Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida...

63

Transcript of Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida...

Page 1: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah
Page 2: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

ManusiaMenikah

dengan Petir Cerita Rakyat dari Bali

Ditulis oleh

I Made Subandia

Page 3: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

MANUSIA MENIKAH DENGAN PETIR

Penulis : I Made SubandiaPenyunting : Sri Kusuma WinahyuIlustrator : Maria Martha ParmanPenata Letak: Papa Yon

Diterbitkan pada tahun 2016 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinapati Barat IVRawamangunJakarta Timur

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangIsi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Page 4: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

iii

KATA PENGANTAR

Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata, tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia. Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi. Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral, budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), budaya, dan hal lain yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannya sangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan serta konflik yang dihadapi oleh manusia. Keberagaman dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam karya sastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang beradab dan bermartabat.

Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya dan seni imajinatif sebagai lahan budayanya. Atas dasar media bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi dan multiinterpretasi. Dengan menggunakan media bahasa, seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikan pesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun dianalisis dari berbagai sudut pandang. Hasil pandangan itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa yang menelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya dengan latar belakang sosial-budaya serta pengetahuan yang beraneka ragam. Adakala seorang penelaah sastra berangkat dari sudut pandang metafora, mitos, simbol,

Page 5: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

iv

kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya, dapat dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun ironi. Meskipun demikian, kata Heraclitus, “Betapa pun berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang berbeda, muncul harmoni paling indah”.

Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca karya sastra, salah satunya membaca cerita rakyat yang disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak. Hasil membaca karya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk berkreasi menemukan sesuatu yang baru. Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut, membuka pencerahan, dan menambah wawasan. Untuk itu, kepada pengolah kembali cerita ini kami ucapkan terima kasih. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai dengan terwujudnya buku ini.

Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masa lalu yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan kehidupan masa kini dan masa depan.

Jakarta, Juni 2016Salam kami,

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.

Page 6: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

v

SEKAPUR SIRIH

Penulis patut bersyukur ke hadapan Tuhan Yang Mahakuasa karena telah mendapat kesempatan untuk menggubah cerita rakyat asal Nusa Penida, Bali, berjudul Manusia Menikah dengan Petir (Manusa Ngantén ngajak Kilap). Penulisan cerita ini terkait dengan komitmen pemerintah, dalam hal ini Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis di kalangan para pelajar dengan mencanangkan Gerakan Literasi Bangsa (GLB).

Setahun lalu penulis bertandang ke Nusa Penida, sebuah pulau kecil di arah tenggara Pulau Bali, untuk mendokumentasi, mencatat, mentranskripsi, dan memetakan keberadaan sastra lisan. Kering, gersang, tandus, itulah kesan yang melekat pada setiap orang yang sempat berkunjung ke sana. Akan tetapi, khazanah sastra lisan tidak identik dengan kesan tersebut.

Pan Balang Tamak, I Lipan Gadang, I Tuung Kuning tekén Idung Lantang, Pasih Uug, Jagat Nusa, I Berit

Page 7: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

vi

Kuning, Satria Batununggul, Mén Paluk, Tungku Jalikan Tenget, I Kambing ngajak I Bojog, Manusa Ngantén ngajak Kilap, I Lutung sareng I Macan, Batu Bangkung, I Puuh sareng I Sampi, Ki Balian Dalang, Pamastu Jagat Nusa, dan Pangiling-iling Jagat Nusa Penida hanyalah beberapa contoh dari khazanah cerita prosa rakyat (dongeng, legenda, mitos) yang hidup dan berkembang di Nusa Penida.

Tak terpungkiri bahwa warisan leluhur tersebut memuat berbagai pesan seperti: moral, etika, lingkungan, keteladanan, dan heroisme, yang berpotensi untuk menumbuhkan budi pekerti, karakter, dan jati diri anak-anak bangsa.

Melalui kesempatan baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga cerita rakyat ini bisa terwujud sesuai dengan rencana.

Kesempurnaan, tentu suatu hal yang jauh dari harapan para pembaca. Untuk itu, segala kritik dan saran demi kesempurnaan cerita ini sangat saya harapkan.

Page 8: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

vii

Semoga cerita Manusia Menikah dengan Petir ini dapat menumbuhkan dan meningkatkan kecakapan berbahasa Indonesia melalui kegiatan membaca dan menulis, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Denpasar, April 2016

I Made Subandia

Page 9: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

viii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................... iii

Sekapur Sirih ......................................................... v

Daftar Isi ............................................................. viii

1. Dari Perbukitan Tandus Nusa Penida .................. 1

2. Status Anak Laki dan Perempuan ........................ 9

3. Berkaul ke Puncak Bukit Mundi .......................... 13

4. Ni Komang Ditelantarkan .................................. 19

5. Cantik, Cerdas, dan Cekatan ............................. 21

6. I Wayan Kilap Menikahi Ni Komang ................... 27

7. Langit dan Bumi: Hubungan Selaras ................... 33

8. Anugerah dan Pahala ........................................ 36

Glosarium ............................................................. 48

Biodata Penulis ...................................................... 51

Biodata Penyunting ................................................ 53

Biodata Ilustrator.................................................. 54

Page 10: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

1

1. DARI PERBUKITAN TANDUS NUSA PENIDA

Nusa Penida, demikian nama pulau kecil di arah

tenggara Pulau Bali. Ada dua nusa lagi mesti dilewati

jika penduduk Bali dataran ingin menyeberang dari

Kusamba, Klungkung menuju Nusa Penida, yaitu Nusa

Lembongan dan Nusa Ceningan. Wilayah Nusa Penida

bagian utara merupakan kawasan pesisir yang landai.

Makin ke selatan makin meninggi, bergelombang atau

berbukit-bukit dengan puncak tertinggi, yaitu puncak

Bukit Mundi.

Sepanjang kawasan pesisir pantai di Desa Toya-

pakeh, Ped, Kutampi, dan Batununggul tampak perahu

nelayan berjejer rapi. Jika hembusan angin, gelombang

laut, dan terpaan sinar matahari menunjukkan tanda-

tanda persahabatan, para nelayan pun saling bahu-

membahu mendorong perahu mereka ke laut untuk

menangkap ikan tongkol, ikan languan, ikan kerapu, dan

lain-lain dengan cara melepas sauh atau kail. Begitulah

Page 11: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

2

mereka menyambung hidup dari hari ke hari sepanjang

hayat di kandung badan.

Namun, esok adalah hari Purnama Kapat dimana

malamnya bulan akan berbentuk bulat sempurna dengan

cahaya terang benderang. Ketika itu penduduk pesisir

Nusa Penida menyelenggarakan upacara Nyepi Segara.

Para nelayan menghentikan kegiatannya selama

sehari penuh. Demikian pula perahu transportasi yang

hilir mudik di laut, baik dengan tujuan berdagang maupun

bersembahyang. Inilah sisi lain Nusa Penida. Meskipun

pulaunya kecil di seberang Pulau Bali, tetapi setiap hari

yang dipandang baik menurut agama Hindu, seperti

hari purnama dan hari tilem, Nusa Penida senantiasa

dipadati oleh warga dari Pulau Bali yang ingin beribadah

ke Pura Dalem Ped. Letak pura ini sekitar 50 meter

di selatan Laut Selat Nusa. Di pura tersebut mereka

memohon keselamatan, kesejahteraan, kerahayuan, dan

ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Akan

tetapi, saat masyarakat Nusa Penida menggelar upacara

Nyepi Segara maka semua aktivitas kelautan ditiadakan.

Page 12: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

3

“Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kita

kepada Dewa Baruna sebagai penguasa laut. Saat hari

Purnama Kapat, Hyang Widhi dalam wujudnya sebagai

penguasa laut melakukan tapa, yoga, semadi. Jika

saat itu kita ganggu, akan terjadi bencana.” Demikian

wejangan Jero Bendesa di hadapan warganya saat

upacara mulang pekelem, dua hari menjelang Nyepi

Segara.

“Nyepi Segara memiliki makna memberikan

kesempatan kepada alam, terutama ekosistem

laut, untuk tumbuh dan berkembang tanpa adanya

pencemaran akibat transportasi, terbebas pula dari

aktivitas nelayan selama satu hari penuh. Selama

itu laut dengan semua biotanya mempunyai waktu

atau kesempatan melakukan netralisasi.” Demikian

tambahan penjelasan Jero Bendesa selaku pemimpin

dan penanggung jawab upacara Nyepi Segara. Memang

dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar

terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru

dengan karakter gerakan airnya menjadikan laut dalam

Nusa Penida sebagai habitat yang cocok bagi spesiaes

Page 13: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

4

ikan-ikan raksasa tergolong langka seperti ikan mola-

mola.

Suasana alam yang berbeda tampak dari kawasan

perbukitan. Gersang dan tandus. Demikian suasana

alam perbukitan Nusa Penida. Embusan angin kering

dari Benua Kanguru kerap menerpa pulau kecil ini.

Karena itulah, awan hitam pekat sebagai tanda hujan

akan tumpah ruah dari angkasa raya cukup jarang

membasahi alunan bukit-bukit kapur dengan lapisan

tanahnya yang tipis itu.

Rahasia Hyang Maha Pencipta, sebuah kalimat

yang tak berlebihan bagi alam Nusa Penida. Dari balik

tekstur tanah yang tipis di atas bebatuan kapur, dan

curah hujan yang minim, ternyata hasil bumi Nusa

Penida memiliki kualitas yang lebih baik dari wilayah

lain. Kacang tanah atau buah mangga misalnya, terasa

lebih manis, gurih, renyah, dan empuk.

Batu bertanah, demikianlah sebutan orang-orang.

Maksudnya, bebatuan kapur berbukit-bukit dilapisi

tanah tipis, ketebalannya kira-kira setengah meter.

Pada lapisan tanah itulah tumbuhan rumput semak

Page 14: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

5

tajam, disebut rumput landep-landep, menghampar luas

di perbukitan bagaikan padang gurun yang senantiasa

riang menyapa hembusan angin laut. Di antara savana

yang menghijau jika telah mendapat siraman air hujan,

tampak pohon gamal, santan, dan perdu tumbuh

dengan bebas di sana-sini. Daun-daun gamal yang

berlimpah dijadikan makanan utama ternak-ternak

sapi yang dilepas begitu saja oleh pemiliknya. Sesekali

tampak burung tekukur terbang rendah, lalu hinggap

Page 15: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

6

di semak-semak guna menemukan makanan biji-bijian

kegemarannya.

Dikisahkan sebuah keluarga yang bertempat tinggal

di kawasan Perbukitan Nusa Penida, yaitu di Desa Waru.

Nang Wayan, demikian panggilan sehari-hari kepala

keluarga tersebut. Dari buah perkawinannya dengan

Men Wayan, ia telah dikarunia dua anak perempuan,

kini usianya mulai beranjak remaja. Anak pertama

bernama Ni Wayan, sedangkan anak kedua bernama Ni

Made. Dari nama anak pertama inilah, lalu ayah ibunya

dipanggil dengan sebutan Nang Wayan dan Men Wayan.

Keluarga Nang Wayan hidup berkecukupan, baik

pangan, sandang, maupun papan. Ketercukupan itu

tidak lepas dari ladang-ladang luas miliknya di kawasan

perbukitan. Ladang di sebelah barat ditanami jagung.

Secara tumpang sari, di sela-sela tanaman jagung yang

berbaris lurus itu, diselang-selingi tanaman kacang-

kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah, dan

kacang komak. Ladang di sebelah selatan ditanami padi

gaga dan beleleng. Hasil panen dalam rentang setahun

satu kali itu menjadi pengisi setia dua buah bangunan

Page 16: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

7

jineng yang berdiri di sisi selatan pekarangan rumah

Nang Wayan.

Status keluarga Nang Wayan sebagai keluarga

kaya di Desa Waru tecermin dari pekarangan rumahnya

yang luas lengkap pula dengan bangunan-bangunan

yang tertata sesuai pola tata ruang tradisinal Bali.

Pekarangan rumahnya di pinggir jalan menghadap

ke barat, dikelilingi panyengker setinggi 1,5 meter.

Angkul-angkul berundak lima adalah pintu gerbang

untuk masuk ke pelataran rumah Nang Wayan. Sebuah

tembok penyekat dengan panjang 2 meter, tinggi 1,5

meter, disebut aling-aling, merupakan penghalang agar

tamu tidak langsung menuju ke halaman rumah. Aling-

aling itu pula yang menghalangi pandangan setiap orang

saat baru masuk ke pekarangan. Di timur laut, terdapat

areal bangunan suci, yaitu sanggah untuk tempat

persembahyangan keluarga. Di areal pekarangan

rumah terdapat beberapa bangunan, seperti bale daja

di utara, bale dangin di timur, bale dauh di barat, dan

dapur di selatan, yang di sebelah timurnya terdapat

dua buah jineng. Tampak sangkak tempat ayam betina

Page 17: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

8

mengerami telurnya menggantung pada sisi selatan

jineng. Di belakang pekarangan rumah merupakan areal

bersemak-semak. Beberapa jenis pepohonan tumbuh

dengan bebasnya di areal ini, antara lain mangga,

kelapa, jati, dan sentul. Pada areal yang disebut teba

ini juga terdapat kandang ternak sapi dan babi.

Bale Daja

Bale Dauh

Ternak

Bale Dangin

Bale Delod

Paon/Dapur

Lumbung Padi/Jineng

Tempat Suci

Page 18: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

9

2. STATUS ANAK LAKI DAN PEREMPUAN

Kokok ayam jantan bersahut-sahutan. Ayam-ayam

itu bertengger pada dahan-dahan pohon mangga seakan

memberi kabar sang fajar segera menyingsing di ufuk

timur. Tak seberapa lama berselang, seekor ayam betina

yang tengah mengerami telurnya di sangkak, terbang

lalu hinggap di tanah halaman, mencari-cari makanan

dengan cara mangais-ngais terlebih dahulu. Setiap

matahari pagi mulai merangkak naik, Men Wayan selalu

memberi makan ayam-ayam betinanya yang tengah

mengerami telur dengan cara menebarkan butiran-

butiran jagung secara sembarang, sambil memanggil-

manggil dengan suara, “kurt, kurt, kurt…”

Diceritakan kini Men Wayan sedang hamil anak

ketiga. Nang Wayan, suaminya, mendambakan kelahiran

anak ketiganya berjenis kelamin laki-laki.

Page 19: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

10

“Kelahiran anak laki-laki sangat penting bagi

sebuah keluarga.” Demikian petuah Juru Raos saat

peminangan Men Wayan dahulu.

“Anak laki-laki berstatus sebagai purusa. Status

ini terkait erat dengan swadikara, yaitu hak waris.

Terkait pula dengan swadharma, yaitu mengurus

dan meneruskan tanggung jawab keluarga dalam

hubungannya dengan parahyangan (Tuhan dan roh

suci leluhur), pawongan (masyarakat), dan palemahan

(lingkungan). Anak perempuan dianggap tidak memiliki

kemampuan untuk memikul tanggung jawab itu sehingga

mereka tidak memperoleh hak waris.” Demikian

penjelasan si Juru Raos menjawab pertanyaan calon

mempelai pria ketika itu. Ia kini telah berubah status

dan sebutan nama menjadi Nang Wayan.

Petuah itu sontak terngiang di telinga Nang Wayan,

saat mendapat kabar kehamilan dari isterinya. Demikian

pula saat Nang Wayan bercengkrama di malam hari,

sambil mengelus-elus perut isterinya yang bertambah

hari bertambah besar.

Page 20: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

11

Saat suasana pagi hari yang cerah, pancaran sinar

matahari menerobos pada celah-celah pepohonan, Nang

Wayan duduk di beranda dapur sambil menikmati kopi

panas dan ubi rebus suguhan isterinya. Nang Wayan

berkata kepada isterinya, “Anak kita, Ni Wayan dan

Ni Made, keduanya perempuan. Kebutuhan hidup kita

serba berkecukupan, malah melebihi. Tanah tegalan kita

luas, belum lagi ternak peliharaan kita: sapi, ayam, dan

babi. Kalau kita tidak punya anak laki-laki, siapa nanti

yang mewarisi harta kekayaan ini? Siapa pula yang akan

meneruskan tanggung jawab keluarga ini kepada para

leluhur, juga tanggung jawab kepada masyarakat?”

Kekhawatiran yang selalu menghantui pikiran Nang

Wayan ini dijawab dengan kalimat bernada pasrah oleh

Men Wayan. “Itu tergantung kehendak Sang Hyang

Embang,” ujar Men Wayan sambil mengarahkan jari

telunjuk tangan kanannya ke arah atas.

“Kita hanya bisa berharap sedangkan yang

menentukan adalah Beliau-Beliau yang kita puja setiap

hari di sanggah.” Demikian Men Wayan menambahkan

jawabannya.

Page 21: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

12

“Benar isteriku, tetapi aku mendambakan anak yang

lahir kelak berjenis kelamin laki-laki, bukan perempuan.

Bagiku, memiliki keturunan laki-laki merupakan hal

utama,” jelas Nang Wayan yang ditimpali anggukan

kepala oleh Men Wayan.

“Tidak memiliki keturunan laki-laki, bagiku itu

memalukan. Kita seperti terhukum dalam pergaulan

hidup di masyarakat,” tambah Nang Wayan seakan ingin

menegaskan sikap dan pandangannya tentang betapa

pentingnya keturunan laki-laki bagi sebuah keluarga.

Page 22: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

13

3. BERKAUL KE PUNCAK BUKIT MUNDI

Untuk memenuhi harapan agar anak yang lahir

nanti laki-laki, Nang Wayan bersama isterinya pergi ke

pura di puncak Bukit Mundi guna memohon ke hadapan

Hyang Widhi dan roh-roh suci leluhur agar dikaruniai

keturunan laki-laki. Setelah Men Wayan menyiapkan

sesajen termasuk pula bekal sangu, mereka pun

berangkat menyusuri jalan setapak berkelok-kelok dan

mendaki menuju ke puncak Bukit Mundi. Walaupun

Men Wayan berjalan mendaki sambil menjunjung keben

berisi sesajen, dalam kondisi hamil pula, tetapi tak

tampak tanda-tanda kelelahan menderanya. Embusan

napas dan derap langkahnya tak sedikit pun terlihat

lemah menapaki tanah berkapur putih di sepanjang

perjalanan.

Terik matahari mulai terasa menyengat kulit,

mereka pun mencari tempat untuk istirahat. Pohon

kemuning, yang tinggi, besar, berdaun lebat menjadi

Page 23: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

14

pilihan tepat untuk istirahat sejenak sambil menikmati

bekal makanan dan minuman yang dibawa oleh Nang

Wayan.

“Ketupat, sayur komak muda dengan sambal colek,

pepes ikan kakap segar, dan beberapa teguk air putih

dari teko, sungguh nikmat rasanya. Menu seperti ini

pula yang sering disuguhkan saat makan siang di rumah,

tetapi kenikmatannya terasa berbeda,” gumam Nang

Wayan dalam hati.

“Ya, aku akan merasakan kenikmatan yang beda

pula dalam kehidupan keluargaku dengan lahirnya

anak laki-laki,” bisik Nang Wayan dalam hati sambil

mengarahkan pandangannya pada pohon Juwet yang

berbuah lebat tidak jauh dari tempatnya beristirahat.

Tampak seekor kera jantan yang tengah duduk di

salah satu dahan Juwet mengelus-elus rambut si kera

betina yang sedang menyusui anaknya.

“Rona kebahagiaan tercermin dari wajah pasangan

kera itu. Mungkinkah bayi kera yang tengah menyusu

itu jantan?” tanya Nang Wayan dalam hati.

Page 24: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

15

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh sejak

pagi hingga sore hari, tibalah Nang Wayan dan istrinya

di pura yang berdiri kokoh pada puncak bukit itu.

Pura Pucak Bukit Mundi namanya. Sebelum memasuki

pelataran pura yang suci dan asri tersebut, tepatnya

di depan candi bentar, terdapat sebuah gentong

berisi tirta penglukatan. Nang Wayan dan Men Wayan

memohon pembersihan diri dengan cara memercikkan

tirta panglukatan pada kepalanya demikian pula

terhadap sesajen yang dibawanya. Setelah itu mereka

pun masuk ke halaman utama pura tersebut.

Aroma harum asap dupa yang tertancap pada

sesajen mulai memanjakan hidung. Men Wayan duduk

bersimpuh, sedangkan Nang Wayan duduk bersila

tepat di depan sebuah palinggih di Pura Puncak

Bukit Mundi. Dalam suasana khusuk saat matahari

menjelang tenggelam, Nang Wayan mengajak isterinya

sembahyang. Dengan mencakupkan kedua telapak

tangan di atas ubun-ubun, mereka memuja kebesaran

Hyang Widhi, Tuhan Yang Mahakuasa. Puja-puji juga

mereka panjatkan ke hadapan roh-roh suci leluhur

Page 25: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

16

Page 26: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

17

yang diyakininya beristana di puncak Bukit Mundi.

Selanjutnya, dengan duduk bersila dan sikap tangan di

atas lutut menengadah ke atas, Nang Wayan memohon

seraya mengucapkan kaul, “Ya, Tuhan Yang Maha

Pemurah dan Maha Pengasih, ya… roh-roh suci leluhur.

Terimalah sujud bakti hamba-Mu ini. Atas keagungan

dan anugerah-Mu, kami pun sudah memiliki dua anak

perempuan. Kali ini kami memohon anugerah-Mu

agar anak kami yang lahir nanti laki-laki. Kabulkanlah

permohonan kami, ya Tuhan, supaya ada pewaris dan

penerus tanggung jawab keluarga kami. Wayang kulit

dan Joged Bungbung selama tiga malam berturut-turut

akan kami persembahkan saat nelubulanin nanti.”

Demikian Nang Wayan mengutarakan kaulnya. Tiba-tiba

terdengar suara dua ekor cecak dari arah berlawanan,

timur dan barat, “Cek… cek… cek… cek, cek… cek…

cek… cek.”

Dengan rasa lega diiringi senyum, Nang Wayan

menoleh ke arah isterinya seraya berkata, “Rasanya

tidak sia-sia sujud bakti kita kepada Hyang Mahakuasa

Page 27: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

18

dan para leluhur. Suara cecak, yang barusan kita dengar,

mengisyaratkan permohonan kita akan terkabul.”

“Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang dan para leluhur mengabulkan permohonan

kita. Semoga anak laki-laki yang lahir nanti dalam

keadaan sehat dan fisiknya sempurna,” sahut Men

Wayan dengan suara datar.

Page 28: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

19

4. NI KOMANG DITELANTARKAN

Rupanya Dewi Fortuna belum berpihak kepada

pasangan suami isteri ini. Saat tiba waktunya, bayi

ketiga yang lahir dari rahim Men Wayan ternyata

perempuan. Kehadiran bayi mungil berparas ayu dan

berambut lebat ini ditanggapi dengan kekecewaan

mendalam oleh ayahnya.

Dengan gerak-gerik gelisah bercampur kesal,

Nang Wayan bergumam, “Mengapa anak ketigaku

perempuan? Apa yang kurang pada diriku? Sujud,

berbakti, memohon, berkaul, semua sudah kulakukan.

Apakah ini karma yang mesti kutanggung? Tidak! ini

bukan karma. Ini tidak adil.”

Kecewa dan kesal yang mendera perasaan Nang

Wayan terwujud pada sikap dan perilakunya. Ia tidak

menghiraukan anak perempuan yang diberi nama

Ni Komang itu. Belaian kasih sayang, demikian pula

kebutuhan pokok untuk hidup Ni Komang, seperti makan,

Page 29: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

20

minum, pakaian, dan lain-lain tidak dipenuhi oleh orang

tuanya. Berbeda dengan dua kakak perempuannya yang

mendapatkan semua itu.

Nenek dari Ni Komang mengetahui hidup cucunya

ditelantarkan oleh ayah-ibunya. Sang nenek yang mulai

renta itu lalu mengajak cucunya tinggal di ladang.

Pada gubuk beratapkan ilalang, berdindingkan bedeg,

beralaskan klabang, dan berbantalkan cagak itulah Ni

Komang diasuh dan dibesarkan oleh neneknya.

Page 30: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

21

5. CANTIK, CERDAS, DAN CEKATAN

Dalam genggaman pengasuhan sang Nenek,

Ni Komang tumbuh menjadi anak gadis yang rajin.

Membantu mencangkul, menanam jagung, kacang

tanah, kacang merah, dan komak merupakan pekerjaan

sehari-harinya di ladang bersama sang Nenek. Jika

tanamannya kurang subur, ia pun mencarikan pupuk

kandang lalu melakukan pemupukan. Demikian pula jika

terdapat tanaman-tanaman semak yang mengganggu

bahkan menghambat pertumbuhan, dengan segera

dicabutinya.

Mengerjakaan pekerjaan rumah pun Ni Komang

tak kalah sigap, terutama ketika pagi dan sore hari.

Menyapu lantai dan halaman rumah, mencuci pakaian,

membersihkan peralatan dapur, memasak, termasuk

memberi makan ayam yang jumlahnya ratusan. Semua

itu dilakoni Ni Komang dengan sungguh-sungguh dan

ikhlas.

Page 31: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

22

Kacang komak kering digoreng, diisi parutan kelapa

dan bumbu secukupnya. Lauk ini disebut kacang saur.

Komak yang masih muda diolah menjadi sayur asem.

Dua jenis menu masakan Ni Komang ini selalu dinanti

oleh neneknya. Tidak hanya rasanya yang enak, tetapi

aromanya juga. Kerap kali itu membuat sang Nenek

menambah porsi makannya.

“Saat sasih Karo biasanya angin bertiup agak

kencang dan terasa dingin. Pada musim itu, komak kita di

ladang akan berbunga dan berbuah lebat. Jangan lupa,

buatkan Nenek kacang saur dan sayur komak, Mang.”

Demikian cara sang Nenek memuji masakan cucunya.

Permintaan itu dijawab dengan anggukan kepala oleh

Ni Komang sambil tersenyum simpul.

Kini usia Ni Komang telah menginjak dewasa.

Parasnya cantik; kulitnya putih mulus; serta rambutnya

ikal, lebat, dan panjang, sampai menyentuh tanah.

Karena rambut panjangnyalah, sang Nenek kewalahan,

terutama saat Ni Komang keramas. Santan yang dibuat

dari satu butir kelapa tidak cukup untuk membasahi

rambut Ni Komang yang subur dan panjang tersebut.

Page 32: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

23

Page 33: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

24

Pada musim kemarau panjang kali ini, kelapa sangat

sulit didapat. Air minum lebih sulit lagi. Hal biasa bagi

masyarakat Nusa Penida, saat musim kemarau panjang,

kebutuhan akan air minum mereka peroleh dari air

batang pisang.

Setiap sore Ni Komang bersama neneknya melubangi

pangkal batang pisang hingga menyerupai gentong.

Lalu, gentong dari pangkal batang pisang itu dialasi

daun pisang untuk menadah air yang ke luar dari batang

pisang itu. Keesokan harinya barulah air dari batang

pisang itu diambil untuk keperluan memasak, minum,

dan mencuci. Persoalan mandi menjadi aktivitas yang

jarang mereka lakukan saat musim kemarau panjang.

Kesulitan mendapatkan buah kelapa mendorong

sang nenek menemui putra semata wayangnya, yaitu

Nang Wayan.

“Nang Wayan… Nang Wayan, tolong carikan

Ni Komang kelapa,” kata Nenek sambil menggerak-

gerakkan jemarinya memanggil-manggil Nang Wayan

“Lima belas hari lagi akan kuberi kelapa satu butir,”

sahut Nang Wayan kesal.

Page 34: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

25

“Satu butir saja tidak cukup untuk keramas karena

rambut Ni Komang subur dan panjang,” jawab nenek

meyakinkan Nang Wayan.

”Upayakan agar satu butir kelapa cukup untuk

Ni Komang keramas. Kalau tidak cukup, potong saja

rambutnya. Ini sabit untuk memotong,” kata Nang

Wayan memberikan sabit dengan roman muka merah

dan bola mata agak melotot.

Ni Komang anak yang patuh kepada perintah.

Apalagi, itu perintah dari nenek yang menyayanginya.

Perintah dari orang tua yang telah menelantarkan saja

dipatuhinya. Ketika sang Nenek menyampaikan anjuran

sang ayah, secara serta merta Ni Komang menyerahkan

rambutnya untuk dipotong dengan sabit. Berkali-kali

upaya memotong rambut Ni Komang telah dilakukan

oleh neneknya, tetapi tetap saja tidak berhasil.

Suara mengaduh kesakitan akibat rambutnya

dijambak dan dipotong membuat sang Nenek

mengurungkan tindakannya. Sang Nenek mengambil

sebutir dan memarutnya. Parutan kelapa itu tidak

dijadikan santan, tetapi dikunyah sehingga bercampur

Page 35: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

26

dengan air liur. Dengan sarana keramas seperti itu

ternyata rambut Ni Komang bisa basah semua. Suatu

mukjizat dan itu membuat sang Nenek terheran-heran.

“Lebih dari sebulan Ni Komang baru keramas,

tetapi rambutnya tidak pernah berisi kutu. Beda dengan

kakak-kakaknya,” kata sang Nenek dalam hati.

Musim di Nusa Penida telah memasuki sasih

Kalima. Masyarakat menyambutnya dengan gembira

karena saat hujan lebat segera melanda berarti tiba

pula peluang yang ditunggu-tunggu, yaitu masalud.

Saat tengah malam hujan turun dengan lebat,

petir menyambar diikuti suara menggelegar. Ni Komang

bergegas keluar karena disuruh menadah air cucuran

atap oleh neneknya. Dengan cekatan Ni Komang

menadah air hujan itu menggunakan wadah panai. Jika

sudah penuh, lalu diganti dengan wadah lain, yaitu

panci, tempurung dari labu, kendi, dan lain-lain. Satu

per satu air pada wadah-wadah tersebut dituangkan ke

gentong-gentong yang berjejer di beranda dapur. Jika

gentong-gentong tersebut penuh, air hujan dituangkan

pada gesang, sejenis bak penampungan.

Page 36: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

27

6. I WAYAN KILAP MENIKAHI NI KOMANG

Setelah semua gentong dan penampungan

air penuh, tiba-tiba suara gemuruh disertai petir

menyambar, membuat sang Nenek terkejut. Seketika

pula ia memanggil cucunya. Akan tetapi, walaupun telah

memanggil beberapa kali, tak satu pun terdengar suara

sautan dari cucunya. Kekhawatiran mulai menghantui

perasaan sang Nenek.

“Apa gerangan yang terjadi pada cucuku? Mengapa

ia tidak menyahut? Ia tidak biasa seperti ini? Jika

dipanggil, pasti menyahut lalu segera menghampiri.”

Karena tidak ingin pertanyaan-pertanyaan

itu semakin menghantui perasaannya, sang Nenek

bergegas menuju ke tempat penampungan air hendak

melihat cucunya. Namun, ia tidak menemukan cucunya

di sana. Dengan bantuan penerangan berupa obor

yang menyala, sang Nenek berusaha mencari cucunya

ke sana kemari. Pencarian ke tempat-tempat seperti

Page 37: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

28

kandang babi, kandang ayam, dan kandang sapi pun

telah dilakukan, tetapi tetap tidak berhasil menemukan

Ni Komang.

Pagi itu hujan telah reda. Sang Nenek bergegas

menemui Nang Wayan, anaknya, menanyakan apakah

Ni Komang ada di sana. Dengan irama terbatata-bata

diselingi isak tangis sang Nenek menjelaskan sebab-

musabab Ni Komang menghilang.

“Tadi malam saat hujan turun dengan lebat, Ibu

menyuruh Ni Komang masalud. Semua gentong dan

bak penampungan telah penuh diisi air hujan olehnya.

Tiba-tiba petir menyambar diikuti suara gemuruh.

Ibu memanggil-manggil lalu mencari ke sana ke mari,

ternyata Ni Komang tidak ada.”

Dari roman muka, tak tergambar kesedihan tengah

melanda perasaan ayah dari Ni Komang. Ia justru

terlihat marah. Sambil menghentakkan telapak kakinya

ke tanah, Nang Wayan berkata, “Tidak ada di sini.

Mampir kemari saja tidak pernah.”

Berbeda dengan Men Wayan, ibu yang mengandung

dan melahirkan Ni Komang ke dunia fana ini diam seribu

Page 38: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

29

bahasa. Pada lekuk pipinya yang mulai keriput itu terlihat

air mata meleleh hingga menetes di dada. Demikianlah

Men Wayan. Ia kelihatan sedih dan menangis, tetapi

tak mampu berbuat apa-apa.

Sosok dan karakter Ni Komang melebihi kakak-

kakaknya. Ia berparas cantik, berkulit kuning langsat,

bertubuh semampai, berambut panjang mengurai.

Ia pun rajin, sigap, cekatan, patuh, ikhlas, dan jujur.

Semua kelebihan itu tak meluluhkan hati ayahnya.

Lahir sebagai anak yang tidak diharapkan karena

berjenis kelamin perempuan, itulah pangkal tolak dari

kekecewaan, jengkel, kesal, dan perasaan malu yang

mendera Nang Wayan. Hanya jika yang lahir anak laki-

lakilah yang bisa melenyapkan semua itu dari pikiran

dan sanubari Nang Wayan.

Tak lama berselang, terjadi peristiwa aneh tapi

nyata. Petir dengan sinarnya yang terang benderang

menyambar, tepat di halaman rumah Nang Wayan. Dalam

sekali kedipan mata, sinar itu pun lenyap. Tampaklah

sebuah bakul lengkap berisi sesajen peminangan.

Nang Wayan, Men Wayan, termasuk pula sang Nenek

Page 39: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

30

menggeleng-gelengkan kepala tanda terheran-heran.

Dalam hati mereka masing-masing muncul pertanyaan.

“Mengapa setelah petir itu lenyap tiba-tiba ada

bakul kecil? Mengapa? Ada apa ini? Siapa gerangan

yang telah datang membawa bakul ini?” Tak satu

pun di antara mereka bisa memberikan jawaban atas

pertanyaan berantai itu.

Dalam suasana bimbang tersebut, munculah

seseorang berpakaian adat lengkap dengan destar batik

Page 40: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

31

melingkari kepalanya. Setelah mengajaknya duduk di

teras bale daja kemudian bersama-sama menikmati

suguhan sirih pinang dan minuman ala kadarnya, orang

yang sudah berusia tua tersebut menyampaikan ihwal

kedatangannya, yakni sebagai utusan keluarga yang

ditugasi memberitahukan bahwa Ni Komang sudah

diambil dan dinikahi oleh I Wayan Kilap (Petir). Semua

keluarga yang mendengar pemberitahuan itu, mulai

dari sang Nenek, Nang Wayan, Men Wayan, Ni Wayan,

sampai Ni Made, mendadak sontak terkesima.

“Maafkan saya, Tuan. Setahu saya, Ni Komang,

cucu saya, tidak pernah dekat dengan laki-laki. Hampir

tidak pernah saya melihat ada laki-laki bertandang ke

pondok mencarinya. Tiba-tiba Tuan memberitahukan ia

telah menikah dengan I Wayan Kilap. Siapa I Wayan

Kilap ini? Dari mana?” tanya si Nenek dengan sopan.

“I Wayan Kilap berasal dari Desa Atas Langit.

Ia keponakan saya. Kehadiran saya di sini untuk

mempermaklumkan kepada Nang Wayan dan Nenek

bahwa Ni Komang sesungguhnya sudah bertunangan

dengan ponakan saya, I Wayan Tatit atau I Wayan Kilap.

Page 41: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

32

Itu sama saja. Akan tetapi, Nenek tidak melihatnya

karena ia berupa petir,” sahut orang tua berwajah

tampan dengan tubuh agak kurus itu.

“Di mana Desa Atas Langit itu? Di Bali, Jawa, atau

Sasak? Tolong jelaskan kepada kami,” pinta si Nenek

dengan nada suara sedikit meninggi.

”Ada di Bali, di Sasak, dan di Nusa,” jawab orang

tua itu dengan singkat.

“Jawaban Tuan membuat saya menjadi semakin

bingung. Tuan mengatakan Desa Atas langit itu ada

di Bali, di Sasak, bahkan di Nusa Penida ada juga.

Apa artinya ini?” tanya si Nenek seraya meminta agar

diberikan penjelasan yang gamblang, sejelas-jelasnya,

dan harap maklum akan dirinya sudah tua.

Page 42: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

33

7. LANGIT DAN BUMI: HUBUNGAN SELARAS

Orang tua yang mengaku sebagai bendesa di Desa

Atas Langit itu menjelaskan bahwa Desa Atas Langit

terdapat di angkasa raya. Desa Atas Langit juga ada

di Nusa Penida contohnya adalah tatit atau kilap yang

terjadi saat peristiwa hujan lebat kemarin malam. Api

kilap yang memancarkan sinar terang benderang itulah

yang menerangi warga bumi persada masalud dalam

suasana gelap gulita.

“Kami penghuni Desa Atas Langit. I Wayan Kilap

itu, keponakan saya, warga Angkasa, yang menikahi Ni

Komang, warga bumi persada ini. Kami warga Kilap di

Angkasa memiliki keterikatan hubungan dengan bumi,

termasuk semua makhluk yang hidup di dalamnya. I

Wayan Kilap dari Desa Atas Langit menikahi Ni Komang

dari bumi Nusa Penida merupakan perwujudan dari

dua aspek yang berbeda, tetapi menjalin hubungan

selaras. Hubungan yang harmonis itulah menjadi benih

Page 43: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

34

kesuburan bumi persada beserta segala isi yang ada

di dalamnya,” demikian penjelasan orang tua tersebut

secara panjang lebar yang mengakibatkan sang Nenek

terpana sambil sesekali menganggukkan kepalanya

sebagai isyarat bahwa sang Nenek semakin paham.

Penjelasan tersebut menggiring kesadaran sang

Nenek untuk mengaitkan dengan pandangan hidup

masyarakat Nusa Penida, yaitu rwa bhineda. Konon,

dulu seorang rohaniwan pengelana pernah mampir ke

Nusa Penida menjelaskan maksud konsep rwa binedha

yang mesti menjadi pegangan manusia hidup di bumi.

Rohaniwan yang telah menjadi roh suci leluhur yang

dipuja di pura-pura dan sanggah-sanggah keluarga

Hindu menjelaskan bahwa rwa bhinedha adalah dua hal

bertentangan yang selalu ada dan saling berhubungan,

tak bisa dipisahkan, seperti siang-malam, atas-bawah,

laki-perempuan, ibu-bapak, langit-bumi. Hubungan

selaras dari dua aspek berbeda ini mengakibatkan

terjadinya keseimbangan, juga bermakna kesuburan,

kenyamanan, dan kesejahteraan.

Page 44: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

35

Nang Wayan merasa lega karena Ni Komang, anak

yang tidak didambakan itu telah menikah. Bertolak

belakang dengan sang Nenek. Ia diselimuti kesedihan

teramat dalam karena Ni Komang, cucunya, selalu rajin

membantu mengerjakan semua pekerjaan di rumah

dan di ladang, lain sekali dengan kedua kakaknya yang

selalu bermalas-malasan.

Page 45: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

36

8. ANUGERAH DAN PAHALA

Tersebutlah sang Nenek sedang menyeka air matanya yang mengalir deras. Orang tua yang mengenakan destar batik itu segera menghampiri dan bertanya:

“Mengapa Nenek menangis?” “Saya sedih ditinggal cucu,” demikian sahut

nenek. Orang tua itu kembali bertanya, “Apa yang Nenek sedihkan?”

“Begini, memang benar, setiap orang yang lahir ke dunia pasti akan menikah. Mereka menginginkan keturunan agar tidak lenyap kehadiran manusia di bumi. Hal yang membuat saya sedih adalah musim hujan akan segera tiba, sedangkan saya belum sempat membersihkan kebun. Siapa yang akan diandalkan lagi, diajak membersihkan ladang? Jelas saya tidak akan mampu mengolah tanah. Kalau tanah belum diolah, berarti belum bisa menanam jagung, ketela,

Page 46: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

37

dan lain-lain. Apa yang akan dimakan? Ni Komang-lah yang saya andalkan mengerjakan semua itu termasuk memberi makan hewan-wewan peliharaan,” sahut sang Nenek menjelaskan penyebab dari kesedihannya.

“Jika demikian, baiklah. Kapan Nenek akan mengolah tanah?” kata orang tua itu.

“Kalau bisa esok hari mulai membersihkan, sesudah bersih barulah mengolah tanah,” sahut sang Nenek.

“Baiklah. Pokoknya, besok sediakan benih dan cangkul di sana. Besok akan ada pertolongan dan semua pekerjaan selesai.” Demikian kata orang tua itu.

Singkat cerita, esok harinya sang Nenek benar-benar menaruh cangkul dan benih jagung di ladang. Dalam sekejap mata, cangkul menghilang, sekejap lagi kebun itu sudah rampung. Sekejap kemudian, benihnya hilang. Ternyata, benih itu sudah tertanam.

Bagi si Nenek kejadian itu sungguh misterius karena semua pekerjaan tersebut rampung, sedangkan ia tidak melihat orang yang mengerjakan

Page 47: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

38

ladangnya. Pikiran si Nenek tertuju kepada I Wayan Kilap yang telah merampungkan semua pekerjaan tersebut. Ia berteriak bertanya entah kepada siapa karena tidak melihat ada orang di sekitar ladangnya.

“Siapa yang membantu saya? Siapa yang mengerjakan tanah saya? Mohon perlihatkan wajahmu agar saya tahu, terutama yang sekarang saya jadikan menantu, suami dari cucu saya. Apakah ia pincang? Apakah ia sudah tua?” tanya si Nenek mencoba mencari tahu.

Tiba-tiba Ni Komang bersama dengan I Wayan Kilap menampakkan dirinya. Ni Komang berdandan menggunakan kain singkrangan, berkebaya sangat bagus, dan berbalut selendang. Sungguh serasi dengan postur tubuhnya sehingga tampak makin cantik menawan. Burung elang seakan enggan terbang, terpesona menatap kecantikan Ni Komang. Adapun sang suami, I Wayan Kilap, berperawakan langsing, bersarung korma, ber-kema lengan panjang, bercincin, dan bergelang tangan.

Page 48: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

39

Rona bahagia jelas terlihat dari roman muka si Nenek karena cucunya mendapatkan pasangan yang cocok. Cantik bersanding dengan tampan. Bagaikan Rama dan Sinta dalam epos Ramayana.

Kebahagian sang Nenek makin bertambah setelah I Wayan Kilap mengubah gubuknya yang mulai reyot itu menjadi rumah bertembok batu, beratap alang-alang, kusen dan pintu berhiaskan ukiran, lengkap pula dengan dipan, kasur, serta bantal, dalam tempo sekejap. Rasa dingin saat tidur di dalam gubuk, seperti dialami sang Nenek sebelumnya, kini telah berubah menjadi hangat.

Dikisahkan warga dusun semua sedang rapat lanjutan mengenai rencana memperbaiki bangunan bale banjar yang sudah reyot. Biaya pembangunan disepakati dengan cara urunan oleh masing-masing warga, yaitu sepuluh kepeng perak. Urunan biaya tersebut akan dipungut sebulan yang akan datang.

Nang Wayan, walaupun kaya, tetapi menyatakan dirinya tidak punya uang. Oleh karena itu, ia meminta

Page 49: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

40

penanguhan pembayaran iuran. Demikian katanya kepada ketua banjar.

“Maafkan Ketua, sesuai dengan keputusan tadi, sebulan lagi dimulai membayar urunan. Bolehkah saya menunda selama dua bulan karena belum punya uang?”

Bapak ketua banjar pun mencemooh Nang Wayan, demikian pula para warga banjar yang lain. Peristiwa tersebut didengar oleh Ni Komang.

Rapat telah dinyatakan selesai, sebelum semua warga beranjak pulang ke rumah masing-masing, terlebih dahulu ketua banjar mendata kehadiran peserta rapat. Setelah menyatakan hadir, barulah mereka beranjak pulang.

Ketua banjar pulang paling akhir. Baru saja ia melangkahkan kakinya keluar dari areal bale banjar, tiba-tiba ia melihat petir berkelebat. Kaget dan takut akan terjadi sesuatu pada bale banjar pun menyelimuti perasaan sang ketua banjar. Seketika itu pula ia bergegas menghampiri. Setibanya di dalam, ternyata bale banjar sudah selesai direnovasi. Semua bagus

Page 50: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

41

dan bersih. Kelengkapan bangunan seperti tembok, atap, lantai, pintu, jendela, dan lain-lain semuanya baru. Ketua banjar lalu memukul kentungan agar warga segera berkumpul di bale banjar. Warga semua kaget menyaksikan bale banjar dalam keadaan sudah selesai direnovasi dan tampak seperti bangunan baru.

“Siapa yang membangun bale banjar ini? Sungguh ajaib dusun ini,” tanya salah seorang warga kepada warga yang lain. Tak satu pun ada yang memberikan jawaban termasuk pula ketua banjar.

Karena merasakan ketakutan bercampur bimbang dan bingung, semua warga bersepakat untuk kembali mengadakan rapat. Ketika itu salah seorang warga mengacungkan tangannya minta agar diberikan kesempatan menyampaikan pendapat, “Terima kasih, Saudara Ketua, atas waktu yang telah diberikan kepada saya. Sebelumnya, maafkan kelancangan saya menyampaikan pendapat ini. Saya tidak menerima semua ini. Saya merasa ketakutan karena kemunculan bale banjar yang bagus dan bersih ini menurut saya sungguh aneh. Hanya dalam tempo

Page 51: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

42

satu pejaman mata, bangunan bale banjar ini sudah jadi. Bagaimana ini?”

“Menurut saya, sebaiknya ditenung saja, agar kita tahu pasti ini perbuatan setan, jin, atau dedemit. Dengan demikian, nanti kita berwarga dengan mereka.” Demikian jawaban sekaligus saran salah seorang warga yang duduk di pojok belakang.

Namun, upaya memperoleh jawaban atas kegalauan hati semua warga dengan bertanya kepada beberapa ahli nujum ternyata tidak membuahkan hasil. Petir kembali berkelebat di halaman rumah Nang Wayan. Seketika itu pula muncul sosok bendesa dari Desa Atas Langit. Kehadirannya kali ini tiada lain guna menyampaikan bahwa I Komang sudah sebulan tujuh hari lamanya menikah. Rentang waktu leteh telah berlalu. Berarti pula tiba saatnya mempelai pria melaksanakan upacara pamitan ke rumah orang tua mempelai wanita dengan membawa sesajen berupa baton dan pejati.

Ketika itulah terjadi perbincangan di antara mereka tentang keanehan yang telah terjadi, yaitu

Page 52: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

43

bale banjar tiba-tiba menjadi baru, sedangkan para warga tidak merasa membangunnya. Kepala desa lalu berkata, “Tidak adakah I Wayan Kilap, menantu dari Nang Wayan memberi tahu?”

“Memberi tahu tentang apa?” tanya Nang Wayan.

“Tentang Wayan Kilap-lah yang sejatinya membangun bale banjar itu,” sahut kepala desa.

“Ah, tidak benar. Mana ada I Wayan Kilap, menantu saya, bisa membangun bale banjar dengan sekejap mata. Jika benar, kapan ia bersama keluarganya akan membawa baton ke sini?” sanggah Nang Wayan sekaligus bertanya.

“Tiga hari lagi,” jawab kepala desa.“Itu hari baik. Kalau di sini, di Nusa, tiga hari lagi

itu berarti sama dengan empat belas hari menjelang hari raya Galungan. Itu adalah hari baik untuk melakukan upacara pamitan. Nah, ketika itu bangunan bale Sanghyang di timur laut bale banjar, yang sudah rusak itu, dalam sekejap mata bisa menjadi baru.” Demikian Nang Wayan menyampaikan tantangannya

Page 53: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

44

untuk membuktikan bahwa I Wayan Kilap memiliki kemampuan menciptakan bangunan dalam sekejap.

Upacara pamitan, dikenal dengan istilah masapa, sedang berlangsung. Pihak mempelai pria menyampaikan baton berupa babi guling, aneka ragam kue, termasuk pula jajan uli, satu takaran nasi, satu paket daging, satu mangkuk sayur, dan ketupat enam biji. Baton tersebut diterima oleh keluarga mempelai wanita dilanjutkan dengan acara sembahyang dan mohon pamit ke hadapan roh-roh suci leluhur di sanggah keluarga mempelai wanita.

Baru saja upacara tersebut usai, tiba-tiba terjadi petir menyambar dengan sinarnya yang terang benderang diikuti suara gemuruh. Kepala Desa Atas Langit mempersilakan Nang Wayan, demikian pula seluruh warga untuk meninjau ke bale banjar. Ternyata benar, bale Sanghyang telah berubah menjadi baru. Sejak peristiwa itu semua warga percaya bahwa penduduk Desa Waru itu berwarga dengan Kilap.

Warga Desa Waru merasa bahagia karena bale banjar yang tadinya rusak telah diubah menjadi baru

Page 54: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

45

Page 55: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

46

dalam sekejap oleh I Wayan Kilap. Demikian juga bale sanghyang, sarana pemujaan yang terdapat pada arah timur laut bale banjar, dalam hitungan sekejap berubah menjadi baru.

Sejak saat itu warga Desa Waru percaya bahwa mereka memiliki keterikatan hubungan dengan langit (Kilap). Bumi adalah ibu sedangkan langit atau angkasa adalah bapak. Hubungan harmonis antarkeduanya mengakibatkan terwujudnya keseimbangan, kesuburan, kenyamanan, dan kesejahteraan.

Laku hidup manusia di bumi mesti menyesuaikan dengan kondisi alam lingkungannya. Diceritakan konon di Desa Waru banyak anak perempuan berwajah cantik. Akan tetapi, dipesankan oleh leluhurnya bahwa turun-temurun gadis-gadis di Desa Waru agar tidak berambut panjang. Sepintas pesan ini berbau takhayul dan merupakan mitos, tetapi sebenarnya logis.

Alam Nusa Penida, terutama di bukit-bukit kapur, tanahnya tandus, kering, dan curah hujannya sangat minim. Tentu untuk memenuhi kebutuhan

Page 56: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

47

akan ketersediaan air menjadi sulit. Aktivitas mandi setiap hari sekali saja merupakan hal yang sulit dilakukan. Apalagi bagi seorang gadis berambut panjang tentu memerlukan air yang cukup, seperti ketika keramas. Jadi, dalam pesan ini tersirat bahwa laku hidup manusia mesti menyesuaikan dengan alam lingkungannya.

Page 57: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

48

GLOSARIUM

Bale banjar = balai/bangunan untuk tempat

pertemuan warga banjar

Banjar = kelompok terkecil dalam organisasi

masyarakat di Bali, sejenis

kampung

Baton = sesajen sejenis seserahan

Bedeg = anyaman dari bambu

Beleleng = tanaman sejenis gandum sebagai

pengganti ketan

Bendesa = kepala desa

Jineng = lumbung

Juru raos = juru bicara

Cagak = sepotong balok kayu

Keben = bakul berbentuk empat persegi

lengkap dengan tutup untuk

tempat sajen

Page 58: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

49

Klabang = anyaman dari pelapah daun kelapa

Komak = sejenis kacang kara

Leteh = dalam keadaan kotor, tidak suci

Masalud = menadah cucuran air hujan dari

atap untuk ditampung pada suatu

wadah, seperti panai, kendi,

panci, dan lain-lain

Men Wayan = ibu dari Wayan

Mulang pakelem = kurban di laut/danau dengan

binatang (sapi, kerbau, dan lain-

lain)

Nang Wayan = bapak dari Wayan

Nelubulanin = upacara inisiasi tiga bulanan

Palinggih = bangunan suci untuk pemujaan

Panyengker = tembok pembatas yang

mengelilingi pekarangan rumah

Pejati = sejenis sajen

Purnama Kapat = purnama pada bulan keempat

menurut perhitungan kalender

tradisional Bali

Purusa = garis laki-laki/bapak

Page 59: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

50

Sasih Kalima = bulan kelima menurut perhitungan

kalender Bali, sekitar bulan

November

Sasih Karo = bulan kedua menurut perhitungan

kalender Bali, sekitar bulan Juli-

AgustusTirta panglukatan = air suci untuk pembersihan

diri dan sarana persembahan

(sesajen)

Page 60: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

51

BIODATA PENULIS

Nama : Drs. I Made SubandiaPos-el : [email protected] Keahlian : Sastra Jawa Kuna

Riwayat Pekerjaan 1. 2009--2010: Peneliti Muda, Balai Bahasa Bali 2. 2013--sekarang: Peneliti Madya, Balai Bahasa Bali

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan/Penataran yang Diikuti: 1. S-1: Sastra Daerah, Bidang Studi Sastra Jawa

Kuna, Faksas. Unud (1987) 2. Penataran Penelitian Kesastraan, Pusat Bahasa

Jakarta (1990) 3. Penataran Penyuluhan Bahasa Indonesia, Pusat

Bahasa Jakarta (1991)4. Penataran Metodologi Penelitian Bahasa dan

Sastra (1992)5. Penataran Sastra Tahap I, Pusat Bahasa Jakarta

(1993)

Page 61: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

52

6. Penataran Sastra Tahap II, Pusat Bahasa Jakarta (1995)

7. Penataran Sastra Tahap III, Pusat Bahasa Jakarta (1996)

8. Penataran Penyuluhan Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Jakarta (1997)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun terakhir):1. Cerita Bagawan Sakti: Sebuah Tinjauan Sosiologi

(2007)2. Cerita Nang Bangsing teken I Belog: Analisis

Tema, Amanat dan Nilai Budaya (2007)3. Panduan Penulisan Aksara Bali dan Aksara Latin

(2009)4. Khazanah Cerita Rakyat Bali (2011)

Informasi Lain Lahir di Angkah Pondok (Tabanan), 31 Desember 1958. Menikah dan dikaruniai dua orang anak. Saat ini tinggal/berdomisili di Denpasar Selatan. Terlibat dalam berbagai kegiatan dan penelitian. Sejak tahun 2008 sampai saat ini menjadi tutor di Universitas Terbuka Denpasar. Di samping itu, juga mengalihaksarakan naskah-naskah lontar Bali ke aksara Latin dan mengalihbahasakannya ke bahasa Indonesia.

Page 62: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

53

BIODATA PENYUNTING

Nama : Sri Kusuma WinahyuPos-el : [email protected] Keahlian : Kepenulisan

Riwayat Pekerjaan 1. Staf Fungsional Umum di Badan Pengembangan

dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2005—2015)

2. Kasubbid Modul dan Bahan Ajar, Bidang Pembelajaran, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015—sekarang)

Riwayat Pendidikan 1. S-1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Uni-

versitas Gadjah Mada 2. S-2 Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia

Informasi Lain Lahir di Yogyakarta pada tanggal 4 Juni 1975.

Page 63: Manusia Menikah dengan Petir - badanbahasa.kemdikbud.go.id · dari balik kawasan laut Nusa Penida menghampar terumbu karang yang asri dan memesona. Laut biru ... Pada lapisan tanah

54

BIODATA ILUSTRATOR

Nama : Maria Martha ParmanPos-el : [email protected] Keahlian: Ilustrasi

Riwayat Pendidikan1. USYD Sydney (2009)2. UniversitasTarumanagara (2000)

Judul Buku1. Ensiklopedi Rumah Adat (BIP)2. 100 Cerita Rakyat Nusantara (BIP) 3. Merry Christmas Everyone (Capricorn) 4. I Love You by GOD (Concept Kids) 5. Seri Puisi Satwa (TiraPustaka) 6. Menelisik Kata (KomunitasPutri Sion) 7. Seri Buku Pelajaran Agama Katolik SD (Grasindo)