Maritime Surveillance System

10
Proposal proyek untuk menjaga kedaulatan NKRI di laut MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM (SISTEM PENGAWASAN LAUT)

Transcript of Maritime Surveillance System

Page 1: Maritime Surveillance System

Proposal proyek untuk menjaga kedaulatan NKRI di laut

MARITIME SURVEILLANCE SYSTEM(SISTEM PENGAWASAN LAUT)

Page 2: Maritime Surveillance System

LATAR BELAKANG• Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17,000 dan luas

lautnya 5,7 juta Km2, berada di posisi silang strategis dunia diapit oleh dua Samudera dan dua benua. Jalur pelayaran terpadat di dunia berada di Selat Malaka dan melewati selat lain yang strategis seperti Selat Sunda dan Selat Lombok.

• Potensi sumber daya laut Indonesia begitu menjanjikan dikenal sbeagai “benua maritim” dengan potensi ikan laut mencapai 6,4 juta ton/tahun dan potensi mineral laut dalam yang belum dieksploitasi.

• Di satu sisi luas wilayah laut dan potensi yang menjanjikan merupakan peluang untuk menjadikannya sebagai sumber ekonomi bagi kesejahteraan rakyat, namun disisi lain merupakan tantangan untuk mampu mengamankan wilayah laut tersebut datri gangguan dan ancaman terhadap kedaulatan maupun kegiatan illeghal oleh kapal asing.

• Upaya berbagai lembaga untuk melakukan pengawasan laut telah diupayakan dalam sistem sektoral, namun kenyataannya belum ada sistem pengawasan yang mampu mendeteksi dan memonitor kapal asing illegal yang memasuki perairan Indonesia dengan efektif dan kegiatan illegal tersebut masih marak yang merugikan negara.

Page 3: Maritime Surveillance System

STATUS PENGAWASAN MARITIM SAAT INI• Lembaga yg memiliki legitimasi dan legalitas untuk melakukan pengawasan di laut: BAKORKAMLA;

POLRI; TNI AL; Bea Cukai; Ditjen PSDKP; KPLP.

• Aset yang menjadi instrumen pengawasan di laut:

•Kapal patroli > 100 kapal.

•Satelit VMS milik Ditjen PSDKP memantau khusus kapal ikan berijin.

•VTS milik Ditjen Hubla memantau kapal kapal cargo, penumpang yang memiliki izin trayek.

•TNI AL Radar pantai di beberapa Selat Malaka dan Selat Makassar jangkauan 20 mil laut.

•Bakorkamla : National Compilation Center sifatnya integrator dari hasil monitoring anggota BAKORKAMLA.

• Sistem pengawasan laut masih sektoral belum diintergrasikan dan di bawah satu Komando dan Kendali satu lembaga.

• Dengan menggabungkan semua kemampuan satelit, Radar dan kapal patroli sesuai kemampuan anggaran saat ini belum mampu mengawasi dan mengendalikan seluruh wilayah laut, kemampuan deteksi dan monitoring kapal legal dan illegal di laut tidak lebih dari 10% dari kebutuhan ideal.

Page 4: Maritime Surveillance System

SISTEM MCS (MONITORING, CONTROL, SURVEILLANCE) PERIKANAN DG TEKNOLOGI VMS (VESSEL MONITORING SYSTEM)• MENGGUNAKAN BASIS SATELIT ARGOS PERANCIS• KAPAL PERIKANAN BERIJIN DIPASANG TRANSMITTER, BISA DIPANTAU REAL TIME 24

JAM.• Ada 4 provider peralatan transmitter, dimana tiap kapal ikan akan membeli alat tsb dan

membayar airtimenya. • Sistem ini sudah berjalan dengan bagus, namun justru permasalahannya tidak bisa

memantau kapal yg illegal.• Sistem tersebut perlu inovasi software dan penggunaannya terutama dalam menerapkan law

enforcement hukumnya. • Sistem ini bersifat aktif memantau lokasi kapal namun pasif dalam mengetahui apa yg

dilakukan kapal maupun data lain karena harus dikirim data tsb dari kapal dg text.

Page 5: Maritime Surveillance System

MONITORING, CONTROL, AND SURVEILLANCE (MCS)PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

CDB

PENGAWAS PERIKANAN

PPNS

ALKOM(ALAT KOMUNIKASI)

VMS(VESSEL MONITORING SYSTEM)

PESAWAT PATROLI

UDARA

RADAR SATELIT/ RADAR PANTAI

SISWASMAS

CDB (COMPUTERIZED DATA BASE)

LBP (LOG BOOK PERIKANAN)

LLO (LEMBAR LAIK OPERASI)

KAPAL PATROLI

Kapal Patroli

MCS

Page 6: Maritime Surveillance System

processing center

satelite radar

mcs<monitoring, control, and surveillance>

satelit VMS

SISWASMAS

alat komunikasi

vessel monitoring system (VMS)

pusat kendali

radar pantai

CDB

kapal patroli

Page 7: Maritime Surveillance System

SISTEM SURVEILLANCE SAAT INI

MENGGABUNGKAN FUNGSI SATELIT, KAPAL PATROLI, PESAWAT DAN KETERLIBATAN MASYARAKAT KELOMPOK PENGAWAS PARA NELAYAN DI LAUT.

POLA ATAU MODUS OPERANDI PENGOPERASIAN KAPAL PATROLI MASIH KONVENSIONAL YAITU BERPATROLI DI LAUT DENGAN TARGET YANG BELUM PASTI DAN MENGANDALKAN RADAR KAPAL YG JARAK JANGAUNYA HANYA 20 MIL LAUT POLA INI TIDAK EFEKTIF DAN PEMBOROSAN BBM PADAHAL JUSTRU KOMPONEN BBM PALING MAHAL.

Page 8: Maritime Surveillance System

KONSEP PENGAWASAN MARITIM KE DEPAN

SASARAN SISTEM: TERAWASINYA SELURUH PERAIRAN INDONESIA DENGAN PRIORITAS DAERAH RAWAN.

STRUKTUR SISTEM: MENGGABUNGKAN SISTEM SURVEILLANCE YANG ADA SAAT INI DENGAN SYSTEM INTEGRATOR, DAN MELENGKAPI DENGAN KOMPONEN BARU YANG MENGOPTIMALKAN FUGSI.

KOMPONEN UTAMA SURVEILLANCE ADALAH MICROWAVE RADAR YANG DIPASANG DI PULAU-PULAU TERLUAR, DG RADIUS 200 MIL LAUT UNTUK MENDETEKSI SEMUA KAPAL DI LAUT YG ADA DI PERAIRAN NKRI.

SISTEM PATROLLING DENGAN MENGERAHKAN KAPAL BERPATROLI DI LAUT DIRUBAH MENJADI INTERCEPTION (PENCEGATAN), SETELAH MENDAPATKAN DATA DETEKSI DARI RADAR. PENCEGATAN DILAKUKAN DI DAERAH ALUR RAWAN (CHOKE POINT) YG SERING DILEWATI KAPAL ILLEGAL

Page 9: Maritime Surveillance System

SISTEM PENGAWASAN PADA WPP DAN CLUSTER

Cluster perikanan dan pariwisata dalam WPP memanfaatkan sistem self surveillance (pengawasan sendiri) dan external surveillance. Ditjen PSDKP dan penagak hukum melakukan pengawasan external cluster sedangkan dalam kawasan diawasai sendiri oleh perusahaan pemilik konsesi cluster.

Dalam cluster perikanan Sistem pengawasan melekat ke dalam sistem manajemen perijinan sebagai bagian dari usaha ekonomi. Diterapkan sistem monitoring hasil tangkapan.

Dalam cluster wisata bahari, sistem pengawasan internal dilakukan dengan monitoring ketat kapal dan orang yang masuk kawasan dengan menerapkan entrance fee dan pelaporan.

Page 10: Maritime Surveillance System

SISTEM PENGAWASAN PADA WPP DAN CLUSTER

Cluster perikanan dan pariwisata dalam WPP memanfaatkan sistem self surveillance (pengawasan sendiri) dan external surveillance. Ditjen PSDKP dan penagak hukum melakukan pengawasan external cluster sedangkan dalam kawasan diawasai sendiri oleh perusahaan pemilik konsesi cluster.

Dalam cluster perikanan Sistem pengawasan melekat ke dalam sistem manajemen perijinan sebagai bagian dari usaha ekonomi. Diterapkan sistem monitoring hasil tangkapan.

Dalam cluster wisata bahari, sistem pengawasan internal dilakukan dengan monitoring ketat kapal dan orang yang masuk kawasan dengan menerapkan entrance fee dan pelaporan.