Web viewAkan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran proses...

40
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini, proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari pendidikan. Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk bisa diterapkan. Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman yang

Transcript of Web viewAkan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran proses...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran  merupakan sebuah proses menuju  tercapainya tujuan pendidikan.

Dalam hal ini,  proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik

itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih

tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari

pendidikan.

Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan

kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk

bisa diterapkan. Diantara teori belajar  pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik

dan kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika

kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat

dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan dilakukan oleh para ahli pembelajaran,

menggambarkan tentang berbagai kegiatan dan aktifitas kehidupan sehari-hari, baik

dalam hubungannya dengan ibadah, maupun dalam kaitannnya dengan muamalah.

Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori

pembelajaran proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan.

Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang

sekiranya akan ketika mengajar didepan peserta didik. Secara umum kita bisa

memahami teori apa yang akan kita gunakan apabila sebagai guru yang mengajarkan

2

tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan teori tersebut ,Maka dalam makalah

ini akan dibahas tentang berbagai teori pembelajaran baik itu dari teori barat maupun

teori dari ahli-ahli Muslim.

Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami

dan mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam proses belajar

mengajar terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.

Beranjak dari beberapa permasalahan diatas, maka penulis dalam kesempatan ini

mengemukakan dua poin rumusan masalah sebagai berikut ;

B.     Rumusan masalah

Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;

1.      Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?

2.      Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan

pembelajaran pendidikan agama Islam ?

C.     Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan

pembelajaran.

2.      Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori

belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam.

3

BAB II

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang

membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan,

baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar

secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.

Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam

mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler,

1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku

sekolah saja, bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau

ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia

untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum

dipunyai sebelumnya.Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si

pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-

perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan

permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

1. Pengertian Belajar

4

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti

“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa

belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha

untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat

melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut

Hilgrad dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to learn) memiliki arti:

a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study

b. to fix in the mind or memory: memorize;

c. to acquire trough experience;

d. to become in forme of to find out

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan

atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,

dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti

dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar. Pertama, Cronbach

(1954), menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as result of

experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai

dengan apa yang dikemukakan oleh Spears(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is

to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow

direction”.

5

Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau

pengalaman.

Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan

adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di

dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau

respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer,

seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan

perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari

semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).

Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning accurs when experience causes a

relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau

tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik

atau malah sebaliknya, kearah yang salah.

Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses

perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun

orang lain.

2.Ciri-Ciri Belajar

Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri

belajar yaitu :

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change Behavior). Ini berarti,

bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya

6

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi  tahu, dari tidak terampil menjadi

terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat

mengetahui ada tidak adanya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku

yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar

sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu

akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu

memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997).

a.   Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.  Untuk

itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b.  Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c.  Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap

langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d.  Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat

proses belajar lebih berarti.

7

e.  Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan

kepercayaan penuh atas belajarnya.

B. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu

yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak

dapat diamati.

Menurut Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di

sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase : motivasi, konsentrasi, mengolah,

menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik.

1. Dalam proses belajar, tahap pertama adalah sebagai berikut :

a.       Tahap motivasi. Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk

melakukan kegiatan belajar bangkit.

b.      Tahap Konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada

pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang

akan dipelajari.

c.       Tahap Mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru

dalamShortTermMemory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek ,

kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa

sandi- sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.

8

d.      Tahap Menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol- simbol hasil olahan yang telah

diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka

panjang. Pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian, maupun

keseluruhan. Perubahan-perubahan pun sudah terjadi, baik perubahan-perubahan,

sikap, maupun keterampilan.

e.       Tahap Menggali, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM

ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada

pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya.

menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi,

baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali 2 diperlukan untuk

kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan.

f.       Tahap Prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan

untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu,

misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal

atau menyelesaikan tugas.

g.      Tahap Umpan Balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas

atas prestasi yang ditunjukkan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

9

Faktor internal adalah faktor Pertama yaitu keadaan fungsi jasmani/fisiologis.

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat

mernpengaruhi hasil belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan

baik akan rnempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindera yang memiliki

peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Kedua adalahFaktor

psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses

belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mernpengaruhi proses belajar adalah:

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan/int1igensi siswa .

1. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan

belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.

Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap

intensitas dan arah perilaku seseorang.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah semua faktor yang

berasal dan dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.

Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena

motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dan luar

(ekstrinsic).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik

untuk belajar antara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;

b.  Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk   maju;

10

c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dan orang-

orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain

sebagainya;

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi

dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dan luar diri individu tetapi

memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,

teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.

2. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat

bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap

berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,

dan kebutuhan.

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap

aktivitas belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau

pendidik 1ainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi

pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa

digunakan. Antara lain,pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik

mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran

yang membebaskan siswa untuk mengekspor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh

11

domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,

maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.Kedua, pemilihan jurusan atau

bidang studi.

3. Sikap Dalam proses belajar,

Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses be1ajar. Sikap adalah

gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau me

respons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya.

Baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003)

4. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara

umum, bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah. 2003).

Berkaitan dengan belajar, Salvin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan

umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.

Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala

informasi rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.

b. Faktor-faktor eksogen/eksternal.

Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga

dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi

dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1. lingkungan sosial

12

a. Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa

akan mempengaruhi belajar siswa.

c. Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar.

Ketegangan keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga (letak rumah),

pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar

siswa.

2. Lingkungan non sosial.

 Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:

a. Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,

sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk

dan tenang.

b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.

Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan

olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-

peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan

dengan usia perkembangan siswa.

C. Konsep Belajar Menurut Islam

13

Islam sebagai agama rabmah Ii al- ‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk

selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup

manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad Saw, untuk membaca

dan membaca (iqra).Iqra merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan

dalam arti yang luas, manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki

kehidupannya.

1.      Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadis

Sa1ah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah

kemampuannya untuk belajar.

Karena itu, kemampuan belajar adalah salah satu di antara banyak nikmat yang

diberikan Allah kepada manusia.

a.       Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis

Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia

untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara

detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik secara eksplisit

maupun implisit, telah menyinggung bahwa belajar adalah aktivitas yang dapat

memberikan kebaikan kepada manusia.

Aktivitas belajar sangat baik dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat menekankan

terhadap pentingnya ilmu, Al- Quran dan Hadis mengajak kaum Muslim untuk mencari

dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang- orang yang

berpengetahuan pada derajat yang tinggi.

14

Di dalam Al-Quran, kataal-ilm dan kata-kata turunannya digunakan lebih dari

780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah ,menyebutkan

pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.

Pada ayat pertama dalam surat Al- Alaq terdapat kata iqra’, yang melalui malaikat

Jibril, Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk “membaca”. Menurut Quraish

Shihab (1997),igra’ berasal dan akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun

inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti,

mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah

alam, tanda-tanda sejarah, diri sendiri, yang tertulis maupun tidak, dengan kata lain,

objek perintahig ra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau.

Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, antara lain adalah:

mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; Carilah ilmu walaupun di negeri Cina

Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; Para ulama ini adalah pewaris

para Nabi Pada hari kiamat ditimbangkan tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta

ulama dilebihkan dari darah syuhada.

2. Arti Penting Belajar Menurut Al-Quran

Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar, antara lain, adalah :

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna

untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.

15

b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia

lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka

melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan

terhindar dari taqlid buta.

c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan

memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

3. Cara Belajar

Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi

adalah adanya perubahan tingkah laku masih menurut para ahli pendidikan dan psikologi

perubahan prilaku itu merupakan hasil dan kegiatan belajar yang dicapai dengan cara

latihan maupun pengalaman.

Dalam Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu kasbi(atau perubahan dengan

cara usaha) dan yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni). Namun baik ilmu

Laduni maupun ilmu kasbi.

Dalam Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia, sebagaimana

dikemukan oleh Najati (2005), dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba (trial and

error), atau melalui pemikiran membuat logis.Al-Quran mengemukakan sebuah contoh

tentang bagaimana manusia belajar dengan cara meniru, yaitu peristiwa pembunuhan

Habil oleh saudara kandungnya Qabil (QS Al- Mâ’idah [5]: 31 :

16

Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk

memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat

saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu

berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?"

Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. ( Al Maidah : 31 ).

bagaimana mengurus jenazah saudaranya lalu Allah mengirim burung gagak yang

menggali tanah untuk mengubur burung gagak lain yang telah dibunuhnya. Qabil

mengamati perilaku burung gagak tersebut, kemudian ia mengubur dengan mengubur

jasad Habil. Pengalaman praktis dan trial and error Selain melalui cara meniru, manusia

belajar dengan menggunakan pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error). Dalam

kehidupannya manusia terkadang menghadapi situasi-situasi baru yang harus dipelajari

bagaimana merespon Nya atau menyekapinya. Terkadang beberapa respons tepat, tetapi

kadang respons manusia terhadap yang dihadapinya bersifat coba-coba atautrial and

error.

Berpikir Cara lain yang digunakan oleh manusia untuk belajar adalah berpikir.

Pada saat berpikir, manusia belajar membuat solusi atas segala persoalan,

mengungkapkan korelasi antara berbagai objek dan peristiwa, melahirkan prinsip dan

teori, dan menemukan berbagai penemuan baru. Oleh karena itu para psikolog menyebut

berpikir sebagai proses belajar yang paling tinggi.

17

Di antara ayat-ayat A1-Quran yang memberikan bukti, argumen, dan mendorong

manusia untuk berpikir tentang kebesaran Allah adalah QS Al-Ghasyiah (88): 17-20 :

Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? ( Al Ghasiyah  :17-20).

Surat Qaf [50]: 6- 10 :

Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atasmereka,

bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai

retak-retak sedikitpun ?

      Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang

kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang

mata,

                 Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali

(mengingat Allah).

                 Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami

tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

18

                 Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang

bersusun- susun, ( QS. Qaf : 6-10 ).

Surat Al- An’am [6] 74-79;

 Artinya : Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489],

"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku

melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang

terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang

yang yakin.

Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah

Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada

yang tenggelam."

19

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah

bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk

kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang

lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,

Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan

bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-

orang yang mempersekutukan Tuhan. . ( QS. Al-An’am : 74-79 )

Surat Al-Shâffât [37]: 95 :

Artinya : Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat

itu ? ( QS. Ash-Shaffat : 95 ).

Ini seperti yang dikemukakan oleh ahli perkembangan Vygotsky, yang

menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia

berinteraksi dengan orang lain.

Selanjutnya, jika manusia macet dan statis dalam berpikir, manusia akan

kehilangan karakteristiknya yang membedakan dirinya dengan hewan sebagaimana

termaktub dalam : (QS Al-Furqan [25]: 44;\

Artinya : Atau apakah kamu mengira

bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau

20

memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka

lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ( QS. Al Furqan : 44 ).

4. SaranaBelajar

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan namun

Allah telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar

manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi

untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.

Da1am proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa

indra eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis berupa daya nalar atau

intelektual

a. Sarana fisik

Dalam Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang

sering disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya seperti

pencium, peraba. dan perasa tidak mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar,

karena ada kalanya indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih mudah

memahami, apa yang mereka pelajari.

b. Sarana psikis

1) Akal

Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman,

1997). Akal sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat Al-Nahl ayat 78

dengan kata af’idah. Menurut Quraish Shihab (1992), af’idah berarti “Daya Nalar’ yaitu

potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain “akal”. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir,

af’idah itu berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya berada dalam jantung

21

(qalb) sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa af’idah itu terdapat dalam otak.

akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan

rasional.

2) Qalb

Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu dalam arti fisik

adalah jantung(heart), Sedangkan dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia

Tuhan yang halus (lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani). Dalam kamus

Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping “jantung” juga “hati”. Dalam

pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-’aql (akal), al-dzakirah (ingatan; mental),

danal- quwwah al- aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb

nonfiksi diartikan: 1) mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).

Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di

hati ini menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada di kepala

dilukiskan dengan istilah tafakur, sementara akal di hati dijelaskan dengan tadzakur,

yakni berpikir abstrak.

D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam

Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang

aktivitas belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.

1.  M-Ghazali

a. Konsep ilmu

22

Al-Ghazali juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu, pemikiran-

pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang lebih menekankan pada

masalah-masalah kerohanian kesederhanaan, dan menjauhi keduniawian.

Berkaitan dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat

dipandang dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.

b. Jenis ilmu

Menurut Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan

ilmu ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan metodik yang.

dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui Proses pengamatan, penelitian,

percobaan, dan penemuan.

Sedangkan ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang

tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan tetapi melalui

proses pencerahan oleh hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.

Menurut Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas

ekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku.

A1-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar

mengajar ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang dimiliki oleh

guru) di tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).

Kemudian A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat

tahap.Pertama, terjadi pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus

berada pada jarak tertentu dari objek dan dalam keadaan tertentu.Kedua, terjadi pada al-

khayal Kalau pada indra, hubungannya dengan objek harus berada pada jarak tertentu

23

dan situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada. A1-khayal

menangkap objek tanpa melihat, tetapi tangkapannya masih meliputi aksiden-aksiden

dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas (Muhammad Yassir Nasution,

1972).

2. Burhanuddin Al-Zarnuji

a. Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim

al-Muta’allim Thuruq aI- Ta’allurn”. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang

konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Al-Zarnuji, antara lain :

1. Pengertian ilmu dan keutamaannya;

2. Niat belajar

3. Memilih guru, ilmu, teman dan

4. hormati ilmu dan ulama;

5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur;

6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya;

7. Tawakkal kepada Allah swt

8. Masa belajar

9. Kasih sayang dan memberi nasihat;

10.Mengambil pelajaran;

11.wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar

12. penyebab hafal dan lupa

b. Metode pembelajaran

24

Dalam kitab Ta’lim Muta’allirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode

pembelajaran meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat

dalam belajar.Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih

pelajaran, memilih guru, memilih teman, dan langkah-langkah dalam belajar.

a.      Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid

Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim yang

memberi acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.

1. Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan

pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan

dasar adanya penghormatan murid terhadap guru.

2.  Kontekstualisasi hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa

penempatan guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.

3. Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan mempunyai

kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap

amanat yang diemban untuk menggapai ridha Allah Swt.

25

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

1.      Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di

sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk

memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai

sebelumnya.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

2.      Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :

26

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan

berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia

dalam kehidupan.

b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia

lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka

melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan

dan terhindar dari taqlid buta.

c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan

memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz Media

Simandjuntak dan IL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung. 1981

Nata Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media Group

_________________, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2003, Raja Grafindo Persada

Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta 1995, Bumi Aksara

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2000

________________, Psikologi Belajar Mengajar,Bandung :Sinar baru algensindo,th 2010

27

Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, 1997

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1987W.H. Burton, The Guidances of Learning Activities, Appleton Century Crofts, New York, 1952