Kadaster Laut

21
1/13 Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, FIG Congress 2014 Engaging the Challenges – Enhancing the Relevance Menjelajahi Kemungkinan Pengembangan Kadaster Laut Serbaguna di Indonesia Andri HERNANDI, Rizqi ABDULHARIS, and S. HENDRIATININGSIH, Asep Yusuf SAPTARI, Indonesia Kata kunci: kadaster kelautan serbaguna, sistem informasi geografis, Indonesia RINGKASAN Informasi kelautan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan harus dikelola dengan baik untuk mendukung tata kelola kelautan yang baik. Bagaimana untuk mendapatkan informasi kelautan yang baik? kadaster kelautan serbaguna dapat diterapkan. Upaya Makalah ini untuk memeriksa bagaimana multiguna kadaster kelautan dapat dikembangkan di Indonesia. Kebutuhan untuk memberikan informasi kadaster kelautan dalam kerangka sistem informasi geografis umum akan disorot. Sebuah sistem informasi kelautan yang terintegrasi bisa mendapatkan keuntungan secara komprehensif serta pendekatan visual untuk analisis data yang mampu menemukan lokasi terbaik untuk sumber daya laut. Dan juga, kadaster kelautan serbaguna dapat memilih dengan cepat melihat batas-batas yurisdiksi yang berlaku, daerah terlarang, hukum, lokasi habitat kritis, dan fitur penting lainnya. Hasil penelitian ini menjelaskan beberapa aspek yang mungkin untuk mengembangkan kadaster kelautan mutlipurpose di Indonesia.

description

A

Transcript of Kadaster Laut

Page 1: Kadaster Laut

1/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

Menjelajahi Kemungkinan Pengembangan Kadaster Laut Serbaguna di Indonesia

Andri HERNANDI, Rizqi ABDULHARIS, and S. HENDRIATININGSIH, Asep YusufSAPTARI, Indonesia

Kata kunci: kadaster kelautan serbaguna, sistem informasi geografis, Indonesia

RINGKASAN

Informasi kelautan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan harus dikelola dengan baik untuk mendukung tata kelola kelautan yang baik. Bagaimana untuk mendapatkan informasi kelautan yang baik? kadaster kelautan serbaguna dapat diterapkan. Upaya Makalah ini untuk memeriksa bagaimana multiguna kadaster kelautan dapat dikembangkan di Indonesia. Kebutuhan untuk memberikan informasi kadaster kelautan dalam kerangka sistem informasi geografis umum akan disorot. Sebuah sistem informasi kelautan yang terintegrasi bisa mendapatkan keuntungan secara komprehensif serta pendekatan visual untuk analisis data yang mampu menemukan lokasi terbaik untuk sumber daya laut. Dan juga, kadaster kelautan serbaguna dapat memilih dengan cepat melihat batas-batas yurisdiksi yang berlaku, daerah terlarang, hukum, lokasi habitat kritis, dan fitur penting lainnya. Hasil penelitian ini menjelaskan beberapa aspek yang mungkin untuk mengembangkan kadaster kelautan mutlipurpose di Indonesia.

Page 2: Kadaster Laut

2/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre inIndonesia

Andri HERNANDI, Rizqi ABDULHARIS, S. HENDRIATININGSIH and Asep YusufSAPTARI, Indonesia

1. PERKENALAN

Sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar17.500 pulau, Indonesia memiliki berbagai daerah pesisir sekitar 81.000 km garis pantai yang panjang dan wilayah laut yang luas adalah 5,8 juta km persegi atau ¾ dari total luas Indonesia. Dari cakupan laut 5,8 juta km persegi, 0,3 juta km persegi wilayah laut Indonesia, 2,8 juta km persegi dikategorikan sebagai perairan kepulauan dan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km persegi. Oleh karena itu, potensi ekonomi sektor kelautan dan perikanan merupakan penggerak utama yang bisa digunakan untuk mengatasi krisis ekonomi terhadap maju dan sejahtera dari Indonesia. Sayangnya, potensi besar sumber daya laut Indonesia belum dikelola secara optimal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sektor kelautan hanya menyumbangkan 12% dari Indonesia Pendapatan Domestik Bruto 1998. Seiring dengan upaya Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya laut, konflik kepentingan telah timbul.

Hal ini dapat dimengerti karena laut bisa dilihat sebagai kebutuhan dasar manusia, khususnya masyarakat pesisir dalam melakukan berbagai kegiatan untuk kepentingan tempat misalnya perikanan, perdagangan dan sebagainya. Peningkatan aktivitas manusia dan pembangunan kelautan di Indonesia sering konflik kepentingan atas kendali penguasaan laut, maka diperlukan manajemen yang baik laut dalam penerapannya. Manajemen kelautan dapat dilakukan baik jika didukung oleh ketersediaan informasi kelautan yang baik.

Informasi kelautan rinci diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan hal-hal penting untuk administrasi publik serta perencanaan pembangunan. Mengingat pentingnya informasi kelautan, data perlu dikelola kadaster kelautan dalam sistem yang mampu mendukung layanan informasi laut untuk berbagai keperluan. Dalam perkembangannya, sistem kadaster direkomendasikan untuk diterapkan di suatu negara tidak hanya terbatas pada kadaster fiskal atau kadaster hukum, tetapi juga diarahkan untuk varian yang lebih luas ke dalam kadaster multiguna yang mampu melayani kebutuhan informasi kelautan untuk manfaat berbagai lembaga atau individu. .

Informasi kelautan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan harus dikelola dengan baik untuk mendukung tata kelola kelautan yang baik. Bagaimana untuk mendapatkan informasi kelautan yang baik? Sebuah kadaster kelautan serbaguna dapat diterapkan. Upaya Makalah ini untuk memeriksa bagaimana multiguna kadaster kelautan dapat dikembangkan di Indonesia. Kebutuhan untuk memberikan informasi kadaster

Page 3: Kadaster Laut

3/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

kelautan dalam kerangka sistem informasi geografis umum akan disorot. Sebuah sistem informasi kelautan yang terintegrasi bisa mendapatkan keuntungan secara komprehensif serta pendekatan visual untuk analisis data yang mampu menemukan lokasi terbaik untuk sumber daya laut. Dan juga, kadaster kelautan serbaguna dapat memilih dengan cepat melihat batas-batas yurisdiksi yang berlaku, daerah terlarang, hukum, lokasi habitat kritis, dan fitur penting lainnya. Hasil penelitian ini menjelaskan beberapa aspek yang mungkin untuk mengembangkan kadaster kelautan mutlipurpose di Indonesia. Di sisi lain, makalah ini menjelaskan beberapa aspek kadaster kelautan multiguna seperti aspek hukum, teknis, dan kelembagaan. Mengingat fakta di atas, penulis berpendapat bahwa beberapa aspek kadaster kelautan serbaguna adalah langkah penting pada dasar dasar yang kuat untuk pengembangan serbaguna konsep kadaster kelautan di Indonesia.

2. KEBUTUHAN MULTIGUNA KADASTER

Kadaster kelautan serbaguna menyediakan sistem manajemen data yang mudah untuk menentukan, analisis, dan mudah diakses oleh berbagai kepentingan. Dengan tumpang tindih berbagai kepentingan di suatu daerah, dapat memudahkan analisis yang diperlukan untuk pengembangan daerah. Sebagai contoh, untuk keperluan pembuatan data kondisi bangunan membutuhkan perairan lepas pantai, sedimen dasar laut, alur pelayaran, pipa kabel / jalur bawah laut, dan sebagainya. Dengan manajemen terpusat data kelautan akan memudahkan proses akuisisi data. Analisis ini menghasilkan kualitas yang lebih baik dan menghindari kesalahan sehingga pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar teknis dan hukum yang berlaku.

Manajemen sumber daya akan difasilitasi dengan mendapatkan data yang bersumber dari instansi terkait yang dapat dipercaya. Indonesia kaya akan sumber daya laut karena sebagian besar wilayah perairan. Kurang dimanfaatkan kekayaan untuk kepentingan masyarakat. Dengan publikasi dan sumber daya manajemen data yang baik diharapkan untuk meningkatkan perekonomian, terutama orang-orang yang bergantung pada makanan laut.

Dengan konsep kadaster laut serbaguna layanan manajemen data terpusat menyederhanakan data dengan birokrasi pemerintahan sehingga pekerjaan dan data yang dihasilkan dari karya departemen atau lembaga pemerintah dapat juga digunakan oleh banyak orang terutama mereka yang memiliki minat di bidang kelautan. Instansi pemerintah dan organisasi swasta yang memiliki kepentingan di bidang kelautan dapat backup data yang telah diukur atau dihasilkan. Oleh karena itu, selain data yang berguna bagi banyak orang, data dapat disimpan sehingga bisa digunakan kembali untuk tujuan yang berbeda.

Kadaster kelautan serbaguna adalah alat untuk membantu para pemangku kepentingan dalam membuat kebijakan penting di bidang kelautan. Kadaster kelautan termasuk dalam sistem pendukung keputusan yang memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan sistem komputer untuk membantu belajar untuk mengidentifikasi masalah, mengambil kebijakan, membantu memahami lingkungan sosial setelah pelaksanaan keputusan. Kadaster kelautan Serbaguna dengan sistem pengambilan keputusan juga mampu mengevaluasi berbagai

Page 4: Kadaster Laut

4/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

pilihan sehingga keputusan dapat dibuat dengan dua cara optimasi dan simulasi. Optimasi dengan menetapkan nilai target dan kemudian menemukan solusi yang paling dekat, membuat keputusan-sedangkan simulasi dengan mencoba menerapkan beberapa pilihan solusi. Keputusan untuk memberikan hasil terbaik jika data yang dibutuhkan sesuai dengan data informasi kelengkapan oseanografi standar termasuk semua benda baik informasi spasial spasial dan non .Data yang digunakan dalam pembangunan kadaster kelautan serbaguna disimpan dalam entitas database yang terkait dengan aspek spasial. Data non-spasial adalah penjelasan dari atribut fenomena dan elemen yang terdapat di wilayah laut. Selain mengikat hubungan data spasial dan non-spasial, kadaster kelautan serbaguna dapat berfungsi sebagai alat integrasi data tumpang tindih antara kepentingan di wilayah laut. Dalam proses integrasi data dan penggunaan data yang digunakan melalui ODBC (Open Data Base Connectivity). ODBC adalah metode standar berbagi data antara database dengan program aplikasi yang memerlukan berbagai layanan data yang diimplementasikan dalam bentuk tabel database (Fineza, 2009)

3. ASPEK MULTIGUNA MARINE KADASTER

Hal ini disebutkan sebelumnya bahwa beberapa aspek kadaster kelautan serbaguna adalah langkah penting pada dasar dasar yang kuat untuk pengembangan serbaguna konsep kadaster kelautan di Indonesia. Sehingga, bisa diidentifikasi dari beberapa aspek ini harus diidentifikasi secara jelas untuk menentukan karakteristik informasi kelautan untuk mendukung pengembangan kadaster kelautan serbaguna.

3.1 Aspek Hukum

Di Indonesia, peraturan tentang kadaster multiguna laut tidak ada spesifik. Namun, ini bisa didekati dengan peraturan yang berkaitan dengan beberapa undang-undang tentang pengaturan di laut. Terutama mengenai hak, pembatasan dan tanggung jawab pada kadaster kelautan wilayah objek, aspek hukum dapat didekati oleh beberapa peraturan adalah:1. yurisdiksi nasional dalam bentuk perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial,

zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas kontinen. Menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 telah memberikan mekanisme hukum dimana bangsa dapat memperpanjang klaim sejauh arah laut sebagai batas landas kontinen. Seperti eksplisit berkaitan dengan hak-hak, pembatasan dan tanggung jawab untuk fisik lepas pantai, UNCLOS telah menciptakan sebuah mosaik kompleks multidimensi potensi kepentingan pribadi dan umum. Ketika zona pesisir program manajemen, dan yurisdiksi dan administrasi masalah internal ditambahkan pada, pemahaman yang jelas tentang sifat dan tingkat kepentingan lepas pantai sangat penting untuk tujuan pengambilan keputusan (Ng'ang'a, Nichols, Shuterland, & Cockburn, 2001) . Indonesia telah meratifikasi UNCLOS oleh UU No. 17, 1985. Akibatnya, Indonesia hanya tunduk pada UNCLOS.Di sisi lain, pada tahun 1996, Indonesia membuat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia berdasarkan berbagai pertimbangan seperti:

Page 5: Kadaster Laut

5/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

• Dengan berbagai tumbuh minat dan aktivitas di perairan Indonesia, kepentingan nasional dan internasional di perairan Indonesia perlu ditata, aman dan dikembangkan secara terarah dan bijaksana sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.

• Selain pertahanan dan kepentingan keamanan, kesatuan-kesatuan, dan ekonomi, serta perlindungan lingkungan terhadap bahaya polusi dan pelestarian serta kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan perairan Indonesia, merasa semakin mendesak.

• Dalam undang-undang ini menekankan perlunya pengelolaan lingkungan laut untuk kepentingan nasional. Untuk pengelolaan wilayah laut mencakup banyak kepentingan, jadi kita perlu konsep kadaster laut serbaguna untuk mendukung pengelolaan lingkungan dengan tujuan pembangunan nasional.

1. Kemudian pada tahun 2007 telah disahkan undang-undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Undang-undang ini mengatur pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam konteks kadaster kelautan serbaguna, ada kendala manajemen yang berbeda yang bisa dilakukan oleh provinsi atau kabupaten. Ini menjadi patokan dalam pembuatan peta daerah dan pemberian hak pengelolaan atas laut.

2. yurisdiksi lokal dalam bentuk wilayah laut provinsi dan wilayah laut untuk daerah atau kota. berdasarkan UU no. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa daerah ini diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya laut di wilayah ini termasuk:a. Eksplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumber daya kelautan;b. Pengaturan administrasi;c. Penataan ruang;d. Penegakan peraturan yang dikeluarkan oleh kabupaten atau kewenangan yang

didelegasikan oleh pemerintah;e. Berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan;f. Berpartisipasi dalam pertahanan kedaulatan negara.

1. Kewenangan pemerintah provinsi untuk mengelola sumber daya laut paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut menuju perairan provinsi dan sepertiga (1/3) dari yurisdiksi pemerintah provinsi diberikan kepada kabupaten / kota.Di sisi lain, menurut Peraturan Pemerintah no. 25 Tahun 2000 yang berkaitan dengan kewenangan Pemerintah Pusat memiliki kewajiban untuk:a. Menetapkan kebijakan dan pengaturan eksplorasi, konversi, manajemen, dan

pemanfaatan sumber daya alam di perairan wilayah laut di luar perairandari 12 mil laut, termasuk perairan kepulauan dan dasar laut dan ZEE dan landas kontinen;

b. Penetapan kebijakan dan manajemen regulasi dan pemanfaatan benda berharga dari kapal tenggelam di perairan di luar 12 mil laut;

c. Penetapan kebijakan dan pengaturan yang mencakup batas maritim di daerah otonom laut batas dan batas-batas internasionalhukum maritim;

d. Penetapan standar pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil;e. penegakan hukum di wilayah laut di luar perairan 12 mil laut dan di perairan 12 mil

laut dan istilah tertentu yang berkaitan dengan berkaitan dengan kepentingan internasional;

2. Sementara pemerintah provinsi memiliki tugas untuk:a. Penataan dan pengelolaan wilayah laut di provinsi ini;

Page 6: Kadaster Laut

6/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

b. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya kelautan diwilayah laut kewenangan provinsi hanya

c. Pelayan mengizinkan budidaya dan penangkapan ikan di perairan laut di wilayah laut kewenangan provinsi;

d. Pengawasan sumber daya ikan di wilayah laut yurisdiksi provinsi.3. Daerah berdasarkan kepemilikan dan pemanfaatan hak diklasifikasikan menjadi 10 jenis,

yaitu:a. Sumber daya minyak, gas, dan mineral mengacu pada Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1967 tentang ketentuan dasar Pertambangan dan UU No. 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

b. Perikanan mengacu pada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;c. Keanekaragaman hayati mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang

Keanekaragaman Hayati;d. Pengiriman mengacu pada UU no. 1 Tahun 2008 tentang Pengesahan ILO

Konvensi no. 185 Mengenai Merevisi Dokumen Pelaut Identitas Konvensi 1985;e. Konservasi mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Alam Sumber daya dan Ekosistem;f. Harta bawah laut, pengaturan adalah pengajuan Rancangan Undangan menjadi UU;g. Budaya asli, pengaturan adalah pengajuan Rancangan Undangan ke

hukum;h. Kabel dan pipa bawah laut mengacu pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996

tentang Indonesia Waters;i. wilayah pesisir mengacu pada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Pesisir Daerah dan Pulau-Pulau Kecil;j. Wisata bahari mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan.

3.1 Aspek Teknis

Aquistion data dalam bidang wilayah laut dan pesisir, terutama di laut yang bertujuan untuk menyajikan informasi dan data yang berkaitan dengan laut dan pesisir. Penyediaan data dan informasi ini disusun peta untuk memenuhi berbagai kebutuhan terkait dengan bidang kelautan dan pesisir dan data tekstual dalam bentuk buku / atlas dan atribut data dalam GIS. Peta-peta dipersiapkan untuk kebutuhan navigasi laut dan keperluan teknis lainnya sementara peta wilayah pesisir dan laut terstruktur untuk kebutuhan pengelolaan pesisir dan kelautan termasuk perencanaan tata ruang pesisir dan kelautan. Produk peta dasar yang dihasilkan oleh instansi / lembaga terkait peta wilayah laut dan pesisir.

Jenis peta yang digunakan dalam kadaster kelautan tujuan serbaguna dirancang khusus peta laut untuk navigasi dan keselamatan pelayaran. Dalam peta laut diperlihatkan poin dasar, garis pantai, baseline, batas-batas wilayah perairan, morfologi pantai dan konfigurasi, termasuk kedalaman laut, dan membatasi hak kepemilikan untuk tujuan kadaster.

Dalam 1982 UNCLOS, garis batas presentasi pada peta perairan laut yang dibawa oleh skala

Page 7: Kadaster Laut

No. Base Map Description Source

1

Peta Lingkungan Pesisir Indonesia

Peta ini digunakan untuk perencanaan pengelolaan sumber daya kelautan dan pembangunan pesisir di Indonesia. Peta ini diproduksi oleh skala 1: 50.000 dan 1: 250.000 skala dan berfungsi sebagai sumber daya darat dan laut, terutama daerah pesisir diwakili pada peta lembar dengan skala dan sistem proyeksi yang sama.

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

7/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

yang tepat, dengan catatan bahwa pemilihan skala harus mencakup bidang terkait dan dapat memastikan akurasi terbaik, seperti:a) skala 1: 1000 atau lebih besar, untuk daerah perumahan dan daerah penting seperti pipa

dankabel bawah laut.

b) skala 1: 2500, untuk kawasan konservasi, kawasan tambak, serta kelautan budidaya c) skala 1: 10000, ke perairan dan wilayah sumber daya pertambangan minyak, gas, dan mineral

Proyeksi peta harus dipilih sesuai dengan tujuan penting dari kadaster kelautan serbaguna dengan meminimalkan distorsi pada daerah-daerah tertentu karena proyeksi. Untuk keperluan kadaster kelautan serbaguna di Indonesia menggunakan transversal mercator (TM) sistem proyeksi.Sementara itu, datum yang digunakan sebagai alat referensi posisi titik di permukaan bumi untuk kepentingan MMC dibagi menjadi:a) Horizontal Datum dapat menggunakan datum SRGI 2012 terbaru datum resmi yang

digunakan dalam pemetaan di Indonesia, yang telah didirikan oleh Badan Informasi Geospasial (Badan Informasi geospasial / BIG). Datum horisontal Indonesia saat ini terdaftar untuk peta laut DGN - 95 diadopsi dari WGS - 84 oleh Galos (Aspek Geodetik Hukum Laut) adalah WGS - 84 datum geodetik yang menggunakan metode penentuan posisi satelit.

b) Vertical Datum sebagai ketinggian vertikal referensi posisi dan kedalaman. vertical Datum umumnya mengacu pada daerah air rendah (grafik datum) dapat didefinisikan dari pengukuran pasang surut dan dibagi menjadi beberapa jenis MLLW (Mean Bawah Low Water), LLWLT (Lower Low Water Tide besar), LLWST (Terendah Low Water Spring Tide), dan LAT (Terendah Tide Astronomi). Perbedaan besar dalam jenis grafik datum karena air rendah yang terus berubah karena kombinasi dari posisi bumi, bulan, dan matahari. Datum vertikal menggunakan Terendah Astronomical Tide baik (LAT) telah direkomendasikan oleh IHO. Namun menurut UNCLOS tahun 1982, jika tidak memiliki datum LAT dapat menggunakan Sea Level Rata-rata (MSL) atau Bagan Datum (CD) dengan pengamatan 30 hari.Metode yang digunakan untuk pengukuran mekanik kedalaman data (dradloading) menggunakan gelombang (Echo Sounder), yang dapat diterapkan dalam bidang kelautan posisi horisontal yang digunakan dalam kadaster kelautan serbaguna umumnya dibagi menjadi: a) Teknik: penggunaan stretch line. b) Optical: menggunakan optical teodolit c) Elektronik: menggunakan Electronic Total Station, GPS, dan banyak lagi.

Beberapa peta dasar yang dapat digunakan dalam MMC diuraikan pada Tabel 3.1.Tabel 3.1 Beberapa peta dasar yang dapat digunakan dalam MMC

Page 8: Kadaster Laut

8/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

No. Base Map Description Source

2Marine &

Navigation Maps

Peta laut (peta navigasi) disajikan dalam proyeksi Mercator, Spherical Bessel 1841, WGS (World Geodetic System) 72, WGS 84, dengan skala 1: 7500-1: 1.000.000. Informasi yang disajikan dalam bentuk tanda-tanda (benda) di tanah, tanda-tanda bahaya, pelampung, lampu suar dan kedalaman karakteristik sesuai dengan standar internasional. Peta ini ditujukan untuk keamanan bagi kapal untuk menavigasi.

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

3

Gebco Maps (General Bathymetric Chart of The Ocean)

GEBCO peta disajikan dalam proyeksi Mercator, bola Bessel 1841, Skala 1: 1.000.000 klasifikasi biasa. Data yang disajikan dalam bentuk data kedalaman laut

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

4

Exclusive Economic Zone Maps and Outline Map Lists

Peta ZEE dengan skala 1: 1.000.000 dan peta dasar dengan skala 1: 200.000 disajikan dalam proyeksi mercator, bola Bessel 1841 (ZEE Map) dan bulat WGS84 (Daftar Outline Map), dengan klasifikasi biasa. Berisi datadata peta laut, posisi titik dasar, laut teritorial, dan batas zona ekonomi eksklusif. Kegunaan pedoman penegakan hukum di laut dan untuk menavigasi

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

5 Technical Maps

Peta teknis yang disajikan dalam proyeksi mercator, spheroida Bessel 1841, WGS 84, skala 1: 2.000 sampai 1: 25.000 dengan klasifikasi biasa. Data disajikan tergantung pada fungsi teknis dari peta tersebut. Peta teknis dapat menjadi peta untuk tujuan rekayasa (engineering), peta pelabuhan khusus, peta kabel laut dan sejenisnya.

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

6Marine Tourism

Maps

Peta Wisata Bahari disajikan hearts proyeksi Mercator, spheroida Bessel 1841, berskala 1: 10.000 Sampai dengan 1: 25.000 DENGAN Klasifikasi biasa. Data Yang selain disajikan data Data UNTUK kepentingan bernavigasi, JUGA Informasi kepariwisataan seperti Suhu, curah hujan, Arah Dan KECEPATAN angin, Arah Dan KECEPATAN Arus, Tempat Menyelam Dan lain-lain. Berguna UNTUK bernavigasi Bagi Kapal-Kapal Kecil dan Pariwisata bahari.

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

7

Map of Indonesian archipelagic sea lanes (Alur Laut Kepulauan Indonesia/ALKI)

Peta ALKI dapat dibuat dari hasil survei dan pemetaan hidro-oseanografi. Peta ini berisi informasi tentang alur laut kepulauan Indonesia yang berguna untuk navigasi kapal asing.

Hydro- Oceanographic Office – Indonesian Navy

8 Cadastre Map

Peta-peta kadastral disajikan dalam proyeksi Mercatortranverse 3 derajat, skala 1: 1.000, 1: 2.500 dan 1: 10.000. Data yang disajikan mencakup informasi tentang kedua informasi kepemilikan atas tanah dan di daerah pesisir. Misalnya, untuk Hak Space.

Land National

Agency (BPN)

Produk akhir adalah peta 3D kadaster laut serbaguna yang menutupi permukaan laut, kolom air, dasar laut, dan ruang udara di atas wilayah perairan. Serbaguna peta kadaster kelautan menggabungkan pendaftaran, peta yuridis, kedalaman, dan peta tematik lain yang

Page 9: Kadaster Laut

9/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

dipandang perlu sebagai bagian dari administrasi, penyimpanan, dan kontrol terpusat dari hak yang diberikan dalam geospasial kelautan.

Kendala yang dihadapi adalah ketika pengolahan 3D data, pengembangan sistem informasi, perbedaan format data, dan ketersediaan data lapangan. Dalam proses integrasi data dan penggunaan data yang digunakan melalui ODBC (Open Data Base Connectivity). ODBC adalah metode standar berbagi data antara database dengan program aplikasi yang memerlukan berbagai layanan data yang diimplementasikan dalam bentuk tabel database.

3.3 Lembaga Aspek

Menurut peraturan diidentifikasi pada pemanfaatan ruang laut, ada tiga kelompok pemangku kepentingan, yang umum, lembaga swasta dan masyarakat. Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki otoritas luas di pemanfaatan ruang laut. Selain Kementerian Kelautan dan Perikanan, ada lembaga-lembaga publik lain yang terlibat dalam pemanfaatan ruang laut, seperti BAPPENAS, BIG, LAPAN, JANHIDROS TNI AL pada perencanaan tata ruang laut; BKPM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, Angkatan Laut Indonesia dan Kementerian Keuangan tentang Perikanan; lebih tinggi lembaga pembelajaran dan BPPT pada pengelolaan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir; Departemen Dalam Negeri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kehutanan dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada eksploitasi sumber daya alam abiotik; Kementerian Negara Lingkungan Hidup, BAPEDAL dan Kementerian Kehutanan tentang konservasi sumber daya kelautan dan perikanan; Tentara dan Polisi pertahanan nasional dan ketertiban; dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Perhubungan pada pariwisata. Namun, kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagian besar tumpang tindih dengan tugas lembaga publik lainnya, kecuali pada perikanan, sementara, di sisi lain, yang disebutkan di atas lembaga-lembaga publik selain Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan tugas mereka sebelum dasar Kementerian Kelautan dan Perikanan, tidak hanya pemanfaatan ruang laut, tetapi juga pada pemanfaatan ruang pada umumnya.

Pemangku kepentingan dari kelompok lembaga publik bisa lebih dibagi menjadi orang-orang yang bertanggung jawab atas konstitusi kebijakan, implementasi kebijakan dan penelitian tentang pemanfaatan ruang laut. Secara umum, semua pemangku kepentingan di atas bertanggung jawab konstitusi kebijakan tentang masalah ini. Namun, hanya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Provinsi dan Pemerintah Kota, Angkatan Darat Indonesia dan Kepolisian, Departemen Kehutanan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, BAPEDAL, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan BKPM bertanggung jawab atas implementasi kebijakan. Selain itu, ada beberapa pemangku kepentingan pemanfaatan ruang laut yang mampu melakukan penelitian pada, seperti lembaga pendidikan tinggi dan BPPT.

Secara umum, Masa Jabatan di Indonesia diberikan oleh BPN. BPN memiliki sejarah panjang dalam memberikan Masa Jabatan di Indonesia. BPN awalnya didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada

Page 10: Kadaster Laut

10/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

1823 dengan Kadastral Badan (Kadastrale Dienst) sebagai nama pada tahun awal. Di Antara1942 dan 1955, namanya diubah menjadi Biro Pendaftaran Tanah. Sejak tahun 1955, BiroPendaftaran Tanah menjadi sebuah badan independen dan dinamakan sebagai Menteri Agraria.

Namun, karena awal berdirinya, tugas BPN hanya telah berhubungan dengan tanah. Meskipun itu adalah satu-satunya lembaga publik yang memenuhi syarat untuk memberikan Masa Jabatan, peran BPN dan kesiapan pada memberikan Masa Jabatan ruang laut masih dipertanyakan.

Selain itu, mengingat berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia no. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang Republik Indonesia no. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintah Kota memiliki kewenangan penuh untuk memberikan izin pengelolaan dan eksploitasi sumber daya alam. Ini termasuk izin pemberian pengelolaan dan eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan. Namun, karena tanah telah dikelola secara terpusat di Indonesia, Provinsi dan Pemerintah Kota bisa tidak mengeluarkan Masa Jabatan. Penerbitan Masa Jabatan dikelola oleh perwakilan dari BPN di tingkat provinsi dan kota.

Accroding untuk (Abdulharis, Djunarsjah, & Hernandi, 2008) telah menyimpulkan bahwa penulis berpendapat bahwa re-organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang perlu dilakukan. Hal ini disebabkan tumpang tindih yurisdiksi pelayanan ini dengan lembaga-lembaga publik lainnya, khususnya pada isu-isu kelautan. Pemangku kepentingan lain dari manajemen sumber daya kelautan sebagian besar telah melakukan tugas mereka pada pengelolaan sumber daya alam secara umum. Meskipun perlu dibentuk organisasi khusus berfokus pada pengelolaan sumber daya kelautan, mengingat ruang lingkup yang luas, bagaimanapun, dengan relegating otoritas kelautan untuk kementerian dan lembaga yang telah melakukan tugas yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya laut tertentu, khususnya pada kadaster kelautan . Dalam hal semacam ini pengaturan diterapkan, penulis menyarankan bahwa harus ada pemisahan atas tanah manajemen dan sumber daya kelautan di kementerian dan badan yang bersangkutan. Di sisi lain, penulis menyarankan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan berfokus pada isu-isu perikanan, sementara, pada saat yang sama, bertindak sebagai koordinator isu-isu kadaster kelautan.

Khusus pada penerbitan Masa Jabatan pada kadaster kelautan, penulis menyarankan BPN untuk memegang kontrol penuh pada memberikan Masa Jabatan dan izin yang terkait dengan kadaster kelautan. Mengingat cakupan luas penyebarannya, BPN mampu melakukan tugas ini. Mengingat kewenangan penuh Pemerintah Provinsi dan Kota karena Undang-Undang Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintah Kota bisa berkonsultasi pengaturan lebih lanjut dalam kaitannya dengan mengizinkan pemberian pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan ke BPN. Namun, mengingat kewenangannya terbatas pada penerbitan Masa Jabatan dan izin, di mana secara formal terbatas pada sumber daya lahan saja, penulis menyarankan bahwa BPN harus re-organisasi dan membawa kembali ke struktur awal sebagai Kadastral Badan.

4. DISKUSI DAN Kesimpulan

Page 11: Kadaster Laut

11/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

Berdasarkan pembahasan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membangun MMC, bisa disimpulkan sebagai berikut:• Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki informasi spasial kelautan yang memadai;• Beberapa produk hukum sudah mendukung untuk pengembangan MMC;• Informasi tentang kelautan hampir tersedia di beberapa institusi sebagai dasar untuk pengembangan informasi MMC;

Page 12: Kadaster Laut

12/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

• Beberapa lembaga sudah memenuhi syarat dalam pengembangan MMC

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran untuk menerapkan MMC yang diperlukan dasar hukum yang terpisah dalam bentuk undang-undang yang menetapkan mungkin diperlukan sebagai berikut:• Sebuah ketentuan teknis baik pengukuran dan pemetaan metode, kegiatan lingkup, prosedur, ketentuan administrasi, dan lain-lain.• The imitasi kewenangan dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan kelautan kadaster.• Uraian tentang proses memperoleh hak atas paket.• Penjelasan persyaratan hukum untuk definisi spasial kelautan.

PENGAKUAN

Kami ingin berterima kasih kepada Institut Teknologi Bandung untuk mendanai penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Ilmu Bumi dan Teknologi Institut Teknologi Bandung untuk menyediakan izin keluar untuk menghadiri Kongres Gambar 2014, Kuala Lumpur, Malaysia, 16-21Juni 2014. Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fineza Ilova, Mr. DenyZaenudin dan Mr Catur Purwanto atas kontribusi berharga mereka pada komposisi makalah ini.

.REFERENCES

Abdulharis, R., Djunarsjah, E., & Hernandi, A. (2008). Stakeholder Analysis on Implementation of Marine Cadastre in Indonesia. Integrating Generations, FIG Working Week 2008, Stockholm, Sweden 14-19 June 2008

Fulmer, J. (2008). Working Towards a Multipurpose Marine Cadastre. Publication: Cartography and Geographic Information Society. Retrieved from Cartography and Geographic Information Society: www.cartogis.com

Law of Republic of Indonesia no. 22 year 1999 on Regional GovernanceLaw of Republic of Indonesia no. 26 year 2007 on Spatial PlanningLaw of Republic of Indonesia no. 27 year 2007 on Management of Coastal Areas and Small

IslandsLaw of Republic of Indonesia no. 32 year 2004 on Amendment of Act of Republic of

Indonesia no. 22 year 1999 on Regional GovernanceNg'ang'a, S., Nichols, S., Shuterland, M., & Cockburn, S. (2001). Toward a Multidimensional

Marine Cadastre In Support Of Good Ocean Governance. International Conference onSpatial Information for Sustainable Development. Nairobi, Kenya: FIG.

UNCLOSWilliamson, I., Enemark, S., Wallace, J., & Rajabifard, A. (2009). Land Administration for

Suistanable Development. Australia: ESRI.

Page 13: Kadaster Laut

13/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

BIOGRAPHICAL NOTES

1. Andri Hernandi- Academic Background: B.Sc and Ph.D on Geodesy and Geomatics Engineering from

Institute of Technology of Bandung and Master of Urban dan Regional Planning from Institute of Technology of Bandung;

- Current Position: Lecturer at Surveying and Cadastre Research Division, Faculty ofEarth Sciences and Technology, Institute of Technology of Bandung;

- Research Interest: Land Administration, Photogrametry and Cultural Preservation2. Rizqi Abdulharis

- Academic Background: B.Sc on Geodesy and Geomatics Engineering from Institute ofTechnology of Bandung and M.Sc on Geomatics from Delft University ofTechnology;

- Current Position: Ph.D on Spatial Planning in Developing Countries at TechnischeUniversität Dortmund;

- Research Interest: Land administration in particular on customary land tenure, geographic information science, spatial data infrastructure and disaster management.

3. S. Hendriatiningsih- Academic Background: B.Sc, M.Sc and Ph.D on Geodesy and Geomatics Engineering

from Institute of Technology of Bandung;- Current Position: Associate Professor at Institute of Technology of Bandung and Head

of Surveying and Cadastre Research Division, Faculty of Earth Sciences andTechnology, Institute of Technology of Bandung;

- Organisational Experience:Member of Indonesian Surveyor Association;Member of Indonesian Geodetic Engineer Association;Member of American Geophysical Union on 1995;

- Research Interest: Surveying and 3D Cadastre4. Asep Yusup Saptari

- Academic Background: Graduates on Geodesy and Geomatics Engineering from Institute Technology of Bandung and Master Of Science in Photogrammetry And Geoinformatics of HFT Stuttgart;

- Current Position: Academic Assistant at Surveying and Cadastre Research Division, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institute Technology of Bandung and Ph.D candidate on Remote Sensing at Institute Technology of Bandung;

- Organisational Experience:Member of Indonesian Surveyor Association;

- Research Interest: Surveying, Cadastre and Geoinformatics

Page 14: Kadaster Laut

14/13

Exploring the Possibility of Developing Multipurpose Marine Cadastre in Indonesia, (7199) Andri Hernandi, Rizqi Abdulharis, Sadikin Hendriatiningsih and Asep Yusuf Saptari (Indonesia)

FIG Congress 2014Engaging the Challenges – Enhancing the RelevanceKuala Lumpur, Malaysia 16-21 June 2014

CONTACTS

Andri HernandiSurveying and Cadastre Research Division Faculty of Earth Sciences and Technology Institute of Technology of BandungLabtek IX-C, 1st floorJl. Ganesha 10Bandung 40132INDONESIATel. +62 22 2530701 ext. 3479Fax +62 22 2530702Email: [email protected]; [email protected]: http://surkad.gd.itb.ac.id