Marasmus-kwashiokor Referat Presentasi

54
MARASMUS- KWASHIOKOR Neysa Glenda Preciosa Pembimbing : dr. Lilly Zulkarnain, SpA

description

PPT

Transcript of Marasmus-kwashiokor Referat Presentasi

MARASMUS-KWASHIOKOR

MARASMUS-KWASHIOKORNeysa Glenda PreciosaPembimbing : dr. Lilly Zulkarnain, SpA

DefinisiEtiologiPatofisiologi (Marasmus)Patofisiologi (Kwashiokor)Gejala Klinik Marasmus

Gejala Klinik Kwashiokor

Crazy Pavement Dermatosis

Flag sign

Edema

Gejala Klinis Marasmus-KwashiokorKwashiokor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus.

NomaPemeriksaan PenunjangDiagnosisJika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak di bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha, tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema.

Anamnesis AwalKejadian mata cekung yang baru saja munculLama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir)Kapan terakhir berkemihSejak kapan tangan dan kaki teraba dinginBila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segeraAnamnesis LanjutanDilakukan untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya (dilakukan setelah kedaruratan ditangani), yaitu:PenatalaksanaanMencegah dan mengatasi hipoglikemiTatalaksanaSegera beri F-75 pertama kali atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkanBila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGTLanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal dua hariBila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kgBB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50ml dengan NGTBeri antibiotikPemantauanJika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L ( 10 g/kgBB/hari)

Memberikan Makanan untuk Tumbuh KejarMemberikan Stuimulasi Tumbuh KembangUngkapan kasih sayangLingkungan yang ceriaTerapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hariAktivitas fisik segera setelah anak cukup sehatKeterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan, memandikan, bermain)

Mempersiapkan untuk Tindak Lanjut di RumahBila telah tercapai BB/TB >-2SD (setara dengan >80%) dapat dianggap anak telah sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena anak berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah.Berikan contoh kepada orangtua:Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi pemberian makanan yang seringTerapi bermain yang terstrukturSarankan untuk:Melengkapi imunisasi dasar dan atau ulanganMengikuti program pemberian vitamin A (Februari dan Agustus

Anak yang belum sembuh total mempunyai resiko tinggi untuk kambuh. Waktu untuk pemulangan harus mempertimbangkan manfaat dan faktor resiko. Faktor sosial juga harus dipertimbangkan. Anak membutuhkan perawatan lanjutan melalui rawat jalan untuk menyelesaikan fase rehabilitasi serta untuk mencegah kekambuhan.Beberapa pertimbangan agar perawatan di rumah berhasil:ANAKTelah menyelesaikan pengobatan antibiotikMempunyai nafsu makan yang baikMenunjukkan kenaikan berat badan yang baikEdema sudah hilang atau setidaknya sudah berkurangIBU atau PENGASUHMempunyai waktu untuk mengasuh anakMemperoleh pelatihan mengenai pemberian makan yang tepat (jenis, jumlah dan frekuensi)Mempunyai sumber daya untuk memberi makan anak. Jika tidak mungkin, nasihati tentang dukungan yang tersedia

Mempersiapkan untuk Tindak Lanjut di RumahTindak lanjut bagi anak yang pulang sebelum sembuhJika anak dipulangkan lebih awal, buatlah rencana untuk tindak lanjut sampai anak sembuh :Hubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi, klinik kesehatan lokal untuk melakukan supervisi dan pendampinganAnak harus ditimbang secara teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan kenaikan berat badan dalam waktu 2 minggu berturut-turut atau terjadi penurunan berat badan, anak harus dirujuk kembali ke rumah sakit.

Mempersiapkan untuk Tindak Lanjut di RumahKomplikasiKomplikasiKomplikasiPrognosisRANGKUMANKeadaan gizi dapat dipengaruhi oleh keadaan fisiologis dan juga keadaan ekonomi, sosial, politik dan budaya. Pada saat ini selain dampak dari krisis ekonomi juga faktor transportasi yang belum memadai sehingga mempengaruhi status kesehatan pada umumnya dan status gizi pada khususnya. Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari beberapa akibat yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan, absorpsi dan penyakit infeksi.

SARANAnak dalam masa pertumbuhan sebaiknya mendapat gizi yang adekuat, yaitu kecukupan karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin dan mineral dalam makanan sehari-harinyaOrangtua harus lebih memperhatikan asupan anak-anaknya apakah makanan yang diberikan sudah mencukupi nutrisi yang dibutuhkan dalam masa tumbuh kembangnyaOrangtua sebaiknya memeriksakan anak-anaknya ke pusat kesehatan terdekat seperti posyandu atau puskesmas secara rutin untuk memantau tumbuh kembang dan juga rutin untuk melakukan imunisasi untuk anaknyaSARANPemerintah bersama-sama dengan masyarakat melalui posyandu dan puskesmas turut berperan serta aktif sebagai basis terdepan dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama anak-anak

Pemerintah menggalakan kembali program keluarga berencana melaui puskesmasPemerintah harus lebih memperhatikan daerah-daerah terpencil di Indonesia yang seringkali tidak tersentuh oleh karena kendala dari transportasi. Untuk itu diperlukan peran pemerintah untuk membangun akses daerah-daerah terpencil tersebut sehingga petugas kesehatan bisa menjangkau dan lebih memperhatikan daerah tersebutDAFTAR PUSTAKAMasalah gizi pada anak. Diunduh tanggal 14 Juni 2015 dari : http://www.technology-indonesia.com/component/content/article/45-gizi/501-masalah-gizi-pada-anak-perlu-penanganan-dini .1918 Anak Menderita Gizi Buruk di NTT. Koran KOMPAS tanggal 23 Juni 2015.Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stenton BF. Nelson Textbook of Pediatrics.18th Edition. United States of America : Sunders Elsevier Inc.2007. Hal : 229-232.Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. Jakarta. 2005 : 95-137.Emedicine. Protein Energy Malnutrition. Diunduh pada tanggal 14 Juni 2015 dari : http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview#a01011 dari 8 penduduk dunia mengalami gizi buruk diunduh tanggal 22 Juni 2015 dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/01/1-dari-8-penduduk-dunia-mengalami-gizi-burukKurang energi protein. Diunduh tanggal 16 Juni 2015 dari http://www.indonesian-publichealth.com/2013/01/kurang-energi-protein-kep.htmlIndonesian Nutrition Network. Pedoman Tata Laksana KEP pada Anak di Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Diunduh tanggal 16 Juni 2015 dari : http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/pd-kep-kab-kota.shtml