MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

155
MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA YANG TERBALIK KARYA ABDULLAH WONG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nur Laela Sari 1111013000061 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Page 1: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

MASALAH ALUR DALAM NOVEL

MADA, SEBUAH NAMA YANG TERBALIK KARYA

ABDULLAH WONG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nur Laela Sari

1111013000061

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …
Page 3: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …
Page 4: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …
Page 5: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin segala puji bagi Allah Swt atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Salawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan untuk Nabi besar

Muhammad saw, keluarga, para sahabat, dan umatnya.

Penulis menyusun penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana pendidikan program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisan

penelitian ini penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan, dan

semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Makyun Subuki, M.Hum., ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia UIN Syarif Hidayatullah.

3. Dona Aji Karunia, M.A., sekertaris jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah.

4. Ahmad Bahtiar, M.Hum., dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar

membimbing dan memberikan dorongan untuk segera merampungkan

penelitian ini.

5. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah membagi ilmunya selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu selaku orang tua yang sangat luar biasa memberikan

semangat untuk segera merampungkan penelitian ini dan segera meraih

gelar Sarjana.

7. Abdullah Wong yang telah berkenan meluangkan waktu untuk

diwawancarai penulis, untuk memberikan informasi sebagai data

penunjang penelitian ini, dan memberikan izin untuk melakukan

penelitian terhadap novel ini.

iii

Page 6: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

8. Rizki Kurnia Sari, Raudhah, Yuanita Tala, Maimunah, Redita Dwi

Pinasti, Desi Komalasari, dan Fenty Yanuarti, sahabat terdekat penulis

yang selalu memberikan dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis.

9. Mochamad Irwansyah, sahabat, teman berbagi, dan pendamping

terhebat bagi penulis. Terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, kasih

sayang, dan segala hal yang telah diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu

berkat dukungan dan motivasi yang diberikan.

10. Teman-teman PBSI angkatan 2011, khususnya kelas B yang senantiasa

menemani tidak hanya selama perkuliahan tapi diwaktu-waktu

senggang lainnya.

Terima kasih pula untuk seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam

proses penyelesaian penelitian ini. Semoga Allah membalas kalian semua. Penulis

mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menjadikan

penelitian ini lebih baik lagi. Besar harapan penulis, penelitian ini dapat

bermanfaat, baik untuk penulis pribadi maupun pembaca.

Jakarta, 03 Oktober 2015

Penulis

iv

Page 7: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................... ........................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Batasan Masalah 5

D. Rumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 5

G. Metode Penelitian 6

1. Pendekatan 6

2. Subjek dan Objek Penelitian 6

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 7

4. Teknik Analisis atau Pengolahan Data 7

5. Teknik Penulisan 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Novel

9

1. Pengertian Novel 9

2. Jenis-Jenis Novel 12

a. Novel Populer 12

b. Novel Serius 13

B. Alur 15

C. Pembelajaran Sastra di Sekolah 20

D. Penelitian Relevan 24

v

Page 8: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

BAB III ANALISIS

A. Unsur Intrinsik 28

1. Tema 28

2. Tokoh dan Penokohan 30

3. Latar dan Setting 41

4. Alur 46

5. Bahasa 48

6. Sudut Pandang 49

7. Amanat 50

B. Alur 53

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran 107

BAB V PENUTUP

A. Simpulan 109

B. Saran-saran 110

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 111

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biografi Pengarang dan Sinopsis Novel

Lampiran 2 Sekuen Peristiwa

Lampiran 3 Bagan Alur

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PROFIL PENULIS

Page 9: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biografi Penulis dan Sinopsis Novel

Lampiran 2 Sekuen Peristiwa

Lampiran 3 Tabel Alur

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 5 Surat Uji Referensi

Lampiran 6 Lembar Uji Referensi

Lampiran 7 Profil Penulis

Page 10: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang

mungkin tidak dapat dilihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lainnya,

karena memiliki objek utama penelitian yang tidak tentu.1

Kata sastra dapat

ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda-beda satu dengan

yang lainnya. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra bukan hanya istilah

untuk menyebutkan fenomena yang sederhana dan gamblang. Sastra

merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang

berbeda-beda.2

Sastra adalah kristalisasi keyakinan, nilai-nilai, dan norma-

norma yang disepakati masyarakat. Setidaknya begitulah yang terjadi di zaman

lampau ketika kepengarangan tidak dimasalahkan dan berbagai jenis tradisi

lisan dimiliki beramai-ramai oleh masyarakat, tidak oleh individu.3

Sastra

berasal dari kata sas (sansekerta) yang berarti mengarahkan, mengajar,

memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi secara

leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku

pengajaran yang baik.4

Sastra merupakan sebuah sarana yang memiliki nilai seni yang sarat

akan nilai-nilai kehidupan manusia yang dapat mengarahkan, mengajarkan,

dan memberi petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-

hari agar menjadi manusia yang lebih baik kedepannya.

Karya sastra merupakan gabungan antara kenyataan dan khayalan.

Seorang pengarang mengungkapkan semua pengalaman dan pengetahuan

yang didapatkannya dari lingkungan kehidupan sehari-hari, kemudian diolah

dengan kemampuan imajinasinya.

1 A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1984), h.21. 2

B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, “Pegangan Guru Pengajar Sastra”,

(Yogyakarta, Kanisius, 1988), h.9. 3 Robert Escarpit, Sosiologi Sastra, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.viii. 4

Nyoman Kutha Ratna, S.U “Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.4.

1

Page 11: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

2

Imajinasi menjadi alat bantu sastra dalam mereplikakan pencitraan

kenyataan. Hal ini dibutuhkan bagi manusia sebagai makhluk sosial dalam

berhubungan dengan kenyataan yang ditemui sehari-hari. Oleh karena itu,

imajinasi dalam sastra menjadi suatu sarana bagi manusia untuk memahami

berbagai persoalan kemasyarakatan yang terjadi.5

Sastra dipandang sebagai suatu gejela sosial. Sastra dapat ditulis pada

suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat

istiadat zaman itu. Pengarang menggubah karyanya selaku seorang warga

masyarakat tersebut.6

Berdasarkan penjabaran di atas, menjadi landasan yang kuat bahwa

karya sastra merupakan bentuk nyata dari kehidupan yang dituangkan oleh

seorang pengarang ke dalam bentuk imajiner, maka tidak jarang ideologi

seorang pengarang mempengaruhi isi karya sastra. Adanya pengaruh tersebut,

timbullah perbedaan gaya dari masing-masing karya sastra. Perbedaan

tersebut dapat dilihat melalui permasalahan yang diangkat, pelukisan tokoh

dan penokohan, penggunaan gaya bahasa yang digunakan, amanat yang

hendak disampaikan, dan cara pengarang mengemas rangkaian peristiwa di

dalam cerita.

Novel adalah sejenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, dan

latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang

pengarang dan mengandung nilai kehidupan.7

Alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan

peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang

diakibatkan atau dialami pelaku.8

Alur merupakan salah satu unsur penting

yang membangun sebuah cerita. Analisis terhadap alur yang terdapat di dalam

novel dapat memberikan pengetahuan bahwa pada dasarnya sebuah cerita

5 Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2007), h.25. 6 Jan van Luxemburg, dkk, Pengantar Ilmu Sastra, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), cet.2,

h.23.

h.136.

7

Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet.3, 8

Jan van Luxemburg, dkk, op cit, h.149.

Page 12: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

3

tidak hanya tersusun secara urutan waktu, akan tetapi juga terdapat hubungan

sebab-akibat yang mendasari terbentuknya sebuah cerita.

Alur dianggap sebagai bagian penting dalam struktur cerita. Hal ini

dikarenakan pemahaman terhadap suatu cerita bergantung kepada alur yang

digunakan pengarang dalam menampilkan cerita. Secara sederhana, dalam

sebuah cerita, peristiwa diceritakan berdasarkan urutan waktu. Peristiwa yang

satu berlangsung sesudah terjadinya peristiwa yang lain, permasalahan dalam

sebuah cerita lebih ditekankan pada kelanjutan sebuah peristiwa. Akan tetapi,

peristiwa juga dapat ditampilkan secara tidak kronologis, karena urutan waktu

dapat ditampilkan secara maju, mundur, sorot balik, dan campuran. Selain

ditampilkan secara kronologis, permasalahan sebuah alur juga lebih

ditekankan pada kelogisan hubungan antarperistiwa yang dikisahkan.

Kelogisan peristiwa-peristiwa yang ditampilkan akan memiliki hubungan

yang saling bersebab-akibat. Peristiwa yang satu hadir disebabkan karena ada

peristiwa lain yang muncul di dalam sebuah cerita. Bahasan mengenai alur

sangat tepat dikaji dengan menggunakan pendekatan objektif. Melalui

pendekatan ini, analisis akan berfokus pada karya sastra. Karya sastra

dipandang sebagai sesuatu yang mandiri.

Alur yang terdapat di dalam novel MADA, Sebuah Nama yang

Terbalik karya Abdullah Wong merupakan salah satu keunikan yang dimiliki

dalam novel ini. Abdullah Wong menyuguhkan peristiwa-peristiwa yang

sangat menarik dengan menggunakan alur yang unik. Selain itu, novel MADA

memiliki lebih dari satu alur cerita atau dikenal dengan alur ganda, yakni

terdiri dari terdiri atas plot utama dan subplot. Plot utama dalam novel ini

adalah petualangan Mada dan kawan-kawannya dalam mencari Buku

Gunadarma. Sedangkan, subplot dalam novel ini adalah bagian yang

menceritakan kisah kehidupan Mada dan kawan-kawannya.

Kajian terhadap alur dalam novel ini juga ditunjukan sebagai sarana

untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Terlebih, dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, peserta didik belum sepenuhnya

Page 13: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

4

memahami mengenai tahapan alur yang tersusun berdasarkan urutan waktu,

sebab-akibat yang menjadi dasar terjadinya sebuah peristiwa, dan kelogisan

sebuah peristiwa yang terdapat di dalam sebuah novel. Selain itu, sebagai

lembaga pendidikan, sekolah bertugas memberikan pembelajaran moral,

agama, dan sosial kepada para peserta didik. Pembelajaran ini bisa dilakukan

dengan memberikan pembinaan melalui karya sastra. Pada hakikatnya, novel

MADA merupakan novel yang berisi cerita yang baik dan menarik yang turut

memberikan pengaruh dan peranan yang sangat penting dalam pembentukan

watak, prilaku, dan kepribadian anak. Berdasarkan latar belakang tersebut,

penulis tertarik untuk menganalisis masalah alur yang terkandung di dalam

sebuah karya sastra, khususnya novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik

karya Abdullah Wong.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjabaran yang melatarbelakangi diambilnya judul

mengenai “Masalah Alur yang terdapat di dalam novel MADA, Sebuah Nama

yang Terbalik”, identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut:

1. Peserta didik mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi lebih

lanjut mengenai unsur-unsur intrinsik di dalam sebuah karya

sastra.

2. Sulitnya memahami alur novel MADA, Sebuah Nama yang

Terbalik.

3. Kurangnya pemahaman mengenai analisis alur pada pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Masalah alur dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik

karya Abdullah Wong belum adanya implikasi terhadap kajian

pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Page 14: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

5

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yang akan

diteliti agar pembahasan lebih terarah, spesifik, dan sistematik. Untuk

menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka penelitian ini

akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai “Masalah Alur

dalam Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik Karya Abdullah Wong dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini akan menjawab beberapa pertanyaan

berikut:

1. Apa masalah alur yang terdapat dalam novel MADA, Sebuah

Nama yang Terbalik Karya Abdullah Wong?

2. Bagaimana implikasi penelitian yang akan dilakukan terhadap

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan masalah alur yang terdapat dalam novel MADA, Sebuah

Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong.

2. Mendeskripsikan hasil penelitian dan implikasinya terhadap

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait, terutama bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Manfaat Akademis

a) Penelitian ini menjadi sebuah kajian yang menarik dalam

menempatkan novel sebagai salah satu media untuk memperoleh

pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan pembaca dalam

mengkaji salah satu unsur pembangun karya sastra, yaitu alur.

Page 15: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

6

b) Penelitian ini dapat menambah khazanah juga referensi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan sastra.

2. Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

menambah wawasan pendidikan sastra bagi mahasiswa.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ajar guru Bahasa

dan Sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan analisis

siswa dalam pembelajaran sastra.

c) Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk memahami sebuah karya sastra lebih kritis.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan analisis isi (content analysis) yang sering kali digunakan

untuk mengkaji pesan-pesan. Metode ini bertujuan untuk mencari makna

kata maupun kalimat serta makna tertentu yang terkandung dalam sebuah

karya sastra. Melalui metode kualitatif dengan pendekatan analisis isi ini

bertujuan untuk mengetahui masalah alur yang terdapat di dalam novel

MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong.

Penulisan ini menekankan pada analisis masalah alur yang

terdapat dalam novel MADA dengan menggunakan pendekatan tekstual,

yaitu mengacu kepada teks yang terdapat di dalam karya tersebut. Penulis

mencoba menguraikan masalah alur yang terdapat di dalam novel.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dan objek penelitian berkaitan dengan tempat memperoleh

data. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah masalah

alur dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah

Wong dan sebagai objek penelitiannya adalah novel MADA, Sebuah

Page 16: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

7

Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong terbitan Makkatana, Jakarta,

tahun 2013.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode simak yang diikuti dengan teknik lanjutan catat, karena datanya

berupa teks. Teknik catat ini dilakukan dengan mencatat beberapa bentuk

yang relevan bagi penelitian.9

Penulis mencari data-data mengenai hal

atau variabel yang sesuai dengan masalah dan tujuan pengkajian sastra,

dalam hal ini analisis masalah alur. Langkah-langkah pengumpulan data,

yakni membaca novel MADA secara cermat dan berulang-ulang. Setelah

itu, dilakukan analisis secara mendalam mengenai masalah alur yang

terdapat dalam novel MADA dengan menganalisis kronologis dan

kelogisan setiap peristiwa yang terdapat di dalam novel dengan disertai

sekuen peristiwa dan tabel alur.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi teks, yakni dengan cara mengamati data-data yang terdapat

dalam novel MADA.

b. Studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data berupa

buku penelitian, buku pendidikan, dan buku teori sastra.

4. Teknik Analisis atau Pengolahan Data

Menurut Bogdan, analisis data dalam penelitian kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.10

Pada tahap pengolahan data, peneliti menganalisis unsur intrinsik

yang difokuskan pada masalah alur yang terdapat dalam novel MADA.

9 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.94. 10

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&H, (Bandung: Alfabeta, 2011),

cet. 14, h.244.

Page 17: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

8

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan menggunakan buku panduan dari FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011/2012, yakni Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Penulis membagi dalam empat bab

yang dapat dilihat dalam sistematika penulisan di bawah ini.

Bab I Pendahuluan, terbagi atas; latar belakanng masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Teori terbagi atas; novel, alur, pembelajaran sastra

di sekolah, dan penelitan relevan.

Bab III Analisis terbagi atas, analisis unsur intrinsik, analisis

masalah alur, dan implikasi terhadap pembelajaran.

Bab IV Penutup terbagi atas; simpulan dan saran.

Page 18: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

BAB II LANDASAN

TEORI

A. Novel

1. Pengertian Novel

Novel merupakan sastra yang cukup tua di samping puisi dalam

perjalanan sejarah kesusastraan Indonesia kalau dibandingkan dengan

bentuk-bentuk karya sastra lainnya seperti cerpen, esai atau kritik, dan

drama.1

Kata novel berasal dari bahasa Latin, yakni novellus yang dalam

bahasa Inggris novies yang berarti “baru”. Pengertian “baru” merujuk

pada jenis-jenis sastra lain, seperti puisi, drama, dan lain-lainnya yang

lebih dulu muncul dibandingkan novel.2

Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, dan

latar rekaan yang menceritakan kehidupan manusia atas dasar sudut

pandang pengarang dan mengandung nilai kehidupan yang diolah dengan

teknik lisan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulis.3

Novel

adalah gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada

saat novel itu ditulis dan bersifat realistis.4

Novel dianggap sebagai

dokumen atau kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis sengat

meyakinkan), sebagai cerita kejadian sebenarnya, sebagai sejarah hidup

seseorang dan zamannya.5

Novel merupakan salah salah satu genre sastra yang mengangkat

problematika kehidupan yang dialami oleh seorang tokoh dengan teknik

penceritaan mengalir dan penggunaan latar yang ada di dalam cerita oleh

seorang pengarang. Cerita yang ada merupakan perpaduan pengalaman

65-67.

h.180.

1 Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet.2, h.

2 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa, 2011), h.167. 3

Abdul Rozak Zidan, dkk. Kamus Istilah Sastra, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet.3, 4 Rene wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Penerjemah: Melani Budianta),

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.282. 5Ibid, h.276.

9

Page 19: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

10

kehidupan yang dialami oleh seorang pengarang dengan proses imajinatif

yang dimiliki pengarang, sehingga novel sarat akan makna yang dapat

bermanfaat bagi kehidupan pembacanya.

Novel merupakan sebuah karya totalitas yang bersifat artistik

yang dihasilkan oleh pengarang. Sebagai sebuah totalitas, novel memiliki

unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain yang berfungsi

membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik

dan ekstrinsik.

Menurut Burhan Nurgiantoro dalam bukunya Teori Pengkajian

Fiksi, novel dibangun oleh unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik

adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-

unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra,

unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita.6

a. Tema, yaitu gagasan sentral dalam suatu karya sastra. Dalam novel,

tema merupakan gagasan utama yang dikembangkan dalam sebuah

plot.7

b. Alur, yaitu rentetan peristiwa yang biasanya bersebab-akibat atau

berkaitan secara kronologis. Alur terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap

perkenalan, tahap pertikaian, tahap akhir. Pada tahap perkenalan

dilukiskan tempat, waktu, dan tokoh pada tempat dan saat tertentu.

Pada tahap pertikaian dilukiskan munculnya pertikaian yang

berkembang menuju puncak atau klimaks. pertikaian dapat berupa

konflik batin dalam diri sendiri, antartokoh dalam suatu keluarga atau

masyarakat. Pada tahap akhir dilukiskan penyelesaian konflik masalah

yang dihadapi.8

c. Latar, yaitu lingkungan yang meliputi sebuah peristiwa dalam cerita,

semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

6 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2005), cet.10, h. 9. 7

Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010), h.75. 8

T. Raman Tinambunan, Sastra Lisan Dairi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1996), h.8-9.

Page 20: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

11

berlangsung. Latar dapat berwujud dekor atau tempat. Selain itu, latar

juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu (hari, bulan, dan tahun),

cuaca, atau satu periode sejarah. Penggunaan latar penting di dalam

cerita untuk membuat pembaca merasa penasaran dengan inti cerita

yang ada di dalam novel.9

d. Tokoh dan penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

berlakuan dalam berbagai peristiwa di dalam cerita. Selain terdapat

tokoh utama (protagonis), ada jenis-jenis tokoh lain, yang terpenting

adalah tokoh lawan (antagonis), yakni tokoh yang diciptakan untuk

mengimbangi tokoh utama. Tokoh-tokoh lain yang fungsinya hanya

melengkapi disebut tokoh bawahan.10

Sedangkan, penokohan adalah

proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau

kebiasaan tokoh dalam pemeran suatu cerita. Watak dan sifat tokoh itu

terlihat dalam lakuan fisik (tindakan dan ujaran) dan lakuan rohani

(renungan atau pikiran).11

e. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara bercerita yang digunakan oleh pengarang

dari titik pandang mana atau siapa cerita itu dikisahkan. Pusat

pengisahan menerangkan “siapa yang bercerita”.12

f. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca baik secara tersurat maupun tersirat yang disampaikan

melalui karyanya.13

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur pengaruh luar dan unsur

lahiriah yang terdapat dalam karya sastra.14

Unsur ekstrinsik berkaitan

35.

9 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stantion, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.28-

10 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan

Tinggi, (Magelang: Indonesia Tera, 2003), cet.2, h.86. 11 Abdul Rozak Zaidan, dkk, op cit, h.206. 12

Rahmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya,

(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008), cet.5, h.75. 13

Abdul Rozak Zaidan, dkk, op cit, h.27.

Page 21: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

12

dengan keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup. Unsur biografi pengarang akan turut

menentukan corak karya sastra yang dihasilkan. Unsur psikologi

pengarang sangat berpengaruh dari ekonomi, politik, dan sosial.15

Dapat dikatakan, unsur ekstrinsik juga sangat mempengaruhi

jalannya cerita di dalam sebuah novel. Terlebih dalam proses penciptaan

sebuah karya sastra, yakni novel. Seorang pengarang selain memadukan

pengalaman hidupnya dengan proses imajinasinya, juga menuangkan

pemikiran dan pandangan hidupnya.

2. Jenis Novel

a. Novel Populer

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan

banyak penggemarnya, khususnya pembaca dari kalangan remaja.

Novel jenis ini selalu menampilkan permasalahan yang aktual sesuai

dengan zamannya. Novel populer pada umumnya hanya bersifat

sementara sehingga jenis novel populer biasanya mudah dilupakan

untuk orang terlebih apabila muncul novel-novel baru yang lebih

populer pada masa berikutnya. Contoh novel populer seperti Karmila

dan Badai Pasti Berlalu (Marga T).16

Novel populer memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Bertemakan asmara dengan ceritanya pria tampan dan wanita

cantik dengan kehidupan yang bersuasana mewah;

2) Plot sengaja dibuat lancar dan sederhana;

3) Perwatakan tokoh tidak dikembangkan sehingga terasa dangkal;

4) Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang

sentimental.

h.101.

14 Suparman Natawidjaja, Apresiasi Sastra & Budaya, (Jakarta: PT Intermasa, 1982), cet.2,

15 Burhan Nurgiantoro, op cit, h.9. 16

Ibid, h.19-20.

Page 22: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

13

5) Bertujuan untuk menghibur sehingga cerita yang disuguhkan

dengan cara yang mengasyikan dan ringan, namun memiliki

ketegangan, penuh aksi, warna, dan humor.

6) Bersifat komersial dan komunikatif.

Dari ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa novel

populer adalah jenis novel yang bersifat komersial, tidak begitu

mementingan nilai atau mutu karya itu sendiri, tetapi lebih

kepada penjualan novelnya semata karena tema cerita yang

sesuai dengan zamannya yang disuguhkan secara ringan dengan

bahasa yang komunikatif sehingga pembaca seakan larut dalam

alur ceritanya. Bahasa yang ringan dan mudah dipahami menjadi

nilai lebih untuk jenis novel ini karena pembaca tidak

menemukan kesulitan yang berarti ketika membaca jenis novel

ini.

b. Novel Serius

Novel serius adalah novel bermutu sastra atau disebut juga

novel literer. Novel serius menyajikan persoalan-persoalan

kehidupan manusia secara serius. Contohnya, novel Gairah untuk

Hidup dan untuk Mati, Pada Sebuah Kapal, Burung-burung Manyar,

Para Priyayi, Saman, dan Supernova.17

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa novel serius memiliki fungsi sosial, yakni novel

berfungsi untuk membina masyarakat menjadi manusia. Novel serius

cenderung melakukan penggalian dan eksplorasi dalam berbagai

unsur, yakni tema, plot, tokoh, konflik, gaya bahasa, dan lain-lain.

Adapun tema percintaan dan asmara di dalam novel serius hanyalah

sebuah pelengkap. Kisah cinta diungkapkan dengan perspektif yang

berbeda dan baru.

Novel serius memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

17 Burhan Nurgiantoro, op cit, h.23.

Page 23: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

14

1) Temanya mengetengahkan persoalan kehidupan manusia yang

universal, seperti persoalan atau kejadian dalam kehidupan

manusia yang serius, berat dan dalam. Kejadian tersebut

dialami, sudah dialami, atau akan dialami manusia kapan saja

dan di mana saja;

2) Penggarapan cerita dikupas secara mendalam. Hal ini

diungkapkan karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai

intelektual yang kaya dengan ide-ide, gagasan, dan petuah-

petuah tentang kehidupan;

3) Menuntut aktivitas pembaca secara lebih serius, menuntut

pembaca untuk mengoperasikan daya intelektualnya;

4) Isi cerita penuh dengan inovasi, segar, dan baru;

5) Bahasanya standar dan terpelihara, banyak inovasi, dan gaya

bahasanya menarik;

6) Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita

lainnya dalam membangun cerita.

Dari ciri-ciri tersebut, jelas bahwa novel serius adalah novel

yang mengutamakan mutu dan kualitas dari novel itu sendiri.

pembaca tidak hanya disuguhkan cerita yang hanya sebatas

menghibur saja, tetapi juga dapat memperoleh makna di balik

ceritanya. Pembaca dapat mengambil pesan dari cerita yang ada.

Alur cerita yang bermutu ini tentunya tidak terlepas dari peran

pengarang dalam membuat novel ini yang tidak hanya sekedar

membuat, akan tetapi juga menggabungkan ide, gagasan, dan

pengalaman yang dimiliki sehingga menghasilkan novel yang

berkualitas.

Berdasarkan penggolongan jenis-jenis novel berdasarkan

Burhan Nurgiantoro, menurut asumsi peneliti bahwa novel MADA,

Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong dapat

dikategorikan ke dalam jenis novel serius karena mengangkat tema

yang berkaitan dengan persoalan kehidupan manusia yang universal

Page 24: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

15

dan penggarapan cerita yang dikupas secara mendalam dengan

kemasan yang menarik dan dibangun dengan unsur-unsur intrinsik

yang kuat.

B. Alur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alur adalah

rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan

menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan

penyelesaian untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh

hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-

akibat).18

Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung

secara kausal. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau

menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena

akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Alur merupakan tulang punggung

cerita. berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya

sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah

cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman

terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas,

dan keberpengaruhannya. Alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan

akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam

kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan.19

Selain kausalitas, pengarang juga menggambarkan peristiwa secara

pararel dan kemiripan di antara tokoh, situasi, dan peristiwa. Hal ini dicapai

dengan cara sedemikian rupa sehingga novel yang tercipta memiliki

koherensi, sekalipun alurnya tidak tersusun berdasarkan hubungan-hubungan

18 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia “Edisi Keempat”,

(Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.45. 19

Robert Stanton, op cit, h.28.

Page 25: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

16

kronologis dan kausalitas. Sebuah novel dapat pula dibentuk oleh tokoh atau

peristiwa yang serupa.20

Hal ini tentunya berkaitan dengan kreatifitas seorang pengarang dalam

menghasilkan sebuah karya sastra. Seorang pengarang dengan sekreatif

mungkin mengemas setiap peristiwa agar menjadi daya tarik bagi pembaca.

Salah satunya ialah dengan menggunakan alur yang tidak kronologis

bentuknya. Akan tetapi, penggunaan alur yang tidak kronologis dapat

membuat jalan cerita menjadi kabur namun bagaimana pun bentuknya

penggunaan alur dalam sebuah novel oleh seorang pengarang, tetap saja

menjadi salah satu unsur penting dalam membentuk suatu jalan cerita yang

utuh.

Alur yang tersusun secara kronologis ialah urutan peristiwa yang

diceritakan berdasarkan urutan kewaktuan. Tersusun berdasarkan urutan

waktu kapan peristiwa tersebut terjadi. Misalnya hari-hari sebelumnya, pagi

ini pun Yeni bangun pukul 05.00 WIB. Ini merupakan prestasi yang telah

biasa dialaminya dan jarang terlambat. Kesadarannya segera membayangkan

pada berbagai kegiatan rutin yang telah biasa dialaminya. Dimulai dari

menyucikan diri, sembahyang, mandi, sarapan pagi, dan akhirnya berangkat

ke sekolah dengan sepedanya. Di sekolah kegiatan yang tidak kalah

rutinitasnya, siap menunggu. Yeni menjalani semua itu dengan perasaan yang

biasa-biasa saja tanpa perasaan bosan. Ia menjalaninya begitu saja dengan

kawan dan seluruh kegiatannya itu untuk menunggu bel jam pulang. Peristiwa

yang terjadi pada contoh di atas merupakan suatu peristiwa yang terjadi

secara rutin dan telah menjadi kebiasaan. Apa yang terjadi kemudian tidak

disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Peristiwa-peristiwa

tersebut muncul secara berurutan berdasarkan keterangan waktu.

Berbeda dengan contoh berikut ini, beberapa orang yang mengajar

pagi di jam pertama sering kali menyindir, bahkan ada yang lebih dari itu,

Nita yang selalu datang terlambat. Jika dihitung dengan waktu,

20 Furfqonul Azis dan Abdul Hasim, op cit, h.69.

Page 26: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

17

keterlambatannya berkisar antara 5 sampai 30 menit. Akan tetapi, herannya,

Nita sendiri seperti tidak perduli. Maka tidak jarang dosen yang rajin

mempertimbangkan faktor nonakademis, tetapi penting untuk pembentukan

karakter, akan mempertimbangkan sekali lagi kelulusannya. Hari Senin yang

lalu pun ia terlambat hampir 25 menit. Ternyata hal itu telah diduga oleh sang

dosen yang mengajar di kelasnya jam 07.00 WIB, karena pada malam

harinya, menjelang tengah malam, suatu hal yang lain dari biasanya, sang

dosen yang keluar rumah mencari angin segar, melihat Nita berjalan rapat dan

nyaris menggelendot dengan seorang laki-laki di sebrang jalan. Kejadian

tersebut yang dilakukan oleh orang yang sama bukanlah pemandangan baru

bagi dosen tersebut. Berbeda dengan contoh sebelumnya, contoh di atas

merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kaitan sebab-akibat.

Artinya, kemunculan peristiwa-peristiwa sebelumnya akan menyebabkan

munculnya peristiwa-peristiwa selanjutnya.

Peristiwa ialah peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain.

Peristiwa dapat bersifat fungsional atau tidak. Peristiwa yang bersifat

fungsional ialah peristiwa yang mempengaruhi perkembangan alur. Selain itu,

terdapat juga peristiwa-peristiwa yang mengaitkan peristiwa-peristiwa

penting. Contohnya, perpindahan dari lingkungan yang satu ke lingkungan

lain, penampilan pelaku baru, adegan-adegan singkat bila tidak terjadi sesuatu

yang penting. Sekalipun peristiwa tersebut terlihat sepele, namun sangat

penting dalam sebuah cerita untuk mengendurkan perhatian pembaca agar

tidak terus-menerus ditegangkan oleh peristiwa-peristiwa yang terdapat di

dalam cerita. Selain itu, banyak peristiwa yang secara tidak langsung

berpengaruh bagi perkembangan sebuah alur, tidak turut menggerakkan jalan

cerita, tetapi mengacu kepada unsur-unsur lain, seperti bagaimana watak

seseorang, bagaimana suasana yang meliputi para pelaku, dan sebagainya.21

Subplot merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang menjadi

bagian dari alur utama, namun memiliki ciri khas tersendiri. Satu subplot bisa

21

Jan van Luxemburg, dkk, Pengantar Ilmu Sastra, (Jakarta: PT Gramedia, 1986), cet.2,

h.150-151.

Page 27: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

18

memiliki bentuk yang pararel dengan subplot lain. Salah satu bentuk subplot

yang lazim dikenal adalah naratif bingkai. Sesuai dengan namanya, subplot

ini membingkai dan membungkus naratif utama sehingga akan menghasilkan

cerita dalam cerita.22

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.

setiap karya fiksi setidak-tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak

jelas) hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter

dengan lingkungannya. Konflik-konflik spesifik ini merupakan subordinasi

satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, atau dua-duanya. Konflik

utama selalu bersifat fundamental, membenturkan sifat-sifat dan kekuatan-

kekuatan tertentu, seperti kejujuran dengan kemunafikan, kenaifan dengan

pengalaman, atau individualitas dengan kemauan beradaptasi. Konflik

semacam inilah yang menjadi inti struktur cerita. sebuah cerita mungkin

mengandung lebih dari satu konflik kekuatan, tetapi hanya konflik utamalah

yang dapat merangkum seluruh peristiwa yang terjadi dalam alur. Konflik

utama selalu terikat teramat intim dengan tema cerita.23

Peristiwa-peristiwa pokok yang terdapat di dalam alur ialah situasi

awal, komplikasi dan penyelesaian. Dengan berbagai cara situasi-situasi itu

dapat dikombinasikan dan diulang dalam satu alur. Sedangkan, bagian besar

alur ialah komplikasi. Secara global komplikasi dapat berupa kemajuan dan

kemunduran, sejauh pelaku utama maju atau mundur. Berbagai peristiwa

pada taraf abstraksi yang lebih rendah dapat juga dicirikan sebagai kemajuan

atau kemuduran, perbaikan atau pemburukan. Alur tidak dapat dilepaskan

dari hubungan antara para pelaku yang mengakibatkan atau mengalami

berbagai peristiwa.24

Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan

waktu, baik dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu,

dalam sebuah cerita, tentu ada awal kejadian, kejadian berikutnya, dan

22

Robert Stanton, op cit,h.27. 23Robert Stanton, op cit, h.31-32. 24

Jan van Luxemburg, dkk, op cit, h.152-153.

Page 28: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

19

barangkali pula ada akhirnya. Namun, alur sebuah karya fiksi sering kali tidak

menyajikan peristiwa secara kronologis dan runtut, melainkan penyajiannya

yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang mana pun juga tanpa

adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan

kejadian akhir. Dengan demikian, tahap awal cerita tidak harus berada di awal

cerita atau di bagian awal teks, melainkan dapat terletak di bagian mana

pun.25

Tahap awal, sebuah cerita pada umumnya berisi sejumlah informasi

penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-

tahap berikutnya, yaitu berupa penunjukkan dan pengenalan latar serta

pengenalan tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerita. Tahap tengah,

menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan

pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan.

Tahap akhir, menampilkan peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai

akibat klimaks. Bagian ini mengisahkan kesudahan cerita atau menyarankan

pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita.26

Tahap-tahap alur yang telah dikemukakan di atas dapat pula

digambarkan dalam bentuk diagram. Diagram struktur yang dimaksud

biasanya didasarkan pada urutan kejadian dan atau konflik secara kronologis.

Sebenarnya lebih menggambarkan struktur alur jenis progresif-konvensional-

teoretis. Misalnya, diagram yang digambarkan oleh Jones seperti ditunjukkan

berikut ini.27

25 Burhan Nurgiantoro, op cit, h.141. 26 Ibid, h.141-146. 27

Ibid, h.150.

Page 29: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

20

Klimaks

Inciting Forces +)

*) **) Pemecahan

Awal Tengah Akhir

Keterangan : *) konflik diimunculkan dan semakin ditingkatkan

*) konflik dan ketegangan dikendorkan

+) Inciting forces menyarankan pada hal-hal yang semakin

meningkatkan konflik sehingga akhirnya tercapai klimaks.

C. Pembelajaran Sastra di Sekolah

Horatius seorang penyair besar Romawi (65-8 SM) berpandangan

bahwa karya sastra harus bertujuan dan berfungsi dulce et utile, yakni

menghibur dan bermanfaat. Bermanfaat karena pembaca dapat mengambil

pelajaran yang berharga ketika membaca karya sastra, yang mungkin bisa

menjadi pegangan hidupnya. Mungkin juga karena karya sastra mengisahkan

hal-hal yang tidak terpuji, tetapi pembaca masih bisa menarik pelajaran dari

karya sastra tersebut karena dalam membaca dan menyimak karya sastra,

pembaca dapat mengingat dan sadar untuk tidak berbuat hal yang dialami

oleh tokoh di dalam cerita. Selain itu, sastra harus bisa memberi nikmat

melalui keindahan isi dan gaya bahasanya.28

Hakikat pendidikan ialah membina anak didik ke arah

pertumbuhannya menjadi manusia yang dapat bermasyarakat dengan baik.29

Yus Rusyana mengatakan, untuk kepentingan pendidikan, tujuan pengajaran

sastra merupakan bagian dari tujuan pendidikan secara keseluruhan, karena

28 Partini Sardjono Pratokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008), h.5-6. 29

Bambang Kaswanti Purwo, Bulir-Bulir Sastra & Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius, 1991),

cet.1, h.39.

Page 30: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

21

proses belajar dan mengajarkan sastra merupakan bagian dari proses

pendidikan. Tujuan pengajaran menentukan komponen pengajaran lainnya.

Jadi, pengajaran sastra sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan.30

Tujuan pengajaran sastra merupakan tolak ukur tujuan pendidikan,

karena sebuah penciptaan karya sastra yang sarat akan nilai-nilai kehidupan

dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Selain mengangkat cerita yang

dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, suatu karya sastra juga sarat

akan nilai-nilai yang menyinggung berbagai sisi dalam kehidupan yang

tentunya dapat bermanfaat dalam proses mendidik siswa dan proses

pembelajaran di sekolah.

Sastra dapat membukakan mata pembaca untuk mengetahui realitas

sosial, politik, dan budaya dalam bingkai moral dan estetika. Melalui karya

sastra para pembaca akan menikmati realitas imajinasi pengarang melalui

tokoh, peristiwa, dan latar yang disajikan. Belajar sejarah tidak harus

membaca buku sejarah. Dengan membaca tokoh, peristiwa, dan latar sastra

yang berlatarkan peristiwa tertentu, pembaca akan diajak berpikir dan

bersentuhan dengan sejarah.31

Karya sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia

pendidikan secara nyata. Kinayati Djoyosuroto mengatakan bahwa sastra

bukan hanya sumber nilai moral ataupun sumber pengetahuan, akan tetapi

sastra dapat mempertajam kesadaran sosial dan religiusitas pembacanya.

Menurut Suminto A Sayuti, terdapat korelasi positif antara pembelajaran

sastra dan pembelajaran bidang studi lain. Pembelajaran sastra dilaksanakan

dengan kreatif, dengan pilihan bahan yang mampu merangsang daya kritis

siswa, serta sastra juga merupakan sarana yang mampu mengantarkan siswa

ke jenjang kedewasaan.32

30

Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, (Bandung: CV.

Dipenogoro, 1984), h.313. 31

Kinayati Djojosuroto, Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka,

2006), h.77-78. 32

Ibid, h.83-84.

Page 31: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

22

Pendidikan dapat diterapkan pula melalui sebuah karya sastra. Secara

umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam

kurikulum 2004 yang pertama adalah, peserta didik mampu menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas

wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa. Tujuan yang kedua adalah, peserta didik menghargai dan

membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia. Tujuan itu pula dijabarkan ke dalam kompetensi

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis sastra. Sebetulnya,

kompetensi yang akan dikembangkan sudah cukup baik. Terkadang, yang

terjadi di lapangan tidak selalu sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Kompetensi ini dijabarkan di dalam buku pembelajaran, isinya masih berkisar

pada pembahasan tema, tokoh, watak, alur, sudut pandang, latar, gaya

bahasa, nilai-nilai, dan amanat pada pembelajaran prosa. Pembelajaran sastra

sebenarnya dapat ditingkatkan lagi dengan pendidikan melalui sastra. Melalui

sastra kita dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal

keseimbangan antara spiritual, emosional, etika, logika, estetika, dan

kinestika. Pengembangan kecakapan hidup, belajar sepanjang hayat, serta

pendidikan menyeluruh dan kemitraan.33

Suwardi Endraswara memaparkan mengenai pembelajaran sastra yang

mengarah kepada pembelajaran KBK bahwa orientasi pembelajaran sastra

tidak harus bertele-tele dengan banyaknya teori yang disampaikan. Akan

tetapi dapat melakukan action research yang berupa kerjasama guru untuk

merancang pembelajaran sastra yang bernuansa KBK. Selain itu, dalam

pembelajaran sastra peserta didik diperkenalkan untuk mengapresiasi sesuai

dunia remaja. Pertama, peserta didik diajak untuk mencermati hakikat puisi

dengan menyimpulkan sendiri apa itu puisi. Kedua, peserta didik diajak untuk

mengenali imaji, tanggap terhadap lingkungan, dan alam secara estetis.

Ketiga, peserta didik selalu dimotivasi untuk terus mencoba dan berlatih.

33 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h.170-171.

Page 32: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

23

Keempat, peserta didik diajak untuk belajar seni merangkai kata, bercerita

lewat puisi. Melalui langkah demikian, pembelajaran sastra memiliki

kegunaan spiritual, khususnya untuk keseimbangan emosi. Pembelajaran

puisi akan menjadi wahana menghaluskan rasa humanis.34

Apresiasi berkaitan dengan penghargaan dan penilaian. Langkah dasar

untuk mengapreasiasi karya sastra adalah dengan membaca. Selain itu,

pembaca harus melakukan serangkaian kegiatan, yakni penafsiran, analisis,

dan penilaian untuk dapat mengapresiasi sebuah karya sastra.35

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, terdapat relevansi

antara sastra dengan pendidikan, yakni berkaitan dengan kegiatan

mengapreasiasi sebuah karya sastra. Peserta didik melakukan serangkaian

kegiatan yang berkaitan untuk mengenal sebuah karya sastra hingga akhirnya

dapat memahami secara mendalam sebuah karya sastra.

Peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami,

menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Dengan

pendidikan sastra, peserta didik tidak hanya diajak untuk memahami dan

menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan

kenyataan yang ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan

sikap positif terhadap karya sastra. Pendidikan semacam ini akan

mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan peserta

didik.36

Berdasarkan hal yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa sastra dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sastra

bukan hanya sebuah bahan bacaan, akan tetapi proses peciptaan karya sastra

juga berfungsi untuk menghibur dan memberikan manfaat bagi pembacanya,

yakni melalui nilai-nilai positif yang ada di dalam cerita dan melalui peristiwa

yang dialami oleh tokoh di dalam cerita. Terlebih, tujuan pengajaran sastra

34

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan

Aplikasi, (Jakarta: CAPS, 2013), h.193. 35

Heru Kurniawan, Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika,

hingga Penulisan Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), cet.2, h.7-13. 36

Wahyudi Siswanto, op cit, h.168-169.

Page 33: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

24

yang merupakan tolak ukur tujuan pendidikan dapat bermanfaat bagi proses

pembelajaran dan mendidik siswa di sekolah. Dengan pendidikan sastra,

peserta didik tidak hanya diajak untuk memahami dan menganalisis

berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang

ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap postif

terhadap karya sastra. Pendidikan sastra mampu mengembangkan

kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan peserta didik. Sastra juga

bukan hanya sumber nilai moral ataupun sumber pengetahuan, akan tetapi

sastra dapat mempertajam kesadaran sosial dan religiusitas pembacanya.

Banyak jenis karya sastra yang dapat diapresiasi oleh peserta didik

untuk pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah novel. Novel yang dapat

dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra adalah novel MADA, Sebuah

Nama yang Terbalik, karena novel ini mengangkat cerita yang sesuai dengan

dunia remaja dan memiliki unsur-unsur pembangun yang menarik untuk

dianalisis oleh peserta didik di sekolah.

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis pada koleksi skripsi di Perpustakaan

Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa penelitian

terhadap Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong

belum pernah ada yang meneliti. Akan tetapi, penelitian yang berkaitan

dengan analisis alur pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah

sebagai berikut.

1) Ahmad Darmawan, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji, tahun 2013. Mengangkat skripsi dengan

judul “Analisis Karakter Tokoh dan Alur dalam Novel

Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman Karya

Ashadi Zain & Moh Dat Molok”. Hasil dari penelitian ini adalah

beberapa tokoh dalam novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian

Meretas Zaman Karya Ashadi Zain dan Moh Dat Molok, yaitu: 1)

Page 34: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

25

Hang Jebat memiliki watak teguh berpendirian, pemarah, adil,

penyayang, jujur, pemberani, tegas, semangat juang, tidak

sombong, penolong, bijak, terpercaya, berterima kasih, religius,

dan penasaran. 2) Hang Tuah memiliki watak taat kepada raja. 3)

Hang Lekir memiliki watak pemarah. 4) Hang Katsuri memiliki

watak pemarah. 5) Sultan Malaka memiliki watak sombong dan

kejam. 6) Kerma Wijaya memiliki watak kejam. 7) Puteri Laila

memiliki watak sakti. 8) Adinda Sultan Salahuddin memiliki watak

penyayang dan religius. 9) Sultan Salahuddin memiliki watak

bimbang dan religius. Terdapat 20 tokoh protagonis dan 6 tokoh

antagonis di dalam novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian

Meretas Zaman. Alur yang terdapat dalam novel Pengembaraan

Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman karya Ashadi Zain dan Moh

Dat Molok adalah alur progresif. Alur maju terdapat 18 alur yang

menceritakan perjalanan pengembaraan Hang Jebat dari awal ia

berguru hingga ia ditugaskan Sang Persata Nala gurunya

mengembara dari zaman ke zaman untuk menumpas kebatilan dan

menegakan keadilan. Alur mundur terdapat 24 alur yang

menceritakan perjalanan Hang Jebat menembus lorong waktu yang

ditugaskan oleh Sang Persata Nala gurunya dari zaman Sultan

Hasanuddin sampai ke zaman negeri Malaka. Alur campuran

terdapat 26 alur yang menceritakan perjalanan Hang Jebat dari

zaman ke zaman kelantan, zaman kerajaan Sultan Hasanuddin,

hingga ia kembali ke zaman Malaka.37

2) Bunga Pramita, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Mengangkat skripsi

dengan judul “Analisis Plot (Hubungan Kausalitas) Novel Lalita

37

Skripsi Ahmad Darmawan, Analisis Karakter Tokoh dan Alur dalam Novel

Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman Karya Ashadi Zain & Moh Dat Molok,

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2013.

Page 35: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

26

Karya Ayu Utami dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di

Sekolah”. Hasil dari penelitian ini adalah analisis objektif terhadap

novel Lalita menjelaskan makna pokok atau gagasan dasar yang

terkandung dalam keseluruhan novel Lalita, yaitu proses

menemukan kesadaran sejati. Berdasarkan urutan waktu kejadian,

peristiwa yang ditampilkan novel Lalita menggunakan teknik

pengembangan plot yang bersifat progresif. Jika dianalisis

berdasarkan kriteria jumlah, plot Lalita menggunakan teknik cerita

berbingkai. Analisis tokoh dalam kajian ini ditentukan berdasarkan

perannya dalam pengembangan plot. Oleh karena itu, dapat

ditentukan tokoh utama novel ini adalah Lalita. Dalam

menggambarkan tokoh-tokohnya, pengarang menggunakan metode

analitik, yakni penggambaran tokoh dengan memaparkan secara

langsung sifat-sifat lahir (fisik) dan batik (perasan, hasrat, pikiran)

kepada pembaca. Pendeskripsian latar dalam novel ini merupakan

jenis latar tipikal karena disertai deskripsi sifat khas tertentu yang

menonjol pada sebuah latar baik yang menyangkut unsur tempat,

waktu, maupun sosial. Penggunaan beberapa jenis gaya bahasa di

antaranya majas metafora, pleonasme, dan polisendenton.

Penggunaan sudut pandang orang ketiga mahatahu memberi

kemudahan kepada pembaca untuk memahami detail cerita. dengan

teknik ini, pembaca seolah diajak untuk terlibat langsung dan

merasakan kedekatan emosional dengan cerita. Dengan demikian,

kesimpulan akhir yang diperoleh bahwa novel Lalita mempunyai

struktur bangunan yang kokoh bila dilihat dari unsur-unsur

pembangun yang saling menguatkan satu sama lain. Analisis

hubungan kausalitas akan membawa kita pada kaidah

pengembangan plot yang mencakup unsur plausabilitas, suspense,

surprise, dan unity. Berdasarkan hasil analisis hubungan kausalitas,

persepsi awal penulis bahwa novel ini bertema spiritual dan saint

terbantahkan, sebab ditemukan keterkaitan antarsequen yang

Page 36: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

27

menunjukkan hubungan antar peristiwa dengan makna yang ingin

disampaikan pengarang, yakni tentang pencapaian “kesadaran

sejati” tersebut. Implikasi analisis plot (hubungan kausalitas)

terhadap pembelajaran sastra adalah melatih peserta didik untuk

berpikir logis dan memperoleh pengetahuan baru bahwa unsur yang

terkandung dalam sebuah plot bukan hanya terdapat hubungan

temporal atau kronologis, seperti pengetahuan mereka pada

umumnya yang hanya mengenal urutan waktu dalam kegiatan

analisis plot, tetapi terdapat juga unsur lain, yaitu hubungan

kausalitas atau sebab akibat yang diciptakan kelogisan dalam setiap

kemunculan peristiwa.38

3) Fahmi Nur Muzaqi, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Mengangkat skripsi

dengan judul “Analisis Alur Novel Orb Karya Galang Lufityanto

suatu Tinjauan Semiotik Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SMA”. Hasil dari penelitian ini adalah

tahapan alur yang digunakan pengarang dimulai dari eksposisi –

penurunan – konflik – eksposisi – konflik – eksposisi – klimaks-

eksposisi – konflik – klimaks – peleraian – penyelesaian – konflik.

Beberapa keunikan alur novel Orb, yaitu 1) Orb karya Galang

Lufityanto digambarkan seperti gelombang. Pengarang sering kali

memasukkan tahap eksposisi di tengah-tengah konflik. 2) Terdapat

dua klimaks dalam novel ini. 3) Tahap penyelesaian alur dalam

novel ini tidak dijadikan akhir sebuah cerita dalam novel melainkan

diletakkan menjelang berakhirnya cerita. Implikasi penelitian ini

terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas, yakni

analisis alur novel Orb karya Galang Lufityanto bisa dijadikan

sebagai salah satu media dalam melaksanakan pembelajaran

38

Bunga Pramita, Analisis Plot (Hubungan Kausalitas) Novel Lalita Karya Ayu Utami dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Page 37: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

28

Bahasa Indonesia pada kelas X di materi teks prosedur kompleks.

Guru dapat menjadikan novel ini sebagai bahan diskusi siswa

dengan referensi yang berbobot. Melalui proses penelaahan unsur

intrinsik ini siswa dapat mengambil nilai-nilai penting melalui

prosesnya seperti menghargai perbedaan argumen masing-masing

siswa dan juga membuat siswa lebih kritis dalam membaca novel.39

39 Fahmi Nur Muzaqi, Analisis Alur Novel Orb Karya Galang Lufityanto suatu Tinjauan

Semiotik Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Universitas UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Page 38: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

BAB III

PEMBAHASAN

Sebuah karya fiksi merupakan bentuk atau hasil imajinasi seorang

pengarang yang direalisasikan melalui bentuk nyata, yakni berupa sebuah karya.

Sebuah karya sastra yang dibangun dengan unsur-unsur yang memiliki keterkaitan

satu dengan yang lainnya merupakan unsur yang dapat membangun karya

tersebut. Unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra tersebut adalah unsur

intrinsik dan unsur ekstrinsik.

A. Unsur Intrinsik

Berikut akan disajikan analisis struktural yang dibatasi hanya unsur

tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, bahasa, sudut pandang, dan amanat

dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong.

1. Tema

Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah

karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara

berulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara

tidak langsung atau implisit.1

Tema yang terdapat dalam novel MADA ialah mengenai petualangan

Mada dan kawan-kawannya untuk mencari Buku Gunadarma yang

merupakan petualangan untuk mencari jati diri mereka sesungguhnya.

“Nia apakah kamu tidak pernah bertanya kepada ayahmu,

Tentang kelanjutan cerita itu?”

“Sudah, tapi ayahku juga tidak tahu akhir cerita gunadarma. Tapi kalo tidak salah, ayahku pernah bilang,

Di Desa Jumeneng tersimpan buku Gunadarma,” jawab Nia

“Oh ya? Semua kembali berbinar ceria.

“di manakah desa itu, Nia?”

“Entahlah, mungkin tersimpan di sebuah Taman Bacaan,

Pasti, nanti aku tanyakan kepada ayahku,” jawab Nia

Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana

“Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?”

Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya

1

Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2005), cet.10, h. 9.

28

Page 39: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

29

Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama.

“Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.”2

Awal kisah novel MADA adalah ketika Mada dan kawan-kawannya

mendengarkan cerita mengenai Gunadarma yang disampaikan oleh ibu

guru Aminah Mukhlas ketika pelajaran berlangsung di dalam kelas.

Gunadarma adalah seorang anak laki-laki yang baik hati. Ia suka

menolong orang lain tanpa pamrih. Gunadarma adalah seorang anak yatim

yang pada akhirnya hidup sebatang kara karena ditinggalkan oleh orang-

orang yang ia cintai. Akan tetapi, ia selalu sabar dan tabah dalam

menghadapi kehidupannya. Gunadarma adalah seorang pembelajar yang

pemberani dan tangguh.

Melalui cerita Gunadarma yang disampaikan oleh ibu guru Aminah

Mukhlas tersebut, anak-anak merasa kagum terhadap sosok Gunadarma.

Mereka ingin menjadi seperti Gunadarma. Hal tersebut yang menjadi

alasan Mada dan kawan-kawannya untuk melakukan petualangan mencari

Buku Gunadarma.

“Nia, apakah kamu tidak pernah bertanya kepada ayahmu,

Tentang kelanjutan cerita itu?”

“Sudah, tapi ayahku juga tidak tahu akhir cerita Gunadarma.

Tapi kalau tidak salah, ayahku pernah bilang, Di Desa Jumeneng tersimpan buku Gunadarma,” jawab Nia

...Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana

“Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?!”

Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama.

“Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.”3

Setelah kesepakatan yang telah diambil bersama, Mada dan

kawan-kawannya sepakat untuk melakukan petualangan mencari Buku

Gunadarma ke sebuah Taman Bacaan yang terletak di Desa Jumeneng.

Sebuah petualangan yang melewati berbagai macam rintangan yang

106.

2 Abdullah Wong, MADA, Sebuah Nama Yang Terbalik, (Jakarta: Makkatana, 2013), h.105-

3

Ibid, h.105-106.

Page 40: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

30

pada kenyataannya Buku Gunadarma yang mereka cari tidak pernah

ada.

“Ternyata, semua petualangan adalah rangkaian dari pesan-

Pesan

Pesan yang sejatinya telah dihamparkan Tuhan

Segala pesan itu begitu luas tak bisa dibayangkan

Kecuali dengan kerendahan hati untuk mau belajar dengan

Penuh kesabaran.”4

Kutipan tersebut merupakan akhir dari kisah petualangan Mada

dan kawan-kawannya dalam mencari Buku Gunadarma. Kisah

Gunadarma yang diceritakan oleh ibu guru Aminah Mukhlas ternyata

merupakan cerita yang sering ia dengar dari ayahnya semasa ia kecil.

Tokoh Gunadarma itu sendiri pada hakikatnya sudah tercermin dalam

diri Mada dan kawan-kawannya yang memiliki keberanian dalam

melakukan petualangan untuk mencari Buku Gunadarma yang

menghadapi berbagai macam rintangan.

2. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh merujuk kepada pelaku cerita. Sedangkan,

penokohan sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan.5

Tokoh dapat dikatakan orang yang berperan dalam cerita dan

penokohan adalah karakter yang berkaitan dengan sikap, sifat, dan

kepribadian yang dimiliki oleh tokoh tersebut.

Penokohan dalam novel MADA didasarkan dalam bentuk metode

analitis (metode ekspositori). Metode analitis adalah pelukisan tokoh

cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau

penjelasan secara langsung. Pengarang menghadirkan tokoh ke hadapan

pembaca dengan cara tidak berbelit-belit, melainkan menyampaikan

secara langsung mengenai sifat, sikap, watak, tingkah laku, atau bahkan

4Abdullah Wong, op cit, h.219. 5

Burhan Nurgiantoro, op cit, h.247.

Page 41: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

31

ciri fisikya.6

Berikut penjabaran mengenai tokoh dan penokohan yang

terdapat dalam novel MADA.

a. Mada

Mada bernama lengkap Ahmad Mustofa. Mada merupakan

tokoh utama dalam novel. Penggunaan nama Mada sebagai tokoh

utama memiliki keterkaitan dengan judul novel. Nama Mada yang

apabila dibaca terbalik menjadi Adam. Adam merupakan seorang

nabi yang melanggar larangan dengan memakan buah Khuldi

hingga akhirnya ia diusir dari surga dan menjadi manusia pertama

yang ada di bumi. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan nama

Mada sebagai judul novel memiliki keterkaitan yang menjelaskan

bahwa secara keseluruhan novel ini menceritakan petualangan dan

kisah hidup seorang anak Adam bernama Mada untuk mencari

Buku Gunadarma sebagai petualangan untuk menemukan jati

dirinya sendiri melalui rintangan-rintangan yang dihadapi.

Mada digambarkan sebagai seorang anak yang nakal, usil,

congkak, dan penuh ambisi.

“Mada ingat benar bagaimana dirinya ketika masih kecil

Ia dikenal orang sebagai anak nakal dan usil

Bahkan seringkali congkak, penuh ambisi dan degil”.7

Kutipan tersebut secara langsung melukiskan penokohan

Mada. Penokohan yang dimiliki Mada semasa kecil menjadi dasar

terbentuknya kepribadian Mada hingga dewasa. Penggambaran

sikap usil Mada semasa kecil membentuk Mada sebagai seorang

anak yang mudah bergaul hingga memiliki banyak teman dan

digemari oleh teman-temannya. Sikap Mada yang nakal dan penuh

ambisi membuatnya menjadi sosok yang tidak memiliki rasa takut

terhadap segala macam rintangan. Hal ini yang membuatnya

6 Abdullah Wong, op cit, h.279-280. 7

Ibid, h.13.

Page 42: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

32

dianggap sebagai seorang pemimpin dalam melakukan petualangan

mencari Buku Gunadarma.

“Mada selaku pemimpin rapat menerangkan

Saat melakukan aktifitas di luar ruangan,

Tubuh kita bekerja tidak seperti biasa

Terik matahari menguras cairan tubuh,

Membuat badan seperti kuntum bunga layu

Maka, tubuh kita membutuhkan siraman air yang sejuk

Supaya segar selalu.”8

Walaupun Mada digambarkan sebagai seorang anak yang

nakal dan usil, akan tetapi, ia adalah seorang anak yang mandiri

dan dewasa. Ia juga merupakan seorang anak yang berbakti kepada

orang tua. Ia tidak pernah melawan kepada orang tua, bahkan ia

selalu membantu pekerjaan orang tuanya.

“Mungkin bagi sebagian orang, Mada adalah anak manja

Namun sesungguhnya Mada mandiri dan dewasa”.9

Sikap mandiri dan dewasa yang dimiliki Mada terbentuk

melalui lingkungan keluarganya. Mada memiliki sosok ayah yang

tegas dan bijaksana dan seorang ibu yang baik dan berhati lembut.

Ayahnya yang tegas dan bijaksana mendidik Mada agar menjadi

seorang anak yang mandiri dan dewasa. Selain itu, sikap mandiri

dan dewasa yang dimiliki oleh Mada merupakan alasan kuat yang

melatarbelakangi Mada dijadikan sebagai seorang pemimpin dalam

petualangan mencari Buku Gunadarma. Mada dianggap lebih

dewasa dibandingkan teman-temannya yang lain dan memiliki

ambisi yang tinggi untuk mencari buku Gunadarma. Sikap dewasa

Mada ditunjukan ketika ia mengambil keputusan selama

petualangan mencari Buku Gunadarma berlangsung. Ia mampu

mengambil keputusan dengan bijaksana yang menunjukan dirinya

memiliki pemikiran yang dewasa.

8 Abdullah Wong, op cit, h.160. 9

Ibid, h.17.

Page 43: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

33

“Bagaimana, Mada?” Affwah bertanya.

“Baiklah. Lebih baik Ihsan dan Diwan pulang saja dulu...”

“Mada dan kawan-kawan lain meyakinkan Ihsan

Agar dirinya tidak kecewa karena tidak berhasil melanjutkan

Perjalanan

Diwan dan Ihsan melambaikan tangan.”10

Mada digambarkan sebagai seorang anak yang berbakti

kepada orang tua. Ia tidak pernah melawan kepada orang tua.

Bahkan, ia sering membantu pekerjaan orang tuanya.

“Kawan-kawan, maafkan aku.” Mada kembali bicara

“Kalian tetap teruskan pencarian buku Gunadarma

Tapi aku sama sekali tidak bisa ikut bersama

Aku harus membantu ayahku bekerja

Apalagi adikku masih kecil, aku harus membantu ibuku

menjaganya.”11

Latar belakang keluarga Mada yang memiliki seorang ibu

berhati baik dan lembut menjadi alasan kuat yang melatarbelakangi

terbentuknya sikap Mada yang berbakti kepada orang tua.

Penggambaran Mada yang memiliki sikap nakal dan usil tetapi ia

adalah anak yang berbakti kepada orang tua memperbaiki pola

pikir yang berkembang di masyarakat saat ini, bahwa anak yang

terlihat nakal dan usil sering kali melawan kepada orang tua. Akan

tetapi, dalam novel ini pengarang justru mengambarkan Mada

sebagai anak yang berbakti kepada orang tua meski ia nakal dan

usil.

b. Hakim

Hakim adalah tokoh yang berperan sebagai ayah Mada.

Hakim digambarkan sebagai seorang ayah yang tegas dan

bijaksana. Selain itu, Hakim juga dekat dengan anaknya. Dalam

bahasa Arab, Hakim bermakna bijaksana. Hal tersebut menjelaskan

bahwa penggunaan nama Hakim menggambarkan penokohan

10 Abdullah Wong, op cit, h.186-187. 11

Ibid, h.121.

Page 44: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

34

Hakim yang terdapat di dalam novel, yakni seorang yang tegas dan

bijaksana.

“Sungguh beruntung seorang Mada

Punya ayah yang tegas bijaksana

Hakim, namanya

Bekerja sebagai seniman yang menulis lagu-lagu cinta

Bernyanyi di atas panggung penuh lampu aneka warna

Disambut riuh dan sorak para penggemarnya.”12

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Hakim bekerja sebagai

seorang seniman yang gemar menulis lagu. Ia juga menyanyikan

lagu-lagu ciptaannya dari satu panggung ke panggung lainnya

dengan penggemar setia yang selalu menyaksikan

pertunjukkannya.

Sikap tegas dan bijaksana Hakim ditunjukan saat ia mendidik

anak-anaknya dan ditunjukan dari sosoknya sebagai seorang Ayah

dan kepala keluarga.

“Mada, nanti kalau kalau sudah makan siang, jangan lupa

temui

ayah.”

Mada mengangguk. Mada merasakan ada sesuatu yang ingin

disampaikan ayah...”

“Mada, ayah mau tanya. Kenapa kamu baru pulang sekolah?”

“Apakah ayah marah?”

“Ayah tidak marah. Ayah hanya bertanya, kenapa kamu baru

pulang sekolah,”

“Ayah, tadi Mada bersama kawan-kawan ada latihan sepak bola di sekolah.”

“Apakah Mada tidak mau jadi anak yang berani?”

“Mada, anak berani selalu jujur dan pantang bohong,

Apalagi berbohong pada orang tua sendiri...”

“Mada, kamu sudah cerita jujur dan benar

Ibu dan ayah bangga karena Mada memang anak pintar

Anak pintar tak pernah gentar untuk berkata benar.”13

12 Abdullah Wong, op cit, h.13. 13

Ibid, h.41-43.

Page 45: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

35

Akan tetapi, walaupun Hakim digambarkan sebagai sosok

yang tegas, Hakim senang bercanda dan mengajak main anak-

anaknya.

“Mada begitu dekat dengan Hakim, ayahnya Seringkali

Hakim mengajak bermain dan bercanda Membuat Mada

senantiasa rindu untuk selalu bersama.”14

Kutipan tersebut jelas menggambarkan Hakim sebagai sosok

ayah yang tegas dan bijaksana. Ia tegas mendidik Mada agar Mada

menjadi anak yang jujur dan tidak berbohong kepada orang tua.

Hakim tidak marah ketika mendengar Mada berbohong, tetapi ia

bersikap tegas dengan memberikan nasihat kepada Mada untuk

tidak berbohong dan bersikap bijaksana dengan melihat sisi positif

dari masalah yang ada, yakni memuji kejujuran Mada. Selain itu,

seorang ayah juga harus memiliki kedekatan emosional yang baik

dengan anak. Kedekatan emosional yang terjalin antara seorang

ayah dan anak mampu menciptakan hubungan dan komunikasi

yang baik.

c. Sophia

Sophia merupakan tokoh yang berperan sebagai ibu Mada.

Sophia digambarkan sebagai seorang ibu yang cantik, baik hati,

dan lembut. Dalam bahasa Yunani, Sophia berarti kebijaksanaan,

kepandaian, atau pengertian yang mendalam. Berdasarkan arti kata

tersebut, penggunaan nama Sophia menggambarkan karakter tokoh

Sophia di dalam novel ini yang memiliki sikap kebijaksanaan,

kepandaian, dan pengertian yang mendalam terhadap keluarganya

sebagai seorang ibu.

“Sementara ibu Mada,

Bagaikan bidadari yang turun dari nirwana

Sophia, namanya

Berparas jelita penuh pesona.”15

14 Abdullah Wong, op cit, h.17.

Page 46: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

36

Berdasarkan kutipan tersebut, digambarkan mengenai fisik

Sophia yang memiliki wajah yang cantik dan seorang ibu yang

pintar memasak dan selalu berdoa.

“Ia tak akan pernah menjelaskan hakikat dari yang diberi

nama

Ibu Mada memang ahli memasak, dan Mada tak pernah

bosan untuk selalu memujinya.”16

Penggambaran Sophia yang cantik, pintar memasak dan

selalu berdoa menunjukkan bahwa Sophia memiliki hati yang

lembut. Ia selalu melalukan segala pekerjaan dengan penuh cinta

dan kelembutan. Sosok Sophia yang berhati baik dan lembut

menjadi alasan kuat yang melatarbelakangi terbentuknya sikap

Mada yang tidak melawan kepada orang tua karena Mada dididik

dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

d. Rindu

Rindu adalah adik Mada. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), Rindu berarti sangat ingin dan berharap benar

terhadap sesuatu.17

Berdasarkan arti kata tersebut memiliki

keterkaitan dengan penokohan Rindu yang terdapat di dalam novel

ini. Rindu digambarkan sebagai seorang anak yang memiliki

keingintahuan yang besar terhadap sesuatu hal. Hal ini dapat dilihat

melalui kutipan di bawah ini.

“Apa yang sedang kamu warnai, Rindu?”

“Kakak, ini namanya sepatu.”

Mada masih menemani Rindu...

“Rindu, apakah kamu mau dengar cerita tentang sepatu?”

“Ya, Rindu mau. Tapi Rindu masih mewarnai sepatu.”

Mada hanya tersenyum mendengar jawaban Rindu...”18

15 Abdullah Wong, op cit, h.13. 16 Ibid, h.34. 17

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia “Edisi Keempat”,

(Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama, 2008), h.1175. 18

Abdullah Wong, op cit, h.131.

Page 47: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

37

Berdasarkan kutipan tersebut, digambarkan sosok Rindu yang

ingin mendengarkan cerita mengenai Kisah Sepatu. Akan tetapi, ia

juga memiliki keinginan untuk menyelesaikan pekerjaannya

mewarnai sepatu.

e. Aminah Mukhlas

Aminah Mukhlas adalah seorang guru yang mengajar di

sekolah Mada. Aminah adalah seorang guru yang memiliki sikap

keibuan. Aminah begitu perhatian dan memiliki rasa kepedulian

yang besar kepada murid-muridnya.

“Ibu guru mengusap kepala Arya

Sepertinya ibu guru lebih paham dari mereka

Ibu guru berbisik lembut pada Arya

Sementara mereka hanya bisa menduga.”

“Arya jadilah anak hebat.

Anak hebat pasti melewati banyak rintangan.

Kalau Arya tabah dan sabar,

Pasti segalanya dimudahkan Tuhan.”19

Berdasarkan kutipan tersebut, Aminah digambarkan sebagai

seorang guru yang lembut dan keibuan. Penokohan Aminah ini

memiliki keterkaitan dengan penggunaan nama Aminah yang

merupakan nama ibu dari Nabi Muhammad saw. Hal tersebut

tentunya berkaitan karena ibu dari Nabi Muhammad saw

merupakan seorang ibu yang keibuan dan lemah lembut, dan hal

tersebut tercermin pada sosok Aminah di dalam novel ini. Aminah

yang bermakna dapat dipercaya dalam bahasa Arab,

menggambarkan penokohan Aminah yang mendapatkan

kepercayaan oleh murid-murid di kelas dan menyayanginya seperti

ibu kandung sendiri. Hal ini terbukti dari kutipan di atas, bahwa

Arya percaya untuk menceritakan masalah keluarganya kepada

Aminah.

19

Abdullah Wong, op cit, h.58-59.

Page 48: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

38

Berdasarkan hal tersebut, secara jelas terlihat sikap keibuan,

perhatian, dan kepeduliaan Aminah terhadap murid-muridnya.

Aminah digambarkan sebagai seorang guru yang mempunyai

pengaruh besar dalam mendidik dan mengajar. Ia selalu

menyampaikan pesan bagi murid-muridnya untuk menjadi anak

yang hebat dan pembelajar yang sejati. Aminah mengajar dengan

metode pembelajaran yang merangsang keaktifan siswa di dalam

kelas.

“Anak-anakku, hari ini kita akan belajar tentang matahari,

Apakah di antara kalian ada yang tahu tentang matahari...?”

“Luar biasa, jawaban kalian sangat hebat!”

Apakah ada yang mau menambahkan tentang matahari...?”

“Baiklah, anak-anak, apa yang bisa kita petik dari keberadaan

Matahari?

Masing-masing dari mereka menjawab,”20

Selain itu, Aminah juga memanfaatkan alam sebagai tempat

untuk belajar dan mengajar, sehingga siswa tidak merasa bosan

karena belajar di dalam ruangan secara terus-menerus.

“Kami semua keluar dengan girang

Affwah dan Angelica mengajak ia dengan tenang

Sementara Diwan dan Ihsan asyik jalan melenggang

Sedangkan Mada dan Arya jalan santai di belakang

Mereka semua duduk-duduk di bawah pohon cherry

Dengan wajah berseri-seri kami bercanda

Sambil menunggu ibu guru datang kemari

Sesekali kami tertawa, lalu diam kembali”.21

Berdasarkan kutipan tersebut, jelas tergambar penokohan

Aminah Mukhlas sebagai sosok guru yang mempunyai pengaruh

besar dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya.

20 Abdullah Wong, op cit, h.88-89. 21

Ibid, h.88.

Page 49: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

39

f. Aghnia Cahaya

Aghnia Cahaya atau yang dipanggil Nia adalah sahabat Mada. Nia

adalah siswa baru di sekolah Mada. Nia digambarkan seperti seorang

putri bak permainsuri.

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru,

Dia akan menjadi salah satu temanmu.

Nanti kalian mengenalkan diri satu per satu,

Setelah temanmu ini mengenalkan diri padamu.”

Masing-masing dari mereka menatap wajahnya

Seorang perempuan cantik, anggun, bersahaja

Kulit putih, rambut panjang, mata lebar mempesona

Mereka masih menunggu ia memperkenalkan dirinya.”22

Kata Aghnia berasal dari bahasa Arab, yakni Ghaniyyun yang

berarti orang kaya. Kaya bukan hanya dalam arti memiliki banyak

harta, akan tetap juga kaya akan ilmu pengetahuan, amal, teman, dan

pengalaman. Arti kata tersebut memiliki keterkaitan dengan penokohan

Nia di dalam novel ini. Nia digambarkan sebagai anak orang kaya dari

seorang konsultan musik dan produser ternama. Selain itu, Nia juga

digambarkan sebagai sosok yang pintar di dalam kelas.

“Apakah ada yang bisa membedakan cahaya dan matahari?”

Nia, siswa baru itu, menjawab dengan bangga

“Cahaya tidak mungkin bisa dipisahkan dari sumber cahaya...

“Luar biasa, jawaban Nia sangat memuaskan!”

Jawaban Nia membuat Mada dan kawan-kawannya terkesan...”23

Nia juga memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini digambarkan

ketika Nia sudah lebih dulu mengetahui mengenai Kisah Dewa

Matahari dan Kisah Gunadarma dibandingkan dengan teman-temannya.

Arya bertanya kepada Nia,

“Nia, kamu sudah pernah mendengar cerita Gunadarma?”

“Gunadarma? Cerita apakah itu?...”

Arya tersenyum dan merasa menang.

“Aha! Sayang sekali kamu belum pernah mendengar cerita

Gunadarma. Padahal cerita Gunadarma adalah cerita hebat

Yang pernah aku dengar.”

22 Abdullah Wong, op cit, h.87. 23

Ibid, h.89.

Page 50: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

40

Arya kali ini senang karena menang,

Mada dan Arya tertawa kecil melihat kekalahan Nia

“...Iya maafkan saya. Saya memang tidak tahu Gunadarma.

Yang aku tahu,

Hanya cerita Mbah Linglung yang sakti madraguna.”

“Hah?! Kamu sudah tahu cerita itu, Nia?!”

Arya kaget mendengarnya,”24

Walaupun Nia digambarkan sebagai seorang perempuan yang

memiliki pengetahuan yang luas, Nia adalah teman yang setia kawan. Ia

selalu membantu temannya yang mengalami kesusahan. Hal ini

mencerminkan bahwa arti kata Aghnia yang berarti Ghaniyyun dalam

bahasa Arab, yakni Nia memiliki banyak teman karena ia adalah sosok

teman yang baik dan senang membantu orang lain.

“Ini memang ide Nia,

Ia selalu semangat untuk membantu siapa saja

Apalagi kepada Mada yang menjadi teman sekelasnya Dan bersama yang lainnya, semua selalu mendukung Nia

Bila mereka berhasil menjual buku-buku cerita.”25

g. Arya

Arya adalah sahabat Mada yang memeluk agama Budha. Arya

digambarkan seperti singa. Hal ini dapat menjelaskan penokohan Arya

di dalam novel ini yang lincah dan bersemangat seperti singa yang

meraung. Selain itu, Arya juga gemar membaca. Mada kerap kali

bermain ke rumah Arya untuk belajar dan membaca buku karena ayah

Arya memiliki perpustakaan di dalam rumahnya.

“...Arya anak yang lincah dan gemar membaca

“Mada sering belajar bersama di rumah Arya

Mada merasa nyaman bermain di rumah Arya

Di sana ada perpustakaan Pak Darma, ayah Arya...”26

24Abdullah Wong, op cit, h.93-94. 25 Ibid, h.127. 26

Ibid, h.15.

Page 51: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

41

3. Latar atau Setting

Latar atau Setting adalah segala keterangan mengenai waktu,

ruang, dan suasana yang terjadi lakuan dalam karya sastra. Deskripsi

latar dapat bersifat fisik, realistis, dokumenter, dan deskripsi perasaan.27

Latar tempat yang menggambarkan suasana menegangkan yang

terdapat dalam novel MADA adalah Desa Purna Raga, Desa Purna Rasa,

Sungai Mawasdiri, Gunung Suwung, dan Desa Purna Indra yang

merupakan tempat-tempat yang dilalui oleh Mada dan kawan-kawannya

dalam melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma.

“Nia apakah kamu tidak pernah bertanya kepada ayahmu, tentang

kelanjutan cerita itu?”

“Sudah tapi ayahku juga tidak tahu akhir cerita Gunadarma.

Tapi kalau tidak salah, ayahku pernah bilang,

Di Desa Jumeneng tersimpan buku Gunadarma,” jawab Nia.28

Perjalanan untuk menuju Desa Purna Indra hanya bisa dilalui

dengan naik angkutan umum yang hanya ada satu-satunya di terminal.

Sebuah mobil berwarna merah dengan satu garis kuning tebal melintang

di tubuhnya. Mereka melewati pesawahan, hutan tebu, bukit dan

pegunungan untuk akhirnya sampai di Desa Purna Indra.

“Purna Indra!

Di sanalah buku Gunadarma berada

Purna Indra adalah nama sebuah desa

Di sanalah taman bacaan desa

Meskipun barangkali, taman bacaan itu sudah sepi pembaca

Barangkali juga saat ini buku itu sedang berdiri kaku dalam rak

kayu

Huruf-hurufnya kaku, sementara sampulnya telah berdebu.”29

Setelah turun dari angkutan umum, sebelum sampai di Desa

Purna Indra, Mada dan kawan-kawannya terlebih dahulu melewati Desa

Purna Raga. Di Desa Purna Raga, Mada dan kawan-kawannya bertemu

seorang Kakek Tua yang mengantarkannya bertemu dengan Pak Cakra

27 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan

Tinggi), (Magelang: Indonesia Tera, 2003), cet.2, h.86. 28 Abdullah Wong, op cit, h.105. 29

Ibid, h.165.

Page 52: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

42

yang merupakan seorang pengrajin kaca penduduk asli Desa Purna

Indra.

“Masing-masing tersenyum melihat tingkah Diwan,

“Kek, kalau boleh tahu, kenapa namanya Desa Purna Indra?”

“Oh, ini bukan Desa Purna Indra, tapi Desa Purna Raga.

Ketika kalian melewati perkebunan tebu,

Itu adalah perbatasan Desa Purna Raga.

Purna Raga membentang dan berbatasan dengan sungai

Mawasdiri.”

Nah, kalau kalian telah menyebrangi sungai Mawasdiri, itulah

Desa Purna Indra.”30

Atas bantuan kakek tersebut, Mada dan Kawan-kawannya

bertemu dengan Pak Cakra. Ihsan dan Diwan tidak dapat melanjutkan

perjalanan, dikarenakan Ihsan sakit dan Diwan harus menemani Ihsan

untuk pulang ke rumah. Akhirnya, Mada dan kawan-kawan lainnya

melanjutkan petualangan mereka untuk mencari Buku Gunadarma

tanpa Ihsan dan Diwan. Akan tetapi, ketika akan menyeberangi sungai

Mawasdiri, Affwah dan Angelica merasa takut dan akhirnya mereka

pun tidak ikut untuk melanjutkan petualangan mencari Buku

Gunadarma. Hanya tersisa Mada, Nia, dan Arya yang menyebrangi

sungai Mawasdiri untuk sampai di Desa Jumeneng tempat Buku

Gunadarma tersimpan di sebuah Taman Bacaan.

Setelah menyebrangi sungai Mawasdiri, Mada dan kawan-

kawannya sampai di Desa Purna Rasa.

“Sekarang kita sudah di Desa Purna Rasa,

Apa yang harus kita lakukan, Mada?”

“Kita harus bertanya kepada orang yang kita jumpa.”

“Benar, Mada”.31

Setelah melewati Desa Purna Rasa dan bertanya mengenai Taman

Bacaan kepada penduduk desa tersebut, Mada dan kawan-kawannya

melanjutkan perjalanan.

“Kalian lihat gunung itu? Lihat, di lereng gunung itu terlihat

30 Abdullah Wong, op cit, h.175. 31

Ibid, h.200.

Page 53: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

43

Jelas tumpukan batu-batu yang kini telah berlumut itu. Batu-

Batu yang mirip candi itu adalah perpustakaan yang kalian

Maksud itu.”

“Lalu apa yang terjadi dengan taman bacaan itu, Pak?”

“Kalau tidak salah seratus tahun yang lalu Gunung Suwung

Pernah meletus. Semua yang ada di bawah hancur, terbakar

Dan hangus. Tapi tak lama, tempat ini kembali hidup, bahkan

Semakin subur dan makmur.”32

Mereka melewati jalan setapak yang dipenuhi pohon-pohon dan

semak di sekelilingnya. Akhirnya, mereka sampai di sebuah tanah

lapang. Mereka meyakini bahwa Taman Bacaan tersebut berada di sana.

“Mereka mulai mendaki jalan setapak

Di kanan kiri mereka dipenuhi pohon-pohon dan semak

Tapi mereka terus melangkah, dengan tetap menjaga jarak.”

“Mereka terus naik dengan hati riang

Sampailah mereka di sebuah hamparan tanah lapang

Inilah mungkin sisa taman bacaan yang kini telah hilang.”33

Latar atau setting dalam novel ini bersifat tipikal, yakni

penggambaran latar tempat yang memiliki dan menonjolkan sifat khas

latar tertentu, baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun

sosial. Kehadiran latar tipikal dalam sebuah karya fiksi lebih

meyakinkan dan memberikan kesan secara lebih mendalam kepada

pembaca. Ia mampu memberikan kesan dan imajinasi secara konkret

kepada pembaca. Oleh karena itu, latar tipikal biasanya digarap secara

teliti dan hati-hati oleh pengarang. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan kesan kepada pembaca agar karya tampak realistis dan

terlihat sungguh-sungguh diangkat dari latar faktual.34

Penggunaan nama latar di dalam novel ini menunjukan adanya

keterkaitan antara latar dengan amanat melalui penggunaan nama

daerah dan sejarah asal-usul daerah. Penggunaan nama daerah

merupakan bentuk imajinasi pengarang dengan menyisipkan sejarah

asal-usul nama desa tersebut sebagai amanat.

32 Abdullah Wong, op cit, h.201-202. 33 Ibid, h.203. 34

Burhan Nurgiantoro, op cit, h.221-222.

Page 54: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

44

“Nama desa yang sangat indah.

Apakah nama-nama itu memiliki sejarah dan arti tertentu,

Kek?” Arya bertanya.

“Benar, bocah, nama-nama desa di sini,

Dulu diberikan oleh para leluhur yang berhasil merambah

Hutan-hutan menjadi perkampungan. Purna Raga artinya

Segala hal yang berkaitan dengan tubuh telah selesai.”

“Apa maksud kakek?”

“Ya, Purna itu artinya selesai atau sempurna. Sedangkan Raga

artinya tubuh atau jasad.

Nah, siapa yang ingin memulai perjalanan abadi, semua

Hal yang berkaitan dengan tubuhnya harus diselesaikan lebih

Dulu.”

“Memang kenapa kek?” Mada bertanya.

“Tubuh adalah lambang keberadaan lahiriah manusia.

Alam lahiriah harus dijaga dan dirawat.”35

Kutipan tersebut secara jelas menerangkan mengenai asal-usul

sejarah nama desa yang digunakan dalam novel ini. Nama desa Purna

Raga yang digunakan dalam novel berkaitan dengan amanat yang

hendak disampaikan oleh pengarang mengenai kewajiban untuk

menjaga kesehatan tubuh secara jasmani dan rohani dengan melakukan

olahraga dan membiasakan makan dan minum yang baik dan benar.

Dengan cara tersebut kita akan memiliki tubuh yang sehat secara

jasmani dan rohani.

“Purna Indera, artinya urusan-urusan indera kita harus

diselesaikan

Dan disempurnakan.

Kita semua punya panca indera yang lima. Kelima indera itu

Adalah untuk pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa

Dan peraba. Semua unsur indera itu harus dikerahkan dengan

Baik. jika kita mempertajam semua indera itu,

Kita akan banyak mengetahui hal-hal yang lebih dalam lagi.”36

Penggunaan nama desa Purna Indra pun memiliki sejarah yang

berkaitan dengan hubungan latar dengan amanat. Amanat yang hendak

disampaikan, yakni berkaitan dengan kewajiban untuk memanfaatkan

35 Abdullah Wong, op cit, h.175. 36

Ibid, h.176.

Page 55: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

45

panca indera yang kita miliki dengan baik. Mempertajam indera

pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba menjadikan

kita manusia yang lebih mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan

oleh sang maha pencipta dan mengetahui banyak hal yang lebih dalam

lagi mengenai kehidupan. Kemampuan menggunakan panca indera

dengan baik menjadikan kita sebagai manusia yang lebih mawas diri

dan lebih memiliki rasa empati dan simpati yang tinggi terhadap

lingkungan sekeliling kita.

Penggunaan nama desa Purna Rasa berkaitan dengan tanggapan

indera terhadap rangsangan saraf dan pengecap, yakni berkaitan dengan

pahit, manis, panas, dingin, dan lain-lain. Selain itu, juga berkaitan

dengan tanggapan hati terhadap sesuatu, seperti sedih, bahagia, takut,

dan lain-lain. Amanat yang hendak disampaikan ialah berkaitan dengan

kewajiban untuk mampu memiliki daya tanggap yang tinggi terhadap

rangsangan saraf dan hati. Kemampuan memiliki daya tanggap yang

tinggi terhadap rangsangan saraf dan hati menjadikan kita lebih

memahami diri kita sendiri.

Penggunaan nama Gunung Suwung berkaitan dengan arti kata

Suwung dalam bahasa Jawa, yakni kosong. Arti kata tersebut

menggambarkan keadaan yang terjadi sekarang pada Gunung Suwung

yang hanya menjadi hamparan tanah lapang. Tempat tinggal penduduk

yang dulu berada di bawah Gunung Suwung hangus dan terbakar saat

Gunung Suwung meletus.

Penggunaan nama Sungai Mawasdiri mengingatkan kita agar

senantiasa tidak lupa diri dalam keadaan apapun yang kita hadapi dalam

kehidupan, terlebih terhadap segala rintangan yang akan kita temui.

Kita harus senantiasa mawas diri agar mampu melewati segala

rintangan yang ada. Hal ini tersirat melalui perjuangan Mada dan

kawan-kawannya ketika hendak menyebrangi Sungai Mawasdiri yang

memiliki arus yang begitu deras.

Page 56: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

46

4. Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah

cerita.37

Alur yang digunakan oleh Abdullah Wong dalam novel MADA

adalah alur campuran. Hal ini terlihat jelas melalui pengenalan awal

mengenai Mada selaku tokoh utama di dalam novel ini yang berusia 22

tahun.

“Namanya memang Mada

Muda usianya, belum genap dua puluh dua

Meski ia tengah berdiri di sini dan saat ini

Namun ingatan masa kecilnya belum juga beranjak pergi.”38

Berdasarkan kutipan di atas, Mada dijelaskan sebagai seorang

laki-laki dewasa berumur 22 tahun. Akan tetapi, alur menjadi mundur.

“Dua belas tahun Mada belajar di sekolah dasar

Kini Mada di sekolah atas yang bangunannya lebih besar

Menuju sekolah tak perlu takut, cemas dan gentar

Doa dan semangat menjadi bekal yang selalu membakar

Semoga Tuhan mengajari Mada antara yang salah dan yang

benar.”39

Kutipan di atas menceritakan Mada yang beranjak besar dan

menginjak Sekolah Dasar. Selanjutnya, alur menjadi maju dengan

penceritaan mengalir ke depan dengan menceritakan kehidupan Mada

yang mulai tumbuh besar dan remaja dengan konflik-konflik yang

terdapat di dalam cerita.

Alur atau peristiwa-peristiwa cerita dalam sebuah novel

dimanisfestasikan melalui perbuatan dan tingkah laku tokoh dalam

cerita. Bahkan pada umumnya, peristiwa yang ditampilkan dalam cerita

berkaitan dengan perbuatan dan tingkah laku para tokoh baik bersifat

fisik maupun batin, verbal maupun nonverbal. Alur merupakan

cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak,

berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah

37 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stantion, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.26. 38 Abdullah Wong, op cit, h.12-13. 39

Ibid, h.19.

Page 57: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

47

kehidupan.40

Alur novel MADA dibuka dengan tahap Pengenalan

Situasi yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-

tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita dan pemberian

informasi awal mengenai Mada dan kehidupannya.

“Ia dipanggil Mada

Ahmada Mushtofa nama lengkapnya

Mada adalah nama istimewa untuknya

Meski bagi yang lain terdengar biasa

Karena meskipun sebuah nama diyakini istimewa,

Tetap saja ia sebuah nama

Ia tak akan pernah menjelaskan hakikat dari yang diberi nama.”41

Setelah itu mulai menuju pada adanya konflik. Hal ini hanya

sebagian kecil dari keseluruhan konflik yang ditimbulkan. Mada dan

kawan-kawannya memutuskan untuk melakukan petualangan mencari

Buku Gunadarma yang terdapat di Taman Bacaan di Desa Jumeneng.

“Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana

“Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?!”

Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya

Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama.

“Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.”42

Peningkatan konflik terjadi dengan munculnya peristiwa yang

tidak terduga. Hakim ditipu oleh sahabat lamanya dan ibu guru Aminah

Mukhlas dipecat dari sekolah karena dituduh telah menggelapkan gaji

karyawan. Setelah itu, konflik semakin memuncak karena Hakim jatuh

miskin karena masalah penipuan yang dialaminya tersebut. Ia

kehilangan rumah dan pekerjaannya. Hal ini menjadikan kehidupannya

berada dalam kesulitan. Hakim dan keluarganya tinggal di sebuah

rumah kontrakan yang hanya berisi satu kamar. Ia bekerja di stasiun

kota mengangkat barang bawaan penumpang kereta. Selain itu, ia juga

sering kali mengamen di trotoar. Akan tetapi, Mada selalu membantu

pekerjaan orang tuanya, baik mengamen bersama Hakim, menjual kue

40 Burhan Nurgiantoro, op cit, h.168-169. 41 Abdullah Wong, op cit, h.11. 42

Ibid, h.106.

Page 58: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

48

buatan ibunya, atau membantu ibunya menjaga adiknya, Rindu.

Keadaan sulit yang dialami oleh Mada tersebut, membuatnya

membantalkan diri untuk ikut berpetualangan mencari Buku

Gunadarma karena ia merasa harus membantu orang tuanya untuk

bekerja.

Tahap peleraian ketika Hakim mendapatkan tawaran pekerjaan

dari seorang konsultan dan produser musik ternama, yang merupakan

orang tua dari Nia, yaitu Mantra. Setelah bekerja dengan Mantra,

kehidupan Hakim dan keluarganya kembali seperti semula. Hakim dan

keluarga kembali tinggal di rumahnya dan akhirnya rencana Mada

untuk berpetualang mencari Buku Gunadarma pun terlaksana.

Akhir cerita, Mada dapat melakukan petualangannya mencari

Buku Gunadarma bersama kawan-kawannya dengan melewati berbagai

rintangan hingga akhirnya, hanya Mada dan Nia lah yang mampu

mendengar kelanjutan cerita Gunadarma.

5. Bahasa

Gaya bahasa ialah pemakaian ragam bahasa dalam mewakili atau

melukiskan sesuatu dengan pemilihan dan penyusunan kata dalam

kalimat untuk memperoleh efek tertentu.43

Analisis gaya bahasa

meliputi pilihan kata, majas, sarana retorika, bentuk kalimat, dan bentuk

paragraf. Dapat dikatakan gaya bahasa merupakan setiap aspek bahasa

yang digunakan oleh penulis. Secara keseluruhan, bentuk kalimat dan

paragraf yang terdapat di dalam novel MADA adalah liris. Liris semula

hanya terdapat dalam puisi, tetapi pada perkembangan lebih jauh

meluas ke seluruh genre sastra yang berisi curahan perasaan pribadi

terutama lukisan perasaan.

h.51.

43 Zainudin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),

Page 59: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

49

Hal ini dapat terlihat melalui bunyi akhir di setiap larik yang

memperlihatkan kesamaan yang menunjukan bahwa itu merupakan

rima yang merupakan ciri ragam puisi.

“Bagi Mada begitu terasa segar jiwanya

Jika air wudhu telah menyiram wajahnya

Apalagi sujud pasrah kepada-Nya

Demi pengakuan, kepatuhan, dan cinta.”44

Selain itu, pengarang juga menggunakan gaya bahasa asosiasi

atau perumpamaan di dalam novel ini. Berikut kutipannya.

“Gumpalan awan bergerak memayungi Mada dan Arya”.45

“Arya selalu semangat seperti singa yang meraung.”46

“Terik matahari menguras cairan tubuh

Membuat badan seperti kuntum bunga layu.”47

Berdasarkan kutipan di atas, secara jelas terlihat penggunaan gaya

bahasa perumpamaan, karena gumpalan awan yang merupakan benda

non-manusia digambarkan memayungi Mada dan Arya. Padahal kata

memayungi tersebut menunjukan awan yang pada dasarnya memang

berada tepat di atas Mada dan Arya. Selain itu, singa yang meraung

bermakna semangat Arya yang begitu menggebu-gebu dan

penggambaran panasnya matahari yang begitu terik membuat badan

menjadi lemas digambarkan seperti menguras cairan tubuh dan

membuat badan seperti kuntum bunga yang layu. Penggunaan gaya

bahasa perumpamaan tersebut digunakan agar kalimat tersebut

memberikan kesan lebih berjiwa.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara pengarang untuk menceritakan

sebuah cerita. sudut pandang yang digunakan dalam novel MADA

44 Abdullah Wong, op cit, h.14. 45 Ibid, h.39. 46 Ibid, h.57. 47

Ibid, h.160.

Page 60: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

50

adalah sudut pandang orang ketiga, yakni serba tahu, karena pada

keseluruhan cerita, narator seolah-olah mengetahui pikiran, perasaan,

dan setiap peristiwa yang terjadi kepada tokohnya.

“Lalu kapan Mada merasa bahagia?”

“Mada merasa sangat bahagia saat Mada bisa membantu dan

Menolong sesama.”

“Wah, anak ayah memang luar biasa. Sekarang bantu ibumu,

Ya. Ibu sedang membuat telur dadar kesukaanmu. Ayah mau

Membersihkan gitar.”

“Baik, ayah.”48

Selain itu, secara keseluruhan, narator menggunakan penyebutan

dengan nama tokoh di setiap penceritaannya.

“Mada memeluk, mencium dan menyalami

Sophia dan Hakim tersenyum dan mengerti

Mada benar-benar menyesali

Mada kini berjanji tak akan berbohong lagi.”49

Sudut pandang serba tahu adalah cara pengarang mengungkapkan

cerita dengan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Bahkan, pikiran

dan perasaan pelakunya, dan dapat melihat tingkah laku mereka dari

segala sudut.50

Penggunaan nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap

kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan,

memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh.51

7. Amanat

Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong

memberikan banyak amanat yang dapat bermanfaat dalam menjalani

kehidupan. Pengarang menyisipkan pesan-pesan yang memberikan

pelajaran di setiap dialog dan sisipan cerita yang terdapat dalam novel

ini.

48 Abdullah Wong, op cit, h.32. 49 Ibid, h.43. 50 Abdul Rozak Zaidan, dkk, op cit, h.194. 51

Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005), h.8.

Page 61: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

51

Amanat yang disampaikan berkaitan dengan tolerasi antar umat

beragama, menjaga persahabatan, menjaga kebersihan, senatiasa

bersyukur, kewajiban menuntut ilmu, tidak boleh berbohong dan malas,

menghormati orang tua, saling menolong, tidak sombong dan

senantiasa rendah hati, menghargai pendapat dan belajar

mendengarkan, dan tidak pantang menyerah dan putus asa dalam

menggapai harapan. Berikut ini contoh kutipan amanat yang

disampaikan oleh pengarang di dalam novel.

“Sang ayah juga selalu berpesan Mada

Jadilah anak hebat dan berani senantiasa

Besok berangkat sekolah tak usah malu dan ragu

Karena di kelas kau akan bertemu teman-teman baru

Banyak sahabat adalah harta tiada tara

Anak yang tak punya sahabat akan miskin dan menderita

Maka jagalah persahabatan dengan saling percaya.”52

Berdasarkan kutipan di atas secara jelas pengarang memberikan

amanat untuk memiliki banyak sahabat dan menjaga persahabatan,

karena dengan memiliki banyak sahabat hidup akan terasa lebih

berharga. Sahabat akan selalu ada dalam keadaan apapun, baik suka

maupun duka. Jika kita tidak memiliki sahabat, hidup akan terasa

miskin dan menderita. Menjaga persahabatan dapat dilakukan dengan

menumbuhkan rasa saling percaya.

“Oh, Tuhan. Inikah lagu sendu yang harus kami nyanyikan?

Ataukah ini drama haru yang mesti kami mainkan?

Kami sangat yakin inilah caramu mengingatkan

Agar kami selalu sadar pada Diri-Mu, Tuhan

Dan hanya kepada Engkau, kami memohon pertolongan

Kuatkanlah kami, Tuhan.

Ajari kami tetap bersyukur

Atas segala apa yang Engkau berikan.”53

Kutipan di atas secara jelas menerangkan bahwa amanat yang

hendak disampaikan adalah kita harus senantiasa bersyukur dalam

52 Abdullah Wong, op cit, h.17. 53

Ibid, h.33.

Page 62: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

52

menjalani kehidupan, baik dalam keadaan kesulitan maupun

berkecukupan dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Swt.

Pengarang memberikan pesan-pesan yang berkaitan dengan

kehidupan yang berada di sekitar pembaca, sehingga pembaca lebih

dapat menangkap maksud yang hendak disampaikan oleh pengarang di

dalam novel ini. Secara keseluruhan amanat dikemas dalam satu

kesatuan tema cerita mengenai petualangan Mada dan kawan-kawannya

mencari Buku Gunadarma bahwa dalam perjalanan yang akan kita lalui

pasti akan selalu ada tantangan yang harus kita hadapi.

“Akhirnya mereka kembali

Melintasi jalan-jalan yang sebelumnya mereka lewati

Akhirnya, kami pun menyadari

Bahwa semangat Gunadarma selalu ada di hati

Dan semua percuma bila tak dijalani

Memberikan makna dan manfaat di muka bumi.”54

Kutipan di atas menggambarkan secara keseluruhan mengenai

amanat di dalam novel, yakni mengenai petualangan Mada dan kawan-

kawannya dalam mencari Buku Gunadarma yang memberikan banyak

pelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan. Setiap

tantangan yang dihadapi dalam hidup, tentunya membutuhkan

pematangan sikap dan cara berpikir yang akan menjadikan manusia

yang sesungguhnya yang lebih kuat dan bijak dalam menghadapi

tantangan kehidupan.

54Abdullah Wong, op cit, h.218.

Page 63: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

53

B. Analisis Alur dalam Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik

Alur adalah salah satu unsur pembangun dalam sebuah karya sastra

yang berisi rangkaian peristiwa yang terjadi secara sebab-akibat dan

tersusun secara kronologis. Berikut akan dipaparkan mengenai analisis

alur yang berkaitan dengan kronologis dan kelogisan setiap peristiwa yang

terdapat di dalam novel MADA dengan disertai sekuen peristiwa dan tabel

alur yang disertakan di dalam lampiran.

Tahap perkenalan yang terdapat di awal cerita, Mada digambarkan

sebagai sosok seorang lelaki yang beranjak dewasa dengan usia dua puluh

dua tahun yang sedang teringat masa kecilnya. peristiwa ini dapat dilihat

melalui kutipan di bawah ini.

“Namanya memang Mada

Muda usianya, belum genap dua puluh dua

Meski ia tengah berdiri di sini dan saat ini

Namun ingatan masa kecilnya belum juga beranjak.”55

Berdasarkan kutipan tersebut, jelas digambarkan bahwa Mada adalah

seorang lelaki yang sudah beranjak dewasa yang teringat masa kecilnya.

Ingatannya tersebut membuat alur di dalam novel menjadi mundur pada

saat Mada baru dilahirkan ke dunia. Peristiwa ini terlihat pada sekuen ke 4.

“Mada lahir pada Ramadhan hari ketiga

Ketika setiap muslin menjalankan puasa

Bukan sekedar menahan lapar dan dahaga

Dari fajar hingga malam tiba

Tapi menahan diri berbuat nista

Selama sebulan puasa mesti dijaga

Hingga hari raya sebagai pamungkas untuk berbuka.”56

Peristiwa Mada yang teringat masa kecilnya merupakan peristiwa

yang logis. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang memiliki sebab-

akibat. Mada yang diceritakan berumur 22 tahun yang tiba-tiba teringat

masa kecilnya bertujuan untuk menjelaskan mengenai bagaimana sosok

Mada pada saat berumur 22 tahun tersebut. Seorang lelaki yang beranjak

55 Abdullah Wong, op cit, h.12-13. 56

Ibid, h.13.

Page 64: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

54

dewasa di usianya, yang siap melangkah untuk menghadapi tantangan

kehidupan dengan berbagai pengalaman yang sudah dimiliki. Di usia 22

tahun, Mada sudah memiliki kematangan dalam berpikir dan bersikap. Hal

tersebut terbentuk dari kejadian-kejadian yang sudah ia lalui semasa

hidupnya. Mada sudah memiliki banyak pengalaman yang sudah ia lewati

yang tentunya memberikan pelajaran bagi dirinya untuk menjalani

kehidupan.

Peristiwa Mada yang kembali mengingat masa kecilnya merupakan

peristiwa yang tidak kronologis karena di awal cerita dijelaskan bahwa

Mada berumur 22 tahun. Kemudian, ia mengingat masa kecilnya hingga

kemudian melompat pada peristiwa yang menceritakan sosok Hakim,

Sophia, dan kelahiran Mada yang terdapat pada sekuen 1, 2, 3, dan 4.

“Mada ingat benar bagaimana dirinya ketika kecil

Ia dikenal orang sebagai anak nakal dan usil

Bahkan seringkali congkak, penuh ambisi dan degil

Sungguh beruntung seorang Mada

Punya ayah tegas bijaksana

Hakim, namanya

...Sementara ibu Mada,

Bagaikan bidadari yang turun dari nirwana

Sophia, namanya

Berparas jelita penuh pesona

Mada lahir pada Ramadhan hari ketiga

Ketika setiap muslim menjalankan puasa.”57

Kemudian, pada sekuen ke 6, 7, 8, 9, dan 10 menceritakan mengenai

Krisna Anton, dan Arya.

“Rumah Mada tak jauh dari gereja

Di sana tempat Anton, kawan Mada berdoa...”

“Krisna adalah sahabat yang baik, meski umurnya lebih tua

Krisna sering mengajak Mada main ke rumahnya

Di rumahnya Krisna, Mada biasa meminta ayahnya bercerita,

Pak Wisnu itulah nama ayah Krisna...”58

57 Abdullah Wong, op cit, h.13. 58

Ibid, h.14.

Page 65: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

55

Peristiwa yang menceritakan Krisna, Anton, dan Arya merupakan

peristiwa logis karena memiliki sebab-akibat. Krisna, Anton, dan Arya

merupakan tokoh yang memiliki kisah di dalam novel, maka mereka

diceritakan pada tahap perkenalan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya

peristiwa yang membahas mengenai Krisna dan Anton yang terdapat pada

sekuen 54 dan 55. Berikut kutipannya.

“Krisna adalah kakak kelas di sekolah Mada

Dia seringkali jahil dan nakal kepada Mada

Dan kawan-kawannya

Terlebih sejak ayah menggadaikan rumahnya Krisna

semakin congkak dan seringkali menghina Padahal

dulu, Krisna adalah teman yang baik senantiasa Dia tak

pernah menghina apalagi menyakiti Mada

Itu dulu ketika ayah Krisna masih miskin ...Krisna sekelas dengan Anton yang juga badung

Mereka sering menggoda,

Membuat Mada dan teman-temannya sering tersinggung.”59

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Krisna dan

Anton merupakan tokoh yang berpengaruh di dalam kehidupan Mada.

Krisna dan Anton merupakan teman baik Mada ketika kecil. Akan tetapi,

setelah duduk di bangku sekolah, Krisna dan Anton menjadi anak yang

sombong dan nakal. Selain itu, Krisna juga berpengaruh terhadap

kehidupan Mada ketika Mada jatuh miskin, karena ayah Mada

menggadaikan rumahnya kepada ayah Krisna dan mengontrak di rumah

milik ayah Krisna.

Kemudian, Arya yang juga mempunyai kisah di dalam novel ini

karena Arya merupakan sahabat Mada sejak kecil. Selain itu, kehidupan

Arya yang menceritakan tentang pertengkaran yang terjadi di antara kedua

orang tuanya terdapat pada sekuen 33, 37, 38, 40, 41, 42.

“Ayah dan ibuku...”

Suara Arya terhenti, sementara mereka masih menunggu

“Ayah dan ibuku, tadi bertengkar di rumahku...

Arya takut kalau mereka akan meninggalkanku

Arya takut kalau mereka tak lagi bersatu

59 Abdullah Wong, op cit, h.119.

Page 66: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

56

Arya takut kalau...”60

Selain itu, hal yang menjadi sebab lain tokoh Arya diceritakan di

dalam novel ini karena Arya adalah salah satu dari kawan Mada yang

berhasil sampai di tujuan terakhir dalam petualangan mencari Buku

Gunadarma meski ia tidak mendengar kelanjutan cerita Gunadarma hingga

selesai karena peristiwa tergigit ular.

Setelah itu, dikisahkan perisitiwa mengenai kehamilan Sophia yang

terdapat pada sekuen 11. Berikut kutipannya.

“Rumah Mada nyaman karena sentuhan lembut ibunya

Seperti ayah yang selalu menjaganya

Seperti ibu yang sedang hamil mengandung adik Mada...”61

Dilihat secara keseluruhan peritiwa yang terdapat di dalam novel,

peristiwa kehamilan Sophia merupakan peristiwa yang tidak tersusun

secara kronologis karena setelah diceritakan bahwa Sophia hamil,

peristiwa justru melompat dengan mendeskripsikan rumah Mada yang

menghadirkan tokoh Rudi pada sekuen ke 12 dan 13. Bahkan peristiwa

yang menceritakan mengenai Sophia melahirkan terdapat pada sekuen ke

64.

“Jangan lupa, cat rumahnya berwarna biru

Seperti air laut dengan langit ketika sedang menyatu

Tentu ayah Mada yang mengecat rumahnya

Dibantu Om Rudi, paman yang selalu memujinya.”62

Berdasarkan kutipan tersebut, disebutkan sosok bernama Rudi pada

tahap perkenalan di dalam novel bukanlah hal yang kebetulan dan sepele.

Akan tetapi, merupakan peristiwa yang memiliki sebab-akibat. Hal ini

dikarenakan Rudi merupakan tokoh yang menyebabkan kehidupan Hakim

dan keluarganya jatuh miskin.

“Datang sebuah mobil mewah

Keluar seorang lelaki dengan wajah yang sangat cerah

Pakaian indah, rambut klimis seperti basah,

60 Abdullah Wong, op cit, h.58. 61 Ibid, h.16. 62

Ibid, h.16.

Page 67: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

57

Sepatu dan kemeja yang mustahil berharga murah

Dialah Rudi, sahabat Hakim yang sudah lama berpisah.

Kutipan tersebut merupakan peristiwa yang terdapat pada sekuen 38.

Apa yang dibicarakan Rudi dan Hakim pada saat itu tidak dijelaskan,

hingga akhirnya pada sekuen ke 49, datanglah dua orang lelaki berbaju

tentara yang membawa berita mengenai Rudi yang ternyata adalah seorang

penipu.

“Maaf, apakah benar Saudara yang bernama Hakim?”

“Benar, nama saya Hakim.”

“Maaf, Tuan Hakim. Kami datang dengan membawa berita.”

“Berita apakah saudara-saudara?”

“Apakah benar Saudara kenal dengan orang yang bernama

Rudi?”

“Ya, benar. Ada apa dengan Rudi?”

“Apakah benar Saudara Rudi pernah datang kemari?”

“Benar. Waktu itu dia menawarkan bisnis investasi.”63

Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan bahwa pertemuan Hakim

dan Rudi pada saat Rudi mengunjungi rumah Hakim adalah untuk

menawarkan bisnis investasi yang menyebabkan Hakim percaya untuk

menggadaikan surat rumahnya kepada Rudi yang menjanjikan bahwa

Hakim akan mendapatkan keuntungan lebih dan rumah baru dengan

segera. Peristiwa penipuan yang dialami oleh Hakim membuatnya jatuh

miskin dan hidup dalam kesulitan. Hakim mengontrak di sebuah rumah

kecil milik Pak Wisnu dan bekerja di stasiun kota untuk mengangkat

barang bawaan penumpang kereta. Peristiwa ini merupakan peristiwa

munculnya konflik di dalam novel. peristiwa ini terlihat pada sekuen 52

dan 53.

“Kini rumah Mada digadaikan kepada ayahnya Krisna

Lalu mereka mengontrak di sebuah rumah kecil dan sederhana

Rumah kecil milik keluarga Pak Wisnu, ayahnya Krisna

Di sana hanya ada satu kamar saja...”

Hakim rela menjual gitar kesayangannya itu.

“Ini aku bawakan oleh-oleh untuk anak-anak kita.

Ayah sudah dapatkan pekerjaan di stasiun kota.

63 Abdullah Wong, op cit, h.107.

Page 68: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

58

Di sana ayah bisa mengangkat barang bawaan penumpang kereta.”64

Secara keseluruhan peristiwa yang telah dipaparkan di atas

merupakan peristiwa yang tidak tersusun secara kronologis, karena pada

tahap perkenalan, disebutkan nama Rudi yang kemudian di pertengahan

cerita baru diceritakan bahwa Rudi datang berkunjung ke rumah Hakim

tanpa dijelaskan maksud dan tujuannya. Akan tetapi, setelah peristiwa

Sophia melahirkan baru diceritakan bahwa tujuan Rudi datang

mengunjungi Hakim pada saat itu adalah untuk menawarkan bisnis

investasi dan ternyata Rudi adalah seorang penipu.

Setelah itu, peristiwa berlanjut dengan menceritakan kedekatan

Mada dengan Hakim. Peristiwa ini dapat dilihat pada sekuen ke 14.

“Mada begitu dekat dengan Hakim, ayahnya Seringkali

Hakim mengajak bermain dan bercanda Membuat Mada

senantiasa rindu untuk selalu bersama.”65

Berdasarkan kutipan tersebut, dijelaskan mengenai kedekatan Mada

dengan Hakim ketika kehidupan mereka masih hidup dalam keadaan yang

berkecukupan. Sedangkan kedekatan mereka saat berada dalam

kemiskinan berikut kutipannya.

“Suatu ketika Mada tengah duduk di trotoar bersama ayahnya

Mereka berdua mengaso setelah sejak pagi mengamen di bis

Kota

Karena hari itu libur, mereka manfaatkan untuk bekerja

Dalam duduk sambil menyaksikan bisingnya kota

Mada duduk di samping ayahnya...

Tiba-tiba ayah Mada mengelus pundak Mada...

Mada menahan nafas, tak terasa ia meneteskan air mata.

Mada makin dewasa,

Maka Mada makin mengerti apa maksud perkataan ayahnya.

Kini Hakim mendekap tubuh Mada

Mereka berpelukan di trotoar jalan raya...”66

64 Abdullah Wong, op cit, h.117-118. 65 Ibid, h.17. 66

Ibid, h.126.

Page 69: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

59

Kemudian, ketika kehidupan Mada kembali seperti semula, peristiwa

yang menceritakan mengenai kedekatan Mada dengan Hakim pun masih

diceritakan. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 80.

“Mada, ayah minta maaf kepadamu.

Mungkin akhir-akhir ini, ayah kurang memperhatikanmu,

Ayah selama ini benar-benar diselimuti kesibukan baru,

Ayah sendiri khawatir,

Bila Mada punya prasangka kepadaku,

Aku sebagai ayahmu, tentu saja selalu memikirkanmu,

Ayah berjanji, ayah akan selalu punya waktu untukmu,

Kita akan kembali bermain, berdiskusi, juga berbagi cerita-

Cerita baru.”67

Berdasarkan penjabaran di atas mengenai kedekatan Mada dengan

Hakim, peristiwa terjadi secara logis dan bersifat kuat. Peristiwa tersebut

bertujuan untuk menjelaskan penokohan yang dimiliki oleh Mada dan

Hakim. Mada yang digambarkan memiliki sikap tegas, berjiwa pemimpin,

dan dewasa, ternyata ia juga merupakan sosok yang manja dan

membutuhkan perhatian dari kedua orang tuanya. Sedangkan, melalui

kutipan tersebut, menggambarkan penokohan Hakim yang merupakan

sosok ayah yang perhatian dan pengertian. Ia merupakan sosok ayah yang

tidak hanya bijaksana dan mampu menjadi teladan yang baik pada

anaknya, akan tetapi Hakim juga merupakan seorang ayah yang memiliki

kedekatan secara emosional dengan anaknya.

Peristiwa ini juga merupakan peristiwa yang tersusun secara

kronologis karena kedekatan Mada dengan Hakim diceritakan ketika

kehidupan Mada masih dalam kecukupan, mengalami kesulitan dan jatuh

miskin, hingga kehidupannya kembali seperti semula.

Setelah menceritakan mengenai peristiwa kedekatan Mada dengan

Hakim, cerita berlanjut mengenai peristiwa yang menjelaskan bahwa

Mada mulai beranjak besar dan sudah duduk di bangku sekolah. Hal ini

dibuktikan melalui kutipan di bawah ini.

“Mada menyiapkan buku-buku sekolahnya

67Abdullah Wong, op cit, h.157.

Page 70: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

60

Ia simpan di dalam tas baru yang dibelikan ayahnya...”68

Kutipan tersebut terdapat pada sekuen 17. Berdasarkan kutipan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mada mulai beranjak besar dan baru

akan duduk di bangku sekolah. Akan tetapi, pada sekuen 19, Mada

diceritakan sudah 12 tahun belajar di sekolah dasar. Berikut kutipannya.

“Dua belas tahun Mada belajar di sekolah dasar

Kini Mada di sekolah atas yang bangunannya lebih besar

Menuju sekolah tak perlu takut, cemas dan gentar

Doa dan semangat menjadi bekal yang selalu membakar

Semoga Tuhan mengajari Mada antara yang salah dan yang benar.”69

Berdasarkan kutipan tersebut, peristiwa yang terdapat pada sekuen

19 menjelaskan bahwa Mada sudah 12 tahun belajar di sekolah dasar.

Kemudian, melalui kutipan di bawah ini, Mada dijelaskan baru pertama

kali masuk sekolah.

“Di hari pertama

Mada mendapatkan cerita seru tentang Gunadarma

Meski cerita belum usai

Tapi Mada mendapatkan banyak makna

Ya, kita harus menjadi murid setia

Murid yang mau berguru kepada siapa saja

Kepada apa saja di alam semesta.”70

Kemudian, pada sekuen 29 dijelaskan bahwa Mada sedang duduk di

bangku SMA.

“Masa sekolah memang masa istimewa

Apalagi masa-masa SMA

Di sekolah Mada punya banyak kesempatan untuk bertanya

Bertanya banyak hal yang belum ia pahami sebelumnya

Hingga cakrawala ilmu terbuka dengan segala makna.”71

Penjabaran di atas yang menjelaskan mengenai masa sekolah Mada

dengan peristiwa yang langsung menjelaskan bahwa Mada sudah 12 tahun

belajar di sekolah dasar dan sudah duduk di bangku SMA merupakan

68 Abdullah Wong, op cit, h.18. 69 Ibid, h.19. 70 Ibid, h.29. 71

Ibid, h.51.

Page 71: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

61

peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena Mada mendengarkan Kisah

Gunadarma di bangku SMA yang menarik rasa keingintahuannya. Rasa

keingintahuannya yang besar membuatnya menjadi sosok yang berani

untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma bersama kawan-

kawannya. Melalui petualangan tersebut, Mada mendapatkan pengalaman

dan pelajaran yang berharga untuk menjalani kehidupan kedepannya.

Petualangan yang melewati berbagai macam rintangan yang menjadikan

Mada sosok yang kuat, berani, tangguh, tidak pantang menyerah, dan

ambisius dalam meraih apa yang ia inginkan. Akan tetapi, secara

keseluruhan cerita, peristiwa masa sekolah Mada, tidak terjadi secara

kronologis karena peristiwa langsung melompat dengan menjelaskan

bahwa Mada sudah 12 tahun duduk di bangku sekolah dan sudah berada

tingkat SMA.

Selain menjelaskan mengenai masa sekolah Mada, disebutkan juga

mengenai sosok Aminah Mukhlas. Aminah Mukhlas merupakan sosok

yang penting di dalam novel karena Aminah Mukhlas merupakan guru

yang menceritakan Kisah Gunadarma kepada murid-murid di dalam kelas

dan menyelesaikan Kisah Gunadarma hingga selesai di akhir cerita dalam

novel. Peristiwa mengenai Aminah Mukhlas dapat dilihat pada sekuen 22

dan 23. Ia merupakan sosok yang berpengaruh terhadap cerita karena ia

adalah orang yang pertama kali menceritakan mengenai

Setelah diceritakan mengenai masa sekolah Mada, peristiwa

berlanjut dengan menceritakan sosok Hakim. Peristiwa ini terdapat pada

sekuen 25. Berikut kutipannya.

“Mada pun teringat ayahnya yang juga seorang pekerja

Ayahnya menulis lagu memainkan musik penuh irama

Kalau ayahnya sudah memainkan gitar, betapa indahnya

Sophia kadang senyum dan melirik padanya pertanda bangga

Hakim juga sering mengajak Mada Menulis lagu dan bermain gitar bersama Ayah memulai lalu Mada mengikuti

Ayah mengajari lalu Mada mencoba.”72

72

Abdullah Wong, op cit, h.31.

Page 72: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

62

Kemudian, diceritakan juga mengenai sosok Sophia yang pintar

memasak. Peristiwa menggambarkan ketika Mada dan keluarganya makan

bersama menikmati masakan Sophia yang nikmat dan lezat. Peristiwa ini

terdapat pada sekuen 26.

Hmm, betapa nikmat aroma masakan ibu, dari jauh sudah

Terasa betapa lezat masakan itu...

Ibu Mada memang ahli memasak, dan Mada tak pernah

Bosan untuk selalu memujinya.”73

Peristiwa yang menjelaskan mengenai sosok Hakim yang bekerja

menulis lagu dan memainkan alat musik, serta Sophia yang pintar

memasak merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Kemampuan

Hakim dalam menulis lagu dan memainkan alat musik menjadi lahan

pekerjaan baginya untuk mencari uang ketika ia jatuh miskin. Hakim

mengamen di bis kota, warung tenda, dan toko-toko membawakan lagu-

lagu ciptaannya dengan suara merdunya.

“Ayah Mada terus mengamen di satu bis kota

Kadang pula mengamen di warung-warung tenda

Sesekali ia mengamen di depan toko-toko di kota

...Hakim menyanyikan lagu tentang jiwa merdeka dengan

Merdunya.”74

Selain itu, kemampuan Hakim tersebut juga yang membuat

kehidupannya kembali seperti semula. Hakim menjadi seorang komposer

lagu di ibukota melalui pekerjaan yang ditawarkan Mantra yang

merupakan seorang produser ternama di ibukota.

“Oh, betapa bahagia hati Mada

Sekarang ia bisa kembali pulang ke rumah sebelumnya

Setelah Hakim bekerja bersama Pak Mantra

Kehidupan mereka kembali seperti semula”.75

Selain itu, peristiwa mengenai sosok Sophia yang pintar memasak

juga menjadi lahan pekerjaan bagi dirinya dan keluarga ketika jatuh

73 Abdullah Wong, op cit, h.32-34. 74 Ibid, h.134. 75

Ibid, h.154.

Page 73: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

63

miskin. Sophia membuat kue yang kemudian dijual oleh Mada dan kawan-

kawannya.

“Setiap hari Mada menjalani hidup ganda

Pagi Mada sekolah, sore hari ia menjual kue milik ibunya.”76

Selain itu, kelezatan masakan Sophia juga dibuktikan melalui sekuen

40. Berikut kutipannya.

“Arya, ayo lagi. Itu ikan guraminya dihabiskan, ya.”

“Ya, Bu. Masakan ibu sangat nikmat!

Pantas saja, Mada sering cerita.” “...Ya, Mada sering cerita, kalau masakan Ibu sangat istimewa.”

“Coba, Nak Arya tanyakan kepada Mada apa resepnya.”

Arya melirik Mada.

Sambil memandang wajar Arya, Mada menjawab,

“Resepnya hanya cinta!”77

Berdasarkan kutipan tersebut, digambarkan bahwa masakan Sophia

istimewa, nikmat, dan lezat karena ia memasak dengan cinta. Ia

melakukan pekerjaannya dengan penuh cinta. Peristiwa ini memiliki

hubungan yang logis dan bersifat kuat dengan Kisah Tukang Kayu yang

diceritakan oleh Sophia kepada Mada yang terdapat pada sequen 27. Kisah

Tukang Kayu ini mempunyai kesamaan dengan keahlian Sophia dalam

memasak yang intinya memberikan pesan bahwa dalam melakukan

pekerjaan apapun, kita harus mengerjakannya dengan penuh cinta tanpa

mengharapkan pujian atau imbalan apapun. Kisah ini bertujuan untuk

menggambarkan penokohan Sophia yang menjelaskan bahwa masakan

Sophia selalu lezat dan nikmat karena ia memasak dengan penuh cinta

untuk orang yang ia cinta tanpa mengharapkan pujian.

Selanjutnya, beralih pada peristiwa mengenai kegemaran Mada

bermain sepakbola yang terdapat pada sekuen 18.

Meski tubuhnya mungil namun Mada rajin olahraga

Bersama aya, Mada sering diajak lari pagi di taman kota

Tapi dari semua jenis olahraga, sepakbola menjadi olahraga

Yang ia suka.”78

76 Abdullah Wong, op cit, h.125. 77

Ibid, h.79.

Page 74: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

64

Kemudian, pada sekuen 67 dijelaskan mengenai pertandingan sepak

bola antara Sekolah Bening melawan Sekolah Perkasa.

“Kali ini sekolah Mada akan melawan sekolah dari luar kota

Ini adalah pertandingan persahabatan

Yang selama ini tertunda

Mada dipercaya sebagai penyerang seperti biasa

Para guru dan para siswa tengah menanti pertandingan

Inilah pertandingan sepak bola

Antara Sekolah Bening melawan Sekolah Perkasa.”79

Berdasarkan kutipan tersebut, kegemaran Mada dalam olahraga

sepakbola menjadikannya penyerang dan kapten tim sepakbola

sekolahnya.

Peristiwa mengenai kegemaran Mada dalam olahraga sepakbola

merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Kegemaran Mada

bermain sepakbola, menjadikan Mada seorang pemain sepakbola yang

handal. Maka, Mada dijadikan sebagai penyerang dan kapten kesebelasan

sekolahnya.

Selain itu, peristiwa yang menjelaskan Mada menjadi seorang

penyerang dan kapten tim bertujuan untuk menggambarkan penokohan

Mada. Diusianya yang sudah dewasa dan duduk di bangku SMA, Mada

dijadikan seorang kapten kesebelasan sepakbola sekolahnya. Hal ini

tentunya menunjukkan bahwa Mada adalah sosok yang dewasa diantara

kawan-kawannya dan juga memiliki jiwa pemimpin. Selain itu, Mada juga

digambarkan sebagai sosok yang dapat bekerjasama. Peristiwa ini terlihat

pada sekuen ke 69. Berikut kutipannya.

“Lihat, Mada sedang menggiring bola

Mada terus berlari membawa bola ke depan lawannya

Tiga lawan maju menghadang, tapi Mada bisa melewatinya

Kini Mada dan gawang lawan sangat dekat di hadapan Mada

Sementara kiper lawan sudah bersiap dengan tendangan

Mada ternyata tidak menendang langsung,

Tapi dioperkan kepada Arya

Arya tak menyia-nyiakan operan dari Mada

79Abdullah Wong, op cit, h.133.

Page 75: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

65

Arya menjemput bola dan langsung menendangnya

Yeah, tendangan Arya menerobos masuk dengan kerasnya

“...Hei, Mada! Bukanlah kamu tadi bisa menendang langsung,

Mada?”

“Ah, Arya ini tim, bukan permainanku. Kita harus kerja

Sama!”80

Setelah peristiwa tersebut, diceritakan mengenai peristiwa penjual

obat di taman bunga yang dilihat Mada dan Arya ketika pulang sekolah.

Peristiwa ini terdapat pada sekuen 28.

“Lihat, Mada! Ada kerumunan orang di taman bunga.”

“Wah iya, ada apa, ya?”

“Bagaimana kalau kita lihat saja ke sana?”

Mada dan Arya menyebrang jalan,

Lalu mendatangi kerumunan orang yang begitu banyaknya.”81

Akibat melihat peristiwa tersebut, Mada pulang terlambat. Mada

berbohong kepada Hakim dan Sophia bahwa ia pulang terlambat karena

latihan sepakbola bersama kawan-kawannya. Berikut kutipannya.

“Ayah tidak marah. Ayah hanya bertanya, kenapa kamu baru

Pulang sekolah?”

“Ayah, tadi Mada bersama kawan-kawan ada latihan sepakbola

Di sekolah.”

“Apakah Mada tidak mau jadi anak yang berani?”

“Bu, Mada memang anak yang pemberani.”

“Mada, anak berani selalu jujur dan pantang bohong,

Apalagi berbohong pada orang tua sendiri.”

“Tapi benar Bu, Mada ada tambahan pelajaran seni.”

“Tadi Mada bilang ikut latihan sepak bola, sekarang ada

Tambahan pelajaran seni.”

“Anu, Yah. Itu, Bu. Mada Cuma lihat orang main atraksi.”82

Peristiwa penjual obat di taman bunga ini merupakan peristiwa yang

terjadi secara kronologis. Peristiwa ini terjadi ketika Mada dan Arya

pulang sekolah. Di tengah perjalanan pulang, ia melewati taman bunga

yang terdapat kerumunan orang di taman bunga tersebut. Akhirnya mereka

melihat kerumunan tersebut yang ternyata adalah penjual obat yang sedang

80 Abdullah Wong, op cit, h.134. 81 Ibid, h.39. 82

Ibid, h.42.

Page 76: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

66

melakukan atraksi. Setelah melihat peristiwa tersebut, mereka melanjutkan

perjalanan pulang ke rumah masing-masing.

Peristiwa ini juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat

karena sebab menonton atraksi penjual obat di taman bunga, akibatnya

Mada pulang sekolah terlambat. Selain itu, peristiwa ini memiliki sebab-

akibat dengan pesan yang akan disampaikan kepada pembaca. Peristiwa

ini menyampaikan pesan untuk tidak berbohong kepada orang tua.

Peristiwa ini juga menggambarkan penokohan Mada yang selalu jujur,

karena melalui peristiwa tersebut ia berjanji tidak akan berbohong lagi.

Dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Mada mendapatkan

pelajaran yang berharga melalui peristiwa tersebut. Ia berjanji tidak kan

berbohong lagi. Maka, sosok Mada diusianya yang ke 22 tahun, Mada

merupakan sosok yang jujur.

Selain itu, melalui peristiwa ini juga menggambarkan penokohan

Hakim dan Sophia yang merupakan sosok orang tua yang penuh dengan

pengertian dan bijaksana. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan di bawah

ini.

“Mada, kamu sudah cerita jujur dan benar

Ibu dan ayah bangga karena Mada memang anak pintar

Anak pintar tak pernah gentar untuk berkata benar.”

Mada memeluk, mencium dan menyelami

Sophia dan Hakim tersenyum dan mengerti

Mada benar-benar sangat menyesali

Mada kini berjanji tak akan berbohong lagi.”83

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat bahwa Hakim dan Sophia

merupakan sosok orang tua yang pengertian dan bijaksana. Mereka tidak

memarahi Mada ketika Mada berbuat salah dan berbohong, akan tetapi

mereka justru menasehati Mada dan memuji kejujuran Mada. hal ini

membuktikan bahwa Hakim dan Sophia merupakan sosok orang tua yang

mendidik anaknya dengan pengertian dan bijaksana. Jika anak melakukan

83 Abdullah Wong, op cit, h.43.

Page 77: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

67

kesalahan, mereka akan menasehati dan membimbing anak tersebut

menuju hal yang benar.

Setelah peristiwa penjual obat di taman bunga, peristiwa beralih

pada peristiwa yang menceritakan mengenai Mada dan kawan-kawannya

yang membaca buku berjudul “Siapa Aku” yang ia temukan dengan Diwan

di perpustakaan ketika mendapatkan tugas bersama ketika sedang

berpencar mencari sebuah buku. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 31 dan

32.

“Mereka bersama ke perpustakaan untuk mencari buku-buku

Mereka berpencar demi menemukan sebuah buku

...Tak begitu lama Mada berhasil mendapatkan satu buku

Meskipun tipis, namun buku itu memancing rasa ingin tahun

Buku itu berjudul: Siapa Aku?

...Mereka sepakat untuk membaca buku itu di rumah Mada

Usai sekolah, usai makan di rumah.

Mereka akan datang ke rumah Mada.”84

Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang terjadi secara

kronologis. Peristiwa diawalinya dengan Mada bersama Diwan

mendapatkan tugas bersama satu kelompok bersama Ihsan dan Arya yang

mencari buku-buku di perpustakaan. Mada menemukan sebuah buku yang

berjudul “Siapa Aku”. Akhirnya, Mada dan kawan-kawannya berencana

untuk membaca buku tersebut seusai pulang sekolah di rumah Mada.

“Namun mereka tak kunjung tiba

Mada maklum, hujan masih mengguyur dengan indahnya

Setelah hujan mulai reda

Satu persatu sahabat-sahabat Mada datang juga.”85

Selain itu, peristiwa tersebut juga merupakan peristiwa yang logis

dan bersifat kuat. Peristiwa tersebut bertujuan untuk menggambarkan

sikap Mada yang memiliki rasa ingin tahu yang besar akan sesuatu hingga

akhirnya ia memutuskan untuk mengajak kawan-kawannya membaca buku

tersebut di rumahnya. Setelah peristiwa tersebut pada sekuen 33 Hakim

84Abdullah Wong, op cit, h.51. 85

Ibid, h.52.

Page 78: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

68

menceritakan mengenai Kisah Burung Parkit yang bertujuan untuk

menyampaikan pesan mengenai kebebasan dan kebersamaan. Kisah ini

memiliki persamaan dengan keadaan Mada dan kawan-kawannya. Buku

yang dibaca Mada dan kawan-kawannya merupakan sebuah buku yang

menceritakan mengenai kebebasan dalam menentukan akan menjadi apa

dan seperti apa kita nantinya. Selain itu, pesan mengenai kebersamaan

dalam Kisah Burung Parkit menjelaskan mengenai kebersamaan dengan

orang-orang yang dicintai meski dalam keadaan yang berkekurangan. Hal

ini juga sesuai dengan keadaan Mada dan kawan-kawannya yang selalu

bersama dalam keadaan susah maupun senang. Kawan-kawan Mada selalu

ada untuk membantu Mada ketika Mada berada dalam kesusahan.

Kemudian, diceritakan mengenai peristiwa kesedihan Arya karena

orang tuanya bertengkar. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 34.

“Ayah dan ibuku...”

Suara Arya terhenti, sementara mereka masih menunggu

“Ayah dan ibuku, tadi bertengkar di rumahku...

Arya takut kalau mereka akan meninggalkanku

Arya takut kalau mereka tak lagi bersatu

Arya takut kalau...”86

Aminah Mukhlas menenangkan Arya yang sedang berada dalam

kesedihan. Kemudian Aminah Mukhlas melanjutkan Kisah Gunadarma

yang pada dasarnya memiliki persamaan dengan kehidupan Arya yang

sedih karena berpisah dengan ayahnya. Cerita ini juga disampaikan oleh

Aminah Mukhlas untuk memberikan Arya semangat dan menenangkan

hati Arya yang sedang bersedih.

“Kisah Gunadarma tak jauh dengan pengalaman Arya

Gunadarma yatim karena ditinggal ayah ibunya

Sementara Arya, hanya berpisah dengan ayahnya...”87

Peristiwa terjadi secara kronologis. Peristiwa terjadi di dalam kelas

ketika jam pelajaran akan dimulai. Arya terlihat murung. Kemudian, Arya

86 Abdullah Wong, op cit, h.58. 87

Ibid, h.59.

Page 79: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

69

menceritakan mengenai kesedihannya hingga Aminah Mukhlas yang

kembali melanjutkan Kisah Gunadarma yang terdapat pada sekuen 35.

“Tapi, ibu guru kembali memecah suasana

“Anak-anakku, masih mau mendengar cerita Gunadarma?”

Serentak mereka mengangguk, begitu pula dengan Arya.”88

Peristiwa ini juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat.

Kesedihan yang dialami Arya karena orang tuanya bertengkar pada

akhirnya menjadikan sosok Arya yang kuat. Selain itu, Aminah Mukhlas

yang melanjutkan Kisah Gunadarma bertujuan untuk mencairkan suasana

dan memberikan semangat kepada Arya karena kisah ini memiliki

kesamaan dengan kehidupan yang sedang Arya alami.

“Sebenarnya,

Kisah Gunadarma tak jauh dengan pengalaman Arya

Gunadarma yatim karena ditinggal ayah ibunya

Sementara Arya, hanya berpisah dengan ayahnya.”89

Setelah itu, ketika dalam perjalanan pulang sekolah, Mada dan

kawan-kawannya bercerita mengenai sosok Mbah Sobri yang memiliki

seekor anjing bernama Bleki, hingga akhirnya Mada menceritakan

mengenai Kisah Sangkuriang kepada kawan-kawannya. Peristiwa ini

terdapat pada sekuen ke 36 dan 37.

“Mereka berjalan sambil sesekali berlari

Apalagi kalau sudah melewati rumah Mbah Sobri

Wah, kami harus cepat-cepat berlari

Ya, karena biasanya ada seekor anjing yang berjaga di depan

Rumah Mbah Sobri.”90

Peristiwa Mbah Sobri yang memiliki seekor anjing bernama bleki

dengan peristiwa Mada yang menceritakan Kisah Sangkuriang merupakan

peristiwa yang terjadi secara kronologis karena peristiwa tersebut terjadi

ketika Mada dan kawan-kawannya sedang dalam perjalanan pulang

sekolah. Kemudian, mereka melewati rumah Mbah Sobri yang memiliki

88 Abdullah Wong, op cit, h.61-62. 89 Ibid, h.59. 90

Ibid, h.70.

Page 80: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

70

anjing yang bernama Bleki hingga akhirnya Mada menceritakan Kisah

Sangkuriang. Selain itu, peristiwa ini merupakan peristiwa yang logis dan

bersifat kuat karena Mbah Sobri yang memiliki anjing yang bernama Bleki

memiliki kesamaan dengan Kisah Sangkuriang yang memiliki seorang

ayah yang merupakan seekor anjing bernama Tumang.

“Kalau melihat Bleki, aku jadi ingat cerita Sangkuriang...”91

Kemudian, pada sekuen 38 peristiwa kembali kepada Arya. Arya

malas untuk pulang ke rumah karena masalah pertengkaran yang terjadi di

antara kedua orang tuanya.

“...Entah kenapa Arya kini terdiam dan menatap Mada

“Ada apa, Arya?”

“Apakah aku boleh main ke rumahmu, Mada?”

“Tentu saja boleh, Arya.”

“Aku malas untuk pulang ke rumahku, Mada....”92

Arya main ke rumah Mada. Di teras rumah, Hakim sedang bermain

gitar dan menulis lagu. Kemudian, datanglah Rudi, sahabat Hakim yang

sudah lama berpisah.

“Sementara, Hakim,

Masih bermain gitar dan menulis lagu penuh gairah

Belum lama Mada dan Arya masuk ke dalam rumah

Datang sebuah mobil mewah

Keluar seorang lelaki dengan wajah yang sangat cerah

Pakaian indah, rambut klimis seperti basah,

Sepatu dan kemeja yang mustahil berharga murah

Dialah Rudi, sahabat Hakim yang sudah lama berpisah.”93

Di rumah Mada, Arya menceritakan kesedihannya kepada Sophia

yang terdapat pada sekuen 41.

“...Ibu, sebenarnya Arya sedang sedih

Dia mau cerita tapi malu...”

“Begini, Bu. Ayah dan ibuku bertengkar.

Arya benar-benar takut....”

“...Tapi, Bu. Ayahku telah pergi. Arya dan ibuku dilarang ikut.”

Sophia menarik dan mengeluarkan nafas dengan lembut.”94

91 Abdullah Wong, op cit, h.73. 92 Ibid, h.77. 93

Ibid, h.78.

Page 81: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

71

Kemudian, Rudi pun pamit. Hakim menghampiri Mada, Arya, dan

Sophia yang duduk di ruang tamu membahas Kisah Gunadarma.

Kemudian, Mada dan Arya pun menceritakan Kisah Gunadarma kepada

Hakim. Pada sekuen 43 dijelaskan bahwa ibu Arya datang ke rumah Mada

untuk menjemput Arya pulang.

“Tak lama ibu Arya datang ke rumah Mada Tak lain adalah untuk menjemput Arya... “Walah, Arya. Ternyata kamu betah di sini?” “Ya, Bu. Arya masih asyik bermain di sini...”

“Ayo Arya, kita pulang...”95

Di tengah perjalanan pulang terjadi perdebatan antara Arya dan

ibunya.

“Arya, maafkan ibumu

Karena ayah dan ibumu sudah tak lagi bersatu

Sesungguhnya ini semua bukan rencana yang kami mau

Tapi bagaimana lagi, kita semua harus setuju.”

“Setuju!? Kenapa kita harus setuju

Pada sesuatu yang kita tidak mau?”

“Anakku,

Seringkali kita tidak punya kesempatan untuk memilih setuju

Karena terkadang apa yang kita mau

Menjadi jalan terbaik untuk memenangkan apa yang kita

Mau

“Jalan terbaik untuk siapa, bu?”

“Tentu saja untuk semua, dan termasuk dirimu.”

“Apakah ayah juga setuju?”

“Iya, ini adalah keputusan kami, demi masa depanmu.”

“Masa depan seperti apa, seorang anak yang hidup tanpa

Seorang ayah?”

“Kami tetap memiliki ayah, anakku. Hanya saja ayah tak Selalu disampingmu.”

Baiklah, apapun yang ibu mau, Arya akan ikut setuju.”

“Oh, Anakku. Aku bersyukur mempunyai anak sepertimu.”96

Secara keseluruhan, peristiwa yang telah dijabarkan di atas

merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Peristiwa yang

menjelaskan mengenai kedatangan Rudi ke rumah hakim berakibat pada

94 Abdullah Wong, op cit, h.80. 95 Ibid, h.83. 96

Ibid, h.84.

Page 82: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

72

jatuh miskinnya Hakim yang terdapat pada sekuen 50 dan peristiwa yang

terjadi pada Arya bertujuan untuk menceritakan kisah kehidupan Arya

yang setelah perpisahan orang tuanya, Arya belajar menjadi sosok yang

lebih kuat, mandiri, dan menerima kenyataan.

Peristiwa di atas juga merupakan peristiwa pararel yang terikat pada

latar tempat dan waktu yang sama, yaitu latar tempat di rumah Hakim

dengan peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Rudi datang

mengunjungi Hakim dan Arya yang mampir ke rumah Hakim setelah

pulang sekolah untuk bermain dengan Mada.

Pada sekuen 44, Mada mendapatkan teman baru di kelasnya yang

bernama Aghnia Cahaya.

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru,

Dia akan menjadi salah satu temanmu.

Nanti kalian mengenalkan diri satu persatu,

Setelah temanmu ini mengenalkan diri padamu....”

“Namaku Aghnia Cahaya,

Kalian boleh memanggilku Nia.”97

Setelah semua murid berkenalan dengan Aghnia Cahaya atau yang

biasa dipanggil Nia, Aminah Mukhlas mengajak murid-murid untuk

belajar di luar kelas tentang matahari. Peristiwa ini terdapat pada sekuen

45.

“Anak-anakku, hari ini kita belajar di luar kelas

Kita akan melihat alam dan pemandangan bebas

Jangan lupa keluar dengan tertib dari kelas

“...Anak-anakku, hari ini kita akan belajar tentang matahari,

Apakah di antara kalian ada yang tahu tentang matahari?”98

Kemudian, setelah jam pelajaran berakhir, Mada dan kawan-

kawannya istirahat. Awalnya Mada bertanya kepada Nia dari mana ia

berasal. Nia menjawab, bahwa ia berasal dari sebuah kota yang dekat

dengan matahari. Mada terkejut karena ternyata Nia mengetahui mengenai

Kisah Dewa Matahari. Sedangkan, Arya belum pernah mendengarnya.

97

Abdullah Wong, op cit, h.87-88. 98

Ibid, h.88.

Page 83: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

73

Akhirnya Nia pun menceritakan Kisah Dewa Matahari kepada Arya pada

sekuen 46.

“Sebenarnya kalian ini

Mau atau tidak menceritakan Dewa Matahari kepadaku?”

Nia memandang wajah Mada, saling berpandangan seolah

Saling memberi tanda

“Biar kamu saja yang cerita, Nia,” kata Mada.

“Ah, kamu saja, Mada,” jawab Nia

Mada dan Nia saling terdiam memandang wajah Arya.

“Ayolah, kalian keberatan kalau bercerita?”

“Baiklah biar aku saja yang bercerita,” kata Nia.99

Peristiwa yang dipaparkan di atas merupakan peristiwa yang terjadi

secara kronologis. Peristiwa terjadi ketika jam pelajaran berlangsung di

sekolah. Mada mendapatkan teman baru yang bernama Nia, kemudian

Mada dan kawan-kawannya belajar tentang Matahari bersama Aminah

Mukhlas, dan Nia yang menceritakan Kisah Dewa Matahari kepada Arya

ketika jam istirahat tiba.

Peristiwa tersebut juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat

kuat. Sosok Nia merupakan sosok yang penting di dalam novel ini. Nia

adalah tokoh yang berpengaruh pada petualangan mencari Buku

Gunadarma dan ia juga merupakan tokoh yang berperan untuk membantu

kehidupan Mada kembali seperti semula. Dalam petualangan mencari

Buku Gunadarma, Nia merupakan salah satu tokoh yang mengetahui

mengenai Kisah Gunadarma. Nia juga menceritakan kelanjutan Kisah

Gunadarma ketika Aminah Mukhlas sudah diberhentikan dari sekolah, dan

Nia adalah tokoh yang mendengar kelanjutan Kisah Gunadarma hingga

selesai. Selain itu, Nia merupakan orang yang berperan dalam membantu

kehidupan Mada kembali seperti semula. Melalui rencana Nia dan ayahnya

Mantra, kehidupan Mada kembali seperti semula.

Pelajaran tentang Matahari dengan Kisah Dewa Matahari yang

diceritakan Nia merupakan peristiwa yang berkaitan, karena Nia

99

Abdullah Wong, op cit, h.94.

Page 84: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

74

menceritakan kisah tersebut setelah pelajaran yang disampaikan oleh

Aminah Mukhlas tentang Matahari kepada murid-murid.

Kemudian berlanjut pada peristiwa Sophia melahirkan yang terdapat

pada sekuen 47.

“Malam ini adalah malam yang mendebarkan

Mada bersama ayah sedang duduk berduaan

Sementara ibu sedang di dalam ruang untuk

Diperiksa dokter, “Mungkin malam ini ibu melahirkan.

“Mada bangunlah ibumu sudah melahirkan.

Semua selamat, dan adikmu perempuan!”100

Berdasarkan kutipan di atas, Sophia melahirkan seorang anak

perempuan yang kemudian diberi nama Rindu Rembulan. Berikut

kutipannya.

“Ayah, bagaimana kalau nama adikku, Rembulan?”

“Bagaimana, Ibu? Apa ibu setuju nama Rembulan?”

“Apa ibu boleh menambahkan?”

“Oh, tentu ibu. Ibu boleh saja menambahkan.”

“Ibu selalu rindu pada rembulan, maka ibu usul ada Rindu

Di nama itu.”

“Baik, bagaimana kalau namanya Rindu Rembulan?”

...Akhirnya mereka sepakat, nama adik Mada adalah Rindu

Rembulan.”101

Setelah peristiwa Sophia melahirkan, kawan-kawan Mada datang

mengunjungi Mada ke rumah sakit untuk melihat adik Mada. Peristiwa ini

terdapat pada sekuen 48.

“Jam sembilan lewat lima puluh

Terdengar dari jauh suara gemuruh

Mada seperti mengenal, siapa yang biasa membuat gaduh

Ternyata mereka adalah kawan-kawan Mada

Oh, bahagianya Mada,

Mereka mau menjenguk ibu dan adiknya.”102

Setelah menengok adik Mada, Mada dan kawan-kawannya

mengobrol di teras. Kemudian, mereka membahas mengenai Kisah

100 Abdullah Wong , op cit, h.102. 101 Ibid, h.103. 102

Ibid, h.104.

Page 85: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

75

Gunadarma yang belum mereka dengar hingga selesai. Akhirnya, mereka

sepakat untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma.

“Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana

“Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?”

Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya

Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama.

“Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.”103

Berdasarkan penjabaran di atas, menjelaskan bahwa peristiwa

Sophia melahirkan yang memunculkan tokoh Rindu Rembulan dan

peristiwa kawan-kawan Mada yang datang mengunjungi Mada dan

akhirnya mereka sepakat untuk melakukan petualangan mencari Buku

Gunadarma merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat.

Kedua peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang terikat dengan

ruang dan waktu yang sama, yaitu pada waktu mengunjungi Sophia yang

melahirkan dan dengan latar di rumah sakit. Selain itu, kesamaan suasana

yang terjadi di antara kedua peristiwa tersebut yaitu berkaitan dengan rasa

gembira. Kegembiraan hadirnya anggota baru dalam keluarga Mada, yaitu

Rindu Rembulan dan kegembiraan Mada dan kawannya yang berencana

untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma.

Setelah itu, muncullah konflik yaitu kasus penipuan yang dialami

Hakim yang dilakukan oleh temannya sendiri, yaitu Rudi.

“...Hah?! Berarti saya ditipu?

Padahal aku sudah menggadaikan surat-surat rumahku.

Kata Rudi aku akan untung, dan segera mendapatkan rumah

Baru.

Oh, aku tak menyangka. Padahal Rudi adalah kawan baikku.”104

Berdasarkan kutipan tersebut, peristiwa di atas menjelaskan kasus

penipuan yang dialami Hakim yang dilakukan oleh Rudi. Hakim telah

menggadaikan surat-surat rumahnya kepada Rudi untuk bisnis investasi

dengan harapan akan mendapatkan untung lebih dan Hakim akan

103 Abdullah Wong, op cit, h.106. 104

Ibid, h.108.

Page 86: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

76

mendapatkan rumah baru. Akan tetapi, Rudi yang sudah ia anggap sebagai

saudara tega menipunya.

Secara keseluruhan, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang

tidak terjadi secara kronologis karena peristiwa Rudi yang datang

mengunjungi Hakim dijelaskan pada sekuen 39 dan peristiwa yang

menjelaskan datangnya dua orang lelaki berbaju tentara membawa kabar

berita mengenai Rudi yang ternyata adalah seorang penipu terdapat pada

sekuen 50. Akan tetapi, peristiwa yang terjadi di atas merupakan peristiwa

yang logis dan bersifat kuat, karena Hakim menggadaikan surat-surat

rumahnya untuk bisnis investasi yang ternyata hanya penipuan yang

mengakibatkan kehidupan Hakim jatuh miskin dan rencana Mada untuk

melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma pun tidak terlaksana

karena ia harus membantu orang tuanya bekerja.

Pada sekuen 51 terdapat peristiwa Aminah Mukhlas yang

diberhentikan karena difinah telah menggelapkan gaji guru dan karyawan

di sekolah. Hal tersebut, memberikan kesedihan kepada murid-murid di

kelas karena mereka begitu menyayangi Aminah Mukhlas. Selain itu,

Kisah Gunadarma yang diceritakan oleh Aminah Mukhlas pun belum

selesai diceritakan.

“Memang apa yang terjadi, Bu?

Kenapa sampai ibu diberhentikan?” tanya Diwan “Ibu

difitnah menggelapkan gaji guru dan karyawan Padahal

sungguh, ibu sama sekali tidak melakukan...”105

Kemudian, pada sekuen 52, Aminah Mukhlas menceritakan Kisah

Cincin Perak yang merupakan pengalaman pribadinya.

“Ibu ceritakan kepada kami apa yang sangat ibu sayangi dan

Ibu banggakan.”

Ibu guru tersenyum, sambil memegang cincin perak di jari

Manisnya, ia berkata,

“Ini yang akan ibu ceritakan.”

“...Mereka memeluk, bahkan mencium cincin perak yang punya

Cerita mendebarkan.

105 Abdullah Wong, op cit, h.111.

Page 87: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

77

Selamat jalan ibuku;

Selamat jalan sahabatku;

Selamat jalan orangtuaku,”

Demikan perpisahan mereka

Dengan pemilik cincin perak itu.”106

Peristiwa diberhentikannya Aminah Mukhlas dengan Kisah Cincin

Perak yang diceritakan olehnya kepada murid-muridnya merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Hal ini dikarenakan peristiwa

diberhentikannya Aminah Mukhlas disebabkan karena ia telah difitnah

menggelapkan gaji guru dan karyawan di sekolah yang mengakibatkan ia

diberhentikan. Selain itu, peristiwa diberhentikannya Aminah Mukhlas

dari sekolah menjadi alasan kuat bagi Mada dan kawan-kawannya untuk

melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma, karena Aminah

Mukhlas belum menyelesaikan kisah tersebut, sehingga Mada dan kawan-

kawannya merasa penasaran ingin mengetahui akhir cerita Gunadarma.

Setelah itu, perstiwa Aminah Mukhlas yang menceritakan tentang Kisah

Cincin adalah sebagai kenang-kenangan terakhir dan perpisahan dengan

murid-muridnya. Kisah Cincin Perak merupakan pengalaman pribadi

Aminah Mukhlas yang berisi pesan yang disampaikan oleh orang tuanya

yang kemudian disampaikan kembali kepada murid-muridnya sebagai

pesan untuk menghadapi kehidupan kedepannya.

Konflik memuncak ketika kehidupan Hakim jatuh miskin. Hakim

dan keluarganya mengontrak di sebuah rumah kecil dan sederhana. Sebuah

kontrakan milik ayah Krisna, Pak Wisnu. Keadaan keluarga Mada berada

dalam kesulitan dan kemiskinan, hingga akhirnya Hakim bekerja di stasiun

kota untuk mengangkat barang bawaan penumpang kereta. Peristiwa ini

terdapat pada sekuen 53 dan 54.

“Kini rumah Mada digadaikan kepada ayah Krisna

Lalu mereka mengotrak di sebuah rumah kecil dan sederhana

Rumah kecil milik keluarga Pak Wisnu, ayah Krisna

Di sana hanya ada satu kamar saja,

“...Ayah sudah dapatkan pekerjaan di stasiun kota.

106 Abdullah Wong, op cit, h.112-115.

Page 88: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

78

Di sana ayah bisa mengangkat barang bawaan penumpang

Kereta.”107

Peristiwa di atas yang menjelaskan kehidupan Hakim yang jatuh

miskin hingga ia mengontrak di rumah kontrakan milik ayah Krisna

merupakan peristiwa yang terjadi secara kronologis, karena peristiwa

sebelumnya menjelaskan mengenai kasus penipuan yang dialami oleh

Hakim yang terjadi pada sekuen 50. Peristiwa tersebut juga merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena peristiwa tersebut merupakan

akibat yang timbul karena Hakim telah menggadaikan surat-surat

rumahnya kepada Rudi hingga akhirnya ia harus mengontrak di sebuah

rumah kecil dan sederhana. Hakim pun harus bekerja untuk mengangkat

barang bawaan penumpang kereta di stasiun kota untuk mencari uang dan

menafkahi makan keluarganya.

Kemudian, berlanjut dengan menceritakan Krisna dan Anton yang

terdapat pada sekuen 55 dan 56.

“Padahal dulu, Krisna adalah teman yang baik senantiasa

Dia tak pernah menghina apalagi menyakiti Mada

Itu dulu ketika ayah Krisna masih miskin

Dan sering meminjam uang pada ayah Mada

Tapi kini Krisna kaya raya, di rumahnya semua ada

Krisna sekelas dengan Anton yang juga badung

Mereka saling menggoda,

Membuat Mada dan teman-temannya sering tersinggung

Hanya Diwan yang kadang berani

Meladeni mereka bertarung

Tapi dilerai Nia dan Arya,

Membuat Diwan dan Mada urung.”108

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Krisna yang dulu dan sekarang

adalah Krisna yang berbeda. Dulu, Krisna adalah teman yang baik. Akan

tetapi, sekarang ia adalah orang yang sombong. Ia selalu menghina dan

mengganggu Mada dan kawan-kawannya. Hal ini dapat dilihat dari

kutipan berikut ini.

107 Abdullah Wong, op cit, h.117-118. 108

Ibid, h.119.

Page 89: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

79

“Seperti ketika mereka sedang olahraga,

Krisna dan Anton menyembunyikan tas yang ada di meja

Mereka pura-pura tidak melakukannya

Padahal Affwah adalah saksinya,

Karena ia jelas-jelas melihatnya

Tapi mereka tak pernah mengakui perbuatannya

Tentu saja Mada marah dan ingin sekali menghajarnya

Andai saja Ibu Aminah masih ada,

Pasti sudah diadukan padanya

Kini guru yang menggantikan kami adalah Bapak Kuntala

Ia sering membela Krisna

Hanya karena dia anak orang kaya

Ah, rasanya hidup semakin tak adil saja.”109

Peristiwa yang menceritakan mengenai Krisna dan Anton serta

contoh kenakalan yang dilakukan oleh mereka merupakan peristiwa yang

terjadi secara kronologis karena sebelumnya pada sekuen 6 dan 7

dijelaskan bahwa Krisna dan Anton adalah sahabat baik Mada ketika

kehidupan mereka masih miskin. Akan tetapi, pada sekuen 55 dan 56

mereka sudah menjadi orang kaya hingga mereka menjadi orang yang

sombong dan nakal.

Berdasarkan pemaparan di atas, peristiwa yang menceritakan Krisna

dan Anton juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat.

Peristiwa yang menceritakan sosok Krisna dan Anton adalah peristiwa

yang memiliki sebab-akibat karena pada tahap perkenalan dijelaskan

mengenai sosok Krisna dan Anton yang merupakan teman baik Mada.

Akan tetapi, pada sekuen 55 dan 56 tersebut, Krisna dijelaskan merupakan

orang yang sombong karena ia sudah menjadi orang kaya. Ia juga nakal

sama hal dengan Anton. Selain itu, sebab lain adanya peristiwa yang

menceritakan sosok Krisna adalah karena Hakim menggadaikan rumahnya

kepada ayah Krisna. Hakim dan keluarganya juga mengontrak di rumah

milik ayah Krisna. Ayah Krisna yang dulu sering meminjam uang kepada

Hakim ketika ia masih miskin, sekarang sudah menjadi orang kaya.

Melalui peristiwa yang menceritakan Krisna dan Anton juga bertujuan

109 Abdullah Wong , op cit, h.119-120.

Page 90: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

80

untuk menyampaikan pesan untuk tidak menjadi orang yang sombong

meskipun memiliki kekayaan yang berlimpah, karena kekayaan tersebut

hanya sebuah titipan.

Selain itu, berdasarkan kutipan di atas disebutkan mengenai guru

pengganti di sekolah Mada yang bernama Bapak Kuntala. Meski sosok

Bapak Kuntala hanya disebutkan secara singkat, akan tetapi melalui

kutipan di atas dapat menggambarkan seperti apa sosok Bapak Kuntala.

Seorang guru yang hanya membela anak-anak orang kaya. Seorang guru

yang tidak adil dan tidak sepenuhnya menyayangi murid-muridnya seperti

Aminah Mukhlas.

Peristiwa yang menjelaskan mengenai guru pengganti Aminah

Mukhlas merupakan peristiwa yang terjadi secara kronologis karena

peristiwa yang menyebutkan sosok Bapak Kuntala terjadi setelah peristiwa

pemberhentian yang dialami oleh Aminah Mukhlas. Peristiwa tersebut

juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Kasus

pemberhentian Aminah Mukhlas dengan guru pengganti Bapak Kuntala

seakan-akan memiliki keterkaitan bahwa Bapak Kuntala adalah orang

yang telah memfitnah Aminah Mukhlas hingga akhirnya ia diberhentikan

dari sekolah.

Kemudian, pada sekuen 59 dijelaskan bahwa Mada tidak dapat ikut

melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma. Hal tersebut,

dikarenakan keadaan keluarga Mada yang sedang dalam kesulitan dan

kemiskinan. Mada harus membantu ayah dan ibunya untuk bekerja.

“Kawan-kawan, maafkan aku.” Mada kembali bicara

“Kalian tetap teruskan pencarian buku Gunadarma

Tapi aku sama sekali tidak bisa ikut bersama

Aku harus membantu ayahku bekerja

Apalagi adikku masih kecil, aku harus membantu ibuku

Menjaganya.”110

Peristiwa di atas merupakan peristiwa yang terjadi secara kronologis

dan memiliki sebab-akibat. Setelah, kasus penipuan yang dialami oleh

110 Abdullah Wong, op cit, h.121.

Page 91: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

81

ayahnya, Mada jatuh miskin dan harus mengontrak di sebuah rumah

kontrakan. Hal tersebut tentunya mengharuskan ia untuk membantu kedua

orang tuanya mencari uang. Mada harus membantu orang tuanya untuk

bekerja dan menjaga adiknya.

Keadaan Mada yang jatuh miskin dan memutuskan untuk tidak ikut

dalam petulangan mencari Buku Gunadarma pun berakibat pada pada

sekuen 60 yang menjelaskan mengenai kawan-kawan Mada berencana

untuk membantu Mada yang sedang dalam kesusahan.

“Mada. deritamu derita kami juga. Bahagiamu, bahagia kami

Juga.”

“Benar, Mada. kami semau ada di belakangmu

Kami semua akan membantumu,”

Entah siapa yang memberi perintah, tiba-tiba semua berseru.”111

Rencana kawan-kawan Mada untuk membantu Mada yang sedang

dalam kesusahan adalah peristiwa yang terjadi secara kronologis karena

rencana tersebut muncul setelah peristiwa penipuan yang dialami oleh

ayah Mada hingga akhirnya Mada memutuskan untuk tidak ikut dalam

petualangan mencari Buku Gunadarma. Peristiwa ini juga merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena kawan-kawan Mada adalah

sahabat yang setia. Mereka selalu bersama dalam suka maupun duka.

Kawan-kawan Mada membantu Mada yang sedang dalam kesusahan.

Mereka berencana untuk membantu Mada karena mereka ingin Mada ikut

dalam petualangan untuk mencari Buku Gunadarma.

Kemudian, pada sekuen 61 Nia menceritakan Kisah Sebuah Pulau

yang memiliki kesamaan dengan kehidupan Mada yang mengalami

kesulitan dan kemiskinan, akan tetapi ia memiliki kawan-kawan setia yang

selalu ada dalam keadaan suka menolongnya dalam keadaan duka.

Peristiwa Nia yang menceritakan Kisah Sebuah Pulau pun

merupakan peristiwa logis dan bersifat kuat karena kisah ini

mengambarkan kerelaan hati kawan-kawan Mada yang berencana untuk

111 Abdullah Wong, op cit, h.121.

Page 92: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

82

menolong Mada. selain itu, kisah ini diceritakan oleh Nia kepada Mada

sebagai pesan bahwa Mada memiliki sahabat setia yang selalu ada untuk

membantu dan menolongnya.

Pada sekuen 62 dan 63 dijelaskan bahwa Mada sudah setahun lebih

hidup dalam kesulitan dan kemiskinan. Hal ini dapat dilihat melalui

kutipan di bawah ini.

“...Tanpa terasa,

Sudah setahun lebih Mada dan keluarga menjalani hidup

Yang berbeda

Meski dalam keadaan yang sangat sederhana

Mereka tetap senyum bahagia

Mereka tetap bahagia.”112

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa

terjadi secara kronologis karena peristiwa sebelumnya menceritakan

mengenai kasus penipuan yang dialami oleh ayah Mada, Mada tinggal di

sebuah kontrakan, Hakim bekerja mengangkut barang bawaan penumpang

di stasiun kereta, dan sering kali Hakim dan Mada mengamen, dan

kehidupan Mada yang berada dalam kesulitan dan kemiskinan sudah

berlangsung selama satu tahun lebih.

Peristiwa tersebut juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat

kuat karena Hakim hanya bekerja mengangkut barang bawaan penumpang

di stasiun kereta dan mengamen yang penghasilannya tidak besar,

sehingga uang yang didapatkan pun hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Bukan pekerjaan yang menghasilkan uang yang besar dan bisa menebus

kembali rumahnya, hingga akhirnya satu tahun pun tidak terasa mereka

lewati dalam keadaan yang kesulitan dan kemiskinan.

Peristiwa berlanjut dengan menceritakan rencana kawan-kawan

Mada untuk membantu Mada yang sedang berada dalam kesulitan dan

kemiskinan yang terdapat pada sekuen 64 dan 65.

“Ayah Nia bernama Mantra

Dia adalah seorang konsultan yang selalu gigih bekerja

112 Abdullah Wong, op cit, h.124.

Page 93: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

83

Dia juga seorang produser yang cukup ternama

“...Setahuku, ayah Mada bisa menulis lagu. Ya, ayah Mada bisa

Menciptakan lagu,”

Jawab Diwan begitu semangatnya.

“Nah, maksudku begini. Kita bersama bicara kepada ayahku,

Kita bilang saja kalau ayah Mada pandai menulis lagu,”

“Lalu?”

“...Kita bilang supaya ayahku mau membantu

Membantu ayah Mada yang bisa menulis lagu itu.

“Membantu bagaimana?” kini Affwah bertanya.

“Ya tentu saja, membantu supaya ayahku mau menjadi

Produser ayahnya Mada”113

Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa yang menggambarkan

mengenai rencana Nia untuk membantu Mada merupakan peristiwa yang

logis dan bersifat kuat. Hal ini dikarenakan, kemampuan Hakim yang bisa

menulis lagu merupakan sebab Nia berencana untuk membujuk ayahnya

yang seorang produser untuk mau memproduseri lagu-lagu yang

diciptakan oleh Hakim. Rencana kawan-kawan Mada tersebut tentunya

dengan harapan agar keadaan Mada kembali seperti semula sehingga

Mada pun bisa ikut dalam petualangan mencari Buku Gunadarrma.

Setelah rencana Nia untuk membantu Mada, pada sekuen 66

peristiwa beralih pada sosok Rindu, adik Mada.

“Rindu berhenti mewarnai

Sejenak sambil menatap wajah Maja

“Itu namanya, Raja Sepatu, Kakak Mada!”114

Kemudian, pada sekuen 67 Mada menceritakan mengenai Kisah

Sepatu kepada Rindu.

Peristiwa Mada yang menemani Rindu mewarnai menjelaskan

bahwa Rindu sudah dapat berbicara dan bisa mewarnai. Berdasarkan

kutipan di atas, secara keseluruhan peristiwa yang menjelaskan bahwa

Rindu sudah bisa berbicara dan mewarnai merupakan bukti bahwa

113 Abdullah Wong, op cit, h.129-130. 114

Ibid, h.132.

Page 94: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

84

peristiwa tersebut tidak tersusun secara kronologis karena setelah peristiwa

Sophia melahirkan tidak dijelaskan mengenai perkembangan Rindu.

Akan tetapi, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang logis dan

bersifat kuat karena sebelumnya pada sekuen 62 dan 63 dijelaskan bahwa

satu tahun lebih Mada menjalani hidup dalam kemiskinan hal inipun

tentunya menjelaskan bahwa Rindu sudah beranjak besar hingga pada

sekuen 66 dijelaskan bahwa Rindu sudah dapat bicara dan mewarnai.

Peristiwa Mada yang menceritakan Kisah Sepatu pun merupakan peristiwa

yang logis karena pada saat itu Rindu yang sedang mewarnai sepatu.

Setelah itu, terdapat peristiwa pertandingan sepakbola antara

Sekolah Bening melawan Sekolah Perkasa dengan kapten kesebelasan

Sekolah Bening yang dipegang oleh Mada.

“Kali ini sekolah Mada akan melawan sekolah dari luar kota

Ini adalah pertandingan persahabatan

Yang selama ini tertunda

Mada dipercaya sebagai penyerang seperti biasa

Para guru dan para siswa tengah menanti pertandingan

Inilah pertandingan sepak bola

Antara Sekolah Bening melawan Sekolah Perkasa.”115

Akan tetapi, pada sekuen 69 menjelaskan peristiwa Hakim yang

sedang mengamen bis kota dengan lantang dan gembira.

“Sementara di luar sana, di sebuah jalan raya kota

Ayah Mada sedang mengamen di bis kota

Dia menyanyi penuh lantang dan gembira.”116

Kemudian, pada sekuen 70 kembali menjelaskan pada pertandingan

sepakbola Sekolah Bening melawan Sekolah Perkasa.

“Lihat, Mada sedang menggiring bola

Mada terus berlari membawa bola ke depan lawannya

Tiga lawan maju menghadang, tapi Mada bisa melewatinya

Kini Mada gawang lawan sangat dekat di hadapan Mada

Sementara kiper lawan sudah bersiap dengan tendangan

Mada ternyata Mada tidak menendang langsung,

Tapi dioperkan kepada Arya

115 Abdullah Wong, op cit, h.133. 116

Ibid, h.133.

Page 95: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

85

Arya tidak menyia-nyiakan operan dari Mada

Arya segera menjemput bola dan langsung menendangnya

Yeah, tendangan Arya menerobos masuk dengan kerasnya

“Goool!!!”117

Kemudian, peristiwa kembali pada Hakim yang sedang menyanyi di

sebuah warung tenda. Menyanyi sebuah lagu tentang jiwa merdeka dengan

merdunya. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 71.

“Sementara

Ayah Mada sedang menyanyi di sebuah warung tenda

Hakim menyanyi lagu tentang jiwa merdeka dengan

Merdunya.”118

Pertandingan sepakbola pun usai. Tim Sekolah Dasar Bening tampil

sebagai juara karena kerjasama Mada yang mengoper bola kepada Arya

dan akhirnya Arya mencetak gol untuk Sekolah Bening. Setelah itu,

terdapat peristiwa Arya dan ibunya pada sekuen 72.

“Ketika semua sedang bersorak gembira

Dari jauh Arya melihat ibunya

Arya berlari menuju ibunya yang berdiri di tepi lapangan bola

Arya berlari dan segera memeluk ibunya

Mereka berpelukan dan tak terasa saling meneteskan airmata

Mungkin terbayang, andai saja ayah Arya ada di sisi mereka.”119

Kemudian, Mada dan kawan-kawannya merayakan kemenangan

mereka melawan Sekolah Perkasa. Pesta kemenangan tersebut digelar di

halaman rumah Diwan yang rindang. Kemudian pada sekuen 73, Nia

menceritakan kelanjutan mengenai Kisah Gunadarma.

“...Setelah Nia datang,

Entah mengapa semua merasa gembira

Ternyata mereka tengah menantikan Nia bercerita

“Nah, ini dia sang pencerita kita,” teriak Arya

“Wah, ternyata Nia datang juga,” demikian tutur Mada

“Bagaimana, serius mau mendengar lanjutan Gunadarma?”

“Tentu Nia. Sejak ibu guru pergi, kami tak tahu nasib

Gunadarma.”

“Baiklah, saya akan bercerita,

117 Abdullah Wong, op cit, h.134. 118 Ibid, h.134. 119

Ibid, h.135.

Page 96: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

86

Memang sudah sampai di mana

Kalian dengan cerita Gunadarma?”

“Anu, kalau tidak salah,

Cerita sampai ketika Gunadarma di hutan Gunadarma.”120

Berdasarkan penjabaran di atas menjelaskan peristiwa pertandingan

sepakbola Sekolah Bening dan Sekolah Perkasa merupakan peristiwa yang

terjadi secara kronologis karena pertandingan tersebut merupakan

pertandingan persahabatan antara Sekolah Bening dan Sekolah Perkasa.

Selain itu, peristiwa yang menjelaskan Mada menjadi seorang

penyerang dan kapten kesebelasan bertujuan untuk menggambarkan

penokohan Mada. Diusianya yang sudah dewasa dan duduk di bangku

SMA, Mada dijadikan seorang kapten kesebelasan sekolahnya. Hal ini

tentunya menunjukkan bahwa sosok Mada diusianya 22 tahun adalah

sosok yang dewasa diantara kawan-kawannya dan juga memiliki jiwa

pemimpin. Selain itu, Mada juga digambarkan sebagai sosok yang dapat

bekerjasama.

Peristiwa pertandingan sepakbola antara Sekolah Bening melawan

Sekolah Perkasa hingga akhirnya Sekolah Bening memenangkan

pertandingan setelah gol yang dicetak oleh Arya melalui operan yang

diberikan oleh Mada dengan petistiwa Hakim yang mengamen di bis kota

dengan warung tenda dengan membawakan lagu tentang jiwa medeka

merupakan peristiwa yang terjadi secara logis dan bersifat kuat karena

peristiwa tersebut merupakan peristiwa pararel yang terikat pada latar

suasana yang sama, yaitu menunjukkan suasana merdeka dan kemenangan.

Pada sekuen 74 peristiwa berlanjut dengan menceritakan sosok ayah

Nia, Mantra yang datang mengunjungi rumah Mada untuk bertemu Hakim.

“Sebuah mobil berhenti dan parkir di depan rumah

Kemudian keluar seorang lelaki yang sangat ramah

Dia tersenyum kepada Mada, juga pada Rindu adiknya

Lalu dia melangkah menuju ayah dan ibu Mada

“Maaf, benarkah ini tempat tinggal Pak Hakim?”

“Benar, Pak. Saya sendiri Hakim.”

120 Abdullah Wong, op cit, h.126.

Page 97: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

87

“Maaf, Pak Hakim. Perkenalkan, nama saya Mantra.”121

Sementara Hakim dan Mantra asyik mengobrol, Mada dan Sophia

menemani Rindu yang sedang bermain boneka. Kemudian, Sophia

menceritakan Kisah Boneka kepada Rindu. Peristiwa ini terdapat pada

sekuen 76.

“Wah, Ibu. Mamanya Anton seperti malaikat saja.”

“Ya, Rindu. Kamu pun bisa menjadi malaikat juga...”122

Setelah peristiwa di atas, dijelaskan kembali mengenai peristiwa

Hakim dan Mantra yang masih berbincang di teras rumah. Akhirnya,

setelah Mantra pamit pulang, Hakim masuk ke dalam rumah dengan wajah

senang.

“...Ternyata,

Pak Mantra adalah seorang produser musik di ibu kota,

Tadi Ayah Mada mendapat tawaran kerja

Kebetulan, Pak Mantra sedang mencari komposer dengan

Segera

Dan baru saja, Ayah Mada diminta segera bekerja...”

...Rindu tiba-tiba berkata singkat,

“Ayah, apakah tamu tadi seorang malaikat?”123

Peristiwa yang dijabarkan di atas mengenai kedatangan Mantra ke

rumah Hakim untuk menawarkan sebuah pekerjaan dengan peristiwa

Sophia yang menemani Rindu bermain boneka merupakan peristiwa yang

terjadi secara kronologis. Peristiwa ini merupakan peristiwa pararel yang

terikat pada latar tempat dan waktu yang sama, yaitu rumah Hakim.

Selain itu, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang terjadi secara

logis dan bersifat kuat. Kedatangan Mantra merupakan hasil dari rencana

Nia dan kawan-kawannya yang bicara kepada Mantra untuk mau

memproduseri lagu-lagu yang diciptakan oleh Hakim. Kedatangan Mantra

yang menawarkan pekerjaan kepada Hakim hingga akhirnya ia bekerja

121 Abdullah Wong, op cit, h.147-148. 122 Ibid, h.151. 123

Ibid, h.152.

Page 98: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

88

sebagai komposer lagu bersama Mantra berakibat pada kehidupan Mada

yang kembali seperti semula.

Kemudian, peristiwa Sophia yang menemani Rindu bermain boneka

hingga akhirnya ia menceritakan Kisah Boneka juga merupakan peristiwa

yang logis dan bersifat kuat. Kisah Boneka tersebut diceritakan oleh

Sophia karena pada pada saat yang bersamaan Rindu sedang bermain

boneka. Selain itu, Kisah Boneka memiliki keterkaitan dengan ibu Anton,

karena Kisah Boneka tersebut merupakan pengalaman pribadi yang

dialami oleh ibu Anton. Melalui cerita ini, ibu Anton digambarkan seperti

seorang ibu yang baik, penyayang, suka memberi, dan tidak sombong. Hal

ini tentunya berbanding terbalik dengan sikap Anton yang sombong.

Melalui cerita itu, dapat disimpulkan bahwa orangtua Anton adalah orang

yang baik. Akan tetapi, Anton menjadi anak yang sombong karena

orangtuanya kaya dan ia merasa memiliki segalanya. Secara tidak

langsung, melalui kisah tersebut juga bertujuan untuk menjelaskan sosok

Anton.

Pada sekuen 77 menjelaskan peristiwa Hakim yang membawa kabar

baik untuk keluarganya mengenai kedatangan Mantra.

“Ternyata,

Pak Mantra adalah seorang produser musik di ibu kota,

Tadi, ayah Mada mendapat tawaran kerja

Kebetulan, Pak Mantra sedang mencari komposer dengann

Segera

Dan baru saja, ayah Mada diminta segera bekerja

Ayah harus segera membuat lagu lagu dan irama

...Rindu tiba-tiba berkata singkat,

“Ayah, apakah tamu tadi seorang malaikat?”124

Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa terjadi secara kronologis

karena Hakim membawa kabar baik tersebut setelah Mantra pamit pulang

dari rumahnya. Kata-kata yang diucapkan Rindu yang berkaitan dengan

pertanyaan mengenai apakah Mantra adalah seorang malaikat

berhubungan dengan Kisah Boneka yang diceritakan Sophia kepada Rindu

124 Abdullah Wong, op cit, h.152.

Page 99: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

89

yang merupakan pengalaman pribadi ibu Anton yang telah menolong

seorang anak kecil yang Rindu anggap bahwa ibu Anton adalah seorang

malaikat karena membantu orang lain, sama halnya dengan Mantra yang

membantu Hakim.

Setelah peristiwa kedatangan Mantra ke rumah Hakim, pada sekuen

78 menjelaskan kehidupan Hakim dan keluarganya kembali seperti

semula. Mada kembali menempati rumahnya dan Hakim mendapatkan

pekerjaan sebagai komposer lagu.

“Oh betapa bahagia hati Mada

Sekarang bisa kembali pulang ke rumah sebelumnya

Setelah Hakim bekerja bersama Pak Mantra

Kehidupan mereka kembali seperti semula

Mada bersama semua keluarga memang sangat bahagia.”125

Kehidupan Hakim dan keluarganya memang kembali seperti semula.

Akan tetapi, Mada merasa sedih karena sekarang, Hakim sibuk bekerja.

“Lihatlah Hakim yang kini sibuk bekerja.

Sejak Hakim terlibat kerjasama dengan Pak Mantra,

Semua terasa berbeda setidaknya itu yang dirasakan Mada

Hakim kini jarang pulang dan tinggal bersama keluarga

Mada

Dan Rindu jarang sekali berjumpa dengan ayahnya

Tentu saja sang ibu hanya bisa menghibur anak-anaknya ...Kesibukan Hakim seakan harus dibayar dengan keluarga

Kini Hakim tak sempat lagi mengurusi keluarga

Meski hanya untuk menanyakan bagaimana kabar sekolah

Mada

Mada merasa sepi, dan tidak mendapat perhatian ayahnya.”126

Kesedihan Mada terus berlangsung hingga ia berangkat sekolah.

Mada bersedih karena merasa ditinggalkan ayahnya.

“Sampai di gerbang sekolah, Mada berpapasan dengan Nia

Ketika itu, baru saja turun dari mobil dengan riang

Gembira

Sementara Mada berjalan kaki

Sambil menundukkan wajahnya

...Nia merasakan ada sesuatu yang lain pada diri Mada

125 Abdullah Wong, op cit, h.154. 126

Ibid, h.154-155.

Page 100: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

90

Padahal biasanya Mada sangat gembira

Meskipun dalam kondisi menderita, Mada tetap gembira

Tapi kali ini sangat berbeda.”127

Di sekolah, kawan-kawan Mada membahas kembali mengenai

rencana mereka untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma.

Peristiwa ini terdapat pada sekuen 80.

“Nia, liburan sekolah sudah hampir tiba.

Kapan kita memulai rencana kita?” Diwan memulai berbicara

“Rencana yang mana, ya?”

“Kamu lupa, Nia? Rencana mencari Buku Gunadarma!”

“Oh iya, tentu saja. Aku selalu ingat rencana kita, Diwan.

Bukan begitu, Mada?”

Mada hanya mengangguk, seakan tak punya selera.128

Perbincangan Mada dan kawan-kawannya di sekolah mengenai

kelanjutan rencana mereka untuk melakukan petualangan mencari Buku

Gunadarma berlanjut pada sekuen 81. Mada meminta izin kepada Sophia

dan Hakim untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma.

Kemudian, Hakim meminta maaf kepada Mada mengenai kesibukannya

selama ini.

“Mada meminta izin dan restu kepada Sophia, ibunya

Ketika ayahnya pulang, Mada juga meminta restunya

...”Mada, ayah minta maaf kepadamu.

Mungkin akhir-akhir ini, ayah kurang memperhatikanmu,

Ayah selama ini benar-benar diselimuti kesibukan baru,

Ayah sendiri khawatir,

Bila Mada punya prasangka kepadaku,

Aku sebagai ayahmu, tentu saja selalu memikirkanmu,

Ayah berjanji, ayah akan selalu punya waktu untukmu,

Kita akan kembali bermain, berdiskusi, juga berbagi cerita

Cerita baru

Apakah Mada mau memaafkan aku?”129

Pada sekuen 83, kawan-kawan Mada meminta izin kepada orang

tuanya masing-masing untuk melakukan petualangan mencari Buku

Gunadarma.

127 Abdullah Wong, op cit, h.155-156. 128 Ibid, h.156. 129

Ibid, h.157.

Page 101: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

91

“Sementara di rumah kawan-kawan Mada,

Masing-masing dari mereka sedang berpamitan kepada orang

Tua mereka

Semua meminta restu kepada orangtua.”130

Berdasarkan kutipan di atas, rangkaian peristiwa yang terjadi

merupakan peristiwa yang terjadi secara kronologis. Selain itu, peristiwa

tersebut merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena setelah

Hakim bekerja dengan Pak Mantra, Hakim kembali ke rumahnya karena ia

bisa menebus surat-surat rumahnya yang ia gadaikan kepada Pak Krisna,

akan tetapi pekerjaannya sebagai komposer lagu di ibukota membuatnya

menjadi sibuk. Hakim jarang pulang ke rumah dan tidak lagi

memperhatikan Mada. Akan tetapi, kesedihan Mada yang merasa Hakim

tidak memperhatikannya lagi tidak berlangsung lama karena Hakim

meminta maaf kepada Mada hingga akhirnya semua masalah selesai

setelah dibicarakan dengan baik-baik dan dengan saling pengertian.

Selain itu, peristiwa di sekolah yang membahas mengenai rencana

untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma pun merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena rencana tersebut kembali

dibahas setelah keadaan kehidupan Mada kembali seperti semula. Mada

tidak lagi hidup dalam kemiskinan dan harus bekerja membantu kedua

orang tuanya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melakukan

petualangan mencari Buku Gunadarma dan meminta izin kepada orang tua

mereka masing-masing. Mereka melanjutkan kembali rencana untuk

melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma karena rasa penasaran

yang besar akan akhir cerita Gunadarma.

Pada sekuen 84, petualangan Mada dan kawan-kawannya mencari

Buku Gunadarma pun dimulai.

“...Dan tiba-tiba, sudah sampai di saat liburan

Hari yang lama dinantikan

Liburan kali ini pastilah lebih istimewa dari biasa

Karena Mada dan teman-teman akan bertualang mencari

130 Abdullah Wong, op cit, h.158.

Page 102: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

92

Buku Gunadarma

Pada Sabtu pagi pukul sembilan,

Sesuai dengan kesepakatan yang dibulatkan

Telah datang ke rumah Mada dan teman-teman satu perjuangan.”131

Setelah rencana Mada dan kawan-kawannya untuk berpetualang

mencari Buku Gunadarma tertunda karena peristiwa Mada yang

mengalami kesulitan, akhirnya petualangan tersebut pun terlaksana.

Petualangan dimulai dengan berkumpul di rumah Mada. Sebelum

berangkat, Mada dan kawan-kawannya menyusun rencana dengan Mada

yang bertugas sebagai pemimpin rapat. Peristiwa ini dapat dilihat pada

sekuen 85.

“Mada selaku pemimpin rapat menerangkan

Saat melakukan aktifitas di luar ruangan,

Tubuh kita bekerja tidak seperti biasa

Terik matahari menguras cairan tubuh,

...Di situlah vitamin C banyak membantu

Karena ia mengandung antioksidan tinggi,

Yang dapat menangkal radikal bebabs dan meningkatkan

Kesegaran.”132

Pada sekuen 86 perjalanan pun dimulai. Mereka bersama-sama

menuju barat kota untuk mencari angkutan umum, yakni sebuah minibus

elf berwarna dasar merah dengan garis kuning tebal melintang. Setelah

menemukan minumus tersebut, mereka langsung naik. Setelah menunggu

lama, mobil yang mereka naiki untuk sampai di Desa Purna Indra pun

mulai berjalan. Setelah melewati pesawahan, kebun tebu, bukit dan

pegunungan, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

“Setelah melintasi bukit dan pegunungan,

Angkutan kota menghentikan perjalanan

“Anak-anak, kalian sudah sampai di tujuan.”

Mereka semua turun dan membayar ongkos angkutan.

“Kalian terus berjalan, nanti di sana ada pertigaan.

Kalau sudah di pertigaan kalian akan menemukan rumah

Yang nyaman.

Bertanyalah kalian di sana. Itu saja. Dan hati-hati di jalan.”133

131 Abdullah Wong, op cit, h.159. 132

Ibid, h.160.

Page 103: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

93

Setelah berjalan dengan mengikuti petunjuk supir minibus, akhirnya

mereka menemukan sebuah rumah mungil di sebrang jalan. Sebuah rumah

yang terbuat dari kayu dengan tulisan besar “Klinik Kesehatan Alami”

pada sebuah papan di atas pintunya.

“Tiba-tiba seorang kakek tua menyambut mereka di depan pintu

...Kulitnya keriput,

Di wajahnya melintang garis-garis dari lipatan kulitnya yang

Layu

Rambut dan jenggotnya sudah memutih,

Tidak ada yang masih hitam betapapun satu

...Tapi si kakek tampak terlihat kuat dan bugar.”134

Ternyata, kakek tua tersebut membuka Klinik Kesehatan Alami.

Kemudian, pada sekuen 89, kakek tua tersebut memberitahu mengenai

khasiat obat-obatan yang ada di kliniknya. Obat-obatan tersebut dapat

menyembuhkan berbagai macam penyakit.

“Setelah memasuki rumah itu

Aroma rempah-rempah segera menusuk hidung mereka

Banyak toples berukuran sedang berjajar di atas meja

Terbuat dari kaca bersih tidak berdebu

Di dalam toples itu berisi umbi-umbian,

Akar-akaran, dan dedaunan

Mengingat tulisan yang terpampang tadi di depan

Pastilah semuanya digunakan untuk pengobatan.”135

Kemudian, Mada bertanya kepada kakek tua tersebut mengenai Desa

Purna Indra.

“Kakek, kami sedang mencari desa Purna Indra, tahukah

Di mana?” Mada bertanya.

“Oh, itu mudah sekali. Ikuti saja jalan raya di depan itu.

Sekitar lima kilometer dari sini. Ayo ikuti kakek.”

“Maksudnya, kakek mau mengantar kami?”

“Iya, ayolah.”

“...Kita naik apa ke sana kek? Giliran Diwan bertanya

“Berjalan kaki.”

“Apa? Berjalan kaki?”

“Iya. Kakek akan mengantar kalian ke Pak Cakra. Ia

133 Abdullah Wong, op cit, h.169-170. 134 Ibid, h. 172. 135

Ibid, h.172-173.

Page 104: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

94

Penduduk asli Desa Purna Indra. Tempatnya bekerja tidak

Jauh dari sini, cukup lima menit berjalan kaki.”

“...Nanti kakek akan menyuruh Pak Cakra memberikan kalian

Tumpangan.”

“Memang pak Cakra punya mobil?” Ihsan bertanya.

“Bukan. Pak Cakra punya rakit bambu.”

“...Kalian harus menyebrangi sungai Mawasdiri yang lebar.”136

Kemudian, Diwan bertanya mengenai nama Desa Purna Indra.

“Kek, kalau boleh tahu, kenapa namanya Desa Purna Indra?”

“Oh ini bukan Purna Indra, tapi Desa Purna Raga.

Ketika kalian melewati perkebunan tebu,

Itu adalah perbatasan Desa Purna Raga.

Purna Raga membentang dan berbatasan dengan sungai

Mawasdiri.

Nah, kalau kalian telah menyebrangi sungai Mawasdiri,

Itulah Desa Purna Indra.”137

Setelah Diwan, kini giliran Arya yang bertanya mengenai sejarah

dan arti tertentu dari nama-nama desa tersebut. Kakek tua pun

menceritakan mengenai sejarah dan arti dari nama-nama desa tersebut.

“...Purna Raga artinya tubuh atau jasad.

Nah, siapa pun yang ingin memulai perjalanan abadi, semua

Hal yang berkaitan dengan tubuhnya harus diselesaikan lebih

Dulu.”

“...Tubuh adalah lambang keberadaan lahiriah manusia.

Alam lahiriah harus dijaga dan dirawat.

Caranya dengan menjaga kesehatan tubuh.

Kita bisa melakukannya dengan olahraga,

Dan kebiasaan makan dan minum yang baik dan benar.138

Kemudian Ihsan bertanya mengenai sejarah dan arti nama Desa

Purna Indra.

“...Purna Indra, artinya urusan indera kita harus diselesaikan

Dan disempurnakan.

Kita semua punya panca indera yang lima. Kelima indera itu

Adalah untuk pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa,

Dan peraba. Semua unsur indera itu harus dikerahkan dengan

Baik. jika kita pertajam semua indera itu,

136 Abdullah Wong, op cit, h.174-175. 137 Ibid, h.175. 138

Ibid, h.175.

Page 105: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

95

Kita akan banyak mengetahui hal-hal yang lebih dalam lagi.”139

Rangkaian peristiwa di atas, mulai dari keberangkatan Mada dan

kawan-kawannya menuju Desa Purna Indra adalah peristiwa yang terjadi

secara kronologis. Peristiwa tersebut juga merupakan peristiwa yang logis

dan bersifat kuat. Sesampainya di Desa Purna Indra mereka berjalan dan

menemukan sebuah rumah yang ternyata merupakan sebuah klinik

kesehatan alami milik seorang kakek tua. Kemudian, kakek tua tersebut

memberitahukan mengenai khasiat obat-obatan untuk menyembuhkan

berbagai macam penyakit karena di tempat tersebut merupakan klinik

kesehatan alami. Kemudian, sang kakek menanyakan maksud kedatangan

Mada dan kawan-kawannya yang ingin pergi ke Desa Purna Indra.

Akhirnya, kakek tersebut menceritakan mengenai sejarah nama Desa

Purna Indra dan Purna Raga. Peristiwa yang menceritakan mengenai

khasiat obat-obatan berkaitan dengan kakek tua pemilik Klinik Kesehatan

Alami yang mereka temui dan memberikan Mada bingkisan kecil berisi

obat anti racun yang berasal dari tumbuhan dan kemudian peristiwa yang

menceritakan mengenai sejarah dan arti nama Desa Purna Indra dan Purna

Raga berkaitan dengan tempat tujuan dan tempat mereka singgah

sekarang.

Kakek tua tersebut mengantarkan Mada dan kawan-kawannya

menuju rumah Pak Cakra seorang pengrajin kaca penduduk asli Desa

Purna Indra. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 90.

“Itulah dia Pak Cakra,

Pengrajin kaca dari desa Purna Indra

Tempat di mana buku Gunadarma berada

“...Kalian tunggulah di sini sebentar.

Pak Cakra akan mengantar kalian.

Sekarang kakek akan pulang dulu.”

“Terimakasih banyak ya, Kek.” Mereka serempak berseru.140

139 Abdullah Wong, op cit, h.176. 140

Ibid, h.181.

Page 106: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

96

Setelah bertemu dengan Pak Cakra, Mada dan kawan-kawannya

berpisah dengan kakek tua yang memberikan sebuah bingkisan kecil

kepada Mada. Bingkisan tersebut berisi obat anti racun yang sewaktu-

waktu bisa digunakan oleh Mada.

Setelah itu, Pak Cakra mengajak Mada dan kawan-kawannya untuk

bersiap-siap. Akan tetapi, pada sekuen 91 dijelaskan bahwa Ihsan dan

Diwan tidak dapat melanjutkan petualangan mencari Buku Gunadarma.

Hal ini dikarenakan Ihsan sakit dan Diwan harus mengantarkannya

kembali pulang ke rumah.

“Ihsan kenapa?” Mada bertanya kepada Diwan.

“Entahlah Mada. tiba-tiba ia merasa mual.”

“Kamu masuk angin?” Nia bertanya

“Entahlah. Tapi setelah memakan panganan tadi tiba-tiba

Perutku terasa aneh.”

“Panganan?” Affwah bertanya

“Iya, tuh. Ihsan sejak berangkat di mobil, tidak berhenti

Makan.

Semua bekal yang ia bawa ludes ia makan.”141

Berdasarkan kutipan tersebut dijelaskan bahwa Ihsan mual dan sakit

karena ia terlalu banyak makan hingga semua bekal yang ia bawa habis.

Peristiwa tersebut merupakan peristiwa logis yang bersifat kuat karena

terlalu banyak makan, Ihsan menjadi mual dan sakit perut sehingga ia

tidak bisa melanjutkan perjalanan mencari Buku Gunadarma. Begitu juga

dengan Diwan karena harus menemani Ihsan pulang ke rumah. Kawan-

kawan Mada merupakan kawan yang setia. Sikap Diwan yang

memutuskan untuk menemani Ihsan pulang ke rumah dan tidak

melanjutkan perjalanan mencari Buku Gunadarma adalah karena sikap

setia kawan yang ia milliki. Diwan mengorbankan kepentingan pribadinya

demi membantu sahabatnya.

Akan tetapi, melalui kutipan di atas peristiwa menjelaskan mengenai

Ihsan yang tidak berhenti makan selama di perjalanan merupakan

peristiwa yang tidak masuk akal, karena sebelumnya ketika dalam

141 Abdullah Wong, op cit, h.185-186.

Page 107: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

97

perjalanan menuju Desa Purna Indra tidak dijelaskan bahwa Ihsan makan

selama di perjalanan.

Kemudian, tanpa Ihsan dan Diwan, Pak Cakra diikuti Mada, Arya,

Nia, Angelica, dan Affwah melanjutkan perjalanan melintasi hutan bambu

yang rimbun menuju sungai Mawasdiri. Akan tetapi, rakit Pak Cakra

hilang terbawa arus sungai. Peristiwa ini dapat dilihat pada sekuen 92.

“Oh, sepertinya rakitku terbawa arus.”

“Ada apa, Pak Cakra?” tanya Angelica dengan serius

“Rakit, Nak. Rakitku terbawa arus.”

Kami semua mendekati Pak Cakra

“Sepertinya di puncak gunung sedang turun hujan.”

“Bagaimana Pak Cakra tahu, kalau di lereng gunung sedang

Turun hujan?”

“Ya, lihat saja sungai itu. Arusnya sangat deras,

Bahkan rakit yang aku ikat di pohon Akasia itu pun terseret

Arus.”142

Pak Cakra menanyakan keseriusan Mada dan kawan-kawannya

untuk menyebrangi sungai Mawasdiri. Mada, Arya, dan Nia menjawab

siap dengan kompak, kecuali Affwah dan Angelica. Mereka merasa takut

untuk menyebrangi sungai Mawasdiri. Akhirnya, pada sekuen 93, Pak

Cakra memutuskan untuk membuat rakit bambu baru sambil menunggu

arus hujan kembali normal.

“Mereka kembali tak mampu bicara

Sementara Pak Cakra mendekati mereka berlima

“Jika ada yang takut, bagaimana kalau kita menunggu sampai Arus sungai kembali menjadi normal. Selama menunggu, saya

Akan membuat rakit bambu yang baru.”143

Pak Cakra dibantu Mada dan Arya membuat rakit. Sedangkan, Nia,

Affwah, dan Angelica membantu Bu Cakra menyiapkan makan siang.

“Aku harap, kalian perempuan

Membantu ibu di rumahku

Sebentar lagi ibu pasti pulang, dia akan memasak untukku

Bantulah ibu di rumah, biarkan Arya dan Mada membantu

Menebang pohon bambu.”144

142 Abdullah Wong, op cit, h.189. 143

Ibid, h.190.

Page 108: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

98

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa peristiwa terjadi secara

logis dan bersifat kuat. Mada dan kawan-kawannya melanjutkan

perjalanan dipimpin oleh Pak Cakra. Akan tetapi, rakit milik Pak Cakra

hanyut terbawa derasnya arus sungai yang terjadi karena hujan lebat

hingga akhirnya mereka harus membuat rakit baru terlebih dahulu. Hal ini

berakibat pada sekuen 95 yang menjelaskan bahwa Mada dan kawan-

kawannya menginap di rumah Pak Cakra.

“Matahari yang sedari tadi terik, kini seperti memudar

Mendung mulai datang, bahkan petir-petir kecil mulai

Terdengar

“...Anak-anak, hujan sebentar lagi turun.

Apakah kalian masih mau meneruskan membuat rakit?”

Tentu, Pak Cakra.”

Baiklah, mari kita lanjutkan.”145

Berdasarnya kutipan di atas, dapat disimpulkan cuaca pada saat itu

sedang buruk. Langit mendung, petir, dan seperti akan turun hujan menjadi

penyebab yang mengakibatkan Mada dan kawan-kawannya menginap di

rumah Pak Cakra, karena terlalu membahayakan bila cuaca buruk mereka

harus menyebrangi sungai Mawasdiri. Pada malam hari, Mada dan kawan-

kawannya menyusun rencana mengenai perjalanan yang akan mereka

lanjutkan besok.

“Di ruang tengah,

Di antara serpihan dan tumpukan kaca-kaca yang pecah

Mereka sedang menyusun rencana esok, agar terarah.”146

Pagi pun tiba. Mada dan kawan-kawannya berkemas untuk

melanjutkan perjalanan. Pak Cakra datang membawa berita bahwa arus

sungai mawasdiri masih sangat deras. Mada, Arya dan Nia siap untuk

menyebrangi sungai mawasdiri, tetapi Affwah dan Angelica tampak ragu,

sedih dan takut. Akhirnya, mereka menyebrangi sungai mawasdiri tanpa

Affwah dan Angelica.

144 Abdullah Wong, op cit, h.191. 145 Ibid, h.195. 146

Ibid, h.195.

Page 109: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

99

“...Biarlah Affwah dan Angelica menunggu di rumah ini.

Menemani istri saya, sambil menunggu kedatangan kalian

Dari Desa Purna Rasa. Bagaimana?”

Semua mengangguk setuju.

...Mada, Nia, dan Arya

Pak Cakra dengan segala perlengkapannya

Berjalan menuju sungai Mawasdiri yang terkenal berbahaya

Sementara Affwah dan Angelica

Melepas kepergian tiga sahabatnya

Mereka tetap tinggal, bersama ibu Cakra

Hati-hati, kalian semua.” Dalam hati Affwah berdoa.”147

Peristiwa tidak ikutnya Affwah dan Angelica adalah peristiwa yang

logis dan bersifat kuat. Mereka merasa takut disebabkan karena arus

sungai Mawasdiri yang masih deras. Akhirnya, mereka tidak melanjutkan

petualangan untuk mencari Buku Gunadarma.

Pak Cakra, Mada, Arya dan Nia menyebrangi sungai Mawasdiri

hingga sampailah mereka di Desa Purna Indra. Kemudian, mereka

bertanya pada penduduk setempat mengenai keberadaan taman bacaan di

desa tersebut. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 97.

“Maaf, Pak kami mengganggu.”

Mada bertanya kepada seorang yang sedang membelah kayu

Lelaki itu menghentikan pekerjaannya, lalu menatap wajah

Mada

“Ya, apa yang bisa saya bantu?”

Dengan suara yang sangat gagah lelaki itu menyapa Mada

“kami dari kota.

Kami kemari sedang mencari taman bacaan.”

“Taman bacaan?” ia heran

“Ya, Pak. Taman bacaan, tempat menyimpan buku-buku,”

Tambah Arya

“Betul, Pak. Taman bacaan atau perpustakaan,” tambah Nia.148

Setelah mengingat-ingat mengenai Taman Bacaan yang dimaksud

Mada, Arya, dan Nia. Akhirnya, bapak tersebut mengatakan bahwa Taman

Bacaan yang mereka maksud sudah tidak ada setelah kejadian meletusnya

Gunung Suwung.

147 Abdullah Wong, op cit, h.198. 148

Ibid, h.201.

Page 110: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

100

Oh, taman bacaan?” rupanya lelaki itu baru mengingatnya

“Kalau taman bacaan yang kalian inginkan, sayang sekali

Anak-anak, semua sudah tidak ada.” “Tidak ada? Maksud

Bapak bagaimana?”

“Kalian lihat gunung itu? Lihat, di lereng gunung itu terlihat

Jelas tumpukan batu-batu yang kini telah berlumut itu.

Batu-batu yang mirip candi itu adalah perpustakaan yang kalian

Maksud itu.

“Lalu apa yang terjadi dengan taman bacaan itu, Pak?” “Kalau tidak salah, seratus tahun yang lalu Gunung Suwung Pernah meletus. Semua yang ada di bawah hancur, terbakar Dan hangus. Tapi tak lama, tempat ini kembali hidup, bahkan

Semakin subur dan makmur.”149

Akhirnya, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak

yang dipenuhi pohon-pohon dan semak-semak. Tanpa diduga, Arya digigit

ular. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 98.

“Ketika itu,

Mereka tak menyadari sebuah bahaya datang

“Auw! Aduuh, sakiit!” Arya berteriak mengerang

Arya lalu terjungkal dan berguling di tanah lapang

Seekor ular melintas lalu secepat kilat menghilang

“Arya, kamu kenapa?” Tanya Nia panik

“Arya digigit ular!” Jawab Arya sambil memekik”150

Peristiwa Mada, Arya, dan Nia yang bertanya pada penduduk Desa

Purna Indra mengenai taman bacaan di desa tersebut yang ternyata sudah

hancur dan hangus merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat.

Mereka mendapatkan jawaban bahwa ternyata taman bacaan yang mereka

maksud telah hancur dan hangus. Maka, mereka memutuskan untuk

melanjutkan perjalanan menuju taman bacaan yang mereka cari yang

terletak di sebuah tanah lapang. Mereka kecewa tetapi memutuskan untuk

tetap melanjutkan perjalanan melihat taman bacaan tersebut meski tidak

dapat menemukan Buku Gunadarma hingga akhirnya diperjalanan Arya

digigit ular.

149 Abdullah Wong, op cit, h.201-202. 150

Ibid, h.203.

Page 111: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

101

Peristiwa Arya yang digigit ular juga merupakan peristiwa yang

logis karena jalan yang dilalui mereka jalan setapak yang dipenuhi oleh

pohon rimbun dan semak-semak. Di mana tempat tersebut merupakan

tempat tinggal ular.

Mada dan Nia panik. Mada menggendong Arya dan Nia menopang

dari belakang sambil membawakan tas Arya. Mereka berlari menuju

sebuah rumah gubuk yang mereka lihat di atas tanah lapang. Pada sekuen

99, mereka bertemu seorang nenek pemilik rumah gubuk tersebut.

“Tanpa pikir panjang lagi Mada merebahkan Arya di teras

Rumah

“Maaf, Nek. Bolehkah kami merebahkan kawan saya ini? Dia

Terluka parah.”

“Oh, silakan. Ada apa dengan kawanmu? Kenapa kakinya

Berdarah?”

“Dia digigit ular, Nek,” jawab Nia yang semakin gelisah.”151

Nia ingat mengenai obat penawar racun yang diberikan oleh kakek

tua dari Desa Purna Raga. Setelah membubuhkan obat penawar racun

tersebut di atas luka Arya dan meminumkannya kepada Arya, Arya jatuh

pingsan tidak sadarkan diri.

“Mada! Bukankah kamu diberi obat penawar racun oleh

Kakek dari Desa Purna Raga itu?” “Oh, iya, Nia. Aku ingat. Ya, aku segera mengambilnya.”

Mada mengeluarkan bungkusan kecil dari dalam tasnya

Ia membubuhkan obat itu di atas luka Arya

Lalu ia meminumkannya pada Arya

“Arya, minumlah. Ini penawar racun dari Purna Raga.”

Setelah Arya meminum itu, ia jatuh pingsan dan menutup

Mata.”152

Peristiwa Mada dan Nia yang membawa Arya ke sebuah rumah yang

pemiliknya adalah seorang nenek tua merupakan peristiwa yang logis

karena rumah tersebut adalah satu-satunya rumah yang terletak di atas

tanah lapang yang dilihat oleh Mada dan Nia. Hal ini dibuktikan melalui

kutipan di bawah ini.

151 Abdullah Wong, op cit, h.204. 152

Ibid, h.204.

Page 112: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

102

“Mada, ini harus bagaimana?”

“Tenang, Nia. Kita harus mencari penawarnya.”

“Nia, ayo kita angkat ke atas sana. Aku lihat ada rumah

Gubuk di atas sana.”153

Setelah itu, Peristiwa Mada yang memberikan obat anti racun kepada

Arya juga merupakan peristiwa yang logis dan bersifat kuat, karena obat

anti racun tersebut merupakan obat pemberian dari kakek tua yang mereka

temui di Desa Purna Raga. Peristiwa kakek tua yang memberikan

bingkisan obat anti racun kepada Mada terjadi pada sekuen 90 dan

peristiwa Arya yang digigit ular terjadi pada sekuen 98.

Mada dan Nia mengangkat Arya ke dalam kamar untuk beristirahat.

Setelah itu, Mada dan Nia beristirahat di teras. Dari kejauhan, mereka

melihat seorang perempuan yang tidak asing bagi mereka. Ternyata

perempuan itu adalah Aminah Mukhlas.

“Lho, Mada, Nia, kenapa kalian ada di sini?”

Keduanya seperti disambar petir,

Tapi kami tak perduli

Keduanya segera berdiri dan berlari

Lalu keduanya memeluk erat perempuan yang sangat mereka

Kenali.

Meski tubuh mereka lemas,

Tapi mereka tak lagi cemas,

Bahkan hati mereka terasa lega dan puas

Inilah Ibu Aminah Mukhlas.154

Mada dan Nia pun menceritakan mengenai petualangan yang sudah

mereka lewati untuk mencari Buku Gunadarma.

Mada pun bercerita tentang perjalanan bersama kawan-

kawannya

“...Mada dan Nia mulai bercerita tentang Ihsan dan Diwan

Juga Affwah, Angelica, dan juga Arya.”155

Kemudian, Aminah Mukhlas menanyakan mengenai tujuan Mada

dan kawan-kawan datang ke Desa Purna Indra.

153 Abdullah Wong, op ci,, h.204. 154 Ibid, h.207. 155

Ibid, h.208.

Page 113: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

103

“Ada gerangan apakah kalian sampai datang kemari, Mada?”

“Bu, kami ingin sekali menemukan Buku Gunadarma.”

“Oooh, luar biasa.

Karena sebuah buku, kalian melakukan petualangan yang

Luar biasa.”156

Aminah Mukhlas mengatakan bahwa Buku Gunadarma yang selama

ini mereka cari tidak pernah ada. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 101.

Berikut kutipannya.

“Anak-anakku, kalaupun taman bacaan itu masih ada,

Kalian tetap saja tidak akan menemukan Buku Gunadarma.”

“Bukankah di taman bacaan Gunung Suwung ini ada Buku

Gunadarma?”

“Kata siapa? Buku Gunadarma itu tidak pernah ada.”

“Tidak ada?! Mada dan Nia menjawab serentak semakin tak

Percaya.”157

Akhirnya, Aminah Mukhlas melanjutkan Kisah Gunadarma hingga

selesai dan hanya Mada dan Nia lah yang mendengarkan kelanjutan Kisah

Gunadarma.

Pertemuan Mada dan Nia dengan Aminah Mukhlas adalah

pertemuan yang tidak terduga. Akan tetapi, peristiwa tersebut merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat. Mada dan Nia bertemu Aminah

Mukhlas, mereka menceritakan petualangan yang telah mereka lewati,

Aminah menanyakan tujuan mereka datang ke Desa Purna Indra, hingga

mereka mengetahui bahwa Buku Gunadarma tidak pernah ada.

Selain itu, peristiwa yang menjelaskan bahwa Buku Gunadarma

tidak pernah ada hingga akhirnya Aminah Mukhlas menceritakan Kisah

Gunadarma hingga selesai merupakan peristiwa yang logis. Aminah

Mukhlas merupakan orang yang pertama kali menceritakan Kisah

Gunadarma dan di akhir cerita, dia yang melanjutkan Kisah Gunadarma

hingga selesai dan hanya Mada dan Nia lah yang mendengar kelanjutan

Kisah Gunadarma.

156 Abdullah Wong, op cit, h.208. 157

Ibid, h.209.

Page 114: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

104

Peristiwa yang menjelaskan bahwa hanya Mada dan Nia yang

mendengar kelanjutan Kisah Gunadarma hingga selesai juga merupakan

peristiwa yang logis karena Mada adalah tokoh utama di dalam ini yang

dari awal memiliki ambisi dan semangat untuk melakukan petualangan

mencari Buku Gunadarma tanpa pernah merasa takut. Ia juga sosok yang

dewasa dan memiliki jiwa pemimpin di antara kawan-kawannya. Terlebih,

sosok Mada dan Gunadarma memiliki persamaan dalam segi penokohan.

Kemudian, Nia yang juga mendengar Kisah Gunadarma merupakan tokoh

yang lebih dulu tahu mengenai Kisah Gunadarma dibandingkan Mada dan

yang lainnya. Ia juga merupakan tokoh yang sempat melanjutkan untuk

menceritakan Kisah Gunadarma kepada Mada dan kawan-kawannya.

Dua hari berlalu. Mada, Arya, dan Nia hendak pamit pulang kepada

Aminah Mukhlas. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 103.

“Dua hari tak terasa, Arya pun kin telah terjaga Mereka meminta pamit kepada Ibu Aminah Mukhlas “...Jika kalian

ada waktu, datanglah kemari, Ibu akan selalu Menanti.”158

Peristiwa perjalanan Mada, Arya dan Nia pulang merupakan

peristiwa yang logis dan bersifat kuat karena Arya baru saja sadar dan

bangun dari pingsannya. Setelah itu, Di perjalanan pulang, Mada

mengenang perkataan yang disampaikan oleh Pak Cakra. Berikut

kutipannya.

“Mada masih ingat perkataan Pak Cakra malam itu,

“Kalau engkau benci pada seseorang

Bagaimana engkau bisa bersikap adil pada orang Atau

bahkan bila engkau terlalu cinta pada sesuatu

Bagaimana engkau bisa melihat bijak pada sesuatu.”159

Kemudian, setelah Mada mengenang perkataan-perkataan yang

disampaikan Pak Cakra. Terdapat Kisah Rembulan pada sekuen 105.

158 Abdullah Wong, op cit, h.218. 159

Ibid, h.219.

Page 115: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

105

Peristiwa di atas merupakan peristiwa yang logis karena di

perjalanan Mada mengingat perkataan Pak Cakra yang berkaitan dengan

pengalaman dan perjalanan dalam kehidupan, serta tentang adab

mendengarkan. Mada mengingat semua perkataan Pak Cakra setelah

perjalanan yang ia lalui dalam petualangan mencari Buku Gunadarma.

Selain itu, Kisah Gunadarma yang terdapat pada sekuen 105 juga memiliki

pesan mengenai adab mendengarkan.

Setelah petualangan mencari Buku Gunadarma, Mada tampak

murung dan gelisah. Ia teringat Kisah Gunadarma. Ia bertanya-tanya

mengapa orang baik selalu hidup dengan sengsara. Sama halnya dengan

Gunadarma yang menjalani hidupnya dengan penuh kesengsaraan.

Akhirnya, Mada bertanya kepada Hakim mengenai orang-orang baik yang

hidupnya menderita. Hakim menjawab dengan menceritakan Kisah Nabi

Musa kepada Mada yang terdapat pada sekuen 107.

Kemudian, pada sekuen 108 Mada teringat cerita yang dikisahkan

pamannya mengenai Kisah Seorang Kakek Rajin Beribadah. Kemudian,

Hakim kembali menceritakan sebuah kisah mengenai Seorang Kakek Buta

Sakti. Peristiwa ini terdapat pada sekuen 109.

Kemudian, Mada teringat mengenai Kisah Seorang Pendosa yang

dituturkan oleh Pak Cakra.

“Mada teringat cerita yang dituturkan Pak Cakra

Sewaktu berpetualang mencari Buku Gunadarma.”160

Rangkaian peristiwa di atas merupakan peristiwa yang logis karena

kisah-kisah yang diceritakan oleh Hakim, Pak Cakra, dan paman Mada

merupakan kisah yang memiliki memiliki persamaan cerita dengan Kisah

Gunadarma, yakni mengenai kisah orang-orang baik yang hidupnya

menderita.

Akan tetapi, peristiwa yang menjelaskan mengenai Kisah Nabi Musa

yang dituturkan oleh Pak Cakra menjadi tidak masuk akal karena pada

160 Abdullah Wong, op cit, h.233.

Page 116: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

106

sebelumnya selama perjalanan petualangan mencari Buku Gunadarma

berlangsung tidak pernah diceritakan bahwa Pak Cakra pernah bercerita

mengenai Kisah Seorang Pendosa.

Peristiwa terakhir di dalam novel dijelaskan pada sekuen 111

mengenai surat yang diberikan oleh Nia kepada Mada.

“Mada masih berdiri di gapura

Menunggu ayah menjemput dirinya

Ketika mobil Nia hendak melintas melewati gapura

Dari jendela kaca, Nia berseru pada Mada

“Hei, Mada! tahukah kamu perancang Borobudur, candi

Megah yang menjadi keajaiban dunia?” Mada tak sempat

Menjawab pertanyaan Nia.

Ketika mobil yang membawa Nia telah lenyap di depan mata

Mada secara perlahan membuka tulisan tangan Nia

Mada, di dalam hati mulai membaca.”161

Berdasarkan kutipan di atas, peristiwa penutup di dalam novel ini

merupakan peristiwa yang logis karena surat yang diberikan Nia kepada

Mada berisi semua perkataan yang pernah disampaikan oleh Mada yang di

tulis dengan tangan Nia. Nia menulis semua perkataan Mada karena ia

merasa sudah mendapatkan berbagai pelajaran dan pengalaman yang

berharga melalui sosok Mada dan melalui perjalanan dalam petualangan

mencari Buku Gunadarma.

Berdasarkan analisis alur yang telah dipaparkan, disimpulkan bahwa

alur yang terdapat dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya

Abdullah Wong adalah maju-mundur. Secara keseluruhan, alur yang

terdapat di dalam novel MADA tidak tersusun secara kronologis, tetapi

secara kesuluruhan peristiwa terjadi secara logis dan bersifat kuat.

Tahapan-tahapan peristiwa alur dapat dilihat berdasarkan tahap

pengenalan, tahap munculnya konflik, tahap peningkatan konflik

(klimaks), tahap peleraian, dan akhir cerita dengan 6 episode dan 111

peristiwa di dalam novel dengan plot utama petualangan Mada dan kawan-

kawannya mencari Buku Gunadarma dan subplot tentang kisah kehidupan

161 Abdullah Wong, op cit, h.235.

Page 117: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

107

Mada dan kawan-kawannya. Selain itu, terdapat 13 sisipan cerita di dalam

novel ini yang berfungsi untuk memperlambat alur yang terdapat di dalam

novel dan menyampaikan pesan untuk pembaca.

C. Implikasi terhadap Pembelajaran

Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan kecakapan secara

intelektual dan emosial yang dilakukan oleh seorang individu secara sadar

agar mendapatkan pengakuan secara sosial di dalam lingkungan

bermasyarakat. Pendidikan menciptakan individu yang berkualitas dan

berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas.

Pembelajaran sastra di sekolah seharusnya dapat menciptakan kondisi

peserta didik yang lebih mampu melakukan pengamatan, penilaian dan

penghargaan terhadap karya sastra dengan adanya evaluasi pembelajaran

yang dilakukan oleh seorang guru. Evaluasi pembelajaran dapat

dikelompokan ke dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah

kognitif mencakup kegiatan mental dan intelektual yang dimiliki peserta

didik. Sedangkan ranah afektif mencakup kegiatan penilaian sikap atau

tingkah laku yang ditunjukan peserta didik, dan ranah psikomotor mencakup

keterampilan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik. Penilaian yang

dilihat melalui ranah kognitif, afektif, dan psikomotor memberikan

kemudahan seorang guru dalam menilai peserta didik, karena penilaian sudah

terpola ke dalam ranahnya masing-masing. Selain itu, penilaian tersebut,

memberikan kesadaran kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, memperbaiki perilaku, dan menggali kemampuan yang dimiliki.

Berdasarkan kajian terhadap novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik

karya Abdullah Wong, kompetensi dasar yang digunakan dalam pembelajaran

di sekolah tingkat SMA/MA adalah mengkaji unsur intrinsik di dalam sebuah

karya sastra, yakni novel dengan memfokuskan peserta didik untuk dapat

menganalisis alur yang terdapat di dalam novel. Pembelajaran ini mampu

meningkatkan kemampuan peserta didik untuk lebih melakukan pengamatan

dan penilaian secara mendalam terhadap sebuah karya sastra.

Page 118: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

108

Ranah kognitif dapat dilihat melalui kemampuan peserta didik

memahami pembelajaran mengenai unsur-unsur intrinsik sebuah karya sastra

dan mampu menganalisis alur yang terdapat dalam novel MADA. Setelah

mengetahui kemampuan intelektual yang dimiliki peserta didik, guru

mengamati sikap atau tingkah laku peserta didik selama pembelajaran

berlangsung. kemudian, guru melakukan pengamatan terhadap keterampilan

peserta didik. Penilaian tersebut tidak hanya dilakukan ketika pembelajaran

berlangsung, akan tetapi guru tetap melakukan penilaian di luar kelas,

sehingga peserta didik mampu menerapkan sikap-sikap yang ditanamkan

ketika pembelajaran berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki keterkaitan dengan

kajian novel MADA, karena melalui novel ini peserta didik akan melakukan

pengamatan dan penilaian secara mendalam terhadap unsur intrinsik yang

membangun sebuah karya sastra, terlebih mengenai alur. Hal ini tentunya

dapat mengasah kekuatan analisis siswa terhadap suatu karya sastra.

Pembelajaran mengenai mengkaji unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra

sesuai dengan pembelajaran di tingkat SMA/MA sehingga berdasarkan tujuan

pembelajaran dan kesesuaian materi tersebut novel MADA, Sebuah Nama

yang Terbalik karya Abdullah Wong dapat diimplikasikan dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada novel

MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong, novel ini kaya

akan pesan-pesan yang bermanfaat yang dapat diaplikasikan dan diteladani

oleh peserta didik dalam menjalani kehidupan, yakni mengenai tolerasi antar

umat beragama, menjaga persahabatan, menjaga kebersihan, senatiasa

bersyukur, kewajiban menuntut ilmu, tidak boleh berbohong dan malas,

menghormati orang tua, saling menolong, tidak sombong dan senantiasa

rendah hati, menghargai pendapat dan belajar mendengarkan, dan tidak

pantang menyerah dan putus asa dalam menggapai harapan.

Page 119: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian terhadap novel MADA, Sebuah Nama yang

Terbalik karya Abdullah Wong dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Alur yang terdapat dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik

karya Abdullah Wong adalah maju-mundur. Secara keseluruhan, peristiwa

yang terdapat di dalam novel MADA tidak tersusun secara kronologis,

tetapi secara kesuluruhan peristiwa terjadi secara logis dan bersifat kuat.

Tahapan-tahapan peristiwa alur dapat dilihat berdasarkan tahap

pengenalan, tahap munculnya konflik, tahap peningkatan konflik

(klimaks), tahap peleraian, dan akhir cerita dengan 6 episode dan 111

peristiwa di dalam novel dengan plot utama petualangan Mada dan kawan-

kawannya mencari Buku Gunadarma dan subplot tentang kisah kehidupan

Mada dan kawan-kawannya.. Selain itu, terdapat 13 sisipan cerita di dalam

novel ini yang berfungsi untuk memperlambat alur yang terdapat di dalam

novel dan juga menyampaikan pesan untuk pembaca.

2. Implikasi yang dapat diterapkan dari novel MADA, Sebuah Nama yang

Terbalik terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah

melalui novel ini peserta didik akan melakukan pengamatan dan penilaian

secara mendalam terhadap unsur intrinsik yang membangun sebuah karya

sastra, terlebih mengenai alur. Hal ini tentunya dapat mengasah kekuatan

analisis siswa terhadap suatu karya sastra. Pembelajaran mengenai

mengkaji unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra sesuai dengan

pembelajaran di tingkat SMA/MA sehingga berdasarkan tujuan

pembelajaran dan kesesuaian materi tersebut novel MADA, Sebuah Nama

yang Terbalik karya Abdullah Wong dapat diimplikasikan dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

109

Page 120: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

110

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi penelitian, maka ada

beberapa saran yang dapat menjadi masukkan, yakni sebagai berikut:

1. Peserta Didik

Peserta didik dapat mengambil nilai-nilai positif yang disampaikan

melalui pesan-pesan yang dapat diaplikasikan untuk menjalani kehidupan

sehari-hari, yakni mengenai tolerasi antar umat beragama, menjaga

persahabatan, menjaga kebersihan, senatiasa bersyukur, kewajiban menuntut

ilmu, tidak boleh berbohong dan malas, menghormati orang tua, saling

menolong, tidak sombong dan senantiasa rendah hati, menghargai pendapat

dan belajar mendengarkan, dan tidak pantang menyerah dan putus asa dalam

menggapai harapan. Selain itu, peserta didik dapat mencontoh sikap-sikap

yang dapat diteladani melalui penggambaran watak tokoh di dalam novel

MADA, Sebuah Nama yang Tebalik, yakni menghormati orang tua, suka

menolong, rajin membaca dan belajar, setia kawan, mandiri, dewasa, tidak

mudah putus asa, sabar, dan bersyukur.

2. Tenaga Pendidik

a. Pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas, tidak hanya pengetahuan

umum yang berkaitan dengan pembelajaran, akan tetapi juga pengetahuan

yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesusastraan.

b. Pendidik harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan

materi pembelajaran, agar peserta didik memiliki ketertarikan dan tidak

merasa bosan untuk memperhatikan materi yang disampaikan.

c. Pendidik harus mampu membimbing peserta didik untuk lebih mampu

melakukan pengamatan, penilaian dan penghargaan terhadap sebuah karya

sastra.

d. Pendidik dan orangtua harus memberikan dorongan kepada peserta didik

untuk memiliki minat membaca karya sastra dan juga memfasilitasi bahan

bacaan.

Page 121: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

DAFTAR PUSTAKA

Aziez, Furqonul dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar.

Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

Budianta, Melani, dkk. Membaca Sastra: Pengantar Memahami Sastra untuk

Perguruan Tinggi. Magelang: Indonesia Tera. 2003.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia “Edisi

Keempat”. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Djojosuroto, Kinanyati. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta:

Pustaka. 2006.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,

Teori, dan Aplikasi. Jakarta: CAPS. 2013.

Escarpit, Robert. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.

Kurniawan, Heru. Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,

Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.

K, Septiawan Santana. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. 2007.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia. 2005.

Natawidjaja, Suparman. Apresiasi Sastra & Budaya. Jakarta: PT Intermasa,

1982.

Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. 2005.

Purwo, Bambang Kaswanti. Bulir-Bulir Sastra & Bahasa. Yogyakarta:

Kanisius, 1991.

Ratna, Nyoman Kutha. S.U “Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi

dan Fakta”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

2011.

111

Page 122: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

112

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra “Pengantar Teori Sastra”. Jakarta: PT

Dunia Pustaka Jaya. 1984.

Tinambun, T. Raman. Sastra Lisan Dairi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa. 1996.

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra: Pegangan Guru Pengajar Sastra.

Yogyakarta: Kanisius. 1988.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008.

Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stantion. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&H. Bandung:

Alfabeta. 2011.

Pradopo, Rahmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. 2008.

Pratokusumo, Partini Sardjono. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. 2008.

Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.

Rusyana, Yus. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.

Dipenogoro. 1984.

Luxemburg, Jan van. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia. 1984.

Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan, (Penerjemah: Melani

Budianta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993.

Wong, Abdullah. MADA, Sebuah Nama Yang Terbalik. Jakarta: Makkatana.

2013.

Zaidan, Abdul Rozak, dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.

Zainudin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

1992.

Page 123: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Lampiran 1

BIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS NOVEL

A. Biografi Pengarang

Abdullah Imam Bachwar Wirya Saradaimulya atau yang biasa dikenal

dengan Abdullah Wong lahir di Jatirokeh, 12 November 1977. Ia mengenyam

pendidikan di berbagai Pesantren, yakni Pesantren Al-Falah, Brebes, Jawa

Tengah, Pesantren Babakan, Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah, Pesantren MTM

Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Pesantren Pruwatan, Bumiayu, Brebes, Jawa

Tengah, Pesantren Kitab Ayik, Malang, Jawa Timur, dan Pesantren

Akmaliah, Jakarta. Selain itu, ia juga mengenyam pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Jakarta Fakultas FISIP, Sekolah Tinggi Filsafat (STF)

Driyarkara, Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Jakarta, A Branch

of London, dan STAIN Al-Aqidah, Jakarta.

B. Karya yang Dihasilkan

Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik merupakan novel

pertamanya yang terbit pada bulan September 2013. Novel keduanya terbit

pada Desember 2014, yakni novel Mata Penakluk yang mengangkat kisah

hidup Abdurrahman Wahid (Gusdur). Selain itu, ia juga menulis sebuah buku

motivasi pada tahun 2012 berjudul Beyond Motivation, dan kumpulan sajak

yang berjudul Cinta Gugat yang diterbitkan pada tahun 2014. Selain menulis

sebuah buku, ia juga pernah menulis naskah drama, yakni Kematian

Kehidupan (2004), Kerudung Kertas (2004), Monolog Malingzt (2009),

Cermin Bercermin (2012), dan Suluk Sungai (2014-2015).

C. Riwayat Pementasan

Selain aktif sebagai seorang penulis, Abdullah Wong juga aktif dalam

bidang keteateran. Ia pernah menjadi sutradara pertunjukan Persinggahan

karya Zainal Arifin Toha di Teater Lingkar, Jakarta (2013). Terlibat dalam

Page 124: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

proses dan garapan Lab.Teater Ciputat mengenai Riset Kampung Baduy

(2007), Kubangan oleh Lab.Teater Ciputat (2008), Parade Monolog oleh

Lab.Teater Ciputat (2009), Pentas Cermin(ber)cermin oleh Lab.Teater

Ciputat (2011), Hajatan Pulang Babang di Kepulauan Seribu (2011-2012)

dan membuat buku Orang Pulo di Pulau Karang. Kemudian, ia juga pernah

menjadi Narator Opera Verdi II Trovatore pada Penutupan Schouwburg X

bersama Catharina W. Leimena di Gedung Kesenian Jakarta (2012). Ia

merupakan penulis sekaligus ide cerita dari pertunjukan MADA yang

dipententaskan oleh Lab.Teater Ciputat dan Teater Syahid di Hall Student

Center UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Teater Kecil, Taman Ismail

Marzuki pada tahun 2013. Pada tahun 2014, ia menjadi sutradara Pertunjukan

Suluk Sungai-Sedekah Sungai di Lab.Teater dalam program Kota Tenggelam

bersama Dewan Kesenian Jakarta Hutan Kota Pesanggrahan Sangga Buana

dan sutradara Suluk Sungai (Performance Solo dan Kolektif) di Lab.Teater

pada tahun 2015.

D. Riwayat Organisasi

Organisasi yang ia geluti adalah ia merupakan pendiri Lingkar Diskusi

Pencerah (2011), Pemimpin Redaksi Majalah Kasyaf Jakarta (2003), salah

satu pendiri Lab.Teater Ciputat (2004) dan masih aktif hingga sekarang,

pendiri dan pengasuh Pondok Umah Suwung di Jakarta Timur, mengisi

Pelatihan Teater di PCDM Nasional di Departemen Agama (2011-2013), dan

menjadi Kontributor Religi di Kis FM, Mutang FM, dan Lite FM.

Sekarang Abdullah Wong bergiat di Lab.Teater sebagai Sutradara

Pertunjukan Suluk Sungai (2015-2016), mengisi pengajian Al-Hikam di

Mesjid Muhajirin Komplek Departemen Luar Negeri, mengasuh Pondok

Umah Suwung di Jakarta Timur, dan tengah menyiapkan novel selanjutnya,

yakni kelanjutan biografi Gus Dur, Hati Sang Penakluk, dan novel Wakta

Nihaya.

Page 125: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

E. Sinopsis Novel

Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong

merupakan novel yang diterbitkan oleh Makkatana pada tahun 2013. Novel

dengan 25 bab ini menceritakan mengenai petualangan Mada dan kawan-

kawannya mencari lanjutan cerita tentang Gunadarma. Mada memiliki

sahabat setia, yakni Arya, Diwan, Affwah, Nia, Ihsan, dan Angelica.

Cerita Gunadarma yang disampaikan ibu guru Aminah Mukhlas di

dalam kelas belum sempat diselesaikan karena ia difitnah telah menggelapkan

gaji guru dan karyawan hinga akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah. Rencana

Mada dan sahabatnya untuk mencari Buku Gunadarma terhalang oleh

kejadian penipuan yang dialami oleh Hakim, ayah Mada yang menyebabkan

Mada dan keluarga kehilangan rumahnya dan mengontrak di sebuah rumah

sederhana. Hakim menjadi korban penipuan oleh temannya sendiri. Bisnis

yang pada awalnya melambungkan harapan akan berbuah manis, justru

berbuah malapetaka. Surat rumah yang sudah digadaikan untuk bisnis, justru

menjadi penyebab mereka sekeluarga hidup dalam kesulitan.

Keadaan tersebut menjadikan rencana Mada dan sahabatnya untuk

berpetualang mencari buku Gunadarma gagal karena Mada harus membantu

ibunya di rumah dan membantu ayahnya bekerja. Sepulang sekolah, Mada

membantu ibunya untuk berjualan kue di pasar kota dan pergi mengamen

bersama ayahnya.

Atas dasar persahabatan dan kesetiaan, sahabat Mada selalu ada dan

membantu Mada dalam kesulitan ekonomi yang dihadapinya, dan atas

inisiatif sahabat-sahabatnya tersebut, ayah Mada dapat bekerja di perusahaan

ayah Nia yang bernama Mantra. Mantra seorang konsultan dan juga seorang

produser yang ternama. Kegemaran Hakim menulis lirik lagu kini berbuah

manis. Kegemaran tersebut kini dapat menghasilkan penghasilan bagi

keluarganya. Perlahan kehidupan mereka kembali membaik.

Akhirnya petualangan Mada dan sahabatnya untuk mencari Buku

Gunadarma pun berlangsung. Selama petualangan mencari Buku Gunadarma,

Mada bersama sahabatnya menemui berbagai rintangan yang kemudian

Page 126: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

menjadi pelajaran bagi hidup mereka. Dalam perjalanan mencari Buku

Gunadarma, tidak semua sahabat Mada mampu mencapai tempat di mana

Buku Gunadarma tersimpan karena satu persatu sahabat Mada menyerah.

Pada akhirnya yang mampu mencapai tempat di mana Buku Gunadarma

tersimpan tersebut hanya Mada dan Nia.

Setelah sampai di tempat Buku Gunadarma tersimpan, mereka

bertemu dengan ibu Aminah. Ibu Aminah mengatakan bahwa buku

Gunadarma tidak pernah ada. Akan tetapi, mereka mendengar kelanjutan

cerita Gunadarma tersebut melalui cerita yang disampaikan oleh ibu Aminah.

Page 127: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Lampiran 2

SEKUEN PERISTIWA

Nomor Episode Nomor

Sekuen

Peristiwa

1 Mada berusaha 22 tahun

mengingat masa kecilnya

1 Mada dikenal sebagai anak

yang nakal dan usil ketika

dirinya masih kecil. Ia juga

seorang anak yang congkak,

penuh ambisi, dan degil.

2 Mada memiliki seorang ayah

bernama Hakim. Hakim

digambarkan sebagai sosok

ayah yang tegas dan bijaksana.

Hakim bekerja sebagai seniman

yang gemar menulis lagu.

3 Mada memiliki seorang ibu

bernama Sophia. Sophia

digambarkan sebagai seorang

ibu yang berparas cantik jelita.

4 Mada dilahirkan pada bulan

Ramadhan hari ketiga, ketika

umat muslim menjalankan

ibadah puasa.

5 Mada digambarkan memiliki

rumah yang sangat sederhana

dan mungil.

11 Rumah Mada nyaman karena

sentuhan lembut ibunya yang

sedang mengandung adik

Page 128: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Mada.

12 Cat rumah Mada berwarna

biru. Hakim yang mengecat

rumahnya, dibantu Om Rudi.

13 Halaman rumah Mada

bertabur tanaman dan bunga

warna warni dengan pagar

rumah yang terbuat dari kayu

berwarna putih dengan pintu

kupu-kupu.

14 Mada begitu dekat dengan

Hakim. Hakim sering

mengajak Mada bermain dan

bercanda.

15 Bagi sebagian orang, Mada

adalah anak Manja. Namun

sesungguhnya Mada adalah

anak yang mandiri dan dewasa.

16 Sejak kecil Mada sering

mendapatkan wejangan dari

ayahnya. Hingga kini, Mada

tak mungkin melupakan

dengan mudah kata ayahnya.

18 Mada rajin berolahraga, meski

tubuhnya mungil. Ia sering lari

pagi di taman kota bersama

Hakim. Dari semua jenis olah

raga, sepak bola menjadi olah

raga yang paling ia suka.

25 Mada teringat ayahnya yang

Page 129: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

bekerja menulis lagu dan

memainkan musik penuh

irama.

26 Sophia sangat cantik. Ia selalu

berdoa dan pintar memasak.

Masakan Sophia selalu nikmat

dan lezat.

27 Sophia menceritakan Kisah

Tukang Kayu.

28 Hakim dan Sophia menasehati

Mada yang pulang sekolah

terlambat karena melihat

kerumunan orang di taman

bunga.

29 Mada membaca buku

pemberian Hakim. Mada

bertanya kepada Sophia

mengenai sosok seorang

pembelajar dan cara bertanya.

33 Hakim menceritakan Kisah

Burung Parkit.

39 Hakim duduk di depan teras

sambil bermain gitar dan

menulis lagu. Kemudian

datanglah Rudi sahabat Hakim

yang sudah lama berpisah.

42 Rudi pamit pulang dan Hakim

menghampiri Mada, Arya dan

Sophia. kemudian, mereka

membahas mengenai Kisah

Page 130: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Gunadarma.

47 Sophia melahirkan seorang

anak perempuan yang diberi

nama Rindu Rembulan.

2 Kisah Sekolah dan Kawan-

Kawan Mada

6 Kawan Mada yang bernama

Anton beragama Kristen.

7 Kawan Mada yang bernama

Krisna beragama Hindu. Krisna

adalah sahabat baik Mada

meski umurnya lebih tua.

Krisna sering mengajak Mada

main ke rumahnya.

8 Ayah Krisna bernama Pak

Wisnu. Pak Wisnu bekerja di

koran kota. Pak Wisnu sering

bercerita dan ibu Krisna selalu

menyuguhkan makanan

istimewa.

9 Arya adalah kawan Mada yang

memeluk agama Budha. Mada

sering belajar bersama di

rumah Arya.

10 Ayah Arya bernama Pak

Darma. Pak Darma memiliki

perpustakaan di rumahnya. Ia

bekerja sebagai seorang arsitek.

17 Mada menyiapkan buku-buku

sekolahnya. Ia simpan di dalam

tas baru yang dibelikan

ayahnya.

Page 131: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

19 Dua belas tahun Mada belajar

di sekolah dasar, kini Mada di

sekolah atas yang bangunannya

lebih besar.

20 Mada menyapa teman-teman

yang ramah dan hangat. Diwan

dan Ihsan yang duduk paling

dekat dengan Mada. diwan

yang lucu dan Ihsan yang

sopan. Serta Arya yang penuh

semangat.

21 Ruang kelas sekolah Mada

bersih, teduh dan nyaman.

22 Bu guru datang menyapa di

kelas dan menulis nama di

papan tulis. Aminah Mukhlas.

23 Aminah Mukhlas menceritakan

Kisah Gunadarma.

24 Mada kini menjadi seorang

dewasa, bersama kawan-

kawannya yang selalu jujur dan

setia. Mada berangkat sekolah

dengan jalan kaki bersama

kawan-kawannya. Melintasi

jalan kecil, lorong-lorong, dan

taman bunga. Menyaksikan

orang-orang yang sibuk

bekerja.

30 Masa sekolah adalah masa

istemewa. Apalagi masa-masa

Page 132: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

SMA. Di sekolah Mada punya

banyak kesempatan untuk

bertanya hingga cakrawala

ilmu terbuka dengan segala

makna.

31 Mada dan Diwan mendapat

tugas bersama, satu kelompok

bersama Ihsan dan Arya.

Kemudian, Mada menemukan

sebuah buku yang berjudul

“Siapa Aku” yang memancing

rasa ingin tahunya.

32 Mada dan kawan-kawannya

membaca buku yang berjudul

“Siapa Aku” di rumah Mada.

34 Arya murung dan sedih karena

orang tuanya bertengkar.

35 Aminah Mukhlas

menenangkan Arya dan

melanjutkan kembali Kisah

Gunadarma.

36 Pulang sekolah, Mada dan

kawan-kawannya melewati

rumah Mbah Sobri yang

memiliki anjing bernama Bleki.

37 Mada menceritakan Kisah

Sangkuriang.

38 Arya main ke rumah Mada

karena malas pulang ke rumah.

40 Arya makan di rumah Mada

Page 133: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

dan memuji bahwa masakan

Sophia nikmat.

41 Arya menceritakan masalah

keluarganya kepada Sophia.

43 Ibu Arya datang menjemput

Arya pulang. Sepanjang jalan

mereka berdebat hingga

akhirnya di tengah jalan

mereka berhenti saling

berpelukan dan menangis.

44 Murid baru di sekolah,

bernama Aghnia Cahaya.

45 Aminah Mukhlas mengajak

siswa-siswi belajar di luar kelas

tentang matahari.

46 Nia menceritan Kisah Dewa

Matahari.

48 Kawan-kawan Mada datang

mengunjungi Sophia yang

melahirkan.

49 Mada dan kawan-kawannya

merencanakan untuk

melakukan petualangan

mencari Buku Gunadarma.

51 Aminah Mukhlas dipecat dari

sekolah karena difitnah telah

menggelapkan gaji guru dan

karyawan.

52 Aminah Mukhlas menceritakan

Kisah Cincin Perak.

Page 134: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

55 Krisna adalah kakak kelas di

sekolah Mada yang sering jahil

dan nakal kepada Mada dan

kawan-kawannya. Padahal

dulu, Krisna adalah teman baik

Mada tapi itu dulu ketika

Krisna masih miskin.

56 Krisna sekelas dengan Anton

yang juga badung. Mereka

sering menggoda Mada dan

kawan-kawannya. Contohnya,

ketika Krisna dan Anton

menyembunyikan tas Mada dan

kawan-kawannya ketika sedang

olah raga hingga akhirnya

terjadi pertengkaran diantara

Mada dan Kawan-kawannya

dengan Krisna dan Anton.

57 Guru pengganti Aminah

Mukhlas bernama Bapak

Kuntala. Seorang guru yang

tidak adil karena selalu

membela orang kaya seperti

Krisna.

58 Setelah pertengkaran Mada dan

kawan-kawannya dengan

Krisna dan Anton, Diwan

memecah suasana dengan

menanyakan mengenai

petualangan mereka mencari

Page 135: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Buku Gunadarma.

60 Kawan-kawan Mada siap untuk

membantu Mada yang sedang

berada dalam kesulitan.

61 Nia menceritakan Kisah

Sebuah Pulau.

64 Di rumah Nia, kawan-kawan

Mada sedang menyusun

rencana untuk mengumpulkan

cerita-cerita yang ditulis ulang

oleh mereka untuk dijual dan

mungkin dibacakan di sekolah

atau taman kanak-kanak.

Terkadang juga, mereka

membantu ibu Mada menjual

kue-kue di pasar kota.

65 Kawan-kawan Mada

berkumpul di rumah Nia untuk

merencanakan membantu ayah

Mada, Hakim melalui ayah Nia

yang bernama Mantra yang

merupakan seorang produser.

68 Pertandingan sepak bola antara

Sekolah Bening melawan

Sekolah Perkasa dengan kapten

kesebelasan Sekolah Bening

yang dipegang oleh Mada.

70 Mada menggiring bola menuju

depan gawang dan

mengopernya kepada Arya

Page 136: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

yang kemudian menghasilkan

gol dan menjadikan Sekolah

Bening menang melawan

Sekolah Perkasa.

72 Arya bertemu ibunya yang

menunggu di tepi lapangan

bola. Mereka berpelukan dan

tak terasa meneteskan air mata.

73 Setelah pertandingan usai,

Mada berkumpul dengan

kawan-kawannya untuk

mendengarkan Nia

melanjutkan cerita tentang

Kisah Gunadarma.

80 Di sekolah, kawan-kawan

Mada menanyakan tentang

rencana mereka untuk

melakukan petualangan

mencari Buku Gunadarma.

83 Di rumahnya masing-masing,

kawan-kawan Mada sedang

meminta izin dan berpamitan

kepada orang tua mereka.

111 Nia memberikan surat kepada

Mada.

3 Kehidupan Hakim dan keluarga

jatuh miskin

50 Datang dua orang lelaki

berbaju tentara yang membawa

kabar bahwa Rudi adalah

seorang penipu.

53 Mada mengontrak di sebuah

Page 137: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

rumah kontrakan kecil dan

sederhana milik ayah Krisna,

Pak Wisnu.

54 Hakim bekerja mengangkat

barang bawaan penumpang

kereta di stasiun.

59 Mada tidak bisa ikut

melakukan petualangan Buku

Gunadarma karena harus

membantu ayahnya bekerja dan

membantu ibunya menjaga

adiknya.

62 Tanpa terasa, sudah setahun

lebih Mada dan keluarga

menjalani hidup miskin.

63 Mada menjalani hidup ganda.

Pagi sekolah, sore menjual kue

milik ibunya, libur sekolah

menjual koran, dan terkadang

mengamen bersama Hakim.

66 Mada sedang menemani Rindu

yang sedang mewarnai sepatu.

67 Mada menceritakan Kisah

Sepatu.

69 Hakim sedang mengamen di

bis kota, warung-warung tenda,

dan toko-toko di kota.

71 Hakim sedang bernyanyi di

warung tenda sebuah lagu

tentang jiwa yang merdeka.

Page 138: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

74 Hakim sedang duduk di depan

rumah. Datang sebuah mobil

berhenti dan parkir di depan

rumah. Keluarlah seorang

lelaki yang sangat ramah

bernama Mantra.

75 Mada dan Sophia menemani

Rindu bermain boneka.

76 Sophia menceritakan Kisah

Boneka.

77 Hakim masuk ke dalam rumah

setelah Mantra pamit. Hakim

membawa kabar kepada

keluarganya bahwa Mantra

adalah seorang produser musik

di ibukota yang menawari

pekerjaan kepada Hakim untuk

menjadi seorang komposer.

4 Kehidupan Hakim dan keluarga

kembali seperti semula

78 Hakim kembali pulang ke

rumah sebelumnya. Setelah

Hakim bekerja bersama

Mantra.

79 Hakim sibuk bekerja setelah

Hakim terlibat kerjasama

dengan Mantra.

81 Mada meminta izin kepada

Hakim dan Sophia untuk

melakukan petualangan

mencari Buku Gunadarma.

82 Hakim meminta maaf kepada

Page 139: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Mada karena kesibukannya

bekerja.

5 Petualangan mencari Buku

Gunadarma

84 Mada dan kawan-kawannya

berkumpul di rumah Mada

pada Sabtu pagi pukul

sembilan dengan membawa

lengkap segala perbekalan.

85 Mada bertugas sebagai

pemimpin rapat menerangkan

mengenai perjalanan yang akan

mereka lewati nanti.

86 Mada dan kawan-kawannya

menuju barat kota untuk

menaiki sebuah angkutan

umum sebuah minibus elf

berwarna merah dengan garis

tebal melintang berwarna

kuning untuk sampai menuju

Desa Purna Indra.

87 Setelah menunggu beberapa

lama, akhirnya mobil yang

dinaiki Mada dan kawan-

kawannya mulai berangkat.

Mereka melewati pesawahan,

kebun tebu, bukit dan

pegunungan hingga akhirnya

sampailah di Desa Purna Indra.

88 Mada dan kawan-kawannya

menemukan sebuah rumah

mungil yang terbuat dari kayu

Page 140: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

dengan papan yang tergantung

di atas pintunya, Klinik

Kesehatan Alami.

89 Pemilik Klinik Kesehatan

Alami tersebut adalah seorang

kakek tua. Dia mengajak Mada

dan kawan-kawannya untuk

masuk ke rumahnya. Kakek

tersebut memberitahu Mada

dan kawan-kawannya

mengenai khasiat obat-obatan

dan asal usul nama Desa Purna

Raga, Purna Rasa, dan Purna

Indra. Kemudian, kakek

tersebut mengantarkan Mada

dan kawan-kawannya ke rumah

Pak Cakra yang merupakan

pengrajin kaca penduduk asli

Desa Purna Indra.

90 Mada dan kawan-kawannya

bertemu dengan Pak Cakra.

Kemudian, mereka berpisah

dengan kakek tua. Kakek tua

memberikan bungkusan kecil

berisi obat anti racun.

Kemudian, Pak Cakra

mengajarkan Mada dan kawan-

kawannya membuat kaca.

91 Ihsan dan Diwan tidak bisa

melanjutkan petualangan

Page 141: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

karena Ihsan sakit perut dan

mual akibat terlalu banyak

makan dan Diwan harus

menemani Diwan kembali

pulang ke rumah.

92 Mada dan kawan-kawannya,

kecuali Ihsan dan Diwan

melanjutkan perjalanan

bersama Pak Cakra melewati

hutan bambu yang sangat

rimbun untuk menyebrangi

sungai Mawasdiri. Akan tetapi,

rakit milik Pak Cakra terbawa

arus sungai yang sedang deras

karena hujan lebat.

93 Pak Cakra mengajak Mada dan

Arya untuk membuat rakit

baru, sedangkan Affwah,

Angelica, dan Nia membantu

Bu Cakra untuk memasak

makan siang.

94 Bu Cakra datang bersama

Affwah, Angelica, dan Nia

membawa makanan.

Kemudian, mereka semua

makan siang bersama di tengah

tanaman bambu sambil

bercengkrama.

95 Mada dan kawan-kawannya

menginap di rumah Pak Cakra

Page 142: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

karena arus sungai Mawasdiri

masih sangat deras untuk

disebrangi. Kemudian, di

rumah Pak Cakra pada malam

harinya mereka menyusun

rencana.

96 Pagi hari, Mada dan kawan-

kawannya bersiap untuk

menyebrangi sungai Mawasdiri

bersama Pak Cakra. Akan

tetapi, Affwah dan Angelica

tidak bisa ikut karena mereka

merasa takut. Akhirnya,

Affwah dan Angelica

menunggu di rumah Pak Cakra

hingga Mada, Arya, dan Nia

kembali.

97 Setelah menyebrangi sungai

Mawasdiri, Mada, Arya, dan

Nia sampai di Desa Purna

Rasa. Mereka bertanya kepada

penduduk desa tersebut

mengenai taman bacaan yang

berasa di desa tersebut yang

ternyata sudah tidak ada karena

telah hancur dan hangus akibat

meletusnya Gunung Suwung.

98 Akhirnya, Mada, Arya, dan Nia

berjalan mendaki jalan setapak

yang dipenuhi pohon dan

Page 143: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

semak-semak hingga sampailah

di sebuah tanah lapang.

Kemudian, Arya berteriak

mengerang. Ternyata, Arya

digigit ular.

99 Mada menggendong Arya yang

dibantu oleh Nia. Mereka

menggendong Arya hingga

sampai di sebuah rumah kayu

sederhana. Mereka merebahkan

Arya di teras rumah tersebut.

100 Keluarlah seorang nenek

pemilik rumah tersebut.

Kemudian, Mada memberikan

obat penawar racun yang

diberikan oleh kakek tua Desa

Purna Raga kepada Arya.

Setelah itu, Arya pingsan dan

Mada membawa Arya ke

dalam kamar untuk beristirahat.

101 Mada dan Nia beristirahat di

teras. Kemudian, datanglah

seorang perempuan yang

berjalan menuju arah mereka

yang ternyata adalah Aminah

Mukhlas. Mada dan Nia

bercerita mengenai perjalanan

yang telah mereka lewati.

Aminah Mukhlas menanyakan

maksud kedatangan mereka.

Page 144: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Kemudian, Aminah

mengatakan bahwa Buku

Gunadarma tidak pernah ada.

102 Aminah Mukhlas menceritakan

Kisah Gunadarma hingga

selesai kepada Mada dan Nia.

103 Dua hari berlalu, Arya telah

sembuh dan mereka berpamitan

kepada Aminah Mukhlas untuk

pulang.

104 Di perjalanan pulang, Mada

teringat perkataan Pak Cakra.

105 Kisah Rembulan.

6 Setelah petualangan mencari

Buku Gunadarma.

106 Mada tampak murung dan

muram. Mada merasa gelisah

karena memikirkan nasib

orang-orang baik yang

hidupnya selalu menderita.

107 Hakim menceritakan Kisah

Nabi Musa.

108 Mada teringat kisah seorang

kakek yang rajin beribadah

yang diceritakan oleh

pamannya.

109 Hakim bercerita mengenai

Kisah Kakek Buta.

110 Mada teringat Kisah Seorang

Pendosa yang ditolong oleh

Tuhan melalui Nabi Musa yang

diceritakan oleh Pak Cakra.

Page 145: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Lampiran 3

BAGAN ALUR

ALUR PERKENALAN KONFLIK KLIMAKS PELERAIAN PENYELESAIAN

PLOT UTAMA

Petualangan Mada dan

Kawan-Kawannya

Mencari Buku

Gunadarma

Mada dan kawan-

kawannya mendengar

Kisah Gunadarma dari

Aminah Mukhlas

Mada dan kawan-

kawannya

merencanakan untuk

melakukan petualangan

mencari Buku

Gunadarma

Mada tidak bisa

mengikuti petualangan

mencari Buku

Gunadarma karena

harus membantu

ayahnya bekerja dan

membantu ibunya

menjaga adiknya

Mada dan kawan-

kawannya melakukan

petualangan mencari

Buku Gunadarma

Mada dan Nia

mendengarkan Kisah

Gunadarma hingga selesai

SUBPLOT

Kisah Kehidupan Mada

dan Kawan-Kawannya

Mada diceritakan

berusia 22 tahun yang

mengenang masa

kecilnya

Hakim menggadaikan

surat rumahnya kepada

Rudi untuk bisnis &

Aminah Mukhlas

dipecat karena difitnah

menggelapkan gaji guru

dan karyawan

Hakim jatuh miskin dan

tinggal di sebuah rumah

kontrakan. Ia bekerja

mengangkat barang

bawaan penumpang

kereta di stasiun

Hakim mendapatkan

tawaran untuk bekerja

sebagai seorang

komposer lagu oleh

Mantra ayah Nia yang

merupakan seorang

produser ternama di

ibukota

Hakim dan keluarga

kembali ke rumahnya dan

kehidupan mereka kembali

seperti semula

SISIPAN CERITA Kisah Tukang Kayu Kisah Cincin Perak Kisah Sebuah Pulau Kisah Rembulan Kisah Nabi Musa

Kisah Burung Parkit Kisah Sepatu Kisah Seorang Kakek

Kisah Sangkuriang Kisah Boneka Kisah Kakek Buta

Kisah Dewa Matahari Kisah Pendosa

Page 146: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA/MA .......................

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XII / II

Materi Pokok : Memahami Unsur Intrinsik Karya Sastra

Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

Kompetensi Inti

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong royong), santun dan percaya diri dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan

keberadaannya.

3. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

pandang atau teori.

Kompetensi Dasar

1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah

Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis.

2.2 Menunjukkan sikap positif dan ilmiah (individu dan sosial) dalam diskusi.

3.3 Menunjukkan perilaku dan sikap menerima, menghargai dan melaksanakan

kejujuran, ketelitian, disiplin dan tanggung jawab.

4.4 Memahami unsur intrinsik karya sastra.

4.5 Mengkaji unsur intrinsik karya sastra.

Page 147: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Siswa mampu memahami unsur intrinsik karya sastra, khususnya novel.

2. Siswa mampu mengkaji unsur intrinsik karya sastra, khususnya alur.

Tujuan Pembelajaran

1. Setelah proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat menghargai dan

mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan Bahasa Indonesia sebagai

sarana memahami informasi baik yang disajikan secara lisan maupun tulisan.

2. Setelah proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat memahami dan

mampu mengkaji unsur intrinsik novel, khususnya alur.

Strategi/Metode/Pendekatan Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis Proyek

Diskusi

Presentasi

Media/Alat Pembelajaran

Infocus

Leptop

Sumber Pembelajaran

1. Novel MADA, Sebuah Nama yang Tebaik Karya Abdullah Wong

2. Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiantoro

Kegiatan Pembelajaran

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN

Pendahuluan 1. Peserta didik merespon salam dari guru

berhubungan dengan kondisi siswa dan kelas.

2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru

berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya.

3. Peserta didik menerima informasi kompetensi,

Page 148: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

4. Siswa diajak untuk mengingat kembali mengenai

novel yang ditugaskan untuk dibaca pada pertemuan

sebelumnya.

5. Guru memberikan pertanyaan mengenai unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel dengan

mengaitkan isi di dalam novel tersebut sebagai

stimulus.

Inti Mengamati

1. Guru menampilkan diagram mengenai tahap-

tahap alur.

2. Guru memberikan penjelasan secara lebih

mendetail mengenai diagram tersebut.

3. Guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk

memberikan contoh salah satu tahap alur yang

terdapat di dalam novel, sementara peserta didik

lain menyimak dan mengamati.

Menanya

4. Peserta didik berdiskusi kelompok untuk

mengidentifikasi dan mengkaji alur yang terdapat

di dalam novel.

Mengumpulkan Informasi

5. Peserta didik menyimpulkan tentang hal-hal yang

belum diketahui.

6. Peserta didik menjelaskan hal-hal yang belum

diketahui.

Mengkomunikasikan

7. Peserta didik mempresentasikan mengenai

pengamatan yang telah dilakukan berkaitan

dengan alur yang terdapat di dalam novel melalui

Page 149: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

diskusi kelompok di depan kelas.

8. Peserta didik lain menanggapi pengamatan yang

sudah dipresentasikan.

Penutup 9. Peserta didik menjawab soal-soal kuis untuk

mereview materi yang telah dipelajari.

10. Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil

pembelajaran.

11. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilakukan.

12. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut

pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Penilaian

A. TEKNIK DAN BENTUK

1. Tes Tertulis

2. Observasi Kinerja/Demontrasi

3. Tagihan Hasil Karya/Produk: tugas, projek, portofolio

4. Pengukuran Sikap

5. Penilaian diri

B. INSTRUMEN/SOAL

1. Tugas untuk menganalisis alur yang terdapat dalam novel MADA, Sebuah

Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong melalui diskusi kelompok.

2. Tugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

3. Daftar pertanyaan kuis untuk mengukur pemahaman peserta didik

mengenai materi yang telah dipelajari.

Mengetahui,

.............., ................................

Kepala SMA/MA Guru Mata Pelajaran

.............................. ......................................

NIP/NIK NIP/NIK

Page 150: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

SURAT UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi berjudul “Masalah Alur

dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik Karya Abdullah Wong dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” yang disusun

oleh NUR LAELA SARI, NIM 1111013000061, Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenarannya oleh dosen

pembimbing skripsi pada hari Sabtu, 03 Oktober 2015.

Jakarta, 03 Oktober 2015

Dosen Pembimbing

Ahmad Bahtiar, M. Hum

NIP 19760118 200912 1 002

Page 151: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : NUR LAELA SARI

NIM : 1111013000061

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Masalah Alur dalam Novel MADA, Sebuah Nama

yang Terbalik Karya Abdullah Wong dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Dosen Pembimbing : Ahmad Bahtiar, M.Hum.

No

Daftar Referensi

Paraf Pembimbing

1 A. Teeuw. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka

Jaya, 1984.

2 B. Rahmanto. Metode Pengajaran Sastra, “Pegangan Guru

Pengajar Sastra”. Yogyakarta, Kanisius, 1988.

3 Robert Escarpit. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

4 Nyoman Kutha Ratna. S.U “Sastra dan Cultural Studies

Representasi Fiksi dan Fakta”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2010.

5 Septiawan Santana K. “Menulis Ilmiah: Metode Penelitian

Kualitatif”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

6 Java van Luxemburg. “Pengantar Ilmu Sastra”. Jakarta: PT

Gramedia, 1984.

Page 152: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

7 Abdul Rozak Zaidan, dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:

Balai Pustaka, 2007.

8 Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007.

9 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&H.

Bandung: Alfabeta, 2011.

10 Antilan Purba. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012.

11 Hendry Guntur Tarigan. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra.

Bandung: Angkasa, 1984.

12 Rene wellek dan Austin Warren. Teori Kesusastraan,

(Penerjemah: Melani Budianta. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1993.

13 Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 2005.

14 Furqonul Aziez dan Abdul Hasim. Menganalisis Fiksi:

Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

15 T. Raman Tinambunan. Sastra Lisan Dairi. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996.

16 Robert Stanton. Teori Fiksi Robert Stantion. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007.

17 Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra (Pengantar

Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Magelang:

Indonesia Tera, 2003.

Page 153: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

18 Rahmat Djoko Pradopo. Beberapa Teori Sastra, Metode

Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008.

19 Suparman Natawidjaja. Apresiasi Sastra & Budaya. Jakarta:

PT Intermasa, 1982.

20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia “Edisi Keempat”. Jakarta: PT Gramedia Pusaka

Utama, 2008.

21 Partini Sardjono Pratokusumo. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

22 Bambang Kaswanti Purwo. Bulir-Bulir Sastra & Bahasa.

Yogyakarta: Kanisius, 1991.

23 Yus Rusyana. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan.

Bandung: CV. Dipenogoro, 1984.

24 Kinayati Djojosuroto. Analisis Teks Sastra dan

Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka, 2006.

25 Wahyudi Siswanto. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT

Grasindo, 2008.

26 Suwardi Endraswara. Metodologi Penelitian Sastra:

Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: CAPS,

2013.

27 Heru Kurniawan. Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme,

Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013.

Page 154: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

28 Abdullah Wong. MADA, Sebuah Nama Yang Terbalik.

Jakarta: Makkatana, 2013.

29 Zainudin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

30 Albertine Minderop. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Jakarta, 03 Oktober 2015

Pembimbing,

Ahmad Bahtiar, M.Hum.

NIP 197601182009121002

Page 155: MASALAH ALUR DALAM NOVEL MADA, SEBUAH NAMA …

PROFIL PENULIS

Nur Laela Sari lahir di Karawang, 25 Agustus 1994.

Lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Riwayat pendidikan dimulai dari SDN 07 PAGI

Jakarta Selatan. Setelah lulus SD, pindah ke

Kerawang dan melanjutkan pendidikan di SMPN 2

Rengasdengklok, dan SMAN 1 Rengasdengklok.

Setelah lulus SMA pada tahun 2011, melanjutkan

pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan dengan mengambil jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.