MASTTITIS
-
Upload
meri-juwita-fitri -
Category
Documents
-
view
229 -
download
0
description
Transcript of MASTTITIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “” dengan tepat waktu.
Tak lupa kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing kami yaitu ibu Devi Syarief,S.SiT.,M.Keb, karena telah
membimbing kami untuk menyusun makalah sederhana ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta
menambah wawasan tentang masalah mastitis yang tidak semua ibu menyusui
mengalami hal ini. Dimulai dari definisi, tujuan, jenis, penyebab, patofisiologi,
gambaran klinis, procedure pemeriksaan , dan deteksi dini. Penulisan makalah ini
berdasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun
internet yang membahas tentang mastitis.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
dan dapat menambah wawasan kita lebih dalam mengenai mastitis. kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Padang, 11 September 2015
Tim penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................1
BAB I....................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................4
BAB II...................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Definisi............................................................................................5
B. Jenis-Jenis Mastitis......................................................................5
C. Penyebab......................................................................................6
D. Patofisiologi.................................................................................7
E. Gambaran Klinis..........................................................................9
F. Prosedur Pemeriksaan Mastitis..................................................10
G. Deteksi Dini Mastitis.................................................................11
H. Penatalaksanaan.........................................................................12
I. Penanganan dan Peran Bidan.....................................................13
J. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan.......................................13
BAB IV...............................................................................................32
PENUTUP...........................................................................................32
B. Kesimpulan................................................................................32
C. Saran..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................34
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Menyusui
merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan
perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu
pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting
dalam mempertahankan kehidupan manusia.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat
dari teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya
mastitis, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih
dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu
membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka
bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui,
yang sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada
semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang
dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi
biasanya dibawah 10%.
Mastitis adalah peradangan payudara ,yang dapat disertai atau tidak
disertai. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis
Laktasional/Mastitis Puerperalis”. Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal
bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Mastitis adalah reaksi systemic
(seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai
komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau luka.
3
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada
primpara) dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalan infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum
semasa awal laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan
payudara melalui fisura pada putting.
B. Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dengan infeksi payudara atau mastitis?
b. Apa jenis-jenis infeksi payudara atau mastitis?
c. Apa penyebab infeksi payudara atau mastitis?
d. Bagaimana patofisiologi infeksi payudara atau mastitis?
e. Bagaimana gambaran klinis infeksi payudara atau mastitis?
f. Bagaimana prosedur pemeriksaan infeksi payudara atau mastitis?
g. Deteksi dini infeksi payudara atau mastitis?
C. Tujuan1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
infeksi payudara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui maksud infeksi payudara atau mastitis
b. Mengetahui jenis-jenis infeksi payudara atau mastitis
c. Mengetahui penyebab infeksi payudara atau mastitis
d. Mengetahui patofisiologi infeksi payudara atau mastitis
e. Mengetahui gambaran klinis infeksi payudara atau mastitis
f. Mengetahui prosedur pemeriksaan infeksi payudara atau
mastitis
g. Mengetahui deteksi dini infeksi payudara atau mastitis
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada
primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi
terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga
melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu
setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer,
2001 : 324). Pada kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika
mastitis tidak segera ditangani menyebabkan abses payudara yang biasa
pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang besar.
Abses payudara (pengumpulan nanah local di dalam payudara)
merupakan komlpikasi berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban
penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.Selain itu,
menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko penularan HIV
melalui menyusui.
B. Jenis-Jenis Mastitis
Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis puerperalis,
dan mastitis supurativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat yang
berbeda dan muncul dalam kondisi yang juga berbeda, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mastitis periductal
Mastitis Periductal ini biasanya muncul pada wanita di usia
menjelang monepause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui.
5
Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duck ectasia
(pelebaran saluran kerena adanya penyumbatan pada saluran
dipayudara).
2. Mastitis Puerperalis
Mastitis puerperalis atau disebut juga lactational mastitis, jenis
ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. penyebab utama
mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu.
Hal ini dikarenakan media yang subur bagi pengembangbiakan
berbagai jenis kuman.
3. Mastitis Supurativa
Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip dengan
jenis yang sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman
Staphilococcus. Selain itu juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,
bahkan sifilis.
C. Penyebab
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan
infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari
payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan
bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,
pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI,
suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.
2. Infeksi
6
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan
abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus
kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.
1. Mastitis Puerperalis
Mastitis puerperalis atau disebut juga lactational mastitis,
jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. penyebab
utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi
payudara ibu. Hal ini dikarenakan media yang subur bagi
pengembangbiakan berbagai jenis kuman.
2. Mastitis Supurativa
Mastitis jenis ini ialah yang paling sering ditemui. Mirip
dengan jenis yang sebelumnya, mastitis jenis ini juga
disebabkan kuman Staphilococcus. Selain itu juga disebabkan
oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis.
D. PatofisiologiTerjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam
duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan
maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel
yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas
jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan
tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya
respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus
laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe
sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen pembuluh
darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis
7
tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.
Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai
1%.
Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
2. Puting lecet.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat
kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan
bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui
dengan tergesa-gesa.
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik.
Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola)
menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran
ASI tidak sempurna.
6. Ibu atau bayi sakit.
7. Frenulum pendek.
8. Produksi ASI yang terlalu banyak.
9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk
pengaman pada mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI,
jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
12. Penggunaan krim pada puting.
13. Ibu stres atau kelelahan.
14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh
yang rendah.
8
E. Gambaran Klinis
1. Bendungan
Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan.Sehingga aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran
susu terhambat,terjadi tekanan pada saluran ASI dan alveoli
meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematus
2. Sumbatan saluran payudara
Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi
akibat pengeluaran ASI yang tidak efisien dari bagian payudara
3. Mastitis Noninfeksiosa
Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon
inflamasi pada jalur para seluler yang berhubungan erat dengan sel
pensekresi ASI di alveoli payudara
4. Faktor Imun dalamASI
Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam
ASI,sehingga pertahanan yang efektif berkurang
1. Mastitis Infeksiosa
Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor
imun dalam ASI dan oleh respon inflamasi kalah.
6. Mastitis Subklinis
Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium
dalam ASI,dan peningkatan konsentrasi interleukin.Peningkatan
tersebut dapat menunjukkan bahwa sedang terjadi respon
inflamasi,walaupun tidak ada tanda klinis
9
7. Abses Payudara
Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi
lain,melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jarinagn granulasi
yang mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi kapsul abses,yang
terisi dengan pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat
nyeri dengan kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak
segara ditangani benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan
perubahan warna kulit dan nekrosis
F. Prosedur Pemeriksaan Mastitis
Waktu terbaik untuk memeriksa payudara Anda biasanya satu minggu
setelah masa menstruasi Anda dimulai, ketika jaringan payudara Anda
paling tidak mungkin menjadi bengkak.Jika siklus menstruasi tidak teratur,
atau jika telah berhenti menstruasi karena menopause atau pengangkatan
rahim (histerektomi), lakukan pemeriksaan pada hari yang mudah diingat.
Wanita yang sedang hamil atau menyusui dapat terus memeriksa
payudara mereka setiap bulan secara teratur.Ibu menyusui dapat memeriksa
payudara mereka setelah makan atau setelah menggunakan pompa payudara
sehingga pemeriksaan lebih mudah dan lebih nyaman.
Pemeriksaan dilakukan sambil berdiri dan berbaring. Dua posisi ini
bertujan supaya tidak ada sesuatu yang mugkin tertinggal.
a. lepaskan baju mulai dari pinggang keatas kemudian duduklah didepan
cermin dengan santai. Lihatlah kesemetrisan payudara dan puting.
Dan carilah apakah ada perubahan warna dan benjolan.
b. Gunakan telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kiri anda-bukan-
ujung jari untuk memeriksa payudara kanan.dan jari tangan kanan
untuk memeriksa payudara kiri.
c. Raba dengan memberikan sedikit tekanan dan gerakan memutar mulai
dari bagian terluar sampai kearah puting dan terakhir pencet puting
untuk memeriksa apakah ada cairan yang keluar. Lakukan hal yang
sama pada payudara kiri.
10
d. Periksa apakah ada benjolan-benjolah kelenjar getah bening disekitar
payudara. Mulai dari daerah disekitar tulang dada, disekitar tulang
atas payudara (klavikula), dan ketiak.
e. Angkat kedua tangan keatas dan periksa apakah ada bayangan
benjolan dibawah kulit atau ada bagian yang tertinggal.
f. Berbaringlah sehingga jaringan payudara Anda menyebar secara
merata di atas dinding dada dan setipis mungkin, sehingga lebih
mudah untuk merasakan semua jaringan payudara. Lakukan
pemeriksaan sama persis seperti langkah 1-4
G. Deteksi Dini Mastitis
Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya
menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi
sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3-4 jam
dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang
direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung
dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI
mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang
benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut
efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan
cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani
untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang
menghambat penyaluran ASI.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat
pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan
untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan
kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi
menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan
pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-
ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi
11
masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan
penyembuh luka seperti lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum
bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan
mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan
areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang
mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga
kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan
juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui
membutuhkan lebih banyak bantuan.
Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya
karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak
terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga
kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan
keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat
pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu
dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.
H. Penatalaksanaan1. Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau
pembengkakan. Pemberian ASI mempercepat penyembuhan mastitis
atau infeksi payudara.
2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun
guna memerangi infeksi mastitis
4. Makan makanan yang bergizi tinggi
5. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
6. Berikan antibiotic
7. Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14
hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala
12
mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah
kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
9. Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama
menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar.
I. Penanganan dan Peran Bidan1. Payudara dikompres dengan air hangat
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
istirahat yang cukup
7. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan
membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit.
Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,
wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa
ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya;
dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya
8. Pengeluaran ASI dengan efektif
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada
payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama
bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan
tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi.
J. Konsep Dasar Manajemen KebidananProses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah. Proses ini merupakan sebuah metode dengan pengorganisasian
pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan
13
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini
menguraikan bagaimana prilaku yang diharapkan dan pemberian asuhan.
Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja
melainkan juga prilaku pada setiap langkah agar pelayanan yang
komprehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demian proses manajemen
harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang
menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang terpisah- pisah
menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen. (Varney, 1997).
Proses manajemen menurut Varney (1997) terdiri dari 7 langkah yang
berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah-langkah penerapan manajemen kebidanan dilakukan secara
beerkesinambungan, yaitu :
1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien
secara lengkap.
2. Mengantisipasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang
benar dari data tersebut.
3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosa lainnnya yang
mungkin terjadi karena masalh atau diagnosa yang telah diidentifikasi.
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter.
5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.
6. Mengembangkan rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yangg telah diberikan.
Langkah-langkah dalam penatalaksanaan pada dasarnya jelas, akan
tetapi dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut
mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis yang
beriontasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus
pertumbuhan janin terhambat.
Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. PENGUMPULAN DATA DASAR
14
Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan, dan
dimana pengkajian dilakukan.
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Oleh :
SUBYEKTIFData subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian.
1. Identitas
Nama Ibu / suami
Dikaji dengan jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memberikan asuhan kebidanan
Umur Ibu / suami
Dikaji untuk mengetahui berapa umur ibu
Agama
Dikaji untuk mengantisipasi kebiasaaan religius
yang berkaitan dengan masa nifas. Perasaan tenang, jenis
kelamin, tenaga kesehatan dan beberapa kasus
penggunaan produk rendah (Wheeler, 2004)
Suku Bangsa
Dikaji untuk mengetahui bahasa yang digunakan
pasien sehingga mempermudah dalam berkomunikasi
dengan pasien (Prawirohardjo, 2005)
Pendidikan
Dikaji untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
memberikan asuhan sesuai dengan tingkat pendidikan,
15
memahami klien sebagai individu dan memberikan
gambaran kemampuan baca tulisnya (Wheeler, 2004)
Pekerjaan
Untuk mengkaji kecukupan ekonomi pada keluarga
klien dan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya
lingkungan kerja yang dapat membahayakan ibu dan bayi
(Wheeler, 2004).
Alamat
Dikaji secara jelas dan lengkap diperlukan agar bila
sewaktu-waktu pasien terjadi kegawatdaruratan atau perlu
tindakan segera dapat dengan mudah menghubunginya,
disamping itu alamat juga dikaji untuk kepentingan
kunjungan rumah (Matondang, 2003)
2. Alasan datang
Dikaji untuk mengetahui tujuan utama pasien datang ke
tenaga kesehatan. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis alasan
datang adalah ingin memeriksakan daerah payudara ibu.
3. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pertama
kali pada pasien (Varney, 2007). Pada kasus masa nifas dengan
mastitis keluhan yang dirasakan ibu adalah ibu merasa nyeri
ringan, sakit kepala, demam dan menggigil.
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditemukan ibu
nifas, mungkin diperlukan terapi untuk mengatasi gejala dini
atau penyeledikan lebih lanjut jika terdapat gejala abnormal
(Sujiyatini dkk, 2008).
16
Diabetes Melitus : dapat menyebabkan luka sulit sembuh
(pada luka jahitan perinium)
TBC : dapat menyebabkan ibu mengalami
Mastitis Supurativa
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji semua riwayat sakit, cidera, reaksi terhadap
pengobatan, perawatan rumah sakit, alergi yang diketahui,
transfusi darah, semua riwayat pembedahan khususnya yang
berhubungan dengan struktur panggul untuk penyelidikan
khusus mungkin diperlukan untuk memperkirakan atau
mencegah semua komplikasi yang mungkin terjadi dalam masa
nifas.
Riwayat kesehatan yang lalu juga dikaji untuk mengetahui
apakah ibu menderita penyakit menular seperti :
TBC : dapat menyebabkan ibu mengalami
Mastitis Supurativa pada saat masa nifas.
untuk mengetahui apakah ibu menderita
penyakit menurun seperti :
Diabetes Melitus : dapat menyebabkan luka sulit sembuh
(pada luka jahitan perinium)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular dan penyakit menurun seperti
hipertensi, DM, TBC, asma . (Prawirohardjo, 2008), (Marmi
dkk, 2011).
7. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui menikah berapa kali dan berapa
lama menikah karena status perkawinan ibu yang jelas atau
17
terjadi kehamilan di luar nikah akan mengganggu keadaan
psikologis ibu (Prawirohardjo, 2005).
8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil,
bersalin,dan adakah resiko atau penyakit. Bila ada dapat
diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan, sehingga
komplikasi tidak terjadi.
a. Kehamilan : Adakah gangguan seperti mual, muntah
berlebihan, hipertensi dan perdarahan pada kehamilan
(Varney, 2007).
b. Persalinan: Spontan atau buatan, lahir aterm atau
prematur, ada perdarahan waktu persalinan atau tidak,
ditolong oleh siapa dan dimana tempat melahirkan
(Varney, 2007). Melakukan pengkajian terhadap riwayat
persalinan lalu yang kemungkinan berhubungan dengan
persalinan saat ini :
- Cara persalinan (apakah menggunakan tenaga ibu
atau dengan bantuan alat), cara persalinan yang lalu
dapat memberikan gambaran mengenai ukuran
panggul ibu.
- Ukuran janin (berat janin, panjang, lingkar kepala ),
ukuran janin yang kecil dapat meningkatkan resiko
presentasi puncak kepala dibanding ukuran janin
normal.
- Usia kehamilan saat persalinan, dapat memberikan
gambaran ukuran panggul ibu. Pada ibu yang
kelahiran sebelumnya pervaginam dengan anak
prematur tetap perlu dilakukan pengukuran ukuran
panggul luar jika ada indikasi.
- Keadaan bayi saat lahir
18
c. Nifas : Adakah terjadi perdarahan, infeksi dan bagaimana
laktasinya (Varney, 2007).
d. Anak: jenis kelamin, hidup atau mati, berat badan waktu
lahir, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada
(Varney, 2007).
9. Riwayat Anak
Untuk mengatahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup/mati,
dan berat badan waktu lahir.
10. Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi
Psikologis perlu dikaji untuk mengetahui bahwa
kehamilannya diterima oleh dirinya, suami dan keluarga atau
tidak karena apabila ibu tidak mendapat dukungan sehingga
psikologi ibu terganggu dan dapat mengganggu kehamilannya
(Prawirohardjo, 2005).
Penggunaan obat-obatan atau jamu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu mengonsumsi jamu atau obat yang dapat
membahayakan kehamilannya karena dapat menimbulkan
kelainan organ pada janin (Wiknjosastro, 2005).
- Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya :
untuk mengetahui adanya dukungan psikologi dan
emosional dari keluarga atas kehamilan ibu.
- Ekonomi (diketahui dari jenis pekerjaan) : untuk
mengetahui kemampuan ibu dalam memenuhi kebutuhan.
baik kebutuhan nutrisi, pakaian, maupun kebutuhan
lainnya
- Pengambil keputusan dalam keluarga : untuk mengetahui
pengambil keputusan sehingga memudahkan bidan dalam
menanyakan keputusan yang akan diambil saat berada
dikondisi yang mendesak.
19
11. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Untuk mengetahui status gizi ibu, apakah sudah
memenuhi standar makanan yang dibutuhkan atau belum.
Dikarenakan ibu pada masa nifas harus menyusui
sehingga membutuhkan banyak nutrisi agar kebutuhan
bayi dan ibu dapat terpenuhi.
b. Eliminasi
BAK ditanyakan apakah ibu sudah bisa BAK setelah
persalinan, karena biasanya ibu setelah persalinan apalagi
memiliki jahitan pada perineum takut untuk BAK maupun
BAB, jika urine di tahan maka akan mengakibatkan
infeksi. biasanya dalam 6 jam pertama post partum pasien
sudah dapat BAK.
Dalam Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah
harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan
memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air
besar tidak boleh ditahan-tahan . BAB Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir.
c. Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas ibu berlebihan atau tidak
dan adakah trauma atau kecelakaan kerja (Sujatini dkk,
2006).
d. Istirahat
Wanita dalam mas nifas dianjurkan untuk
merencanakan istirahat yang cukup yang teratur. Jadwal
20
istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik agar
dapat memulihkan kembali keadaan fisik, karena jika ibu
kurang istirahat dapat mengurangi jumlah ASI yang di
produksi, memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan, dan dapat menyebabkan
depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri
sendiri
e. Personal hygiene
Dikaji kebiasaan ibu dalam menjaga kebersihan
dirinya yaitu kebiasaan mandi, mengganti pembalut
minimal 2 kali dalam sehari. Mencuci tangan denga sabun
dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan.
Dan membersihkan daerah putting payudara sebelum dan
sesudah menyusui.
f. Hubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui pola hubungan seksual
dengan suami, karena dalam masa nifas belum boleh
melakukan hubungan seksual sebelum 40 hari masa nifas .
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan
satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai
masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu
setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada
pasangan yang bersangkutan.
OBYEKTIF1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien dan kesan
pertama pada klien
21
Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, koma.
Compos Mentis : kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya
Apatis : keadaan kesadarn yang sedang
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh
Delirium : gelisah, disorientasi (orang,
tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal
Samnolen : kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, udah tidur, namun
kesadaran data pulih bila dirangsang ( mudah
dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal)
Sopor : keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri
Coma : tidak biasa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun
Keadaan sadar penuh akan mempermudah anamnesa
(Wiknjosastro, 2005).
Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien Setelah
melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya
yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan
persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha
tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan,
22
walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada
sebelumnya.
Tekanan darah
Tekanan darah diukur untuk mengetahui kenormalan
dan sebagai dasar untuk memantau tekanan darah selama
masa nifas .Tekanan darah normal yaitu 90/60 mmHg –
130/90 mmHg
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali
per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi
bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi
atau perdarahan post partum
Suhu
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik
sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis,
tractus genitalis atau sistem lain. Biasanya ibu yang
terkena infeksi payudara mastitis mengalami Peningkatan
suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)
Pernafasan
23
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan fisik
dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mengetahui keadaan umum yang mempengaruhi kesehatan atau
kehamilan dan persalinan ibu meliputi :
a. Mata
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
mengalami anemia atau tidak, dengan melihat konjungtiva
berwarna pucat atau tidak dan bagaimana skleranya.
b. Hidung
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran polip pada hidung yang berpengaruh pada
jalan nafas.
c. Mulut
Perlu dikaji tingkat kelembaban sehubungan dengan
tingkat dehidrasi apakah ada stomatitis atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.
d. Leher
Untuk mengetahui nampak pembendungan vena
jugularis/tidak, nampak pembesaran kelenjar tiroid /tidak
e. Dada
24
Observasi apakah simetris atau tidak, pengeluaran
ASI, keadaan putting, kebersihan. Saat palpasi adakah
teraba benjolan cukup besar dan keras pada payudara dan
Area payudara kemerahan.
f. Abdomen
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah luka bekas
operasi, untuk mengetahui tinggi fundus uteri apakah
sesuai dengan hari atau tidak.
Pada 1 minggu, TFU : teraba di pertengahan pusat
dan simpisis dan berat uterus 500gram diameter 7,5
cm
Pada minggu ke 2 TFU sudah tidak teraba dengan
berat 350 gram dan diameter 5 cm
6 minggu TFU sudah kembali normal dengan berat
60gram dan diameter 2,5cm
g. Genetalia
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah tanda-tanda
infeksi vagina atau tidak, keadaan luka jahitan dan
kebersihan genetalia. pengeluaran lokhea sesuai hari atau
tidak. Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang
keluar melalui vagina selama puerperium
Lochea Rubra
Lochea ini muncul pada hari ke 1-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.
Lochea Sanguinolenta
25
Cairan yang keluar berwarna merah
kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4
sampai ke 7 post partum.
Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi
plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai ke 14 post
partum.
Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati. Lochea ini berlangsung selama 2-6 minggu
post partum
h. Anus
Perlu dikaji adakah haemoroid atau tidak.
i. Ekstremitas
Perlu dikaji apakah ada kelainan atau tidak, bisa
digerakkan atau tidak, adakah oedem, varices atau tidak.
Perkusi
Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk dilakukan
untuk mengetahui reflek patella, bila negatif menunjukkan
kekurangan vitamin B1 (Prihardjo, 2007).
1) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa dan untuk menentukan adakah faktor resiko .
26
b. INTERPRETASI DATA : Diagnosis, Masalah, dan Kebutuhan Diagnosis Kebidanan : P_ _ _ _ Ab_ _ _ nifas hari ke_ _
dengan infeksi payudara mastitis
Diagnosis Potensial : Abses Payudara
Masalah Aktual :
Untuk mengetahu masalah yang dapat terjadi kepada ibu
akibat infeksi payudara mastitis, biasanya masalah yang akan
terjadi adalah :
1. Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Menggigil
4. Malaise umum, sakit kepala
5. Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat di tekan, dan
menyakitkan, dengan benjolan yang cukup besar dan keras
Masalah Potensial :
- Untuk mengetahui kemungkinan masalah yang dapat
terjadi kepada ibu akibat infeksi payudara mastitis agar
dapat ditentukan tindakan apa yang harus di persiapkan,
biasanya masalah yang mungkin terjadi yaitu :
- Discharge putting susu purulenta
- Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
- Pembengkakan payudara dan nyeri yang hebat massa
berukuran besar, keras dengan area yang tidak rata,
kemerahn dan pucat kebiruan pada kulit, menunjukkan
lokasi abses yang di penuhi pus
c. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, seperti
kompres air hangat, pemberian analgetik dan antibiotik, menyusui
segera.
27
d. RENCANA ASUHAN
Mandiri :
1. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
R : Ibu dan keluarga mengerti kondisi ibu
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
R : Ibu mengerti dan keluarga mengerti tindakan apa yang akan
dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
R : karena jika ibu tidak segera mengeluarkan ASInya bisa
menyebabkan abses payudara.
4. Melakukan kompres hangat dan dingin pada payudara yang
terkena infeksi mastitis
R: dengan melakukan kompres hangat dan dingin dapat
mengurangi rasanya nyeri akibat bengkak di payudara ibu
5. Melakukan masase payudara ibu secara bergantian
R: dengan melakukan masase dapat membantu mengeluarkan
ASI
6. Memberikan antibiotic atau Pengobatan pilihan meliputi 500
mg Keflex atau 500 mg dikloksasillin diminum peroral empat
kali sehari selama 7-10 hari. Atau 250-500 mg Augmrntin,
diminum per oral tiga kali sehari sekali selama 7-10 hari
R: dengan memberikan antibiotic kepada ibu dapat
menghentikan perkembangbiakan bakteri penyebab
mastitis.
7. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan
istirahat yang cukup
R: mengkonsumsi makanan yang berigizi dapat menambah
antibody ibu , dan istirahat yang cukup menghindari ibu
dari rasa lelah dan stress
28
e. IMPLEMENTASI1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI atau tetap menyusui
bayinya
4. Melakukan kompres hangat dan dingin
5. Melakukan masase pada payudara secara bergantian
6. Memberikan terapi antibiotik
7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang
bergizai dan istirahat yang cukup
f. EVALUASI
1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami infeksi
payudara mastitis
2. Ibu dan keluarga mengerti tindakan yang akan dilakukan
3. Ibu telah mengeluarkan ASInya dan jumlah ASI cukup
4. Kompres hangat dan dinigin telah di lakukan, dan ibu merasa
nyaman
5. Telah dilakukan masase pada payudara ibu dan ibu merasa lebih
nyaman
6. Terapi yang di berikan adalah 250-500 mg Augmrntin, diminum
per oral tiga kali sehari sekali selama 7-10 hari.
7. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup.
MANAJEMEN SOAP
S (Subyektif)
1. Ibu merasa nyeri ringan
2. Sakit kepala
3. Demam dan menggil.
O (Obyektif)
1. Pemeriksaan Payudara
29
teraba benjolan cukup besar dan keras pada payudara
Area payudara kemerahan.
A (Analisis)
Diagnosa Aktual : P_ _ _ _ Ab_ _ _ nifas hari ke_ _ dengan infeksi
payudara mastitis
Diagnosa Potensial : Abses Payudara
Masalah Aktual :
Untuk mengetahui masalah yang dapat terjadi kepada ibu akibat
infeksi payudara mastitis, biasanya masalah yang akan terjadi adalah :
a. Peningkatan suhu yang cepat dari (37,8 – 40 oC)
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil
d. Malaise umum, sakit kepala
e. Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat di tekan, dan
menyakitkan, dengan benjolan yang cukup besar dan keras
Masalah Potensial :
Untuk mengetahui kemungkinan masalah yang dapat terjadi
kepada ibu akibat infeksi payudara mastitis agar dapat ditentukan
tindakan apa yang harus di persiapkan, biasanya masalah yang
mungkin terjadi yaitu :
- Discharge putting susu purulenta
- Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
- Pembengkakan payudara dan nyeri yang hebat massa berukuran
besar, keras dengan area yang tidak rata, kemerahn dan pucat
kebiruan pada kulit, menunjukkan lokasi abses yang di penuhi
pus.
P (Penatalaksanaan)
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
30
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI atau tetap menyusui
bayinya
4. Melakukan kompres hangat dan dingin
5. Melakukan masase pada payudara secara bergantian
6. Memberikan terapi antibiotik
7. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizai
dan istirahat yang cukup
31
BAB IV
PENUTUP
B. Kesimpulan
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah dan reaksi
sistemis berupa seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan
sebagai komplikasi sumbatan air susu.
Mastitis terdiri dari dua jenis yaitu mastitis infektif dan mastitis non
infektif dengan gejala yang berbeda di setiap jenisnya. Bakteri yang
menyebabkan mastitis adalah staphylococcus aureus. Terjadinya mastitis
diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat
stasis ASI.
C. Sarana. Untuk Mahasiswi Kebidanan
Setelah mengetahui tentang mastitis diharapkan ke depannya
bila menemui kasus mastitis mahasiswi kebidanan dapat menangani
kasus tersebut.
Mahasiswi kebidanan dapat memberikan informasi dan
mengajak masyarakat terutama ibu menyusui untuk menjaga
kebersihan diri dan memberikan ASI eksklusif kepada banyinya untuk
mengurangi faktor terjadinya mastitis.
b. Untuk Institusi
Memberikan tambahan ilmu khususnya tentang mastitis agar mahasiswi kebidanan lebih kaya akan ilmu tersebut.
Dapat mendukung dan menjadi fasilitator untuk mahasiswi kebidanan apabila memberikan informasi atau penyuluhan tentang mastitis kepada masyarakat.
32
c. Untuk Masyarakat
Mendukung dan menerapkan ASI eksklusif untuk bayi serta
menjaga kebersihan diri agar faktor terjadinya mastitis dapat
diminimalisir.
Menjaga kesehatan dan cukup istirahat khususnya untuk ibu
menyusui agar meminimalisir terjadinya mastitis.
33
DAFTAR PUSTAKA
Saryono, dkk. 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Muha Medika
Hellen, Farrer. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/14/mastitis/ di akses pada tanggal 11 Septemver 2015 pukul 08.00
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan.html di akses pada tanggal 11 September 2015 pukul 08.15
34