MATERI GENETIK Rev
-
Upload
adnan-gassing -
Category
Documents
-
view
44 -
download
6
description
Transcript of MATERI GENETIK Rev
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 1
MATERI GENETIK
Adnan (UNM, 2005)
A. KOMPOSISI KIMIA
Bila suatu DNA atau RNA mengalami hidrolisis, baik secara kimiawi maupun secara
enzimatis, akan diperoleh tiga komponen utama penyusunnya yaitu basa nitrogen, gula
pentosa dan asam fosfat.
1. Basa Nitrogen
Ada dua kelompok basa yang menyusun DNA atau RNA yaitu basa pirimidin dan
basa purin. Basa purin terdiri atas adenin (A), dan guanin (G)., dijumpai baik pada DNA
maupun pada RNA. Basa pirimidin terdiri atas sitosin (C ), Timin (T) dan Urasil (U). Urasil
hanya dijumpai pada RNA.
Gambar 1. Bara Purin dan Pirimidin (Page, 1985)
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 2
Gambar 2. Pasangan Purin dan Pirimidin
2. Gula Pentosa
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 3
Gula pentosa yang dijumpai pada asam nukleat terdiri atas dua yaitu 2 deoksi D-
ribosa (deoksiribosa) dan D-ribosa (ribosa). Deoksi ribosa secara khusus dijumpai pada
DNA, sedangkan ribosa dijumpai pada RNA.
Gambar 3. Struktur kimia ribosa dan deoksiribosa (Page, 1985)
Gambar 4. Ikatan fosfodiester diantara gula
B. NUKLEOSIDA
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 4
Sebuah gula pentosa dan basa pirimidin atau purin dapat bergabung untuk
membentuk satu turunan N-Glikosil yang disebut Nukleosida. Nukleosida yang dibentuk
dari ribosa disebut ribonukleosida, sedangkan yang dibentuk dari deoksiribosa disebut
deoksiribo-nukleosida.
Tabel 1. Beberapa jenis nukleosida (Bell et al., 1972: 65)
Basa Ribonukleosida Deoksiribonukleosida
Sitosin
Urasil
Timin
Adenin
Guanin
Sitidin
Uridin
-
Adenosin
Guanosin
Deoksisitidin
-
Timidin
Deoksiadenosin
Deoksiguanosin
Gula pentosa berikatan secara kovalen dengan basa nitrogen dalam bentuk ikatan N-glikosil.
Untuk basa pirimidin ikatan terbentuk antara N1 dengan C1 dari gula pentosa. Sedangkan
untuk basa purin, ikatan terbentuk antara N9 dengan C1 dari gula pentosa (Bell, 1972:65)
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 5
Gambar 5. Struktur 2 jenis nukleosida (Bell, 1972)
C. NUKLEOTIDA
Jika residu pentosa dari suatu nukleosida teresterifikasi dengan asam fosfat, membentuk
nukleotida. Ikatan ester terbentuk antara asam fosfat dengan salah satu gugus-gugus OH dari
pentosa.
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 6
Gambar 6. Struktur umum nukleotida monofosfat. (Suzuki, et al., 1989)
Bentuk terbanyak mononukleotida bebas dalam sel mempunyai gugus fosfat pada
kedudukan 5’. Hal ini karena jalur utama hidrolisa enzimatik dari asam-asam nukleat
menghasilkan nukleosida 5’ mono fosfat sebagai hasil awal. Selain monofosfat nukleosida
juga nukleosida 5’ di dan tri fosfat terdapat di dalam sel. Perincian terhadap penamaan dan
nukleosida monofosfat adalah sebagai berikut:
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 7
Tabel 1. Penamaan nukleosida monofosfat
Gula Pentosa Basa Nama
Deoksiribosa Adenin
Guanin
Sitosin
Timin
Deoksiadenosin 5’ monofosfat
(Deoksiadenilat)
Deoksiguanosin 5’ monofosfat
(Deoksiguanilat)
Deoksisitidin 5’ monofosfat
(Deoksisitidilat)
Timidin 5’monofosfat
(Deoksitimidilat)
Ribosa Adenin
Guanin
Sitosin
Urasil
Adenosin 5’ monofosfat
(Adenilat)
Guanosin 5’ monofsfat
(Guanilat)
Sitidin 5’ monofosfat
(Sitidilat)
Uridin 5’ monofosfat
(Uridilat)
Gambar 5. Ikhtisar dan singkatan turunan-turunan nukleosida fosfat (Page, 1985: 175)
D. POLINIKLEOTIDA
Suatu nukleotida dapat berikatan secara kovalen dengan nukleotida lainnya melalui
ikatan fosfodiester. Ikatan fosfodiester terbentuk antara gugus 5 hidroksil pada pentosa unit
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 8
nukleotida yang satu digabungkan dengan gugus 3’ hidroksil pada pentosa nukleotida
berikutnya. Oleh sebab itu tulang punggung asam nukleat terdiri atas gugus fosfat dan
pentosa secara bergantian, sedangkan basa spesifiknya dapat dipandang sebagai gugus
samping yang bergabung dengan tulang punggung ini dengan interval yang teratur. Untaian
DNA dan RNA memiliki polaritas atau arah spesifik, karena semua ikatan fosfodister antara
nukleotida terletak pada arah yang sama disepanjang rantai ujung 5’ dan ujung 3’. Contoh
polinukleotida adalah asam-asam nukleat, yaitu DNA dan RNA.
Gambar 7. Pembentukan ikatan fosfodiester
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 9
E. ASAM NUKLEAT
Urutan asam amino suatu polipeptida diprogram oleh suatu unit penurunan sifat
genetic yang dikenal dengan nama gen. Gen terdiri atas DNA, polimer yang
termasuk dalam senyawa yang dikenal sebagai asam nukleat. Terdapat dua jenis
asam nukleat, yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (ARN).
Asam-asam nukleat ini adalah molekul-molekul yang membuat organisme hidup
dapat mereproduksi komponen-komponen kompleksnya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. DNA merupakan sesuatu yang unik karena dapat mengarahkan
replikasinya sendiri, DNA juga mengarahkan sintesis RNA, dan mengontrol sintesis
protein melalui RNA. Asam nukleat merupakan polimer dari monomer-monomer
yang disebut nukleotida. Dengan demikian ia merupakan suatu polinukleotida.
Nukleotida-nukleotida dihubungkan dengan ikatan kovalen yang disebut ikatan
fosfodiester antara fosfat dari suatu nukleotida dan gula dari nukleotida berikutnya..
Ikatan ini menghasilkan suatu tulang punggung dengan pola gula-fosfat-gula fosfat
yang berulang.
G. STRUKTUR DNA
Molekul DNA sel sesungguhnya terdiri atas dua polinukleotida yang
berbentuk heliks ganda. Watson dan Crick pertama kali mengemukakan heliks ganda
sebagai struktur DNA tiga dimensi. Kedua tulang punggung berupa gula-fosfat
berada di luar heliks, dan basa nitrogen dipasangkan di bagian dalam heliks. Kedua
polinukleotida atau rantai tersebut diikat oleh ikatan hidrogen antara basa-basa
berpasangan dan oleh gaya tarik van der Waals antara tumpukan basa-basa itu.
Sebagian besar molekul DNA sangat panjang dengan ribuan atau bahkan jutaan
pasangan basa yang menghubungkan kedua rantai itu. adenin (A) selalu berpasangan
dengan timin (T), dan guanin (G) selalu berpasangan dengan sitosin (C). Jadi bila
suatu rantai memiliki urutan basa AGGTCCG, maka rantai pasangannya mempunyai
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 10
urutan basa TCCAGGC. Kedua rantai heliks ganda tersebut bersifat komplementer
satu dengan yang lainnya. Ikatan hidrogen yang menghubungkan sitosin dan guanin
terdiri atas 3, sedangkan yang menghubungkan adenin dan timin adalah 2 ikatan
hidrogen. Ikatan hidrogen penting untuk memelihara struktur DNA yang double
heliks.
Kedua rantai spiral pada DNA melingkar ke arah yang berlawanan dan
memutar ke kanan. Berdasarkan data difraksi sinar X dari Wilkins dan Franklin,
Watson-Crick menyimpulkan struktur DNA sebagai berikut:
• Deretan polinukleotida DNA mempunyai bentuk sebagai spiral teratur
• Spiral itu mempunyai diameter kira-kira 20Ao dan lebar spiral itu
tetap
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 11
• Spiral itu membuat satu putaran lengkap setiap 34 Ao damn karena
jarak internukleotida itu 3,4 A o, maka tiap putaran lengkap terdiri dari 10
nukleotida.
• Karena molekul DNA itu sangat padat, maka spiral DNA tentu
dupleks (terdiri dari dua spiral yang mengandung dua deretan polinukleotida)
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 12
Gambar 8. Model Heliks Ganda Molekul DNA
Kedua rantai DNA adalah anti paralel, yang berati satu rantai memiliki ikatan
fosfodiester dari arah 3’ – 5’ dan rantai pasangannya dengan arah 5’ – 3’.
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 13
Gambar 9 Ikatan Fosfodiester pada keduas rantai polinukleotida adalah anti paralel.
F. HIBRIDISASI DNA
Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa kedua rantai DNA yang double
heliks dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Ikatan Hidrogen mudah rusak dan tidak
tahan dengan alkali yang kuat dan pemanasan. Jika suatu larutan yang mengandung
DNA dipanaskan atau diberi alkali yang kuat, maka ikatan hidrogen akan putus, dan
akibatnya rantai spiral DNA terbuka. Proses ini disebur denaturasi DNA. Jika
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 14
larutan tersebut didinginkan atau dinetralisasi secara perlahan-lahan, maka basa-basa
nitrogen kembali berpasangan. Peristiwa ini disebut renaturasi DNA
Jika denaturasi membutuhkan pemanasan, maka untuk memutuskan ikatan hidrogen
antara pasangan basa C-G membutuhkan temperatur yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan A-T. Hal ini disebabkan karena C-G mempunyai ikatan
hidrogen lebih banyak dibandingkan dengan A – T.
Renaturasi DNA memiliki arti yang sangat penting dalam biologi molekuler,
karena dapat digunakan untuk menduga ukuran (jumlah nukleotida) genom dari suatu
organisme. Jika DNA direnaturasi dibawah kondisi standar, genom yang besar
(misalnya genom pada sapi) membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada genom
yang lebih kecil (misalnya, genom pada E.coliI atau Bakteriofage T4).
Selain itu renaturasi penting karena dapat digunakan untuk membuat molekul-
mnolekul hybrid antara DNA dari species yang berlainan, asal terdapat homology
dalam ururtan-urutan basa. Dengan demikian kemampuan hibridisasi DNA dapat
mencerminkan seberapa jauh terdapat persamaan genetic antara berbagai species,
bahkan potongan dari sebuah pita tunggal dari molekul DNA dapat membentuk
hybrid dengan DNA yang berasal dari sumber lain, sehingga diperoleh hybrid DNA-
DNA.
Hibridisasi molekul DNA-RNA merupakan metode yang sangat ampuh untuk
mengkarakterisasi RNA, sebab molekul RNA hanya berhibridisasi dengan DNA
yang mentranskripsinya. Eksperimen hibridisasi DNA-RNA memberikan suatu cara
pengujian langsung untuk ekuivalensi DNA pada semua sel. DNA yang telah
diekstrak dari embrio mencit didenaturasi dengan cara pemanasan menjadi dua rantai
polinukleotida tunggal. Rantai yang telah berpisah disebarkan ke dalam suatu
“kolom agar” Rantai tunggal DNA hati dilabel dengan 14C, dan disebarkan ke dalam
“kolom agar” Dari hasil percobaan ini terbentuk hybrid DNA-RNA. Moleul hybrid
adalah rantai ganda dan merupakan hasil komplementer dari nukleotida-nukleotida
Materi Genetik (Adnan UNM. 2005) 15
yang berpasangan. Dari hasil eksperimen tersebut disimpulkan bahwa urutan
nukleotida di dalam DNA dari dua tipe sel dari organisme yang sama adalah
ekuivalen.
DNA sebagai sumber informasi genetic memiliki beberapa fungsi sebagai berikut,
yaitu:
• Sebagai tempat menyimpan informasi genetic dalam bentuk yang
stabil, dan informasi ini dapat ditransfer ke bagian lain dari sel.
• Memiliki kemampuan untuk menggandakan informasi tersebut secara
tepat selama pembelahan sel.
• Memiliki kemampuan (jarang terjadi) membentuk variasi dalam
bentuk mutasi.