Marifatullah

19
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH) A. Muqaddimah Ma’rifah berasal dari kata ‘arafa – ya’rifu – ma’rifah yang berarti mengenal. Dengan demikian ma’rifatullah berarti usaha manusia untuk mengenal Allah baik wujud maupun sifat-sifat-Nya. Manusia sangat berkepentingan untuk mengetahui siapa penciptanya dan untuk apa ia diciptakan. Karena itu, manusia pun mulai melakukan penelitian dan mencari-cari siapa gerangan Tuhannya. Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim tentu tidak akan membiarkan kita terkatung-katung tanpa adanya pembimbing yaitu utusan- utusan-Nya para nabi dan rasul yang akan menunjukkan kita ke jalan yang benar. Maka di antara manusia ada yang berhasil mengetahui Allah dan banyak pula yang tersesat, berjalan dengan angan-angannya sendiri. Maka berpalinglah kamu dari orang yang telah berpaling dari peringatan Kami dan dia tidak menghendaki, kecuali kehidupan dunia. Itulah kesudahan pengetahuan mereka. Sungguh Tuhanmu lebih mengetahui orang yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang yang dapat petunjuk”. (QS. An Najm: 29-30). B. Urgensi Ma’rifatullah Secara umum, manusia mengetahui bahwa suatu ilmu dikatakan penting dan dirasakan mulia sebetulnya tergantung kepada dua hal yaitu apakah yang menjadi obyek ilmu itu dan seberapa besar manfaat yang dihasilkan darinya. Berdasarkan alasan tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwama’rifatullah merupakan ilmu yang paling mulia dan penting karena materi yang dipelajarinya adalah Allah. Manfaat yang dihasilkannya pun tidak saja untuk kepentingan dunia tapi juga untuk kebahagiaan akhirat. Orang yang mempelajari ma’rifatullah akan menjadi insan yang beriman dan bertaqwa bila Allah memberi hidayah kepadanya. Dan bagi muslim yang mempelajarinya, insya Allah akan menaikkan keimanan dan ketaqwaannya (raf’ul iman wat taqwa). Sebagai balasan atas keimanan dan ketaqwaan mereka, Allah SWT menjanjikan kebaikan-kebaikan bagi mereka, di antaranya: Pertama, Al Khalifah. Bahwa Allah SWT menjanjikan kepada mereka untuk menjadi penguasa di muka bumi ini. Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman di antaramu dan mengerjakan amal shaleh, bahwa Allah sungguh-sungguh akan mengangkat mereka menjadi khalifah di muka bumi, sebagaimana orang-orang dahulu menjadi khalifah…” (QS. An Nur: 55).

description

kkkkkljlhgh

Transcript of Marifatullah

Page 1: Marifatullah

MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH)

A.   Muqaddimah

Ma’rifah   berasal   dari   kata ‘arafa – ya’rifu – ma’rifah yang   berarti   mengenal.   Dengan demikian ma’rifatullah berarti usaha manusia untuk mengenal Allah baik wujud maupun sifat-sifat-Nya. Manusia   sangat  berkepentingan  untuk  mengetahui   siapa  penciptanya  dan  untuk  apa   ia  diciptakan. Karena itu, manusia pun mulai melakukan penelitian dan mencari-cari siapa gerangan Tuhannya. Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim tentu tidak akan membiarkan kita terkatung-katung tanpa adanya pembimbing yaitu utusan-utusan-Nya para nabi dan rasul yang akan menunjukkan kita ke jalan yang benar.  Maka di  antara manusia ada yang berhasil  mengetahui  Allah dan banyak pula yang tersesat, berjalan dengan angan-angannya sendiri.

“Maka berpalinglah kamu dari orang yang telah berpaling dari peringatan Kami dan dia tidak menghendaki, kecuali kehidupan dunia. Itulah kesudahan pengetahuan mereka. Sungguh Tuhanmu lebih mengetahui orang yang telah sesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang yang dapat petunjuk”. (QS. An Najm: 29-30).

B.   Urgensi Ma’rifatullah

     Secara   umum,  manusia  mengetahui   bahwa   suatu   ilmu   dikatakan   penting   dan   dirasakan  mulia sebetulnya tergantung kepada dua hal yaitu apakah yang menjadi obyek ilmu itu dan seberapa besar manfaat yang dihasilkan darinya. 

Berdasarkan alasan tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwama’rifatullah merupakan ilmu yang   paling   mulia   dan   penting   karena   materi   yang   dipelajarinya   adalah   Allah.   Manfaat   yang dihasilkannya pun tidak saja untuk kepentingan dunia tapi juga untuk kebahagiaan akhirat.

Orang   yang  mempelajari ma’rifatullah akan  menjadi   insan   yang   beriman   dan   bertaqwa   bila   Allah memberi   hidayah   kepadanya.  Dan  bagi  muslim   yang  mempelajarinya,   insya  Allah   akan  menaikkan keimanan dan ketaqwaannya (raf’ul iman wat taqwa). Sebagai balasan atas  keimanan dan ketaqwaan mereka, Allah SWT menjanjikan kebaikan-kebaikan bagi mereka, di antaranya: 

Pertama, Al Khalifah. Bahwa Allah SWT menjanjikan kepada mereka untuk menjadi penguasa di muka bumi ini. 

 “Dan Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman di antaramu dan mengerjakan amal shaleh, bahwa Allah sungguh-sungguh akan mengangkat mereka menjadi khalifah di muka bumi, sebagaimana orang-orang dahulu menjadi khalifah…” (QS. An Nur: 55).

Melalui  beberapa   tahap  pembinaan   secara  berkesinambungan,   insya  Allah   kekhalifahan   Islam akan muncul kembali sebagaimana yang dinubuahkan rasulullah saw. Rasulullah saw mengungkapkan bahwa umat Islam setidaknya akan melalui lima periode dalam perjalanannya hingga hari kiamat nanti, yaitu periode   kenabian,   periode   kekhalifahan   yang   tegak   di   atas   nilai-nilai   kenabian,   periode mulkan adhan (penguasa yang menggigit), periode mulkan jabbariyan (penguasa yang menindas), dan terakhir sebelum datangnya kiamat, umat ini sekali lagi akan berjaya dengan kembali ke periode kekhalifahan yang tegak di atas nilai-nilai kenabian. (disarikan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi).  

Page 2: Marifatullah

Kedua, Tamkinuddin. Yaitu diteguhkannya agama Islam di muka bumi.

 “…dan Allah sungguh-sungguh akan meneguhkan agama mereka yang diridhai-Nya…” (QS. An Nur: 55).

 “Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”. (QS. At Taubah: 33 dan QS. Ash Shaf: 9).

“Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”(QS. Al Fath: 28).

Ketiga, Al Amnu.  Bahwa Allah SWT akan mengkondisikan orang-orang yang beriman rasa aman dan tentram setelah sebelumnya mereka selalu ditimpa keresahan dan ketakutan.

 “Dan Allah sungguh-sungguh akan menggantikan ketakutan mereka dengan keamanan…” (QS. An Nur: 55).

 “Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. (QS. Al Baqarah: 126).

 “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). (Dikatakan kepada mereka), “Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman”. (QS Al Hijr: 45-46).

 “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al An’am: 82).

  Keempat, Al Barakat (keberkahan yang melimpah).

 “Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertaqwa, niscaya Kami tumpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka itu mendustakan, sebab itu Kami siksa mereka disebabkan usahanya itu”. (QS. Al A’raf: 96).

Kelima, Al Hayatun thayyibah (kehidupan yang baik).

 “Barangsiapa melakukan kebaikan-kebaikan, laki-laki maupun perempuan dan dia beriman, pasti Kami akan memberinya kehidupan, kehidupan yang menyenangkan. Dan Kami akan memberinya pahala, sesuai dengan apa yang mereka lakukan secara lebih baik”. (QS. An Nahl: 97).

Keenam, Al Jannah (surga)

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, bagi mereka surga Firdaus-lah tempatnya, mereka kekal di dalamnya tak hendak berpindah darinya”. (QS. Al Kahfi: 107-108).

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, untuk mereka itu surga na’im. Mereka kekal di dalamnya. Itulah janji Allah yang sebenarnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Lukman: 8-9).

Page 3: Marifatullah

Kesemua   ayat-ayat   tersebut   menunjukkan   bahwa ma’rifatullah bila   dipelajari   dengan   benar   akan menambah  keimanan  dan   ketaqwaan.  Orang-orang   yang  bijak  dan  memiliki   akal   sehat   tentu   akan memilih   beriman   dan   bertaqwa   kepada   Allah   daripada   mengingkari   atau   mempersekutukan-Nya dengan ilah-ilah yang lain.

Berikut ini dalil-dalil tentang wajibnya berma’rifatullah dan beriman kepada-Nya.

 “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah kecuali Allah, dan minta ampunlah untuk dosa-dosamu dan untuk dosa-dosa orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat bolak-balikmu dan tempat diammu”. (QS. Muhammad: 19).

 “Tiada Kami utus seorang rasulpun sebelum engkau, melainkan Kami wahyukan bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah kecuali Aku, sebab itu beribadahlah kepadaku”. (QS. Al Anbiya: 25).

Sabda rasulullah saw:

Dari Abbas ra bahwa Nabi saw ketika mengutus Muadz bin Jabal ra ke Yaman, bersabda, “Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum ahli kitab, maka ajaklah mereka kepada kesaksian bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah, dan sesungguhnya saya Rasulullah. Kalau mereka telah mentaati yang demikian itu, maka ajarkanlah mereka bahwa Allah azza wa jalla mewajibkan mereka shalat lima waktu sehari semalam”. (HR. Jamaah). 

    Barangsiapa yang mengatakan aku ridha Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai dinku, dan Muhammad saw sebagai nabiku, maka surga wajib baginya. (HR. Bukhari, An Nasa’i dan Abu Daud). \

Merasakan nikmatnya iman, barangsiapa yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai din, dan Muhammad sebagai rasul. (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Berkata Ibnu Umar, “Kami hidup pada suatu masa dan seseorang dari kami diberikan iman sebelum Al Qur’an dan kemudian turunlah surat-surat dari Al Qur’an, maka dipelajarilah darinya yang halal, haram, perintah dan larangannya dan apa-apa yang harus dilakukannya. Dan aku lihat orang-orang sekarang ini diberikan Al Qur’an dahulu sebelum adanya iman. Maka dibacalah surat dari Al Fatihah hingga surat yang terakhir dan dia tidak tahu apa perintah dan larangannya. Lalu dia campakkan Al Qur’an itu bagai kurma busuk.” (HR. Imam Thabrani dalam kitab Al Ausath).

Selain dalil-dalil  di atas, ada hal lain lagi yang perlu kita camkan yaitu bahwa ma’rifatullah dan iman kepada-Nya  merupakan furqan (pembeda)   antaranya   dengan  mereka   yang   tidak   beriman.   Padahal keimanan inilah yang menjadi titik tolak diterimanya amal seseorang.

 “Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga. Tetapi ketika didatanginya air itu, ia tidak mendapatinya suatu apapun. Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberitakan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya.” (QS. An Nur: 39).

Page 4: Marifatullah

C.   Jalan Menuju Pengenalan Kepada Allah

Agar  manusia  dapat  mengenal  Allah,   ia  harus   tahu  jalan  yang benar  untuk  menujunya.  Karena bila jalannya salah bisa jadi ia akan kesasar. Orang yang benar jalannya hingga ia sampai pada tujuan yang sebenarnya,   ia  menjadi   orang  yang  ma’rifah  dan   semakin   yakin   serta  membenarkan  keimanannya. Sedangkan orang-orang yang tersesat jalannya, tentu tidak akan sampai pada tujuan yang sebenarnya, yaitu berma’rifah kepada Allah. Mereka kemudian menjadi orang yang penuh keragu-raguan (al irtiyab), hingga kemudian menjadi orang-orang kafir mengingkari keberadaan Allah.

1.    Jalan yang dilalui bukan atas dasar petunjuk Islam

Dari dahulu hingga sekarang ada orang-orang yang masih beranggapan bahwa Allah tidak ada, hanya gara-gara mereka tidak dapat melihat-Nya dengan panca inderanya sendiri (al hawas), dengan alasan mereka   tidak   mempercayai   sesuatu   yang   ghaib.   Padahal   panca   indera   kita   sangat   terbatas kemampuannya dalam menganalisa benda-benda yang nampak, apalagi  terhadap benda-benda yang tidak nampak.

Hanya dengan berbekal panca indera, mereka tidak akan dapat mengenal Allah. Manusia hanya dapat melihat-Nya di surga nanti bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Mereka tidak mampu melihat-Nya, bahkan karena kesesatannya  lalu  mereka menjadikan benda-benda  lain  yang mempunyai  kekuatan tertentu yang   mempengaruhi   kehidupannya   sebagai   Tuhan   mereka   selain   Allah   (ghairullah).   Tersebutlah kemudian kepercayaan akan adanya dewa-dewa yang menguasai matahari, bintang, langit, air, udara dan lainnya. Selain itu ada pula yang karena jenuh mencari namun tak juga berhasil, lalu berkesimpulan bahwa Tuhan tidak ada. Pencarian tak tentu arah ini lalu menimbulkan sikap skeptis. Segala sesuatu yang berhubungan dengan diri dan juga gejala-gejala alam yang terjadi dalam lingkungan kehidupannya dipandangnya   dengan   nalarnya   semata.   Inilah   yang  mereka   anggap   lebih   ilmiah   dari   pada   harus mempercayai   hal-hal   yang   bersifat   ghaib,  mistik,   takhayul   dan   sebagainya.   Ilmu   filsafat   kemudian muncul memuaskan segala nafsu dan akal manusia.

Akal manusia bisa jadi akan mampu mengenal keberadaan Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tersebar di pelosok bumi. Namun karena mereka tidak mempunyai keimanan, segala pengetahuan itu kemudian dijadikan diskursus ilmu semata.

Penggambaran   yang   salah   terhadap   metode   untuk   mengenal   Allah   ini,   dulu   maupun   sekarang, merupakan   faktor   terbesar  yang  menjauhkan manusia  dari  metode  iman yang  benar  kepada  Allah. Padahal penggambaran macam ini jelas-jelas salah. Secara aksiomatik, akal mengatakan bahwa Allah adalah  pencipta  materi   tetapi  Dia  bukan  materi.   Sebab  materi  tidak  bisa  menciptakan  materi.   Jika puncak pencerapan indera di dalam kehiduapan dunia kita hanya terbatas pada materi yang tercerap secara   inderawi  saja,  maka Allah  tidak  akan bisa  menjadi  obyek  pengetahuan kita.  Yang  jelas  pada bangsa atau orang kafir manapun juga pasti akan muncul kekacauan di seputar metode inderawi untuk mengenal  Allah   ini.   Itulah   sebabnya  mengapa  di   zaman   sekarang  kita  mendengar  ada  orang-orang 

Page 5: Marifatullah

tertentu   yang   menjadikan   “tidak   bisa   dilihat   oleh   mata”   menjadi   sebab   musabab   timbulnya atheisme.  Demikian  pula,   kita  mendengar  beberapa  negara   tertentu  menegaskan  demikian,   seperti yang dilakukan oleh siaran Uni Soviet ketika meluncurkan satelit   industrinya yang pertama ke ruang angkasa.  

Kedua jalan tersebut, yaitu al hawas (panca indera) dan aqli (akal pemikiran) karena tidak diikuti dengan keimanan terhadap hasil pencariannya itu, timbullah sakwasangka dan keragu-raguan (al irtiyab) dan pada akhirnya membuat mereka menjadi kafir.

 

2.    Jalan yang dilalui berdasarkan petunjuk Islam

Jalan mengenal  Allah telah ditunjukkan oleh  Islam dengan menggunakan prinsip keimanan dan akal pemikiran melalui tanda-tanda (al ayat), yaitu melalui ayat-ayatqauliyah (Al Qur’an dan hadits), ayat-ayat kauniyah (alam semesta), dan melalui mu’jizat.

Dari   ayat-ayat  qauliyah,  Allah  mewahyukan  firman-Nya   kepada  para  utusan-Nya.  Ada   yang  berupa shuhuf,   al   kitab   dan   juga   hadits   qudsi.   Dalam   Al   Qur’an   kita   dapati   maklumat   Allah   mengenai keberadaan diri-Nya.

 “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku, maka mengabdilah pada-Ku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”. (QS. Thaha: 14).

Dari ayat-ayat kauniyah, kita dapati keyakinan adanya Allah melalui apa-apa yang ada di alam semesta dan juga pada diri kita sendiri. (lihat QS. Adz Dzariyat : 21-22 dan QS. Fushshilat :53).

Misalnya adalah yang ada pada telapak tangan kita. Ruas-ruas tulang jari (tapak tangan maupun telapak kaki) kita terkandung jejak-jejak nama Allah, Tuhan yang sebenar pencipta alam semesta ini. 

Garis utama kedua telapak tangan kita, bertuliskan dalam angka Arab yaitu : IV pada telapak tangan kanan, artinya : 18; dan ɅI pada telapak tangan kiri, artinya : 81. Jika kedua angka ini dijumlahkan, 18+81 = 99, 99 adalah jumlah nama/sifat Allah, Asmaul Husna yang terdapat dalam Al-Quran !

Mengenai sidik jari, polisi dapat mengidentifikasi kejahatan berdasarkan sidik jari yang ditinggalkan oleh pelaku di tubuh korban. Hal ini disebabkan struktur sidik jari setiap orang berbeda satu dengan lainnya. Bila   kelak  penjahat   itu   telah  ditemukan  maka  untuk  membuktikan   kejahatannya   sidik   jarinya   akan dicocokkan dengan sidik jari yang ada dalam tubuh korban.. Maka si penjahat tidak dapat memungkiri perbuatannya di hadapan polisi.

Page 6: Marifatullah

Keistimewaan pada jari jemari manusia menunjukkan kebenaran firman Allah yang menyatakan bahwa segala sesuatu ada bekasnya. Allah tidak akan menyia-nyiakan bekas-bekas ini untuk dituntut di yaumil akhir nanti.

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yaasin:12).

Adapun mengenai mu’jizat yang Allah berikan kepada para rasul dan nabi-Nya, telah cukup memperkuat eksistensi Allah. Mu’jizat terbesar yang hingga kini masih ada adalah Al Qur’an. Berikut adalah beberapa contoh mu’jizat yang terdapat dalam Al Qur’an.

-          Asal mula alam raya :

 “Kemudian Dia menuju pada penciptaan langit dan langit itu masih merupakankabut, lalu Dia berkata, “Datanglah kepada-Ku baik dengan suka maupun terpaksa”. Keduanya berkata, “Kami datang dengan suka hati.” (QS. Fushshilat : 11).

 Tak seorangpun ahli saint mengira bahwa langit, bintang dan planet-planet itu dasarnya adalah kabut (dukhan)  setelah  alat-alat   ilmiah  berkembang  pesat.  Para  peneliti  menyaksikan  sisa-sisa  kabut  yang hingga kini selalu membentuk bintang-gemintang.

-          Bulan dan mentari :

 “Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam, kami jadikan tanda siang itu terang”. (QS. Al Isra: 12).

Para pakar ilmu astronomi pada saat ini telah menemukan bahwa rembulan dulunya menyala kemudian padam dan sinarnya sirna.  Cahaya yang keluar dari  rembulan di  malam hari  hanyalah pantulan dari lampu (siraj) lain yaitu matahari.

 “Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang Dia juga menjadikan padanya matahari dan bulan yang bercahaya.” (QS.Al Furqan: 61).

Di sini Allah menyatakan bahwa matahari bersinar, sehingga dikatakannya “pelita/lampu”. Jika bulan bersinar pula, tentu Allah akan berkata ‘dua lampu” (as sirajain). 

-          Kurangnya oksigen di langit :

 “Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Dia menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah sedang mendaki ke langit”. (QS. Al An’am: 125).

Dahulu orang-orang beranggapan bahwa orang yang naik ke atas merasa sesak napas karena udara buruk  yang  tidak  sehat.  Tetapi  manakala  manusia  berhasil  membuat  pesawat   ruang angkasa   super canggih dan ia mampu naik ke  langit,  diketahuilah bahwa orang yang naik ke  langit dadanya terasa sesak, bahkan amat sesak, dikarenakan udara (oksigen) berkurang dan bahkan hampa. Karena itu para astronot harus memakai tabung oksigen ketika mengangkasa.

Page 7: Marifatullah

Setelah mengkaji beberapa contoh hubungan kitabullah dengan sains modern, pahamlah kita bahwa Al Qur’an  benar-benar   suatu  mukjizat  yang  tiada  bandingnya.  Mereka  yang  memiliki  hati  nurani  akan merasa takjub dengan keangungan-Nya. Sungguh benar firman Allah :

 “Sesungguhnya telah Kami datangkan kepada kamu suatu kitab yang telah Kami jelaskan berdasarkan ilmu (dari kami), sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Al A’raf: 52).

Manusia   yang   beriman   dan   berakal   lurus   akan   merasakan   keberadaan   Allah   dan   membenarkan keimanannya kepada Allah (tashdiqul mu’min ilallah) . Sehingga rukun iman yang enam perkara yang selalu   kita   hapalkan   itu,   bukan   hanya   keimanan   dalam   lafadz   semata,   tapi   juga   telah   tertashdiq (dibenarkan) dalam hati dan pola tingkah kita sehari-hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat 53:11 ,”Hatinya tidak mendustai apa yang telah dilihatnya”.

D.   PENGHALANG DALAM MENGENAL ALLAH

Ada beberapa hal yang menghalangi seseorang mengenal Allah, di antaranya :

1.    Al Kubru (sombong)

Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, ”Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat tuhan kita ?” Sesungguhnya mereka menyombongkan diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. (Al Furqan, 25: 21).

2.    Azh Zhulmu (zalim)

Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al Anbiya, 21: 29).

3.    Al Kadzibu (dusta)

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syrik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak mnyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az Zumar,39: 3).

4.    Al Fusuqu (fasik)

Page 8: Marifatullah

Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, mengapa kalian menyakitiku padahal kalian tahu bahwa aku adalah utusan Allah untuk kalian”. Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah palingkan hati mereka dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Ash Shaf, 61: 5).

5.    Al Kufru (ingkar)

Wahai Rasul, janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka , “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman…(QS. Al Maidah, 5: 41).

6.    Al Fasadu (fasad)

Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Ali Imran, 3: 62-63).

7.    Al Ghaflah (lengah)

Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dai jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tak digunakan untuk memahami, mempunyai mata tapi tak digunakan untuk melihat, dan mempunyai telinga tapi tak digunakan untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf, 7: 179).

8.    Katsratul Ma’ashi (banyak berbuat durhaka)

Dan ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan, serta mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alibi yang benar. Demikian itu karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (QS. Al Baqarah, 2: 61).

9.    Al Irtiyab (ragu-ragu)

Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu, dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh. Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) dalam keraguan yang mendalam. (QS. Saba’, 34: 53-54).

E.    DALIL ADANYA ALLAH

Page 9: Marifatullah

Allah SWT memberikan berbagai sarana dan jalan hingga kita dapat memiliki kepercayaan kepada-Nya sampai kadar keyakinan yang ilmiah, sebagaimana keyakinan kita melihat benda yang dapat ditangkap dengan indra.

Secara   umum,   ilmu   ada   dua   katagori,   yaitu   ilmu dharuri (aksiomatis)   dan   ilmunazhari (teoritis). Ilmu dharuri adalah pengetahuan akan sesuatu yang tidak membutuhkan dalil, karena keberadaannya dapat disentuh dengan indra. Ketika kita berada di dpn suatu masjid, kita tidak memerlukan dalil untuk mengatakan bahwa masjid itu ada. Sedangkan ilmu yang hanya dapat diperoleh dengan dalil disebut ilmu nazhari. Misalnya luas segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi (1/2 X a X t).

Dan sesungguhnya,   fenomena alam dan perangkat  kehidupan yang dianugerahkan Allah SWT dapat menuntun kita pada ma’rifat kepada-Nya dengan ma’rifat yang sangat dekat, sebagaimana ilmu dharuri yang dapat dilihat dengan mata kepala.

Berikut ini kita bahas dalil-dalil yang dapat menguatkan keyakinan kita akan keberadaan Allah SWT.

1.    Ad dalil al fithri (dalil fitrah)

Ketika   kita  menghadapi  musibah   berat   yang   tak  mampu   kita   hadapi,   spontan   kita   akan  meminta perlindungan dan pertolongan kepada “kekuatan ghaib” di balik alam ini. Inilah ‘fitrah imaniah’ (karakter dasar keimanan) yang pasti muncul pada saat-saat seseorang tidak sanggup menghadapi ujian duniawi. (lihat QS. Az Zumar ayat 8, Ar Rum ayat 33, An Naml ayat 62, Al Ankabut ayat 65, Lukman ayat 32, An Nahl ayat 53). 

Dikatakan kepada Rabi’ah al Adawiyah, seorang tokoh muslimah ahli ibadah, bahwa seseorang dapat menunjukkan seribu dalil akan adanya tuhan. Ia tertawa dan berkata, “Satu dalil sudahlah cukup.” “Apa itu ?” tanya orang itu. “Kalau kamu berjalan di tengah padang pasir, lalu kakimu tergelincir dan jatuh ke lubang sebuah sumur hingga tidak bisa keluar darinya, apa yang akan kamu perbuat ?” tanya Rabi’ah. “Kami akan berkata, ya Allah,” jawabnya. “Nah, itulah dalil…,” tegas Rabi’ah.

Demikianlah fitrah manusia.  Dia memang diciptakan Allah SWT di  atas fitrah agama Allah,  sehingga keimanan kepada Allah sesungguhnya telah bersemayam dalam hati setiap insan, siapapun orangnya dan yang lahir dari siapapun.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar Rum, 30: 30).

Page 10: Marifatullah

2.    Ad dalil al hassiy (dalil panca indera)

Panca indra manusia diciptakan sebagai alat untuk mengenal alam benda di sekitar kita. Namun apa yang ada pada diri kita itu memiliki banyak sekali keterbatasan. Mata kita misalnya. Ada hal-hal yang sebenarnya ada di dunia ini, tetapi mata tidak mampu melihatnya. Misalnya arus listrik, udara, aroma dan sebagainya. Apa yang kita lihat juga kadang tidak menunjukkan fakta yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan dalam segelas air terlihat patah padahal sebenarnya tidak. Rel kereta api bila kita   lihat   semakin   jauh   terlihat  bertemu pada  satu  ujung,  padahal  tidak  demikian   faktanya.   Lautan terjauh yang kita lihat seolah-olah bertemu dengan ujung dunia, padahal realitanya tidaklah demikian.

Keterbatasan indra inilah yang justru menjadi dalil bahwa sesungguhnya di balik dunia yang kita tangkap dengan indra masih terdapat dunia lain. Termasuk di dalamnya adalah dunia ghaib, di mana Allah SWT termasuk bagian darinya. Dengan demikian, barangsiapa mengingkari wujud Allah SWT hanya karena indra tidak menangkapnya, maka ia harus juga mengingkari banyak sekali realita yang ada di dunia ini, yang tidak bisa ditangkap oleh indra manusia. 

Benarlah apa yang Allah firmankan,

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’am, 6: 103).

3.    Ad dalil al ‘aqli (dalil akal)

Akal memiliki keistimewaan berupa kemampuan membuat kesimpulan dari data-data yang tertangkap panca   indra  kita.  Kesimpulan   inilah  yang  akan  menghadirkan  berbagai  hakikat  penting  yang  sangat dibutuhkan manusia dalam beragama. 

Seorang Arab badui suatu ketika ditanya tentang keberadaan Allah, lalu dia menunjuk seonggok kotoran onta sambil balik bertanya, ‘Tahukah Anda, kotoran apakah itu ?’ ‘Kotoran onta jawabnya,’ jawabnya.

Sang badui kemudian bertanya lagi, ‘Apakah Anda melihat ontanya ?” “Tidak”, jawabnya. Sang badui bertanya lagi, ‘Lalu, bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa kotoran itu adalah kotoran onta, tanpa Anda tahu ontanya ?” ‘Dengan melihat ciri-cirinya,” jawabnya lagi.

Sang   badui   kemudian   berkata,   “Lihatlah   ke   atas   dan   lihatlah   alam   semesta.   Jika   kotoran   onta menunjukkan adanya onta tanpa harus terlihat ontanya, apakah tidak cukup bahwa alam semesta ini menunjukkan adanya pencipta tanpa harus terlihat sang pencipta ? Dialah Allah.”

Allah SWT berfirman,

Page 11: Marifatullah

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS. Ali Imron, 3: 190-191). 

4.    Ad dalil al wahyu (dalil wahyu)

Pendekatan dalili akal hanya sampai pada kesimpulan aan adanya dzat ghaib yang berada di balik alam semesta ini.  Namun siapakah dia ? Nash (teks) wahyu Al Quran memperkenalkannya dengan sangat jelas. Ayat-ayat Al Quran telah menunjukkan kepada kita akan keberadaan Sang Maha Pencipta. Ayat-ayat yang terangkai dalam Al Quran merupakan untaian mukjizat untuk menunjukkan keberadaan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat-Nya berikut ini ;

Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia sengaja menciptakan Arsy. Dia tutup malam dengan siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Berkat Allah, tuhan semesta alam. (QS. Al Araf, 7: 54).

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan melainkan Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha, 20: 14)

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Raja yang Mahas Suci, yang Maha Sejahtera, yang mengkaruniakan keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Esa, yang memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk rupa, yang Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Hasyr: 22-24).   

5.    Ad dalil at tarikhi (dalil sejarah)

Peninggalan   situs-situs   sejarah   yang  masih   dapat   kita   saksikan   hingga   kini,   menunjukkan   adanya kepercayaan umat  manusia  akan keberadaan Tuhannya.  Ritual  haji  di  depan Ka’bah oleh musyrikin 

Page 12: Marifatullah

Arab, candi Borobudur di Indonesia, Pagoda Songkla dan lainnya menunjukkan pengakuan manusia akan adanya Sang Pencipta.

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.   (QS. Muhammad,47: 10).

F.    KHATIMAH

Ma’rifatullah merupakan jalan pembuka mengapa kita perlu beribadah kepada-Nya dan mengapa jalan-Nya yang kita ambil dalam menapaki kehidupan kita sehari-hari di alam fana ini.

Kita harus memahami dan mengenal Allah dengan benar (shahih) melalui sandaran yang benar pula. Dalam pandangan Islam, faktor iman kepada yang ghaib, yang tak dapat kita lihat dengan mata kepala, merupakan faktor yang dominan dalam upaya mengenal Allah, di samping faktor akal dan ayat-ayat Allah yang Allah turunkan melalui utusan-Nya dan juga yang terhampar di seluruh alam mayapada ini. Pengenalan Allah yang benar akan menghasilkan peningkatan iman dan taqwa (raf’ul iman wat taqwa), juga pribadi merdeka dan bebas yang membebaskan kita dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan   kepada   pencipta   makhluk.   Dengan   mengenal   Allah,   akan   tumbuh   ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik, serta di akhirat dibalas dengan surga-Nya.

Ada banyak hal yang menyebabkan manusia tak mengenal Allah dan tak mau mengakui keberadaan-Nya. Ada yang karena kesombongannya, lalai, bodoh, ragu-ragu dan lainnya. Padahal banyak sekali dalil yang menguatkan keberadaan Allah dan menyakinkan kita  untuk beriman kepada-Nya.  Tanda-tanda kekuasaan-Nya bukan saja terdapat di alam semesta ini,  bahkan dalam diri  kita pun, hal  itu tampak dengan jelas.

Akan Kami perlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup, bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu ? (QS. Fushilat, 41: 53).

Pada  akhirnya,  pemahaman  pada  ma’rifatullah,  akan  menjadi furqan (pembeda)   antara  orang-orang yang beriman dan yang mengingkarinya. Moga kita dirahmati Allah SWT bukan saja untuk lebih kenal kepada-Nya, tapi juga dapat lebih meningkat iman dan taqwa kita.

Ma’rifatullah (mengenal Allah) bukanlah mengenali dzat Allah, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas ini mengenali sesuatu yang tidak terbatas?. Segelas susu yang dibikin seseorang tidak akan pernah mengetahui seperti apakah   orang   yang   telah   membuatnya   menjadi   segelas   susu.Menurut   Ibn   Al   Qayyim   :  Ma’rifatullah   yang   dimaksudkan   oleh   ahlul  ma’rifah   (orang-orang   yang 

Page 13: Marifatullah

mengenali Allah) adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya   dan   konsekuensi   pengenalannya”.Ma’rifatullah   tidak   dimaknai   dengan   arti   harfiah   semata,   namun   ma’riaftullah   dimaknai   dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah.

CIRI-CIRI   DALAM   MA’RIFATULLAHSeseorang   dianggap   ma’rifatullah   (mengenal   Allah)   jika   ia   telah   mengenali1.   asma’   (nama)   Allah2.   sifat   Allah   dan3.   af’al   (perbuatan)   Allah,   yang   terlihat   dalam   ciptaan   dan   tersebar   dalam   kehidupan   alam   ini.

Kemudian   dengan   bekal   pengetahuan   itu,   ia   menunjukkan   :1.   sikap   shidq   (benar)   dalam   ber   -mu’amalah   (bekerja)   dengan   Allah,2.   ikhlas   dalam   niatan   dan   tujuan   hidup   yakni   hanya   karena   Allah,3.   pembersihan   diri   dari   akhlak-akhlak   tercela   dan   kotoran-kotoran   jiwa   yang   membuatnya bertentangan   dengan   kehendak   Allah   SWT4.   sabar/menerima   pemberlakuan   hukum/aturan   Allah   atas   dirinya5.   berda’wah/   mengajak   orang   lain   mengikuti   kebenaran   agamanya6. membersihkan da’wahnya itu dari pengaruh perasaan, logika dan subyektifitas siapapun. Ia hanya menyerukan   ajaran   agama   seperti   yang   pernah   diajarkan   Rasulullah   SAW.

Figur teladan dalam ma’rifatullah  ini  adalah Rasulullah SAW. Dialah orang yang paling utama dalam mengenali Allah SWT. Sabda Nabi : “Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya”. HR Al Bukahriy dan Muslim. Hadits ini Nabi ucapkan sebagai jawaban dari pernyataan tiga orang   yang   ingin   mendekatkan   diri   kepada   Allah   dengan   keinginan   dan   perasaannya   sendiri.Tingkatan berikutnya, setelah Nabi adalah ulama amilun ( ulama yang mengamalkan ilmunya). Firman Allah : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” QS. 35:28Orang yang mengenali Allah dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam bentuk  ibadah.  Kita  akan mendapatinya sebagai  orang yang rajin  shalat,  pada saat   lain  kita dapati ia senantiasa berdzikir, tilawah, pengajar, mujahid, pelayan masyarkat, dermawan, dst. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu larangan Allah   kecuali   ia   menjauhinya.Ada sebagian ulama yang mengatakan : “Duduk di sisi orang yang mengenali Allah akan mengajak kita kepada enam hal dan berpaling dari enam hal, yaitu : dari ragu menjadi yakin, dari riya menjadi ikhlash, dari ghaflah (lalai) menjadi ingat, dari cinta dunia menjadi cinta akhirat, dari sombong menjadi tawadhu’ (randah   hati),   dari   buruk   hati   menjadi   nasehat”

URGENSI   MA’RIFATULLAHa. Ma’rifatullah adalah puncak kesadaran yang akan menentukan perjalanan hidup manusia selanjutnya. Karena   ma’rifatullah   akan   menjelaskan   tujuan   hidup   manusia   yang   sesungguhnya.   Ketiadaan ma’rifatullah  membuat   banyak   orang   hidup   tanpa   tujuan   yang   jelas,   bahkan  menjalani   hidupnya sebagaimana   makhluk   hidup   lain   (binatang   ternak).   QS.47:12b.  Ma’rifatullah   adalah  asas   (landasan)  perjalanan   ruhiyyah   (spiritual)  manusia   secara   keseluruhan. Seorang   yang  mengenali  Allah   akan  merasakan   kehidupan  yang   lapang.   Ia   hidup  dalam   rentangan panjang   antara   bersyukur   dan   bersabar.Sabda Nabi : Amat mengherankan urusan seorang mukmin itu, dan tidak terdapat pada siapapun selain mukmin,   jika   ditimpa   musibah   ia   bersabar,   dan   jika   diberi   karunia   ia   bersyukur”   (HR.Muslim)

Page 14: Marifatullah

Orang yang mengenali Allah akan selalu berusaha dan bekerja untuk mendapatkan ridha Allah, tidak untuk   memuaskan   nafsu   dan   keinginan   syahwatnya.c. Dari Ma’rifatullah inilah manusia terdorong untuk mengenali para nabi dan rasul, untuk mempelajari cara terbaik mendekatkan diri kepada Allah. Karena para Nabi dan Rasul-lah orang-orang yang diakui sangat   mengenal   dan   dekat   dengan   Allah.d. Dari Ma’rifatullah ini manusia akan mengenali kehidupan di luar alam materi, seperti Malaikat, jin dan ruh.e. Dari Ma’rifatullah inilah manusia mengetahui perjalanan hidupnya, dan bahkan akhir dari kehidupan ini   menuju   kepada   kehidupan   Barzahiyyah   (alam   kubur)   dan   kehidupan   akherat.

SARANA   MA’RIFATULLAHSarana   yang   mengantarkan   seseorang   pada   ma’rifatullah   adalah   :a.   Akal   sehatAkal   sehat   yang  merenungkan   ciptaan   Allah.   Banyak   sekali   ayat-ayat   Al  Qur’an   yang  menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah : Katakanlah “ Perhatikanlah apa yang ada di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. QS 10:101, atau QS 3: 190-191Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak   akan   mampu”   HR.   Abu   Nu’aim

b.   Para   RasulPara Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma’rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya.  Mereka   inilah  yang  diakui   sebagai  orang  yang  paling  mengenali  Allah. Firman   Allah   :“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..”   QS.   57:25

c.   Asma   dan   Sifat   AllahMengenali   asma   (nama)  dan   sifat  Allah  disertai  dengan  perenungan  makna  dan  pengaruhnya  bagi kehidupan   ini  menjadi   sarana   untuk  mengenali   Allah.   Cara   inilah   yang   telah  Allah   gunakan   untuk memperkenalkan diri  kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat  ini  terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali  Allah lebih dekat lagi.  Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia   untuk   menyaksikan   dengan   seksama   pancaran   cahaya   Allah.   Firman   Allah   :“Katakanlah :  Serulah Allah atau serulah Ar Rahman.  Dengan nama yang mana saja kamu seru,  Dia mempunyai   al   asma’   al   husna   (nama-nama   yang   terbaik)   QS.   17:110Asma’ al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah   :“ Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…”   QS.   7:180 

Inilah   sarana   efektif   yang   Allah   ajarkan   kepada   umat   manusia   untuk   mengenali   Allah   SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan   tauhid,  yaitu   :   tauhid   rububiyyah,   tauhid  asma dan sifat.  Kedua   tauhid   ini   sering  disebut dengan tauhid al ma’rifah wa al itsbat ( mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid   uluhiyyah   yang   merupakan   tauhid   thalab   (perintah)   yang   harus   dilakukan.Wallahu a’lam (diambil dari kumpulan artikel motivasi)

Page 15: Marifatullah