MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

14
MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA BANGUNAN DAN ARKEOLOGI Anto Sudharyanto dan Isman Pratama Nasution, MSI Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16431, Indonesia [email protected] Abstrak Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan. Kata Kunci : Masjid Kaliwulu, Cirebon, Arsitektur Islam, Arkeologi Islam Kaliwulu Mosque, Cirebon in Archaeological and Architectural Studies Abstrak A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper’s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque. Keywords: Kaliwulu Mosque, Cirebon, Islamic Architectur, Islamic Archeology Pendahuluan Cirebon memiliki kedudukan penting dalam penyebaran agama Islam khususnya di Jawa Barat. Hal ini disebabkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab, India, dan Persia selain berdagang juga memperkenalkan agama mereka yaitu agama Islam kepada masyarakat Cirebon. Selain para pedagang terdapat pula orang dari golongan agamawan yang datang ke Cirebon dengan tujuan menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat setempat. Penyebaran yang dilakukan oleh para agamawan membawa hasil berupa sumber daya Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Transcript of MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Page 1: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

MASJID KALIWULU, CIREBON

DALAM TINJAUAN GAYA BANGUNAN DAN ARKEOLOGI

Anto Sudharyanto dan Isman Pratama Nasution, MSI

Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16431, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam.

Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan

yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai

arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan

oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu.

Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki

gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang

sama dengan Masjid Panjunan.

Kata Kunci : Masjid Kaliwulu, Cirebon, Arsitektur Islam, Arkeologi Islam

Kaliwulu Mosque, Cirebon in Archaeological and Architectural Studies

Abstrak

A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are

Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a

uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient

mosque based on Pijper’s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall

that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and

Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that

Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque.

Keywords: Kaliwulu Mosque, Cirebon, Islamic Architectur, Islamic Archeology

Pendahuluan

Cirebon memiliki kedudukan penting dalam penyebaran

agama Islam khususnya di Jawa Barat. Hal ini

disebabkan oleh para pedagang yang berasal dari Arab,

India, dan Persia selain berdagang juga memperkenalkan

agama mereka yaitu agama Islam kepada masyarakat

Cirebon. Selain para pedagang terdapat pula orang dari

golongan agamawan yang datang ke Cirebon dengan

tujuan menyebarkan dan memperkenalkan agama Islam

kepada masyarakat setempat. Penyebaran yang dilakukan

oleh para agamawan membawa hasil berupa sumber daya

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 2: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

manusia yang berpotensi dalam menyebarkan agama

Islam di Cirebon. Salah satunya Raden Walangsungsang

dan adiknya Nyai Larasantang yang berguru pada Syeh

Datuk Kahfi atau Syeh Nurjati yang merupakan

agamawan dari Arab (Hardjasaputra 2011; 45- 47).

Cirebon menjadi salah satu pusat penyebaran agama

Islam setelah menjadi kerajaan. Penyebaran agama Islam

dari Cirebon ke luar daerah Cirebon dilakukan pada saat

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, putra

pertama dari Nyai Larasantang, menjadi penguasa di

Cirebon. Penyebaran agama Islam yang oleh Sunan

Gunung Jati berpusat dari Cirebon menuju daerah di

Jawa Barat seperti Galuh, Garut, Bandung, Cianjur,

Indramayu, dan lain- lainya. Oleh karena itu Cirebon

memiliki kedudukan penting dalam penyebaran agama

Islam khususnya di Jawa Barat. Hingga saat ini agama

Islam yang berkembang di Jawa Barat rata- rata berasal

dari Cirebon. Hal ini dibuktikan dengan adanya naskah-

naskah Islam yang berjumlah 200 tersebar di pedalaman

Jawa Barat (Hardjasaputra 2011; 72- 76).

Beberapa peninggalan Islam yang terdapat di Cirebon

yaitu berupa masjid kuno, makam Islam seperti kompleks

Makam Sunan Gunung Jati, goa Islam yaitu Gua sunya

Ragi, keraton yaitu Kraton Kesepuhan, dan juga

beberapa kesenian bernuansa Islam seperti kaligrafi

Arab, nisan Islam, dan inskipsi Arab. Peninggalan Masjid

kuno yang berada di Cirebon antara lain Masjid Sang

Ciptarasa yang merupakan masjid tertua di Cirebon,

Masjid Panjunan atau Masjid Merah yang didirikan oleh

Maulana Abdurahman atau lebih dikenal Pangeran

Panjunan, Masjid Dokjumeneng, Masjid Kanoman,

Masjid Trusmi, Masjid Gamel, Masjid Kramat Depok,

Masjid Megu Gede, Masjid Jagabayan, Masjid Gajasatru,

Masjid Pangeran Kejaksan, Masjid Pekalangan, Masjid

Pesalakan, dan Masjid Kaliwulu. Adapun yang akan

dijelaskan pada skripsi ini yaitu masjid kuno yang ada di

Cirebon yaitu Masjid Kaliwulu.

Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu yang letaknya

sekitar satu setengah jam dari pusat kota Cirebon. Jika

dilihat dari gaya bangunannya, Masjid Kaliwulu

memiliki kesamaan dengan masjid utama di Cirebon

yaitu Masjid Panjunan atau masjid Merah yang berada di

daerah Panjunan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

yang berada di Keraton Kesepuhan. Bedasarkan ruang

lingkupnya Masjid Kaliwulu memiliki ruang lingkup

yang berbeda dengan Masjid Panjunan dan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa. Masjid Panjunan dan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid dalam ruang

lingkup istana, sedangkan Masjid Kaliwulu merupakan

masjid di luar lingkup istana dan keduanya merupakan

masjid tertua di Cirebon.

Keunikan Masjid Kaliwulu terlatak pada ruang pawestren

dan tiang bercabang tiga yang berada pada ruang utama.

Pada umumnya masjid kuno pawestren bersebelahan dan

satu atap dengan ruang utama, serta dibatasi oleh tembok

yang tidak terlalu tebal atau dengan sesuatu yang tidak

permanen. Pada Masjid Kaliwulu ruang pawestren

memiliki bangunan sendiri dan atap sendiri meskipun

masih menyatu dengan bangunan inti. Keunikan lainnya

yaitu Masjid Kaliwulu memiliki tiang yang bercabang

tiga yang terletak di sebelah selatan ruang utama yang

diapit oleh tiang utama dan tiang pendukung. Pada tiang

bercabang tiga dihiasi dengan hiasan berupa sulur-

suluran dan terdapat papan yang digantungkan dengan

hiasan tulisan kaligrafi. Pada dinding timur ruang utama

terdapat hiasan yang berupa keramik tempel dan tulisan

kaligrafi pada papan kayu yang terletak di atas pintu

utama ruang utama. Pada Masjid Kaliwulu terdapat

makam yang terletak di sebelah timur masjid dan

termaksud bagian yang dikelilingi oleh tembok keliling.

Selain itu terdapat dua sumur yang terletak di bagian

utara dan selatan Masjid Kaliwulu. Pada Masjid

Kaliwulu memiliki dua jenis serambi yaitu serambi

tertutup yang terletak di bagian timur masjid dan serambi

terbuka yang terletak di bagian utara dan selatan masjid.

Pemasalahan yang diteliti adalah mengenai gaya

bangunan dan kronologi relatif pada Masjid Kaliwulu.

Gaya bangunan Masjid Kaliwulu belum diketahui apakah

memiliki gaya bangunan tersendiri atau mengikuti gaya

bangunan masjid yang sudah ada di Cirebon. Tahun

berdiri bangunan Masjid Kaliwulu juga belum diketahui

secara pasti. Jadi untuk menentukan pertanggalan

digunakan kronologi relatif. Permasalahan yang lain

yaitu apakah Masjid Kaliwulu memiliki perbedaan dan

persamaan dengan masjid yang berada dilingkup istana

yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan, karena Masjid Kaliwulu merupakan bangunan

masjid yang terletak di luar lingkup istana.

Tujuan penelitian adalah untuk mengungkap pola dan

gaya bangunan yang digunakan pada masjid Kaliwulu.

Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

menunjukan apakah masjid yang berada di luar lingkup

istana memiliki gaya bangunan yang sama dengan masjid

yang berada di dalam lingkup istana. Terakhir, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui masa

pembangunan Masjid Kliwulu berdasarkan pada

penanggalan kronologi relati Masjid Kaliwulu. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi data tambahan

arsitektur masjid pada masa Islam di Indonesia

khususnya Cirebon.

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu Masjid

Kaliwulu sebagai objek di Cirebon, Jawa Barat.

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 3: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Penelitian ini menitikberatkan kepada komponen-

komponen pada masjid seperti atap, dinding, tiang,

mihrab, mimbar, pintu, jendela, lantai, serambi, fondasi,

ruang pawestern yang memiliki bangunan sendiri, dan

tiang bercabang tiga. Kemudian penulis akan

membandingkan Masjid Kaliwulu dengan Masjid Sang

Cipta Rasa dan Masjid Panjunan. Sumber data yang

digunakan yaitu:

Data Primer

Data primer yaitu berupa bangunan masjid Kaliwulu

yang terletak di desa Kaliwulu kecamatan Weru,

kabupaten Cirebon.

Data Sekunder

Data sekunder berupa bahan kepustakaan yang

membahas Cirebon, arsitektur, arsitektur masjid, masjid,

dan masjid Kaliwulu. Data Masjid Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan digunakan sebagai pembanding.

Kajian kepurbakalaan mengenai masjid sudah banyak

dilakukan, Peneliti pertama yang membahas mengenai

masjid adalah Pijper yang karyanya telah ditulis ulang

dan diterjemahkan oleh Prof. Dr. Tudjimah dan Dra.

Yessy Augusdin dalam bukunya yang berjudul Sejarah

Islam di Indonesia 1900-1950. Drs Abdul Rochym yang

menulis buku berjudul Masjid dalam Karya Arsitektur

Islam dan Sejarah Arsitektur Islam tahun 1983. H.

Aboebakar dalam bukunya yang berjudul Sejarah Masjid

dan Amal Ibadah dalamnja tahun 1955. Uka

Tjandrasasmita dalam bukunya yang berjudul Arkeologi

Islam Nusantara tahun 2009. Kemudian, Ir Achmad

Fanani dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Masjid

tahun 2009, dan Drs. Sidi Gazalba dalam bukunya yang

berjudul Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam

tahun 1962.

Penelitian mengenai masjid khususnya yang berada di

Cirebon yaitu pada tahun 1978 oleh Brakel dalam

Archipel 23 yang meneliti mengenai Masjid Panjunan. Di

dalam artikelnya Brakel menuliskan tentang gaya

arsitektur pada Masjid Panjunan. Pada tahun 1982 dalam

skripsinya Murwani Wulan Nastiarini meniliti mengenai

Masjid Agung Sang Ciptarasa sebagai tinjauan arsitektur.

Tawalinuddin Haris pada artikelnya yang berjudul

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan,

Cirebon Tinjauan Arsitektur yang menulisahkan tentang

gaya bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan yang ditulis pada makalah diskusi di

Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 2011. Dua

masjid ini merupakan masjid yang paling utama di

Cirebon, karena memiliki peranan penting dalam

perkembangan islam dan penyebaran islam di Cirebon.

Artikel mengenai Masjid Kaliwulu yang pernah

diterbitkan pada tahun 2011 dalam sebuah artikel jurnal

penelitian yang berjudul Alkulturasi Budaya Pada

Bangunan Masjid Tua Cirebon ditulis oleh Abdul

Hakim. Dalam artikel ini dibahas alkulturasi pada masjid

Kaliwulu, yaitu adanya perpaduan antara arsitektur Islam

dengan Jawa- Majapahit, Hindu- Buddha, Cina, dan

Eropa.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan ada tiga tahap yang dilakukan

dalam penelitiaan ini yaitu pengumpulan data,

pengolahan data, dan juga interpretasi data (Deetz 1967:

9). Tahap pertama adalah pengumpulan data yang

dilakukan dengan melakukan penjajakan melalui data

kepustakaan, observasi lapangan, dan wawancara dengan

tokoh masyarakat setempat. Data kepustakaan

merupakan data yang tertulis yang berhubungan dengan

situs atau kajian yang diteliti seperti laporan penelitian

dan buku-buku yang berkaitan tentang kajian penelitian

yang akan dilakukan. Survei lapangan yaitu mengunjungi

situs dan melihat objek yang bersangkutan sesuai dengan

informasi yang terdapat dari data kepustakaan. Tahap

pertama dimulai dengan mencari sumber tertulis yang

berhubungan dengan arsitektur Islam, arsitektur masjid

Cirebon, pengertian dari masjid itu sendiri, dan masjid

Kaliwulu.

Pada saat observasi lapangan dilakukan deskripsi secara

mendetail mengenai data yang dikaji yaitu Masjid

Kaliwulu. Pada bangunan masjid data yang dikumpulkan

yaitu bentuk pada masjid, bahan yang digunakan dalam

pembuatan masjid, mengukur luas masjid, mengukur

bangunan utama masjid, mengukur ragam hias pada

masjid, dan menjelaskan ragam hias yang terdapat pada

masjid. Untuk menambah data dilakukan wawancara

terhadap para penduduk setempat dan juga juru kunci

yang menjaga masjid Kaliwulu untuk mendapatkan

sejarah pembangunan masjid dan sejarah Kaliwulu,

selain itu wawancara juga dilakukan kepada tokoh

masyarakat setempat yaitu H. Askadi Sastra Suganda

dengan tujuan mendapatkan informasi mengenai sejarah

Desa Kaliwulu dan sejarah mengenai Masjid Kaliwulu.

Tahap kedua yaitu pengolahan data, dilakukan dengan

dua metode analisis yaitu metode analisi bentuk dan

metode analisis perbandingan. Metode analisis bentuk

yang dipergunakan adalah analisis morfologi yaitu proses

menganalisis bentuk-bentuk yang terdapat pada masjid

Kaliwulu seperti pada bentuk tiang, bentuk dinding,

bentuk tembok, bentuk mimbar, bentuk umpak, bentuk

serambi, dan bentuk ruang utama. Tahap berikutnya yaitu

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 4: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

analisis perbandingan yang membandingkan Masjid

Kaliwulu dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan melalui komponen-komponen yang

terdapat pada bangunan masjid. Selain itu melihat

inskripsi arab dan juga ornamen-ornamen yang terdapat

pada masjid.

Tahap ketiga yaitu interpretasi. Dalam tahap ini jika

memungkinkan menjawab semua masalah yang terdapat

pada penelitian dan mengetahui secara jelas kapan masjid

Kaliwulu dibangun dan oleh siapa dibangun. Mengetahui

kesamaan- kesamaan yang terdapat pada masjid

Kaliwulu dan masjid Panjunan dan mengetahui sebab

kesamaan yang terjadi pada masjid Kaliwulu dan masjid

Panjunan.

Hasil Penelitian

Nama daerah Kaliwulu merupakan salah satu daerah

hasil penyebaran Islam yang dilakukan oleh Susuhunan

Jati atau Sunan Gunung Jati. Pada saat Sunan Gunung

Jati sedang melakukan penyebaran Islam menuju daerah

Galuh dengan niat untuk mengajak raja Galuh untuk

memeluk agama Islam. Di tengah perjalanan saat

memasuki waktu sholat, Sunan Gunung Jati menyuruh

pengikutnya untuk mencari tempat untuk berwudhu dan

ditemukan sebuah sungai yang akhirnya digunakan

berwudhu oleh Sunan Gunung Jati beserta pengikutnya.

Sejak saat itu daerah itu bernama Kaliwulu dan

berkembang menjadi sebuah desa yang ramai pada

masanya.

Nama Desa Kaliwulu terdiri dari dua suku kata yaitu

“kali” yang memiliki arti air sungai yang digunakan

untuk berwudhu dan kata “wulu” yang berasal dari

bahasa Cirebon memiliki arti bulu. Jadi nama Desa

Kaliwulu memiliki arti tempat mengambil wudhu atau

berwudhu untuk membasuh bagian tubuh yang memiliki

rambut yaitu bagian tangan dan kaki.

Sejarah Masjid Kaliwulu pada jaman dahulu terdapat

sebuah masjid kuno yang ada di daerah Silintang yang

menghilang dalam waktu semalam. Peristiwa masjid

yang menghilang membuat gempar masyarakat pada saat

itu. Masjid tersebut menghilang dan hanya meninggalkan

pondasinya saja yang terbuat dari bata merah yang besar.

Perpindahan masjid yang terjadi membuat masyarakat

kaget dan heran, ditambah masjid tersebuat berpindah

dalam waktu semalam.

Setelah ditelusuri diketahui yang memindahkan masjid

itu seorang ulama kaum sufi yang bernama Syeh

Abdurrahman Syeh Abdurrahman ini memindahkan

masjid ini tentu saja atas izin Allah SWT. Syeh

Abdurrahman memindahkan masjid itu ke Desa Kaliwulu

yang jaraknya kurang lebih 1 km dari tempat asal yaitu

Silintang. Syeh Abdurrahman memindahkan masjid

karena letak masjid yang kurang cocok dan kurang

strategis, tidak terawat dan kotor. Syeh Abdurrahman

merasa kagum dengan arsitektur masjid yang pemilihan

bahan material yang digunakan pada saat itu. Hanya

dengan mengunakan batu merah kemudian hanya disusun

seperti teknik yang digunakan pada candi dan untuk

perekatnya menggunakan putih telur yang digunakan

untuk merekatkan batu merah tersebut dan pendopo yang

mengunakan pilar- pilar meskipun usianya sudah ratusan

tahun masih tetap berdiri kokoh. Karena kekaguman

Syeh Abdurrahman kepada masjid tersebut sehingga

masjid terasa kurang bagus berada didaerah tersebut

sehingga masjid tersebut dipindahkan oleh Syeh

Abdurrahkman ketempat yang lebih bagus dan layak.

Secara administratif Masjid Kaliwulu terletak di Desa

Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, namun

Kecamatan Weru lebih dikenal oleh masyarakat setempat

dengan nama Plered. Hal ini disebabkan pada tahun 2006

Kecamatan Plered dibagi menjadi dua kecamatan, yang

saat ini adalah Kecamatan Weru dan Kecamatan Plered.

Kecamatan Weru terletak di sebelah selatan kecamatan

Plered lama, sedangkan Kecamatan Plered yang baru

terletak di sebelah utara kecamatan Plered lama.

Lokasi Masjid Kaliwulu bagian selatan berbatasan

dengan perumahan penduduk, bagian utara berbatasan

dengan perkebunan dan ladang sawah, bagian timur

berbatasan dengan perkebunan pisang, dan bagian barat

berbetasan dengan jalan umum, pohon beringin, dan

ruamah penduduk. Lingkungan sekitar masjid gersang

tidak terdapat pepohonan yang rindang, hanya terdapat

satu atau dua pohon, salah satunya adalah pohon beringin

yang menurut cerita masyarakat setempat berasal dari

tongkat Syeh Abdurrahkman. Pohon beringin tersebut

terletak di sebelah barat Masjid Kaliwulu. Makam yang

terletak di sekitar pohon beringin terlihat berantakan dan

tidak teratur, kuburannya pun tidak dirawat, hanya di

letakkan begitu saja tanpa adanya pembatas antara jalan

umum dengan kuburan, antara kuburan dengan kuburuan

lain, dan bentuk kuburan yang sudah beraturan.

Adapun pendeskripsian Masjid Kaliwulu secara umum

yang dimulain dari ruang utama bangunan masjid. Ruang

utama Masjid Kaliwulu terletak di bagian depan komplek

masjid. Ruang utama memiliki denah persegi panjang

yang memanjang dari utara selatan yang memiliki luas

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 5: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

11,45 m x 7,26 m x 2,33 m, terbuat dari tumpukan batu

bata merah yang bahannya sama dengan bahan yang

digunakan pada tembok keliling. Pada ruang utama

terdapat mihrab, mimbar, tiang, dan juga atap. Selain itu

terdapat pintu dan jendela yang berjumlah 17 jendela dan

6 pintu yang terletak diseluruh dinding ruang utama.

Dinding pada ruang utama tidak berfungsi sebagai

penyangga atap tetapi berfungsi sebagai pembatas ruang.

Pintu utama ruang utama terletak di sebelah timur ruang

utama yang terdiri dari tiga pintu. ketiga pintu tersebut

merupakan pintu utama yang dipergunakan untuk masuk

kedalam ruang utama. Pintu yang terdapat di tengah

dinding timur ruang utama ukurannya lebih besar

dibandingkan dengan dua pintu lainya. Pintu pada

dinding timur ruang utama seluruhnya terbuat dari kayu.

Pintu yang berada di sisi selatan dan utara memiliki satu

daun pintu sedangkan pintu utama memiliki dua daun

pintu. Pada pintu utama terdapat hiasan di bagian atas

berupa hiasan geometris yang bermotif garis zig-zag

yang membentuk segitiga yang dipahat di atas kayu.

Pintu utama yang terletak di tengah dinding timur ruang

utama memiliki panjang 1,1 m dengan tinggi 1,71 m

adapun dua pintu yang terdapat pada sisi kiri dan kanan

tembok memiliki panjang 48 cm dan tinggi 1,26 m untuk

pintu sisi kiri sedangkan pintu sisi kanan memiliki

panjang 49 cm dan tinggi 1,2 m. Ketiga pintu tersebut

menghubungkan ruangan utama masjid dengan ruangan

serambi. Pada dinding timur ruang utama selain terdapat

pintu terdapat juga hiasan yang berupa keramik tempel

dan juga hiasan kaligarfi arab.

Pada Masjid Kaliwulu terdapat 20 tiang. Pada ruang

utama Masjid Kaliwulu terdapat empat tiang utama yaitu

yang disebut soko guru yang berfungsi sebagai tiang

utama penyangga atap. Tiang saka guru terbuat dari kayu

yang memiliki bentuk bulat panjang seperti tabung.

Keempat saka guru tersebut mempunyai ukuran yang

lebih besar dan lebih tinggi dibandingkan 12 tiang yang

berfungsi sebagai penyangga rangka masjid. Tiang

penyangga rangka yang berjumlah 12 memiliki bentuk

dan bahan yang sama seperti saka guru, tetapi bentuknya

lebih ramping dan lebih pendek. Ukuran saka guru

berdiameter 81 cm, sedangkan tiang penyangga rangka

masjid berdiameter 76 cm. Setiap tiang yang ada pada

ruang utama berdiri di atas umpak.

Umpak merupakan alas tiang yang bisanya terbuat dari

batu alam. Fungsi umpak selain sebagai penyangga tiang

juga sebagai pelindung dari kelembaban tanah dan dari

bahaya gempa. Umpak yang digunakan pada Masjid

Kaliwulu merupakan umpak dari bahan batu dan

berbentuk bulat yang dibawahnya rata tanpa ada hiasan

seperti batu alam asli. Ruang utama masjid memiliki 20

umpak, empat umpak yang digunakan pada tiang

penyangga teras masjid berdiameter 1,27 m, 12 umpak

yang digunakan pada tiang penyangga rangka masjid

berdiameter 1,30 m, dan terakhir 4 umpak yang

digunakan pada saka guru berdiameter 1,53 m.

Selain tiang yang berfungsi sebagai panyangga atap dan

rangka masjid, Masjid Kaliwulu memiliki tiang yang

bercabang tiga dan merupakan salah keunikan dari

bangunan masjid ini. Tiang bercabang tiga tersebut

terletak di sebelah utara mimbar dan diapit oleh dua tiang

penyangga rangka masjid. Material yang digunakan

untuk membuat tiang tersebut adalah kayu yang

berwarna coklat. Diseluruh badan tiang terdapat hiasan

yang berupa sulur-sulur, dedaunan, dan bunga. Selain itu

terdapat plat kayu yang digantung pada tiang tersebut dan

memiliki hiasan berupa tulisan Arab. Tiang bercabang

tiga memiliki panjang 1,86 m dan lebar 1,83 m. Umpak

yang terdapat pada tiang bercabang tiga sama dengan

umpak tiang-tiang yang terdapat pada ruang utama.

Diameter umpak pada tiang bercabang tiga adalah 1,36

m.

Bentuk atap ruang utama Masjid Kaliwulu adalah berupa

atap tajug dan bertingkat dua. Bahan yang digunakan

pada atap ruang utama berupa genteng yang terbuat dari

tanah liat dan berwarna gelap. Pada bagian tingkat atap

terdapat pemisah antara atap bagian bawah dengan atap

bagian atas. Bagian pemisah ini terbuat dari papan kayu

yang berbentuk persegi dimana tiap sisi pemisah

memiliki tiga persegi, sehingga terdapat 12 persegi yang

terbuat dari papan kayu yang digunakan sebagai pemisah.

Pada atap ruang utama terdapat momolo.

Mihrab pada Masjid Kaliwulu terletak di dinding barat

dan berhadapan langsung dengan pintu masuk utama

yang berada di tengah- tengah dinding timur ruang utana.

Pada mihrab Masjid Kaliwulu tidak terdapat relung yang

berfungsi sebagai ventilasi. Mihrab tersebut hanya

berupa ruangan kosong yang dicat putih dan polos tanpa

adanya ventilasi atau lubang angin. Bentuk dari mihrab

yaitu pada bagian depan mihrab berbentuk melengkung

yang diapit oleh pilaster, bagian dalam mihrab atau

denah mihrab berbentuk persegi dengan ketinggian pada

ruangan mihrab semakin ke dalam semakin menurun, dan

ruangan mihrab tidak memiliki hiasan. Ruangan mihrab

memiliki panjang 1,18 m, lebar 1,14 m, tinggi pertama

1,88 m, dan tinggi kedua 1,49 m. Pada ruangan mihrab

hanya terdapat kabel dan pengeras suara dan lampu

gantung pada bagian tengah. Bagian depan mihrab

terdapat mimbar yang berbentuk kursi besar yang terbuat

dari kayu dan memiliki tiga anak tangga. Pada mimbar

terdapat juga tongkat yang terbuat dari besi pada ujung

tongkat sedangkan badan tongkat terbuat dari kayu.

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 6: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Serambi pada Masjid Kaliwulu terdapat tiga serambi

yang terlatak di timur ruang utama dan utara dan selatan.

Serambi pada Masjid Kaliwulu memiliki atap dan tiang

masing-masing pada setiap serambi. Serambi yang

terletak di timur memiliki betuk tersendiri dibandingkan

dengan serambi yang terletak di selatan dan utara.

Serambi yang di timur memiliki ruangan yang dibatasi

oleh tembok dan memiliki jendela dan pintu. Sedangkan

serambi yang terletak di selatan dan utara tidak dibatasi

tembok dan tidak memiliki jendela dan pintu. Bentuk

tiang pada serambi yang terletak di timur berbentuk bulat

dan tidak menyangga atap sedangkan tiang serambi yang

berada di selatan dan utara berbentuk persegi dan

memiliki umpak dan berfungsi sebagai penyangga atap. Bagian atap serambi merupakan satu-satunya bagian

yang memiliki kesamaan karena memiliki jenis atap tajuk

dan momolo pada puncak masing-masing serambi

Keunikan lain dari Masjid Kaliwulu yaitu memiliki

ruangan pawestren yang khusus. Ruangan pawestren ini

berdiri sendiri tidak menyatu dengan ruang utama,

memiliki atap sendiri yang tidak menyatu dengan ruang

utama, memiliki pintu dan jendela, memiliki tiang, dan

atap. Tiang pada ruang pawestren memiliki fungsi yang

sama dengan tiang pada ruang utama yaitu berfungsi

sebagai penyangga atap jadi dinding hanya berfungsi

sebagai pembatas ruangan. Atap pada ruang pawestren

memiliki jenis atap masjidan yang tidak bertingkat dan

pada puncak atap terdapat momolo. Ruang pawestren

pada masjid Kaliwulu bisa dibilang hampir seperti

langgar atau mushola yang terdapat pada desa-desa kecil

pada umumnya.

Bangunan Masjid Kaliwulu dikelilingi oleh tembok yang

terbuat dari batu bata merah. Tembok tersebut berbentuk

persegi panjang dan mengelilingi masjid. Tembok

keliling diletakkan dengan cara ditempelkan tanpa

mengunakan bahan perakat mengunakan sistim gosok

untuk merekatnya, oleh karena itu batu bata pada tembok

bisa terlepas dengan mudah. Pada dinding tembok

keliling Masjid Kaliwulu terdapat hiasan geometris.

Hiasan tersebut berbentuk seperti atap dan terdapat pula

hiasan candi laras. Kedua jenis hiasan tersebut disusun

dari batu bata merah yang bahannya sama dengan bahan

yang digunakan pada tembok keliling. Hiasan geometris

yang berbentuk seperti atap disusun dengan melebar pada

bagian bawah dan semakin mengecil di bagian atasnya.

Hiasan geometris yang berbentuk candi laras disusun

berbentuk persegi pada bagian bawah kemudian pada

bagain atasnya terdapat tiga bagian, yaitu bagian bawah,

bagian tengah, dan bagian atas. Pada bagian bawah

disusun mengecil semakin ke atas semakin melebar

hingga ke bagian tengah yang berbentuk persegi

kemudian ke bagian atas disusun melebar pada bagian

bawah lalu mengecil pada bagian atasnya. Hiasan candi

laras berjumlah 10 hiasan.

Di ujung tembok yang mengelilingi masjid terdapat dua

buah pintu gerbang yang berjenis gapura paduraksa.

Pada hari biasa hanya satu pintu yang dibuka yaitu pintu

sebelah utara, namun pada saat sholat Jum’at dan sholat

Hari Raya kedua pintu dibuka secara bersamaan. Pintu

gerbang pada tembok keliling Masjid Kaliwulu memiliki

panjang 1,6 m dengan lebar 1,32 m, sedangkan daun

pintunya memiliki panjang 1,5 m dengan lebar 60 cm

untuk satu daun pintu dan ukuran masing-masing daun

pintu memiliki ukuran yang sama dan pintu memiliki

bentuk persegi panjang.

Gambar Denah Masjid Kaliwulu

Keterangan:

1. Ruang Utama 6. Tempat Wudhu

2. Ruang Pawestren 7. Makam

3. Serambi 1 8. Tembok Keliling

4. Serambi 2 Mihrab Sumur

5. Serambi 3 Bedug Kentongan

Foto Masjid Kaliwulu

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 7: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Analisis terhadap unsur-unsur bangunan Masjid

Kaliwulu yang dibandingkan dengan Masjid Agung Sang

Cipta Rasa dan Masjid Panjunan yaitu denah dan pondasi

masjid, mihrab masjid, mimbar masjid, tiang dan umpak

masjid, atap dan momolo masjid, pawestren masjid,

serambi masjid, dan yang terakhir tembok keliling pada

masjid.

Dilihat dari bentuk denah dan pondasi Masjid Kaliwulu

memiliki bentuk denah persegi panjang yang memanjang

ke arah utara-selatan serta memiliki pondasi masif,

kemudian dibandingkan Masjid Agung Sang Cipta yang

memiliki denah persegi panjang yang memanjang dari

utara-selatan dengan pondasi masif (Wulan, 1987).

Masjid Panjunan memiliki bentuk denah persegi empat

atau bujur sangkar dengan pondasi masif (Brakel, 1982:

122). Dapat dilihat dari bentuk denah Masjid Kaliwulu

memiliki kesamaan dengan Masjid Agung Sang Cipta

Rasa yaitu memiliki denah berbentuk persegi panjang

yang memanjang ke arah utara-selatan, tetapi memiliki

luas yang berbeda karena Masjid Agung Sang Cipta Rasa

memiliki luas denah yang lebih luas dibandingkan luas

denah Masjid Kaliwulu. Sedangkan denah Masjid

Panjunan berbentuk persegi berbeda dengan denah

Masjid Kaliwulu yang berbntuk persegi panjang, dilihat

dari luasnya Masjid Panjunan masih lebih luas dari

Masjid Kaliwulu. Hal ini disebabkan karena Masjid

Kaliwulu merupakan masjid desa yang memiliki jumlah

umat lebih sedikit dibandingkan dengan Masjid Panjunan

yang merupakan masjid kota yang memiliki jumlah umat

yang lebih banyak.

Secara keseluruhan luas denah Masjid Kaliwulu

memiliki ukuran denah yang paling kecil dibandingkan

dengan kedua bangunan masjid pembandingnya. Dilihat

dari pondasi Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan dengan

pondasi Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan yaitu memiliki pondasi masif. Tetapi ketiga

masjid tersebut tidak dapat dilihat lagi pondasinya. Pada

umumnya bangunan masjid di Jawa dibangun di atas

pondasi yang masif dan pejal yang ditafsirkan sebagai

wujud survival unsur bangunan pra islam yaitu batur

bangunan candi sedangkan bangunan masjid di

Kalimantan dan Sulawesi di bangun menggunakan

pondasi kolong (Haris, 2010: 295). Jika dilihat pada

denah, denah Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan

dengan denah Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang

berbentuk persegi panjang yang memanjang ke arah utara

dan selatan sedangkan dalam pada pondasi ketiga masjid

memiliki pondasi yang sama yaitu pondasi masif.

Mihrab pada Masjid Kaliwulu memiliki bentuk ruang

persegi sehingga atapnya miring, bagian depan mihrab

membentuk relung yang diapit oleh pilaster yang hampir

sama dengan mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan tetapi memiliki jenis hiasan motif yang

berbeda. Bentuk mihrab Masjid Agung Sang Cipta

berbentuk setengah kapsul, Masjid Panjunan berbentuk

kubah tong, dan Masjid Kaliwulu berbentuk persegi,

mihrab Masjid Kaliwulu memiliki bentuk yang hampir

sama dengan mihrab Masjid Panjunan karena bentuk

mihrab Masjid Kaliwulu berbentuk persegi hampir mirip

dengan bentuk kubah tong bentuk mihrab Masjid

Panjunan, meskipun bagian atap mihrab Masjid Kaliwulu

tidak melengkung. Sedangkan motif hias mihrab Masjid

Kaliwulu jelas berbeda dengan kedua bangunan masjid

karena pada mihrab Masjid Kaliwulu tidak memiliki

motif hias sedangkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

memiliki motif hias tumbuhan yang membentuk sulur-

suluran, motif hias bunga yang belum mekar dan bunga

matahari, dan motif hias bara api. Sedangkan Masjid

Panjunan memiliki hiasain motif bunga teratai pada

bagian ujung pilaster. Kesamaan mihrab ketiga masjid

terletak pada letak mihrab yang diapit oleh pilaster.

Berdasarkan hasil analisis bentuk mihrab Masjid

Kaliwulu memiliki kesamaan dengan bentuk mihrab

Masjid Panjunan meskipun mihrab Masjid Panjunan

memiliki hiasan dan atapnya melengkung tidak seperti

atap mihrab Masjid Kaliwulu yang datar dan menurun.

Mimbar pada Masjid Kaliwulu terbuat dari kayu yang

letaknya di sebelah kanan mihrab. Bentuk lengan pada

mimbar berbentuk melengkung tetapi tidak memiliki

hiasan dedaunan atau seroja dan bagian kaki depan

mimbar lebih panjang dari kaki belakang mimbar sesuai

dengan ciri-ciri yang dikemukan oleh Hasan M Amabry.

Pada mimbar terdapat hiasan yang berupa gambar

tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan. Mimbar Masjid

Kaliwulu juga memiliki tongkat yang terbuat dari kayu,

pada ujung atas tongkat meruncing, dan bagian bawah

tongkat terbuat dari kayu yang dilapisi besi dan memiliki

tiga anak tangga sesuai dengan pendapat yang

disampaikan oleh Pijper. Hiasan yang terdapat pada

mimbar Masjid Kaliwulu memiliki motif yaitu motif

ragam hias tumbuhan Cirebon yang di dalam terdapat

sulur-suluran, daun-daunan, dan bunga melati yang

terdapat pada bagian punggung, bagian kaki, dan bagian

atap mimbar (Toekio, 2000).

Mimbar pada Masjid Kaliwulu memiliki bahan yang

sama dengan mimbar Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan, ketiganya memiliki model dan bentuk

yang sama yaitu berbentuk persegi panjang dengan

model kursi, memiliki tiga anak tangga, memiliki model

atap yang sama, dan terletak di bagian kanan mihrab.

Perbedaan ketiga mimbar hanya terlihat pada hiasan yang

terdapat pada mimbar. Mimbar Masjid Agung Sang Cipta

Rasa memiliki hiasan yang lebih detail dan banyak

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 8: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

dibandingkan dengan mimbar pada Masjid Kaliwulu dan

Panjunan, hal ini disebabkan karena mimbar Masjid

Agung Sang Cipta Rasa merupakan mimbar masjid

kerajaan dan sebagai penanda kalau mimbar dengan

banyak hiasan dan detail merupakan masjid kerajaan,

namun jika dilihat dari jenis motif hiasnya Masjid

Kaliwulu dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan memiliki jenis hiasan yang sama yaitu

berbetuk hiasan sulur-suluran, tumbuhan, dan bunga

(Toekio, 2000). Berdasarkan analisis mimbar Masjid

Kaliwulu memiliki gaya yang sama dengan dua

bangunan masjid pembanding yaitu mimbar Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, meskipun

hiasan pada mimbar Masjid Agung Sang Cipta Rasa

lebih banyak dan lebih detail dibandingkan mimbar

Masjid Kaliwulu.

Tiang dan umpak pada bangunan Masjid Kaliwulu

memiliki bentuk yang sama dengan bentuk tiang dan

umpak pada Masjid Panjunan dan Masjid Agung Sang

Cipta Rasa. Bentuk tiang pada Masjid Kaliwulu

berbentuk bulat memanjang seperti tabung sama dengan

bentuk tiang pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan. Sedangkan bentuk umpak pada Masjid

Kaliwulu berbetuk bulat melingkari tiang seperti melon

sama dengan bentuk umpak pada Masjid Agung Sang

Cipta Rasa dan Masjid Panjunan (Brakel, 1982: 126).

Tiang pada ruang utama Masjid Kaliwulu memiliki gaya

yang sama dengan tiang Masjid Agung Sang Cipta Rasa

dan Masjid Panjunan terlihat dari pemasangan soko guru

dan tiang Masjid Kaliwulu meliputi tiga sistem peletakan

yaitu tiang soko guru berhubungan dengan kerangka atap

(Ambary, 1998:196). Selain itu Masjid Kaliwulu juga

memiliki tiang yang bercabang tiga yang berbentuk

seperti “trisula”. Tiang ini terletak di sebelah utara dekat

mimbar dan tiang berdiri di atas umpak sama dengan

tiang utama dan tiang pendamping. Tiang bercabang tiga

memiliki hiasan berjenis sulur-suluran, bermotif hias

pajajaran, bermotif daun-daun, dan memiliki hiasan

berupa kaligrafi yang yang digantungkan dengan seutas

tali yang bertuliskan “bismillah hirroman nirrohim”

(Toekoi, 2000). Tiang bercabang tiga ini salah satu

keunikan yang ada di Masjid Kaliwulu.

Atap pada Masjid Kaliwulu memiliki bentuk atap tajug

dan bertingkat. Jenis tajug pada atap Masjid Kaliwulu

yaitu Tajug Lawakan Lambang Teplok dan bertingkat

dua. Tajug Lawakan Lambang Teplok merupakan atap

tajug yang dimana brujung secara langsung disanggah

oleh tiang utama, tajug ini lebih memungkingkan dibuat

dalam ukuran besar (Hamzuri, 1985: 46). Bentuk atap

Masjid Agung Sang Cipta Rasa berbentuk limasan dan

bertingkat tiga (Wulan, 1982). Bentuk atap Masjid

Panjunan berbentuk tajug dan bertingkat dua. Bedasarkan

data diatas didapatkan bahwa Masjid Kaliwulu memiliki

jenis atap dan jumlah tingkatan atap yang sama dengan

atap Masjid Panjunan sedangkan Masjid Agung Sang

Cipta Rasa memiliki jenis dan tingkatan atap yang

berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena luasnya

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan sebagai simbol

masjid kerajaan yang ditunjukan oleh tingkatan atap.

Pada atap Masjid Kaliwulu dan atap Masjid Panjunan

pada bagian puncak terdapat sebuah hiasan yang disebut

momolo. Bentuk momolo Masjid Kaliwulu dengan

Bentuk momolo Masjid Panjunan memiliki bentuk yang

sama tetapi terbuat dari bahan yang berbeda, yaitu

momolo Masjid Panjunan terbuat dari perunggu

sedangkan momolo Masjid Kaliwulu memiliki bentuk

yang beragam dari bagian atas hingga bawah momolo

tetapi bagian atas momolo berbentuk bunga teratai dan

terbuat dari tanah bakar. Hasil analisis ini dapat

disimpulkan bahwa bentuk momolo Masjid Kaliwulu

mengikuti gaya momolo pada Masjid Panjunan. sedangkan pada Masjid agung Sang Cipta Rasa tidak

memiliki momolo karena pada tahun 1549 atap Masjid

Agung Sang Cipta Rasa mengalami kebakaran sehingga

atap awal masjid yang berjenis tajuk berubah menjadi

atap limasan dan momolo pun menghilang sehingga saat

ini atap Masjid Agung Sang Cipta Rasa tidak memiliki

momolo.

Masjid Kaliwulu memiliki bentuk dan gaya pawestren

yang berbeda dengan pawestren yang terdapat pada

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan juga pada Masjid

Panjunan. perbedaan bentuk dan gaya pawestren Masjid

Kaliwulu merupakan salah satu keunikan yang dimiliki

oleh Masjid Kaliwulu. Bedasarkan hasil analisis bisa

dikatakan ruang pawestren Masjid Kaliwulu memiliki

gaya bangunan yang sama dengan gaya bangunan ruang

utama. mungkin ruang pawestren ini lebih cocok disebut

surau atau langgar sesuai dengan bentuk atapnya menurut

Hamzuri, bentuk atap masjidan lawakan merupakan atap

yang dipergunakan pada langgar atau surau.

Jika dibandingkan dengan pawestren yang ada pada

Masjid Agung Sang Cipta Rasa pawestren terletak di

serambi selatan yang dibatasi oleh dinding selatan ruang

utama sehingga hanya membatasi ruang utama dengan

serambi saja sedangkan batas dengan serambi lain

dibatasi oleh papan kayu dan selembar kain sedangkan

pawestren Masjid Panjunan berdasarkan denah masjid

yang digambarkan Brakel posisi pawestren terletak

disebelah selatan ruangan utama dan dibatasi oleh

tembok masif dan memiliki dua pintu yang

menghubungkan ruang pawestren dengan gudang dan

ruang utama tetapi masih satu atap dengan ruang utama.

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 9: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Dapat disimpulkan bahwa ruang pawestren pada Masjid

Kaliwulu memiliki gaya bangunan tersendiri yang lebih

seperti bangunan surau atau langgar berbeda dengan gaya

bangunan pawestren yang terdapat pada Masjid Agung

Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan yang terlihat

menyatu dengan ruang utama dan tampak sederhana

meskipun ruang pawestren Masjid Panjunan sama-sama

dibatasi oleh tembok masif dan memiliki pintu

penghubung.

Serambi Masjid Kaliwulu terdapat tiga serambi yang

berjenis serambi terbuka dan tertutup. Serambi terbuka

terletak di sebelah utara dan selatan serambi tertutup,

sedangkan serambi tertutup terletak di sebelah timur

ruang utama. Serambi yang berjenis terbuka memiliki

tiang yang berfungsi sebagai penyangga atap. Bentuk

tiang pada serambi terbuka berbentuk persegi dan

umpaknya berbentuk seperti piramid terpancung. Atap

pada serambi terbuka memiliki jenis atap tajuk dan

memiliki momolo. Sedangkan serambi yang tertutup

dikelilingi oleh tembok yang sebagai pembatas dan

terdapat jendela dan pintu sebagai penghubung. Pada

serambi tertutup terdapat tiang tetapi tiang tidak

berfungsi sebagai penyangga atap dan bentuk tiang bulat

dan tidak memiliki umpak. Atap pada serambi tertutup

berjenis atap tajuk dengan momolo pada bagian

puncaknya. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa letak

serambi Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan dengan

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan

yang terletak disebelah timur, selatan, dan utara ruang

utama. Jenis serambi pada Masjid Kaliwulu memiliki

kesamaan dengan jenis serambi pada Masjid Agung Sang

Cipta Rasa dan Masjid Panjunan. Serambi yang terletak

pada bagian selatan dan utara Masjid Kaliwulu memiliki

jenis serambi terbuka seperti serambi Masjid Agung

Sang Cipta Rasa, sedangkan serambi yang terletak di

bagian timur Masjid Kaliwulu memiliki jenis tertutup

sama dengan jenis serambi pada Masjid Panjunan tetapi

bedanya serambi Masjid Kaliwulu dibatasi oleh tembok

yang terdapat jendela dan pintu sedangkan serambi

Masjid Panjunan dibatasi oleh tembok yang dihiasi oleh

keramik tempel.

Bentuk tiang serambi Masjid Kaliwulu memiliki

kesamaan dengan tiang serambi Masjid Panjunan

sedangkan dengan tiang serambi Masjid Agung Sang

Cipta Rasa memiliki kesamaan pada bagian serambi

bagian paling timur dekat pintu gerbang. Sedangkan

bentuk atap serambi Masjid Kaliwulu berbeda dengan

bentuk atap serambi kedua masjid. Serambi Masjid

Kaliwulu berbentuk tajug yang bertingkat sedangkan

bentuk atap serambi Masjid Panjunan dan Masjid Agung

Sang Cipta berbentuk limasan dan hanya serambi Masjid

Kaliwulu saja yang atap serambinya memiliki momolo.

Bedasarkan hasil analisis ini serambi Masjid Kaliwulu

tidak mengikuti gaya bangunan serambi Masjid Agung

Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan karena banyaknya

perbedaan antara ketiga serambi masjid.

Masjid Kaliwulu memiliki tembok keliling yang

mengelilingi masjid. Tembok tidak terlalu tinggi yang

terbuat dari batu bata merah. Pada tembok keliling

terdapat pintu gerbang yang berbentuk gapura paduraksa

dan memiliki hiasan candi laras. Tembok keliling Masjid

Kaliwulu sesuai dengan gaya seni bangunan Hindu yang

telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya karena

memiliki gapura paduraksa dan memiliki hiasan candi

laras.

Tembok keliling Masjid Kaliwulu memiliki persamaan

dengan tembok keliling Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Persamaan terlihat pada pintu gerbang tembok keliling

yang berjenis gapura paduraksa dan terlihat pada bentuk

hiasan candi laras memiliki bentuk yang hampir sama,

tetapi pada tembok keliling Masjid Agung Sang Cipta

Rasa memiliki hiasan karawang atau hiasan timbul

sedangkan tembok Masjid Kaliwulu tidak memiliki

hiasan. Sedangkan tembok keliling Masjid Panjunan

memiliki gapura candi bentar, tembok keliling memiliki

hiasan kerawang, dan bentuk candi laras yang berbeda

dengan bentuk candi lara tembok keliling Masjid

Kaliwulu dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Bedasarkan hasil perbandingan tembok Masjid Kaliwulu

memiliki gaya bangunan tembok yang sama dengan gaya

bangunan tembok Masjd Agung Sang Cipta Rasa.

Dari hasil analisis bangunan masjid dan juga

perbandingan bangunan masjid didapatkan beberapa data

mengenai Masjid Kaliwulu, Masjid Agung Sang Cipta

Rasa, dan Masjid Panjunan sebagai data perbandingan

yaitu:

1. Denah Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan bentuk

dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yaitu

berbentuk persegi panjang yang memanjang ke arah

utara selatan dengan ukuran denah Masjid Kaliwulu

11,45 x 7,26 M dan ukuran denah Masjid Agung

Sang Cipta Rasa 17,8 x 13,3 M. Sedangkan dengan

Masjid Panjunan berbeda karena Masjid Panjunan

memiliki bentuk persegi empat dengan ukuran denah

9 x 9 M.

2. Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan pondasi dengan

pondasi Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan yaitu pondasi masif.

3. Ruang utama Masjid Kaliwulu secara umum

memiliki kesamaan dengan ruang utama Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan yang

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 10: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

memiliki mihrab, mimbar, tiang, umpak, pintu

masuk, dan atap.

4. Dinding timur ruang utama Masjid Kaliwulu

memiliki kesamaan dengan dinding timur ruang

utama Masjid Panjunan, tetapi terdapat perbedaan

pada hiasan geometris dan hiasan keramik tempel.

Sedangkan dengan dinding timur Masjid Agung

Sang Cipta Rasa tidak memiliki kesamaan.

5. Dinding barat, selatan, dan utara ruang utama Masjid

Kaliwulu tidak memiliki kesamaan dengan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Panjunan.

6. Lantai pada Masjid Kaliwulu berbeda dengan lantai

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan. Pada Masjid Kaliwulu lantai sudah diganti

dengan lantai keramik sedangkan lantai pada Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan masih

menggunakan lantai terakota.

7. Pintu masuk ruang utama ketiga masjid yaitu Masjid

Kaliwulu, Masjid Panjunan, dan Masjid Agung Sang

Cipta Rasa memiliki bentuk bentuk yang berbeda-

beda.

8. Masjid Kaliwulu memiliki jendela dan tidak

memiliki lubang angin sedangkan Masjid Agung

Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan memiliki

lubang angina dan tidak memiliki jendela.

9. Mihrab pada Masjid Kaliwulu memiliki bentuk yang

sama dengan mihrab Masjid Panjunan. Sedangkan

dengan mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa

memiliki bentuk yang berbeda.

10. Mimbar pada Masjid Kaliwulu memiliki bentuk dan

hiasan yang sama yaitu hiasan berupa sulur-suluran,

hiasan tumbuhan, dan hiasan bunga dengan mimbar

pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan.

11. Bentuk tiang dan umpak Masjid Kaliwulu memiliki

kesamaan dengan bentuk tiang dan umpak pada

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid

Panjunan.

12. Pada Masjid Kaliwulu terdapat tiang bercabang tiga

yang terletak di ruang utama sebelah mimbar. Tiang

bercabang tiga ini pada masjid kuno di Cirebon yaitu

Masjid Panjunan dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

tidak terdapat tiang bercabang tiga. Tiang bercabang

tiga yang dimiliki oleh Masjid Kaliwulu juga

dimiliki oleh Keraton Kesepuhan yang terletak pada

ruang pengajian kraton yaitu Langgar Alit, tetapi

jumlah cabang yan dimiliki tiang di ruang langgar

alit berjumlah lima yang melambangkan rukun

Islam. Jenis dan bentuk tiang yang bercabang yang

terdapat pada Masjid Kaliwulu dan Kraton

Kesepuhan tidak memiliki kesamaan. Tiang

bercabang ini memiliki bentuk dan hiasan tersendiri.

13. Atap Masjid Kaliwulu memiliki jenis yang sama

dengan jenis atap Masjid Panjunan, sedangkan

dengan atap Masjid Agung Sang Cipta Rasa

memiliki jenis yang berbeda. Masjid Kaliwulu dan

Masjid Panjunan pada ujung atapnya memiliki

momolo.

14. Pawestren pada Masjid Kaliwulu memiliki gaya

bangunan tersendiri berbeda dengan pawestren yang

terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan.

15. Masjid Kaliwulu memiliki tiga serambi yaitu;

serambi timur, serambi utara, dan serambi selatan.

Serambi utara dan selatan memiliki jenis serambi

dan jenis tiang yang sama dengan serambi Masjid

Agung Sang Cipta Rasa. Sedangkan serambi timur

berbeda dengan serambi Masjid Agung Sang Cipta

Rasa dan Masjid Panjunan, tetapi memiliki jenis

serambi yang sama dengan jenis serambi Masjid

Panjunan.

16. Tembok keliling pada Masjid Kaliwulu memiliki

gaya tembok dan hiasan yang sama dengan gaya

tembok keliling pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

dan Masjid Panjunan. Tetapi gapura Masjid

Kaliwulu memiliki bentuk yang berbeda dengan

bentuk gapura pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

dan juga Masjid Panjunan.

17. Tempat wudhu pada Masjid Kaliwulu pada masa

lalu memiliki kesamaan dengan tempat wudhu

Masjid Panjunan yang menggunakan sumur

sedangkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa

menggunakan kolam atau bejana untuk mengambil

air wudhu, sedangkan sekarang ketiga masjid

menggunakan keran air untuk berwudhu.

18. Hanya Masjid Kaliwulu yang memiliki makam

khusus yang terletak didalam lingkungan masjid.

Sedangkan pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

hanya terdapat makam umum dan pada Masjid

Panjunan terdapat makam, tetapi makam pada

Masjid Panjunan masih meragukan dan masih

menjadi teka- teki para ahli. Berdasarkan pion-poin diatas perbandingan antara

Masjid Kaliwulu dengan Masjid Agung Sang Cipta

Rasa dan Masjid Panjunan maka dapat dilihat lebih

jelas pada tabel berikut.

Tabel Perbandingan Masjid Kaliwulu dengan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan.

Kompo-

nen

Masjid

Masjid

Masjid

Kaliwulu

Masjid

Agung

Sang Cipta

Masjid

Panjunan

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 11: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Rasa

Denah Persegi

Panjang

Persegi

Panjang

Persegi

Pondasi Padat

Masif

Padat

Masif

Padat

Masif

Ruang

Utama

Bentuk Persegi

Panjang

Persegi

Panjang

Persegi

Bahan Batu Bata Batu Bata Batu Bata

Fungsi Sebagai

Pembatas

antar

Ruang

Sebagai

Pembatas

antar

Ruang

Sebagai

Pembatas

antar

Ruang

Pintu 6 9 2

Jendela Jendela Lubang

Angin

Lubang

Angin

Mihrab

Bentuk Persegi

dengan

Atap

menurun

Setengah

Kapsul

Kubah

Tong

Ukuran 1,18 x 1,14

m

1,35 m x 98

cm

8,48 x 8,48

m

Hiasan Tidak Ada Ada Ada

Mimbar

Bentuk Kursi Besar Kursi Besar Kursi Besar

Bahan Kayu Kayu Kayu

Hiasan sulur-

suluran,

bunga,

tumbuha

cirebon

rantai,

bunga

melati,

sulur-

suluran

sulur-

suluran,

bunga,

tumbuhan

Tiang

Bahan Kayu Kayu Jati Kayu Jati

Bentuk Bulat

Memanjang

Bulat

Memanjang

Bulat

Memanjang

Umpak Batu Kali Semen Semen

Jumlah 20 30 18

Atap

Bentuk Tajuk Limasan Tajuk

Tingkat 2 3 2

Momolo Ada Tidak Ada Ada

Pawestren

Keletakan Sebelah

Selatan

Ruang

Utama

Sebelah

Selatan

Ruang

Utama

Sebelah

Selatan

Ruang

Utama

Denah Persegi

Panjang

Persegi

Panjang

Persegi

Panjang

Pintu 3 Tidak Ada 2

Jendela 17 Tidak Ada Tidak Ada

Atap Masjidan Limasan Tajuk

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 12: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Tiang 8 4 Tidak Ada

Jenis Bangunan

Permanent

Bangunan

Tidak

Permanent

Bangunan

Permanent

Serambi

Jenis Terbuka

dan

Tertutup

Terbuka Tertutup

Pintu 3 Tidak Ada Tidak Ada

Jendela 12 Tidak Ada Tidak Ada

Tiang 38 > 50 6

Atap Tajuk Limasan Tajuk

Tembok

Keliling

Gapura Padureksa Padureksa Candi

Bentar

Pintu 2 6 1

Candi

Laras

Ada Ada Ada

Hiasan Tidak Ada Hiasan

Karawang

Hiasan

Karawang

Makam Makam

Khusus

Makam

Umum

Tidak Ada

Makam

Tempat

Wudhu

Sumur Kolam Sumur

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil dari

analisis perbandingan Masjid Kaliwulu dengan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan bahwa

gaya bangunan Masjid Kaliwulu memiliki kesamaan

gaya bangunan dengan kedua bangunan masjid tersebut.

Berdasarkan banyaknya kesamaan gaya bangunan yang

terdapat pada Masjid Kaliwulu dengan Masjid Agung

Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan. Jika dilihat lebih

detail Masjid Kaliwulu lebih mirip dengan Masjid

Panjunan, hal ini terlihat dari kesamaan bentuk mihrab,

gaya pintu utama, gaya dinding bagian timur ruang

utama, dan memiliki jenis atap yang sama yaitu berjenis

atap tajuk yang memiliki momolo diatas. Hal ini

disebabkan karena jumlah jemaah yang tidak

mengharuskan kedua bangunan masjid berukuran besar

dan megah. Walaupun Masjid Panjunan berada dalam

lingkup keraton tetapi letaknya yang cukup jauh dari

keraton yang membuat Masjid Panjunan tidak harus

dibangunan megah layaknya bangunan masjid yang

posisinya lebih dekat dengan keraton.

Sedangkan Masjid Kaliwulu dengan Masjid Agung

Agung Sang Cipta Rasa memiliki lebih banyak

perbedaan dari pada persamaan terhadap gaya bangunan.

Perbedaan yang terlihat jelas yaitu luas bangunan dan

juga kemegahan bangunan Masjid Agung Sang Cipta

Rasa sedangkan pada Masjid Kaliwulu faktor-faktor

tersebut terlihat lebih sederhana. Perbedaan ini

disebabkan karena letak Masjid Agung Sang Cipta Rasa

yang berada tepat disebelah keraton. Berdasarkan

letaknya Masjid Agung Sang Cipta Rasa dapat

diasumsikan bahwa jemaah yang menggunakan

bangunan masjid ini merupaka warga sekitar keraton dan

penghuni keraton dengan begitu pengaruh keraton sangat

kuat dan dibutuhkan luas bangunan masjid yang besar

terhadap Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Walaupun

banyak perbedaan antara Masjid Kaliwulu dengan Masjid

Agung Sang Cipta Rasa tetapi pesamaan kedua masjid

juga terdapat seperti denah, pondasi, tembok keliling,

hiasan berupa candi laras, pola ruang utama, bentuk

tiang, dan dinding pada ruang utama tidak berfungsi

sebagai penyangga atap tetapi berfungsi sebagai

pembatas ruang. Persamaan ini menunjukan bahwa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa sebagai masjid keraton

dijadikan panutan dalam pembangunan masjid bagi

masjid-masjid lain termasuk Masjid Kaliwulu yang

letaknya di luar lingkup keraton.

Adanya perbedaan dan persamaan antara Masjid

Kaliwulu dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan

Masjid Panjunan menunjukan bahwa secara umum gaya

bangunan masjid –masjid tersebut baik yamg berada di

lingkup keraton maupun di luar lingkup keraton memiliki

gaya bangunan yang hampir sama. Persamaan

disebabkan bangunan masjid, dalam hal ini Masjid

Agung Sang Cipta Rasa yang bereda di lingkup keraton

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 13: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

dijadikan panutan dan tolak ukur dalam pembangunan

bangunan masjid baik di dalam maupun di luar linkup

keraton. Hal-hal yang sering diikuti dan dijadika patokan

dalam pembuatan masid yaitu denah, pondasi, atap,

mihrab, mimbar, dan juga tembok keliling yang

merupakan unsur pokok pada bangunan masjid.

Perbedaan yang terlihat jelas antara masjid di luar dan di

dalam keraton terlihat pada luas dan megahnya bangunan

masjid tersebut yang sangat dipengaruhi oleh fungsi dan

daya tampung dari masjid itu sendiri. Selain itu untuk

menandakan bangunan masjid itu merupakan masjid

keraton, bangunan masjid keraton harus lebih bagus dan

megah dibandingkan dengan masjid yang berada di luar

lingkup keraton. Pada Masjid Kaliwulu terlihat jelas jika

dibandingkan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin jauh

letak sebuah masjid dari keraton maka semakin sedikit

pengaruh keraton yang terdapat pada gaya bangunan

masjid, walaupun baik masjid yang berada di dalam

maupun di luar lingkup keraton sama-sama memiliki

kesamaan gaya bangunan secara umum karena masjid di

luar lingkup keraton mengikuti gaya bangunan masjid

yang berada di dalam lingkup keraton sebagai identitas

atau kebudayaan daerah masjid tersebut.

Penentuan penanggalan kronologi relatif berdasarkan

hasil perbandingan gaya bangunan antara Masjid

Kaliwulu dan Masjid Panjunan didapatkan bahwa Masjid

Kaliwulu dibangun pada masa periode yang sama dengan

Masjid Panjunan yaitu sekitar abad ke- 16-18M.

Meskipun, menurut sejarah setempat yang dinyatakan

bahwa bangun Masjid Kaliwulu sudah berdiri pada tahun

1498. Bangunan masjid yang dibangunan pada tahun

1498 ini dibangun oleh anak dari Sultan Panjunan yaitu

Syeh Abdurrakhan yang makamnya terdapat di sebelah

timur Masjid Kaliwulu. Kaligrafi arab yang terdapat pada

bangunan masjid tidak dapat diasosiasikan sebagai tolak

ukur untuk menentuk periode pembangunan Masjid

Kaliwulu. Meskipun dalam kaligrafi tersebut terdapat

tanggal, bulan, dan tahun, tetapi diduga bukan tanggal

pembangunan masjid melainkan tanggal pemugaran

bangunan Masjid Kaliwulu untuk pertama kalinya.

Ornamen yang berupa keramik tempel terdapat pada

Masjid Kaliwulu diduga ditempel beberapa abad setalah

bangunan masjid didirikan yaitu sekitar abad ke 19.

Daftar Acuan

Adhyatman, Sumarah. (1981). Keramik Kuna yang

Ditemukan di Indonesia, Berbagai Penggunaan

dan Tempat Asal. Jakarta .Himpunan Keramik

Indonesia.

Ambary. Hasan Muarif. (1998). Menemukan Peradapan

Arkeologi dan Islam Indonesia. Jakarta . Pusat

Penelitian Arkeologi Nasional.

___________________. (1987) Pengamatan Beberapa

Konsep Estetis dan Simbolis Pada Bangunan

Sakral dan Sekuler Masa Islam dalam Diskusi

Ilmiah Arkeologi II. Jakarta . Ikatan Ahli

Arkeologi Indonesia.

Abue bakar. (1955). Sedjarah Masdjid dan Amal Ibadah

dalamnja. Banjarmasin. Toko Buku Adil.

Atja. (1986). Carita Purwaka Caruban Nagari cetakan

kedua. Cirebon. Proyek Pengembangan

Permuseuman Jawa Barat.

Brakel, L.F. (1982). “Note On Panjunan Mosque In

Cirebon” Archipel 23: 119-134.

Deetz, James. (1967). Invitation to Archaeology. The

Natural History Press. New York

Hakim, Abdul. (2011). Alkulturasi Budaya pada

Bangunan Masjid Tua Cirebon. Bayt al-Quran dan

Museum Istiqlal. Jakarta.

H.J Graaf dan TH. G. TH. Pigeaud. (1989). Kerajaan-

Kerajaan Islam Di Jawa. Jakarta. PT Temprint.

Cetakan ke- 3

Fanani, Ir, Achmad. (2009). Arsitektur Masjid.

Yogyakarta. Bentang.

Gazalba. Sidi. (1962). Mesdjid Pusat Ibadat dan

Kebudayaan Islam. Jakarta. Pustaka. Cetakan ke-

2.

Hamzuri. (1985). Seri Rumah: Rumah Tradisional Jawa.

Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hardjasaputra. Sobana dan Tawalinuddin Haris (edt).

(2011). Cirebon Dalam Lima Zaman (Abad ke 15

Hingga Pertengahan Abad 20). Bandung. Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan.

Haris, Tawalinuddin. (2010). Masjid-Masjid di Dunia

Melayu Nusantara dalam Suhuf Vol 3. Jakarta.

Badan Litbang dan Diklat Kementrian RI.

Kosim E, Drs Ahmad Mansur, dkk. (1974). Sejarah

Masuk Dan Berkembangnya Agama Islam Di

Jawa Barat Khususnya Di Cirebon Dan

Pamijahan. Bandung. Fakultas Sastra Universitas

Padjadjaran.

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013

Page 14: MASJID KALIWULU, CIREBON DALAM TINJAUAN GAYA …

Muanas, Dasum, dkk. (1998). Arsitektur Tradisional

Daerah Jawa Barat. Jakarta. Departemen

Pindidikan dan Kebudayaan.

Pijper, G.F. (1984). Sejarah Islam Di Indonesia 1900-

1950. Jakarta. Universitas Indonesia.

Rochym, Abdul. (1983). Masjid Dalam Karya Arsitektur

Nasional Indonesia. Bandung . Angkasa.

______________. (1983). Sejarah Arsitektur Islam

Sebuah Tinjauan. Bandung. Angkasa.

Sugiyanti, Sri. dkk. (1998/1999). Masjid Kuno Indonesia.

Jakarta. Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah

dan Kepurbakalaan Pusat.

Tjandrasasmita, Uka (edt). (1993). Sejarah Nasional

Indonesia III. Jakarta. Balai Pustaka.

____________________. (2009). Arkeologi Islam

Nusantara. Jakarta. Kepustakan Populer

Gramedia.

Toekio, Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias

Indonesia. Bandung. Angkasa.

Yudoseputro, Wiyoso. (1986). Pengantar Seni Rupa

Islam Di Indonesia. Bandung. Angkasa.

Wibisono, Niniek Harkantingsih. (2004). Seni Hias

Tempel Keramik Di Cirebon. Jakarta. Kementrian

Kebudayaan dan Pariwisata.

Masjid Kaliwulu..., Anto Sudharyanto, FIB UI, 2013