kebaikan murni Dari uraian di atas tampak bahwa Ibn Sina

menafikan sifat apa pun pada diri Tuhan. Oleh karena itu Ibn Sina memberikan sifat positif pada Tuhan yaitu sebagai kebaikan murni, kebenaran murni, dan akal murni.

Kebaikan murni berarti Dia adalah dambaan tertinggi dan sumber kesempurnaan bagi semua entitas yang memperoleh wujudnya melalui proses emanasi dan karena karunia-Nya.

Page 20: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 20

Kebenaran murni, Akal murni Kebenaran murni berarti bahwa Dia adalah

wujud yang maha benar, maha kekal dan yang paling layak adanya.

Akal atau intelek murni berarti Dia terbebas dari semua unsur materi. Seperti diuraikan oleh al-Farabi sebelumnya, Dia adalah Akal Murni yang berfikir tentang diri-Nya semata, thought thinking thought.

Page 21: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 21

Kontroversi pengetahuan Tuhan Modus pengetahan Tuhan ttg makhluk-Nya

merupakan kontroversi yang serius antara para filosof dan ahli teologi selama berabad-abad.

Ibn Sina: Pengetahuan Tuhan tidak berakibat pada keberagaman dan perubahan dalam zat-Nya. Berbeda dengan pengetahuan manusia, pengetahuan

Ilahi tidak berasal dari wujud makhluk-Nya. “Selaku Prinsip Utama, Allah mengetahui diri-Nya sebagai Penyebab dari adanya segala sesuatu.”

Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di alam fana dan alam baka secara universal.

Page 22: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 22

Antisipasi al-Ghazali Untuk mengantisipasi al-Ghazali yang

menuduhnya mengingkari pengetahuan Tuhan tentang hal-ihwal yang partikular, Ibn Sina cepat-cepat menambahkan: ‘tak satu partikular pun luput dari pengetahuan-Nya.

Dan tak satu apa pun, biar hanya seberat atom, di langit maupun di bumi, yang tersembunyi bagi-Nya. Sungguh ini suatu keajaiban untuk dapat menangkapnya ‘

Page 23: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 23

Asal penciptaan alam (emanasi) Seperti halnya al-Farabi, Ibn Sina juga

memandang alam berasal dari Yang Wajib Ada. Dengan kemahabaikan-Nya (al-jud) memancarlah

(yafidh) intelek pertama. Ketika dia berfikir tentang dirinya sendiri lahirlah

intelek kedua. Dan ketika intelek kedua berfikir tentang dirinya sendiri, terwujudlah jiwa dan tubuh dari falak luar (the outermost sphere). Proses emanasi kemudian berlanjut dengan sederetan

intelek dan falak yang bersesuaian, sampai akhirnya terwujudlah akal kesepuluh (Akal Aktif).

Page 24: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 24

Peran akal kesepuluh Akal kesepuluh (Akal Aktif) menata alam sublunar,

sehingga alam anasir terbentuk. Di sini anasir sederhana berpadu dengan bentuk-

bentuk substantif (yang teremanasi dari Akal Aktif) untuk memproses terjadinya beragam entitas partikular di alam raya ini. Akal aktif berperan sebagai jembatan antara alam

pengetahuan dan alam material, sebagai “peran kosmis”-nya yang fundamental.

Akal aktif juga punya “peran kognitif” sebagai locus dari semua bentuk primer alam pengetahuan yang jadi bahan pengetahuan itu sendiri.

Page 25: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 25

Ajaran tentang jiwa Menurut Ibn Sina, munculnya jiwa (vital

principle) sebagai daya supra-jasmani (extra-corporeal power) berawal dari persenyawaan elemen-elemen primer kehidupan di bawah pengaruh benda-benda langit.

Pertama-tama muncul jiwa nabati, disusul jiwa hewani, dan terakhir muncul jiwa manusiawi, yang berlangsung secaca progresif selaras dengan tingkat kemampuan masing-masing jiwa.

Page 26: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 26

Definisi jiwa Masing-masing jiwa didefinisikan oleh Ibn Sina

sebagai berikut: Jiwa nabati sebagai dasar pertumbuhan dan

reproduksi. Jiwa hewani sebagai dasar gerak atau kehendak dan

penangkapan (idrak, apprehension) terhadap berbagai rangsangan partikular.

Jiwa manusiawi sebagai dasar pertimbangan dan pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat universal.

Ibn Sina lantas berikan definisi umum tentang jiwa (lihat berikut)…

Page 27: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 27

Kesempurnaan pertama… Ibn Sina berikan definisi umum tentang jiwa

sebagai “kesempurnaan pertama dari benda organik yang alami. “ Sebagai daya cerap terhadap hal-hal yang partikular

dan bergerak sesuai kehendak, ia disebut jiwa hewani.

Sebagai daya cerap terhadap hal-hal universal dan bertindak atas dasar pertimbangan dan pilihan, ia disebut jiwa manusiawi.

Sebagai daya untuk melahirkan, tumbuh kembang dan memproduksi sejenisnya ia disebut jiwa nabati

Page 28: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 28

Akhir perjalanan biologis… Sebagai akhir perjalanan biologis dan generatif,

jiwa manusia punyai dua bagian pokok: teoritis dan praktis.

Jiwa teoritis punyai 4 sub-bagian: Potensial (possible). Habitual Aktual, dan Capaian (mustafad, acquired).

Keempatnya mewakili empat tingkat pencerapan intelektual, sbg lawan dari pencerapan indrawi.

Page 29: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 29

Perkembangan intelektual manusia Keempat bagian jiwa teoritis ini cerminkan

perkembangan intelektual manusia. Dari sekedar bakat-belajar (potentiality to learn)

jadi biasa-belajar (habitus, malakah) yang, jika teraktualisasikan, akan mampu fahami hal-hal universal dengan bantuan Akal Aktif.

Saat itulah jiwa akan capai kesempurnaannya, sehingga mampu mencerminkan alam pengetahuan yang memantulkan alam material.

Page 30: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 30

Tahapan mistis… Tahapan mistis ini akan tercapai jika jiwa sudah

mampu menjalin hubungan (ittisal) dengan Akal Aktif sehingga tak perlu lagi jalani proses berfikir silogistik untuk dapat menangkap hal-hal yang universal, tetapi cukup dengan memfungsikan intuisi (al-hads).

Ibn Sina mengibaratkan tahapan ini sebagai tahapan ‘profetis’ atau tahap berfungsinya ‘nalar suci’ pada diri manusia.

Page 31: Materi Kuliah Filsafat Islam

04/12/23 31

Puncak kemampuan intelektual Tahapan profetis ini merupakan puncak

kemampuan intelektual manusia yang hanya ada pada para filosof dan nabi.

Berkat kemampuan ini seorang nabi dapat mengetahui segala sesuatu secara intuitif, mempersepsi aneka bentuk dan representasi audiovisual, memperkirakan masa depan dan mempengaruhi terjadinya peristiwa fisik secara ajaib (miracolously). Nalar suci ini tiada lain dari sebentuk intelek habitual

yg mengerucut pada intelek capaian (‘aql mustafad).