Masalah Transportasi Di Kota

4
Masalah Transportasi di kota Bandung LATAR BELAKANG MASALAH Semakin lama masalah transportasi di kota Bandung tampaknya semakin parah. Jumlah kendaraan semakin bertambah, sementara lebar jalan tidak mampu mengatasi pertambahan jumlah kendaraan yang demikian cepat. Kemacetan terutama terjadi pada jam-jam sibuk (rus’u'h hours) pada pagi ketika orang memulai aktivitas dan pergi ke sekolah, kantor, pasar, dsb. Repotnya, pada jam ini beberapa pasar tumpah yang beroperasi sejak tengah malam masih menyisakan kesibukan yang memakan sebagian (seperempat) badan jalan, misal di pasar Suci dekat Pusdai. Ada pedagang, ada pembeli yang tawar-menawar dengan pedagang, ada tukang becak, tukang ojek, angkot yang sembarangan berhenti dan “ngetem”. Dibeberapa tempat seperti Dayeuh Kolot, atau daerah Gunung Batu, delman juga ikutan “ngetem”. Rasanya bagus nih kalau ada mahasiswa FSRD yang mengambar kesibukan pagi hari di pasar tumpah Bandung yang riuh rendah. Pada hari libur, ternyata lalu lintas tidak jadi lengang, malah dalam beberapa kasus dan pada beberapa ruas jalan seperti dago, cihampelas, kopo, sukajadi, pasar baru, dalem kaum macet parah. Di dago tumbuh menjamur factory outlets, di Cihampelas pusat per-jeans-an, sukajadi ada Paris van Java, pasar baru jelas ada pasar baru Tumbuhnya berbagai pusat perbelanjaan (supermarket, mall) ditempat-tempat strategis bikin riuh rendah suasana. PEMECAHAN MASALAH Penanganan masalahnya Pertama, Bandung perlu angkutan massal yang bagus. Terlalu banyak angkot yang suka-suka berhenti dan jalan lagi jelas memberikan masalah tambahan bagi transportasi Bandung. Apalagi tidak ada lokasi khusus untuk pemberhentian angkot tersebut. Ada beberapa armada bis yang melayani beberapa trayek tertentu seperti Cicaheum-Leuwipanjang, Dipatikukur-Cileunyi (UNPAD), tapi masalahnya itu jumlahnya sangat terbatas, dan bisnya sudah tua-tua dan rasanya ukurannya kegedean untuk jalan-jalan di Bandung yang relatif kecil. Jadi Bandung perlu bis-bis ukuran tiga perempat, mungkin seperti ukuran bis Antapani-KPAD yang lebih diperbanyak. Mungkin juga kalau ada yang ukurannya lebih kecil dari bis tiga perempat itu, misal seukuran mobil Elf akan membantu. Membuat busway dengan meniru Jakarta jelas tidak mungkin bagi Bandung, karena rusa jalan yang ada saat ini terlampau sempit, kecuali mungkin untuk daerah-daerah tertentu seperti Soekarno Hatta dan Sudirman. Solusi sarana

description

traffic

Transcript of Masalah Transportasi Di Kota

Page 1: Masalah Transportasi Di Kota

Masalah Transportasi di kota Bandung

LATAR BELAKANG MASALAHSemakin lama masalah transportasi di kota Bandung tampaknya semakin parah.  Jumlah

kendaraan semakin bertambah, sementara lebar jalan tidak mampu mengatasi pertambahan jumlah kendaraan yang demikian cepat.  Kemacetan terutama terjadi pada jam-jam sibuk (rus’u'h hours) pada pagi ketika orang memulai aktivitas dan pergi ke sekolah, kantor, pasar, dsb. Repotnya, pada jam ini beberapa pasar tumpah yang beroperasi sejak tengah malam masih menyisakan kesibukan yang memakan sebagian (seperempat) badan jalan, misal di pasar Suci dekat Pusdai.  Ada pedagang, ada pembeli yang tawar-menawar dengan pedagang, ada  tukang becak, tukang ojek, angkot yang sembarangan berhenti dan “ngetem”. Dibeberapa tempat seperti Dayeuh Kolot, atau daerah Gunung Batu, delman juga ikutan “ngetem”. Rasanya bagus nih kalau ada mahasiswa FSRD yang mengambar kesibukan pagi hari di pasar tumpah Bandung yang riuh rendah.Pada hari libur, ternyata lalu lintas tidak jadi lengang, malah dalam beberapa kasus dan pada beberapa ruas jalan seperti dago, cihampelas, kopo, sukajadi, pasar baru, dalem kaum macet parah. Di dago tumbuh menjamur factory outlets, di Cihampelas pusat per-jeans-an, sukajadi ada Paris van Java, pasar baru jelas ada pasar baru Tumbuhnya berbagai pusat perbelanjaan (supermarket, mall) ditempat-tempat strategis bikin riuh rendah suasana.

PEMECAHAN MASALAH

Penanganan masalahnya Pertama, Bandung perlu angkutan massal yang bagus. Terlalu banyak angkot yang suka-suka berhenti dan jalan lagi jelas memberikan masalah tambahan bagi transportasi Bandung. Apalagi tidak ada lokasi khusus untuk pemberhentian angkot tersebut. Ada beberapa armada bis yang melayani beberapa trayek tertentu seperti Cicaheum-Leuwipanjang, Dipatikukur-Cileunyi (UNPAD),  tapi masalahnya itu jumlahnya sangat terbatas, dan bisnya sudah tua-tua dan rasanya ukurannya kegedean untuk jalan-jalan di Bandung yang relatif kecil.  Jadi Bandung perlu bis-bis ukuran tiga perempat, mungkin seperti ukuran bis Antapani-KPAD yang lebih diperbanyak.  Mungkin juga kalau ada yang ukurannya lebih kecil dari bis tiga perempat itu, misal seukuran mobil Elf akan membantu. Membuat busway dengan meniru Jakarta jelas tidak mungkin bagi Bandung, karena rusa jalan yang ada saat ini terlampau sempit, kecuali mungkin untuk daerah-daerah tertentu seperti Soekarno Hatta dan Sudirman.  Solusi sarana transportasi yang reasonable untuk kota Bandung, yang tidak makan tempat atau ruas jalan banyak mungkin monorail cukup bagus.

Kedua, komplek-komplek perumahan bagusnya dilengkapi dengan berbagai sarana-prasana dan fasilitas publik yang mencukupi, dari pasar, toko atau super market, sarana pendidikan, taman untuk rekreasi dan  hiburan, rumah sakit atau klinik, dan lainnya, sehingga orang tidak harus  keluar komplek perumahan untuk mencari berbagai kebutuhannya. Ini mestinya bisa dilakukan terutama untuk komplek-komplek besar seperti Riung Bandung, Margahayu, kota Parahyangan, dll. Untuk komplek kecil mungkin susah, tetapi jika komplek tersebut berdekatan, bisa dibuat cluster untuk sarana publik bersama mereka. Dengan self-contained nya komplek-komplek perumahan, masyarakat tidak perlu keluar dari kompleknya untuk mencari berbagai keperluan, sehingga hal ini bisa mengurangi volume kendaraan di jalan raya.

Page 2: Masalah Transportasi Di Kota

Seputar Permasalahan Transportasi

Masalah transportasi merupakan salah satu permasalahan yang banyak menimpa kota-kota besar. Dan masalah trasportasi yang paling banyak terjadi adalah masalah kemacetan lalu-lintas. Sedangkan masalah kemacetan merupakan salah satu masalah yang paling diinginkan masyarakat, terutama di kota-kota besar untuk segera diselesaikan, karena masalah ini menyangkut kepentingan orang banyak. Namun sayangnya, meskipun masalah kemacetan adalah masalah yang klasik, banyak usaha yang telah dicoba gagal untuk menyelesaikannya.

Bila dilihat dari kacamata infrastruktur, maka masalah kemacetan merupakan akumulasi dari berbagai permasalahan infrastruktur. Masalah kemacetan dapat dianggap sebagai akibat dari pertambahan volume kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Meningkatnya jumlah penduduk bisa jadi sebagai salah satu sebab meningkatnya pula volume kendaraan bermotor yang ada di jalan raya. Hal ini bisa diperparah dengan adanya migrasi penduduk yang masuk ke dalam suatu wilayah, baik yang sifatnya temporer maupun permanen.

Selain itu, masalah pertambahan jumlah kendaraan bermotor ini akan bersinergi dengan masalah lainnya, yaitu keterbatasan prasarana jalan raya. Prasarana jalan tidak dapat bertambah dengan cepat sebagaimana bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Sehingga terjadi ketimpangan antara demand dan supply terhadap jalan raya. Saat ini mulai muncul suatu konsep pengendalian kemacetan berbasis demand, yang dikenal dengan Transport Demand Management.

Yang berikutnya adalah belum optimalnya sarana transportasi umum. Sarana transportasi umum yang ada saat ini belum digunakan secara optimal oleh masyarakat, hanya dipandang sebagai sarana trasnportasi alternatif saja.

Dahulu mungkin orang akan berpikir dengan cepat bahwa solusi dari masalah kemacetan adalah dengan menambah lebar jalan. Akan tetapi, pembangunan infrastruktur merupakan hal yang butuh kepada perencanaan dan pertimbangan yang matang. Infrastruktur yang dibangun harus sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan efektivitas pembangunannya dalam menyelasaikan masalah. Pada kasus-kasus tertentu, penambahan lebar jalan memang dapat menyelesaikan permasalahan kemacetan. Namun demikian, untuk kasus-kasus yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, penambahan lebar jalan bukanlah solusi yang dirasa pas untuk menyelesaikan masalah kemacetan. Letak permasalahannya tidak di sana. Penambahan lebar jalan mungkin akan mengurangi kemacetan, tapi hanya sementara saja. Kondisi ini justru akan memancing masyarakat untuk lebih senang menggunakan kendaraan pribadinya. Akibatnya, jumlah kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya akan ikut bertambah juga. Ujung-ujungnya, kembali macet. Menyelesaikan masalah untuk membuat masalah lagi.

Page 3: Masalah Transportasi Di Kota

Pengoptimalan sarana angkutan umum sebagai transportasi massal mungkin merupakan cara yang paling realistis saat ini untuk menuntaskan permasalahan kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Untuk itu, pengadaan sarana pendukung transportasi massal perlu dilakukan, seperti pembangunan jalur busway, pengadaan angkutan umum itu sendiri, pengadaan feeder service, terminal, dsb.

Selain itu perlu juga digalakkan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dengan program bersepeda dan berjalan kaki. Selain menyehatkan tubuh, program ini dapat mengurangi beban lalu lintas. Akan tetapi, ini juga mebutuhkan infrastruktur pendukung seperti penyediaan jalur sepeda, penciptaan suasana yang kondusif seperti penanaman pohon perindang, jalur hijau, dsb. Sehingga dapat disimpulkanbahwa pengadaan infrstruktur bidang transportasi membutuhkan infrastruktur lainnya dalam tujuannya memberikan pelayanan transportasi yang nyaman bagi masyarakat