Masalah masalah global dalam kaitannya dengan kepentingan nasional
Transcript of Masalah masalah global dalam kaitannya dengan kepentingan nasional
MASALAH-MASALAH GLOBAL DALAM
KAITANNYA DENGAN KEPENTINGAN
NASIONALTugas Perspektif Global
OLEH: KELOMPOK III AIDIANTO AZLINA MARTA MARISA
SUSILA SRI WAHYUNI YENI DELVIRA
823071924 823389972 823390146 823467743 823390139
Negara yang terbelakang
Negara maju
Negara yang sedang
berkembang
Negara
Negara di Afrika
Negara di Amerika LatinNegara di
Asia
MesirMarokoAfrika Selatan
Negara Asia Tenggara
Eropa Barat
Amerika Utara
Perbedaan dan pembedaan kategori antara kelompok negara terbelakang dan negara yang sedang berkembang serta dengan negara yang maju, terletak pada kualitas SDM-nya.
Kualitas SDM dalam kemampuan menguasai dan menerapkan IPTEK, tercermin kondisi sosial (kesehatan, demografi), budaya (kebodohan), ekonomi (miskin, kaya) dan kemampuan memanfaatkan SDA serta lingkungannya
Konsep ‘sumber daya dibatasi secara budaya’ (culturally defined resources)
Negara-bangsa dan masyarakat yang hanya memiliki SDA yang terbatas, mampu memanfaatkan sumber daya yang terbatas
Pengelompokkan negara, bangsa dan masyarakat yang terbelakang, sedang berkembang dan maju, terutama bagi yang berpredikat negara maju, tidak berarti bahwa dapat memenuhi segala kehidupannya sendiri
Harus memerlukan ‘sesuatu’ dari pihak, negara, bangsa dan masyarakat lain
Negara maju, bahan mentah atau bahan dasar yang diprosesnya tidak selalu tersedia di dalam negerinya sendiri, ke dalamnya termasuk kebutuhan energi
Barang industri yang diproduksi negara maju tidak akan seluruhnya dikonsumsi sendiri, bahkan sebagian besar harus dipasarkan
Sehingga dibutuhkan pasar untuk melemparkan barang hasil industri
Akan terbentuk jaringan dan jalinan yang disebut ‘saling ketergantungan’ (interdependensi)
Jaringan, jalinan dan mekanisme ini merupakan salah satu fenomena global positif antarnegara di dunia
Saling ketergantungan, tidak hanya di bidang ekonomi, melainkan juga di bidang sosial, budaya dan politik
dalam bidang kesehatan, olahraga, kesenian ilmu pengetahuan, teknologi, pemerintahan, kedaulatan rakyat, HAM, dll menjadi tuntutan bagi teriptanya masyarakat global yang selaras, serasi serta seimbang
Indonesia memiliki keunggulan (advantage) di bidang tertentu, namun juga memiliki kelemahan (disadvantage) di bidang lainnya
Karenanya Indonesia memerlukan bantuan dari negara sahabat dan tetangga, namun juga dapat menyumbangkan sesuatu kepada negara-negara lain sesuai dengan kemampuan yang kita miliki
Disinilah kedudukan dan makna saling ketergantungan bagi warga global yang makin lama akan makin berkembang
Saling ketergantungan yang harmonis dan seimbang antara bangsa, negara serta masyarakat, merupakan harapan yang ideal
kenyataannya, di antara negara, bangsa dan masyarakat yang terbelakang serta sedang berkembang dengan negara, bangsa dan msyarakat yang telah maju, merupakan dua kutub antara yang lemah dan yang kuat, atau antara yang dikuasai (Subordinasi) dengan yang menguasai (superioritas)
Adanya kelompok negara, bangsa dan masyarakat yang kuat-berkuasa dengan yang lemah-dikuasai menjadi hambatan untuk menciptakan suasana yang harmonis-seimbang, bahkan yang terjadi justru suasana konflik
Perbendaan kepentingan dan upaya mempertahankan ‘status quo’ dari pihak yang kuat dan memikili kekuasaan, suasana konflik ini berkelanjutan, tidak jarang menimbulkan perang panas yang mengganggu perdamaian
Sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mengikrarkan ‘Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Satu Tanah Air, Indonesia’
Setelah Indonesia memiliki kedaulatan sendiri, ‘Bhinneka Tunggal Ika’ dijadikan sebagai lambang persatuan-kesatuan dari kondisi Indonesia yang majemuk suku bangsa, adat, agama maupun tingkat kemampuan ekonominya
Diperkuat oleh Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara, secara ideal, konflik dan perpecahan bangsa tidak perlu terjadi
Namun dalam perjalanan sejarah sejak kemerdekaan sampai saat ini bahkan mungkin di hari-hari mendatang, nilai Bhinneka Tunggal Ika, persatuan-kesatuan itu selalu mendapat ujian dan cobaan.
Prasangka yang mengarah pada konflik merupakan ancaman terhadap persatuan dan kesatuan
Hal ini karena pengaruh-pengaruh kepentingan individu, kelompok, bangsa, antarbangsa, bahkan elite tingkat global
Karena perbedaan kepentingan elite tertentu menyebabkan terjadinya konflik
Kepentingan menyejahterahkan masyarakat terabaikan demi mempertahankan kepentingan elite yang merupakan kelompok kecil di tengah masyarakat luas
Sehingga suasana tidak menentu yang mengganggu persatuan-kesatuan bangsa, dan membahayakan eksistensi bangsa dalam jangka panjang, khususnya bangsa Indonesia
Penduduk yang terus meningkat, banyak hal yang harus diperhatikan dan diperhitungkan yaitu dari pihak penduduk sendiri maupun dari pihak lingkungan
Dari pihak penduduk; harus diperhatikan kebutuhan aspirasinya yang juga pasti mengalami pertumbuhan
Lingkungan; sebagai tempat tinggal dan kegiatan serta sumber daya juga diperhitungkan kemampuan dan daya tampungnya
Kebutuhan penduduk yang majemuk (multi aspek) secara kuantitatif maupun kualitatif akan terus tumbuh dan berkembang
Pertumbuhan dan perkembangan itu tidak terlepas dari pengaruh kontak antarmanusia pada lingkup lokal, nasional dan regional bahkan global
Kontak antar manusia secara langsung melalui interaksi sosial dan alat transportasi dari kawasan ke kawasan lainnya, meningkatkan kebutuhan ekonomi serta nonekonomi
Kebutuhan ekonomi setidaknya meliputi pangan, sandang, kendaraan dan papan
Kebutuhan sandang, tidak hanya terbatas pada bahannya, melainkan juga menyangkut jenis yang dipengaruhi oleh perkembangan mode
Kebutuhan pangan, tidak hanya terikat makanan tradisional setempat, melainkan juga jenis makanan mengglobal yang dikelola perusahaan seperti Mac Donald, Burger King, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, dll
Kebutuhan yang menuntut kecepatan, sehingga kendaraan bermotor juga menjadi kebutuhan primer yang tidak dapat diabaikan
Kebutuhan penduduk sesuai dengan martabat manusia yang wajar, tidak terpisahkan dari rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Persoalan perumahan belum terpenuhi terutama masyarakat miskin di dunia termasuk Indonesia
David Macarov; …., seperlima dari ras umat manusia hidup dalam kemiskinan yang memprihatinkan (acute), dan sampai sekitar 40% dari penduduk dunia tidak memiliki kehidupan yang wajar (standar) yang meliputi kecukupan pangan, persediaan air yang aman dan memadai, tempat berlindung yang memenuhi syarat, dan kesempatan yang terjamin terhadap pelayanan pendidikan dan pemeliharaan kesehatan (H.F. Didsbury:1996:57)
Dengan demikian, kemiskinan yang dialami umat manusia merupakan masalah global, 40% peduduk dunia ada dalam tingkat miskin yang serius, martabat kemanusiaan yang mengkhawatirkan, terutama pangan, persediaan air dan papan
Kontak antarmanusia yang tidak langsung melalui media informasi, juga meningkatkan aspirasi penduduk terhadap kebutuhan hidup nonekonomi yang meliputi pendidikan, kesehatan, rekreasi, dll.
Bagi masyarakat ekonomi kuat, pemenuhan aspirasi tersebut tidak menjadi masalah, namun bagi masyarakat miskin, jangankan memenuhi aspirasi yang tarafnya tinggi, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) masih sangat sukar dicapai
Kenyataan tersebut merupakan masalah kemanusiaan yang harus mendapat perhatian, terutama dari mereka yang membuat dan mengambil kebijakan serta keputusan
Kebutuhan penduduk (ekonomi dan nonekonomi) termasuk aspirasinya menuntut tempat serta sumber daya untuk menjaminnya.
Ditinjau dari dua sisi; kebutuhan dengan aspirasi di satu sisi, sedangkan lingkungan dengan sumber daya di sisi yang lainnya, dapat dihadapkan pada suatu kesenjangan
Kebutuhan dan aspirasi penduduk cenderung hampir tidak ada batasnya, sedangkan lingkungan dan sumber daya memiliki daya dukung yang terbatas
Oleh karena itu, jika tidak diperhitungkan, direncanakan, dan dikelola dengan baik, akan menimbulkan kesenjangan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
Kesenjangan sosial berupa tingkat kesehatan dan pedidikan yang rendah, kriminalitas yang tinggi
Kesenjangan ekonomi berupa kemiskinan, kelaparan, pengangguran, gelandangan dll.
Kesenjangan lingkungan berupa pencemaran lingkungan alam, banjir, kekeringan, tanah longsor,
Berbagai kesenjangan tersebut dewasa ini bukan lagi hanya masalah nasional dan regional, namun telah menjadi masalah global
Hubungan pertumbuhan penduduk dengan segala kebutuhan dan aspirasi termasuk interaksi sosial serta pemanfaatan sumber daya lingkungannya, baik melalui alam pikiran masyarakat maupun perundang-undangan, terdapat nilai, norma, peraturan serta hukum yang menjaga keserasian dan keseimbangan
Namun, karena tuntutan kebutuhan dan aspirasi yang berkembang cepat, maka nilai, norma, peraturan serta hukum telah tidak mampu mengakomodasi tuntutan tersebut
Fenomena pergeseran khususnya pergeseran nilai dan norma tidak dapat dihindarkan
Kontak antar manusia yang makin intensif, arus informasi yang makin cepat, menjadi faktor pendorong pergeseran nilai dan norma itu
Dalam suasana demikian, dituntut pemikiran dan gagasan baru untuk mengantisipasi serta mengakomodasinya
Memutlakan suatu nilai, norma, peraturan dan hukum untuk berlaku dalam segala jaman serta keadaan, merupakan ketetapan yang tidak sesuai dengan perkembangan tuntutan
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, memiliki martabat selaku pribadi, anggota keluarga dan masyarakat, warna negara-bangsa, maupun warga dunia, memiliki hak dasar sesuai martabatnya
Hak dasar itu dikonsepkan sebagai Hak Asasi Manusia (HAM)
HAM meliputi aspek yang luas. Dalam hal ini lebih memberi penekanan pada Hak-Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Dunia seperti yang disunting T. Mulia Lubis (1993)
Merupakan kenyataan bahwa anggota masyarakat lapisan bawah yang lemah, sangat sukar untuk mendapat perlakuan dan pelayanan HAM secara wajar
Pihak yang kuat dan berkuasa tidak jarang melakukan pelanggaran HAM terhadap yang lemah
Untuk mengatasi pelanggaran atas HAM harus dimulai dari tiap individu. Artinnya masing-masing individu menghayati benar hak dan kewajiban diri sendiri serta hak dan kewajiban orang lain
Maka pendidikan memegang peran sangat penting. Yang dikenal dengan ‘pendidikan politik.’
Karena banyaknya masalah (meliputi sosial, ekonomi, budaya, politik, lingkungan hidup, HAM) dalam kehidupan yang menimpa manusia, maka kita memerlukan bantuan pihak lain dalam pemecahannya
Sebaliknnya kita tidak berpangku tangan melihat pihak lain mengalami masalah, sehingga terbentuk kerja sama
Dengan demikian, dalam kehidupan yang mengglobal, kerja sama dan saling ketergantungan merupakan proses serta dinamika yang makin bermakna
Dalam proses perjalanan, bangsa Indonesia tidak selamanya medatar dan menaik, melainkan melalui masa surut bahkan terpuruk
Bentuk kerja sama dilakukan dalam berbagai bidang, karena bangsa Indonesia tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa kerja sama dengan bangsa lain
Sehingga ciri proses globalisasi benar-benar dimaknai dalam kerjasama dan saling ketergantungan antarbangsa
Dalam proses serta mekanisme kerja sama dan saling ketergantungan, kita bangsa Indonesia tidak boleh menyampingkan jati diri dan kemandirian kita sendiri
Jati diri merupakan karakter internal bangsa Indonesia dan menjadi modal dasar mengantisipasi masalah regional, internasional serta global yang mengganggu dan mengancam
Indonesia memiliki pegangan ‘cinta perdamaian, namun lebih cinta kemerdekaan.’
Salah satu nilai yang melekat pada diri warga negara Indonesia adalah ‘kemandirian’
Kemandirian memperkuat kita di tengah bangsa-bangsa lain, karena merupakan kekuatan internal yang menjaga diri dari pendiktean permainan pihak lain yang bermaksud mencari keuntungan dari kelemahan kita
Dengan jati diri, kemandirian dan kewibawaan selaku warga negara di tengah perkembangan dan arus global, sehingga bangsa Indonesia tidak terpuruk larut ke dalam dampak negatif fenomena isu-isu global
Kita tidak boleh melupakan hal-hal mendasar sebagai bangsa-negara Indonesia, meskipun kita harus memiliki perhatian, kepedulian dan wawasan yang luas tentang proses globalisasi yang sedang melanda kehidupan dunia ini
Kita sepakat dengan Paker dan Jorlinmek (R.E. Gross & Thomas L. Dynneson: 1991:1880, bahwa kita harus ‘berpikir secara global, sementara bertindak secara lokal’ (Think Globally while acting locally)
SEKIAN &
TERIMA KASIH