Materi KEP All

59
KEP (Kurang Energi Protein) Disusun oleh : Kelompok 2 September 2009

description

a

Transcript of Materi KEP All

Page 1: Materi KEP All

KEP

(Kurang Energi Protein)

Disusun oleh :

Kelompok 2

September 2009

Page 2: Materi KEP All

1. Dyah Arini, S. Kep. NS 100941001 2. Adiyanti Handayadi , dr 100941006 3. Mujib Hannan, S.KM 100941010 4. Dya Sustrami, S.Kep. NS 100941013 5. Sri Sunariningsih Ika W, S.KM 100941019 6. Wahyu Herwati Cahyo, S.KM 100941023 7. Andrei Ramani, S.KM 100941024 8. Masithah, S.KM 100941027 9. Nanik Nuraini, S.KM 10094103010. Maria Terok, S.Pd, SSiT 100941031

Page 3: Materi KEP All

11. Aris Hartono, S.Kep. NS 10094103212. Rahayu Sunu Utami, S.KM 10094103913. Yulia Wardita, S.KM 10094104114. Ansyiah Elly Yulianti, S.KM 10094104215. Riris Diana R, S.KM 10094104516. Chaerunnimah, S.KM 10094104817. Muhammad Ratodi, S.T 10094104618. Sukma Sahadewa, dr 10094104919. Retno Sri Lestari, S.Pd 10094105120. Irul Hidayati, S.KM 10094105321. Nur Farida K, S.KM 100941055

Page 4: Materi KEP All

(Kurang Energi Protein)

Pengertian: Suatu penyakit / kondisi klinis yang disebabkan oleh defisiensi energi dan protein, dan sering disertai defisiensi nutrien yang lain

Definisi KEP

Page 5: Materi KEP All

Klafisikasi KEP

Page 6: Materi KEP All

MENURUT WHO-NCHS

KATEGORI BB/U BB/TB

KEP Ringan

70-80% 80-90%

KEP Sedang

60-70% 70-80%

KEP Berat <60% <70%

Page 7: Materi KEP All

MENURUT GOMES

KATEGORI (Derajat KEP)

BB/U (%)

0 = Normal ≥ 90%

1 = Ringan 89 – 75 %

2 = Sedang 74 – 60 %

3 = Berat < 60 %

Page 8: Materi KEP All

MENURUT JELLIFFE

KATEGORI BB/U (%)

KEP I 90 – 80

KEP II 80 – 70

KEP III 70 – 60

KEP IV < 60

Page 9: Materi KEP All

MENURUT WATERLOW

KATEGORI SHUNTING(Tinggi Menurut

Umur)

WASTING(Berat Menurut

Tinggi)

0 > 95% > 90 %

1 95 – 90 % 90 – 80 %

2 89 – 85 % 80 – 70 %

3 < 85 % < 70

Page 10: Materi KEP All

MENURUT BENGOA

KATEGORI BB/U

KEP I 90 – 76 %

KEP II 75 – 61 %

KEP III Semua Penderita dengan edema

Page 11: Materi KEP All

MENURUT LOKAKARYA ANTROPOMETRI

KATEGORI

BB/U TB/U LLA/U BB/TB LLA/TB

Gizi Baik

100-80 100-95 100-85 100-90 100-85

Gizi kurang

<80-60 <95-85 <85-70 <90-70 <85-75

Gizi buruk**

<60 <85 <70 <70 <75

Page 12: Materi KEP All

MENURUT DEPKES 1999

KATAGORI CUT OF POINT*)

Gizi lebih >120%

Gizi baik 80%-120%

Gizi sedang 70%-79.9%

Gizi kurang 60%-69,9%

Gizi buruk <605

Page 13: Materi KEP All

MENURUT WELLCOME

(BB) EDEMA

TIDAK ADA ADA

≥ 60 % GIZI KURANG KWASHIORKOR

< 60 % MARASMUS MARASMUS-KWASHIORKOR

Page 14: Materi KEP All

Penilaian KEP

Page 15: Materi KEP All

PENILAIAN KEP

SECARA LANGSUNG SECARA TIDAK LANGSUNG

1. ANTROPOMETRI2. BIOKIMIA3. KLINIS4. BIOFISIK5. DIETETIK

1. SURVEI KONSUMSI2. STATISTIK VITAL3. FAKTOR EKOLOGI

Page 16: Materi KEP All

1. ANTROPOMETRIK GIZI

LINEAR• TB

• L.DADA• L.KEPALA

MASSA JARINGAN• BB

• LILA• TEBAL LEMAK

Menunjukkan keadaan gizi (gizi

kurang) akibat kekurangan energi dan protein yang diderita dimasa

lampau

Menunjukkan keadaan gizi (gizi kurang) akibat kekurangan energi dan

protein yang diderita sekarang atau pada

saat pengukuran

Page 17: Materi KEP All

Con’t

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,otot dan jumlah air pada tubuh.

BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA/TB• LLA/U adalah indikator yang baik untuk menilai

KEP berat• Lingkar Dada umur antara 6 bln- 5th rasio lingkar

dada < 1 KEP pada balita

Page 18: Materi KEP All

2. BIOKIMIA

Con’tpemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.jaringan tubuh yang digunakan antara lain; terutama Hb, albumin, serum ferritin.

Kadar prealbumin• marasmus : 12,4+/-1,0 µg/dl• marasmus-kwashiorkor : 3,3+/-0,2 µg/dl• kwasiorkor : 3,2+/- 0,4 µg/dl

Page 19: Materi KEP All

Kadar serum protein dan albumin

No Senyawa&satuan Umur(th) Kurang Margin Cukup

1 Serum Albumin (gr/100ml)

<1 - <2,5 2,5+

1-5 - <3,0 3,0+

6-16 - <3,5 3,5+

16+ <2,8 2,8-3,4 3,5+

Wanita hamil <3,0 3,0-3,4 3,5+

2 Serum protein (gr/100ml)

<1 - <5,0 5,0+

1-5 - <5,5 5,5+

6-16 - <6,0 6,0+

16+ 6,0 6,0-6,4 6,5+

Wanita hamil 5,5 5,5-5,9 6,0+

Page 20: Materi KEP All

3. KLINIS

a. Marasmus • anak tampak sangat kurus• wajah seperti orang tua.• cengeng dan rewel • kulit keriput jaringan lemak subkutis sedikit• sering disertai diare kronik/konstipasi,

serta penyakit kronis.• tekanan darah, detak jantung dan

pernafasan berkurang

Page 21: Materi KEP All

b. Kwashiorkor• oedema t.u pd kaki (dorsum pedis)• wajah membulat dan sembab.• otot mengecil, t.u pada posisi berdiri&duduk,

anak berbaring terus menerus.• perubahan mental• anoreksia • pembesaran hati

Con’t• Infeksi, anemia, dan diare• rambut berwarna kusam dan mudah dicabut• gangguan kulit berupa bercak merah meluas dan

berubah menjadi hitam terkelupas (crazy pavement

dermatosis)• pandangan anak nampak sayu.

Page 22: Materi KEP All

c. Marasmus-kwashiorkor

• gejala gabungan dari tanda-tanda

marasmus dan kwashiorkor.

Page 23: Materi KEP All

4. BIOFISIK

TES SITOLOGI (CYTOLOGICAL TEST)Tes ini digunakan untuk menilai KEP berat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada epitel (stained epithelial smears). Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP menunjukkan bahwa perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini

Page 24: Materi KEP All

5. DIETETIK

Metode pengukuran dietetik meliputi 3 hal yaitu:

1.Tingkat nasional

2. Tingkat keluarga

3. Tingkat individu

Page 25: Materi KEP All

Dalam menentukan KEP yang digunakan adalah metode pengukuran Individu:

1.Kuantitatif•24 hours recall method• repeated 24 hours recall method• estimated food record•Weighted food record

2. Kualitatif• dietary history• Food frequency questionery

Page 26: Materi KEP All

Distribusi KEP

Page 27: Materi KEP All

DISTRIBUSI KEP• Distribusi Per Kelompok Umur

Usia rawan KEP Balita, terutama yang berusia 12-23 bulan.

hal tersebut disebabkan karena jumlah makanan yang dikonsumsi terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu banyak bermain, dan keengganan terhadap beberapa makanan yang asing dan mulai lebih banyak bersosialisasi dengan lingkungannya, mereka akan lebih sering kontak dengan orang-orang di sekitarnya sehingga memudahkan untuk terkena penyakit infeksi terutama bagi anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah.

Page 28: Materi KEP All

• Distribusi Per Kondisi Geografis

Penderita KEP di pedesaan > penderita KEP di perkotaan

hal tersebut di sebabkan kondisi geografis pedesaan yang terpencil, kurangnya sarana prasarana, tidak meratanya pendistribusian pangan, daerah tandus, Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan, minimnya tenaga kesehatan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat .

Page 29: Materi KEP All

• Distribusi Per Makanan Pokok

Bila pola konsumsi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi anak akan mengganggu status gizi anak mereka. Dengan pola makanan yang tepat akan mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Pola makan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi dan pola belanja ibu, dimana ibu merupakan penentu kebijakan tentang kualitas dan kuantitas dari jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga

Page 30: Materi KEP All

• Distribusi Per Kondisi Ekonomi

Golongan ekonomi rendah lebih rawan menderita KEP dibanding dengan golongan ekonomi tinggi.

kondisi ekonomi merupakan faktor yang paling menentukan pola makan serta kualitas dan kuantitas makanan seperti apa yang akan dibeli.

Apabila tingkat pendapatan suatu keluarga itu rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli mereka, sehingga mereka tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif terutama untuk anak-anak mereka

Page 31: Materi KEP All

Metabolisme KEP

Page 32: Materi KEP All

Metabolisme Protein

Continoue

Page 33: Materi KEP All

Lanjutan

Asam Amino dialirkan ke

Kapiler Darah

Asam Amino dialirkan ke

Kapiler Darah

Asam Amino dialirkan ke

Vena Portae

Asam Amino dialirkan ke

Vena Portae

Asam Amino dialirkan ke

HATI

Asam Amino dialirkan ke

HATI

USUS BESAR (KOLON)

Dalam tinja praktis tidak tersisa protein makanan. Bila dalam tinja ada protein, protein itu bukan berasal dari makanan melainkan dari cairan pencernaan, dari sel-sel epithel usus yang terlepas, dan sebagian besar dari mikroflora usus yang terbawa.

Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam kolon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora usus menimbulkan proses pembusukan (putrefaction), dimana hasil pemecahan protein dan asam amino diantaranya gas H2S, indol, dan skatol yang berbau busuk.

USUS BESAR (KOLON)

Dalam tinja praktis tidak tersisa protein makanan. Bila dalam tinja ada protein, protein itu bukan berasal dari makanan melainkan dari cairan pencernaan, dari sel-sel epithel usus yang terlepas, dan sebagian besar dari mikroflora usus yang terbawa.

Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam kolon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh mikroflora usus menimbulkan proses pembusukan (putrefaction), dimana hasil pemecahan protein dan asam amino diantaranya gas H2S, indol, dan skatol yang berbau busuk.

Page 34: Materi KEP All

Utilisasi ProteinLangkah pertama dari penggunaan asam amino untuk sintesa zat-zat organic lain ialah melepaskan gugusan

amino atau gugusan karboksil.

Proses melepaskan gugusan amino dapat berlangsung melalui proses transaminasi atau deaminasi.

Proses melepaskan gugusan amino dapat berlangsung melalui proses dekarboksilasi

Proses DeaminasiProses Transaminasi Reaksi dekarboksilasi adalah dilepaskannya gugus karboksil dari asam amino dan terjadilah ikatan organic

dan terjadilah ikatan organic amino aminogugusan amino dipindah- kan dari asam amino asal ke asam keto (keto acid), sehingga terbentuk asam amino baru, yang berbeda dari asam amino asal. Ini

terjadi bila diperlukan pembentukan asam amino non-essensial. Ini terjadi

bila diperlukan pembentukan asam amino non-

essensial.

gugusan amino yang dilepaskan dari suatu

asam amino asal, diproses lebih lanjut dalam suatu

reaksi siklus

perlu tersedianya asam keto yang strukturnya sejenis dengan asam amino yang hendak

dibentuk baru tersebut, dan ada asam amino yang

gugusan aminonya dapat dipindahkan dengan proses transaminasi.

menghasilkan ikatan organic ureum (urea),

yang kemudian dibuang melalui gijal di dalam air

seni.

hasil transaminasi ialah suatu asam amino baru yang berbeda dari asam amino asal, tetapi diperlukan untuk sintesa protein tubuh.

En

zim

T

ran

sam

inas

egugusan karboksil menghasilkan gas

karbondioksida (CO2)

Setelah melepaskan gugusan amino, asam amino menjadi suatu asam keto (ketoacid)

yang dapat mengalami proses metabolic lebih

lanjut.Gugusan

CO2 dapat berupa gas

yang kemudian diikat oleh

hemoglobin

CO2 diproses

mjd gugusan karbonat dan larut

cairan darah

dibawa ke paru-paru

utk dilepaskan

didalam udara

pernapasan,

Dibuang melalui ginjal ke dalam air

seni

Jalur KBHasam pyrufat

Jalur lemak gugusan Acethyl Co-A

Siklus KREBSS

Page 35: Materi KEP All

Pool Asam AminoAsam amino dalam tubuh yang setiap saat

siap dipergunakan sebagai cadangan gawat

Cadangan gawat berupa asam-asam amino di dalam darah maupun dalam jaringan (hati, otot) yang cukup labil dan

mudah dimobilisasi untuk penggunaan yang lebih urgen dan yang lebih penting.

Bersifat tidak inert dan berperan aktif dalam fungsi fisiologis jaringan

Amino acid pool bbtk cadangan yang sewaktu-waktu dpt dimobilisasi oleh tubuh, padahal sebenarnya sedang memegang suatu fungsi tertentu di

jaringan ---- sbg albumin dlm cairan darah, sbg sel otot skelet, sbg protein metabolic

dalam cytoplasma

Bila diperlukan di dalam sintesa protein lain yg lebih penting,

sedangkan makanan tidak cukup ---- pool asam amino bisa melepaskan

fungsinya dan dapat digunakan dalam sintesa protein baru

Ada suatu keseimbangan dinamis antara asam amino dlm jaringan dan asam amino dlm pool --- selalu dapat

dipertukarkan

Pool asam amino terbesar pd jaringan otot skelet

Bila prot makanan tdk cukup dan diperlukan asam-asam amino untuk sintesa prot tubuh tdk dapat ditunda, mk sel otot tertentu dipecah dan asam aminonya masuk ked lm

opool untuk digunakan

Otot-otot yg tdk begitu banyak diperlukan akan dikorbankan lebih

dulu --- atrofi ---mengecil --- kekuatan otot menurun

Tp tdk mengganggu fungsi tubuh keseluruhan krn otot tdk terlalu

digunakan

Page 36: Materi KEP All

Metabolisme karbohidrat

Pencernaan karbohidrat menghasilkan glukosa. Sebagian glukosa disimpan sebagai glikogen dan yang lain dibawa ke sel tubuh. Di dalam sel, glukosa mengalami glikolisis, yaitu dipecah menjadi piruvat dan asetil KoA untuk menghasilkan energi. Asetil KoA memasuki siklus krebs dan rantai transport elektron (RTE) untuk menghasilkan lebih banyak energi. Kelebihan karbohidrat dapat diubah menjadi lemak, yaitu melalui asam piruvat diubah menjadi gliserol dan asetil KoA menjadi asam lemak (Almatsier, 2004).

Page 37: Materi KEP All

Metabolisme LemakLemak merupakan penghasil kalori yang terbesar. Pencernaan lemak dipengaruhi oleh enzim lipase. Setelah  menjadi asam lemak dan gliserol, baru bisa diserap.

Pencernaan lemak menghasilkan gliserol dan asam lemak. Sebagian dibentuk kembali di hati dan disimpan sebagai lemak di dalam jaringan adiposa. Sebagian asam lemak diubah menjadi asetil KoA, memasuki siklus krebs dan RTE untuk menghasilkan energi. Sebagian dari dari gliserol diubah menjadi asam piruvat yang dapat diubah menjadi glukosa atau asetil KoA untuk menghasilkan energi (Almatsier, 2004). Jaringan lemak merupakan cadangan energi bagi tubuh bila kadar glukosa darah menurun. Pada penderita KEP, jaringan lemak tidak ada karena kekurangan asupan energi yang terlalu lama, sehingga tubuh membongkar simpanan energi.

Selain itu akan terjadi penumpukan lemak di hati karena trigliserida yang dibentuk di hati tidak bisa diangkut karena kekurangan protein albumin

Page 38: Materi KEP All

Metabolisme Mineral

Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh kontrol keseimbangan garam dan H2O. Kontrol keseimbangan tersebut di pegang oleh kadar mineral didalam tubuh. Tekanan dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler juga perlu dijaga untuk mencegah pergeseran osmotik H2O antara CES dan CIS.

Pada penderita KEP, pasien dapat mengalami defisiensi mineral yang berfungsi dalam pengaturan keseimbangan ini. Turgor jelek juga dapat disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi menyebabkan cairan keluar dari CIS dan sel menciut

Page 39: Materi KEP All

Faktor Internal terjadinya KEP, dampak & pencegahannya

Page 40: Materi KEP All

Faktor Internal Penyebab Terjadinya KEP

1. Asupan Makanan Rendah Energi dan Protein

Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Kebutuhan energi jika tidak diimbangi dengan asupan protein yang seimbang, maka bisa berdampak pada kurang energi protein (KEP).

2. Penyakit Infeksi

Penyakit yang mengakibatkan infeksi dapat merusak beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan (protein) secara baik. seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik

Page 41: Materi KEP All

3. Malabsorbsi karbohidrat, malabsorsi protein,Malabsorbsi lemak

Sebagian besar karbohidrat yang dimakan terdiri dari disakarida dan polisakarida. Setelah masuk ke dalam usus disakarida diabsorbsi dan masuk kedalam mikrovili usus halus dan dipecah menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase (laktase, sukrase, dan maltase) yang ada di permukaan mikrovilli tersebut.

Page 42: Materi KEP All

Dampak KEP

1. Sistem Alimentasi Bagian Atas Mukosa mulut, lidah, dan leher penderita KEP menjadi atrofis, papilla lidah sangat datar. Gusi sering-sering mengalami infeksi hingga tampak adanya ulserasi yang luas.

2. Saluran PencernaanMalnutrisi dapat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Lapisan mukosa terlihat disepanjang edema. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaannya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit.

3. PankreasMalnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan mengganggu fungsi pancreas sebagai kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pankreas bersama-sama dengan intoleransi disakarida akan menimbulkan sindroma malabsorbsi yang selanjutnya berlanjut sebagai diare.

Page 43: Materi KEP All

4. HatiPengaruh malnutrisi pada hati bergantung pada lama serta jenis zat yang berkurang. Glikogen pada penderita KKP cepat sekali terkuras sehingga zat lemak kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati.

5. GinjalBerdasarkan hasil penelitian dalam keadaan kondisi kelaparan (lebih dari 6 minggu) akan mengakibatkan poiuri dan nokturia. Gangguan kemampuan untuk pemekatan urine diperkirakan sebagai akibat dari penurunan jumlah urea dalam medula yang disertai dengan penyusutan medulary osmolar gradient.

6. Sistem hematologikPerubahan pada sistem hematologik meliputi anemia, leukopenia, trombositopenia, pembentukan akantosit serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan transformasi substansi dasar, tempat nekrosis sering terlihat. Derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan kalori berlangsung.

Page 44: Materi KEP All

7. Sistem kardiovaskulerAtrofi ringan otot jantung dapat ditemukan. Pemeriksaan radioogis jantung memperlihatkan gambaran jantung yang mengecil atau normal, walaupun pada penderita marasmus adakalanya membesar.

9. Penyembuhan lukaGangguan penyembuhan luka baru akan timbul manakala berat badan menyusut lebih dari sepertiga berat badan menyusut lebih dari sepertiga berat badan normal karena kekuatan mekanis otot serta kulit perut berkurang.

8. Sistem pernapasanKematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan pneumonioa. Penyulit ini terutama disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot perut, sela iga, bahu dan diafragma. Akibatnya fungsi ventilasi terganggu, kemampuan untuk mengeluarkan dahak menjadi rusak sehingga eksudat menumpuk dalam bronkus.

10. Sistem endokrinPada KEP-berat ditemukan perubahan produksi beberapa hormon kortisol,insulin,hormon pertumbuhan (human growth hormon); Thyroid Stimulating Hormon (TSH)

Page 45: Materi KEP All

12. Noma sebagai komplikasiNoma merupakan salah satu penyakit yang kadang-kadang menyertai KEP-berat terutama tipe kwashiorkor. Noma atau stomatitis gangrainosa merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progrsif sehingga dapat menembus pipi, bibir atau dagu, biasanya disertai nekrosis sebagian tulang rahang yang berdekatan dengan lokasi noma tersebut. Noma dapat terjadi bilamana daya tahan tubuh sedang menurun seperti pada KEP berat.

11. Perkembangan mentalWinick dan Rosso (1975) berpendapat bahwa KEP yang diderita pada masa dini perkembangan otak akan mengurangi sintesis protein DNA, dengan akibat terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walaupun besarnya otak itu normal.

13. Dampak jangka panjang Mortalitas KEP-berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Pada penderita penyakit KEP- berat, tak jarang pula ditemukan tanda- tanda penyakit kekurangan gizi lain misalnya xeroftalmia, stomatitis angularis, dan lain-lain.

Page 46: Materi KEP All

1. Memberikan ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.

3. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat, dengan rincian kebutuhan gizi sebagai berikut

Pencegahan KEP

Page 47: Materi KEP All

Energi

Umur (th) Kecukupan energi pria (kkal/kg BB)

Kecukupan energi wanita(kkal/kg BB)

0-1

1-3

4-6

6-9

10-14

14-18

110-120

100

90

80-90

50-70

40-80

110-120

100

90

60-80

40-55

40

Protein

Umur (th) Kecukupan protein (gr/kg BB)

0-1

1-3

4-6

6-9

10-18

2,5

2

1,8

1,5

1-1,5

Page 48: Materi KEP All

Penanggulangan KEP

1. Pemberian Diet

Zat gizi Stabilisasi

(hari ke 1-2)

Transisi

(hari ke 3-7)

Rehabilitasi

(mgg ke 2-6)

Energi 80-100 kkal/kg

BB/hr

100-150 150-220

Protein 1-1,5 gr/kg BB/hr 2-3 gr 3-4 gr

Cairan 130 ml/kg BB/hr

100 ml/kg BB/hr

Bila ada oedema berat

150 ml/kg BB/hr 150-200 ml

Page 49: Materi KEP All

Jadwal Pemberian Makanan Anak Gizi Buruk Menurut

Fase Waktu Pemberian Jenis Makanan Frekuensi

Stabilisasi Hari 1-2

Hari 3-7

F-75/Modifikasi/Modisco ½

ASI

F-75/Modifikasi/Modisco ½

ASI

12x

Bebas

8x

Bebas

Transisi Hari 8-14 F-100/Modifikasi/Modisco I/Modisco II

ASI

6x

Bebas

Rehabilitasi

BB <7 kg

BB > 7 kg

Minggu 2-6 F-135/Modifikasi/Modisco III

ASI

Ditambah makanan lunak/makanan lembik

Sari buah

F-135/Modifikasi/Modisco III

ASI

Ditambah makanan lunak/makanan biasa

Buah

3x

Bebas

3x

1x

3x

Bebas

3x

1-2x

Page 50: Materi KEP All

2. Pemantauan dan Evaluasi Diet

Timbang BB

Hituing kenaikan BB dalam gr/kg BB/mg

Bila kenaikan BB < 50 gr/kg BB/mg Bila kenaikan BB => 50 gr/kg BB/mg

Kurang Berhasil Baik

InfeksiPemenuhan Zat

gizi kurangMasalah

PsikologisTeruskan pemberian

makanan~jadwal

Asupan zat gizi kurang Ada gangguan saluran pencernaan

Tindakan :Modifikasi diet~selera

Tindakan :Gunakan formula rendah laktosa

Page 51: Materi KEP All

3. Penyuluhan Gizi

• Gunakan leaflet yang berisi jumlah, jenis dan frekuensi/jadwal pemberian makanan

• Berikan contoh menu• Promosikan ASi bagi anak kurang 2 tahun• Perhatikan riwayat gizi• Pertimbangkan sosial ekonomi• Demonstrasikan praktek memasak makanan balita untuk

ibu

Page 52: Materi KEP All

4. Tindak lanjut

• Merujuk ke PKM/RS

• Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah

• Merencanakan pemberdayaan keluarga

Page 53: Materi KEP All

Faktor Eksternal terjadinya KEP, dampak & pencegahannya

Page 54: Materi KEP All

KEP

Makan Tidak Seimbang

Penyakit Infeksi

Tidak Cukup Persediaan

Pangan

Pola Asuh Anak Tidak Memadai

Sanitasi dan Air Bersih/ Yankes

Dasar Tidak memadai

Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumberdaya

masyarakat

Krisis Ekonomi, Politik dan Sosial

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Ketrampilan

Pengangguran, infeksi, kurang pangan dan kemiskinan

Page 55: Materi KEP All

Dampak KEP

• Kematian Anak• Menurunnya Produktifitas Kerja

Page 56: Materi KEP All

Pencegahan KEP

• Oleh Orang Tua

– Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannnya

– Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 - 24 bulan

– Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun\Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan

– Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya

– Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan

– Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

Page 57: Materi KEP All

Pencegahan KEP

• Oleh Pemerintah

– Menjamin ketersediaan pangan

– Meningkatkan daya beli masyarakat

– Meningkatkan mutu pendidikan gizi dan kesehatan dalam masyarakatkesehatan.

Page 58: Materi KEP All

Penanggulangan KEP

• Upaya Langsung– pelayanan dasar gizi, – kesehatan – pendidikan.

• Upaya tidak langsung – Jaminan ketahanan pangan (food security) – Memperluas kesempatan kerja daya beli meningkat– Membangun dan mengembangkan industri kecil dan

menengah meningkatkan pendapatan• Upaya Lain pemantauan secara periodik

Page 59: Materi KEP All

Terimakasih