MASTTITIS

51
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “” dengan tepat waktu. Tak lupa kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yaitu ibu Devi Syarief,S.SiT.,M.Keb, karena telah membimbing kami untuk menyusun makalah sederhana ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta menambah wawasan tentang masalah mastitis yang tidak semua ibu menyusui mengalami hal ini. Dimulai dari definisi, tujuan, jenis, penyebab, patofisiologi, gambaran klinis, procedure pemeriksaan , dan deteksi dini. Penulisan makalah ini berdasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang membahas tentang mastitis. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita lebih dalam mengenai mastitis. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. 1

description

Mastitis ASKEB IV STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Transcript of MASTTITIS

Page 1: MASTTITIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena atas berkat dan

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “” dengan tepat waktu.

Tak lupa kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen

pembimbing kami yaitu ibu Devi Syarief,S.SiT.,M.Keb, karena telah

membimbing kami untuk menyusun makalah sederhana ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta

menambah wawasan tentang masalah mastitis yang tidak semua ibu menyusui

mengalami hal ini. Dimulai dari definisi, tujuan, jenis, penyebab, patofisiologi,

gambaran klinis, procedure pemeriksaan , dan deteksi dini. Penulisan makalah ini

berdasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun

internet yang membahas tentang mastitis.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua

dan dapat menambah wawasan kita lebih dalam mengenai mastitis. kami

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik

dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 11 September 2015

Tim penulis

1

Page 2: MASTTITIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................1

BAB I....................................................................................................3

PENDAHULUAN.................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................4

BAB II...................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................5

A. Definisi............................................................................................5

B. Jenis-Jenis Mastitis......................................................................5

C. Penyebab......................................................................................6

D. Patofisiologi.................................................................................7

E. Gambaran Klinis..........................................................................9

F. Prosedur Pemeriksaan Mastitis..................................................10

G. Deteksi Dini Mastitis.................................................................11

H. Penatalaksanaan.........................................................................12

I. Penanganan dan Peran Bidan.....................................................13

J. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan.......................................13

BAB IV...............................................................................................32

PENUTUP...........................................................................................32

B. Kesimpulan................................................................................32

C. Saran..........................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................34

2

Page 3: MASTTITIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.  Menyusui

merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil

menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan

perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar

seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu

pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting

dalam mempertahankan kehidupan manusia.

Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat

dari teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya

mastitis, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih

dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu

membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka

bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui,

yang sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada

semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang

dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi

biasanya dibawah 10%.

Mastitis adalah peradangan payudara ,yang dapat disertai atau tidak

disertai. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis

Laktasional/Mastitis Puerperalis”. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal

bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Mastitis adalah reaksi systemic

(seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai

komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau luka.

3

Page 4: MASTTITIS

Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada

primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.

Mastitis adalan infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum

semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan

payudara melalui fisura pada putting.

B. Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dengan infeksi payudara atau mastitis? 

b. Apa jenis-jenis infeksi payudara atau mastitis?

c. Apa penyebab infeksi payudara atau mastitis?

d. Bagaimana patofisiologi infeksi payudara atau mastitis?

e. Bagaimana gambaran klinis infeksi payudara atau mastitis?

f. Bagaimana prosedur pemeriksaan infeksi payudara atau mastitis?

g. Deteksi dini infeksi payudara atau mastitis?

C. Tujuan1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan

infeksi payudara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui maksud infeksi payudara atau mastitis

b. Mengetahui jenis-jenis infeksi payudara atau mastitis

c. Mengetahui penyebab infeksi payudara atau mastitis

d. Mengetahui patofisiologi infeksi payudara atau mastitis

e. Mengetahui gambaran klinis infeksi payudara atau mastitis

f. Mengetahui prosedur pemeriksaan infeksi payudara atau

mastitis

g. Mengetahui deteksi dini infeksi payudara atau mastitis

4

Page 5: MASTTITIS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada

primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi

terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga

melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).

Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu

setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer,

2001 : 324). Pada kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika

mastitis tidak segera ditangani menyebabkan abses payudara yang biasa

pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang besar.

Abses payudara (pengumpulan nanah local di dalam payudara)

merupakan komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban

penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.Selain itu,

menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV

melalui menyusui.

B. Jenis-Jenis Mastitis

Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis puerperalis,

dan mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat yang

berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Mastitis periductal

Mastitis Periductal ini biasanya muncul pada wanita di usia

menjelang monepause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui.

5

Page 6: MASTTITIS

Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duck ectasia

(pelebaran saluran kerena adanya penyumbatan pada saluran

dipayudara).

2. Mastitis Puerperalis

Mastitis puerperalis atau disebut juga lactational mastitis, jenis

ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. penyebab utama

mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu.

Hal ini dikarenakan media yang subur bagi pengembangbiakan

berbagai jenis kuman.

3. Mastitis Supurativa

Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan

jenis yang sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman

Staphilococcus. Selain itu juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,

bahkan sifilis.

C. Penyebab

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI

biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan

infeksi.

1. Statis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari

payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah

melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan

bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,

pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI,

suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar

dua/lebih.

2. Infeksi

6

Page 7: MASTTITIS

Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan

abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus

aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus

kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai

komplikasi demam tifoid.

1. Mastitis Puerperalis

Mastitis puerperalis atau disebut juga lactational mastitis,

jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. penyebab

utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi

payudara ibu. Hal ini dikarenakan media yang subur bagi

pengembangbiakan berbagai jenis kuman.

2. Mastitis Supurativa

Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip

dengan jenis yang sebelumnya, mastitis jenis ini juga

disebabkan kuman Staphilococcus. Selain itu juga disebabkan

oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis.

D. PatofisiologiTerjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam

duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan

maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel

yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas

jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan

tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke

jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya

respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus

laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe

sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen  pembuluh

darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,

Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis

7

Page 8: MASTTITIS

tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.

Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai

1%.

Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:

1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.

2. Puting lecet.

Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat

kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.

3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.

Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan

bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui

dengan tergesa-gesa.

4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna

5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik.

Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola)

menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran

ASI tidak sempurna.

6. Ibu atau bayi sakit.

7. Frenulum pendek.

8. Produksi ASI yang terlalu banyak.

9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.

10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk

pengaman pada mobil.

11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI,

jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.

12. Penggunaan krim pada puting.

13. Ibu stres atau kelelahan.

14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh

yang rendah.

8

Page 9: MASTTITIS

E. Gambaran Klinis

1. Bendungan

Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan

cairan jaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran

susu terhambat,terjadi tekanan pada saluran ASI dan alveoli

meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematus

2. Sumbatan saluran payudara

Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi

akibat pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara

3. Mastitis Noninfeksiosa

Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon

inflamasi pada jalur para seluler yang berhubungan erat dengan sel

pensekresi ASI di alveoli payudara

4. Faktor Imun dalamASI

Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam

ASI,sehingga pertahanan yang efektif berkurang

1. Mastitis Infeksiosa

Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor

imun dalam ASI dan oleh respon inflamasi kalah.

6. Mastitis Subklinis

Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium

dalam ASI,dan peningkatan konsentrasi interleukin.Peningkatan

tersebut dapat menunjukkan bahwa sedang terjadi respon

inflamasi,walaupun tidak ada tanda klinis

9

Page 10: MASTTITIS

7. Abses Payudara

Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi

lain,melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jarinagn granulasi

yang mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi kapsul abses,yang

terisi dengan pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat

nyeri dengan kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak

segara ditangani benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan

perubahan warna kulit dan nekrosis

F. Prosedur Pemeriksaan Mastitis

Waktu terbaik untuk memeriksa payudara Anda biasanya satu minggu

setelah masa menstruasi Anda dimulai, ketika jaringan payudara Anda

paling tidak mungkin menjadi bengkak.Jika siklus menstruasi tidak teratur,

atau jika telah berhenti menstruasi karena menopause atau pengangkatan

rahim (histerektomi), lakukan pemeriksaan pada hari yang mudah diingat.

Wanita yang sedang hamil atau menyusui dapat terus memeriksa

payudara mereka setiap bulan secara teratur.Ibu menyusui dapat memeriksa

payudara mereka setelah makan atau setelah menggunakan pompa payudara

sehingga pemeriksaan lebih mudah dan lebih nyaman.

Pemeriksaan dilakukan sambil berdiri dan berbaring. Dua posisi ini

bertujan supaya tidak ada sesuatu yang mugkin tertinggal.

a. lepaskan baju mulai dari pinggang keatas kemudian duduklah didepan

cermin dengan santai. Lihatlah kesemetrisan payudara dan puting.

Dan carilah apakah ada perubahan warna dan benjolan.

b. Gunakan telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kiri anda-bukan-

ujung jari untuk memeriksa payudara kanan.dan jari tangan kanan

untuk memeriksa payudara kiri.

c. Raba dengan memberikan sedikit tekanan dan gerakan memutar mulai

dari bagian terluar sampai kearah puting dan terakhir pencet puting

untuk memeriksa apakah ada cairan yang keluar. Lakukan hal yang

sama pada payudara kiri.

10

Page 11: MASTTITIS

d. Periksa apakah ada benjolan-benjolah kelenjar getah bening disekitar

payudara. Mulai dari daerah disekitar tulang dada, disekitar tulang

atas payudara (klavikula), dan ketiak.

e. Angkat kedua tangan keatas dan periksa apakah ada bayangan

benjolan dibawah kulit atau ada bagian yang tertinggal.

f. Berbaringlah sehingga jaringan payudara Anda menyebar secara

merata di atas dinding dada dan setipis mungkin, sehingga lebih

mudah untuk merasakan semua jaringan payudara. Lakukan

pemeriksaan sama persis seperti langkah 1-4

G. Deteksi Dini Mastitis

Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya

menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi

sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3-4 jam

dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang

direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung

dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI

mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang

benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut

efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan

cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani

untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang

menghambat penyaluran ASI.

Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat

pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan

untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan

kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi

menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan

pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-

ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi

11

Page 12: MASTTITIS

masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan

penyembuh luka seperti lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum

bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan

mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan

areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang

mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.

Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga

kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan

juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui

membutuhkan lebih banyak bantuan.

            Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya

karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak

terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga

kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan

keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat

pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu

dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.

H. Penatalaksanaan1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau

pembengkakan. Pemberian ASI mempercepat penyembuhan mastitis

atau infeksi payudara.

2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat

3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun

guna memerangi infeksi mastitis

4. Makan makanan yang bergizi tinggi

5. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam

6. Berikan antibiotic

7. Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14

hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala

12

Page 13: MASTTITIS

mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah

kekambuhan.

8. Menyesuaikan teknik menyusui

9. Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama

menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar.

I. Penanganan dan Peran Bidan1. Payudara dikompres dengan air hangat

2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik

3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika

4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan

5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya

6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

istirahat yang cukup

7. Konseling suportif

Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan

membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit.

Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,

wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan

kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa

ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya;

dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya

8. Pengeluaran ASI dengan efektif

Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada

payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama

bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan

tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat

dimulai lagi.  

J. Konsep Dasar Manajemen KebidananProses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian

pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan

13

Page 14: MASTTITIS

menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini

menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dan pemberian asuhan.

Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja

melainkan juga prilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang

komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demian proses manajemen

harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang

menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah- pisah

menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen. (Varney, 1997).

Proses manajemen menurut Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang

berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun.

Langkah-langkah penerapan manajemen kebidanan dilakukan secara

beerkesinambungan, yaitu :

1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien

secara lengkap.

2. Mengantisipasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang

benar dari data tersebut.

3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnnya yang

mungkin terjadi karena masalh atau diagnosa yang telah diidentifikasi.

4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter.

5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.

6. Mengembangkan rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman.

7. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yangg telah diberikan.

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan pada dasarnya jelas, akan

tetapi dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut

mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang

beriontasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus

pertumbuhan janin terhambat.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. PENGUMPULAN DATA DASAR

14

Page 15: MASTTITIS

Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan, dan

dimana pengkajian dilakukan.

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Oleh :

SUBYEKTIFData subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.

1. Identitas

Nama Ibu / suami

Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi

kekeliruan dalam memberikan asuhan kebidanan

Umur Ibu / suami

Dikaji untuk mengetahui berapa umur ibu

Agama

Dikaji untuk mengantisipasi kebiasaaan religius

yang berkaitan dengan masa nifas. Perasaan tenang, jenis

kelamin, tenaga kesehatan dan beberapa kasus

penggunaan produk rendah (Wheeler, 2004)

Suku Bangsa

Dikaji untuk mengetahui bahasa yang digunakan

pasien sehingga mempermudah dalam berkomunikasi

dengan pasien (Prawirohardjo, 2005)

Pendidikan

Dikaji untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam

memberikan asuhan sesuai dengan tingkat pendidikan,

15

Page 16: MASTTITIS

memahami klien sebagai individu dan memberikan

gambaran kemampuan baca tulisnya (Wheeler, 2004)

Pekerjaan

Untuk mengkaji kecukupan ekonomi pada keluarga

klien dan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya

lingkungan kerja yang dapat membahayakan ibu dan bayi

(Wheeler, 2004).

Alamat

Dikaji secara jelas dan lengkap diperlukan agar bila

sewaktu-waktu pasien terjadi kegawatdaruratan atau perlu

tindakan segera dapat dengan mudah menghubunginya,

disamping itu alamat juga dikaji untuk kepentingan

kunjungan rumah (Matondang, 2003)

2. Alasan datang

Dikaji untuk mengetahui tujuan utama pasien datang ke

tenaga kesehatan. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis alasan

datang adalah ingin memeriksakan daerah payudara ibu.

3. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pertama

kali pada pasien (Varney, 2007). Pada kasus masa nifas dengan

mastitis keluhan yang dirasakan ibu adalah ibu merasa nyeri

ringan, sakit kepala, demam dan menggigil.

4. Riwayat kesehatan sekarang

Dikaji tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditemukan ibu

nifas, mungkin diperlukan terapi untuk mengatasi gejala dini

atau penyeledikan lebih lanjut jika terdapat gejala abnormal

(Sujiyatini dkk, 2008).

16

Page 17: MASTTITIS

Diabetes Melitus : dapat menyebabkan luka sulit sembuh

(pada luka jahitan perinium)

TBC : dapat menyebabkan ibu mengalami

Mastitis Supurativa

5. Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji semua riwayat sakit, cidera, reaksi terhadap

pengobatan, perawatan rumah sakit, alergi yang diketahui,

transfusi darah, semua riwayat pembedahan khususnya yang

berhubungan dengan struktur panggul untuk penyelidikan

khusus mungkin diperlukan untuk memperkirakan atau

mencegah semua komplikasi yang mungkin terjadi dalam masa

nifas.

Riwayat kesehatan yang lalu juga dikaji untuk mengetahui

apakah ibu menderita penyakit menular seperti :

TBC : dapat menyebabkan ibu mengalami

Mastitis Supurativa pada saat masa nifas.

untuk mengetahui apakah ibu menderita

penyakit menurun seperti :

Diabetes Melitus : dapat menyebabkan luka sulit sembuh

(pada luka jahitan perinium)

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit menular dan penyakit menurun seperti

hipertensi, DM, TBC, asma . (Prawirohardjo, 2008), (Marmi

dkk, 2011).

7. Riwayat perkawinan

Dikaji untuk mengetahui menikah berapa kali dan berapa

lama menikah karena status perkawinan ibu yang jelas atau

17

Page 18: MASTTITIS

terjadi kehamilan di luar nikah akan mengganggu keadaan

psikologis ibu (Prawirohardjo, 2005).

8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil,

bersalin,dan adakah resiko atau penyakit. Bila ada dapat

diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan, sehingga

komplikasi tidak terjadi.

a. Kehamilan : Adakah gangguan seperti mual, muntah

berlebihan, hipertensi dan perdarahan pada kehamilan

(Varney, 2007).

b. Persalinan: Spontan atau buatan, lahir aterm atau

prematur, ada perdarahan waktu persalinan atau tidak,

ditolong oleh siapa dan dimana tempat melahirkan

(Varney, 2007). Melakukan pengkajian terhadap riwayat

persalinan lalu yang kemungkinan berhubungan dengan

persalinan saat ini :

- Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu

atau dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu

dapat memberikan gambaran mengenai ukuran

panggul ibu.

- Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ),

ukuran janin yang kecil dapat meningkatkan resiko

presentasi puncak kepala dibanding ukuran janin

normal.

- Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan

gambaran ukuran panggul ibu. Pada ibu yang

kelahiran sebelumnya pervaginam dengan anak

prematur tetap perlu dilakukan pengukuran ukuran

panggul luar jika ada indikasi.

- Keadaan bayi saat lahir

18

Page 19: MASTTITIS

c. Nifas : Adakah terjadi perdarahan, infeksi dan bagaimana

laktasinya (Varney, 2007).

d. Anak: jenis kelamin, hidup atau mati, berat badan waktu

lahir, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada

(Varney, 2007).

9. Riwayat Anak

Untuk mengatahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup/mati,

dan berat badan waktu lahir.

10. Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi

Psikologis perlu dikaji untuk mengetahui bahwa

kehamilannya diterima oleh dirinya, suami dan keluarga atau

tidak karena apabila ibu tidak mendapat dukungan sehingga

psikologi ibu terganggu dan dapat mengganggu kehamilannya

(Prawirohardjo, 2005).

Penggunaan obat-obatan atau jamu dikaji untuk

mengetahui apakah ibu mengonsumsi jamu atau obat yang dapat

membahayakan kehamilannya karena dapat menimbulkan

kelainan organ pada janin (Wiknjosastro, 2005).

- Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya :

untuk mengetahui adanya dukungan psikologi dan

emosional dari keluarga atas kehamilan ibu.

- Ekonomi (diketahui dari jenis pekerjaan) : untuk

mengetahui kemampuan ibu dalam memenuhi kebutuhan.

baik kebutuhan nutrisi, pakaian, maupun kebutuhan

lainnya

- Pengambil keputusan dalam keluarga : untuk mengetahui

pengambil keputusan sehingga memudahkan bidan dalam

menanyakan keputusan yang akan diambil saat berada

dikondisi yang mendesak.

19

Page 20: MASTTITIS

11. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi

Untuk mengetahui status gizi ibu, apakah sudah

memenuhi standar makanan yang dibutuhkan atau belum.

Dikarenakan ibu pada masa nifas harus menyusui

sehingga membutuhkan banyak nutrisi agar kebutuhan

bayi dan ibu dapat terpenuhi.

b. Eliminasi

BAK ditanyakan apakah ibu sudah bisa BAK setelah

persalinan, karena biasanya ibu setelah persalinan apalagi

memiliki jahitan pada perineum takut untuk BAK maupun

BAB, jika urine di tahan maka akan mengakibatkan

infeksi. biasanya dalam 6 jam pertama post partum pasien

sudah dapat BAK.

Dalam Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah

harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan

memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air

besar tidak boleh ditahan-tahan . BAB Hal ini disebabkan

tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid

ataupun laserasi jalan lahir.

c. Aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas ibu berlebihan atau tidak

dan adakah trauma atau kecelakaan kerja (Sujatini dkk,

2006).

d. Istirahat

Wanita dalam mas nifas dianjurkan untuk

merencanakan istirahat yang cukup yang teratur. Jadwal

20

Page 21: MASTTITIS

istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik agar

dapat memulihkan kembali keadaan fisik, karena jika ibu

kurang istirahat dapat mengurangi jumlah ASI yang di

produksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, dan dapat menyebabkan

depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri

sendiri

e. Personal hygiene

Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan

dirinya yaitu kebiasaan mandi, mengganti pembalut

minimal 2 kali dalam sehari. Mencuci tangan denga sabun

dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan.

Dan membersihkan daerah putting payudara sebelum dan

sesudah menyusui.

f. Hubungan seksual

Dikaji untuk mengetahui pola hubungan seksual

dengan suami, karena dalam masa nifas belum boleh

melakukan hubungan seksual sebelum 40 hari masa nifas .

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual

begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan

satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai

masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu

setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada

pasangan yang bersangkutan.

OBYEKTIF1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan pasien dan kesan

pertama pada klien

21

Page 22: MASTTITIS

Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu

composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, koma.

Compos Mentis : kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya

Apatis : keadaan kesadarn yang sedang

untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya

acuh tak acuh

Delirium : gelisah, disorientasi (orang,

tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,

berhalusinasi, kadang berhayal

Samnolen : kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, udah tidur, namun

kesadaran data pulih bila dirangsang ( mudah

dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu

memberi jawaban verbal)

Sopor : keadaan seperti tertidur lelap, tetapi

ada respon terhadap nyeri

Coma : tidak biasa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun

Keadaan sadar penuh akan mempermudah anamnesa

(Wiknjosastro, 2005).

Berat badan

Untuk mengetahui berat badan pasien Setelah

melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya

yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan

persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha

tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.

Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan,

22

Page 23: MASTTITIS

walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada

sebelumnya.

Tekanan darah

Tekanan darah diukur untuk mengetahui kenormalan

dan sebagai dasar untuk memantau tekanan darah selama

masa nifas .Tekanan darah normal yaitu 90/60 mmHg –

130/90 mmHg

Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali

per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi

bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi

100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan post partum

Suhu

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik

sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila

keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada

hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna

merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis,

tractus genitalis atau sistem lain. Biasanya ibu yang

terkena infeksi payudara mastitis mengalami Peningkatan

suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)

Pernafasan

23

Page 24: MASTTITIS

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

2. Pemeriksaan Fisik

Menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan fisik

dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk

mengetahui keadaan umum yang mempengaruhi kesehatan atau

kehamilan dan persalinan ibu meliputi :

a. Mata

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu

mengalami anemia atau tidak, dengan melihat konjungtiva

berwarna pucat atau tidak dan bagaimana skleranya.

b. Hidung

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada

pembesaran polip pada hidung yang berpengaruh pada

jalan nafas.

c. Mulut

Perlu dikaji tingkat kelembaban sehubungan dengan

tingkat dehidrasi apakah ada stomatitis atau tidak, gigi

berlubang atau tidak.

d. Leher

Untuk mengetahui nampak pembendungan vena

jugularis/tidak, nampak pembesaran kelenjar tiroid /tidak

e. Dada

24

Page 25: MASTTITIS

Observasi apakah simetris atau tidak, pengeluaran

ASI, keadaan putting, kebersihan. Saat palpasi adakah

teraba benjolan cukup besar dan keras pada payudara dan

Area payudara kemerahan.

f. Abdomen

Perlu dikaji untuk mengetahui adakah luka bekas

operasi, untuk mengetahui tinggi fundus uteri apakah

sesuai dengan hari atau tidak.

Pada 1 minggu, TFU : teraba di pertengahan pusat

dan simpisis dan berat uterus 500gram diameter 7,5

cm

Pada minggu ke 2 TFU sudah tidak teraba dengan

berat 350 gram dan diameter 5 cm

6 minggu TFU sudah kembali normal dengan berat

60gram dan diameter 2,5cm

g. Genetalia

Perlu dikaji untuk mengetahui adakah tanda-tanda

infeksi vagina atau tidak, keadaan luka jahitan dan

kebersihan genetalia. pengeluaran lokhea sesuai hari atau

tidak. Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang

keluar melalui vagina selama puerperium

Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta,

dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.

Lochea Sanguinolenta

25

Page 26: MASTTITIS

Cairan yang keluar berwarna merah

kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4

sampai ke 7 post partum.

Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi

plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post

partum.

Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang

mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu

post partum

h. Anus

Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.

i. Ekstremitas

Perlu dikaji apakah ada kelainan atau tidak, bisa

digerakkan atau tidak, adakah oedem, varices atau tidak.

Perkusi

Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk dilakukan

untuk mengetahui reflek patella, bila negatif menunjukkan

kekurangan vitamin B1 (Prihardjo, 2007).

1) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan

diagnosa dan untuk menentukan adakah faktor resiko .

26

Page 27: MASTTITIS

b. INTERPRETASI DATA : Diagnosis, Masalah, dan Kebutuhan Diagnosis Kebidanan : P_ _ _ _ Ab_ _ _ nifas hari ke_ _

dengan infeksi payudara mastitis

Diagnosis Potensial : Abses Payudara

Masalah Aktual :

Untuk mengetahu masalah yang dapat terjadi kepada ibu

akibat infeksi payudara mastitis, biasanya masalah yang akan

terjadi adalah :

1. Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)

2. Peningkatan kecepatan nadi

3. Menggigil

4. Malaise umum, sakit kepala

5. Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat di tekan, dan

menyakitkan, dengan benjolan yang cukup besar dan keras

Masalah Potensial :

- Untuk mengetahui kemungkinan masalah yang dapat

terjadi kepada ibu akibat infeksi payudara mastitis agar

dapat ditentukan tindakan apa yang harus di persiapkan,

biasanya masalah yang mungkin terjadi yaitu :

- Discharge putting susu purulenta

- Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil

- Pembengkakan payudara dan nyeri yang hebat massa

berukuran besar, keras dengan area yang tidak rata,

kemerahn dan pucat kebiruan pada kulit, menunjukkan

lokasi abses yang di penuhi pus

c. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, seperti

kompres air hangat, pemberian analgetik dan antibiotik, menyusui

segera.

27

Page 28: MASTTITIS

d. RENCANA ASUHAN

Mandiri :

1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

R : Ibu dan keluarga mengerti kondisi ibu

2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan

R : Ibu mengerti dan keluarga mengerti tindakan apa yang akan

dilakukan

3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI

R : karena jika ibu tidak segera mengeluarkan ASInya bisa

menyebabkan abses payudara.

4. Melakukan kompres hangat dan dingin pada payudara yang

terkena infeksi mastitis

R: dengan melakukan kompres hangat dan dingin dapat

mengurangi rasanya nyeri akibat bengkak di payudara ibu

5. Melakukan masase payudara ibu secara bergantian

R: dengan melakukan masase dapat membantu mengeluarkan

ASI

6. Memberikan antibiotic atau Pengobatan pilihan meliputi 500

mg Keflex atau 500 mg dikloksasillin diminum peroral empat

kali sehari selama 7-10 hari. Atau 250-500 mg Augmrntin,

diminum per oral tiga kali sehari sekali selama 7-10 hari

R: dengan memberikan antibiotic kepada ibu dapat

menghentikan perkembangbiakan bakteri penyebab

mastitis.

7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan

istirahat yang cukup

R: mengkonsumsi makanan yang berigizi dapat menambah

antibody ibu , dan istirahat yang cukup menghindari ibu

dari rasa lelah dan stress

28

Page 29: MASTTITIS

e. IMPLEMENTASI1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan

3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI atau tetap menyusui

bayinya

4. Melakukan kompres hangat dan dingin

5. Melakukan masase pada payudara secara bergantian

6. Memberikan terapi antibiotik

7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang

bergizai dan istirahat yang cukup

f. EVALUASI

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami infeksi

payudara mastitis

2. Ibu dan keluarga mengerti tindakan yang akan dilakukan

3. Ibu telah mengeluarkan ASInya dan jumlah ASI cukup

4. Kompres hangat dan dinigin telah di lakukan, dan ibu merasa

nyaman

5. Telah dilakukan masase pada payudara ibu dan ibu merasa lebih

nyaman

6. Terapi yang di berikan adalah 250-500 mg Augmrntin, diminum

per oral tiga kali sehari sekali selama 7-10 hari.

7. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat

yang cukup.

MANAJEMEN SOAP

S (Subyektif)

1. Ibu merasa nyeri ringan

2. Sakit kepala

3. Demam dan menggil.

O (Obyektif)

1. Pemeriksaan Payudara

29

Page 30: MASTTITIS

teraba benjolan cukup besar dan keras pada payudara

Area payudara kemerahan.

A (Analisis)

Diagnosa Aktual : P_ _ _ _ Ab_ _ _ nifas hari ke_ _ dengan infeksi

payudara mastitis

Diagnosa Potensial : Abses Payudara

Masalah Aktual :

Untuk mengetahui masalah yang dapat terjadi kepada ibu akibat

infeksi payudara mastitis, biasanya masalah yang akan terjadi adalah :

a. Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)

b. Peningkatan kecepatan nadi

c. Menggigil

d. Malaise umum, sakit kepala

e. Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat di tekan, dan

menyakitkan, dengan benjolan yang cukup besar dan keras

Masalah Potensial :

Untuk mengetahui kemungkinan masalah yang dapat terjadi

kepada ibu akibat infeksi payudara mastitis agar dapat ditentukan

tindakan apa yang harus di persiapkan, biasanya masalah yang

mungkin terjadi yaitu :

- Discharge putting susu purulenta

- Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil

- Pembengkakan payudara dan nyeri yang hebat massa berukuran

besar, keras dengan area yang tidak rata, kemerahn dan pucat

kebiruan pada kulit, menunjukkan lokasi abses yang di penuhi

pus.

P (Penatalaksanaan)

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan

30

Page 31: MASTTITIS

2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan

3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI atau tetap menyusui

bayinya

4. Melakukan kompres hangat dan dingin

5. Melakukan masase pada payudara secara bergantian

6. Memberikan terapi antibiotik

7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizai

dan istirahat yang cukup

31

Page 32: MASTTITIS

BAB IV

PENUTUP

B. Kesimpulan

disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka

pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi

sistemis berupa seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan

sebagai komplikasi sumbatan air susu.

Mastitis terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non

infektif dengan gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang

menyebabkan mastitis adalah staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis

diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat

stasis ASI.

C. Sarana. Untuk Mahasiswi Kebidanan

Setelah mengetahui tentang mastitis diharapkan ke depannya

bila menemui kasus mastitis mahasiswi kebidanan dapat menangani

kasus tersebut.

Mahasiswi kebidanan dapat memberikan informasi dan

mengajak masyarakat terutama ibu menyusui untuk menjaga

kebersihan diri dan memberikan ASI eksklusif kepada banyinya untuk

mengurangi faktor terjadinya mastitis.

b. Untuk Institusi

Memberikan tambahan ilmu khususnya tentang mastitis agar mahasiswi kebidanan lebih kaya akan ilmu tersebut.

Dapat mendukung dan menjadi fasilitator untuk mahasiswi kebidanan apabila memberikan informasi atau penyuluhan tentang mastitis kepada masyarakat.

32

Page 33: MASTTITIS

c. Untuk Masyarakat

Mendukung dan menerapkan ASI eksklusif untuk bayi serta

menjaga kebersihan diri agar faktor terjadinya mastitis dapat

diminimalisir.

Menjaga kesehatan dan cukup istirahat khususnya untuk ibu

menyusui agar meminimalisir terjadinya mastitis.

33

Page 34: MASTTITIS

DAFTAR PUSTAKA

Saryono, dkk. 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Muha Medika

Hellen, Farrer. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/14/mastitis/ di akses pada tanggal 11 Septemver 2015 pukul 08.00

http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan.html di akses pada tanggal 11 September 2015 pukul 08.15

34