Manual P2KH 2013

213
MANUAL KEGIATAN P2KH 2013 RENCANA AKSI KOTA HIJAU (RAKH) MASTER PLAN RTH PERKOTAAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) TAMAN KOTA HIJAU IMPLEMENTASI TAMAN KOTA HIJAU SUPERVISI FORUM KOMUNITAS HIJAU (FKH) KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG BERSAMA MENATA RUANG

Transcript of Manual P2KH 2013

Page 1: Manual P2KH 2013

M A N UA L

K E G I ATA N P 2 K H

2 01 3

RENCANA AKSI

KOTA HIJAU

(RAKH)

MASTER PLAN

RTH

PERKOTAAN

DETAIL

ENGINEERING

DESIGN (DED)

TAMAN KOTA

HIJAU

IMPLEMENTASI

TAMAN KOTA

HIJAU

SUPERVISI

FORUM

KOMUNITAS

HIJAU (FKH)

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

BERSAMA MENATA

RUANG

Page 2: Manual P2KH 2013

Sejak tahun 2011 yang lalu, Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan Ruang telah menginisiasi lahirnya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sebagai salah satu bentuk implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dengan melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan pada aras lokal untuk meningkatkan kualitas ruang perkotaan. Pada tahun 2011, P2KH diawali dengan penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau dan penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) oleh 60 Kota/Kabupaten peserta. Tahun 2012 dilanjutkan dengan implementasi RAKH, penyusunan peta komunitas hijau, penyusunan masterplan ruang terbuka hijau dan implementasi taman ramah lingkungan. Tahun 2013 merupakan kelanjutan dari pelaksanaan tahun 2011 dan 2012 dengan spektrum atribut yang lebih luas untuk mulai diwujudkan secara bertahap, tidak sebatas pada 3 (tiga) atribut yang diprioritaskan sebelumnya, yakni green open space, green community serta green planning and design. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan P2KH tahun 2013 tersebut, diperlukan manual yang bersifat operasional yang memuat antara lain: tata cara atau mekanisme pelaksanaan kegiatan, substansi teknis kegiatan, dan standar kualitas output, yang kesemuanya dituangkan dalam Manual Kegiatan P2KH 2013. Manual Kegiatan P2KH ini pada dasarnya merupakan perbaikan dan pengayaan substantif dari Manual P2KH 2012 yang terdiri atas 6 (enam) kegiatan pokok, yaitu: (1) penyempurnaan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH), (2) penyusunan Masterplan RTH perkotaan, (3) penyusunan Detail Engineering Design (DED) Taman Kota Hijau, (4 peningkatan kuantitas dan kualitas RTH perkotaan, (5) supervisi peningkatan kuantitas dan kualitas RTH Perkotaan, dan (6) kegiatan Forum Komunitas Hijau (FKH). Akhir kata, semoga Manual ini benar-benar dapat menjadi pemandu pelaksanaan kegiatan P2KH tahun 2013 bagi Kota/Kabupaten, komunitas hijau dan masyarakat luas, secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, sehingga hasil yang dicapai pada akhirnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jakarta, Maret 2013 Dadang Rukmana Direktur Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum

KATA PENGANTAR

i

Page 3: Manual P2KH 2013

DAFTAR ISI

Page 4: Manual P2KH 2013

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

I. PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI KOTA HIJAU (RAKH) I

II. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN II

A. Masterplan RTH II.A

B. Penyempurnaan Masterplan RTH up-scaling III.B

III. PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

Taman Kota Hijau III

IV. PENINGKATAN KUANTITAS RTH PERKOTAAN IV

V. SUPERVISI PENINGKATAN KUANTITAS RTH PERKOTAAN V

V. KEGIATAN FORUM KOMUNITAS HIJAU (FKH) VI

A. Sosialisasi dan Kampanye Publik tentang Kota Hijau VI.A

B. Pembentukan FKH dan Penyusunan Rencana Aksi FKH VI.B

C. Penyusunan Peta Komunitas Hijau VI.C

D. Penyelenggaraan Aksi FKH VI.D

1. Festival Hijau (Green Festival) di Taman Kota VI.D.1

2. Aksi Komunitas Hijau Lain (terkait Atribut Kota Hijau) VI.D.2

3. Sosialisasi Komunitas Hijau VI.D.4

ii

Page 5: Manual P2KH 2013

P H O T O

Page 6: Manual P2KH 2013

PENYEMPURNAAN

RENCANA AKSI

KOTA HIJAU (RAKH)

I

Page 7: Manual P2KH 2013

BAB I PENGANTAR I.1 BAB II PRINSIP P2KH I.1 BAB III MUATAN RAKH I.2 BAB IV JADWAL KEGIATAN I.5 BAB V PENYAJIAN RAKH I.6

DAFTAR ISI

Page 8: Manual P2KH 2013

1. KEMANDIRIAN

Setelah pelaksanaan P2KH, kota/kabupaten diharapkan dapat mandiri, terutama

dalam hal pendanaan program kota hijau.

2. KEBERLANJUTAN

P2KH diharapkan dapat terus berlanjut dengan program penambahan RTH,

pembentukan forum komunitas hijau, penjabaran masterplan RTH serta program-

program kota hijau lainnya.

3. KEBERAGAMAN

P2KH yang awalnya terfokus pada tiga atribut kota hijau, harus dapat dilanjutkan

dengan fokus yang lebih beragam pada lima atribut lainnya, dengan menampilkan

potensi kearifan lokasi masing-masing kota/kabupaten (local site spesific) I.1

P2KH dipahami sebagai sebuah instrumen untuk mewujudkan amanat Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu untuk

mweujudkan kualitas penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

kota/kabupaten yang aman, produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan

masyarakat. Selain itu, P2KH juga perlu dipahami sebagai suatu program kolabiratif

dengan inisiatif utama dari pemerintah kota/kabupaten yang difasilitasi oleh

pemerintah pusat.

I . PENGANTAR

II PRINSIP P2KH

Page 9: Manual P2KH 2013

I II MUATAN RAKH

1. PENDAHULUAN

1.1 Visi dan Misi Kota/Kabupaten

Menyebutkan visi dan misi kota/kabupaten yang tercantum di dalam

RPJPD/RPJMD dan menjabarkan keterkaitan visi dan misi tersebut terhadap

P2KH.

1.2 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang terkait Kota Hijau

Menyebutkan tujuan kebijakan dan strategi penataan ruang di dalam RTRW

yang terkait kota hijau.

2. PROFIL KOTA/KABUPATEN

2.1 Profil Umum

Menguraikan mengenai :

a. Karakteristik alam (pesisir, dataran, pegunungan) dan topografi secara

umum

b. Kondisi eksisting dan rencana pemenuhan RTH Publik kota/kawasan

perkotaan, baik luasan (dalam ha) maupun persentase (dalam persen)

c. Kontribusi sektor unggulan dalam PDRB kota/kabupaten

d. D. Jumlah penduduk total dan distribusi kepadatan penduduk

2.2 Potensi Pendukung

Mengutaikan berbagai potensi yang dimiliki oleh pemerintah kota/kabupaten

untuk mewujudkan program kota hijau, meliputi :

a. Ketersediaan lahan yang akan dikembangkan sebagai RTH (rencana dan

potensi, dalam hektar)

b. Keberadaan minimal 3 (tiga) komunitas hijau (masyarakat peduli

lingkungan) yang ada, dilengkapi dengan nama komunitas, nama contact

person, nomor telpon dan alamat email.

c. Alokasi APBD untuk program kota hijau

I.2

Page 10: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

3. RENCANA AKSI KOTA HIJAU 2013-2017

3.1 Cakupan dan Muatan Kegiatan Utama

A. Green Planning and Design

Kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata

ruang dan rancang kota yang lebih sensitif terhadap agenda hijau.

Antara lain meliputi penyusunan RDTR pada wilayah prioritas di kota

dengan memperhatikan ketersediaan dan kualitas ruang terbuka hijau,

koridor hijau, menyusun masterplan RTH perkotaan.

B. Green Open Space

Bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau

(RTH) sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten melalui berbagai

macam strategi untuk mencapai target RTH minimal 30% sesuai yang

direncanakan dalam RTRW. Contoh kegiatan yang terkait atribut ini

adalah pembuatan hutan kota, taman kota di kawasan perkotaan untuk

menambah luas RTH kota.

C. Green Community

Bertujuan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat atau komunitas dan

institusi swasta dalam perwujudan pengembangan kota hijau. Contoh

kegiatan terkait atribut ini adalah penyusunan peta komunitas hijau yang

melibatkan komunitas hijau, sosialisasi program kota hijau (green

campaign) kepada masyarakat, pelibatan institusi pendidikan melalui

program sekolah hijau dan kampus hijau.

I.3

Page 11: Manual P2KH 2013

3.2 Cakupan dan Muatan Kegiatan Upscaling

A. Green Transportation

Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu :

1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota

2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota

B. Green Waste

Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu :

- Pembuatan Sistem Komposting di taman kota

C. Green Water

Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air,

yaitu :

- Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat

D. Green Building

Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada bangunan,

yaitu :

- Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota

E. Green Energy

Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah

lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu

penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb.

Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu) kegiatan

upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) masing-masing.

3.3 Komitmen Daerah Terhadap RAKH

Identifikasi bentuk komitmen daerah terhadap tindak lanjut dari RAKH yang

telah disusun, meliputi :

a. Sharing pembiayaan APBD tahun anggaran 2013-2017 terhadap

perwujudan kota hijau

b. Pembentukan tim swakelola P2KH kota/kabupaten (lintas SKPD). Sebagai

koordinator penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau, dapat ditunjuk Bappeda

atau institusi yang membidani tata ruang di masing-masing kota/kabupaten.

I.4

Page 12: Manual P2KH 2013

IV. JADWAL KEGIATAN

No

Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II III IV

1 Pengisian F1, F2, F3, F7

2 Pengumpulan F1, F2, F3, F7

3 Verifikasi F1, F2, F3, F7 oleh Tim Pusat

4 Pembuatan Peta RTH , Peta RTH up-scaling Eksisting

5 Verifikasi Peta RTH , Peta RTH up-scaling Eksisting oleh Tim Pusat

6 Pembuatan Peta RTH , Peta RTH up-scaling Rencana

7 Verifikasi Peta RTH , Peta RTH up-scaling Rencana oleh Tim Pusat

8 Penyempuraan Dokumen RAKH sesuai format buku

9 Pengumpulan Softcopy Buku RAKH

10

Pengumpulan Hardcopy Buku RAKH

I.5

Page 13: Manual P2KH 2013

Buku RAKH diharuskan mengikuti urutan penyajian sebagai berikut :

A. COVER DEPAN

B. COVERING LETTER

C. BAGIAN I – FORM F1, F2, F3

1. FORM F1

2. FORM F2

3. FORM F3

4. LAMPIRAN PASAL DALAM PERDA/RAPERDA RTRW YANG MEMUAT

SUBSTANSI TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU

5. TABEL RTH EKSISTING & RENCANA

6. TABEL INDIKATOR PROGRAM PENAMBAHAN RTH JANGKA PENDEK (2013-

2017)

7. PETA SEBARAN RTH EKSISTING 2013

8. PETA RTH RENCANA 2032

9. PETA UP-SCALING EKSISTING 2013

10. PETA UP-SCALING RENCANA 2017

D. BAGIAN II KETERSEDIAAN LAHAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN SEBAGAI RTH

1. FORM F7 2013

2. Bukti Kepemilikan Lahan oleh Pemerintah Daerah

3. Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah Tentang Penetapan Lokasi sebagai RTH

E. LAMPIRAN

1. LAMPIRAN I – STATUS RTRW

2. LAMPIRAN II – PROGRAM TERKAIT KOTA HIJAU

3. LAMPIRAN III – SURAT PERNYATAAN ALOKASI DANA SHARING 2013

4. LAMPIRAN IV – SK TIM SWAKELOLA P2KH 2013

5. LAMPIRAN V – PETA KOMUNITAS HIJAU

F. COVER BELAKANG

V. PENYAJIAN RAKH

I.6

Page 14: Manual P2KH 2013

Gambar/Foto yang Mewakili Kondisi dan Profil Kota Hijau di Kota/Kabupaten

A . COVER DEPAN - BELAKANG

Cover Depan & Belakang mengikuti Template/Contoh yang diberikan sebagai berikut :

I.7

Page 15: Manual P2KH 2013

B. COVERING LET TER

Pernyataan Komitmen Atas Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) 2013 yang

ditandatangani Walikota/Bupati

I.8

Page 16: Manual P2KH 2013

C. BAGIAN I – FORM F1 DAN F2

1. FORM F1

I.9

Page 17: Manual P2KH 2013

1. FORM F1 (LANJUTAN)

I.10

Page 18: Manual P2KH 2013

I.11

1. FORM F1 (LANJUTAN)

Page 19: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta kegiatan fasilitasi penyusunan

Rencana aksi kota hijau 2012

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.

3 a. Untuk kota, diisi dengan luas wilayah kota dalam hektar (ha);

b. Untuk kabupaten diisi dengan luas wilayah keseluruhan kabupaten dalam hektar

(ha).

c. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan luas kawasan perkotaan yang merupakan

ibukota kabupaten, dalam hektar (ha);

d. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan luas kawasan perkotaan yang merupakan

kawasan strategis ekonomi, dalam hektar (ha). Pilih salah satu kawasan strategis

ekonomi di wilayah kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangan RTHnya.

Untuk kabupaten, kedua kawasan perkotaan pada point 3a dan 3b harus diisi, bukan

dipilih salah satu.

4 Diisi dengan status RTRW kota/kabupaten:

a. Apabila sudah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah, beri tanda silang pada kotak

di depan kata “Perda”, dan tuliskan nomor dan tahun Peraturan Daerah

kota/kabupaten tentang RTRW kota/kabupaten tersebut;

b. Apabila Raperda RTRW kota/kabupaten sudah mendapat persetujuan substansi

dan sedang dalam proses pembahasan menjadi Perda RTRW kota/kabupaten di

DPRD kota, beri tanda silang pada kotak di depan kata “Persetujuan Substansi,

sedang proses legalisasi di DPRD”

(lampirkan surat permohonan pembahasan RTRW dari Walikota/Bupati kepada

DPRD).

a. Apabila Raperda RTRW kota/kabupaten sudah mendapat persetujuan substansi

namun belum dibahas dan diproses sebagai Peraturan Daerah di DPRD, beri tanda

silang pada kotak di depan kata “Persetujuan Substansi, belum proses legalisasi di

DPRD

5 Diisi dengan visi dan misi kota/kabupaten yang tertera dalam dokumen perencanaan

(RPJPD dan RPJMD) kota/kabupaten

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1

I.12

Page 20: Manual P2KH 2013

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1

Kode Deskripsi

6 Diisi dengan pernyataan/penjelasan keterkaitan antara visi dan misi kota/kabupaten yang

tercantum dalam RPJPD dan RPJMD dengan kegiatan P2KH.

7 Diisi dengan tujuan, kebijakan atau strategi penataan ruang di dalam RTRW yang terkait

dengan pengembangan kota hijau. Kebijakan dan strategi yang dicantumkan hanya yang

berkaitan langsung dengan perwujudan kota hijau.

8 Diisi dengan bentuk karakteristik alam dan kondisi geografis-topografi kota/kabupaten:

a. Jika merupakan daerah pesisir, beri tanda silang pada kotak di depan kata “Pesisir”

b. Jika merupakan daerah dataran, beri tanda silang pada kotak di depan kata

“Dataran”

c. Jika merupakan daerah pegunungan, beri tanda silang pada kotak di depan kata

“Pegunungan”

9 Diisi dengan jenis sektor unggulan yang memberikan kontribusi paling besar dalam PDRB

kota/kabupaten, ditambahkan pula persentasenya terhadap total PDRB kota/kabupaten.

10 Diisi dengan jumlah penduduk berdasarkan data sensus terakhir (Tahun 2010) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kepadatan penduduk diisi dengan jumlah penduduk (jiwa) berbanding dengan luas wilayah kota, dalam kilometer persegi (km2). a. Untuk kota, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 ; b. Untuk kabupaten diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam

jiwa/km2 wilayah keseluruhan kabupaten; c. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan ibukota kabupaten; d. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk

dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan kawasan strategis ekonomi. Salah satu kawasan strategis ekonomi di wilayah kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangan RTHnya.

Untuk kabupaten, kedua kawasan perkotaan pada point 10a dan 10b harus diisi, bukan dipilih salah satu.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

I.13

Page 21: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

11 Diisi dengan luasan dan persentase RTH Eksisting (kondisi saat ini). Untuk kota, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kota, sedangkan untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kawasan perkotaan yang tercantum pada butir 3 di atas.

12 a. Diisi dengan Jenis RTH Publik yang ada di wilayah kota/kabupaten. Jenis RTH mengacu pada Permen PU No 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, yaitu: RTH Taman dan Hutan Kota; mencakup Taman RT, Taman RW, Taman Kelurahan,

Taman Kecamatan, Taman Kota, Hutan Kota dan Sabuk Hijau (green belt) RTH Jalur Hijau Jalan; mencakup pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki,

ruang di bawah jalan layang. RTH Fungsi Tertentu; mencakup RTH sempadan rel kereta api, Jalur hijau jaringan

listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH Pengamanan sumber air baku/mata air, dan pemakaman.

b. Diisi dengan luasan dan persentase rincian jenis RTH Publik Eksisting, sesuai dengan hitungan pada butir 11 di atas. Untuk kota, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kota, sedangkan untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kawasan perkotaan yang tercantum pada butir 3 di atas.

c. Diisi dengan luasan dan persentase rincian jenis RTH Publik Rencana (sesuai yang tercantum dalam Masterplan RTH perkotaan). Untuk kota, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kota; Untuk kabupaten, persentase RTH dihitung dari luas wilayah kawasan perkotaan

yang tercantum pada butir 3c dan 3d di atas (disajikan dalam dua tabel RTH eksisting dan rencana, untuk masing-masing kawasan perkotaan).

13 Diisi dengan indikator program penambahan RTH (sesuai yang tercantum dalam Masterplan

RTH perkotaan) jangka pendek (2013-2017) :

Salah satu lokasi yang akan dikembangkan sebagai lokasi penambahan RTH pada tahun 2013

dijelaskan lebih lanjut dalam Form F7.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

I.14

Page 22: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

13 a. Jenis RTH : diisi dengan rencana jenis RTH yang akan dikembangkan sebagai RTH;

b. Luas : diisi dengan besaran luas lahan, dalam satuan meter persegi (m2);

c. Lokasi : diisi dengan letak dimana lahan berada;

d. Kepemilikan : diisi dengan pihak pemilik lahan, Pemda/Masyarakat/pihak lain;

e. Rencana Tahun Pelaksanaan : diisi dengan rencana tahun pelaksanaan penambahan

RTH pada lokasi yang disebutkan dalam jangka pendek (2013-2017);

f. Instansi Pelaksana : diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap

pelaksanaan kegiatan penambahan RTH tersebut, misalnya Bappeda dan dinas

terkait lainnya;

g. Besaran Dana : Diisi dengan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan

program penambahan RTH tersebut

h. Sumber Dana : Diisi dengan perkiraan sumber dana pembiayan program

penambahan RTH, misalnya dari APBD, SCR, atau sumber lain

14 a. Arahan 8 (delapan) strategi pemenuhan RTH 30%

b. Diisi dengan tanda centang () langkah mana yang dipilih oleh kota/kabupaten yang

bersangkutan

15 a. Diisi dengan nama FKH Kota/Kab yang telah terbentuk;

b. Diisi dengan nama jelas koordinator FKH yang telah disepakati;

c. Diisi dengan nomor kontak handphone koordinator FKH;

d. Disi dengan alamat email sekretariat FKH atau alamat email koordinator FKH;

e. Diisi dengan kontak media sosial, misalnya alamat facebook, twitter, dsb;

f. Diisi dengan jumlah komunitas yang tergabung dalam FKH

g. Disi dengan nama-nama komunitas yang tergabung dalam FKH, sesuai butir 13f di

atas;

h. Disi dengan nama jelas kontak person setiap anggota komunitas

i. Diisi dengan nomor kontak handphone setiap kontak anggota komunitas sesuai yang

tertulis dalam butir 13h di atas;

j. Disi dengan alamat email sekretariat komunitas

k. Disi dengan kontak media sosial, misalnya alamat facebook, twitter, dsb dari setiap

komunitas

l. Diisi dengan deskripsi kegiatan masing-masing komunitas.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

I.15

Page 23: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

16 a. Diisi dengan nama program/kegiatan komunitas yang sedang/telah dilakukan baik oleh

FKH atau komunitas lain di Kota/Kabupaten yang bersangkutan;

b. Diisi dengan foto kegiatan program/kegiatan sesuai dengan butir 16b di atas.

17 Diisi dengan informasi mengenai kerjasama yang telah, sedang dan akan dilakukan antar

kota/kabupaten atau dengan lembaga/instansi lain, baik nasional maupun internasional yang

berhubungan dengan perwujudan kota hijau.

a. Diisi dengan nama kerjasama yang telah, sedang dan akan dilakukan;

b. Diisi dengan bentuk kerjasama yang terjalin, misalnya dukungan pembiayaan, bimbingan

teknis, pertukaran informasi, dsb

c. Diisi dengan pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, misalnya nama kota, lembaga,

instansi, swasta, dsb

d. Diisi dengan keterangan lain yang diperlukan untuk memperjelas informasi yang

dibutuhkan, misalnya jangka waktu kerjasama, dsb.

18 Diisi dengan rincian program terkait kota hijau yang telah dan sedang dikembangkan di wilayah

kota/kabupaten dalam lima tahun terakhir:

a. Diisi dengan nama program yang telah dan sedang dikembangkan, misalnya pembuatan

jalur sepeda, jalur pedestrian, pembuatan hutan kota, dsb.

b. Diisi dengan tahun pelaksanaan (dalam rentang waktu lima tahun terakhir).

c. Diisi dengan instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program tersebut

d. Diisi dengan keterangan lain yang dibutuhkan untuk memperjelas informasi yang

dibutuhkan, misalnya apakah kegiatan tersebut masih berlangsung, lanjutan program

tersebut, dsb.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F1 (LANJUTAN)

I.16

Page 24: Manual P2KH 2013

2. FORM F2

I.17

Page 25: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta kegiatan fasilitasi penyusunan

rencana aksi kota hijau 2012

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada

3 Diisi dengan rincian rencana kegiatan utama berkaitan dengan perwujudan kota hijau

dalam lima tahun ke depan, yang terfokus pada 3 (tiga) atribut kota hijau, yaitu Green

Planning and Design, Green Open Space dan Green Community

a. Diisi dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan

b. Diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut, misalnya Bappeda dan dinas terkait lainnya.

c. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan dalam lima tahun ke depan (2013 s.d

2017).

d. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah

disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.

4 Diisi dengan rincian rencana kegiatan pendukung berkaitan dengan perwujudan kota

hijau dalam lima tahun ke depan, yang terkait 5 (lima) atribut kota hijau, yaitu Green

Transportation, Green Waste, Green Water, Green Building dan Green Energy.

a. Diisi dengan rincian kegiatan yang akan dilakukan

b. Diisi dengan instansi yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut, misalnya Bappeda dan dinas terkait lainnya.

c. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan dalam lima tahun ke depan (2013 s.d

2017).

d. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah

disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.

5 Merupakan tim pelaksana swakelola P2KH di masing-masing kota/kabupaten, sesuai

dengan SK Kepala daerah:

a. Diisi dengan nama pihak yang dilibatkan di dalam tim swakelola; b. Diisi dengan jabatan dan instansi dimana anggota tim tersebut berasal; c. Diisi dengan kedudukan masing-masing orang dalam tim swakelola; d. Diisi dengan Nomor Handphone/telepon masing-masing anggota tim; e. Diisi dengan alamat email masing-masing anggota tim.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F2

I.18

Page 26: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

6 Merupakan tenaga ahli individu yang dikontrak dalan pelaksanaan kegiatan swakelola P2KH di

masing-masing kota/kabupaten, sesuai dengan SK Kepala daerah:

Tenaga ahli yang ditentukan sesuai juknis

Diisi dengan nama tenaga ahli yang dilibatkan;

Diisi dengan Nomor Handphone/telepon masing-masing tenaga ahli;

Diisi dengan alamat email masing-masing anggota tim.

7 Diisi dengan identitas pihak dan instansi yang dapat dihubungi dan memberi informasi yang

diperlukan selama pelaksanaan kegiatan guna memperlancar komunikasi dan informasi selama

pelaksanaan kegiatan P2KH 2013.

a. Diisi dengan nama pihak yang menjadi contact person kota/kabupaten

b. Diisi dengan jabatan pihak yang menjadi contact person kota/kabupaten. Diharapkan

jabatan contact person minimal adalah Kepala Seksi pada Bappeda atau instansi yang

membidangi tata ruang

c. Diisi dengan instansi tempat contact person tersebut bekerja. Diharapkan contact person

berasal dari Bappeda atau instansi yang membidangi tata ruang.

d. Diisi dengan nomor telepon/handphone yang mudah dihubungi untuk kelancaran

informasi dan komunikasi.

e. Diisi dengan alamat email yang digunakan untuk kelancaran informasi dan komunikasi

PETUNJUK PENGISIAN FORM F2 (LANJUTAN)

I.19

Page 27: Manual P2KH 2013

3. FORM F3

I.20

Page 28: Manual P2KH 2013

PETUNJUK PENGISIAN FORM F3

Kode Deskripsi

1 Diisi dengan nama kota/kabupaten calon peserta P2KH 2012/2013

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.

3 Merupakan tabel yang menjelaskan bentuk dan jumlah sharing APBD 2013 untuk

pembangunan RTH di lokasi yang diusulkan pada Form F7, yang mencakup:

a. Diisi dengan nama program yang direncanakan di tahun anggaran 2013 untuk

pembangunan RTH di lokasi yang diusulkan pada Form F7 RAKH. Sebutkan pula

lokasi dan luasannya;

b. Diisi dengan jumlah dana yang dialokasikan dalam RAPBD atau APBD 2013 untuk

melaksanakan program tersebut pada point 3a (dalam juta rupiah).

c. Diisi dengan instansi yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan program

tersebut, bisa satu instansi atau koordinasi antar beberapa instansi.

4 Merupakan tabel yang menjelaskan bentuk dan jumlah sharing APBD 2013 untuk

kegiatan terkait atribut kota hijau yang akan dilaksanakan di tahun 2013, mencakup:

a. Diisi dengan nama program yang direncanakan di tahun anggaran 2013, misalnya

terkait pembangunan pedestrian dan jalur sepeda (green transportation);

pembangunan dan pengembangan sistem pengomposan (green waste); revitalisasi

sungai, danau, waduk dan pembuatan sumur-sumur resapan (green water);

penggunaan listrik tenaga surya untuk penerangan jalan (green energy); dan

sebagainya.

b. Diisi dengan jumlah dana yang dialokasikan dalam RAPBD atau APBD 2013 untuk

melaksanakan program tersebut pada point 4a (dalam juta rupiah).

c. Diisi dengan instansi yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan program

tersebut, bisa satu instansi atau koordinasi antar beberapa instansi.

5 Menjelaskan rincian kegiatan yang mendukung keberlanjutan P2KH beserta sumber-

sumber pembiayaannya, seperti sharing APBD, CSR perusahaan, mitra RTH, donatur

warga, hibah, dll.

a. Diisi dengan bentuk sharing kegiatan yang direncanakan dalam program P2KH

b. Diisi dengan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program

tersebut

c. Diisi dengan instansi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan

d. Diisi dengan rencana waktu pelaksanaan kegiatan

e. Diisi dengan informasi tambahan yang memperjelas keterangan yang telah

disampaikan, misalnya lokasi, luasan, sumber pembiayaan, dsb.

I.21

Page 29: Manual P2KH 2013

3. LAMPIRAN PASAL DALAM PERDA/RAPERDA RTRW YANG MEMUAT SUBSTANSI TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU

I.22

Page 30: Manual P2KH 2013

4. TABEL RTH EKSISTING & RENCANA

Kota : 1 Tabel, meliputi seluruh wilayah administrasi kota

Kabupaten : 2 Tabel, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan

strategis ekonomi

I.23

Page 31: Manual P2KH 2013

7. PETA SEBARAN RTH EKSISTING 2013

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota

Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan

strategis ekonomi

I.24

Page 32: Manual P2KH 2013

8. PETA RTH RENCANA 2032

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota

Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan

strategis ekonomi

I.25

Page 33: Manual P2KH 2013

9. PETA UP-SCALING EKSISTING 2013

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota

Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan strategis ekonomi

Isi Peta : RTH (Green Open Space), 1 Atribut lain (Green Transportation/Waste/Building/Water)

I.26

Page 34: Manual P2KH 2013

10. PETA UP-SCALING RENCANA 2017

Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota

Kabupaten : 1 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten atau kawasan strategis ekonomi

Isi Peta : RTH (Green Open Space), 1 Atribut lain (Green Transportation/Waste/Building/Water)

I.27

Page 35: Manual P2KH 2013

D. BAGIAN I I – KETERSEDIAAN LAHAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN SEBAGAI RTH

1. FORM F7 2013

I.28

Page 36: Manual P2KH 2013

Kode Deskripsi

1 Diisi dengan nama kota/kabupaten peserta kegiatan fasilitasi penyusunan Rencana aksi

kota hijau 2012

2 Diisi dengan nama provinsi dimana kota/kabupaten tersebut berada.

3 Diisi dengan dasar penetapan lokasi sebagai RTH

a. Centang, apabila dasar penetapan lokasi adalah Perda, sebutkan Nomor dan Tahun

Perda;

b. Centang, apabila dasar penetapan lokasi adalah Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah,

sebutkan Nomor dan Tahun SK.

4 Diisi dengan gambaran lokasi yang ditetapkan sebagai RTH:

a. Diisi dengan:

Diisi dengan nama jalan dimana lahan tersebut berada;

Kelas Jalan : jalan lingkungan, jalan lokal, jalan arteri dsb;

Diisi dengan nama kelurahan dimana lahan tersebut berada;

Diisi dengan nama kecamatan dimana lahan tersebut berada.

a. Diisi dengan deskripsi yang menjelaskan nilai strategis lahan tersebut sehingga

dipilih menjadi lokasi penambahan RTH

b. Diisi dengan luas lahan, dalam hektar (ha)

c. Diisi dengan status kepemilikan lahan :

Centang pada kotak, apabila lahan adalah milik Pemda, yang dibuktikan dengan

fotokopi sertifikat kepemilikan lahan oleh Pemda;

Centang pada kotak, apabila lahan belum milik Pemda, disertai dengan deskripsi

penjelasnya dan lampiran dokumen penjelasnya.

Disyaratkan lahan adalah milik Pemda, yang dibuktikan dengan sertifikat

kepemilikan.

a. Diisi dengan deskripsi yang menjelaskan kondisi eksisting lahan tersebut:

Centang pada kotak, apabila lahan berupa tanah kosong tanpa bangunan;

Centang pada kotak, apabila lahan berupa tanah kosong dengan bangunan;

Berikan deskripsi lain yang menjelaskan secara rinci kondisi eksisting lahan tersebut.

5 Diisi dengan gambar yang menjelaskan lokasi lahan tersebut pada skala kota atau kawasan

perkotaan dengan skala yang cukup.

6 Diisi dengan gambar foto udara yang diambil dari google earth.

7 Diisi dengan foto kondisi eksisting (minimal 4 foto) yang bisa menunjukkan dengan jelas

kondisi eksisting lahan tersebut dari berbagai sudut. Lengkapi dengan peta kunci, yang

menunjukkan titik-titik pengambilan foto.

PETUNJUK PENGISIAN FORM F7

I.29

Page 37: Manual P2KH 2013

2. BUKTI KEPEMILIKAN LAHAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

I.30

Page 38: Manual P2KH 2013

3. SURAT KEPUTUSAN (SK) KEPALA DAERAH TENTANG PENETAPAN LOKASI SEBAGAI RTH

I.31

Page 39: Manual P2KH 2013

E. LAMPIRAN

1. LAMPIRAN I – STATUS RTRW

- Lembar Pertama Perda RTRW, atau

- Surat Pernyataan/Keterangan dari Kepala Daerah bahwa RTRW sedang

dalam Proses Legalisasi

I.32

Page 40: Manual P2KH 2013

2. LAMPIRAN I I – PROGRAM TERKAIT KOTA HIJAU

A. Tabel Nama Program Terkait Kota Hijau lain (di luar P2KH) yang saat ini

telah dan sedang dikembangkan di wilayah kota/kabupaten

B. Foto Proses atau Hasil Program/Kegiatan Terkait Kota Hijau lain

I.33

Page 41: Manual P2KH 2013

3. LAMPIRAN I I I – ALOKASI DANA SHARING

Surat Pernyataan dari Instansi Penanggung Jawab atau Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) APBD 2013

I.34

Page 42: Manual P2KH 2013

4. LAMPIRAN IV – T IM SWAKELOLA P2KH 2013

A. Surat Keputusan (SK) TIM SWAKELOLA P2KH 2013

B. Daftar Kontak Tim Swakelola P2KH 2013

I.35

Page 43: Manual P2KH 2013

5. LAMPIRAN V – PETA KOMUNITAS HIJAU

Dicetak format A2 terlipat rapi), jenis kertas art/matte paper, berat 120

gram dan disisipkan dalam plastik yang terjilid dalam buku RAKH (sehingga

tidak tercecer terpisah).

I.36

Page 44: Manual P2KH 2013
Page 45: Manual P2KH 2013

PENYUSUNAN

MASTERPLAN RTH

PERKOTAAN

II

Page 46: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN

MASTERPLAN

RTH BARU

II.A

Page 47: Manual P2KH 2013

BAB I PENDAHULUAN II.A.1 I.1 Latar Belakang II.A.1 I.2 Maksud dan Tujuan II.A.2 I.3 Ruang Lingkup II.A.2 I.4 Keluaran II.A.3 I.5 Jadwal Pelaksanaan II.A.3 BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.A.4 II.1 Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten) II.A.4 II.2 Identifikasi dan Evaluasi RTH Kawasan Perkotaan II.A.5 II.3 Rencana Pengembangan RTH Kota II.A.8 II.4 Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun) II.A.10

II.4.1 Analisis Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan II.A.11 II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah II.4.1.2 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk II.4.1.3 Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu

II.4.2 Indikasi Program II.A.13 II.5 Strategi Pencapaian RTH 30% II.A.16 BAB III PENGELOLAAN RTH KOTA II.A.18 III.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery) II.A.18 III.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan RTH Kota II.A.18 III.3 Kelembagaan RTH Kota II.A.18 III.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan II.A.18 LAMPIRAN DAFTAR PETA II.A.19 1. Peta sebagai Input II.A.19 2. Peta sebagai Output II.A.19

DAFTAR ISI

Page 48: Manual P2KH 2013

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan amanat UU No. 26/2007 tentang

Penataan Ruang dimana disyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah

kota atau kawasan perkotaan yang terdiri dari RTH Publik minimal 20% dan RTH

Privat minimal 10%. Pada kenyataannya, terjadi penurunan kuantitas Ruang Terbuka

Hijau secara signifikan di kawasan perkotaan yang menyebabkan menurunnya

kualitas lingkungan di wilayah perkotaan.

Oleh karena itu, salah satu langkah yang harus diambil terutama oleh para pembuat

keputusan yaitu menyusun kebijakan hijau. Pemerintah Daerah dan DPRD perlu

secepatnya menempatkan masalah RTH sebagai salah satu isu penting dalam

pembahasan anggaran dan program pembangunan yang berkelanjutan. Perlu

didorong lahirnya Peraturan Daerah tentang RTH dan Rencana Induk RTH agar

perencanaan pembangunan RTH memiliki kekuatan hukum yang jelas dan tegas.

Masterplan RTH bertujuan untuk memetakan RTH eksisting dan menetapkan rencana

pembangunan RTH dalam periode 20 tahun sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah

masing-masing Kota/Kabupaten. Dengan adanya Masterplan RTH diharapkan

perwujudan RTH di kawasan perkotaan minimal 30% dapat tersusun dalam kerangka

indikasi program yang sistematis dan realistis. Pada kawasan yang masih memiliki

RTH lebih dari 30 %, maka Masterplan RTH disusun untuk upaya konservasi dan

pelestarian agar pembangunan tetap dapat dilakukan dengan tetap

mempertahankan RTH yang sudah ada, sebagai wujud komitmen pengembangan

kota hijau.

I .1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

II.A.1

Page 49: Manual P2KH 2013

a. Lingkup Wilayah Perencanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administrative kota (city wide) dan

kawasan fungsional perkotaan di kabupaten.

b. Lingkup Periode Perencanaan

Masterplan RTH disusun dalam lingkup periode perancanaan 20 tahun sesuai RTRW

Kota/Kabupaten.

c. Lingkup Target Group

Penyusunan Masterplan RTH melibatkan Pemerintah Kota/Kabupaten, swasta, dan

masyarakat dengan pendekatan partisipatif (participatory planning).

Pemerintah Kota/Kabupaten dapat memanfaatkan Masterplan RTH sebagai salah

satu suplemen utama dalam penetapan kebijakan pembangunan yang

berkelanjutan.

Swasta dapat memanfaatkan Masterplan RTH untuk mengambil peluang-peluang

usaha dan pengalokasian CSR (coorporate social responsibility) yang mendukung

kebijakan pembangunan kota hijau. Dalam masterplan sebaiknya memuat pula

kerjasama pembangunan dan pemeliharaan RTH yang terbuka bagi pihak swasta.

a. Maksud

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau

khususnya RTH 30% dalam rangka implementasi RTRW kota/kabupaten dan untuk

pemenuhan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

b. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyusun Rencana Induk Ruang

Terbuka Hijau (Masterplan RTH), yang menjadi dasar penetapan lokasi-lokasi RTH yang

diprioritaskan perwujudannya.

I .2 MAKSUD DAN TUJUAN

I.3 RUANG LINGKUP

II.A.2

Page 50: Manual P2KH 2013

I .4 KELUARAN 1. Dokumen teknis Masterplan RTH antara lain memuat:

a. Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten)

b. Identifikasi RTH Eksisting (Tabulasi dan Peta)

c. Rencana Pengembangan RTH (Tabulasi dan Peta)

d. Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun)

e. Strategi Pencapaian RTH minimal 30 %

2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam

format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan

sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Album peta tersebut terdiri dari:

a. Peta eksisting RTH (pertamanan, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan sungai,

jalur hijau SUTT/SUTET, dll)

b. Peta Rencana RTH periode 20 tahun

c. Peta lokasi prioritas pembangunan RTH skala 1:5000

d. Peta tematik (topografi, geologi, hidrologi, resapan air, dll)

I .5 JADWAL PELAKSANAAN No

Tahapan Kegiatan

Bulan ke

I II III IV

1 Pekerjaan Persiapan

2 Pekerjaan Survey dan Pembuatan Peta RTH Eksisting

3 Pekerjaan Analisis Fisik dan Kebutuhan RTH

4 Pekerjaan Pembuatan Rencana RTH

5 Pembuatan Indikasi Program

6 Pekerjaan Pembuatan Rencana Pengelolaan RTH

II.A.3

Page 51: Manual P2KH 2013

Gambaran umum kota/kawasan perkotaan menjelaskan secara utuh karakter fisik

maupun non fisik suatu kota. Adapun muatan dari gambaran umum wilayah,

melingkupi :

II.1.1 Informasi Fisik

Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi,

klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan

daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan denga peta.

II.1.2 Kependudukan

Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode

tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk.

Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter

demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam

perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan

ruang terbuka hijau.

II.1.3 Ekonomi

Profil ekonomi menggambarkan antara lain struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi,

kemampuan keuangan daerah, peranan ekonomi daerah terhadap perekonomian

nasional, serta peluang investasi. Secara umum, melalui profil ekonomi

kota/kabupaten dapat terlihat sektor-sektor yang menjadi unggulan kota/kabupaten

sehingga diharapkan melalui pengembangan RTH di lokasi yang tepat dapat

meningkatkan produktifitas perekonomian daerah.

II.1.4 Sarana dan Prasarana

Profil sarana dan prasarana memperlihatkan seberapa jauh kota/kabupaten telah

memenuhi standar pelayanan wilayah sesuai dengan fungsi yang diembannya. Profil

sarana dan prasarana kota/kabupaten terdiri dari antara lain: sarana dan prasarana

pendidikan, kesehatan, transportasi publik termasuk pula sarana dan prasarana untuk

kegiatan yang sifatnya rekreatif seperti berinteraksi sosial, berolahraga dan bermain di

ruang terbuka kota.

I I .1 GAMBARAN UMUM KOTA (PROFIL

KOTA/KABUPATEN

BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH

PERKOTAAN

II.A.4

Page 52: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

I I .2 IDENTIFIKASI RTH EKSISTING

Kegiatan awal dalam penyusunan Masterplan RTH kota adalah mengidentifikasi

keberadaan RTH kota yang telah ada (eksisting), terutama RTH public, yaitu RTH

yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah. Hal ini penting karena sudah

seberapa jauh pemerintah daerah telah membangun dan mengelola RTH untuk

kepentingan masyarakat. Identifikasi dan evaluasi tersebut meliputi:

II.2.1 Penggunaan Lahan Kota (Land Use Map)

Dalam penyusunan rencana pembangunan RTH kota, terlebih dahulu harus

diperhatikan peta penggunaan lahan eksisting. Dari peta tersebut dapat diketahui

ruang-ruang kota yang telah terbangun (built up area) dan yang belum terbangun.

Ruang-ruang kota yang belum terbangun mengindikasikan keberadaan RTH kota

dapat menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai RTH kota. Keberadaan RTH

eksisting, terutama RTH public menjadi titik tolak dalam pengembangan dan

pembangunan RTH.

II.2.2. Identifikasi Jenis RTH Kota

Identifikasi jenis-jenis RTH yang telah tersedia dalam sebuah kawasan menjadi

pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Identifikasi dapat

dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey atau pengumpula data

sekunder dari peta land use atau remote sensing. Informasi RTH eksisting disajikan

dengan peta dan tabulasi

II.A.5

Page 53: Manual P2KH 2013

CONTOH TABEL RTH EKSISTING

KOTA BANDA ACEH

II.A.6

Page 54: Manual P2KH 2013

CONTOH TABEL RTH EKSISTING

KABUPATEN BADUNG

II.A.7

Page 55: Manual P2KH 2013

Berdasarkan data penggunaan lahan eksisting dan identifikasi RTH di kawasan

perkotaan maka dapat diperkirakan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan

sebagai RTH pada tahun-tahun mendatang sebagai upaya pemenuhan luasan RTH

30%. Peluang pengembangan RTH antara lain dapat diwujudkan dengan menambah

RTH baru pada lahan-lahan yang belum terbangun. Dengan mengembangkan jalur-

jalur hijau sempadan sungai, situ, pantai dan jalur hijau pengaman ekologis lainnya. Di

sisi lain, pemenuhan luasan RTH tidak selalu berarti pembangunan RTH baru, namun

dapat dilakukan melalui akuisisi RTH privat, revitalisasi RTH yang sudah mengalami alih

fungsi, atau melalui pengembangan RTH pada fungsi khusus seperti RTH sempadan rel,

jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, dan kawasan belum terbangun lainnya.

Alternatif penambahan luasan RTH tersebut juga harus tergambar dalam peta dan

tabulasi rencana pengembangan RTH di kawasan perkotaan.

II .3 RENCANA PENGEMBANGAN RTH KOTA

II.A.8

Page 56: Manual P2KH 2013

CONTOH TABEL RENCANA

PENGEMBANGAN RTH

KOTA MALANG

II.A.9

Page 57: Manual P2KH 2013

Dalam Masterplan RTH Kota harus ditentukan arah pengembangan dan pembangunan

RTH yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi kawasan kota. Road Map

Rencana Pembangunan RTH kota menyajikan perencanaan pencapaian RTH minimal

30 persen dalam kurun waktu 20 tahun, dengan menyesuaikan pada jangka waktu

pengembangan wilayah berdasarkan RTRW setempat.

Road Map dibagi menjadi target pencapaian jangka menengah dan jangka panjang,

diawali dengan melakukan analisis kebutuhan RTH Kota dan indikasi program pada

setiap lokasi pengembangan. Arah pengembangan tersebut tercermin dari kebijakan

yang tertuang dalam rencana pembangunan RTH dalam mewujudkan Kota Hijau.

II .4 ROAD MAP RENCANA PEMBANGUNAN

RTH KOTA (20 TAHUN)

II.A.10

Page 58: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 tahun 2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan,

analisis kebutuhan RTH kota terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu: berdasarkan

persentasi wilayah, berdasarkan jumlah penduduk dan berdasarkan fungsi tertentu.

II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:

- RTH di perkotaan terdiri dari RTH privat dan RTH publik

- Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri

dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat.

- Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah

memiliki total luas lebih besar dari peraturan dan perundangan yang berlaku,

maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

II.4.1.2. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan

mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per-

kapita sesuai peraturan yang berlaku.

Tabel kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk

II .4.1 ANALISIS KEBUTUHAN RTH KOTA

II.A.11

Page 59: Manual P2KH 2013

II.4.1.3. Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu

Kebutuhan RTH berdasarkan fungsi tertentu dapat dihitung dengan pendekatan

Kebutuhan Oksigen, Netralisasi Karbon Dioksida, Kebutuhan Air dan kebutuhan fungsi

ekologis lainnya. Dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan.

a. Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan RTH kota berdasarkan kebutuhan oksigen dapat dihitung berdasarkan

pendekatan Gerakis yang dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:

Hasil penelitian di sebuah kota dengan luas 431 km2, jumlah penduduk 2,6 juta jiwa,

jumlah kendaraan bermotor 200.000 maka kebutuhan oksigennya = 5,352 X 10 gram

atau setara 5.709 X 10 gram berat kering tanaman.

Untuk memproduksi oksigen oleh kelompok tanaman sebesar jumlah tersebut perlu

dibangun:

(5.709 X 10) : 24 = 105.7 km2 atau 24.6% luas kota adalah RTH

Dengan catatan asumsi bahwa setiap meter persegi (m2) tanaman menghasilkan 54

gram bahan kering.

b. Kebutuhan RTH Berdasarkan Netralisasai Karbon Dioksida

RTH juga memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), namun harus

diperhatikan jenis RTH yang dapat memaksimalkan fungsi ini adalah RTH hutan kota.

Cahaya matahari yang memancar sepanjang hari akan dimanfaatkan oleh vegetasi

dalam fotosintesis yang berfungsi untuk mmengubah gas CO2 dari H2O menjadi

Karbohidrat dan Oksigen (O2). Proses ini sangat berguna bagi manusia, sebab bila

konsentrasi CO2 meningkat akan beracun bagi manusia dan menyebabkan efek rumah

kaca (green-house effect).

c. Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air

Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor kebutuhan air bersih pertahun,

jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM, potensi air saat ini, dan kemampuan RTH

menyimpan air. Berdasarkan angka kebutuhan air tersebut lebih lanjut dapat dihitung

luas RTH kota yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat kota.

II.A.12

Page 60: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Masterplan RTH harus dilengkapi dengan tabel indikasi program pembangunan RTH

perkotaan yang meliputi:

1. Usulan Program Utama : Program-program pembangunan RTH yang

diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan untuk

mewujudkan tujuan pembangunan RTH kota/kawasan perkotaan

2. Lokasi : Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan

dilaksanakan

3. Kepemilikan lahan

4. Besaran: Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing program

utama yang akan dilaksanakan

5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD

Provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat

6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program

yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing

pemerintahan), swasta, dan masyarakat

7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan

dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)

tahunan

Tabel Indikasi Program

Indikator keberhasilan MP-RTH adalah tercantumnya rencana pembangunan RTH

(taman, hutan kota, jalur hijau dan RTH lainnya)

II .4.2 INDIKASI PROGRAM

II.A.13

Page 61: Manual P2KH 2013

CONTOH TABEL INDIKASI PROGRAM

PEMBANGUNAN RTH

KOTA MALANG

II.A.14

Page 62: Manual P2KH 2013

CONTOH TABEL INDIKASI PROGRAM

PEMBANGUNAN RTH

KABUPATEN BADUNG

II.A.15

Page 63: Manual P2KH 2013

II .5 STRATEGI PENCAPAIAN RTH 30%

Berikut 8 strategi peningkatan RTH 30% untuk mewujudkan kota hijau.

1. Menetapkan daerah yang tidak boleh dibangun (preservasi)

Menentukan daerah-daerah yang diperkirakan sensitif terhadap perubahan.

Daerah yang sensitif harus dipreservasi atau dikonservasi agar fungsi lingkungan

tetap terjaga. Daerah yang perlu dipreservasi antara lain :

• Habitat satwa liar; Daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi; Daerah

genangan dan penampungan air hujan (water retention)

• Daerah rawan longsor; Tepian sungai dan tepian pantai sebagai pengaman

ekologis; Daerah-daerah yang memiliki nilai pemandangan tinggi

2. Membangun lahan hijau baru (menambah kuantitas/hub)

Untuk menambah kuantitas RTH pemerintah daerah dapat membeli lahan untuk

memperbanyak pembangunan taman-taman lingkungan, taman kota, taman

makam, lapangan olahraga, hutan kota, kebun raya, hutan mangrove, dan

situ/danau buatan.

3. Mengembangkan koridor hjau/jalur hijau kota (link)

Penghijauan secara massal untuk menciptakan koridor hijau atau jalur hijau kota

seperti :

• Jalur hijau jalan dan jalan tol; Jalur hijau sempadan sungai; Tepian badan air situ,

waduk dan pantai; Sempadan rel kereta api; Saluran Umum Tegangan Tinggi

(SUTT).

Jalur hijau dapat dikembangkan sebagai urban park connector.

4. Mengakuisisi RTH privat, menjadikan bagian RTH kota

Mengembangkan dan mengendalikan RTH privat menjadi RTH kota dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut :

• Penerapan Koefisien Dasar Hijau (KDH) pada lahan-lahan privat yang dimiliki

masyarakat dan swasta diterapkan pada pengurusan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB)

• Pengembang diminta untuk memenuhi kewajiban penyediaan RTH publik,

minimal 20% berupa taman lingkungan jalur hijau dan jenis RTH lainnya.

• Warga diajak berperan serta mengelola lahan hijau pekarangan melalui

penanaman pohon penghijauan.

II.A.16

Page 64: Manual P2KH 2013

5. Peningkatan kualitas RTH Kota melalui refungsi RTH eksisting

Mengembalikan fungsi RTH yang sebelumnya berfungsi bukan RTH, sehingga dapat

meningkatkan fungsi ekologisnya. Upaya terebut dapat berupa:

• Refungsionalisasi RTH eksisting jalur hijau SPBU kembali menjadi taman; Restorasi

kawasan hutan bakau; Revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan air.

• Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan yang diperkeras (lapangan

bulutangkis, lapangan basket, lahan parkir) agar mempunyai daya serap air yang

lebih besar.

6. Menghijaukan bangunan (green roof/green wall)

Keterbatasan lahan telah mendorong pengembangan daerah hijau tidak

dipermukaan tanah (landed). Kini mulai diintroduksi pembangunan taman atap

(green roof, roof garden) dan dinding hijau (green wall, vertical garden) pada

bangunan. Penghijauan bangunan terbukti mampu menurunkan suhu kota dan

menyerap karbon dioksida sekaligus meningkatkan estetika bangunan.

7. Meningkatkan peran serta masyarakat/forum komunitas hijau

Untuk mewujudkan RTH minimal 30% dari luas kota maka partisipasi masyarakat

sangat diperlukan. Untuk perlu membentuk komunitas hijau untuk dilibatkan dalam

program pengembangan kota hijau di masing-masing daerah.

8. Menyusun kebijakan hijau

Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secepatnya menempatkan masalah RTH

sebagai salah satu isu penting dalam pembahasan anggaran dan program

pembangunan yang berkelanjutan. Perlu secepatnya didorong untuk menyusun

Peraturan Daerah tentang RTH agar perencanaan pembangunan RTH memiliki

kekuatan hukum yang jelas dan tegas.

II.A.17

Page 65: Manual P2KH 2013

3.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery)

Untuk memenuhi kebutuhan penghijauan dalam pengembangan kota hijau,

pemerintah daerah perlu menyiapkan lahan untuk pembibitan dan budidaya

tanaman. Tanaman penghijauan yang dikembangkan dapat berupa pohon, semak

hias maupun groundcover untuk menghijaukan lingkungan.

3.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan RTH Kota

RTH yang telah dibangun perlu pemeliharaan dan pengelolaan yang berkelanjutan

agar fungsi ekologi, sosial maupun estetikanya tetap terjaga.

3.3 Kelembagaan RTH Kota

Disamping pemeliharaan dan pengelolaan RTH perlu ada kejelasan satuan kerja

yang bertanggung jawab terhadap keberadaan RTH, hal ini berkaitan dengan

kelembagaan (SKPD) .

3.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan

Master Plan RTH dapat menjadi dasar untuk menyusun rancangan peraturan

daerah tentang RTH (Raperda RTH) sebagai dasar hukum pembangunan RTH

dalam menunjang pembangunan kota hijau.

BAB III PENGELOLAAN RTH KOTA

II.A.18

Page 66: Manual P2KH 2013

LAMPIRAN DAFTAR PETA

Untuk melengkapi analisis pembangunan RTH kawasan perkotaan, dokumen teknis

Masterplan RTH perlu dilengkapi dengan peta-peta tematik sebagai berikut:

1. Peta administrasi Kota/Kabupaten

2. Peta alih fungsi RTH

3. Peta geologi lahan

4. Peta hidrologi

5. Peta tipologi lereng

6. Peta kawasan resapan air

7. Peta sempadan sungai

8. Peta sempadan sutet

9. Peta sempadan rel KA

10. Peta penggunaan lahan eksisting

1. PETA INPUT

2. PETA OUTPUT

Adapun salah satu output yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Masterplan RTH

kawasan perkotaan berupa peta yang terdiri dari:

1. Peta RTH eksisting berdasarkan tipologi (skala 1:25.000)

2. Peta rencana penambahan luasan RTH untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun

(skala 1:25.000) sebagai pemenuhan target 30% (skala 1:25.000)

II.A.19

Page 67: Manual P2KH 2013

CONTOH

PETA RTH

EKSISTING

Kota Malang

Page 68: Manual P2KH 2013

CONTOH

PETA RTH

RENCANA

Kota Malang

Page 69: Manual P2KH 2013

PETA RTH

EKSISTING

Kab. Badung –

Ibukota

Kabupaten

CONTOH

Page 70: Manual P2KH 2013

PETA RTH

RENCANA

Kab. Badung –

Ibukota

Kabupaten

CONTOH

Page 71: Manual P2KH 2013

PETA RTH

EKSISTING

Kab. Badung –

Kawasan

Strategis

CONTOH

Page 72: Manual P2KH 2013

PETA RTH

RENCANA

Kab. Badung –

Kawasan

Strategis

CONTOH

Page 73: Manual P2KH 2013

B.

PENYEMPURNAAN

MASTERPLAN UP-

SCALING

II.B

Page 74: Manual P2KH 2013

BAB I PENDAHULUAN II.B.1 I.1 Latar Belakang II.B.1 I.2 Maksud dan Tujuan II.B.2 I.3 Ruang Lingkup II.B.2 I.4 Keluaran II.B.4 I.5 Jadwal Pelaksanaan II.B.4 BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.B.5 II.1 Gambaran Umum Potensi Lokal Kota Kabupaten II.B.5 II.2 Identifikasi RTH dan atribut hijau pilihan eksisting II.B.6 II.3 Rencana Pengembangan dan Pembangunan II.B.7 II.4.Indikasi Program II.B.9 II.5 Pengelolaan Atribut Hijau Kota II.B.11 BAB III LAMPIRAN DAFTAR PETA II.B.12

DAFTAR ISI

Page 75: Manual P2KH 2013

Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara

efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan

sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan

lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang

berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Sebagai bentuk implementasi dari Kota Hijau, diperlukan perencanaan dan

perancangan kota yang ramah lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat

umum, dengan mementingkan kualitas, kegiatan sosial dan budaya serta ruang hijau

didalamnya.

Pada tahap inisiasi kota hijau, telah dilakukan penyusunan Masterplan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan sebagai salah satu dari fokus kegiatan perencanaan

dan perancangan kota yang ramah lingkungan (Green Planning and Design).

Masterplan RTH Perkotaan merupakan acuan pengembangan RTH 30% dalam rangka

memenuhi amanat UU no. 26/2007 tentang Penataan Ruang.

Memasuki tahap up-scaling, diperlukan adanya pengembangan perencanaan

menuju perwujudan kota hijau dengan melibatkan atribut lain sesuai dengan potensi

lokal masing-masing kota/kabupaten melalui kegiatan penyusunan Masterplan RTH

up-scaling.

I .1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

II.B.1

Page 76: Manual P2KH 2013

a. Maksud

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau

dalam rangka implementasi RTRW kota/kabupaten dan untuk pemenuhan amanat UU

No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya pengembangan dari

masterplan RTH.

b. Tujuan

Masterplan RTH up-scaling bertujuan untuk memetakan potensi lokal daerah sesuai

atribut Kota Hijau, dengan berdasarkan pada masterplan RTH perkotaan yang telah

ada.

a. Lingkup Wilayah Perencanaan

Kegiatan ini dilaksanakan pada lingkup wilayah administratif kota (city wide) dan

kawasan fungsional perkotaan (ibukota dan kawasan strategis perekonomian) di

kabupaten.

b. Lingkup Periode Perencanaan

Masterplan RTH up-scaling disusun dalam lingkup periode perancanaan 20 tahun

sesuai RTRW Kota/Kabupaten.

I .2 MAKSUD DAN TUJUAN

I.3 RUANG LINGKUP

II.B.2

Page 77: Manual P2KH 2013

c. Lingkup Atribut Perencanaan

Masterplan RTH up-scaling berbasis pada atribut utama yaitu Green Open Space

(RTH) dengan pengembangan 1 (satu) atribut lain, dengan pilihan sebagai berikut :

A. Green Transportation

Merencanakan dan menerapkan transportasi non motor yang

menghubungkan antar RTH Perkotaan. Misalnya jalur sepeda dan

jalur pejalan kaki.

B. Green Waste

Merencanakan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan

pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling) perkotaan. Misalnya

pemilihan sampah, komposting, pembatasan penggunaan plastik,

kawasan bebas Styrofoam, kerajinan daur ulang, dsb.

C. Green Water

Merencanakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan,

khususnya di Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Biru

(RTB) Perkotaan. Misalnya : konsep zero run-off di RTH perkotaan,

pemanfaatan ruang terbuka biru (fungsi rekreasi, sumber energi, area

konservasi), dsb.

D. Green Energy

Merencanakan pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah

lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu

penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, pembangkit tenaga air,

dsb.

II.B.3

Page 78: Manual P2KH 2013

I .4 KELUARAN

I.5 JADWAL PELAKSANAAN No

Tahapan Kegiatan

Bulan ke

I II III IV

1 Pekerjaan Persiapan

2 Pekerjaan Survey dan Pembuatan Peta RTH dan atribut hijau (pilihan) Eksisting

3 Pekerjaan Pembuatan Rencana RTH dan atribut pilihan

4 Pembuatan Indikasi Program

5 Pekerjaan Pembuatan Rencana Pengelolaan

II.B.4

1. Dokumen teknis Masterplan RTH up-scaling antara lain memuat:

a. Gambaran Umum Potensi Lokal yang akan dikembangkan (Atribut Hijau pilihan)

b. Identifikasi RTH dan atribut hijau eksisting (yang dipilih), berupa Tabulasi dan

Peta

c. Rencana Pengembangan RTH dan atribut hijau pilihan, berupa Tabulasi dan Peta

d. Road Map Rencana Pembangunan RTH dan atribut hijau pilihan (periode 20

tahun)

2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam

format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan

sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

Album peta tersebut terdiri dari:

a. Peta eksisting RTH dan atribut hijau pilihan

b. Peta Rencana RTH dan atribut hijau pilihan dalam periode 20 tahun

c. Peta Lokasi Prioritas Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun) skala 1 : 5000

Page 79: Manual P2KH 2013

Muatan dari gambaran umum wilayah, melingkupi :

II.1.1 Informasi Fisik

Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi,

klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan

daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan dengan peta.

II.1.2 Kependudukan

Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode

tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk.

Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter

demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam

perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan

ruang terbuka hijau.

II.1.3 Potensi Hijau Lokal

Potensi hijau lokal menjelaskan potensi pengembangan kota hijau sesuai dengan 8

atribut kota hijau. Setiap daerah agar memilih 1 dari 8 atribut kota hijau berdasarkan

potensi (kekuatan) setempat, antara lain :

A. Green Transportation

Potensi penerapan transportasi non motor antar RTH perkotaan

B. Green Waste

Potensi penerapan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan

pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling)

C. Green Water

Potensi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan

D. Green Energy

Potensi pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan.

I I .1 GAMBARAN UMUM POTENSI LOKAL

KOTA/KABUPATEN

BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH-

UPSCALING PERKOTAAN

II.B.5

Page 80: Manual P2KH 2013

Kegiatan awal dalam penyusunan Masterplan RTH up-scaling kota adalah

mengidentifikasi keberadaan RTH up-scaling kota yang telah ada (eksisting),

terutama RTH publik, yaitu RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah

dan atribut hijau pilihan.

Identifikasi dan evaluasi tersebut meliputi:

II.2.1 Penggunaan Lahan Kota (Land Use Map)

Dalam penyusunan rencana pembangunan RTH kota, terlebih dahulu harus

diperhatikan peta penggunaan lahan eksisting. Dari peta tersebut dapat diketahui

ruang-ruang kota yang telah terbangun (built up area) dan yang belum terbangun.

Ruang-ruang kota yang belum terbangun mengindikasikan keberadaan RTH kota

dapat menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai RTH kota. Keberadaan RTH

eksisting, terutama RTH public menjadi titik tolak dalam pengembangan dan

pembangunan RTH.

II.2.2. Identifikasi Jenis RTH Kota

Identifikasi jenis-jenis RTH yang telah tersedia dalam sebuah kawasan menjadi

pertimbangan dalam menentukan jenis RTH yang akan dibangun. Identifikasi dapat

dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui survey atau pengumpula data

sekunder dari peta land use atau remote sensing. Informasi RTH eksisting disajikan

dengan peta dan tabulasi.

II.2.3. Identifikasi Atribut Hijau sesuai potensi lokal

Identifikasi atribut kota hijau sesuai dengan potensi lokal, yaitu :

A. Jalur Sepeda dan Jalur Pejalan Kaki eksisting (Green Transportation)

B. Pengelolaan Persampahan eksisting (Green Waste)

C. Pengelolaan sumber daya air eksisting (Green Water)

D. Pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan (Green Energy)

I I .2 IDENTIFIKASI RTH DAN ATRIBUT

HIJAU PILIHAN EKSISTING

II.B.6

Page 81: Manual P2KH 2013

Berdasarkan identifikasi RTH dan atribut hijau eksisting di kawasan perkotaan maka dapat diperkirakan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sesuai dengan atribut hijau pilihan pada tahun-tahun mendatang. A. TABEL RTH Eksisting dan Rencana

II .3 RENCANA PENGEMBANGAN DAN

PEMBANGUNAN

No Jenis RTH Eksisting Rencana

Luas (Ha)

Persentase (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 RTH Taman dan Hutan Kota

a.Taman Kota

b. Hutan Kota

c. Sabuk hijau (green belt)

2 RTH Jalur Hijau Jalan

a. Pulau Jalan dan median jalan

b. Ruang dibawah jalan layang

3. RTH Fungsi Tertentu

a. RTH sempadan kereta api

b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi

c. RTH sempadan sungai

d. RTH sempadan pantai

e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air

f. Pemakaman

Total

II.B.7

Page 82: Manual P2KH 2013

B. TABEL Atribut Hijau Pilihan Eksisting dan Rencana

No Jenis Atribut Pilihan Eksisting Rencana

Luas (Ha)

Persentase (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 Green Transportation

a.Jalur Sepeda

b. Jalur Pejalan Kaki

2 Green Waste

a. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

b. Tempat Pemilahan Sampah

3. Green Water

a. Sungai

b. Waduk

c. Danau

d.Pemanfaatan sumber daya air

4. Green Energy

a. Tenaga Surya

b. Tenaga Angin

c. Tenaga Air

Total

II.A.10

Page 83: Manual P2KH 2013

Masterplan RTH harus dilengkapi dengan tabel indikasi program pembangunan RTH

up-scaling perkotaan yang meliputi:

1. Usulan Program Utama : Program-program pembangunan RTH dan atribut

pilihan yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan

untuk mewujudkan tujuan pembangunan RTH dan atribut pilihan kota/kawasan

perkotaan

2. Lokasi : Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan

dilaksanakan

3. Kepemilikan lahan

4. Besaran: Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing program

utama yang akan dilaksanakan

5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD

Provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat

6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program

yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing

pemerintahan), swasta, dan masyarakat

7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan

dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)

tahunan

II .4 INDIKASI PROGRAM

II.B.9

Page 84: Manual P2KH 2013

TABEL INDIKASI PROGRAM

No

Program Lokasi Kepemili-kan

Lahan

Besa-ran

Dana

Sumber Pendana-

an

Instansi Pelaksana

Waktu Pelaksanaan

1 Jangka Pendek (1 tahun)

a…..

b. ….

2 Jangka Menengah (5 tahun)

a. …..

b. …..

3. Jangka Panjang (20 tahun)

a. …..

b. …..

II.B.10

Page 85: Manual P2KH 2013

3.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery)

Untuk memenuhi kebutuhan penghijauan dalam pengembangan kota hijau,

pemerintah daerah perlu menyiapkan lahan untuk pembibitan dan budidaya

tanaman. Tanaman penghijauan yang dikembangkan dapat berupa pohon, semak

hias maupun groundcover untuk menghijaukan lingkungan.

3.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan Atribut Hijau

RTH yang telah dibangun perlu pemeliharaan dan pengelolaan yang berkelanjutan

agar fungsi ekologi, sosial maupun estetikanya tetap terjaga.

3.3 Kelembagaan Atribut Hijau

Disamping pemeliharaan dan pengelolaan RTH dan atribut hijau lainnya, perlu

ada kejelasan satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap keberadaan RTH

dan atribut lain tersebut, hal ini berkaitan dengan kelembagaan (SKPD) .

3.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan

Master Plan RTH dapat menjadi dasar untuk menyusun rancangan peraturan

daerah tentang RTH (Raperda RTH) sebagai dasar hukum pembangunan RTH

dalam menunjang pembangunan kota hijau.

II .5 PENGELOLAAN ATRIBUT HIJAU KOTA

II.B.11

Page 86: Manual P2KH 2013

BAB III LAMPIRAN PETA

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Masterplan RTH up-scaling

kawasan perkotaan berupa peta yang terdiri dari:

1. Peta eksisting RTH dan atribut hijau pilihan

2. Peta Rencana RTH dan atribut hijau pilihan dalam periode 20 tahun

3. Peta Lokasi Prioritas Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun) skala 1 : 5000

II.B.12

Page 87: Manual P2KH 2013

CONTOH PETA RTH UP-SCALING EKSISTING 2013

Page 88: Manual P2KH 2013

CONTOH PETA RTH UP-SCALING RENCANA 2033

Page 89: Manual P2KH 2013

P H O T O

Page 90: Manual P2KH 2013

PENYUSUNAN

DETAIL

ENGINEERING

DESIGN (DED)

TAMAN KOTA HIJAU

III

Page 91: Manual P2KH 2013

DAFTAR

ISI

BAB I PENDAHULUAN III.1 I.1 Latar Belakang III.1 I.2 Maksud dan Tujuan III.2 I.3 Lingkup Kegiatan III.3 I.4 Keluaran III.4 BAB II SYARAT DAN KETENTUAN III.5 II.1 Syarat Penentuan Lokasi dan Perencanaan RTH III.5 II.2 Ketentuan RTH III.6 BAB III PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN III.7 III.1 Pengumpulan Data III.7 III.2 Analisis III.8 III.3 Perencanaan III.9 III.4 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan III.10 III.5 Komponen Rencana Anggaran Biaya III.12 III.6 Jadwal Pekerjaan III.17 BAB IV PELAKSANA KEGIATAN III.18 IV.1 Tenaga Ahli III.18 IV.2 Mekanisme Kerja III.19 BAB V LAMPIRAN : CONTOH DED III.22 V.1 Daftar Gambar III.22 V.2 Site Plan III.23 V.3 Gambar Simulasi 3D III.25 V.4 Gambar Detail Tata Tanaman dan Teknik Penanaman III.27 V.5 Gambar Detail Perkerasan III.28 V.6 Gambar Detail Tempat Sampah, Komposter, Bangku Taman, Sumur Resapan III.29 V.7 Guideline Papan Informasi Taman III.30

DAFTAR ISI

Page 92: Manual P2KH 2013

I .1 LATAR BELAKANG

Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur

pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau

(P2KH. P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa dan komitmen kabupaten

kabupaten/kota untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan local action plan

atau rencana aksi kota hijau (RAKH).

Salah satu atribut yang menjadi fokus di dalam RAKH adalah terkait “Green Open

Space” yakni berupa peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)

sesuai dengan karakteristik Kabupaten/kota. Hal ini tentunya sejalan dengan

tujuan dari P2KH yaitu meningkatkan kualitas ruang kota khususnya mellaui

perwujudan RTH 30% sekaligus implementasi RTRW Kota/Kabupaten.

Untuk menindaklanjuti rencana aksi yang telah disepakati oleh pemerintah

Kabupaten/Kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan

penyusunan DED (Detail Engineering Design) RTH Perkotaan. Kegiatan ini merupakan

turunan dari masterplan RTH Perkotaan dan ditujukan untuk memberikan panduan

dalam perencanaan RTH perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN

III.1

Page 93: Manual P2KH 2013

a. Maksud

Kegiatan Penyusunan DED dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong

terwujudnya kota hijau melalui peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka

Hijau (RTH) yang sesuai dengan karakteristik Kota dalam rangka implementasi RTRW

Kota/Kabupaten amanat UU No. 26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat (2).

b. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah menyusun Detail Engineering Design (DED) RTH sebagai

acuan bagi pelaksana konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi serta

mengawal proses terkait penyelenggaraan konstruksi implementasi pengembangan

RTH.

I .2 MAKSUD DAN TUJUAN

III.2

Page 94: Manual P2KH 2013

I .3 RUANG LINGKUP

1. Kegiatan Pekerjaan Pra Rancangan :

a. Gambar pra-rancangan arsitektur lanskap yang meliputi : siteplan

b.Garis besar persyaratan teknis (outline specification)

c. Perkiraan biaya pembangunan (preliminary cost estimate)

2. Kegiatan Pekerjaan Pengembangan Rancangan :

a. Gambar Rancangan landscape yang meliputi : siteplan dan detail gambar rencana,

yaitu :

- Rencana Tata Hijau (Softscape)

- Rencana Hardscpae (Jogging Track, Plaza, Parkir Sepeda) dan Bangunan Taman

- Rencana Penempatan Sumur Resapan dan Kran Taman Sprinkler

- Rencana Penempatan Tempat Sampah, Komposter, dan Bangku Taman

- Rencana Titik Lampu dan Penempatan Solar Panel

b. Gambar detail landscape yang meliputi :

- Detail Penanaman Pohon dan Daftar Pohon

- Detail Perkerasan (Jogging Track)

- Detail Toilet & Pos Jaga

- Detail Parkir Sepeda

- Detail Tempat Sampah, Detail Komposter, Detail Tempat Duduk Taman

- Detail Sumur Resapan

- Detail Signage Nama Taman

3. Kegiatan Pekerjaan Dokumen Lelang, meliputi:

a. Petunjuk Pelelangan.

b. Persyaratan Teknis.

c. Gambar rencana dan detail landscape

d. Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

e. Rincian volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya pekerjaan

konstruksi. dan harga satuan pekerjaan III.3

Page 95: Manual P2KH 2013

1. Dokumen DED yang meliputi :

a. Laporan perencanaan lansekap lengkap dengan perhitungan-perhitungan yang

bisa dipertanggungjawabkan.

b. Rencana siteplan mencakup seluruh eleman lanskap.

c. Gambar DED softscape dan hardscape lengkap dalam ukuran kertas A3.

2. Dokumen Lelang :

a. Rencana anggaran biaya (RAB/EE),

b. Rincian volume pekerjaan (BQ),

c. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

3. Dokumen pengadaan jasa pemborongan implementasi pengembangan RTH

I .4 KELUARAN

III.4

Page 96: Manual P2KH 2013

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN

I I .1 SYARAT PENENTUAN LOKASI DAN

PERENCANAAN RTH

Sebelum pelaksanaan perancangan konstruksi, setiap Kota/Kabupaten harus

menentukan lokasi strategis dan signifikan dalam rangka peningkatan kuantitas RTH

kawasan perkotaan. Kawasan Perkotaan yang termasuk dalam cakupan kegiatan

P2KH adalah ibukota kota/kabupaten sehingga akan memberikan dampak optimal

terhadap perwujudan Kota Hijau secara keseluruhan.

Syarat Penentuan Lokasi Penambahan RTH :

- Status lahan milik PEMDA

- Kemudahan aksesibilitas

- Kedekatan dengan pusat kegiatan masyarakat kota,serta bisa digunakan untuk

publik

Syarat Perencanaan RTH :

- Komposisi Ruang Hijau (Softcape) : Perkerasan (Hardscape) = Softcape min. 70% :

Hardcape max.30% berupa material ramah lingkungan (bisa dimungkinkan untuk

menyerap air)

.

III.5

Page 97: Manual P2KH 2013

I I .2 KETENTUAN RTH

Penyusunan DED RTH Perkotaan diarahkan berbentuk Taman Kota Hijau.

Atribut yang harus tercakup dalam perencanaan Taman Ramah Lingkungan :

1. Green Waste : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Material Bekas (Sampah),

dalam bentuk :

- pemilahan sampah dengan penggunaan tempat sampah organik-anorganik

- pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan komposter. Kompos

digunakan untuk pemeliharaan taman itu sendiri.

- penggunaan furniture hijau (terbuat dari bahan daur ulang) di dalam taman,

seperti untuk bangku taman, patung, dll.

2. Green Water : Sistem Pengolahan dan Penggunaan Ulang (Daur Ulang) Air, dalam

bentuk :

- pembuatan sumur resapan air

- pengolahan atau penggunaan kembali air bekas, misalnya dari air dari toilet untuk

penyiraman tanaman.

3. Green Energy : Sistem Penyedia Sumber Listrik dari Matahari, dengan pemakaian :

- Lampu Surya

- Pohon Surya (penyedia instalasi stop kontak & wi-fi dengan solar panel)

4. Green Building : Naungan sederhana, sebagai sarana pendukung utama taman, dari

material ramah lingkungan dengan penghawaan alami :

-Shelter atau Halte Bus, Gazebo, Pergola, Toilet

SIGNAGE TAMAN : Informasi tentang siteplan taman, lokasi, luasan, serta logo

institusi dan keterangan P2KH

5. Green Transportation : Sistem Kemudahan & Kenyamanan Aksesibiltas, dalam

bentuk :

- Trotoar Tepi Jalan-Taman dan Jalur Pejalan Kaki dalam Taman

- Jalur & Parkir Sepeda

6. Green Open Space : Pemilihan Jenis Vegetasi dengan tinggi minimal 3 meter,

diameter minimal 5cm, berupa

- Vegetasi Lokal (Endemik), Vegetasi Peneduh (Penyerap Polutan atau Pereduksi

Emisi Karbon), Vegetasi Pembentuk Iklim Mikro, Vegetasi Produsen Oksigen,

Vegetasi Penarik Satwa Liar

III.6

Page 98: Manual P2KH 2013

BAB III PROSES DAN TAHAPAN

KEGIATAN

I II .1 PENGUMPULAN DATA

A. Data Primer

Data Visual Kegiatan ini berupa pendokumentasian/foto yang menunjukkan

visualisasi lokasi perencanaan. Data visual ini dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran nyata kondisi eksisting di lapangan terutama mengenai potensi dan

masalah yang ada. Data Pengukuran dilakukan pada lokasi perencanaan untuk

mendapatkan data ukur sebagai dasar penyusunan DED.

B. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder berupa:

a. Peraturan pemda setempat, yang meliputi:

1) Peraturan yang terkait dengan Penataan Ruang;

• Peruntukan lahan

• KDB (Koefisien dasar bangunan)

• KDH (Koefisien dasar hijau)

• KLB (Koefisien lantai bangunan)

• KB (Ketinggian bangunan)

• Tipe bangunan

• GSB (garis sepadan bangunan).

2) Peraturan mengenai persyaratan bangunan berupa persyaratan:

• Disain

• Struktur

• Instalasi mekanikal/ elektrikal

• Kebakaran

• Aksesibilitas bagi penyandang cacat.

3) Peraturan dan standar perencanaan lainnya yang secara langsung ataupun tidak

langsung terkait dengan kegiatan pembangunan.

a. Gambar peta eksisiting dan LRK (Lembar Rencana Kota).

b. Studi literatur

III.7

Page 99: Manual P2KH 2013

I I I .2 ANALISIS

Kegiatan analisis yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk-bentuk

penanganan yang bisa dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang telah

diidentifikasi sebelumnya seperti tanah, air, topografi, kemiringan tanah (slope),

hidrologi, , vegetasi, klimatologi, dan lainnya.

Adapun kegiatan analisis perancangan lansekap meliputi:

1. Zonasi tapak

Pembagian zonasi tapak dari taman yang akan direncanakan sebagai RTH publik.

2. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas kedalam tapak perlu dipertimbangkan secara seksama agar

memudahkan pengunan taman/RTH dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Perencanaan pola sirkulasi meliputi sirkulasi kendaran dan jalur pedestrian.

3. Analisis vegetasi eksisting tapak dan lingkungan

Analisis vegetasi untuk mempertimbangkan dalam pemilihan jenis tanaman yang

sesuai dengan fungsi dan zonasi tapak.

4. Site Furniture

Perencanaan berbagai site furniture yang dapat mendukung aktifitas warga

(interaksi sosial) di RTH.

5. Parkir

Tata letak dan jumlah parkir yang dapat menampung kendaraan pengguna RTH.

6. Sosial Budaya

Identifikasi aspek sosial budaya yang berada di lingkungan sekitar tapak/RTH.

III.8

Page 100: Manual P2KH 2013

I I I .3 PERENCANAAN

Setelah dilakukan analisis dan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,

selanjutnya disusun bentuk- bentuk penanganan dalam kegiatan pembangunan atau

penataan RTH.

Selanjutnya dilakukan pengembangan potensi dan pemecahan masalah dengan cara

merumuskan konsep pembangunan atau penataan RTH yang dituangkan dalam

bentuk perencanaan teknis.

Adapun keluaran atau produk penyusunan DED adalah:

1. Gambar Rencana Teknis (Gambar Rancangan, Detail Rancangan dan Gambar

Konstruksi) ;

2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis (Spesifikasi Teknis);

3. Estimate Enginer (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Semua produk hasil perencanaan tersebut selanjutnya dijadikan acuan pihak yang

berkepentingan dalam pelaksanaan pekerjaan fisik (Pemerintah Pusat / Ditjen

Penataan Ruang, Pemerintah Kota dan Kabupaten, Kontraktor, dan juga masyarakat

secara umum).

III.9

Page 101: Manual P2KH 2013

I I I .4 PENYUSUNAN DOKUMEN

KONSTRUKSI DAN PELELANGAN

A. Dokumen Konstruksi

Tahap ini meliputi pembuatan gambar-gambar Detail, BQ, RKS dan RAB dan

menyusun dokumen perancangan berupa laporan perancangan Arsitektur Lansekap.

Adapun rincian kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan gambar-gambar rancangan detail yang penting.

2. Pembuatan gambar kerja.

3. Pembuatan gambar-gambar:

a. Rencana tapak (Site plan).

b. Rencana Tata Hijau (Planting Plan).

c. Gambar Arsitektur.

d. Gambar Struktur.

e. Gambar M/E.

f. Gambar Detail (skala 1:50, 1:20, 1:10, 1:5, sesuai kebutuhan).

g. Pembuatan visualisasi 3D (tiga dimensi) RTH, minimal 2 (dua) sudut pandang.

Semua gambar-gambar rancangan dibuat mengikuti kaidah-kaidah gambar kerja.

III.10

Page 102: Manual P2KH 2013

B. Dokumen Pelelangan

Tahap ini adalah tahap persiapan pelelangan untuk pekerjaan pelaksanaan RTH.

1. Pembuatan dokumen tender:

a. Pembuatan spesifikasi teknis pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,

struktur, dan M/E.

b. Pembuatan spesifikasi khusus pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,

struktur, dan M/E.

c. Pembuatan rencana kerja dan syarat (RKS) pekerjaan lansekap, bangunan

penunjang, struktur, dan M/E.

d. Pembuatan rencana volume (BQ) pekerjaan lansekap, bangunan penunjang,

struktur, dan M/E.

e. Pembuatan rencana anggaran dan biaya pekerjaan lansekap, bangunan

penunjang, struktur, dan M/E.

f. Pembuatan dokumen persyaratan administrasi.

g. Pembuatan dokumen persyaratan umum.

2. Persiapan Pelelangan meliputi:

Membantu pemberi tugas dalam menyusun dokumen untuk pelelangan,

membantu panitia pelelangan dalam menyusun program dan pelaksanaan

pelelangan:

a. Pembuatan jadwal dan program lelang

b. Pembuatan dokumen persyaratan administrasi.

c. Pembuatan dokumen persyaratan umum.

d. Koordinasi dengan semua pihak yang terkait.

3. Pendampingan Pelelangan meliputi :

Membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan termasuk

menyusun berita acara penjelasan pekerjaannya, membantu panitia pelelangan

dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen

pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi

lelang ulang, dan menyusun dokumen pelelangan. III.11

Page 103: Manual P2KH 2013

I I .5 KOMPONEN RENCANA ANGGARAN

BIAYA

Dalam perhitungan biaya terdapat beberapa komponen biaya yang harus diperhatikan

sebagai kebutuhan utama RTH, adapun komponen biaya tersebut antara lain:

A. Pekerjaan Persiapan

1. Pembuatan Papan Nama Proyek

2. Pengadaan Listrik dan Air Kerja

3. Pengukuran & Pasang Bowplank

4. Pekerjaan Direksi Keet

5. Pekerjaan Striping/Pembersihan

Lokasi

6. Pekerjaan Pembersihan setelah

Pembangunan

B. Green Open Space

1. Pekerjaan Penanaman Rumput

2. Pekerjaan Penanaman Pohon

3. Pekerjaan Penanaman Perdu

4. Pekerjaan Penanaman Ground Cover

5. Pekerjaan Pelapisan Tanah Subur

6. Pupuk Kandang

C. Green Transportation

1. Pekerjaan Jogging Track

2. Pekerjaan Plaza

3. Pekerjaan Parkir Sepeda

D. Green Water

1. Pekerjaan Pembuatan Sumur

Resapan

2. Pemasangan Sprinkler Taman

3. Pemipaan

4. Pompa Air

E. Green Waste

1. Tempat Samah Organik-Anorganik

2. Komposter

F. Green Energy

1. Gardu Listrik

2. Pemasangan Lampu Solar Cell

G. Green Building

1. Pekerjaan Pembangunan Toilet &

Pos Jaga

2. Pekerjaan Pembangunan Pergola

3. Pekerjaan Gazebo

4. Pekerjaan Signage Taman

5. Pekerjaan Bangku Taman

III.12

Page 104: Manual P2KH 2013

A. DED Tipe I

Syarat Perencanaan RTH :

1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2

(dua) lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau‘

misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung

1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk

lain)

III.13

Page 105: Manual P2KH 2013

B. DED Tipe II

Syarat Perencanaan RTH :

1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 3000m2

III.14

Page 106: Manual P2KH 2013

Syarat Perencanaan RTH :

1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2 (dua)

lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau‘

misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung

1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk lain)

Syarat Perencanaan up-scaling :

Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu)

implementasi fisik upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) yang

termasuk dalam cakupan dan muatan upscaling berikut.

Cakupan dan Muatan Upscaling

A. Green Transportation

Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu :

1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota

2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota

B. Green Waste

Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu :

- Pembuatan Sistem Komposting di taman kota

C. Green Water

Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air,

yaitu :

- Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat

D. Green Building

Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada

bangunan, yaitu :

- Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota

E. Green Energy

Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah

lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu

penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb.

C. DED Tipe III/up-scaling

III.15

Page 107: Manual P2KH 2013

III.16

Page 108: Manual P2KH 2013

I I I .6 JADWAL PEKERJAAN

N

o Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II III

1 Pengumpulan data dan

survey lapangan

2 Penyusunan gambar

konsep pengembangan

rancangan lansekap

taman

3 Penyusunan gambar

teknis

4 Penyusunan dokumen

lelang (RKS, BQ, EE)

Penyusunan DED Taman Kota Hijau dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan.

Dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

III.17

Page 109: Manual P2KH 2013

IV.1 TENAGA AHLI Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan Tenaga Ahli sebanyak 3 (tiga) orang sesuai

dengan bidang keahliannya.

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketua Tim (Arsitek Lanskap)

Disyaratkan memiliki spesialisasi dan bersertifikat Tenaga Ahli Arsitektur Lanskap,

dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Arsitektur Lansekap,

yang dibuktikandengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang

Arsitektur Lansekapsekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

2. Ahli Sipil

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Sipil

yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang

Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

3. Ahli Lingkungan

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik

Lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional

di bidang penataan lingkungan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

Selain Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Penunjang/Pendukung, yaitu:

1. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang

2. Juru Gambar sejumlah 1 orang

3. Tenaga Administrasi sejumlah 1 orang

BAB IV PELAKSANA KEGIATAN

III.18

Page 110: Manual P2KH 2013

4.2.1 Tanggung Jawab

A. Tanggung Jawab Tim Tenaga Ahli

Tim Tenaga Ahli harus melaksanakan fungsi teknis konstruksi, manajemen,

pengaturan, dan administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan

implementasi fisik RTH berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam

Dokumen Pengadaan. Tim Tenaga Ahli paling sedikit harus melaksanakan

tugas-tugas berikut:

1. Memberikan hasil kerja menyeluruh dan cukup terperinci dengan

memperhatikan proses perancangan lansekap, detail konstruksi,

operasional pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan.

2. Menggabungkan informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah

Daerah (Kota/Kabupaten), Masyarakat, maupun informasi lainnya.

3. Menyerahkan hasil kerjanya ke Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)

sesuai Jadwal Pekerjaan.

4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Daerah, Masyarakat, dan

pelaksana konstruksi.

5. Menyiapkan informasi teknis kepada Pemerintah Daerah dan

Masyarakat.

IV.2 MEKANISME KERJA

III.19

Page 111: Manual P2KH 2013

B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten)

Pemerintah Daerah akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk

memeriksa pekerjaan Tim Tenaga Ahli dan berpartisipasi dalam proses

Pembangunan RTH. Tim Tenaga Ahli tersebut akan melakukan tugas-tugas

sebagai berikut:

1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan

teknis.

2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang untuk mengawasi dan

menyetujui pekerjaan Tenaga Ahli.

3. Mengatur hubungan yang kondusif dengan semua pihak seperti Pelaksana

Konstruksi dan penyedia material/bahan konstruksi.

4. Memberitahuka Tenaga Ahli terhadap perubahan mengenai lingkup

pekerjaan, persyaratan dan jadwal.

5. Mengatur hubungan antara Tenaga Ahli dan Mitra Strategis, jika ada,

sesuai keperluan.

6. Menyediakan data yang diperlukan Tenaga Ahli untuk kelancaran

pekerjaan merujuk pada Dokumen Pengadaan.

III.20

Page 112: Manual P2KH 2013

4.2.2 Koordinasi Kegiatan

A. Rapat Kemajuan Pekerjaan

Tim Tenaga Ahli harus melaksanakan rapat kemajuan perkerjaan

penyusunan DED setiap bulan, disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis

Pemerintah Daerah. Rapat tersebut merupakan waktu kerja dengan Tim

Teknis untuk meninjau kemajuan dan jadwal, permasalahan-

permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan peluang

penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan

menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur

pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan

informasi tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut.

Tim Teknis secara berkala meminta Tenaga Ahli untuk melaksanakan

pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan Penyusunan DED RTH dan

kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah Daerah, perwakilan

masyarakat dan yang lainnya.

B. Laporan Bulanan

Setiap bulan,Tim Tenaga Ahli harus menyampaikan laporan singkat yang

akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan

dikelola. Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 2 (dua) hari

kerja setelah tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah

tanggal 25 pada setiap bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis

Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk melaporkan status proyek. Tim

Tenaga Ahli harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format

pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan

laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini:

· Jadwal pencapaian

· Ringkasan Jadwal Pekerjaan

· Laporan Pencapaian Kualitas

· Daftar Kendali Perubahan

Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah

sesuai permintaan Tim Teknis Pemerintah Daerah untuk melengkapi

Laporan Kemajuan Kerja. .

III.21

Page 113: Manual P2KH 2013

BAB V LAMPIRAN : CONTOH DED

V.1 DAFTAR GAMBAR

III.22

Page 114: Manual P2KH 2013

V.2 SITEPLAN

Kab. Tasikmalaya

III.23

Page 115: Manual P2KH 2013

SITEPLAN

Kab. Purbalingga

III.24

Page 116: Manual P2KH 2013

V.3 SIMULASI 3D

Kab. Tasikmalaya

Page 117: Manual P2KH 2013

SIMULASI 3D

Kab. Purbalingga

Page 118: Manual P2KH 2013

V.4 DETAIL TATA TANAMAN & TEKNIK

PENANAMAN

III.27

Page 119: Manual P2KH 2013

V.5 DETAIL PERKERASAN

III.28

Page 120: Manual P2KH 2013

V.6 DETAIL TEMPAT SAMPAH, KOMPOSTER,

BANGKU TAMAN, SUMUR RESAPAN

III.29

Page 121: Manual P2KH 2013

V.7 GUIDELINE PAPAN INFORMASI TAMAN

Contoh layout Lansekap

Legenda Atribut

Taman

Nama dan Lokasi

Taman

Keterangan Siteplan

Taman

Logo Kementerian PU Logo Pemerintah Kota/Kab terkait

Keterangan “Taman

ini dibangun dalam

kegiatan P2KH”

Dimensi Papan Info :

± 900x600 mm

Orientasi, Desain &

Material Bebas III.30

Page 122: Manual P2KH 2013

GUIDELINE PAPAN INFORMASI TAMAN

Contoh layout Portrait

Legenda Atribut Taman

Nama dan Lokasi Taman

Keterangan Siteplan

Taman

Keterangan “Taman ini

dibangun dalam kegiatan

P2KH”

Logo Kementerian PU

Logo Pemerintah Kota/Kab

terkait

III.31

Page 123: Manual P2KH 2013
Page 124: Manual P2KH 2013

PENINGKATAN

KUANTITAS RTH

PERKOTAAN

IV

Page 125: Manual P2KH 2013

DAFTAR

ISI

BAB I PENDAHULUAN IV.1 I.1 Latar Belakang IV.1 I.2 Maksud dan Tujuan IV.2 I.3 Ruang Lingkup IV.2 I.4 Keluaran IV.2 BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN IV.3 II.1 Tahapan Kegiatan IV.3

II.1.1 Umum II.1.2 Tahap Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah II.1.3 Tahap Konstruksi Lansekap II.1.4 Tahap Pemeliharaan Tanaman

II.2 Jadwal Pelaksanaan IV.16 BAB III PELAKSANA KEGIATAN IV.17 III.1 Kualifikasi Pelaksana Konstruksi dan Tenaga Ahli IV.17 III.2 Mekanisme Kerja IV.18 BAB IV LAMPIRAN FOTO IV.22 IV.1 FOTO IMPLEMENTASI RTH IV.22 IV.2 FOTO SEBELUM DAN SESUDAH RTH IV.34

DAFTAR ISI

Page 126: Manual P2KH 2013

BAB I PENDAHULUAN

Selaras dengan amanat Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 pasal

3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan perkotaan yang

mengharmonisasikan lingkungan alamiah dan lingkungan buatan. Salah satu

pengembangannya antara lain dapat dilakukan dalam bentuk perwujudan Kota Hijau.

Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur

pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau

(P2KH) untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan local action plan atau

rencana aksi kota hijau (RAKH).

Salah satu atribut yang menjadi fokus di dalam RAKH adalah terkait “Green Open

Space” yakni berupa peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH)

sesuai dengan karakteristik Kota/Kabupaten Penyediaan RTH juga merupakan amanat

dari UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang dimana disebutkan bahwa perencanaan

tata ruang wilayah harus memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan

ruang terbuka hijau (RTH), dan mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas

wilayah kawasan perkotaan yang dibagi menjadi RTH Publik minimal 20% dan RTH

Privat minimal 10%.

Untuk menindaklanjuti rencana aksi yang telah disepakati oleh pemerintah

kabupaten/kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan

FasilitasiImplementasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan melalui

perwujudan ruang terbuka hijau.

Kegiatan ini merupakan pilot project sebagai bentuk upaya untuk mendorong

pemerintah Kota/Kabupaten mewujudkan kota hijau melalui implementasi RTH secara

fisik dalam ruang kotanya. Peningkatan jumlah luasan RTH publik menjadi sasaran

utama implementasi fisik ini. pewujudan ini diharapkan dapat memberikan

dampak positif bagi lingkungan perkotaan dengan meningkatnya kualitas penataan

ruang.

I .1 LATAR BELAKANG

IV.1

Page 127: Manual P2KH 2013

I .2 MAKSUD DAN TUJUAN

A. Maksud

Kegiatan Fasiltiasi Implementasi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

dimaksudkan sebagai salah satu upaya mendorong terwujudnya kota hijau melalui

peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sesuai dengan

karakteristik Kota/Kabupaten dalam rangka implementasi RTRW Kota/Kabupaten

dan pemenuhan amanat UU No. 26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat

(2).

B. Tujuan

Tujuan kegiatan adalah melaksanakan implementasi fisik pembangunan Ruang

Terbuka Hijau (RTH) di Kota/Kabupaten sesuai dengan DED yang telah disusun.

I .3 LINGKUP KEGIATAN

Adapun lingkup pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Implementasi Pengembangan Ruang

Terbuka Hijau Perkotaan berupa revitalisasi, pemeliharaan maupun pembangunan

baru Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan hasil desain yang telah disepakati yang

secara umum meliputi:

1. Pekerjaan persiapan

2. Pekerjaan Konstruksi lansekap

3. Pemeliharaan Pekerjaan.secara menyeluruh,

I .4 KELUARAN

Kegiatan ini diharapkan dapat terbangunnya area RTH publik yang terintegrasi dan

aksesibel bagi lingkungan perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi

interaksi sosial secara aktif bagi kota secara umum.

IV.2

Page 128: Manual P2KH 2013

BAB II PROSES & TAHAPAN KEGIATAN

II.1.1 Umum

A. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan

alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini

untuk mendapatkan hasil yang baik.

2. Pekerjaan lansekap yang dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang

tertera dalam gambar lansekap dan sesuai petunjuk-petunjuk Pengawas

atas saran perencana.

3. Pekerjaan tersebut meliputi antara lain :

- Pekerjaan Persiapan

- Pekerjaan Penanaman dan pekerjaan hard material

-Pekerjaan Perawatan / pemeliharaan tanaman dan pekerjaan-

pekerjaan lain yang terkait / erat kaitannya dengan pekerjaan ini

B. Sarana Kerja

1. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja bagi semua

pekerjaan yang dilakukan di luar lapangan sebelum pemasangan ,

peralatan kerja serta jadwal kerja. Hal ini harus dilaporkan /

persetujuan dari Pengawas di lapangan

2. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan

memenuhi persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan

kerja di lapangan

3. Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus

aman dari segala kerusakan, hilang dan lain-lain serta hal-hal yang

dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan

I I .1 TAHAPAN KEGIATAN

IV.3

Page 129: Manual P2KH 2013

C. Perbedaan dan Perubahan Gambar

1. Bila terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang

ada maupun perbedaan yang terjadi dengan keadaan di lapangan,

diwajibkan bagi Kontraktor untuk melaporkannya secara tertulis kepada

Pengawas untuk kemudian Pengawas memberikan keputusan tentang itu

untuk bisa dilaksanakan setelah berunding terlebih dahulu kepada

Perencana

2. Untuk ukuran dalam gambar Lansekap pada dasarnya adalah ukuran jadi

sampai dalam keadaan selesai. Semua ukuran harus benar-benar

diperhatikan terutama peil-peil , ketinggian, lebar, ketebalan, luas

penampang dan lain-lain sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar. Bila

ada keraguan mengenai ukuran atau bila belum dicantumkan dalam gambar,

Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Pengawas, kemudian

Pengawas memberikan keputusan ukuran yang akan dipakai dan dijadikan

pegangan setelah berunding dengan Perencana

3. Untuk hal-hal pekerjaan yang belum tercakup secara lengkap dalam gambar,

Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing yang merupakan gambar

detail pelaksanaan berdasarkan gambar perencanaan, gambar kerja yang

telah disesuaikan dengan keadaaan di lapangan pada kertas standar yang

berlaku pada Kontraktor. Di dalam Shop Drawing ini harus jelas dan

mencantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi,

cara pemasangan dan atau persyaratan khusus pabrik / produksi bahan yang

dipakai. Shop Drawing ini harus diajukan kepada Pengawas untuk

mendapatkan persetujuannya secara tertulis, setelah berunding dengan

pihak Perencana

IV.4

Page 130: Manual P2KH 2013

D. Persyaratan Pekerjaan Lansekap

1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dan

syarat-syarat pekerjaan lansekap dan sesuai petunjuk-petunjuk yang

diberikan oleh Pengawas dengan saran Perencana

2. Pekerjaan Lansekap yang dilaksanakan harus mengikuti semua petunjuk

gambar-gambar lansekap terlampir dan apa yang ditentukan kemudian

oleh Pengawas atas petunjuk Perencana

E. Bahan / Material

1. Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan yang

tercantum dalam gambar Lansekap, memenuhi standar spesifikasi

bahan yang telah dipilih/ditunjuk/disetujui, mengikuti peraturan

persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat-syarat Pekerjaan Lansekap

ini serta petunjuk-petunjuk Pengawas atas saran dan petunjuk

perencana

2. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui oleh Pengawas. Contoh

bahan yang akan dipasang harus diajukan dan diserahkan ke Pengawas

untuk kemudian mendapatkan persetujuan dari Pengawas sesuai

petunjuk Perencana. Pengajuan bahan yang setara dengan apa yang

disyaratkan

3. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan terhadap kerusakan di lapangan

harus benar-benar diperhatikan sesuai persyaratan spesifikasi

F. Dasar Penentuan Ukuran/Posisi Bagian-Bagian Pekerjaan

1. Untuk mendapatkan posisi dan ketetapan di lapangan untuk setiap

bagian pekerjaan harap diperhatikan segala petunjuk yang tertera

dalam gambar Lansekap

IV.5

Page 131: Manual P2KH 2013

2. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan patokan-patokan ukuran yang

dipakai adalah terhadap as-as bangunan sekitar dengan menyesuaikan

ukuran dalam gambar, atau menggunakan patokan-patokan yang ada di

dalam site untuk bagian-bagian yang jauh dari bangunan.

3. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di dalam site serta

membubuhkan nomor asnya dengan koordinat, terutama untuk patokan

titik mula setiap bagian dari pekerjaan. Patok-patok tersebut harus diikatkan

kepada benchmark tapak/bangunan/proyek.

G. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap

1. Semua ukuran dan posisi harus tepat sesuai gambar Lansekap , juga

ketetapan pemasangan patok-patok di lapangan

2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk/kemiringan

kontur/peil yang tertera dalam gambar. Kemiringan – kemiringan yang

dibuat harus cukup kuat untuk mengalirkan air hujan menuju selokan yang

ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera

dalam gambar. Tidak dibenarkan adanya genangan air di atas tanah.

3. Cara pelaksanaan setiap bagian pekerjaan ini mengikuti petunjuk gambar,

uraian dan syarat pekerjaan Lansekap.

IV.6

Page 132: Manual P2KH 2013

II.1.2 Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah

A. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan peralatan dan

alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk

mendapatkan hasil yang baik

2. Pekerjaan yang dilaksanakan dalam hal ini meliputi :

a. Pekerjaan persiapan tanah

b. Pembentukan tanah dan penyelesaian tanah

c. Pembersihan tanah dan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan

pekerjaan ini.

B. Persyaratan Pekerjaan Persiapan Tanah

1. Peralatan yang dipakai cukup baik dan memenuhi syarat kerja

2. Semua pekerjaan tanah dilaksanakan mengikuti petunjuk gambar, uraian

dan syarat pekerjaan Lansekap dan petunjuk Pengawas

C. Pekerjaan Persiapan Tanah

1. Pekerjaan persiapan tanah ini meliputi pembongkaran/pemindahan/

pembersihan di tempat kerja dari benda/puing-puing bekas bangunan

yang tidak berguna lagi, yang dapat mengganggu terlaksananya

kelancaran kerja di tempat tersebut.

2. Pohon/semak/rumput yang tidak diperlukan lagi ditempat kerja harus

disingkirkan berikut pokok pohon/semak / rumput sampai akar-akarnya

sedalam kurang lebih 30 cm

3. Mengadakan pengukuran (stake out) dan pemasangan patok-patok titik

awal/peil dasar yang diperlukan ditempat kerja

IV.7

Page 133: Manual P2KH 2013

D. Pembentukan Tanah dan Penyelesaian Tanah

1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian , urugan tanah, perataan tanah, tanah

yang dipergunakan adalah tanah merah urug yang bebas dari kotoran/akar-

akar pohon

2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk / rencana

grading , kemiringan / contour / peil yang tertera dalam gambar Lansekap

3. Untuk pekerjaan penanaman diperlukan pekerjaan pengurugan tanah yang

mengandung bahan organis

E. Pembersihan Tanah

1. Tanah yang telah siap untuk pelaksanaan suatu pekerjaan ataupun yang telah

selesai digarap harus dibersihkan dari bekas tanah galian dan bekas-bekas

bahan bangunan

2. Tanah yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar

dibersihkan dari batu , kerikil , adukan kapur dan segala bekas bahan

bangunan / bongkaran , bahan plastik dan bahan-bahan organis. Tanah yang

dipakai

F. Pekerjaan Tanah Subur

1. Lingkup Pekerjaan :

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-baha, peralatan

dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini

untuk memperoleh hasil yang baik

b. Pekerjaan tanah subur ini dilakukan untuk semua area termasuk bak

tanaman / pot tanaman

IV.8

Page 134: Manual P2KH 2013

2. Persyaratan bahan :

a. Tanah yang digunakan harus terdiri dari tanah gembur, tidak berbatu

atau tidak terdapat puing-puing bekas bangunan , tidak ada sampah

dan rumput / tanaman liar

b. Tanah yang digunakan harus bebas dari bibit hama , kutu maupun

rayap

c. Air siraman digunakan air tawar bersih dan tidak mengandung minyak,

asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya

d. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor

supaya air yang dipakai untuk kegiatan ini diperiksa di Laboratorium

Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor

e. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan diatas dan harus dengan persetujuan Pengawas

3. Syarat-syarat Pelaksanaan :

a. Tanah dan pupuk kandang yang digunakan harus dengan persetujuan

pihak Pengawas

b. Campuran tanah dan pupuk kandang harus merata, warna dan

campurannya, demikian pula dengan campuran humus

c. Lapisan tanah subur harus sama ketebalannya sesuai yang disyaratkan

dalam detail gambar, diratakan, disiram air sampai jenuh

d. Tebal lapisan tanah subur minimum 20 cm atau sesuai dengan gambar

e. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat

persetujuan dari pihak Pengawas

IV.9

Page 135: Manual P2KH 2013

II.1.3 Pekerjaan Lansekap

A. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini meliputi tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu

yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan untuk mendapatkan hasil

yang baik

2. Pekerjaan lansekap ini meliputi semua pekerjaan hard material dan

pekerjaan soft material sesuai petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan

lansekap dengan memperhatikan pekerjaan :

a. Persiapan dan pembentukan tanah sesuai yang telah diuraikan dalam BAB

II

b. Cara dan syarat yang telah ditentukan

B. Bahan dan Material

Soft Material, meliputi semua pekerjaan penanaman pohon , semak . perdu

,penutup tanah dan rumput

C. Persyaratan Pekerjaan Lansekap

1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar

uraian dan syarat pekerjaan Lansekap, atas petunjuk Pengawas

2. Setiap pekerjaan Lansekap dilaksanakan, diperlukan adanya Koordinasi kerja

dengan pekerjaan lain agar tidak terjadi kerusakan pekerjaan yang sudah

atau sedang terpasang di tempat tersebut

3. Dalam hal melaksanakan pekerjaan ini, persiapan tanah , pembentukan

tanah, penggalian lubang tanaman harus sudah dilaksanakan dengan

mengikuti semua petunjuk gambar sesuai uraian syarat yang tertulis

4. Lubang-lubang galian dibuat sesuai dengan posisi pohon/tanaman dengan

mengikuti petunjuk gambar Lansekap

5. Pemasangan patok-patok berikut dengan keterangan koordinat posisi perlu

dilaksanakan terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis tanaman

6. Patokan diambil berdasarkan pengukuran yang ditarik dari as-as bangunan

yang terdekat / patokan-patokan yang ada dalam site

IV.10

Page 136: Manual P2KH 2013

7. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti

gambar-gambar yang ada dan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan

serta meneliti kebenaran ukuran di lapangan

8. Perbedaan antara gambar dengan keadaaan di lapangan harus dilaporkan

kepada Pengawas untuk diambil keputusan pemecahan perihal perbedaan

setempat

9. Setelah pembentukan dan penyelesaian tanah mengikuti bentuk

kemiringan/kontur/peil sesuai gambar, serta pekerjaan penggalian lubang

selesai dapat dilaksanakan penanaman

10.Segala perubahan letak pohon di lapangan yang menyimpang dari

ketentuan gambar Lansekap disebabkan keadaan lapangan, harus atas

sepengetahuan dan persetujuan Pengawas

11.Kontraktor diwajibkan mengajukan shop drawing dengan mengikuti

ukuran bentuk dan peletakan sesuai permintaan Perencana.

D. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap

1. Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Pengawas sesuai

dengan petunjuk gambar Lansekap dan mengikuti semua persyaratan

tertulis, uraian dan syarat pekerjaan Lansekap.

2. Khususnya soft material harus disediakan Nursery pada areal yang sudah

ditunjuk, disamping itu berguna untuk pengkondisian pohon terhadap

lingkungan

3. Material yang dipilih harus sesuai dengan gambar lansekap atau sesuai

petunjuk Pengawas atas saran Perencana

4. Pekerjaan Soft Material :

a. Penanaman Pohon, dengan tinggi minimal 3 meter dan diameter

minimal 5 cm

b. Penanaman pohon dengan tinggi

c. Penanaman semak

d. Penanaman rumput IV.11

Page 137: Manual P2KH 2013

II.1.4 Pemeliharaan Pekerjaan

A. Lingkup Pekerjaan

1. Pekerjaan ini adalah semua pekerjaan yang dilaksanakan untuk memelihara

dan merawat semua tanaman yang telah selesai ditanam maupun yang

belum tertanam (masih di tempat penampungan sementara) dari segala

macam kerusakan untuk mendapatkan tumbuh dan bentuk yang baik

seperti yang dipersyaratkan sampai jangka waktu pemeliharaan yang telah

berakhir

2. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-

alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk

mendapatkan hasil yang baik

3. Pekerjaan pemeliharaan ini meliputi :

a. Penyiraman

b. Penyiangan

c. Penggantian pohon / tanaman yang mati

d. Pemangkasan

e. Pemupukan

f. Pemberantasan hama & penyakit

B. Persyaratan Pekerjaan Pemeliharaan Tanaman

1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar,

uraian dan syarat pekerjaan serta petunjuk Pengawas

2. Pemeliharaan tanaman sangat perlu perhatian Kontraktor setelah selesai

penanaman. Ikatan kontrak masa pemeliharaan ini berlangsung selama 6

(enam) bulan dari masa selesainya penanaman

3. Selama masa itu Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara tanaman

yang rusak/mati. Semua penggantian tanaman yang rusak/mati dengan

tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor

4. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman yang

ditanam

IV.12

Page 138: Manual P2KH 2013

C. Bahan / Material

1. Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam setiap jenis pekerjaan

pemeliharaan ini harus benar-benar baik, memenuhi persyaratan kerja

yang dibutuhkan dan tidak merusak tanaman.

2. Pupuk maupun obat anti hama yang dipergunakan juga harus sesuai

dengan uraian dan syarat yang tertulis dalam bab selanjutnya.

3. Penggantian tanaman harus sesuai jenis/bentuk/warna daun dan bunga

dengan apa yang telah ditentukan dan tertanam

D. Penyiraman

1. Penyiraman dilakukan dengan air bersih, bebas dari segala bahan

organis/zat kimia/bahan-bahan lain yang dapat mengganggu dan merusak

pertumbuhan tanaman

2. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang

3. Penyiraman dilakukan secara teratur, terutama di musim kemarau dan bagi

tanaman-tanaman yang baru ditanam serta bagi tanaman-tanaman dalam

tempatpenampungan, hal ini harus benar-benar diperhatikan

4. Penyiraman dilakukan :

a. Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman yang baru

ditanam dan semua jenis tanaman dalam penyimpanan sementara

sebelum ditanam, yaitu pada waktu pagi hari dan sore hari sesudah pk

15.30, sampai tanaman-tanaman tersebut tumbuh sehat dan kuat

b. Untuk semua tanaman hias yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat,

disiram satu kali sehari pada sore hari setelah pukul 15.30

5. Banyaknya air penyiraman harus cukup sampai membasahinya, dibawah

permukaan tanah. Bagi tanaman yang masih terlihat cukup basah

tanahnya pada sore hari untuk penyiraman pada saat itu tak perlu

dilakukan

6. Tidak diperkenankan tanah bekas siraman terlihat tergenang air,

air harus dapat terserap baik oleh tanah di sekitar tanaman IV.13

Page 139: Manual P2KH 2013

E. Penyiangan

1. Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi

tanaman semak dan perdu yang tertanam.

2. Tanaman liar dan rumput disekitar perdu dicabut dan dibersihkan sampai

akarnya dari sekeliling perdu

3. Untuk tanaman hias, penyiangan dilakukan secara teratur setiap 2 minggu

sekali , dengan mencabut segala tanaman liar dan jenis rumput yang berada

disekitar dan dibawahnya, serta tanahnya digemburkan.

F. Penggantian Tanaman

1. Kontraktor wajib mengganti setiap kali ada tanaman yang rusak atau mati.

Semua penggantian tanaman ini dengan tanaman yang baru adalah menjadi

tanggung jawab Kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan

berakhir

2. Penggantian tanaman harus sesuai jenis / bentuk / warna daun dan bunga

serta ukuran yang sama dengan apa yang telah ditentukan berakhir

3. Penggantian tanaman dilaksanakan dengan sebaik mungkin jangan sampai

merusak tanaman lain disekitarnya pada saat mencabut dan menanam yang

baru

4. Penggantian tanaman dilakukan pada sore hari antara pukul 15.00 – 18.00

dan harus segera disiram

IV.14

Page 140: Manual P2KH 2013

G. Pemangkasan

1. Pemangkasan dilakukan pada cabang ranting yang tumbuh tidak

teratur/liar untuk mendapatkan/mempertahankan bentuk pertumbuhan

cabang yang diinginkan

2. Membuang ranting dan cabang yang sakit dengan cara memotongnya

3. Semua pekerjaan pemangkasan dilakukan dengan gunting pangkas dengan

cara memangkas cabang atau ranting arah miring dari bawah keatas

dengan sudut 30– 50 derajat

4. Untuk bekas pemotongan cabang/yang permukaannya terpotong lebar,

penampang yang terpotong tersebut ditutup ter (aspal)

5. Pemangkasan ini dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali

6. Pemangkasan pada tanaman hias untuk pemeliharaan bentuk dilakukan

bilamana ketinggian komposisi kelompok tanaman tidak lagi beraturan

dan dipotong sesuai petunjuk ketinggian yang diminta dalam gambar

H. Pemupukan

1. Pupuk kompos

2. Pupuk kandang, dengan pemakaian antara 2 – 4 kg/m2

3. Pemupukan tanaman dijadwalkan setiap interval 1 bulan sekali dengan

diselang penggunaannya yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos

I. Pemberantasan Hama Penyakit

1. Ulat dan serangga dengan Basudin/Diazinon/Bayrusil, dosis 1 – 2 cc/L air

segar disemprotkan dengan sprayer

2. Jamur, panu pada batang tanaman keras, dengan Dithan M 45, Fungisida

dosis 2 – 3 gram/L air segar, disemprotkan dengan sprayer

3. Siput darat yang bersarang di bak-bak bunga/tanaman hias dengan

Metadex yang disebarkan disekitar tanaman tersebut, dengan dosis 50

gram/m2 luas lahan

4. Kutu-kutu buah , kumbang , diberantas dengan Fosforeno ,dengan dosis 1 –

2 cc/L air segar, disemprotkan dengan sprayer bertekanan

IV.15

Page 141: Manual P2KH 2013

I I .2 JADWAL PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan kegiatan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

dibutuhkan waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

N

o Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II III

1 Pekerjaan Persiapan

2 Pekerjaan Lansekap

3 Pemeliharaan Pekerjaan

4 Pelaporan

IV.16

Page 142: Manual P2KH 2013

BAB III PELAKSANA KEGIATAN

A. Pelaksana Konstruksi RTH

Adapun kualifikasi Pelaksana Konstruksi RTH adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kompetensi pembangunan RTH yang ditandai dengan portofolio

proyek dan tenaga ahli yang terdapat di dalamnya.

2. Memiliki pengalaman dengan pekerjaan sejenis minimal 5 tahun

B. Tenaga Ahli

Sementara itu kualifikasi tenaga ahli yang harus terdapat dalam struktur

organisasi Pelaksana Konstruksi adalah

sebagai berikut:

1. Ketua Tim (Ahli Lansekap):

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik

Lansekap yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman

profesional di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga)

tahun, serta berpengalaman menangani proyek sejenis.

2. Ahli Sipil:

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik

Sipil yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional

di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

3. Ahli Lingkungan :

Disyaratkan denganpendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik

Lingkungan yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman

profesional di bidang penataan lingkungan sekurang-kurangnya 3 (tiga)

tahun.

I II .1 KUALIFIKASI PELAKSANA

KONSTRUKSI RTH DAN TENAGA AHLI

IV.17

Page 143: Manual P2KH 2013

I II .2 MEKANISME KERJA

3.2.1 Tanggung Jawab

A. Tanggung Jawab Pelaksana Konstruksi

Pelaksana Konstruksi harus melaksanakan fungsi teknis konstruksi, manajemen,

pengaturan, dan administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan Pekerjan

berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam Dokumen Pengadaan. Pelaksana

Konstruksi paling sedikit harus melaksanakan tugas-tugas berikut:

1. Memberikan hasil kerja menyeluruh dan cukup terperinci dengan telah

memperhatikan baik fase-fase konstruksi dan commisioning maupun operasi

dan pemeliharaan pekerjaan

2. Menggabungkan informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah kota,

Masyarakat, dan yang lainnya.

3. Menyerahkan hasil kerjanya ke Pemerintah Kota sesuai Jadwal Pekerjaan

4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Kota, Masyarakat, dan

konsultan, sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan masukan atas

implementasi RTH.

5. Menyiapkan informasi teknis kepada Pemerintah Kota dan Masyarakat

sehingga dapat berhubungan dengan kelompok pihak ketiga, seperti, tetapi

tidak terbatas pada:

- Lembaga-lembaga Keuangan dan para penasehat teknis independen

mereka

- Instansi Pemerintah sektoral

- Dan sebagainya.

6. Mengatur hubungan komersil dengan semua Pihak Konsultan, Pelaksana

Konstruksi, dan pemasok

IV.18

Page 144: Manual P2KH 2013

B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

Pemerintah Kota akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk

memeriksa pekerjaan Pelaksana Konstruksi dan berpartisipasi dalam proses

Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas sebagai

berikut:

1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan

teknis

2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk

mengawasi dan menyetujui pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi

3. Memberitahukan Pelaksana Konstruksi terhadap perubahan mengenai

lingkup pekerjaan, persyaratan dan jadwal.

4. Mengatur hubungan antara Pelaksana Konstruksi dan Mitra Strategis, jika

ada, sesuai dengan prosedur dan keperluan

5. Menyediakan data yang diperlukan oleh Pelaksana Konstruksi, seperti:

hasil-hasil kajian dan informasi lain, yang merujuk pada Dokumen

Pengadaan

IV.19

Page 145: Manual P2KH 2013

III.2.2 Koordinasi Kegiatan

A. Rapat Kemajuan Pekerjaan

Pelaksana Konstruksi harus melaksanakan rapat kemajuan proyek setiap bulan

disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis Pemerintah Kota. Rapat tersebut

merupakan waktu kerja dengan Tim Teknis untuk meninjau kemajuan dan

jadwal, permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan

peluang penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan

menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur

pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan informasi

tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut.

Dari waktu ke waktu, Tim Teknis akan selalu meminta Pelaksana Konstruksi

untuk melaksanakan pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan

Implementasi RTH dan kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah

Kota, perwakilan masyarakat dan yang lainnya.

B. Laporan Bulanan

Setiap bulan, Pelaksana Konstruksi harus menyajikan laporan singkat yang

akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola.

Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 5 (lima) hari kerja setelah

tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah tanggal 25 pada setiap

bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Kota sebagai

dasar untuk melaporkan status proyek kepada masyarakat.

IV.20

Page 146: Manual P2KH 2013

Pelaksana Konstruksi harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk

format pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan

pembuatan laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang

berikut ini:

· Jadwal pencapaian

· Ringkasan Jadwal Pekerjaan

· Statistik Kemajuan dan Kinerja (Ringkasan secara Keseluruhan / Elemen

Pekerjaan /Bidang kerja)

· Laporan Pencapaian Kualitas yang memperinci tentang QA audit serta

temuan-temuan mengenai efektitas dan efisiensi Pekerjaan Pelaksana

Konstruksi dan sistem manajemennya

· Status Tagihan

· Daftar Kendali Perubahan

Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai

permintaan Tim Teknis Pemerintah Kota untuk melengkapi penerbitan

Laporan Kemajuan Kerja Bulanan

IV.21

Page 147: Manual P2KH 2013

KAB. PURBALINGGA

KAB. PEKALONGAN

KOTA KENDARI

KOTA KENDARI

KOTA MALANG

KAB. BADUNG

KAB. BANDUNG KAB. CIAMIS

BAB VI LAMPIRAN

1 . FOTO IMPLEMENTASI RTH

GREEN OPEN SPACE – TATA TANAMAN

IV.22

Page 148: Manual P2KH 2013

KAB. BANDUNG

KAB. BREBES

KAB. SUMBAWA

GREEN OPEN SPACE – TATA TANAMAN

KAB. KENDAL

KAB. BANDUNG

KAB. BANDUNG KAB. KUDUS

IV.23

Page 149: Manual P2KH 2013

KOTA SEMARANG

KAB. PURBALINGGA KAB. KENDAL

KAB. KUNINGAN

KOTA KENDARI

KAB. BEKASI KOTA SURAKARTA

GREEN TRANSPORTATION – JOGGING TRACK DAN JALUR PEJALAN KAKI

KAB. TASIKMALAYA IV.24

Page 150: Manual P2KH 2013

Plaza

KOTA SEMARANG

KAB. KENDAL

KAB. PEKALONGAN

KAB. SUKOHARJO

KAB. PACITAN

KAB. SIDOARJO

GREEN TRANSPORTATION – PLAZA

KOTA PALU

KOTA METRO KAB. PACITAN

IV.25

Page 151: Manual P2KH 2013

KOTA YOGYAKARTA

KAB.NGANJUK

GREEN TRANSPORTATION – PARKIR SEPEDA

KOTA SALATIGA

KAB. TASIKMALAYA

KAB. KENDAL

IV.26

Page 152: Manual P2KH 2013

KAB.

KENDAL

KOTA BANDA ACEH

KAB. TASIKMALAYA

KAB. NGANJUK

GREEN ENERGY – LAMPU SURYA

KOTA MEDAN

GREEN WATER – SUMUR RESAPAN

KAB. TASIKMALAYA

IV.27

Page 153: Manual P2KH 2013

KAB. TASIKMALAYA

KOTA MAKASSAR

GREEN WASTE – BAK SAMPAH

KAB. PURBALINGGA

KOTA KENDARI

KAB. SAMPANG

KAB. BANDUNG KAB. KENDAL IV.28

Page 154: Manual P2KH 2013

KOTA KENDARI

KAB. CIAMIS

KAB. BEKASI

KAB. BEKASI

KAB. KUDUS KOTA MAKASSAR

KOTA PALU

GREEN WASTE – BANGKU TAMAN

KOTA SURAKARTA

KAB. KUNINGAN

KAB. CIAMIS KAB. SUKOHARJO

IV.29

Page 155: Manual P2KH 2013

Pos Jaga

KOTA YOGYAKARTA

KOTA KENDARI

KOTA KENDARI

KAB. BANDUNG

KAB. CIAMIS

KAB. KUNINGAN

GREEN BUILDING – BANGUNAN TOILET & POS JAGA

KAB. PATI

KAB. PEKALONGAN IV.30

Page 156: Manual P2KH 2013

KAB. PURBALINGGA

KOTA SALATIGA

KOTA KENDARI

KAB. CIAMIS

KAB. KUDUS

GREEN BUILDING – GAZEBO & PERGOLA

KAB. KUNINGAN

KAB. TASIKMALAYA KAB. BEKASI IV.31

Page 157: Manual P2KH 2013

KOTA YOGYAKARTA

KOTA MALANG

KAB. BADUNG

KAB. KUDUS

KAB.SAMPANG KAB. SUKOHARJO

KAB. SUMBAWA

NAMA/SIGNAGE TAMAN

KOTA YOGYAKARTA IV.32

Page 158: Manual P2KH 2013

KAB. SUMBAWA

KAB. TASIKMALAYA

NAMA/SIGNAGE TAMAN

KAB. BADUNG KOTA SURAKARTA IV.33

Page 159: Manual P2KH 2013

BOJONG PARK Eks Rice Mills Kel. Bojong, Kec. Purbalingga (9.000 m2)

sesudah sebelum

BAB VI LAMPIRAN

2. FOTO SEBELUM DAN SESUDAH RTH

KAB. PURBALINGGA

IV.34

Page 160: Manual P2KH 2013

REJOMULYO PARK Eks Pasar Rejomulyo, Kel. Rejomulyo, Kec. Semarang Tengah (5.000 m2)

KOTA SEMARANG

sesudah sebelum IV.35

Page 161: Manual P2KH 2013
Page 162: Manual P2KH 2013

SUPERVISI

PENINGKATAN

KUANTITAS RTH

PERKOTAAN

V

Page 163: Manual P2KH 2013

DAFTAR

ISI

BAB I PENDAHULUAN V.1 I.1 Latar Belakang V.1 I.2 Maksud dan Tujuan V.2 I.3 Lingkup Kegiatan V.3 I.4 Keluaran V.3 BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN V.4 II.1 Pengertian V.4 II.2 Tahanap Kegiatan V.6 II.3 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan V.8 II.4 Jadwal Pekerjaan V.8 BAB III PELAKSANA KEGIATAN V.9 III.1 Tenaga Ahli V.9 III.2 Mekanisme Kerja V.10

III.2.1 Tanggung Jawab III.2.2 Peran Serta Green Community III.2.3 Koordinasi Kegiatan

DAFTAR ISI

Page 164: Manual P2KH 2013

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan Kota Hijau di Indonesia memerlukan gerak bersama seluruh unsur

pemangku kepentingan kota. Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang

Kementerian Pekerjaan Umum memprakarsai Program Pengembangan Kota Hijau

(P2KH). P2KH diawali dengan penggalangan prakarsa

dan komitmen kota/kabupaten untuk mewujudkan Kota Hijau melalui perumusan

local action plan atau rencana aksi kota hijau (RAKH).

Untuk menindaklanjuti RAKH yang telah disepakati oleh pemerintah Kabupaten/Kota

tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan implementasi

pelaksanaan fisik RTH untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas di perkotaan.

Adanya kegiatan implementasi fisik ini harus didampingi oleh kegiatan supervisi

untuk mengawasi kegiatan fisik yang berjalan.

Kegiatan supervisi ini dilakukan untuk memberikan pengawasan terhadap tahapan

kualitas pekerjaan pelaksanaan fisik secara berkala. Supervisi/pengawasan yang

dilakukan diharapkan dapat memberikan kualitas fungsi RTH yang berdampak

optimal bagi llingkungan perkotaan secara umum.

V.1

Page 165: Manual P2KH 2013

a. Maksud

Kegiatan Supervisi dimaksudkan sebagai salah satu upaya mewujudkan peningkatan

kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sesuai dengan

karakteristik Kota dalam rangka implementasi RTRW Kota/Kabupaten amanat UU No.

26/ 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 ayat (2).

b. Tujuan

Tujuan kegiatan adalah quality assurance pelaksanaan fisik RTH sesuai dengan RKS

dengan cara mengawal proses penyelenggaraan konstruksi implementasi

pengembangan RTH secara berkala.

I .2 MAKSUD DAN TUJUAN

V.2

Page 166: Manual P2KH 2013

I .3 RUANG LINGKUP

1. Tahap Pelelangan

Membantu PPK di Kota/Kabupaten dalam mempersiapkan, menyusun program,

mendampingi, dan menilai hasil pelelangan untuk kegiatan pelaksanaan kontruksi

fisik

2. Tahap Pelaksanaan

Mengevaluasi, dan mengendalikan Program pelaksanaan konstruksi fisik serta

melakukan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan

implementasi fisik.

I .4 KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah dokumen supervisi pelaksanaan konstruksi RTH

yang di terbitkan berkala setiap minggunya.

V.3

Page 167: Manual P2KH 2013

Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk

menjadikan segala kegiatan di pelaksanaan konstruksi berjalan dan berhasil sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Supervisi pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan/tindakan mengawasi

pelaksanaan pekerjaan sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan,

kemudian mengadakan pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar

pengukuran kegiatan tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang

dicapai dengan standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan

(evaluasi).

Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau

spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas,dimensi/ukuran, kualitas,

cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya

atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan

dapat merupakan hasil yang lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi) dan

penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan

(merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).

I I .1 PENGERTIAN

BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN

V.4

Page 168: Manual P2KH 2013

Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan

terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian dalamproses pengawasan ini

dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut :

1.Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu

disupervisi antara lain, adalah :

a.Jenis dan volume tiap pekerjaan;

b.Kondisi lokasi;

c.Fungsi dari setiap aspek pekerjaan;

d.Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak

lingkungan sudah dilaksanakan.

2.Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

a.Sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan pada

sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana;

b. Kualitas hasil pekerjaan;

c. Kelengkapan RTH untuk kenyamanan pemakai;

d.Metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar;

e.Koordinasi pelaksanaan denganpihak/instansi/dinas terkait setempat.

3. Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

a.Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadwal yang telah

direncanakan.

b.Keterlambatan dan/atau percepatan waktupelaksanaan pekerjaan maka harus

diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadwal kerja;

c.Monitoring perpanjangan jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan

pekerjaan/pemutusankontrak (bila perlu).

4.Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah :

a. Pembelanjaan atau penggunaan dana;

b. Penyelewengan dana;

c. Proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis;

d. Pembukuan Keuangan dengan baik;

e. Aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi.

5.Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah :

a. Penyusunan Dokumen manajemen administrasi yang diperlukan secara

lengkap, benar dan sesuai kondisi lapangan/yang sebenarnya;

b. Administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik

V.5

Page 169: Manual P2KH 2013

II .2 TAHAPAN KEGIATAN

A. Tahapan Pelelangan

1. Membantu PPK di Kota/Kabupaten dalam mempersiapkan dan menyusun program

pelaksanaan pelelangan pekerjaan kontruksi fisik.

2. Membantu Panitia Lelang dalam menyusun harga Perhitungan Sendiri

(Owner'sEtimate) pekerjaan kontruksi fisik.

3. Membantu Panitia Lelang melakukan prakualifikasi calon peserta pelelangan.

4. Membantu Panitia Lelang dalam penyebarluasan pengumuman pelelangan, baik

melalui papan pengumuman, media cetak maupun media elektronik.

5. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan

pekerjaan.

6. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.

7. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan kontruksi

fisik.

8. Menyusun laporan proyek tahap pelelangan.

B. Tahap Pelaksanaan

1. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan kontruksi fisik yang disusun oleh

pemborong, yang meliputi program-program pencapaian sasaran kontruksi

penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan

bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance/Quality Control, dan

program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

2. Mengendalikan program pelaksanaan kontruksi fisik sesuai yang direncanakan oleh

konsultan DED dan dilaksanakan di lapangan, yang meliputiprogram pengendalian

sumber daya, pengendalian biaya,pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik

(kuantitas dan kualitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan baik

penambahan maupun pengurangan, pengendalian tertib administrasi,pengendalian

kesehatan dan keselamatan kerja.

V.6

Page 170: Manual P2KH 2013

3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang

timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan

koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

4. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

kontruksi fisik

5. Melakukan kegiatan pengawasan terdiri atas:

· Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi yang akan

dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan

· Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta

mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kontruksi.

· Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju

pencapaian volume/ realisasi fisik dan mengumpulkan data dan informasi di

lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan kontruksi.

· Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan

mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-

rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang

dibuat oleh pelaksana konstruksi.

· Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran

angsuran,

pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan

kontruksi.

· Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh

kontrakor dan meneliti gambar- gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di

lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima.

· Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, dan mengawasi

perbaikannya pada masa pemeliharaan dan bersama dengan Konsultan

Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan

gedung.

6. Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen kontruksi V.7

Page 171: Manual P2KH 2013

II .3 PENYUSUNAN DOKUMEN

PELELANGAN

Pendampingan Pelelangan

Meliputi : membantu panitia pelelangan pada waktu penjelasan pekerjaan termasuk

menyusun berita acara penjelasan pekerjaannya, membantu panitia pelelangan

dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali

dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang

ulang, dan menyusun dokumen pelelangan.

II .4 JADWAL PEKERJAAN

N

o Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II III

1 Lelang Jasa Pemborong

2 Supervisi Pekerjaan

Persiapan

3 Supervisi Pekerjaan

Konstruksi

4 Supervisi Pekerjaan

Finishing

Untuk melaksanakan kegiatan Supervisi Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau

Perkotaan dibutuhkan waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dapat dilihat pada tabel

berikut:

V.8

Page 172: Manual P2KH 2013

BAB III PELAKSANA KEGIATAN

III.1 TENAGA AHLI

Dalam pelaksanaan kegiatan ini diperlukan Tenaga Ahli sebanyak 3 (tiga) MM sesuai

dengan bidang keahliannya.

Adapun kualifikasi tenaga ahli tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketua Tim (Arsitektur Lanskap):

Disyaratkan memiliki spesialisasi dan bersertifikat Tenaga Ahli Arsitektur Lanskap,

dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Arsitektur Lansekap, yang

dibuktikandengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang Arsitektur

Lansekap sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

2. Ahli Mekanikal / Elektrikal:

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Mesin

/Elektro / Fisika Teknik yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman

profesional di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

3. Ahli Sipil:

Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Sipil

yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang

Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun

Selain Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Pendukung,

yaitu:

1. Pengawas Sipil sejumlah 1 orang

2. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang

3. Juru Gambar sejumlah 1 orang V.9

Page 173: Manual P2KH 2013

III .2 MEKANISME KERJA

III.2.1 Tanggung Jawab

A. Tanggung Jawab Pengawas

Pengawas harus melaksanakan fungsi pengawasan teknis pelaksanaan

konstruksi, manajemen proyek,dan administrasi yang diperlukan untuk

melaksanakan Pekerjan berdasarkan kebutuhan yang dijelaskan dalam

Dokumen Pengadaan. Pengawas paling sedikit harus melaksanakan tugas-tugas

berikut:

1. Memberikan monitoring dan evaluasi terperinci pada fase-fase pelelangan,

pelaksanaan konstruksi dan commisioning maupun operasi dan

pemeliharaan pekerjaan

2. Memantau informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah kota,

Masyarakat, dan yang lainnya

3. Menyerahkan laporan monitoring dan evaluasi pekerjaan ke Pemerintah Kota

sesuai Jadwal Pekerjaan

4. Mengatur hubungan teknis antara Pemerintah Kota, Masyarakat, pelaksana

konstruksi dan konsultan, sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan

masukan atas Perancangan DED RTH

5. Memberikan informasi teknis tambahan kepada Pemerintah Kota dan

Masyarakat terkait dengan fase pelelangan, pelaksanaan konstruksi dan

pemeliharaan

V.10

Page 174: Manual P2KH 2013

B. Tanggung Jawab Pemerintah Kota/Kabupaten

Pemerintah Kota/Kabupaten akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi

untuk memeriksa pekerjaan Konsultan dan berpartisipasi dalam proses

Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas

sebagai berikut:

1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan

teknis

2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk

mengawasi dan menyetujui pekerjaan Konsultan

3. Mengatur hubungan komersil dengan semua pihak seperti Pelaksana

konstruksi,Konsultan dan Pemasok

4. Memberitahukan Pengawas terhadap perubahan mengenai lingkup

pekerjaan, persyaratan dan jadwal

5. Mengatur hubungan antara Pengawas dan Mitra Strategis, jika ada, sesuai

keperluan

6. Menyediakan data yang diperlukan konsultan untuk kelancaran pekerjaan

merujuk pada Dokumen Pengadaan

III.2.2 Peran Serta Komunitas Hijau

Komunitas Hijau hendaknya terlibat dalam pengawasan selama implementasi

fisik RTH berlangsung. Pengawasan dari Komunitas Hijau diperlukan agar

kualitas fisik RTH yang terbangun bisa terjaga sesuai dengan perencanaannya.

V.11

Page 175: Manual P2KH 2013

III.2.3 Koordinasi Kegiatan

A. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan

Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses

pengawasan/pengendalian pelaksanaan kegiatan, hanya umumnya dilakukan

untuk periode waktu tertentu, meskipun juga dapat dilakukan sewaktu-waktu

(mendesak).

Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan pertemuan

yang dilaksanakan oleh Pengawas - Pelaksana Konstruksi - Konsultan – Tim

Teknis Pemerintah daerah (Tim Pelaksana Kegiatan) padasetiap setiap peride

waktu tertentu (pada umumnya

mingguan atau sesuai periode waktu yang disepakati) untuk mengevaluasi

sejauh mana kemajuan pelaksanaan kegiatan telah dicapai, termasuk

penyelesaiaanmasalah yang muncul. Rapat ini dihadiri oleh semua

pengurus/pelaksana kegiatan (termasuk dapat mengundang pihak-pihak terkait

lainnya yang diperlukan).

Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitandengan

pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain :

- Volume pekerjaan

- Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja

- Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja

- Realisasi Swadaya Masyarakat

- Administrasi

-Masalah-masalah yang timbul dilapangan

V.12

Page 176: Manual P2KH 2013

B. Laporan Kemajuan Pekerjaan

Setiap minggu, Pengawas harus menyajikan laporan singkat yang akurat

mengenai status monitoring dan evaluasi pekerjaan yang dilaksanakan dan

dikelola. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Daerah

sebagai dasar untuk melaporkan status proyek kepada masyarakat.

Pengawas harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format

pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan

laporan.

Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini:

· Jadwal pencapaian

· Ringkasan Jadwal Pekerjaan

· Laporan Pencapaian Kualitas

· Daftar Kendali Perubahan

Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai

permintaan Tim Teknis Pemerintah Daerah untuk melengkapi penerbitan

Laporan Kemajuan Kerja mingguan

V.13

Page 177: Manual P2KH 2013
Page 178: Manual P2KH 2013

KEGIATAN FORUM

KOMUNITAS HIJAU

(FKH)

VI

Page 179: Manual P2KH 2013

Dalam upaya mewujudan Kota Hijau terdapat 8 (delapan) atribut yang harus dipenuhi

yaitu: Green Planning and Design, Green Open Space, Green Community, Green

Water, Green Waste, Green Energy, Green Building, dan Green Transportation. Dari 8

(delapan) atribut tersebut, Green Community menjadi salah satu atribut yang penting,

karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat yang utamanya dijaring melalui

forum-forum komunitas,akan menjadi motor penggerak utama gerakan hijau di

kota/kawasan perkotaan serta menjamin keberlanjutan program Kota Hijau di masa

yang akan datang.

Penerapan atribut Green Community, melalui pembentukan Forum Komunitas Hijau

(FKH) adalah sarana mewadahi komunitas-komunitas yang sudah ada, untuk saling

belajar dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Kota Hijau. Oleh karena itu

diperlukan upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat melalui pembentukan

Forum Komunitas Hijau (FKH) dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian

seluruh penghuni kota terhadap perwujudan kota hijau, diawali dari memahami

pentingnya RTH di kota.

Proses pemahaman tersebut dapat dimulai dari komunitas-komunitas yang tergabung

dalam FKH sendiri, yang nanti kemudian akan menyebar ke segmen masyarakat lain

lewat kegiatan-kegiatan FKH.

LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

VI.1

Page 180: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

a. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :

1. Meningkatkan pemahaman kepada warga tentang pentingnya kota hijau bagi

keseimbangan fungsi kota yangberkelanjutan.

2. Menggali / menampung aspirasi dari warga tentang kota hijau lewat metode

rembug/ diskusi terbuka.

3. Mengajak warga untuk memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada, serta

berperan aktif dalam peningkatan kualitas dankuantitas RTH Kota/Kawasan

Perkotaan.

4. Membentuk forum hijau kota/kabupaten sebagai mitra pemerintah

kota/kabupaten dalam meningkatkan kualitas dan kuantitasRTH kota/kawasan

perkotaan.

b. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah :

1. Tercapainya target minimal 1.000 orang yang terjangkau sosialisasi, baik melalui

media offline maupun online

2. Terdatanya komunitas-komunitas hijau yang telah ada maupun bertambahnya

komunitas dalam Forum Komunitas Hijau

3. Terselenggaranya workshop/konsinyiasi dalam rangka menghimpun aspirasi

warga/komunitas

4. Terbentuknya forum komunitas hijau kota

5. Tersusunnya peta komunitas hijau

6. Tersusunnya rencana aksi forum komunitas hijau berisikan program-program

yang mendorong partisipasi aktifmasyarakat dalam peningkatan kuantitas dan

kualitas RTH dan merangkum harapan dan aspirasi warga terhadapRTH

Kota/Kawasan Perkotaan

7. Teragendakannya kegiatan bersama antar komunitas/kelompok warga pada

salah satu Ruang Terbuka Hijau dikota/kabupaten, minimal satu kegiatan dalam

satu tahun

8. Terliputnya kegiatan Kota Hijau oleh media massa baik media

cetak maupun eletronik

9. Terdokumentasikannya kegiatan melalui foto dan prosiding kegiatan

TUJUAN DAN SASARAN

VI.2

Page 181: Manual P2KH 2013

RUANG LINGKUP

Masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan forum komunitas hijau adalah yang

berada dalam kelompok usia : 16- 30 tahun(remaja, pemuda, komunitas penggiat

lingkungan yang aktif, tokoh-tokoh muda, dan sebagainya dengan pertimbangan

waktu yang tersedia, spirit yang dinamis, serta pembawa perubahan (agent of

change).

Contoh :

- Karang Taruna, kelompok pemuda teritorial

- Siswa-siswi sekolah-sekolah tingkat atas/ SLTA

- Komunitas seni dan budaya

- Komunitas peduli lingkungan

- Komunitas olahraga

- Komunitas hobi (sepeda, motor, dll)

- Masyarakat yang peduli

KELUARAN

1. Database Forum Komunitas Hijau Kota

2. Rencana Aksi forum komunitas hijau kota

3. Dokumentasi dan prosiding pelaksanaan aksi-aksi komunitas hijau

VI.3

Page 182: Manual P2KH 2013

A. SOSIALISASI

DAN

KAMPANYE

PUBLIK

TENTANG KOTA

HIJAU

VI.A

Page 183: Manual P2KH 2013

I . TUJUAN

1. Membangun kesadaran warga dan pemerintah daerah tentang pentingnya Kota

Hijau

2. Menyatukan visi Kota Hijau antara warga dan pemerintah daerah

3. Membangun partisipasi warga dalam program-program Kota Hijau

I I . SASARAN

1. Masyarakat umum dengan prioritas generasi muda (16-30 tahun)

2. Komunitas atau kelompok masyarakat yang berorganisasi secara sukarela

karena kesamaan minat.

VI.A.1

Page 184: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Berikut adalah beberapa pelaksanaan kegiatan sosialisasi Kota Hijau serta alternatif

kegiatan yang dapat disesuaikan denganpotensi serta karakteristik masyarakat

setempat :

1. Temu Warga pada tingkat kelurahan/kecamatan tentang Kota HIjau

Sosialisasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemerintah

Kota/Kabupaten saat melakukan temuwarga. Dalam pertemuan-pertemuan ini

dijelaskan dan dibagikan brosur mengenai fungsi, manfaat, dan pentingnya

peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta di mana saja

lokasi RTH di kota/kabupaten yang dapat diakses. Pada tahap berikutnya adalah

sosialisasi atirbut-atribut lain dari Kota Hijau.

2. Talkshow di radio dan TV lokal (media elektronik)

Bekerja sama dengan media lokal untuk melakukan talkshow atau penyuluhan

mengenai fungsi, manfaat, dan pentingnya Kota Hijau beserta penjelasan

atribut-atributnya. Paling tidak ada3 radio lokal dan 2 stasiun TV lokal/2 kali

siaran di stasiun TV yang sama.

3. Press release ke media massa

Memberikan bahan-bahan tertulis kepada media massa lokal, agar mereka

menurunkan tulisan tentang fungsi,manfaat, dan peningkatan kualitas dan

kuantitas RTH sebagai fungsi esensial kota yang berkelanjutan.

4. Sosialisasi ke sekolah-sekolah (SLTA)

5. Kampanye lewat social media : facebook, twitter, youtube

Membuat akun media sosial, untuk menyebarkan pemahaman fungsi, manfaat,

dan pentingnya peningkatankualitas dan kuantitas RTH. Melalui media sosial

inilah interaksi warga dan pemerintah diharapkan dapat terjadi secara

intens dan proaktif. VI.A.2

Page 185: Manual P2KH 2013

Aksi Kota Hijau tidak lahir secara instan, dibutuhkan tahapan-tahapan yang diawali

dengan sosialisasi untuk menumbuhkan kepedulian, dilanjutkan dengan mobilisasi

melalui pembentukan komunitas hijau. Setelah terbentuk komunitas yang terorganisir

maka perlu diambil langkah-langkah persuasif antara lain melalui insentif program

oleh pemerintah. Pada tahap akhir lahirlah aksi-aksi yang mendukung perwujudan

Kota Hijau

Sosialisasi Mobilisasi Persuasi Aksi

--

VI.A.3

Page 186: Manual P2KH 2013

B. PEMBENTUKAN

FKH DAN

PENYUSUNAN

RENCANA AKSI

FKH

VI.B

Page 187: Manual P2KH 2013

I.1 DEFINISI DAN KRITERIA FKH IV.B.1 I.2 TAHAPAN PEMBENTUKAN FKH IV.B.2 I.3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH IV.B.3 I.4 PENGEMBANGAN FKH IV.B.4 I.5 JADWAL PELAKSANAAN IV.B.4 I.6 FORM PEMBENTUKAN FKH & PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH IV.B.6

DAFTAR ISI

Page 188: Manual P2KH 2013

Forum Komunitas Hijau (FKH) ini adalah forum komunikasi antar

komunitas/kelompok warga yang peduli pada masalah lingkungan dan sosial budaya

di kota/kabupaten tertentu, terutama membangun interaksi sosial warga terhadap

pemanfaatan ruang terbuka hijau di kota.

FKH terdiri dari perwakilan komunitas/kelompok warga, yang memiliki

kepedulian/kegiatan seputar isu lingkungan, sosial, dan budaya.

Komunitas/kelompok warga adalah perkumpulan yang sifat keanggotaannya

terbuka, berorientasi sosial (bukan profit, seperti koperasi misalnya), dan sudah aktif

dalam satu tahun terakhir mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengangkat isu

lingkungan dan sosial budaya. Contoh komunitas/kelompok warga yang dimaksud

antara lain komunitas bike2work, komunitas motor, komunitas berkebun, karang

taruna, pramuka, kelompok kesenian, dll.

I .1 DEFINISI DAN KRITERIA FKH

VI.B.1

Page 189: Manual P2KH 2013

I .2 TAHAPAN PEMBENTUKAN FKH

1. Dilakukan pendataan terhadap komunitas-komunitas yang ada di daerah

tersebut. Komunitas yang didata sebaiknyabukan ormas yang berafiliasi pada

parpol tertentu, dan bukan pula asosiasi dagang. Akan lebih baik bila

komunitastersebut hidup pada territorial tertentu (Karang Taruna) atau minat

khusus (Bike to Work), organisasi profesi (IDI),maupun kelompok-kelompok lain

yang sifatnya sosial budaya;

2. Diadakan workshop/konsinyiasi dengan mengundang pakar-pakar Kota Hijau

sebagai narasumber dan komunitas-komunitassebagai peserta untuk

menggalang kepedulian komunitas-komunitas tersebut terhadap perwujudan

KotaHijau;

3. Dibentuk Forum Komunitas Hijau (FKH) yang terdiri atas komunitas-komunitas

yang telah menyatakan minatnya dalam mendukungperwujudan Kota Hijau di

kota/kabupaten masing-masing;

4. FKH merupakan forum bagi komunitas-komunitas yang peduli pada program

Kota Hijau di kota/kabupaten masing-masing dan menjadi mitra bagi

pemerintah untuk mewujudkan Kota Hijau;

5. FKH menyusun rencana aksi komunitas hijau kota yang terdiri atas program-

program kegiatan yang dapat mendorong danmeningkatkan keterlibatan dan

3. peran aktif masyarakat dalam mewujudkan Kota Hijau

VI.B.2

Page 190: Manual P2KH 2013

1. FKH berdiskusi untuk memetakan masalah-masalah di kota/kab yang terkait

untuk wujudkan Kota Hijau

2. Masalah tersebut kemudian dipilah mana yang menjadi tanggung jawab

pemerintah, bisnis maupun warga sendiri

3. FKH membuat skala prioritas masalah yang menjadi tanggung jawab warga.

4. Berdasarkan skala prioritas inilah kemudian didiskusikan satu rencana aksi

untuk mengatasinya.

5. Rencana aksi ini tidak harus menjadi solusi 100%, tetapi bisa merupakan

penyelesaian satu tahap. Misalnya masalah yang dipilih soal sampah, lalu

rencana aksinya adalah penyadaran warga untuk memilah sampah (satu tahap

untuk masalah sampah)

6. Program disusun dengan pertimbangan SMART Specific (khusus dan jelas),

Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis) Time

Bound (target waktu)

7. Mengisi form persetujuan Rencana Aksi

I .3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH

VI.B.3

Page 191: Manual P2KH 2013

CONTOH RENCANA AKSI Tahun 2013-2014 KOTA PAREPARE

VI.B.4

Page 192: Manual P2KH 2013

I .4 PENGEMBANGAN FKH

1. FKH adalah forum/wadah bagi komunitas, tanpa menghilangkan eksistensi

komunitas masing-masing;

2. Keanggotaan FKH adalah komunitas, bukan perseorangan. Keanggotaan FKH

bersifat terbuka, komunitas-komunitas baru dapat bergabung sesuai dengan visi

misi Kota Hijau;

3. Komunitas anggota FKH dapat melakukan kegiatan bersama-sama atas nama FKH,

atau juga atas nama komunitas sendiri;

4. FKH membuat kesepakatan mekanisme organisasi , antara lain : susunan pengurus,

periodisasi kepengurusan, visi misi organisasi, dll;

5. Pelembagaan FKH diserahkan pada kesepakatan anggota, dapat berupa lembaga

formal (badan hokum, AD/ART, SK Bupati/Walikota) ataupun informal. Prinsipnya

FKH ini adalah independen dan mandiri;

6. Pendanaan FKH didapat dari berbagai sumber, seperti sponsorhip, usaha bersama

maupun bantuan dari pemerintah/swasta

I .5 JADWAL PELAKSANAAN

No

Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II

1 Sosialisasi dan Kampanye Publik tentang Kota Hijau

2 Pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH)

a. Pendataan komunitas yang sudah ada

b. Workshop/Konsinyasi

c. Pembentukan FKH dengan penentuan koordinator

3 Penyusunan Rencana Aksi FKH

VI.B.4 VI.B.5

Page 193: Manual P2KH 2013

I .6 FORM PEMBENTUKAN FKH &

PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH

VI.B.6

Page 194: Manual P2KH 2013

C. PENYUSUNAN

PETA

KOMUNITAS

HIJAU

VI.C

Page 195: Manual P2KH 2013

I.1 TUJUAN DAN KELUARAN IV.C.1 I.2 JADWAL PEKERJAAN IV.C.1 I.3 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN IV.C.2 I.4 BATASAN PEMETAAN IV.C.3 I.5 GUIDELINE LAYOUT PETA IV.C.4 I.6 FORM PENYUSUNAN PETA KOMUNITAS HIJAU IV.C.6

DAFTAR ISI

Page 196: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Tujuan : Meningkatkan kesadaran warga terhadap lokasi-lokasi hijau dan memiliki

kontribusi positif bagi kualitas ruang kota

Keluaran

Spesifikasi Peta Komunitas Hijau :

1. Dibuat/dicetak pada kertas ukuran A2, jenis kertas art/matte paper, berat 120

gram

2. Dicetak dalam jumlah sesuai ketentuan RAB dan dikemas dengan terlipat rapi.

3. Kelengkapan informasi peta : Kontak FKH, nama-nama relawan yang terlibat,

logo Kementerian Pekerjaan Umum, logo Pemda

I .1 TUJUAN DAN KELUARAN

I .2 JADWAL PEKERJAAN

N

o Tahapan Kegiatan Bulan ke

I II III

1 Pembentukan Kelompok Kerja

2 Penentuan Batasan Tema

3 Pemetaaan dan Pencarian Data

4 Kompilasi dan Tinjuan Data

5 Desain dan Cetak Peta

6 Evaluasi dan Pelaporan VI.C.1

Page 197: Manual P2KH 2013

a. FKH membentuk tim relawan untuk membuat Peta Komunitas Hijau dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

b. Tim menentukan batasan lokasi pemetaan, yaitu wilayah administratif kota (city

wide) dan kawasan fungsional perkotaan di kabupaten

c. Lokasi/objek yang akan dipetakan, dengan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau.

d. Materi pemetaan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau, minimal mengandung 2

atribut Kota Hijau (Green Open Space/Ruang Terbuka Hijau dan Green

Community/Tempat Akfititas Komunitas)

e. Tim kemudian melakukan survei lapangan pada lokasi-lokasi yang masuk pada

batasan obyek peta. Dalam survei lapangan, setiap orang melakukan

penilaian/pencatatan pada lokasi-lokasi yang dikunjungi.

f. Tim kemudian mendiskusikan hasil survei, setiap orang bertukar pikiran dan

melakukan penilaian bersama/kelompok pada setiap lokasi, serta membahas

kembali, lokasi-lokasi mana yang layak dimasukkan dalam peta.

g. Setelah survei dan diskusi selesai, tim kemudian merancang setting dan layout

peta, sesuai petunjuk teknis dan memasukkan hasil-hasil survei – diskusi ke

dalam peta.

h. Draft Peta Komunitas Hijau ini wajib konsultasi dengan Tim Pendamping Pusat

untuk mendapat persetujuan substansi.

i. Setelah mendapat persetujuan substansi dari Tim Pendamping Pusat, draft peta

ini baru dapat dicetak/diperbanyak sesuai petunjuk teknis

I .3 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

VI.C.2

Page 198: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Materi pemetaan mengacu pada 8 atribut Kota Hijau, yaitu :

1. Green Planning and Design : Apakah sudah memiliki RTRW, Rencana Induk

RTH, Perda/Peraturan terkait 8 atribut?

2. Green Open Space : Bagaimana kondisi RTH (taman, jalur hijau) yang ada?

Digunakan untuk kegiatan apa? Siapa pengguna RTH tersebut?

3. Green Community : Apakah ada kelompok/komunitas peduli lingkungan atau

sosial? Berapa jumlahnya? Siapa saja? Dimana mereka berkegiatan? Siapa

kontak personnya?

4. Green Waste : Bagaimana pengelolaan sampah? Apakah dikelola

pemda/perusahaan/masyarakat? Apakah sudah ada inisiatif masyarakat

memilah/memanfaatkan sampah?

5. Green Water : Bagaimana kondisi air permukaan/air tanahnya? Sudah berapa

persen masyarakat mengakses air bersih? Adakah teknologi

tradisional/modern dalam pengolahan air? Apakah ada ancaman krisis air?

6. Green Building : Adakah bangunan ramah lingkungan? Adakah bangunan yang

mempertahankan pengetahuan lokal?

7. Green Transportation : Bagaimana sistem transportasinya? Adakah fasilitas

pengguna transportasi ramah lingkungan? Berjalan kaki, Sepeda?

8. Green Energy : Apa sumber energinya? Adakah inisiatif penggunaan energi

hijau (air, surya, angin)?

I .4 BATASAN PEMETAAN

VI.C.3

Page 199: Manual P2KH 2013

Contoh layout Portrait – KAB. SUMBAWA

HALAMAN DEPAN

HALAMAN BELAKANG COVER DEPAN

Judul Peta, Logo

Kementerian PU,

Logo Pemerintah

Daerah

COVER BELAKANG

Kontak FKH (Nama,

No.HP, Email,

Facebook/Twitter)

PROFIL KOTA/KAB

Penjelasan

Karakteristik

Wilayah Pemetaan

LOKASI TERPILIH

Temuan Paling

Menarik

TITIK HIJAU

Temuan Hijau sesuai urutan lokasi,

dilengkapi nama tempat, alamat,

deskripsi lokasi

PETA & LEGENDA

Penomoran Tiik

Hijau, dengan garis

batas kecamatan,

nama jalan, nagivasi

arah utara

PENYUSUN

Nama

relawan

penyusun

I .5. GUIDELINE LAYOUT

PETA

VI.C.4

Page 200: Manual P2KH 2013

Contoh layout Lansekap - KOTA BANDUNG HALAMAN DEPAN

HALAMAN BELAKANG

COVER

Judul Peta, Logo

Kementerian PU, Logo

Pemerintah Daerah

PROFIL KOTA/KAB

Penjelasan Karakteristik

Wilayah Pemetaan

TITIK HIJAU & FOTO

Temuan Hijau sesuai

urutan lokasi, dilengkapi

nama tempat, alamat,

deskripsi lokasi

LOKASI TERPILIH & FOTO

Temuan Paling Menarik

PETA & LEGENDA

Penomoran Tiik Hijau,

dengan garis batas

kecamatan, nama jalan,

nagivasi arah utara

PENYUSUN & kONTAK

FKH

Nama relawan penyusun,

Kontak FKH (Nama,

No.HP, Email,

Facebook/Twitter)

Page 201: Manual P2KH 2013

I .6 FORM PENYUSUNAN PETA

KOMUNITAS HIJAU

VI.C.6

Page 202: Manual P2KH 2013

D.

PENYELENGGARAAN

AKSI FKH

VI.D

Page 203: Manual P2KH 2013

DAFTAR

ISI

I.1 FESTIVAL HIJAU (GREEN FESTIVAL) DI TAMAN KOTA IV.D.1 I.2 AKSI KOMUNITAS HIJAU LAIN (TERKAIT ATRIBUT KOTA HIJAU) IV.D.3 I.3 SOSIALISASI KOMUNITAS HIJAU IV.D.6 I.4 DOKUMENTASI KEGIATAN FKH IV.D.8

DAFTAR ISI

Page 204: Manual P2KH 2013

A. PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH BARU

Tujuan :

a. Mengkampanyekan kegiatan di ruang terbuka hijau

b. Memberi ruang ekspresi kesenian di ruang terbuka hijau

c. Menjadikan ajang interaksi antar kelompok warga

Bentuk Kegiatan :

Festival ini berupa kegiatan di ruang terbuka hijau atau di salah satu taman kota

yang memadai

Festival ini kegiatan kesenian antar kelompok

Festival ini bukan lomba, tetapi lebih ajang ekspresi kelompok2 kesenian di kota

tersebut.

Pendanaan dari P2KH berupa dana stimulan, biaya penyelenggaran festival ini

dapat diperoleh dari sponsorship, APBD, maupun usaha-usaha lain.

Keluaran :

Terselenggara kegiatan kesenian di taman kota dalam satu hari

Peserta pengisi festival minimal 5 kelompok

Kesenian yang ditampilkan dapat berupa kesenian modern maupun tradisional,

diutamakan kesenian lokal. Contoh festival : festival teater, festival tari, festival

musik tradisional, festival mainan anak, dll.

Waktu Pelaksanaan :

Rentang Oktober-November dalam rangka peringatan Hari Tata Ruang

I .1 FESTIVAL HIJAU (GREEN FESTIVAL)

VI.D.1

Page 205: Manual P2KH 2013

Form Perencanaan Festival Hijau

VI.D.2

Page 206: Manual P2KH 2013

I .2 AKSI KOMUNITAS HIJAU LAIN

(TERKAIT ATRIBUT KOTA HIJAU)

Tujuan : Membangun kesadaran warga tentang atribut-atribut Kota Hijau

Batasan kegiatan :

Terkait dengan salah satu atau lebih dari 8 atribut Kota Hijau

Kegiatan dapat berupa lokalatih (workshop), kampanye isu tertentu, atau model

kegiatan lain. Contoh : tanam pohon, kampanye naik sepeda ke kantor/sekolah,

membuat sumur resapan, membangun mikrohidro, membuat bank sampah,

lokalatih daur ulang, lomba lingkungan, pemetaan jalur sepeda/titik sampah, dll

Pilihan kegiatan diserahkan pada kesepakatan FKH, sesuai dengan konteks

permasalahan kota/kabupaten yang terkait dengan salah satu atribut Kota Hijau.

Misal masalah yang menonjol di suatu kota adalah sampah, maka pilihan kegiatan

dapat difokuskan di soal green waste.

Pendanaan : Untuk kegiatan ini, P2KH memberikan dana stimulan, sementara

FKH dapat mulai mandiri dengan menggali dana dari sumber-sumber lain.

Output :

a. Terselenggaranya satu kegiatan (terkait Kota Hijau) yang ditentukan sendiri oleh

FKH

b. Terlibatnya sejumlah orang (minimal 50 orang) dalam kegiatan ini

c. Dokumentasi kegiatan berupa foto, laporan, dan/ peta (jika kegiatan berupa

pemetaan).

VI.D.2 VI.D.3

Page 207: Manual P2KH 2013

Form Perencanaan Aksi Komunitas Hijau

VI.D.4

Page 208: Manual P2KH 2013

AKSI KEGIATAN RUTIN

Bagi FKH yang telah terbentuk diharapkan dapat menyelenggarakan kegiatan rutin

antara lain :

1. Pelibatan secara reguler FKH dalam setiap kegiatan P2KH yang tengah berjalan

seperti sosialisasi, penyusunan Masterplan RTH, penyusunan DED Taman Ramah

Lingkungan, dan supervisi implementasi fisik RTH agar timbul rasa memiliki dan

kepedulian terhadap misi perwujudan Kota Hijau yang sedang berlangsung.

2. Pemanfaatan RTH, khususnya taman kota, untuk kegiatan rutin komunitas-

komunitas yang tergabung dalam FKH, seperti senam bersama, pentas musik

akustik, pengamatan satwa dan tumbuhan, latihan drama, latihan menari, dsb.

VI.D.5

Page 209: Manual P2KH 2013

Tujuan :

Mengajak warga untuk memahami Kota Hijau

Meningkatkan peran serta warga dalam mewujudkan Kota Hijau

Bentuk :

Kampanye Kota Hijau lewat media massa maupun media social

Talkshow di media massa maupun di kegiatan publik (di sekolah, pusat

keramaian, dll)

Penyebaran Peta Komunitas Hijau

Target :

a. Terjangkau minimal 1000 orang di media social (facebook, youtube, twitter, dll)

b. Interaksi yang intens saat kegiatan : ada penanya saat talkshow (minimal 3

penanya), percakapan/komentar di media social (3 komentar)

c. Respon terhadap peta komunitas hijau, berupa masukan, pertanyaan, kritikan

via email, telepon, maupun komentar di media sosial.

I .3 SOSIALISASI KOMUNITAS HIJAU

VI.D.6

Page 210: Manual P2KH 2013

Form Perencanaan Sosialisasi Komunitas Hijau

VI.D.7

Page 211: Manual P2KH 2013

I .4 DOKUMENTASI KEGIATAN FKH

VI.D.8

Page 212: Manual P2KH 2013

TIM PENYUSUN

TIM PENGARAH :

M. Basuki Hadimuljono, Joessair Lubis,

Dadang Rukmana, Iman Soedrajat,

Lina Marlia, Bahal Edison Naiborhu

TIM PELAKSANA :

Endra S. Atmawidjaja, Andi Renald R.,

Firsta, Wisnubroto Sarosa, Desfitriza,

Allien Dyah Lestari, One Indirasari,

Ludfie Hamdrie, Rocky Adam, Wulansih,

Agus Salam, Yohanes Fajar S.W.,

Sylva A.A. Irnadiasputri, Larasati Pratiwi,

Niken Prawestiti

TIM PENDAMPING :

Nirwono Joga, Alinda Zain, Iwan Ismaun,

Bayu Wardhana, Bintang A. Nugroho

Dicetak di Indonesia

Penerbit :

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Produksi 2013

Page 213: Manual P2KH 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Sekretariat P2KH :

Gedung Ditjen SDA & Penataan Ruang Lt.4

Jl. Pattimura no.20 Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12110

Telp/Fax : 021-7231611/021-7243431

www.penataanruang.net